Oleh:
Dr. H. Purwosusilo, S.H., M.H.
(Hakim Agung Kamar Perdata Agama)
Contoh:
Nasabah tidak membayar 3-4 kali angsuran;
Bank telah melakukan somasi sesuai ketentuan,
namun tidak diindahkan oleh nasabah;
Bank akan melelang barang jaminan (misalnya Hak
Tanggungan) karena nasabah wanprestasi;
Nasabah mengajukan gugatan perlawanan ke PA,
dengan posita bahwa gugatan cacat formil karena
wanprestasi harus menunggu akad selesai;
PA mengabulkan perlawanan pelawan dengan
pertimbangan Wasprestasi harus menunggu akad
selesai.
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
Wanprestasi bisa terjadi apabila nasabah telah
lalai melakukan pembayaran 3 atau 4 bulan
(sesuai akad), dan tidak harus menunggu selesai
akad.
4. Hampir seluruh akad syariah dalam bentuk mudharabah,
murabahah, dan musyarakah memakai jaminan:
Tanah dan bangunan di atasnya: Hak tanggungan;
Barang bergerak : Fidusia;
Barang bergerak : Gadai;
Kapal : Hipotik (UU No. 21 Tahun 1992 Pasal 49 Tentang
Pelayaran).
5
Permasalahan Teknis
Contoh Kasus:
BMI – Nasabah melakukan akad murabahah sebesar 13
Milyar untuk pembelian kapal;
- Kapal dijaminkan oleh nasabah ke BMI;
- Kapal dicatatkan di Pelabuhan Pontianak;
- BMI mengasuransikan kapal ke PT. Asuransi Takaful
Indonesia;
- Kapal hilang di sekitar Batam;
- BMI mengajukan klaim ke PT Asuransi Takaful Indonesia;
- Asuransi tidak mau membayar klaim;
- BMI menggugat asuransi syariah ke PA;
M.A : Tolak.
Permasalahan Teknis
4. Terdapat amar putusan dalam eksepsi
mengabulkan sebagian dan menolak selebihnya
serta pokok perkara diperiksa dan dikabulkan;
Misalnya:
Dalam Eksepsi:
- Mengabulkan eksepsi Tergugat sebagian;
- Menolak selebihnya;
- Menyatakan PA tidak berwenang mengadili objek No. A,
dan B;
Dalam Pokok Perkara:
- Mengabulkan sebagian;
- Menetapkam objek C dan D adalah harta bersama;
- dsb…
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
Kalau eksepsi dikabulkan, maka pokok perkara dinyatakan tidak
dapat diterima;
5. Masih terdapat hakim yang mengadili perkara dan
berpendapat bahwa eksepsi absolut adalah berkaitan
dengan jenis objek sehingga terdapat amar yang
mengabulkan eksepsi sebagian.
Seharusnya:
Eksepsi absolut adalah eksepsi yang berkaitan dengan jenis
pekara (misalnya: hibah, waris, perceraian, harta b ersama,
ekonomi syariah dan sebagainya), bukan berkaitan dengan
objek. Kalau sudah berkaitan dengan jenis objek, maka
eksepsi itu telah memasuki pokok perkara/eksepsi di luar
kewenangan.
Permasalahan Teknis
A. Masalah Eksepsi/Tangkisan:
Kewenangan Absolut
1. Eksepsi Kompetensi/Kewenangan
Kewenangan Relatif
Eksepsi kewenangan diperiksa dan diputus mendahului pokok perkara
Dikabulkan Putusan Akhir
Ditolak Putusan Sela
Eksepsi yang dikabulkan dapat diajukan banding dan kasasi;
Eksepsi yang ditolak (putusan sela) hanya boleh diajukan banding bersama dengan
putusan akhir.
11
Permasalahan Teknis
Seharusnya :
Amar dalam putusan akhir tentang eksepsi
cukup menyatakan menolak eksepsi
Tergugat.
Permasalahan Teknis
8. Amar putusan tingkat banding yang membatalkan putusan
tingkat pertama yang mengabulkan eksepsi obsccurlibel,
kurang tepat
- Majelis tk. banding membatalkan pertimbangan majelis tk.
pertama yang mengabulkan eksepsi di luar kewenangan
tentang obscuur libel (kabur) dengan amar dalam putusan
akhir:
1.Membatalkan putusan tk pertama;
2.Menyatakan gugatan Penggugat tidak kabur;
3.Memerintahkan Pengadilan Agama memeriksa kembali
pokok perkara;
4.Membebankan biaya perkara dst…;
13
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
Apabila majelis tk. banding berpendapat
bahwa eksepsi tentang obscuurlibel itu tidak
terbukti, maka cukup dengan menolak eksepsi
dan untuk pemeriksaan pokok perkara majelis
menjatuhkan putusan sela dengan perintah
agar pengadilan tk. pertama membuka sidang
kembali dan mengirimkan BAS tambahan
tersebut utk diputus di tingkat banding.
Permasalahan Teknis
15
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
Upaya hukum dengan mengajukan derden verzet ke
Pengadilan Agama yang memutus perkara.
Contoh:
Penetapan waris yang tidak memasukkan semua ahli
waris
16
Permasalahan Teknis
Dalam Eksepsi
- …..
- …..
Dalam Konpensi
- Dalam Pokok Perkara
- …..
Dalam Rekonpensi
- …..
Dalam Konvensi dan Rekonvensi
- …..
17
Permasalahan Teknis
Seharusnya:
Dalam hal tidak terdapat rekonvensi, maka struktur amarnya:
Dalam Provisi
- …..
- …..
Dalam Eksepsi
- …..
- …..
Dalam Pokok Perkara
- …..
- …..
Dalam hal ada rekonvensi, maka struktur amarnya:
Dalam Konvensi
- Dalam Provisi
- Dalam Eksepsi
- Dalam Pokok Perkara
Dalam Rekovensi
- Dalam Provisi
- Dalam Eksepsi
- Dalam Pokok Perkara
Dalam Konvensi dan Rekovensi
Demikian pula bila ada intervensi dan sebagainya.
18
Permasalahan Teknis
19
Permasalahan Teknis
13. Masih ada majelis hakim yang menetapkan harta
tergugat, baik yang sudah, akan ataupun belum ada,
sebagai jaminan atas kelalaian tergugat membayar nafkah
anak di masa yang akan datang.
Seharusnya: Setiap amar putusan harus bersifat jelas,
tegas dan dapat dilaksanakan.
14. Masih terdapat putusan yang mengabulkan gugatan waris
padahal tidak semua ahli waris dijadikan sebagai pihak.
18. Saat ini mulai ditemukan beberapa kasus sengketa ekonomi syariah
berupa “Pembatalan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen (BPSK) yang membatalkan akad syariah antara nasabah
dengan bank syariah”.
seperti:
- Akad Murabahah – Nasabah - Nasabah – gugatan BPSK
- ada jaminan Hak Tanggungan - BPSK memutus pembatalan
- Kredit macet akad
- disomasi - kontrak baku
Bank Syariah mengajukan gugatan Pembatalan atas putusan BPSK
tersebut
Permasalahannya:
- Apakah pembatalan putusan BPSK menjadi kewenangan PA atau
tidak?
- Apakah BPSK berwenang membatalkan akad syariah?
24
Permasalahan Teknis
19. Terdapat putusan verstek, dimana Penggugat mengajukan
upaya hukum banding ke PTA, sedangkan Tergugat
mengajukan verzet. Oleh PA, permohonan banding dikirim
ke PTA, kemudian PTA mengadili dan memutus
permohonan banding tersebut, setelah berkas perkara
dikirim kembali ke PA, perkara verzet diperiksa oleh PA.
Atas putusan verzet tersebut para pihak menggunakan
upaya hukum banding kembali untuk yang kedua kalinya
dan PTA memutus kembali.
26
Permasalahan Teknis
5. Sumpah
a. Suppletoir - Mengikat Berdiri sendiri
- sempurna
- Menentukan
seharusnya:
Permohonan Peninjauan Kembali (PK) harus diajukan
bersama-sama dengan risalah PK (vide: Pasal 71 dan 72
UU No. 14 Tahun 1985, SEMA Nomor 3 Tahun 2015)
24. Permohonan Peninjauan Kembali (PK) dengan alasan adanya
novum (bukti baru) tidak disertai dengan BA penyumpahan
novum oleh pengadilan pengaju;
Seharusnya:
Permohonan Peninjauan Kembali dengan alasan adanya
novum harus disertai dengan BA penyumpahan novum oleh
pengadilan pengaju dan harus dikirim ke Mahkamah Agung
bersama dengan Bundel B;
25. Hakim tingkat pertama yang ditunjuk untuk melakukan
sidang sumpah penemuan novum, dalam BA sumpah novum
ternyata melakukan penilaian terhadap sah tidaknya novum
tersebut, sehingga alasan tidak mengirimkan novum itu
karena dinilai tidak sah;
Seharusnya:
Hakim tingkat pertama yang ditunjuk untuk melakukan
sidang sumpah penemuan novum, tidak berwenang menilai
keabsahan sumpah;
26. Putusan sela yang menolak eksepsi diajukan banding, lalu
majelis hakim banding menguatkan eksepsi kewenangan
yang ditolak oleh majelis tingkat pertama tersebut dan
memerintahkan majelis tingkat pertama melanjutkan
pemeriksaan pokok perkara, namun dengan putusan akhir
sehingga diajukan kasasi oleh para pihak;
seharusnya:
Ketua PTA mengembalikan berkas tersebut dengan
keterangan bahwa putusan sela tersebut belum waktunya
dibanding, kecuali bersama-sama dengan putusan akhir.
27. Majelis hakim mengabulkan objek harta bersama yang masih
dijadikan sebagai jaminan hutang di bank;
Seharusnya:
Objek sengketa yang masih menjadi jaminan hutang bank
dan dikenai hak tanggungan belum menjadi milik sempurna
suami istri sehingga harus dinyatakan tidak dapat diterima;
Sekian dan Terima Kasih
Wassalamu’alaikum W.W.
37