Anda di halaman 1dari 7

BAB V

KHITTAH NAHDLIYYAH

a. Menjelaskan pengertian dan substansi Khittah Nahdliyyah


b. Menjelaskan latas belakang khittah Nahdliyyah
c. Menjelaskan tujuan Khittah Nahdliyyah
d. Menyebutkan butir-butir Khittah Nadliyyah yang dihasilkan pada
Muktamar NU XXVII tahun 1984
e. Menjelaskan strategi Nahdlatul Ulama dalam mensosialisasikan Khittah
Nahdliyyah
f. Menjelaskan rumusan-rumusan ikhtiyar NU tentang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
g. Menyebutkan pandangan NU tentang persatuan dan kesatuan.

A. Pengertian Khittah Nahdliyyah


Khittah berasal dari bahasa Arab ‫ خطة‬yang berarti garis. Namun secara istilah
adalah sebagai berikut:1
a. Khitthah Nahdlatul Ulama adalah landasan berfikir, bersikap dan bertindak
warga Nahdlatul Ulama yang harus dicerminkan dalam tingkah laku
perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap proses pengambilan
keputusan.
b. Landasan tersebut adalah faham Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang
diterapkan menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia, meliputi dasar-
dasar amal keagamaan maupun kemasyarakatan.
c. Khitthah Nahdlatul Ulama juga digali dari intisari perjalanan sejarah
khidmahnya dari masa ke masa.

A. Latar Belakang Munculnya Khuttah Nahdlatul Ulama2


Secara umum Khittah NU sebenarnya sudah ada dan melekat bersamaan
dengan disayahkannya Statuten Pekoempoelan Nahdlatul Oelama. Walaupun demikian
masalah tersebut masih perlu dipertegas dan dibahas tersendiri.
Dalam masalah perumusan Khittah Nahdliyyah K.H.Ahmad Shiddiq tidak
dapat dilupakan. Beliau secara bersungguh-sungguh merintis rumusan khittah.
Mula-mula beliua menulis rumusan risalah berjudul Khittah Nahdliyyah pada tahun
1979. sebelumnya memang muncul gagasan untuk kembali ke Khittah NU 1926
seabagai salah satu jalan keluar untuk mengatasi berbagai masalah yang selalu
muncul di NU (terutama problem politik). Tetapi belum ada gambaran yang jelas
tentang apa adan bagaimana khittah NU 1926 tersebut.

1
Diakses dari www.nu-online.com tanggal 25 desember 2007
2
Abdul Muchit Muzadi, Nu dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran, (Surabaya: Khalista, 2007), hlm. 45-
47
42
Risalah tersebut oleh berbagai kalangan di NU pada beberapa kesempatan
ditelaah secara kritis dan didiskusikan dengan mendalam. Risalah ini kemudian
disambut dengan hangat oleh tokoh-tokoh muda Nahdlatul Ulama seperti
Abdurrahman Wahid, Dr. Fahmi, Umar Basalim, Slamet Efendi Yusuf, Ikhwan Sam,
Said Budairi, Zamrani (alm.), Mahbub Junaidi (alm.), serta beberapa tokoh muda
lainnya. Mereka menyelnggarakan pertemuan yang kemudian dikenal dengan nama
”Majeis 24” yang akhirnya membentuk ”Tim Tujuh” untuk merancang masa depan
Nahdlatul Ulama dengan khittah. Agar mendapat formulasi yang sesuai dengan
harapan, ra tersebut kemudian dipadukan dengan rancangan lain dari generasi tua.
Konsep hasil perpaduan ini kemudian diramu kembali pada perhelatan Munas Alim
ulama 1983 yang diselenggarakan di asembagus Situbondo. Puncaknya kemudkian
dimatangkan di Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada Bulan Desember 1985,
dengan hasil final berupa keputusan untuk kembali ke Khittah 1926.
Garis-garis besar itu sesungguhnya telah dipraktekkan dan diamalkan oleh
para ulama’ dan warga NU. Para ulama sebagai panutan umat merumuskan nilai-
nilai tersebut secara tertulis sebagai pedoman amalan dan pembelajaran terhadap
generasi penerus. Khittah dirumuskan sebagai landasan berfikir, bersikap, cara
pandang dan bertindak warga NU yang harus terwujud dalam kehidupan pribadi
maupun organisasi serta dalam setiap penentuan kebijakan.
Rumusan khittah NU dilandasi oleh mukaddimah yang mencerminkan latar
belakang dan tujuan NU didirikan. Hal itu diketahui melalui Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (statuten) jam’iyyah atau organisasi. Dalam pasal 2
Statuten Poerkoempoelan Nahdlatoul Oelama, tujuan NU adalah “Memegang dengan
toegoeh paada salah satoe madzhab imam empat, jaitoe Imam Muhammad bin Idris asj-
Sjafi’I, Imam malik bin Anas, Imam Aboe Hanifah an-Noe’man, atau Imam Ahmad bin
Hambal, dan mengerjakan apa jang menjadi maslahat umat Islam”.
Guna mencapai tujuan tersebut dirumuskan pula rincian usaha yang hendak
dijalankan yaitu (pasal 3):
1) Mengadakan perhoeboengan di antara Oelama jang bermadzhab.
2) Memeriksa kitab-kitab sebeloemnya jang dipakai mengadjar, soepaya diketahui
apakah kitab itoe dari pada kitab-kigtab Ahli Soenah wal djamaah ataoe kitab-kitab
ahli bid’ah.
3) Memperbanjak madrasah-madrasah yang berdasarkan agama Islam.
4) Menjiarkan agama Islam dengan djalan apa sadja jang halal; meperhatikan hal-hal
jang berhoeboengan dengan masdjid-masdjid, soeraoe-soeraoe, dan pondok-pondok,
begitoe joega dengan hal ihwalja anak-anak jatim dan orang-orang fakir miskin.
5) Mendidikan baadan-badan oentoek menadjukan oeroesan pertanian, perniagaan,
poeroesahaan jang toada dilarang oleh sjara’ agama Islam.
Dari rumusan tujuan dan rincian usaha yang dilakukan Nu dapat ditarik
kesimpulan bahwa usaha-usaha NU mencakup; komunikasi antarulama,
kegiatan di bidang keilmuan pengkajian dan pendidikan, peningkatan
penyiaran Islam (dakwah), pembangunan sarana prasarana peribadatan dan
pelayanan sosial, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dengan kata
lain, tujuan dan program awal NU memang berwatak sosial keagamaan,
bukan sosial politik.

B. Rumusan Khittah Nahdliyyah

43
Adapun rumusan Khittah NU dapat dilihat melalui keputusan Muktamar
XXVII NU sebagai berikut: 3

Motto: QS. al-Mâidah: 48-49


 MUQADDIMAH
a. Kesadaran atas keharusan hidup bermasyarakat dengan persyaratannya.
b. NU: Jamiyah Diniyah berfaham ahlussunnah wal jamaah, berhaluan salah
satu dari madzhab empat.
c. NU: gerakan keagamaan meningkatkan kualitas insan bertakwa.
d. Dalam berupaya mencapai cita-cita NU, terbentuklah kepribadian khas NU
yang kemudian disebut sebagai Khittah NU.

 PENGERTIAN
a. Khittah NU: Landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga NU.
b. Landasan ini ialah faham ahlussunnah wal jamaah yang diterapkan
menurut kondisi kemasyarakatan di Indonesia.
c. Khittah NU juga digali dari intisari sejarah NU

 DASAR-DASAR FAHAM KEAGAMAAN NU


a. NU mendasarkan paham keagamaannya kepada sumber-sumber al-
Quran, al-Sunnah. Al-Ijma' dan al-Qiyas.
b. NU menggunakan "jalan pendekatan' (al-madzhab):
1) Di bidang akidah mengikuti faham ashlussunnah wal jamaah yang
dipelopori oleh Imam al-Asy'ari dan al-Maturidi.
2) Di bidang fiqih mengikuti salah satu dari madzhab empat.
3) Di bidang tasawuf mengikuti antara lain Imam Baghdadi, Imam Ghazali
dan imam-imam lain.
c. NU mengikuti pendirian bahwa Islam adalah agama fitri, menyempurnakan
nilai-nilai yang baik yang ada pada manusia, ciri-ciri yang baik milik sesuatu
kelompok manusia dan tidak menghapusnya.

 SIKAP KEMASYARAKATAN NU
a. Sikap tawassuth dan i'tidal:
1) Sikap tengah berintikan keadilan di tengah kehidupan bersama.
2) Menjadi kelompok panutan, bertindak lurus, bersifat membangun, tidak
ekstrem.
b. Sikap tasamuh:
1) Toleran di dalam perbedaan pendapat keagamaan.
2) Toleran di dalam urusan kemasyarakatan dan kebudayaan.

c. Sikap tawazun:

1) Keseimbangan dalam berkhidmat kepada Allah SWT.,

2) Berkhidmat kepada sesama manusia dan kepada lingkungan hidup.

3) Keselarasan antara masa lalu, masa kini dan masa depan.


3
Diakses dari www.nu-online.com tanggal 25 Desember 2007 dan redaksi lengkapnya lihat Abdul
Muchith Muzadi, NU dalam Perspektif, hlm. 23-31
44
d. Amar ma'ruf nahi munkar:

1) Kepekaan untuk mendorong perbuatan baik.

2) Mencegah hal yang dapat merendahkan nilai-nilai kehidupan.

 PERILAKU YANG DIBENTUK OLEH DASAR KEAGAMAAN


DAN SIKAP KEMASYARAKATAN
a. Menjunjung tinggi norma-norma agama Islam.
b. Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi
c. Menjunjung tinggi sifat keikhlasan, berkhidmah dan berjuang.
d. Menjunjung tinggi ukhuwah, ittihad dan saling mengasihi.
e. Meluhurkan akhlak karimah, menjunjung tinggi kejujuran (al-shidq)
dalam berpikir, bersikap dan bertindak.
f. Menjunjung tinggi kesetiaan kepada agama bangsa dan negara.
g. Menjunjung tinggi amal (kerja dan prestasi) sebagai bagian dari ibadah.
h. Menjunjung tinggi ilmu dan ahli ilmu.
i. Siap menyesuaikan diri dengan perubahan yang membawa manfaat bagi
kemaslahatan manusia.
j. Menjunjung tinggi kepeloporan, mempercepat perkembangan
masyarakat.
k. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara.

 IKHTIAR-IKHTIAR YANG DILAKUKAN OLEH NU


a. Peningkatan silaturrahmi antar ulama.
b. Peningkatan kegiatan di bidang keilmuan.
c. Peningkatan kegiatan penyiaran Islam, pembangunan sarana-sarana
peribadatan dan pelayanan sosial.
d. Peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat.

 FUNGSI ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN ULAMA DI


DALAMNYA
a. Menggunakan organisasi dengan struktur tertentu untuk mencapai
tujuannya.
b. Menempatkan ulama sebagai matarantai pembawa faham Aswaja pada
kedudukan kepemimpinan yang sangat dominan.

 NAHDLATUL ULAMA DAN KEHIDUPAN BERBANGSA


a. Dengan sadar mengambil posisi aktif, menyatukan diri di dalam
perjuangan nasional bangsa Indonesia.
b. Menjadi warga negara RI yang menjunjung tinggi Pancasila/UUD 1945.
c. Memegang teguh ukhuwah dan tasamuh.
d. Mendidik untuk menjadi warga negara yang sadar akan
hak/kewajibannya.
e. Tidak terikat secara organisatoris dengan organisasi politik atau
organisasi kemasyarakatan manapun.
f. Warga NU adalah warga negara yang mempunyai hak-hak politik.

45
g. Warga NU menggunakan hak politiknya secara bertanggung jawab,
menumbuhkan sikap demokratis, konstitusional, taat hukum dan
mengembangkan mekanisme musyawarah.

 KHATIMAH

a. Khittah NU merupakan landasan dan patokan-patokan dasar.

b. Dengan seizin Allah keberhasilan perwujudan Khittah ini tergantung


kepada kegiatan para pemimpin dan warga NU.

c. Jamiyah NU akan mencapai cita-citanya dengan melaksanakan Khittah


ini.

Dari apa yang dirumuskan, bisa dikatakan bahwa Khittah Nahdlatul Ulama
itu secara garis besar mengandung beberapa hal penting;
1. Pembangunan masyarakat dalam bingkai Islam dan memposisikan Islam
sebagai rahmah li al-'âlamîn, yaitu agama yang dapat menjanjikan sebuah
tatanan hidup damai dan sejahtera.
2. Penempatan masyarakat NU sebagai bagian dari masyarakat yang pluralistik.
Dalam hal ini, NU mengutamakan penanaman nilai-nilai Islam sebagai
bagian dari upaya pembangunan bangsa yang demokratis dengan mengikuti
prinsip-prinsipnya yang berlaku.
3. Perujukan kepada mazhab empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali) dalam
pengamalan syariat Islam, dan mengacu kepada pemikiran Abu Hasan al-
Asyari dan Abu Mansur al-Maturidi dalam pemahaman teologi, serta
mengacu pada al-Ghazali dan al-Junaidi dalam praktek tashawwuf.
4. Dominasi ulama NU, baik dalam kebijakan maupun keputusan organisasi.
Dalam struktur NU pola ini diimplementasikan dalam dominasi pengurus
Syuriah atas Tanfidziyah.
5. Pelaksanaan program NU sebagai organisasi dîniyyah ijtimâ'iyyah (sosial dan
keagamaan), yang meliputi dakwah, pendidikan dan perekonomian.
6. Penyesuaian diri dengan perubahan dalam masyarakat dan mendorong
perubahan itu sendiri.
7. Tidak terikat dengan satu partai politik manapun.
8. Ikut melakukan pendidikan politik dalam masyarakat dan mendorong
demokratisasi.

D. Strategi NU dalam Mensosialisasikan Khittah Nahdliyyah

Sesungguhnya sosialisasi Khittah NU adalah identik dengan kaderisasi NU di


bidang wawasan ke-NU-an. Oleh sebab itulah, dalam rangka sosialisasi banyak
dilakukan berbagai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemberian wawasan tentang khittah nahdliyyah dalam berbagai acara


pengkaderan warga NU seperti pada kegiatan-kegiatan IPNU, IPPNU, GP.
Anshar, dan lain sebagainya.

46
2. Sosialisai yang bersifat eksternal yang banyak diadakan sosialisasi berbagai
pihak di luar NU dengan para cendekia NU.

3. Sosialisasi dalam bentuk-bentuk kegiatan yang dilaksanakan oleh NU baik


iksidental ataupun rutin.

4. Tauladan yang diberikan oleh para elit NU dalam mengamalkan dan


mempraktekkan Khittah Nahdliyyah.

Soal Uraian:

1. Jelaskan pengertian dan substansi Khittah Nahdliyyah!

2. Jelaskan latas belakang khittah Nahdliyyah!

3. Jelaskan tujuan Khittah Nahdliyyah !

4. Sebutkan butir-butir Khittah Nadliyyah yang dihasilkan pada Muktamar NU

XXVII tahun 1984?

5. Jelaskan strategi Nahdlatul Ulama dalam mensosialisasikan Khittah

Nahdliyyah!

6. Jelaskan rumusan-rumusan ikhtiyar NU tentang kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara!

47
48

Anda mungkin juga menyukai