Anda di halaman 1dari 20

BAB II

RUJUK DALAM ISLAM

1. Pengertian rujuk

Menurut bahasa Rujuk berasal dari kata raja‟a-yarji‟u-raj‟atan dengan

dibaca fathah huruf ra’nya (raj‟ah) dan diriwayatkan dibaca kasroh. Rij‟ah

menurut bahasa adalah kembali. Sedangkan menurut syarak, adalah

mengembalikan isrtri yang dalam masa idah talak, bukan talak ba’in, pada

pernikahan semula sesuai dengan peraturan yang ditentukan1.

Dalam istilah hukum Islam, para ulama mengenal istilah rujuk dan

istilah raj’ah yang keduanya semakna.

Adapun rujuk menurut istilah para ulama mempunyai definisi sendiri-

sendiri yang masing-masing pendapat berbeda-beda antara satu dengan yang

lainnya, yang hal ini tentunya akan berimbas terhadap syarat dan rukun

seseorang yang hendak merujuk isterinya karena perbedaan tersebut.

Diantara perbedaan pendapat-pendapat tersebut adalah

Menurut Ulama Hanafiah memberi definisi rujuk yaitu

‫ اٌعذح‬ٝ‫ض ف‬ٛ‫ اثمبء اٌٍّه اٌمبئُ ثال ع‬ٟ٘ ‫اٌشجعخ‬

1
Abi Abdillah Muhammad bin Qasim Al Ghazi, Tausekh „ala Fath Qorib al Mujib, Al-
hidayah, Surabaya, Tt, hal 217

21
22

Melestarikan perkawinan tanpa adanya ganti dalam masa idah talak

(raj’i). karena perempuan yang tertalak raj’i tidak menghilangkan tanggungan

suami atas isterinya, kecuali telah habis masa idahnya.2

Menurut ulama‟ Malikiyah berpendapat bahwa rujuk adalah

‫ذ عمذ‬٠‫ش رجذ‬١‫جخ اٌّطٍمخ ٌٍعصّخ ِٓ غ‬ٚ‫دح اٌض‬ٛ‫ ع‬ٟ٘ ‫اٌشجعخ‬


Mengembalikan istri yang ditalak pada tanggungannya tanpa disertai

akad yang baru.3 Dikatakan tanpa akad yang baru bertujuan untuk

membedakan bahwa istri yang dirujuk bukanlah istri yang tertalak ba’in yang

mengharuskan untuk memperbarui akad.

Menurut ulama Syafi‟iyah yang dimaksud dengan rujuk adalah

‫ اٌعذح‬ٝ‫ش ثبئٓ ف‬١‫ إٌىبح ِٓ غالق غ‬ٌٝ‫ سداٌّشأح ا‬ٟ٘ ‫اٌشجعخ‬


Mengembalikan isteri ke dalam pernikahan dari talak selain talak bain

di dalam masa idah.4 Golongan ini berpendapat bahwa istri yang tertalak, baik

itu talak raj’i dihukumi sebagai mana Al-Ajnabiyah.

Sedangkan menurut ulama Hanabilah bahwa rujuk adalah

‫ش عمذ‬١‫ٗ ثغ‬١ٍ‫ ِب وبٔذ ع‬ٌٝ‫ش ثبئٓ ا‬١‫ اعبدح ِطٍمخ غ‬ٟ٘ ‫اٌشجعخ‬
Mengembalikan istri yang tertalak, selain talak ba’in kepada

perkawinan tanpa adanya akad.5 Hal ini didasarkan bahwa untuk merujuk istri,

suami boleh menggunakan lafad yang tertentu dan di perbolehkan juga dengan

2
Abd Ar-Rahman al-jaziri, kitab al-Figh „Ala-al Madzahib al-A‟rba‟a, Dar Al Fikr,
Lebanon, 2003, cet 1, juz 3, h 331
3
Abd Ar-Rahman al-jaziri, kitab al-Figh „Ala-al Madzahib al-A‟rba‟a ,hal 331
4
Abd Ar-Rahman al-jaziri, kitab al-Figh „Ala-al Madzahib al-A‟rba‟a, hal 332
5
Abd Ar-Rahman al-jaziri, kitab al-Figh „Ala-al Madzahib al-A‟rba‟a, hal 332
23

menggauli istrinya, baik dengan niat hendak merujuk atau tidak berniat untuk

merujuk istrinya.

2. Dasar Hukum Rujuk

DALIL AL-QUR'AN

ٜ‫ٓ ِثً اٌز‬ٌٙٚ ۗ ‫ا اصالدب‬ٚ‫ رٌه اْ أساد‬ٝ‫ٓ ادك ثشد٘ٓ ف‬ٙ‫ٌز‬ٛ‫ثع‬ٚ

ُ١‫ض دى‬٠‫هللا عض‬ٚ ۗ ‫ٓ دسجخ‬ٙ١ٍ‫ٌٍشجبي ع‬ٚ ۖ ‫ف‬ٚ‫ٓ ثبٌّعش‬ٙ١ٍ‫ع‬

)۲۲۸ ‫(اٌجمشح‬
Artinya:“ Dan para suaminya mereka lebih berhak kembali kepada mereka
dalam (masa) itu jika mereka menghendaki perbaikan. Dan para
wanita mempunnyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai kelebihan di
atas mereka. Dan Allah maha perkasa dan maha bijaksana.6

Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqaraħ [2] ayat 229:

ْ‫ذً ٌىُ أ‬٠ ‫ال‬ٚ ْ‫خ ثئدسب‬٠‫ رسش‬ٚ‫ف أ‬ٚ‫اٌطالق ِشربْ فئِسبن ثّعش‬

‫د هللا فئْ خفزُ أال‬ٚ‫ّب دذ‬١‫م‬٠ ‫خبفب أال‬٠ ْ‫ئب إال أ‬١‫٘ٓ ش‬ّٛ‫ز‬١‫ا ِّب آر‬ٚ‫رأخز‬

‫د هللا فال‬ٚ‫ّب افزذد ثٗ رٍه دذ‬١‫ّب ف‬ٙ١ٍ‫د هللا فال جٕبح ع‬ٚ‫ّب دذ‬١‫م‬٠

ٌّْٛ‫ٌئه ُ٘ اٌظب‬ٚ‫د هللا فأ‬ٚ‫زعذ دذ‬٠ ِٓٚ ‫٘ب‬ٚ‫رعزذ‬


Artinya: Talak (yang dapat dirujuk)itu dua kali.( Setelah itu suami dapat)
menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik. Tidak halal
bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan
kepada mereka kecuali keduanya (suami dan isteri) khawatir tidak

6
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 105
24

mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir


bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah,
maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan
(oleh isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa melanggar hukum-
hukum Allah mereka itulah orang-arang zalim.7

Dalam hadith lain Rasulullah pernah bersabda

ٕٗ‫ هللا ع‬ٝ‫شعٓ اثٓ عجبط عٓ عّشثٓ اٌخطبة سظ‬١‫ذ ثٓ دج‬١‫عٓ سع‬

‫ فمبي ساجع‬ٟٔ‫ً لذ أرب‬٠‫ سٍُ إْ ججش‬ٚ ٗ١ٍ‫ هللا ع‬ٍٝ‫ي هللا ص‬ٛ‫لبي سس‬

‫ اٌجٕخ‬ٟ‫جزه ف‬ٚ‫ب ص‬ٙٔ‫إ‬ٚ ‫اِخ‬ٛ‫اِخ ل‬ٛ‫ب ص‬ٙٔ‫دفصخ فئ‬


Diriwayatkan dari Said bin khubair dari Ibnu Abbas dari Umar bin
Al-Hattab, Rasulullah telah berkata sesungguhnya Malaikat Jibril telah
datang kepadaku, lalu beliau berkata, rujuklah kembali Hafsah kerana ia
adalah seorang isteri yang sabar dan rajin mengurus rumah tangga dan ia
akan menjadi isteri tuan dalam surga kelak.”8

‫ ذبئط‬ٝ٘ٛ ٝ‫ ػٍلذاّشأر‬: ‫ّب‬ٕٙ‫ هللا ع‬ٟ‫عٓ عجذ هللا ثٓ عّشسظ‬


ٞ‫اٖ اٌجخب س‬ٚ‫ب(س‬ٙ‫شاجع‬١ٍ‫سٍَ فلبً ّشٖ ف‬ٛ ٗ١ٍ‫هللاع‬ٍٝ‫ص‬ٝ‫فسأًعّشإٍج‬
)ٍُ‫ِس‬ٚ

Diceritakan dari Ibnu Umar: saya menceraikan istri saya sedang


dalam haid, maka umar bertanya kepada nabi SAW tentang hal itu, nabi
bersabda: suruhlah dia merujuk istrinya.(hadits riwayat Bukhori dan
Muslim)9

7
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 45
8
Tnp, Asah Al Matabi’, India, ttp, hal 296
9
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sahih Al-Bukhori, Dar Al-
Fikr, Bairut, Lebanon, Juz 6, h 163, lihat Bulug Al Maram, hal 237, Sahih Muslim, hal 683
25

Dari pengertian ayat di atas menerangkan mengenai hukum rujuk

yakni dibolehkannya seorang suami untuk merujuk isterinya yang belum

mencukupi bilangan hadnya, yaitu tiga talak bagi yang merdeka dan dua talak

bagi yang hamba sahaya. Oleh sebab itu suami tersebut tidak berhak untuk

merujuk jika idah isterinya telah berakhir. Ini karena bekas isterinya telah

menjadi wanita asing bagi bekas suaminya. Wanita itu tidak halal lagi baginya

kecuali dengan akad nikah baru, itupun kalau wanita itu sudah menyatakan

dengan terus terang bahawa ia rela untuk dirujuk suaminya.10

Ayat di atas juga menerangkan tentang kebaikan niat seorang suami

yang hendak merujuk isterinya, mendahulukan kemaslahatan bagi dirinya dan

juga bagi isterinya agar di kemudian hari hubungan rumah tangganya dapat

terjalin dengan baik sesuai dengan tujuan perkawinan yakni membentuk

keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah, bukan sebaliknya yakni

bertujuan untuk menyakiti isterinya.

Adanya masa idah atau masa tunggu bagi seorang wanita yang tertalak

raj’i dengan harapan agar pasangan suami isteri yang tengah bercerai dapat

mempertimbangkan apakah ia akan meneruskan perceraiannya atau

memperbaiki perkawinannya dengan merujuk isterinya lagi.

SYARAH HADITS

Hadits di atas berawal dari kisah nabi muhammad yang marah

terhadap isterinya yang bernama Hafsah ketika ia (Hafsah) membuka rahasia

10
Abd Ar-Rahman al-Jaziri, kitab al-Figh „Ala-al Madzahib al-A‟rba‟a, hal 333
26

kepada Aisah, kemudia rasul mengetahuinya lantas menceraikannya. Maka

turunlah ayat:

)١:‫ٓ (اٌطالق‬ٙ‫٘ٓ ٌعذر‬ٛ‫ ارا غٍمزُ إٌسبء فطٍم‬ٝ‫ب إٌج‬ٙ٠‫با‬٠


Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah
kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi)
iddahnya ( yang wajar.)11

Dan juga dikatakan kepada nabi Muhammad untuk merujuk Hafsah

isterinya, yang dia tidak hanya isterinya di dunia namun juga isterinya di

akherat kelak.12

Hadits yang kedua berawal dari Abdullah bin Umar yang menceraikan

istrinya yaitu Aminah binti Ghiffar An-Nawwar di waktu haid kemudian oleh

ayahnya yaitu Umar bin Hattab hal itu dalaporkan kepada rasulullah. Reaksi

rasul ketika mendengar cerita Umar adalah menyuruhnya untuk

memerintahkan pada anaknya agar merujuk istrinya dan menunggu sampai

dua kali suci dan satu kali haid jika memang ingin menceraikannya atau

meneruskan perkawinannya13. Dari keterangan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwsasannya mentalak istri dalam keadaan haid adalah dilarang

oleh agama atau syariat, hal tersebut biasa dibuktikan dengan perintah

rasulullah yang menyuruh Abdullah bin Umar melalui Umar bin Hattab untuk

merujuk istrinya yang notabene ia ceraikan di masa haid.

11
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 816
12
Muhammad Ali As-Sabuni, Tafsir Ayat Ahkam,tt, juz 2, hal 593
13
Al-Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sahih Al-Bukhari, Dar Al-
Fikr, Bairut, Lebanon, Juz 6, h 185
27

Hadits tersebut secara eksplisit menyinggung tentang pelaksanaan

rujuk sebagaimana yng disinggung oleh Takiyuddin Abu Bakar dalam kifayah

al akhyar bahwa hadits di atas menjadi rujukan dan dasar tentang

pensyari’atan rujuk. Sedangkan menurut As-Syafi'i bahwa tenggang waktu

yang di tentukan dalam hadits di atas itu adalah merupakan manifestasi dalil

nash al-Qur'an yang berbunyi tiga kali sucian sebagaiman yang dikutib oleh

At-Tahawi. Lebih lanjut menurut As-Syafi'i bahwa filosofis dari penentuan itu

adalah untuk mengetahui keadaan rahim sang istri.14

3. Hikmah disyari’atkan rujuk

Di antara kebaikan Islam adalah bolehnya bercerai dan bolehnya rujuk.

Tatkala jiwa saling bertolak belakang dan tidak memungkinkan untuk

melanjutkan kehidupan bersuami-isteri, diperbolehkanlah talak, ketika

hubungan telah semakin membaik dan airpun telah kembali pada jalurnya,

diperbolehkanlah rujuk.15

Terkadang talak itu bisa terjadi dalam keadan marah dan dorongan,

bisa terjadi hal tersebut timbul tanpa difikirkan dan diperkirakan terlebih

dahulu akan akibat dari perceraian tersebut, serta apa yang akan terjadi

setelahnya dari kerugian maupun kerusakan, oleh karena itu Allah

mensyari'atkan rujuk untuk kembali kepada kehidupan bersuami isteri.

Allah berfirman:

14
http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/hadist-tentang-rujuk.html
15
Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijiri, RINGKASAN FIQIH ISLAM,Islamhouse.
Com, 2009, h 65 : diakses oktober 2010:
28

‫ىزّٓ ِب‬٠ ْ‫ٓ أ‬ٌٙ ًّ ‫ذ‬٠ ‫ال‬ٚ ‫ء‬ٚ‫ٓ ثالثخ لش‬ٙ‫زشثّصٓ ثأٔفس‬٠ ‫اٌّطٍّمبد‬ٚ

‫ٓ أدك‬ٙ‫ٌز‬ٛ‫ثع‬ٚ ‫خش‬٢‫َ ا‬ٛ١ٌ‫ا‬ٚ ‫ؤِٓ ثبهلل‬٠ ٓ‫ٓ إْ و‬ِٙ‫ أسدب‬ٟ‫خٍك هللا ف‬

‫ا إصال ًدب‬ٚ‫ رٌه إْ أساد‬ٟ‫ثشدّ٘ٓ ف‬


Artinya: "Dan para isteri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
(menunggu) tiga kali quru‟. Tidak boleh bagi mereka
menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahim mereka,
jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-
suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka
(para suami) itu menghendaki ishlah" (Al-Baqarah: 228)16

Imam Al-Fahru berpendapat bahwa di antara hikmah disyari’atkannya

rujuk yaitu bahwa manusia terkadang tidak mengerti dengan pasangannya

apakah baik untuk terus bersama atau berpisah hidup sendiri-sendiri, maka

apabila seseorang telah memutuskan untuk berpisah lalu kemudian nampak

rasa cintanya untuk kembali hidup bersama. Andai saja Allah tidak

mensyari’atkan rujuk maka akan memberatkan bagi manusia.17

Diharapkan pula dengan disyari’atkannya rujuk, seseorang dapat

membenahi segala kesalahannya dengan menginstropeksi diri sehingga tidak

akan terulang lagi kesalahan yang telah dilakukannya.

16
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 45
17
http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/hadist-tentang-rujuk.html, hal 325
29

4. Rukun Rujuk

Rukun rujuk ada tiga macam18

1) Sighat yaitu ungkapan seorang suami untuk merujuk istrinya

2) Istri yaitu wanita yang Halal dinikah . Oleh karena itu tidak sah merujuk

isteri yang murtad pada masa riddahnya, karena tujuan rujuk ialah halal

sedangkan riddah menafikan halal. Demikian juga kalau suami jadi murtad

atau kedua-duanya murtad maka tidak sah rujuknya.

3) Orang yang merujuk yaitu suami atau orang yang menggantikannya

(wakil) ketika suami mewakilkannya untuk merujuk istrinya.

5. Syarat Sahnya Rujuk19

1) Talak tersebut adalah talak raj‟i, bukan talak ba‟in, Bukan talak tiga (talak

ba’in) baik talak ba’in sugra maupun talak ba’in kubra. Karena dalam talak

ini mengharuskan akad nikah yang baru dan mengadakan muhalil pada

talak ba’in kubra.

2) Istri yang telah dipergauli sebab istri yang belum dipergauli tidak

mempunyai masa idah.

3) Tidak ada iwad (uang pengganti) baik dari isteri maupun selain isterinya

4) Belum habis masa idahnya.

5) Halal dirujuk yaitu istri maupun suami dalam keadaan Islam.20

6) Tertentunya wanita yang hendak dirujuk.21

18
Syeh Ibrahim Al-baijuri, Al-Baijuri, Dar Fiqri, Bairut London, 1994, juz 2, h 218
19
Muhammad as-Sarbini Al-Katib, Al-Iqna‟, Dar Al-Fiqri, Lebanon, h 448
20
Abi Abdul Al-Mu’thi Muhammad ibn Umar bin Ali Nawawi, Nihayah Az-Zaini, Dar
Al-Fiqri, Bairut Lebanon, 1995, h298
30

6. Syarat Orang Yang Merujuk22

1) Balig

Tidak sah hukum rujuknya anak kecil, begitu juga tidak sah hukum rujuk

dari walinya (anak kecil)

2) Berakal

Tidak sah hukum rujuknya orang yang cacat mental, begitu juga tidak sah

hukum rujuknya orang dalam keadaan mabuk.

3) Tamyiz yaitu orang yang bisa membedakan mana yang baik dan mana

yang buruk

7. Syarat Orang Yang Dirujuk

Syarat orang yang hendak dirujuk (istri), disyaratkan atasnya tiga hal:

1) wanita yang tertalak selain talak ba’in, baik talak ba’in sugro maupun talak

bain kubra, talak bain sugra mengharuskan adanya akad yang baru.

Sedangkan talak ba’in kubra laki-laki (mantan suami) tidak boleh rujuk

lagi, tidak sah pula menikah lagi dengan bekas istrinya, kecuali apabila

perempuan (mantan istrinya) itu sudah menikah dengan orang lain serta

sudah campur, diceraikan dan sudah habis pula masa idahnya, barulah

suami yang pertama boleh menikahinya lagi.

Sebagaimana firman Allah surat Al-Baqoroh ayat 229

ْ‫خ ثئدسب‬٠‫ رسش‬ٚ‫ف أ‬ٚ‫اٌطالق ِشربْ فئِسبن ثّعش‬

21
Abi Abd Al-Mu’thi Muhammad ibn Umar bin Ali Nawawi, Nihayah Az-Zaini, hal 298
22
Syeh Ibrahim Al-baijuri, Al-Baijuri, Dar Fiqri, Bairut London, 1994, juz 2, hal 218
31

Artinya: Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat)
menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik23.

2) wanita (istri) yang masih dalam masa idah

Terjadinya rujuk itu sewaktu istri masih dalam masa idah. Sebagaimana

firman Allah SWT, AL-Baqarah ayat 231

ٓ٘ٛ‫سشد‬ٚ‫ف ا‬ٚ‫٘ٓ ثّعش‬ٛ‫ٓ فبِسى‬ٍٙ‫ارا غٍمزُ إٌسبء فجٍغٓ اج‬ٚ

‫ف‬ٚ‫ثّعش‬
Artinya: Dan apabila kamu menceraikan isteri-isteri (kamu), lalu sampai
(akhir) iddahnya, maka tahanlah mereka dengan cara yang
baik, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang baik ( pula)24.

3) wanita (istri) yang telah dipergauli, karena isteri yang belum dicampuri

apabila ditalak, terus putus pertalian antara ke duanya, karena isteri tidak

mempunyai idah.

ْ‫٘ٓ ِٓ لجً ا‬ّٛ‫ا ارا ٔىذزُ اٌّؤِٕبد ثُ غٍمز‬ِٕٛ‫ٓ ا‬٠‫ب اٌذ‬ٙ٠‫با‬٠

‫٘ٓ سشادب‬ٛ‫سشد‬ٚ ٓ٘ٛ‫ب فّزع‬ٙٔٚ‫ٓ ِٓ عذح رعزذ‬ٙ١ٍ‫٘ٓ فّبٌىُ ع‬ٛ‫رّس‬

)۴۹ :‫سٖ االدضاة‬ٛ‫ال (س‬١ّ‫ج‬


Artinya: Hai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menikahi
perempuan-perempuan mukmin, kemudian kamu ceraikan
mereka sebelum kamu mencampurinya maka tidak ada masa
iddah atas mereka yang perlu kamu perhitungkan. Namun

23
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 816
24
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 46
32

berilah mereka mut‟ah dan lepaskanlah mereka itu dengan


cara yang sebaik-baiknya25.

Begitu juga istri yang dirujuk itu harus tertentu. Kalau suami mentalak

beberapa isterinya kemudian ia ruju kepada salah seorang dari mereka, dengan

tidak di tentukan siapa yang dirujuknya maka rujuknya itu tidak sah.

8. Lafad Rujuk26

Lafad yang digunakan untuk menyatakan rujuk mestilah memenuhi

syarat berikut:

Pertama: lafad tersebut harus dapat mengungkapkan maksud rujuk.

Dalam hal ini ada dua macam, ada lafad sarih dan ada lafad kinayah.

a. Lafad sarih ialah lafad yang tidak mengandung makna selain dari maksud

rujuk semata. Lafad sarih tidak memerlukan kepada niat bagi orang yang

hendak merujuk

Lafad sarih dalam bahasa arab ialah seperti berikut:

Artinya: “ aku rujuk isteriku kepada perkawinan ku ٝ‫ ٔىبد‬ٌٝ‫ساجعذ ا‬,

Aku rujuk isteriku kepadaku. ٝ‫جز‬ٚ‫ ساجعذ ص‬, aku merujuk engkau

‫سجعزه‬, aku kembalikan engkau ‫ سددره‬ku pegang engkau ‫اِسىزه‬

Adapun menyebut “kepada perkahwinanku” atau “kepadaku”

hukumnya sunah.27

25 25
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 600
26
Abi Abdul Al-Mu’ti Muhammad ibn Umar bin Ali Nawawi, Nihayah Az-Zaini, Dar Al-
Fiqri, Bairut Lebanon, 1995, hal 298
33

Di dalam Al-Quran dan Hadits, terdapat tiga lafad yang menunjukkan

lafad sarih untuk rujuk yaitu “Radda” ٟ‫ٓ أدك بردّهن ف‬ٙ‫ٌز‬ٛ‫ثع‬ٚ "

‫رٌه‬Raja‟a" ‫ّباْ يتراجعا‬ٙ١ٍ‫ب فالجٕبح ع‬ٙ‫ فبْ غٍم‬dan "Amsaka" ‫ارا‬ٚ

‫ٓ فامسكوهن‬ٍٙ‫ غٍمزُ إٌسبء فجٍغٓ اج‬artinya: Mengembalikan, merujuk


dan pegang semula.

b. Lafad kinayah ialah yang mengandung makna rujuk dan juga makna lain.

Diantara lafad kinayah dalam bahasa arab “tazawwajtuki” atau “nakahtuki”

kedua lafad ini sarih bagi akad nikah, yang artinya “aku nikahi engkau, atau

aku mengawini engkau. Sekiranya dilakukan akad nikah terhadap

perempuan yang ditalak raj’i dengan diijab dan kabul maka ia juga termasuk

dalam lafad kinayah yang memerlukan niat rujuk. Contohnya, wali

perempuan berkat kepada murtaji (suami yang hendak dirujuk). “ aku

nikahkan engkau dengan anakku Fatimah” lalu dijawab oleh suaminya “aku

terima nikahnya” dengan maksud niat rujuk, maka sah rujuk itu. Tetapi jika

ia tidak berniat rujuk, maka tidak sah rujuknya. Niat disyaratkan hanya pada

pihak suami tidak pihak wali, dan isi perkawinan yang disebut dalam akad

itu tidaklah wajib dibayar. Sah rujuk dengan terjemahan lafad-lafad sarih

dan kinayah tersebut. Lafad sarih tidak memerlukan niat bagi sah rujuk,

tetapi lafad kinayah memerlukan niat rujuk, kalau tidak niat maka tidak sah

rujuk.

27
Syaih Al-Islam Abi Yahya Zakaria Al-Ansari, Fath Al-Wahab, Al-Hidayah, Surabaya,
tt, hal 88
34

Disyaratkan dalam merujuk menggunakan lafad:

1. Lafad yang digunakan juga hendaklah dinyatakan dengan terang kepada

siapa yang ditujukan, kalau hanya semata-mata menyebut “aku rujuk”,

maka tidak memberi kesan apa-apa. Akan tetapi ditujukannya rujuk itu

jelas kepada siapa yang hendak dirujuk.

2. lafad rujuk itu hendaklah (munajjazah) yaitu rujuk terus berlaku setelah

lafad itu diucapkan. Maka tidak sah rujuk dengan berta‟lik, umpamanya

suami berkata “aku rujuk dengan kamu jika kamu mengandung” atau

berta‟lik rujuk dengan kehendak isteri, seperti kata suami “aku rujuk

engkau sekiranya engkau mau atau rela” maka jawab isteri “ya! Saya

mau atau rela” maka rujuk yang seperti itu tidak sah rujuknya. Begitu

juga tidak sah rujuk dengan membatasi waktu seperti kata suami “aku

rujuk kamu satu bulan.

9. Hukum Rujuk

1. Wajib: terhadap suami yang mentalak salah seorang isterinya, sebelum dia

sempurnakan pembagian waktunya terhadap istri yang ditalak.

2. Haram; apabila tejadi dari sebab rujuknya itu menyakiti si istri

3. Makruh; kalau terusnya pencaraian lebih baik dan berfaedah bagi

keduanya ( suami-isteri)

4. Jaiz; (boleh)ini adalah hukum rujuk yang asli


35

5. Sunnah; jika yang dimaksud suami untuk memperbaiki keadaan istrinya,

atau karena rujuk itu lebih berfaeah bagi keduanya (suami-istri). 28

10. Macam-macam rujuk menurut jatuhnya talak

1. Talak raj'i

Talak raj'i adalah talak satu atau dua yang mana seorang suami

masih boleh rujuk kepada isterinya selama masih dalam masa iddah.

Wahbah al-Zuhaili mendefinisikan talak raj’i sebagai berikut:

‫ش دبجخ‬١‫خ ِٓ غ‬٠‫ ج‬ٚ‫ ص‬ٌٝ‫ج ثعذٖ إعبدح اٌّطٍمخ إ‬ٚ‫ٍّه اٌض‬٠ ٞ‫ اٌز‬ٛٙ‫ف‬

‫رٌه ثعذ اٌطالق‬ٚ ‫ ٌُ رشض‬ٌٛٚ ‫ اٌعذح‬ٝ‫ذ ِب داِذ ف‬٠‫ عمذ جذ‬ٌٝ‫إ‬

‫ش اٌجبئٓ إرا رّذ اٌّشاجعخ لجً أمعبء اٌعذح‬١‫ غ‬ٟٔ‫اٌثب‬ٚ ‫ي‬ٚ‫األ‬

Yaitu talak yang mana laki-laki itu memiliki hak kembali untuk mengikat
tali perkawinan kepada perempuan yang ditalaknya itu tanpa
memerlukan akad baru selama masih berada dalam idah, walaupun
perempuan itu tidak rela. Hal itu terjadi setelah talak pertama dan kedua
yang tidak termasuk kategori ba`in apabila telah sempurna rujuk
sebelum habis masa idah.29

Ketentuan ini didasarkan kepada Firman Allah SWT dalam surat Al-

Baqaraħ [2] ayat 229:

ْ‫ذً ٌىُ أ‬٠ ‫ال‬ٚ ْ‫خ ثئدسب‬٠‫ رسش‬ٚ‫ف أ‬ٚ‫اٌطالق ِشربْ فئِسبن ثّعش‬

‫د هللا فئْ خفزُ أال‬ٚ‫ّب دذ‬١‫م‬٠ ‫خبفب أال‬٠ ْ‫ئب إال أ‬١‫٘ٓ ش‬ّٛ‫ز‬١‫ا ِّب آر‬ٚ‫رأخز‬
28
http://rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/04/hadist-tentang-rujuk.htm
29
Wahbah az-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islâmiy wa Adillatuh, Damaskus, Dâr al-Fikr, 1989,
cet. Ke-3, Juz 7, h. 432
36

‫٘ب‬ٚ‫د هللا فال رعزذ‬ٚ‫ّب افزذد ثٗ رٍه دذ‬١‫ّب ف‬ٙ١ٍ‫د هللا فال جٕبح ع‬ٚ‫ّب دذ‬١‫م‬٠

ٌّْٛ‫ٌئه ُ٘ اٌظب‬ٚ‫د هللا فأ‬ٚ‫زعذ دذ‬٠ ِٓٚ

Artinya: Talak (yang dapat dirujuk)itu dua kali.( Setelah itu suami dapat)
menahan dengan baik atau melepaskan dengan baik. Tidak halal
bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan
kepada mereka kecuali keduanya (suami dan isteri) khawatir tidak
mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir
bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah,
maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan
(oleh isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa melanggar hukum-
hukum Allah mereka itulah orang-arang zalim.30

Ayat di atas menjelaskan bahwa talak raj'i adalah talak satu atau

talak pertama, talak dua atau talak ke dua. Setelah suami menjatuhkan talak

satu atau talak pertama atau talak dua atau talak kedua, maka sebelum habis

masa idahnya dia boleh rujuk kembali kepada bekas isterinya tanpa akad

nikah baru dan tanpa mahar. Tetapai bila habis masa idahnya, suami ingin

berkumpul atau rujuk kembali dengan isterinya maka dilaksanakan akad

nikah yang baru serta mahar yang baru.

Adapun akibat dari talak raj'i adalah:

a). Bilangan talak yang dimiliki suami berkurang.

b). Ikatan perkawinan berakhir setelah masa idah habis jika suami tidak

rujuk.

c). Suami boleh rujuk dalam masa idah isterinya.

d). Ulama Syafi'iyyah dan Malikiyyah dalam salah satu pendapatnya

mengatakan, haram bagi suami melakukan hubugan suami isteri dalam

30
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 45
37

masa idah sebelum rujuk, karena mereka berpendapat bahwa dengan

terjadinya talak, seluruh hubungan dan ikatan suami istri terputus.

Akan tetapi menurut ulama Hanafiyyah dan Hanabillah, suami boleh

saja menggauli isterinya dalam masa idah dan sikap ini dianggap

sebagai upaya rujuk dari suami.31

2. Talak Ba'in

Talak ba'in terbagi dua, yaitu talak ba'in sughra dan talak ba'in

kubra. Adapun talak ba'in sughra adalah talak yang dijatuhkan oleh

seorang suami terhadap isterinya yang mana dengan itu ia tidak dapat

kembali lagi, kecuali melalui akad dan mahar yang baru, sebagaimana

dikemukakan oleh Wahbah al- Zuhaili sebagai berikut:

‫خ إال‬١‫ج‬ ٚ‫ ص‬ٌٝ‫عذ اٌّطٍمخ إ‬٠ ْ‫ع اٌشجً ثعذٖ أ‬١‫سزط‬٠ ‫ ال‬ٞ‫ اٌز‬ٛ٘

‫ ثبٌىزبثخ‬ٚ‫ ِبي أ‬ٍٝ‫ ع‬ٚ‫ي أ‬ٛ‫ اٌطالق لجً اٌذخ‬ٛ٘ٚ ‫ش‬ِٙٚ ‫ذ‬٠‫ثعمذ جذ‬

‫ ثسجت‬ٚ‫ ال ٌعذَ اإلٔفبق أ‬ٟ‫لعٗ اٌمبظ‬ٛ٠ ٞ‫ اٌز‬ٚ‫خ أ‬١‫عٕذ اٌذٕف‬

‫الء‬٠‫اإل‬
"Yaitu talak yang mana laki-laki itu tidak dapat kembali mengikat tali
perkawinan kepada wanita yang ditalaknya itu, kecuali dengan akad dan
mahar yang baru, talak tersebut terjadi sebelum disetubuhi atau atas
harta atau sindiran menurut ulama Hanafiyyah atau yang diputuskan oleh
hakim yang bukan karena tidak memberi nafkah atau dengan sebab ila' "32

Hal ini didasarkan pada Firman Allah surat Al-Baqoroh ayat 236

31
Wahbah az-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islâmiy wa Adillatuh, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 1989),
cet. Ke-3, Juz 7, h. 439
32
Wahbah az-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islâmiy wa Adillatuh, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 1989),
cet. Ke-3, Juz 7, h. 432
38

ٓ٘ ٛ‫ىُ اْ غٍمزُ إٌسبء ِب ٌُ رّس‬١ٍ‫ال جٕبح ع‬


Artinya:Tidak ada dosa bagimu jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu
yang belum kamu sentuh (campuri)33

Akibat hukum dari talak ba'in sugra adalah:

1. Suami tidak boleh rujuk kepada isterinya, kecuali dengan akad dan

mahar yang baru,

2. Bilangan talak yang dimiliki suami berkurang,

3. Mahar itu halal disebabkan kepada dua faktor, yaitu kematian dan talak

4. Tidak saling mewarisi antara suami dan isteri apabila meninggal salah

satu dari keduanya.34

Adapun yang dimaksud dengan talak Ba'in kubra adalah talak tiga

atau talak yang ketiga, yang dijatuhkan oleh seorang suami kepada

isterinya, yang mana suami tersebut tidak dapat kembali lagi sebelum

isterinya menikah terlebih dahulu dengan laki-laki lain, kemudian mereka

melakukan hubungan suami isteri dalam artian yang sebenarnya dan telah

pula diceraikan oleh suaminya yang baru itu, sebagaimana diterangkan

dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 230

‫ب فال‬ٙ‫شٖ فئْ غٍّم‬١‫ ًجب غ‬ٚ‫ رٕىخ ص‬ٝ‫ب فال رذً ٌٗ ِٓ ثعذ دز‬ٙ‫فئْ غٍم‬

‫د هللا‬ٚ‫رٍه دذ‬ٚ ‫د هللا‬ٚ‫ّب دذ‬١‫م‬٠ ْ‫زشاجعب إْ ظٕب أ‬٠ ْ‫ّب أ‬ٙ١ٍ‫جٕبح ع‬

ٍّْٛ‫ع‬٠ َٛ‫ب ٌم‬ّٕٙ١‫ج‬٠


33
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 48
34
Wahbah az-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islâmiy wa Adillatuh, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 1989),
cet. Ke-3, Juz 7, h. 426
39

"Kemudian jika dia menceraikannya (setelah talak yang kedua),


maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan
suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka
tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas isteri) untuk
menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya
kepada orang-orang yang berpengetahuan" (Al-Baqarah: 230)35

Wahbah al-Zuhaili menerangkan bahwa yang dimaksud dengan

talak ba’in kubra adalah sebagai berikut:

ْ‫خ إال ثعذ أ‬١‫ج‬ٚ‫ اٌض‬ٌٝ‫ذ اٌّطٍمخ إ‬١‫ع‬٠ ْ‫ع اٌشجً ثعذٖ أ‬١‫سزط‬٠ ‫ ال‬ٞ‫ اٌز‬ٛ٘

ٚ‫ب أ‬ٙ‫فبسل‬٠ ُ‫مخ ث‬١‫ال دم‬ٛ‫ب دخ‬ٙ‫ذخً ث‬٠ٚ ‫ذب‬١‫اجب صد‬ٚ‫ج آخش ص‬ٚ‫ج ثض‬ٚ‫رزض‬

‫رٌه ثعذ اٌطالق اٌثالس‬ٚ ِٕٗ ‫ب‬ٙ‫ عذر‬ٟ‫رٕمع‬ٚ ‫ب‬ٕٙ‫د ع‬ّٛ٠

"Yaitu talak yang mana laki-laki tersebut tidak dapak mengikat tali
perkawinan dengan wanita yang ditalaknya itu, kecuali setelah ia menikah
dengan laki-laki lain sebagai nikah yang benar dan telah melakukan
hubungan initm dalam artian yang hakiki kemudian laki-laki itu
menceraikan wanita tersebut atau ia mati dan telah habis pula masa
iddahnya. Hal itu terjadi setelah dijatuhkan talak tiga".36

Adapun akibat hukum dari talak ba'in kubra menurut ulama fiqh

adalah terputusnya seluruh ikatan dan hubungan suami isteri setelah talak

dijatuhkan. Suami tidak memilki hak talak lagi dan diantara keduanya

tidak saling mewarisi meskipun dalam masa idah.37

Wanita yang mendapat talak tiga beridah di rumah keluarganya,

karena dia tidak halal lagi bagi suaminya, sebagaimana dia tidak berhak

35
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Surabaya, Pustaka Agung
Harapan, 2006, hal 48
36
Wahbah az-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islâmiy wa Adillatuh, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 1989),
cet. Ke-3, Juz 7, h. 432
37
Wahbah az-Zuhayliy, al-Fiqh al-Islâmiy wa Adillatuh, (Damaskus, Dâr al-Fikr, 1989),
cet. Ke-3, Juz 7, h. 441
40

lagi atas nafkah dan tidak pula tempat tinggal, namun dia tetap tidak boleh

keluar dari rumah keluarganya kecuali jika memiliki kepentingan.

Bila suami menjatuhkan talak tiga kepada istri jika dia merdeka

atau talak dua jika ia budak, sebelum terjadi jimak atau sesudahnya, maka

tidak halal baginya (untuk kembali), kecuali memenuhi lima syarat, yaitu:

1. sudah habis masa idah perempuan dari suami yang menalaknya.

2. perempuan itu sudah parnah menikah dengan laki-laki selain suami

yang menalaknya, dengan pernikahan sah.

3. suami lain ( bukan yang pertama) sudah menjimak dan mengenainya,

yaitu sekira sudah memasukkan hasyafah (penisnya) atau menurut

perkiraaan orang yang putus hasyafahnya, dengan dimasukkan ke

vagina perempuan, tidak cukup memasukkan ke duburnya, dengan

syarat alat fital harus tegang serta yang memasukkan adalah orang

yang mampu menjimaknya, tidak cukup anak kecil.

4. suami yang kedua sudah menalak bain kepadanya.

5. telah habis masa idahnya dari suami lain.

Anda mungkin juga menyukai