5
KHITTAH NAHDLIYYAH
ACHMAD DAINURI NOOR
69
Kompetensi Dasar:
1. Menjelaskan pengertian dan substansi Khittah Nahdliyyah
2. Menjelaskan latar belakang Khittah Nahdliyyah
3. Menjelaskan tujuan Khittah Nahdliyyah
4. Menyebutkan butir-butir Khittah Nadliyyah yang dihasilkan pada
Muktamar NU XXVII tahun 1984
5. Menjelaskan strategi Nahdlatul Ulama dalam menyosialisasikan
Khittah Nahdliyyah
6. Menjelaskan pengamalan Khittah Nahdliyyah
MATERI PEMBELAJARAN
10. Khatimah
Khittah NU ditutup dengan pernyataan sebagai berikut:
a. Khittah NU merupakan landasan dan patokan-patokan dasar.
b. Dengan seizin Allah keberhasilan perwujudan Khittah ini
tergantung kepada kegiatan para pemimpin dan warga NU.
c. Jamiyah NU akan mencapai cita-citanya dengan melaksanakan
Khittah ini.
D.
STRATEGI NU DALAM MENYOSIALISASIKAN KHITTAH
NAHDLIYYAH
Strategi adalah hal-hal yang direncanakan secara cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai tujuan khusus. Tujuan tersebut adalah
tersampaikannya nilai-nilai yang terkandung dalam Khittah NU kepada
warga nahdliyyin. Dengan demikian, warga NU dapat memahami
khittah ini. Sesungguhnya sosialisasi Khittah NU adalah identik dengan
kaderisasi NU di bidang wawasan ke-NU-an. Oleh sebab itu, dalam
rangka sosialisasi, dilakukan berbagai langkah sebagai berikut:
1. Pemberian wawasan tentang khittah nahdliyyah dalam
berbagai kegiatan pengkaderan warga NU. Kegiatan tersebut
seperti pada kegiatan-kegiatan IPNU, IPPNU, GP. Anshar, dan
lain sebagainya.
2. Sosialisasi yang bersifat eksternal. Kegiatan ini dilakukan oleh
para cendekia NU dengan cara mengadakan sosialisasi kepada
berbagai pihak di luar NU.
E. MENGAMALKAN KHITTAH NU
Proses perumusan khittah sangat panjang dan melibatkan banyak
pihak, mulai dari pihak sepuh (Munas Alim Ulama tahun 1983), pihak
muda (Majelis 24 dan Tim Tujuh), sampai kepada yang formal struktural
(Muktamar 1984). Dengan demikian, Khittah NU mempunyai kekuatan
untuk dijadikan dasar pengamalan. Pengamalan tersebut adalah dalam
landasan berfikir, bersikap dan bertindak warga NU dalam kehidupan
sehari-hari.
Meskipun demikian, pengamalan di lapangan sampai saat ini
perlu terus-menerus dilakukan upaya yang maksimal. Meskipun
pengamalannya merupakan perjuangan berat, tetapi warga NU
harus tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mengamalkannya.
Pengamalan dikatakan berat karena tantangan pada saat ini sangat
beragam. Tantangan tersebut seperti dengan adanya beberapa ancaman
keamanan oleh beberapa kelompok teroris yang mengatasnamakan
Islam sampai berbagai isu sara yang kerap kali membuat suasana
kurang harmonis antarumat. Oleh karena itu, pengamalan khittah NU
perlu perjuangan agar warga NU khususnya dapat menjalankan garis-
garis besar Khittah NU.
Secara garis besar, Khitthah NU yang harus direalisasikan oleh
Nahdliyin, telah terbingkai dalam misi NU itu sendiri, yaitu:
1. Sebagai Jam’iyyah diniyyah, wadah perjuangan bagi ulama dan
pengikutnya.
Pemahaman melahirkan
kesadaran, kesadaran
menjadikan umat mampu
melaksanakan amal. Khittah
NU, sebagai dasar dalam
bersikap dan beramal, memang
seyogyanya diketahui, difahami,
selanjutnya diamalkan oleh
setiap warga NU.
RINGKASAN
Khittah Nahdliyyah berarti landasan berfikir, bersikap, dan bertindak
warga Nahdlatul Ulama yang harus tercermin dalam tingkah laku
perseorangan, dalam perilaku organisasi, serta dalam proses
pengambilan keputusan. Substansi atau pokok dari Khittah ini adalah
Ahlussunnah Wal Jama’ah.
Sejarah Khittah Nahdliyyah telah dimulai sejak disyahkannya
Statuten Perkoempoelan Nahdlatul Oelama (AD-ART NU), selanjutnya
K.H.Ahmad Shiddiq menggagas Khittah Nahdliyyah dengan menulis
rumusan risalah berjudul ‘Khittah Nahdliyyah’ pada tahun 1979. Proses
perumusan khittah selanjutnya dilanjutkan dalam Majelis 24 oleh Tim
Tujuh. Proses perumusan berlanjut lagi pada Munas Alim Ulama tahun
1983 dan finalnya disyahkan pada Muktamar NU ke-27 tahun 1984 di
Situbondo.
Tujuan perkumpulan ini sesuai dengan AD-ART NU pasal 2 yaitu:
“Memegang dengan teguh pada salah satu dari mahzab empat imam,
yaitu Imam Muhammad bin Idris Asy Syafi’I (Imam Syafi’i), Imam Malik
bin Anas (Imam Maliki), Imam Abu Hanifah An Nu’man (Imam Hanafi)
atau Imam Ahmad bin Hambal (Imam Hambali)
Butir-butir khittah NU tertuang pada keputusan Muktamar XXVII
NU Nomor 02/MNU-27/1984 sebanyak 10 butir.
TES FORMATIF