Anda di halaman 1dari 37

BEBERAPA PERMASALAHAN HUKUM

DALAM BERKAS KASASI DAN PK

Oleh:
Dr. H. Purwosusilo, S.H., M.H.
(Hakim Agung Kamar Perdata Agama)

Disampaikan Dalam Kegiatan


Rapat Koordinasi Badilag dan Uldilag Tahun 2017
Bekasi, 7-8 Februari 2017
Permasalahan Teknis
1. Perkara ekonomi syariah, bila diprosentase mayoritas
berkaitan dengan sengketa perbankan syari’ah, lebih
khusus sengketa tentang:
 Murabahah;
 Mudharabah, dan
 Musyarakah.
Lebih spesifik lagi tentang:
- Wanprestasi
- Perbuatan melawan hukum (PMH)

Wanprestasi  berawal dari akad.


PMH  Pelanggaran terhadap UU.
Bagaimana kalau kumulasi wanprestasi dengan
PMH?
2
Permasalahan Teknis

2. Ada beberapa putusan judex facti yang dalam


pertimbangannya menyatakan bahwa wanpres-
tasi baru terjadi bila jangka waktu akad sudah
dilampaui:
Seharusnya:
Wanprestasi bisa saja terjadi sebelum akad selesai,
karena wanprestasi dapat terjadi:
 Seluruhnya;
 Sebagian;
 Terlambat;
 Tidak sesuai dengan akad.
Permasalahan Teknis

Contoh:
 Nasabah tidak membayar 3-4 kali angsuran;
 Bank telah melakukan somasi sesuai ketentuan,
namun tidak diindahkan oleh nasabah;
 Bank akan melelang barang jaminan (misalnya Hak
Tanggungan) karena nasabah wanprestasi;
 Nasabah mengajukan gugatan perlawanan ke PA,
dengan posita bahwa gugatan cacat formil karena
wanprestasi harus menunggu akad selesai;
 PA mengabulkan perlawanan pelawan dengan
pertimbangan Wasprestasi harus menunggu akad
selesai.
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
Wanprestasi bisa terjadi apabila nasabah telah
lalai melakukan pembayaran 3 atau 4 bulan
(sesuai akad), dan tidak harus menunggu selesai
akad.
4. Hampir seluruh akad syariah dalam bentuk mudharabah,
murabahah, dan musyarakah memakai jaminan:
 Tanah dan bangunan di atasnya: Hak tanggungan;
 Barang bergerak : Fidusia;
 Barang bergerak : Gadai;
 Kapal : Hipotik (UU No. 21 Tahun 1992 Pasal 49 Tentang
Pelayaran).

5
Permasalahan Teknis
Contoh Kasus:
BMI – Nasabah  melakukan akad murabahah sebesar 13
Milyar untuk pembelian kapal;
- Kapal dijaminkan oleh nasabah ke BMI;
- Kapal dicatatkan di Pelabuhan Pontianak;
- BMI mengasuransikan kapal ke PT. Asuransi Takaful
Indonesia;
- Kapal hilang di sekitar Batam;
- BMI mengajukan klaim ke PT Asuransi Takaful Indonesia;
- Asuransi tidak mau membayar klaim;
- BMI menggugat asuransi syariah ke PA;

PA : Menyatakan NO, dengan alasan akad asuransi


dinilai tidak sesuai prinsip syariah;
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
Sepanjang gugatan bukan pembatalan akad dan tidak
ada pula eksepsi dari Tergugat, majelis hakim tidak
boleh membatalkan akad dengan alasan akad
melanggar prinsip syariah (SEMA No. 4 Tahun 2016).

PTA : Membatalkan Putusan PA, mengadili


sendiri:
N.O dengan alasan nasabah tidak dijadikan
pihak (Plurium Litis Consortium)

M.A : Tolak.
Permasalahan Teknis
4. Terdapat amar putusan dalam eksepsi
mengabulkan sebagian dan menolak selebihnya
serta pokok perkara diperiksa dan dikabulkan;
Misalnya:
Dalam Eksepsi:
- Mengabulkan eksepsi Tergugat sebagian;
- Menolak selebihnya;
- Menyatakan PA tidak berwenang mengadili objek No. A,
dan B;
Dalam Pokok Perkara:
- Mengabulkan sebagian;
- Menetapkam objek C dan D adalah harta bersama;
- dsb…
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
Kalau eksepsi dikabulkan, maka pokok perkara dinyatakan tidak
dapat diterima;
5. Masih terdapat hakim yang mengadili perkara dan
berpendapat bahwa eksepsi absolut adalah berkaitan
dengan jenis objek sehingga terdapat amar yang
mengabulkan eksepsi sebagian.
Seharusnya:
Eksepsi absolut adalah eksepsi yang berkaitan dengan jenis
pekara (misalnya: hibah, waris, perceraian, harta b ersama,
ekonomi syariah dan sebagainya), bukan berkaitan dengan
objek. Kalau sudah berkaitan dengan jenis objek, maka
eksepsi itu telah memasuki pokok perkara/eksepsi di luar
kewenangan.
Permasalahan Teknis

A. Masalah Eksepsi/Tangkisan:
Kewenangan Absolut
1. Eksepsi Kompetensi/Kewenangan
Kewenangan Relatif
 Eksepsi kewenangan diperiksa dan diputus mendahului pokok perkara
Dikabulkan  Putusan Akhir
Ditolak  Putusan Sela
 Eksepsi yang dikabulkan dapat diajukan banding dan kasasi;
 Eksepsi yang ditolak (putusan sela) hanya boleh diajukan banding bersama dengan
putusan akhir.

2. Eksepsi di luar kewenangan


 Diperiksa dan diputus bersama dengan pokok perkara.
 Dipertimbangkan pada bagian eksepsi, bukan bagian pokok perkara.

Eksepsi kewenangan dan di luar kewenangan harus


diajukan pada sidang pertama bersama-sama dengan
jawaban pertama atas10 pokok perkara, kecuali eksepsi
Permasalahan Teknis
6. Amar putusan akhir dalam eksepsi, mengutip seluruh bunyi
amar putusan sela
Dalam putusan akhir, majelis hakim mengutip semua isi putusan
sela yang menolak eksepsi tergugat tentang kewenangan relatif.
Contoh: Putusan Akhir
MENGADILI:
Dalam Eksepsi
1. Menyatakan Pengadilan Agama A berwenang memeriksa dan
mengadili perkara a quo;
2. Memerintahkan para pihak untuk melanjutkan pemeriksaan
perkara;
3. Mengangguhkan tentang biaya perkara sampai putusan akhir;

11
Permasalahan Teknis

Dalam Pokok Perkara


1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;
2. Menyatakan A telah meninggal dunia tahun 1978
dengan meninggalkan ahli waris sebagai berikut:
2.1. B bin C dst;
2.2. dst

Seharusnya :
Amar dalam putusan akhir tentang eksepsi
cukup menyatakan menolak eksepsi
Tergugat.
Permasalahan Teknis
8. Amar putusan tingkat banding yang membatalkan putusan
tingkat pertama yang mengabulkan eksepsi obsccurlibel,
kurang tepat
- Majelis tk. banding membatalkan pertimbangan majelis tk.
pertama yang mengabulkan eksepsi di luar kewenangan
tentang obscuur libel (kabur) dengan amar dalam putusan
akhir:
1.Membatalkan putusan tk pertama;
2.Menyatakan gugatan Penggugat tidak kabur;
3.Memerintahkan Pengadilan Agama memeriksa kembali
pokok perkara;
4.Membebankan biaya perkara dst…;

13
Permasalahan Teknis

Seharusnya:
Apabila majelis tk. banding berpendapat
bahwa eksepsi tentang obscuurlibel itu tidak
terbukti, maka cukup dengan menolak eksepsi
dan untuk pemeriksaan pokok perkara majelis
menjatuhkan putusan sela dengan perintah
agar pengadilan tk. pertama membuka sidang
kembali dan mengirimkan BAS tambahan
tersebut utk diputus di tingkat banding.
Permasalahan Teknis

9. PA memutus dua kali


Majelis hakim banding membuat putusan sela untuk
pemeriksaan tambahan karena eksepsi ditolak,
namun oleh PA setelah diperiksa dijatuhkan putusan
untuk kedua kalinya dan dikirim ke PTA;

Seharusnya: PA tidak menjatuhkan putusan


untuk kedua kalinya, cukup mengirimkan BA
sidang tambahan ke PTA untuk diputus di
PTA.

15
Permasalahan Teknis

10.Orang/badan hukum yang tidak menjadi pihak


dalam perkara, tidak dapat mengajukan upaya
hukum kasasi atau PK;

Seharusnya:
Upaya hukum dengan mengajukan derden verzet ke
Pengadilan Agama yang memutus perkara.

Contoh:
Penetapan waris yang tidak memasukkan semua ahli
waris

16
Permasalahan Teknis

11. Struktur Amar Putusan


Masih terdapat putusan yang amarnya sebagai berikut:

Dalam Eksepsi
- …..
- …..
Dalam Konpensi
- Dalam Pokok Perkara
- …..
Dalam Rekonpensi
- …..
Dalam Konvensi dan Rekonvensi
- …..

17
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
 Dalam hal tidak terdapat rekonvensi, maka struktur amarnya:
Dalam Provisi
- …..
- …..
Dalam Eksepsi
- …..
- …..
Dalam Pokok Perkara
- …..
- …..
 Dalam hal ada rekonvensi, maka struktur amarnya:
Dalam Konvensi
- Dalam Provisi
- Dalam Eksepsi
- Dalam Pokok Perkara
Dalam Rekovensi
- Dalam Provisi
- Dalam Eksepsi
- Dalam Pokok Perkara
Dalam Konvensi dan Rekovensi
Demikian pula bila ada intervensi dan sebagainya.
18
Permasalahan Teknis

12. Masih ditemukan amar putusan yang


menghukum Tergugat untuk membayar akibat
cerai (nafkah lampau, nafkah iddah, mut’ah,
nafkah anak) sesaat setelah atau sebelum ikrar
talak.
Seharusnya:
Dimasukkan ke dalam bagian pertimbangan
hukum saja karena amar tersebut merupakan
eksekusi prematur.

19
Permasalahan Teknis
13. Masih ada majelis hakim yang menetapkan harta
tergugat, baik yang sudah, akan ataupun belum ada,
sebagai jaminan atas kelalaian tergugat membayar nafkah
anak di masa yang akan datang.
Seharusnya: Setiap amar putusan harus bersifat jelas,
tegas dan dapat dilaksanakan.
14. Masih terdapat putusan yang mengabulkan gugatan waris
padahal tidak semua ahli waris dijadikan sebagai pihak.

Seharusnya: Dalam gugatan waris seluruh ahli waris


harus dijadikan pihak, Apabila ahli waris tidak lengkap
maka gugatan cacat formil dalam bentuk Plurium Litis
Consortium.
20
Permasalahan Teknis

15. Terdapat anak yang masih di bawah umur (4 th, 6


th, 10 th) yang dijadikan pihak secara langsung
sebagai Tergugat IV, V, VI dan atau memberi
kuasa kepada orang lain;

Seharusnya: Orang yang belum cukup


umur tidak boleh bertindak hukum, segala
kepentingannya harus diwakili oleh
orangtua/wali/ pengampunya. Apabila
posisinya sebagai tergugat, maka yang
digugat adalah orangtua/wali/
pengampunya.
Permasalahan Teknis
16. Terdapat amar putusan sebagai berikut:
Dalam Konvensi:
- Mengabulkan gugatan Penggugat;
- Menjatuhkan talak satu bain sughra Tergugat….
- Memerintahkan Panitera …dst.
Dalam Rekonvensi:
- Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi;
- Menetapkan hak hadanah atas anak bernama…berada di bawah
Tergugat Rekonvensi; atau
- Menetapkan harta berupa ….dan …. adalah harta bawaan tergugat
Rekonvensi.
Seharusnya:
- Cukup menyatakan gugatan rekonvensi ditolak atau tidak dapat
diterima;
- Tidak perlu diikuti amar menetapkan hak hadhanah ….dst..
- Atau menetapkan harta berupa A dan B sebagai harta bawaan
Tergugat Rekonvensi.
22
Permasalahan Teknis

17. Terdapat amar putusan yang masih


mengabungkan menolak dan tidak menerima
selebihnya.
Seharusnya:
Amar menolak dan tidak menerima harus
dipisahkan supaya jelas mana yang ditolak dan
mana yang tidak diterima. Yang lazim amar yang
menyatkan tidak diterima disebutkan secara rinci
karena terhadap objek tersebut masih dapat
diajukan kembali. Sedangkan amar selanjutnya
menyatakan menolak selebihnya;
Permasalahan Teknis

18. Saat ini mulai ditemukan beberapa kasus sengketa ekonomi syariah
berupa “Pembatalan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) yang membatalkan akad syariah antara nasabah
dengan bank syariah”.
seperti:
- Akad Murabahah – Nasabah - Nasabah – gugatan BPSK
- ada jaminan Hak Tanggungan - BPSK memutus pembatalan
- Kredit macet akad
- disomasi - kontrak baku
Bank Syariah mengajukan gugatan Pembatalan atas putusan BPSK
tersebut
Permasalahannya:
- Apakah pembatalan putusan BPSK menjadi kewenangan PA atau
tidak?
- Apakah BPSK berwenang membatalkan akad syariah?

24
Permasalahan Teknis
19. Terdapat putusan verstek, dimana Penggugat mengajukan
upaya hukum banding ke PTA, sedangkan Tergugat
mengajukan verzet. Oleh PA, permohonan banding dikirim
ke PTA, kemudian PTA mengadili dan memutus
permohonan banding tersebut, setelah berkas perkara
dikirim kembali ke PA, perkara verzet diperiksa oleh PA.
Atas putusan verzet tersebut para pihak menggunakan
upaya hukum banding kembali untuk yang kedua kalinya
dan PTA memutus kembali.

Seharusnya: Dalam hal Penggugat/Pemohon


menggunakan upaya hukum banding, maka bagi
Tergugat upaya hukumnya bukan verzet, tetapi
banding ke PTA (Pasal 8 UU No. 20 Tahun 1947
tentang Peradilan Ulangan.
Permasalahan Teknis

20.Terdapat putusan dengan alat bukti foto,


kemudian foto tersebut discan dan dimasukkan
dalam pertimbangan hukum.
Seharusnya:
Alat bukti foto tidak termasuk ke dalam alat bukti
perdata yang disebutkan dalam Pasal 164 HIR/
284 R.Bg., Akan tetapi foto dapat
dipertimbangkan sebagai bukti persangkaan sesuai
dengan Pasal 173 HIR/310 R.Bg.

26
Permasalahan Teknis

Dalam Hukum Acara Perdata:


Persangkaan adalah kesimpulan yang oleh
hakim atau oleh undang-undang ditarik
dari suatu peristiwa yang terang dan nyata
kepada peristiwa lain yang belum jelas
kenyataannya. (vide: Pasal 1915 KUH Perdata)
Permasalahan Teknis
Sehingga alat bukti persangkaan terbagi:
 Persangkaan hakim  Bebas;
yang dapat dibuktikan lebih
 Persangkaan UU: lanjut.
Yang tidak dapat
dibuktikan lebih lanjut.
Foto  Sebagai persangkaan hakim yang nilai kekuatan pembuktiannya adalah bebas dan
dapat memperkuat bukti yang ada.
(vide: Pasal 173 HIR/310 R.Bg.)
Pasal 173 HIR:
Pesangkaan saja yang tidak berdasarkan suatu peraturan undang-
undang yang tertentu, hanya harus diperhatikan oleh hakim waktu
menjatuhkan keputusan jika Persangkaan itu penting, saksama, dan satu
sama lain bersetujuan.
Pasal 310 R.Bg.:
Persangkaan/dugaan belaka yang tidak berdasarkan peraturan perundang-undangan hanya
boleh digunakan hakim dalam memutus suatu perkara Jika itu sangat penting, cermat,
tertentu, dan bersesuaian satu dengan yang lain.
28
Permasalahan Teknis

21.Ada pengakuan dengan klausul atau pengakuan


dengan kualifikasi, lalu hakim membebankan
pembuktian kepada pihak lawan (Tergugat), seakan
Tergugat telah mengakui sehingga Penggugat tidak
dibebani alat bukti.
Seharusnya:
Beban pembuktian pertama tetap dibebankan
kepada Penggugat (susuai pasal 163 HIR/283
R.Bg). Setelah Penggugat dapat membuktikan
dalil gugatannya, maka Tergugat dibebani bukti
tentang klausulnya tersebut.
22. Masing-masing alat bukti yang tersebut dalam Pasal 164 HIR memiliki kekuatan pembuktian
dan batas minimal kekuatan pembuktian sebagai berikut:

No. Alat Bukti Kekuatan Pembuktian Batas Minimal

1. Tertulis: a. Mengikat a. Mampu berdiri sendiri, sepanjang


a. Akta Otentik b. Sempurna tidak dibantah
b. Dapat dibantah
b. Dibawah
tangan a. Kalau diakui: a. Mampu berdiri sendiri
- mengikat dan
- sempurna
b. Dibantah bebas b. Perlu alat bukti tambahan

2. Saksi - Mengikat a. 2 orang saksi yang memenuhi


- bebas syarat formil dan materiil
b. 1 saksi + bukti lain

3. Pengakuan - Mengikat a. Berdiri sendiri


- Murni - Sempurna b. Tidak dapat dilumpuhkan dengan
- menentukan bukti lawan
- Klausul / - bebas - Memerlukan bukti lain
Kualifikasi
No. Alat Bukti Kekuatan Pembuktian Batas Minimal
4. Persangkaan bebas - Tidak mampu berdiri sendiri
- Hakim - Perlu bukti lain
- undang-undang - Mengikat - Berdiri sendiri
- tidak dapat - Sempurna
dibuktikan - Menentukan

- dibuktikan bebas - Perlu bukti lain


lebih lanjut

5. Sumpah
a. Suppletoir - Mengikat Berdiri sendiri
- sempurna
- Menentukan

b. Decissoir - Mengikat Berdiri sendiri


- Sempurna
- Menentukan
23. Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali (PK) tidak
bersamaan dengan risalah Peninjauan Kembali;

seharusnya:
Permohonan Peninjauan Kembali (PK) harus diajukan
bersama-sama dengan risalah PK (vide: Pasal 71 dan 72
UU No. 14 Tahun 1985, SEMA Nomor 3 Tahun 2015)
24. Permohonan Peninjauan Kembali (PK) dengan alasan adanya
novum (bukti baru) tidak disertai dengan BA penyumpahan
novum oleh pengadilan pengaju;

Seharusnya:
Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan adanya
novum harus disertai dengan BA penyumpahan novum oleh
pengadilan pengaju dan harus dikirim ke Mahkamah Agung
bersama dengan Bundel B;
25. Hakim tingkat pertama yang ditunjuk untuk melakukan
sidang sumpah penemuan novum, dalam BA sumpah novum
ternyata melakukan penilaian terhadap sah tidaknya novum
tersebut, sehingga alasan tidak mengirimkan novum itu
karena dinilai tidak sah;
Seharusnya:
Hakim tingkat pertama yang ditunjuk untuk melakukan
sidang sumpah penemuan novum, tidak berwenang menilai
keabsahan sumpah;
26. Putusan sela yang menolak eksepsi diajukan banding, lalu
majelis hakim banding menguatkan eksepsi kewenangan
yang ditolak oleh majelis tingkat pertama tersebut dan
memerintahkan majelis tingkat pertama melanjutkan
pemeriksaan pokok perkara, namun dengan putusan akhir
sehingga diajukan kasasi oleh para pihak;
seharusnya:
Ketua PTA mengembalikan berkas tersebut dengan
keterangan bahwa putusan sela tersebut belum waktunya
dibanding, kecuali bersama-sama dengan putusan akhir.
27. Majelis hakim mengabulkan objek harta bersama yang masih
dijadikan sebagai jaminan hutang di bank;
Seharusnya:
Objek sengketa yang masih menjadi jaminan hutang bank
dan dikenai hak tanggungan belum menjadi milik sempurna
suami istri sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima;
Sekian dan Terima Kasih

Wassalamu’alaikum W.W.

37

Anda mungkin juga menyukai