Anda di halaman 1dari 22

RANGKUMAN ASWAJA

GURU PENGAMPU
NING SAUDAH AL AMILAH KHOLISOH AFIFI, S.Pdi,
M.Pdi

NAMA : LELIFIA ISYA BILUL JANNAH


KELAS : XII-IPS
KHITTAH NU
A. Pengertian Khittah NU

Khittah artinya garis, yakni garis yang diikuti, garis yang biasa
ditempuh, dan garis yang selalu ditempuh. Jika kata khittah dirangkai
dengan nahdlatul ulama, Maka artinya adalah garis yang diikuti, yang
biasa ditempuh, dan selalu ditempuh oleh nahdllatul ulama dan
warganya (Nahdliyin) dalam kiprahnya mewujudkan cita cita
berdasarkan paham Ahlusunah Wal Jamaah.

Dapat dipahami bahwa naskah khittah nahdliyah nu baru


dirumuskan dan ditetapkan pada muktamar NU ke-27 tahun 1984,
namun generasi-generasi pertama NU sudah berusaha memahami,
menghayati, dan menerapkan hakikat khittah NU yang sesuai dengan
ajaran islam Ahlusunah Wal Jamaah dengan mengikuti salah satu dari
mahdzhab 4 ( Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali).

Gagasan untuk merumuskan khitthah nahdlatul Ulama secara


lengkap dan sistematis pertama kali dimunculkan oleh Kh. Ahmad
Shiddiq dalam buku kecilnya berjudul Khittah Nahdliyah yang
diterbitkan pada tahun 1979. Rumusan Khitthah Nahdlatul Ulama
selain besumber dari paham Ahlisunnah Waljamaah dan digali dari
intisari perjalanan sejaah khidmat (kiprah) NU dari masa ke masa,
juga dimasukkan pula beberapa hal yang baru seperti wawasan NU
tentang Negara Republik Indonesia, Pancasila, dan sebagainya.

1
B. Isi dan kandungan Khitthah Nahdlatul Ulama

Naskah Khittah Nahdlatul Ulama yang ditetapkan dalam


keputusan muktamar NU ke 27 tahun 1984 Nomor 02/MNU-27/1084
berisi 9 butir utama yaitu :

1. Mukaddimah
2. Pengertian
3. Dasar-dasar Paham Keagamaan NU
4. Sikap Kemasyarakatan NU
5. Perilaku yang dibentuk oleh dasar keagamaan dan sikap
kemasyarakatan NU
6. Ikhtiar-ikhtiar yang dilakukan NU
7. Fungsi Organisasi dan kepemimpinan Ulama didalam NU
8. NU dan Kehidupan Berenegara
9. Khattimah.

2
C. Mengamalkan dan Menyebar luaskan Khittah NU

Setelah mempelaari Khittah Nahdlatul Ulama, maka kewajiban


warga NU termasuk pelajar adalah senantiasa mengamalkan dan
penyebar luasan Khittah NU. Beberapa hal dapat kita lakukan untuk
mengamalkan dan menyebar luaskan Khittah NU antara lain :

1. Bidang keagamaan

a) Mempelajari dan mendalami ajaran islam Aaahlussunnah Wal


Jamaah baik dalam bidang aqidah, ibadah maupun muamalah.
b) Mengamalkan ajaran islam dalam kehidupan sehari hari sesuai
yang telah diajarkan oleh para ulama Ahlussunnah Wal Jamaah
dengan tanpa menyalahkan sesama muslim yang memiliki
pemahaman yang berbeda.
c) Ikut berperan dalam menyebarkan ajaran dan amaliyah NU
dengan mengikuti kegiatan kegiatan yang diselenggarakan oleh
NU maupun badan otonomnya.

2. Bidang Kemasyarakatan

Mengamalkan dan Menyebarluaskan dasar-dasar sikap


kemasyarakatan Nahdlatul Ulama dapat dilakukan dengan cara
menerapkan sikap-sikap kemasyarakatan Nahdlatul Ulama yaitu :

a) Sikap Tawasuth dan I’tidal


b) Sikap Tasamuh
c) Sikap Tawazun
d) Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

3
MABADI KHAIRA UMMAH
A. Pengertian Mabadi Khairu Ummah

Istilah mabadi khairu ummah sudah dikenal dikalangan waga


Nahdliyyin sejak pelaksanaan Muktamar NU ke-13 tahun 1935. Kata
mabadi khairu dalam bahasa arab merupakan jama’ dari kata mabda’
yang artinya dasar yang dari pada segala sesuatu dimulai. Sedangkan
khaira ummah berasal dari petikan ayat dalam Q.S. Ali Imran ayat
110 yang artinya : “kamu adalah umat yag terbaik” . Dengan
demikian mabadi khairu ummah adalah beberapa prinsip dasar yang
menjadi langkah awal pembentukan umat yang terbaik.

Gerakan mabadi khairu ummah yang dimulai sejak tahun 1935


dalam perkembangan tidak berjalan secara maksimal kaena terjadi
perang dunia II saat NU mejadi partai politik. Keinginan untuk
memaksimalkan kembali gerakan mabadi khairu ummah muncul
pada tahun 1973 bersamaan dengan munculnya keinginan kembali
kepada khitthah, sehingga pada Munas alim Ulama NU di Lampung
pada tahun 1992 telah disepakati rumusan Gerakan mabadi khairu
ummah yang baru dengan menambah 2 butir yaitu : ‘”Al ‘Adalah dan
Al Istiqomah. Pada gerakan mabadi khairu ummah yang baru, selain
tetap mengacu pada sasaran yang ingin dicapai pada tahun 1935 juga
dimaksudkan sebagai landasan bagi pembentukan tata kehidupan
yang baru yang lebih luas meliputi bidang-bidang ekonomi,politik,
budaya, kemasyarakatan, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan posisi
Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah Diniyah Ijtimah (Organisasi sosial
keagamaan) yang bertujuan menciptakan kemaslahatan masyarakat,
kemajuan bangsa, dan ketinggian martabat manusia.

4
B. Isi dan Kandungan Mabadi’ Khaira Ummah

Isi dan kandungan manadi’ khaira ummah ada lima butir :

1. As Shidqu

Makna As shidqu meliputi kejujuran, kebenaran, kesungguhan,


dan keterbukaan. Kejujuran ada di 4 tempat :

a) Kejujuran dalam bersikap


b) Kejujuran dalam berbicara
c) Kejujuran dalam berbuat
d) Kejujuran dalam berfikir

2. Al Amanah wal Wafa’ bil Ahdi

Dalam Mabadi’ Khaira Ummah, kedua ungkapan itu digabung


menjadi satu kesatuan guna mencerminkan sikap setia dan terpecaya
dalam melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban dan tanggung
jawab.

3. Al ‘Adalah

Yaitu mengandung pengertian bersikap adil, atau dengan kata


lain memberikan hak dan kewajiban secara proposional.

4. At Ta’awun

Kata At Ta’awun memiliki beberapa arti yaitu : tolong


menolong, setia kawan, dan gotong royong dalam kebaikan dan
ketakwaan.

5. Al Istiqomah

Mengandung pengertian keajegan, kesinambungan, dan


keberlanjutan

5
C. Pengamalan Dan Penyebarluasan Mabadi’ Khaira Ummah

Gerakan pembentukan umat yang terbaik ini mempunyai 2


tujuan utama :

a) Menciptakan tata kehidupan masyarakat yang lbih baik, adil,


dan harmonis
b) Meningkatkan pengabdian warga NU terhadap bangsa dan
negara

Banyak hal telah dilakukan utuk keperluan pengamalan pinsip


prinsip dasar yang telah dietapkan.dalam waktu yang tidaklama
geakan ini mendapatkan hasil yang baik.hal ini dapat dilihat antara
lain dari tumbuh dan berkembangnya semangat berorganisasi di
kalangan warga NU.

Namun gerakan Mabadi Khaira Ummah ini sempat terhenti


diebabkan oleh perkembangan politik di Indonesia yang kurang
mendukung , kemiskinan , serta kurang berfungsinya tertib
organisasi yang telah lama menjadi problem serius yang hampir
kronis.

Oleh karena itu, Mabadi Khaira Ummah ini darus diarahkan


kepada konsolidasi inernal NU sendiri yang diharapkan akan lebih
mudah bagi NU dan warganya untuk merealisasikan citra Mabadi
Khaira Ummah dengan melaksanakan tugas tugas dan tanggung
jawabnya dalam berjam’iyah secara lebih konsisten , berda’wah dan
amar ma’ruf nahi munkar sesuai situasi dan kondisi yang dihadapinya

6
KONSEP UKHUWAH
A. Pengertian Dan Macam Macam Ukhuwah Menurut Nu

Kata “ukhuwah” berasal dari bahasa arab yang artinya”


saydara” atau “sahabat”.Kata ini pada mulanya berarti “yang
sama”.persamaan dalam garis keturunan mengakibakan
persaudaraan demikian juga persamaan dalam sifat atau bentuk
bentuk lainnya.Dari pengertian kebahasaan ini, kata ukhuwah
didefinisikan sebagai : suatu sikap yang mencerminkan rasa
persaudaraan, kerukunan , persatuan dan solidaritas yang dilakukan
oleh seoang terhadap orang lain atau suatu kelompok kepada
kelompok lain , dalam interaksi sosial (mu’amalah ijtima’iyah)
NU melihat ada tiga jenis hubungan antara manusia yang
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan yaitu : (a) hubungan
atas dasar kesamaan agama, (b) hubungan atas kesamaan bangsa
atau tanah air , (c) hubungan global sesama manusia.Beberapa sikap
dasar yang menguatkan rasa persaudaraan (ukhuwah) dalam
kehidupan bermasyarakat antara lain : 1) At ta’aruf (saling
mengenal), 2) At tasamuh (saling menghargai/ tenggang rasa), 3) At
ta’awun (saling menolong), 4) At tarahum (saling menyayangi), 5) At
tadlamun (saling mendukung). Hal hal yang melemahkan ukhuwah:
1. As Sukhriyah (Menghina)

2. Al Lamzu (Mengejek)

3. Su-Udhdhon (Buruk Sangka)

4. Al Ghibah (Menggunjing)

5. At Tajassus (Curiga)

6. Ar Takabbur (Sombong)

7
B. Macam Macam Ukhuwah Menurut NU

Allah SWT telah menciptakan manusia, laki laki dan


perempuan, dan berbangsa bangsa untuk menjalani hubungan
dengan baik.Maksudnya saling berhubungan dan berinteraksi secaa
positif. Interaksi positif itu di perlukan sebagai syarat terwujudnya
perdamaian di muka bumi, namun yang dinilai terbaik di sisi Allah
adalah meeka yang bena benar dekat dan bertaqwa kepada-Nya.

Dalam konsep tri ukhuwah ini, NU melihat ada 3 kelompok


yaitu :

(1) Ukhuwah Islamiyah (kelompok seagama).

Bisa diartikan sebagai persudaaan dalam islam.

(2) Ukhuwah Wathaniyah (kelompok sebangsa)

Ukhuwah Wathaniyah artinya persaudaraan antara sesama warga


bangsa, yaitu persaudaraan yang tumbuh dan berkembang atas
dasar kesadaan berbangsa dan bernegara

(3) Ukhuwah Insaniyah atau Ukhuwah Basyariyah (kelompok besar


umat manusia).

Artinya persaudaaan sesama manusia, yaitu persaudaraan yang


tumbuh dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yan bersifat
universal, menjalin hubungan antar semua umat manusia sedunia
tanpa melihat wilayah , kebangsaan , perbedaan ras , bahasa, agama
maupun lainnya.

8
C. Mengamalkan dan Menyabarkanluaskan Ukhuwah Menurut NU

Dalam pengamalan ketiga jenis ukhuwah harus dipandang


sebaga salh satu kesatuan yang saling membutuhkan dan saling
mendukung.Penerapan ketiga jenis ukhuwah hendaknya dilakukan
secaa proporsional , seimbang, dan menurut tuntunan syari’at islam.

Proses pengembangan wawasan ukhuwah sering kali


mengalami hambata hambatan yang disebabkan oleh beberapa
fakor,antara lain: (1) kebangaan kelompok yang berlebihan, (2)
Wawasan berfikir yang sempit, (3) Lemahnya fungsi kepemimpinan
umat dalam mengembangkan semangat ukhuwah.

Menurut NU ,pengamalan wawasan ukhuwah , dapat dilakukan


melalui bermacam cara antara lain : (a) Ukhuwah Islamiyah
seyogyanya dimulaidari lingkungan yang paling kecil (keluarga),
kelompok , atau warga dalam suatu jam’iyah,kemudian
dikembangkan dalam lingkungan yang lebih luas (antar jam’iyah,
kelompok, dan bangsa), (b) Perlu adanya keteladanan yang baik
(uswah hasanah dari pemimpim umat), (c) mengembangkan
perluasan berpikir dalam masalah keagamaan maupun
kemasyarakatan.

Adapun penyebarluasan wawasan ukhuwah menuru NU dapat


dilakukan melalui beberapa cara , antara lain:

a. Mendayagunakan semua lembaga dan sarana yang tersedia

b. Mendayagunakan semua lembaga pendidikan yang dimiliki NU

c. Memanfaatkan kegiatan keagamaan yang menjadi tradisi NU

d. Menciptakan suatu mekanisme yang baik dan efektif dalam


berorganisasi.

9
Pengertian dan Dalil Tentang Barokah dan Karomah
A. Pengertian Barokah dan Karomah
a) Pengertian Barokah
Barokah secara etimologis berarti semakin bertambahnya
kebaikan dan manfaat. Sesuatu yang dianggap bermuatan barokah
berarti dirasakan ada nilai tambah meskipun pada lahirnya tidak ada,
atau malah berkurang.
b) Pengertian Karomah
Karomah merupakan karunia dari Allah kepada para wali
(kekasih) Nya tanpa ada sebab dan juga tanpa ada tantangan dari
orang lain, sehingga mereka yang dikaruniai karomah tidak boleh
mempromosikan diri sebagai wali atau kekasih Allah.
Keluarnya karomah dari seorang wali justru diakui oleh
kebanyakan oleh kaum muslimin dan bisa diterima secara aqli dan
dibenarkan secara naqli. Secara aqli sangat mungkin Allah SWT
memberikan karomah kepada wali (kekasih Nya) yang pada
hakikatnya datang dari Allah. Adapun secara naqli, banyak ayat ayat
al quran yang menggambarkan karomah yang diberikan allah kepada
orang orang sholeh yang menjadi kekasih Nya, antara lain:
1) Dzul Qornain, seorang penakluk dari Macedonia
2) Ashif bin Burkhiya (seorang ahli kitab Taurat dan Zabur) yang
mapu membawa lari singgasana Ratu Bilqis.
3) 7 orang pemuda Ash-Habul Kahfi yang tidak makan minum
selama 300 tahun karena tertidur didalam gua untuk
meyelamatkan aqidahnya dari tirani Raja Diqyanus, penguasa
Roma pada masa itu.
4) Siti Maryam yang masih remaja tekun beribadah di Mihrab
Masjidil Aqsha.
10

B. Dalil dalil tentang Barokah dan Karomah


a.) Dalil tentang Barokah
1) Barokah yang terdapat pada kitab suci Al Quran (QS.Shaad:
29)
2) Barokah yang terdapat pada benda benda tertentu seperti
Ka’bah, Hajar Aswad, air hujan, dan air Zamzam (QS.Ali Imran:
96, Q.S. Qaaf : 9)
3) Barokah yang terdapat pada makanan seperti makanan yang
dimakan bersama dan makanan sahur.
4) Barokah yang terdapat pada pohon Zaitun : (Q.S. An Nur : 35)
5) Barokah yang terdapat pada waktu waktu tertentu (QS. Ad
Dukhan: 3)
6) Barokah yang terdapat pada tempat tempat tertentu (QS. Al
Isra’: 1)
7) Barokah yang terdapat karena kemuliaan seseorang (QS.
Maryam: 31)
b.)Dalil dalil tentang Karomah
Dalam Karomah tidak dicatumkan lagi dalil dalil nya dari Al Quran
melainkan dikemukakan sejumlah tokoh sahabat Nabi sebagai bukti
adanya karomah antara lain :

a. Abu Bakar As Shiddiq


b. Umar bin Khattab
c. Usman bin Affan
d. Ali binAbi Thalib
e. Sa’ad bin Abi Waqqash
f. Khalid bin Walid
g. Salman Al Faritsi
11
Upaya Memperoleh Barokah dan Karomah
A. Upaya memperoleh Barokah
1. Membaca Al Quran
2. Berdzikir dimana saja dan kapan saja
3. Bersholawat dimana saja dan kapan saja
4. Minum air Zamzam dan air hujan
5. Menghormati orang tua, guru, dan orang yang lebih tua
6. Menyantuni orang orang yang membutuhkan
7. Mengunjugi para wali dan ulama yang masih hidup
8. Menziarohi makam Rasulullah, Sahabat, para wali, para
Ulama, dan keluarga yang telah meninggal
B. Upaya memperoleh Karomah
1. Beriman dan bertakwa
2. Gemar beramal sesuai syariat Islam
3. Melaksanakan semua amalan yang wajib dan sunnah
4. Berperilaku istiqamah (konsisten)
5. Berjiwa ikhlas
Memperoleh Karomah bukanlah tujuan utama dari peningkatan
keimanan dan ketakwaan, bukanlah tujuan utama beramal sholeh
dan bukan pula tujuan utama beristiqomah, karena Karomah itu
adalah urusan Allah. Oleh karena itu, upaya memperoleh Karomah
harus dipahami sebagai upaya meraih keridhoan Allah semata mata,
sedangkan memperoleh karomah atau tidak adalah urusan Allah
SWT.

12
Mengamalkan Tradisi Ziaroh Para Ulama dan
Auliya’
A. Tradisi ziarah kepada para Ulama dan Auliya’
Memuliakan para ulama dan auliya itu banyak sekali macamnya,
salah satunya yaitu ziarah kepada para ulama dan auliya yang masih
hidup (sowan) maupun yang sudah meninggal (ziarah kubur).
Sowan merupakan tradisi kaum santri berkunjung kepada
seorang kyai dengan tujuan meminta petunjuk atas permasalahan
yang sedang dihadapi, meminta barokah doa dari kyai, atau hanya
sekedar silaturrahim seperti yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Tentunya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari
tradisi sowan kepada para ulama dan auliya (yang masih hidup),
diantaranya :
1. Dapat menimba ilmu dari mereka, Abu Yazid Al Busthomi
berkata: “Barang siapa yang tidak memiliki sandaran guru dalam
bimbingan agamanya, maka tidak ada keraguan lagi bahwa gurunya
adalah setan.”
2. Dapat memperoleh fatwa, nasihat atau wejangan dari mereka.
3. Hanya dengan menatap wajah sang kyai (ulama dan auliya)
ataupun sebaliknya sudah sedikit banyak membawa barokah kepada
kita.
4. Dapat meminta barokah doa atau arahan kepada mereka.
5. Dapat mencium tangan mereka seperti dalam riwayat Abu Daud
yang bersumber dari sahabat Zari’ bahwasanya “suatu ia menjadi
salah seorang delegasi suku Abdul Qois, ketika melihat Rasulullah
SAW maka rombongannya segera turun dari kendaraan masing
masing, lalu berebutan mencium tangan dan kaki beliau. Soal
mencium kaki dan tangan merupakan makna “mubalagha” (sungguh
sungguh mencium tangan)

13
B. Dalil dalil Ziarah Kubur
Dalam hadits riwayat muslim pada kajian tentang jenazah (bab
Nabi SAW meminta izin kepada tuhannya untuk ziarah ke makam
ibunya). Hadits tersebut menunjukkan legalitas ziarah kubur,
sehingga para ulama menyepakatinya sebagai amalan sunnah bagi
kaum laki laki, karena merupakan sarana untuk mengingatkan
kepada akhirat serta dapat melunakkan hati lantaran ingat kepada
mati beserta hiruk pikuknya sebagaimana diterangkan dalam
beberapa hadits yang lain.

C. Ziarah ke Makam Para Ulama dan Auliya


Ziarah ke makam auliya atau kyai maupun auliya atau wali justru
sudah menjadi tradisi dikalangan kaum santri, banyak pelajaran yang
diperoleh kaum santri, baik yang pernah meniti kehidupan
dipesantren maupun yang hanya mengikuti pengajian pada hari hari
tertentu tanpa bermukim dipesantren

Dalam tradisi ziarah ke makam para ulama atau auliya juga dapat
diperoleh pelajaran bagaimanakah seharusnya seorang santri
menghormati guru gurunya. Dalam kubur itu terbaring sosok sosok
yang telah menghabiskan usianya untuk berdakwah dan mengajar.

Dengan demikian, berziarah ke makam ulama atau auliya sama


juga dengan mengunjungi guru mereka sendiri, bukankah murid yang
baik akan selalu mendoakan gurunya? Jadi dibalik ritual ziarah itu
ada nilai nilai filosofi yang dapat dijadikan bekal bagi para santri
dalam mengarungi samudra kehidupan ini.

Ziarah kemakam para ulama atau auliya merupakan salah satu


wujud sikap berterima kasih atas jasa jasa mereka sebagai mata
rantai pewarisan ajaran Islam yang murni. Tidak berterima kasih atas
jasa jasa orang lain berarti tidak bersyukur sama sekali kepada Allah
SWT

14
VISI PERJUANGAN NU
A. Visi Perjuangan NU Di bidang AGAMA

Sejak didirikannya , NU menegaskan posisinya sebagai jam’iyah


Diniyah (Organisasi Keagamaan). Fungsi utamanya adalah sebagai
wadahpejuangan para ulama dan pengikutnya, dengan tujuan
memelihara , melestarikan, memgambangkan , dan mengamalkan
agama islam Ahlussunnah Wal Jamaah dengan menganut salah satu
madzhab empat.

NU berpandangan bahwa islam adalah sumber inspirasi dan


motivasi , bukan sebagai dasar formal bagi sistem sosial yang berlaku
secara keseluruhan.Dengan kata lain, islam bukan sebagai alternatif
bagi sistem sosial yang lain , tetpi merupakan faktor pelengkap
diantara spektrum yang lebih luas dari fakto faktor lain dalam
kehidupan bangsa Indonesia.NU memnadang bahwa misi perjuangan
yang diembannya adalah membangun masyaakat Indonesia yang
didalamnya umat islam sebagai mayoritas warga negaranya
memperoeleh kebebasan untuk menjalankan peribadatan agamanya

Inti dari visi perjuangan NU di bidang agama, yaitu : dengan


tetap membawa nilai nilai islam dalam perilaku kehidupan sehari
hari,sekalipun secara formal tapa membawa nama islam , namun
yang terpenting adalah nilai islam yang telah ternanam , mentradisi ,
dan membudaya dalam kehidupan masyarakat.Demikian itu
meruoakan realitas dari tradisi NU yang mewarisi visi perjuangan dan
dakwah islam yang pernh dilakukan oleh para wali penyebar islam di
Indonesia.

15
B. Visi Perjuangan NU di bidang Politik
Sebagai am’iyah dinyah ijtima’iyah (Organisasi Keagamaan dan
Kemsyarakatan), NU secaa organisatoris tidak terikat dengan
organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan manapun.Karena
itu, visi perjuangan NU di bidang politik adalah memberikan hak hak
politik kepada waganya sebagaimana hak hak politik bagi seluruh
warga negara indonesia yang dilindungi oleh undang undang
Nadhotul Ulama memberikan pedoman beepolitik bagi warga
NU sebagaimana hasil Keputusan Muktamar ke-28 di Yogyakarta
yaitu:
1. Berpolitik bagi warga NU, mengandung arti keterlibatan warga
negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Politik bagi NU adalah politik yang berwawasan kebangsaan dan
menuju integrasi bangsa
3. Politik bagi NU adalah pengembangan nilai nilai kemerdekan yang
hakiki dan demokratis
4. Berpoltik bagi warga NU haruslah dilakukan dengan moral etika
dan budaya ber-Ketuhanan yang maha Esa.
5. Berpoltik bagi NU haruslah dilakukan demga kejujuran urani dan
moral agama
6.Berpolitik bagi warga NU dilakukan untuk meperkokoh knsensus
konsensus Nasional
7. Berpolitik bagi warga NU tidak boleh mengorbankan kepentingan
bersama dan memecah belah persatuan
8. Perbedaan pandangan di antara aspirasi aspirasi poltik waga NU
haruslah tetap berjalan dalam suasana persaudaraan
9. Berpolitik bagi waga NU menuntut adanya komunikasi timbal balik

16
C. Visi Perjuangan NU Di bidang Sosial Dan Kemasyarakatan
Nahdhatul ulama memilih 4 bidang utama kegiatannya sebagai
ikhtiar mewujudkan cita-cita dan tujuan berdirinya, baik tujuan yang
bersifat keagamaan (diniyah) maupun kemasyarakatan (ijtimaiyah),
yaitu :
a. Peningkatan silaturrahim antar ulama’
b. Peningkatan kegiatan dibidang keilmuan atau pendidikan
c. Peningkatan penyiaran islam, membangun sarana-sarana
peribadatan dan pelayanan sosial
d. Peningkatan taraf dan kualitas hidup masyarakat melalui
kegiatan yang terarah

D. Visi Perjuangan NU dibidang pendidikan


Visi perjuangan Nu dibidang endidikan berpijak pada pandangan
bahwa pendidikan merupakan upaya pengembangan individu
manusia untuk menjadi manusia yang aktual dalam pengertian
memiliki perasaan (sensitifitas) sosial yang tinggi dan mampu
mengemban fungsi kekhalifahan di muka bumi bukan sekedar
mentransfer pengetahuan dan teknologi yang akan menghasilkan
intelektual mekanik.

Visi perjuangan NU dalam bidang pendidikan dibangun


berdasarkan beberapa prinsip yang menjadi arah, orientasi, dan
identitasnya, yaitu :
1. Memiliki komitmen terhadap paham keagamaan ahlussunnah
wal jama’ah
2. Berpijak pada pemikiran bahwa pendidikan merupakan upaya
pengembangan individu yang mampu mengembangkan fungsi
kekhalifahan di muka bumi
3. Memelihara perpaduan antara semangta pergerakan dan
keharusan mengatur diri
4. Mempertegas diri sebagai bentuk pendidikan yang
berkarakter NU.

17
E. Mengamalkan dan menyebarluaskan visi perjuangan NU
diberbagai bidang.
Jam’iyah NU dimaksudkan untuk memberi arah bagi perjuangan
dan pengembangannya untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan
baik dalam jangka pendek (antar muktamar) maupun jangka panjang.
Adapun pengembangan jangka pendek meliputi bidang-bidang :
1. Diniyah (keagamaan)
2. Pendidikan dan kebudayaan
3. Dakwah
4. Mabarrot (sosial)
5. Perekonomian
6. Pertanian, nelayan, dan transmigrasi
7. Generasi muda
8. Kewanitaan
9. Pengembangan sumber daya manusia
Adapun pengembangan jangka panjang atau dari masa ke masa
yaitu :
1. Peningkatan pemahaman dan pengamalan khittah NU sesuai
bidang keahlian dan lingkup tanggung jawabnya.
2. Peningkatan kemampuan kelembagaan NU sebagai jam’iyah, baik
secara mandiri maupun kerja sama dengan pihak lain dalam
membangun masyarakat
3. Peningkatan amal dan prestasi NU baik secara kuantitatif maupun
kualitatif untuk kemaslahatan bersama
4. Perluasan silaturrahim dan kerja sama dengan semua pihak
sebagai perwujudan tri ukhuwah Nahdliyah untuk melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar dan memecahkan masalah-masalah
kemasyarakatan
5. Peningkatan sumber daya warga NU untuk lebih berprestasi dan
produktif dalam memecahkan masalah yang dihadapinya
6. Peningkatan ikhtiar menuju terbangunnya jati diri, kepribadian
dan harkat kemanusiaan dengan senantiasa menerapkan prinsip-
prinsip mabadi khaira ummah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara

18
Tanggung Jawab Warga NU Terhadap Jami’iyah
NU
A. Pengertian tanggung jawab warga NU terhadap Jami’iyah NU
Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab terhadap jami’iyah NU,
maka setiap warga atau anggota NU seharusnya memiliki keyakinan,
pandangan, sikap, dan perilaku sesuia ciri khas dan karakter
keagamaan yang dimiliki dan diajarkan oleh NU.

Ada 5 hal yang disebut Panca Gerakan Ideologi NU yaitu:

1. Meyakini kebenaran NU (Ats Tsiqotu bi Nahdlatil Ulama’)


2. Mengembangkan kajian tentang NU (Al Ma’rifah wal Istiiqon bi
Nahdlatil Ulama’)
3. Mengamalkan ajaran-ajaran NU (Al ‘Amal bi Ta’alimi Nahdlatil
Ulama’)
4. Ulet dalam membela NU (Al jihad fi sabili Nahdlatil Ulama’)
5. Sabar dalam ber NU (Ash Shobru fii Sabili Nahdlatil Ulama’)
Hal inilah yang akan melahirkan sosok warga NU yang : a.)
Kokoh secara fundamental , b.) Istiqomah dalam melaksanakan
ajaran, c.) Konstektual dan antisipatif dalam menghadapi isyarat
jaman, d.) Dinamis dan progresif dalam berlomba kebajikan.

19
B. Bentuk bentuk tanggung jawab warga NU
1. Tanggung jawab keagamaan
Beberapa contoh bentuk manifestasi dari ketiga karakter (At
Tawasuth, Al I’tidal, dan At Tawazun) :

a.)Dibidang Aqidah
b.)Dibidang Syariah
c.) Dibidang Akhlak atau Tasawuf
2. Tanggung jawab kemasyarakatan
Sikap kemasyarakatan (At Tawasuth wal I’tidal, At Tasamuh, At
Tawazun dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar), dijabarkan dalam bentuk
perilaku ciri khas kepribadian warga NU.

3. Tanggung jawab ekonomi


Dalam aktifitas perekonomian (muamalah) setiap warga NU harus
senantiasa mencerminkan nilai-nilai sebagai berikut : a.) As Shidqu
(kejujuran atau kebenaran), b.) Al Amanah (dapat dipercaya), c.) Al
‘Adalah (bersikap adil), d.) At Ta’awun (tolong menolong).

4. Tanggung jawab politik


Artinya kesungguhan dalam mematuhi dan melaksanakan pedoman
berpolitik yang telah ditetapkan dalam Muktamar NU yang ke-28.

5. Tanggung jawab budaya


Tanggung jawab budaya bagi warga NU didasarkan pada pendirian
bahwa : Islam adalah agama yang fitri yang bersifat
menyempurnakan segala kebaikan yang sudah ada dan menjadi milik
serta ciri-ciri suatu kelompok manusia seperti suku, bangsa, dan tidak
bertujuan menghapus nilai-nilai tersebut.

20

Anda mungkin juga menyukai