Anda di halaman 1dari 5

MABADI KHOIROUMMAH

Vira Risdiana
Universitas Islam Lamongan Jawa Timur
E-mail : virarisdiana05@gmail.com
Abstrak:
Nahdlatul Ulama merupakan organisasi yang dapat di katakana sebagai ormas terbesar di
Indonesia. Adanya Nahdlatul Ulama di Indonesia merupakan keniscayaan yang harus
dipertahankan demi keutuhan NKRI. Sikap moderat yang dimiliki oleh umat Islam merupakan
suatu konsep yang harus dilakukan agar keberlangsungan tatanan kehidupan yang harmonis
antara sesama umat Islam dan sesama umat manusia dalam bernegara dapat terjaga dengan baik.
Nahdlatul Ulama didirikan atas prakarsa para Ulama Nusantara yang memiliki sikap moderat
sehingga gerakan-gerakan serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat Indonesia. Dalam rangka mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih sejahtera
maka Nahdlatul Ulama melakukan berbagai gerakan sosial keagamaan maupun pengembangan
ekonomi umat. Gerakan ini merupakan implementasi dari konsep dasar NU yakni Mabadi Khaira
Ummah.
I. PENDAHULUAN
Mabadi Khaira Ummah di rumuskan oleh KH. Mahfuzh Siddiq (1906-1944), Ketua
Tanfidziyah NU (1937-1942). Keprihatinan atas kemiskinan dan keterbelakangan umat
merupakan tema utama yang mendasari lahirnya Mabadi Khaira Ummah. Bahkan sejaktahun
1918, para kyai pesantren mendirikan Nahdlatut Tujjar, yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan ekonomi bangsa yang diketuai oleh KH.Hasyim Asy‘ari. Persoalan
kemiskinan dan ekonomi rakyat yang memprihatinkan ini dibahas kembali di Muktamar NU
XIII tahun 1938 di Banten menghasilkan kesimpulan bahwa kendala utama yang
menghambat kemampuan umat untuk melaksanakan amar makruf nahi mungkar dan
menegakkan agama adalah kemiskinan dan lemahnya posisi ekonomi mereka. Menurut para
tokoh dan kyai NU, sudah saatnya pokok pikiran dan beberapa prinsip ajaran Islam harus
dirumuskan serta dibekalkan kepada warga NU agar bermental kuat, sebagaimana
dicontohkan oleh Rasulullah saw, sebagai modal dalam perbaikan sosial-ekonomi. Prinsip-
prinsip inilah yang kemudian disebut Mabadi Khaira Ummah (langkah membangun umat
terbaik). Lalu pada Muktamar NU di Magelang 1939 baru tersusun dan ditetapkan prinsip-
prinsip pengembangan sosial dan ekonomi yang diharapkan tersebut. Prinsip-prinsp ini
tertuang dalam apa yang disebut Mabadi Khaira Ummahal-Tsalatsah (Trisila Mabadi).
Dimana pada konsep awal ini terdiri dari 3 prinsip dasar, yang kemudian disempurnakan pada
Munas NU di Bandar Lampung, 1992 dengan penambahan 2 prinsip dasar.1

1
Fatohah K.Daud, Al-Hikmah: “Relasi Parental anak Dalam Mewujudkan Dzuriyah Tayyibah Berlandaskan
Mabadi’ Khaira Ummah Di Era New Normal” Journal Of Early Childhood Islamic Education, Vol.4, No.02, 2022
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian Mabadi Khaira Ummah
Pengertian Mabadi‟ Khaira Ummah Secara etimologi, Mabadi‟ Khaira Ummah
terdiri dari tiga kata bahasa Arab. Pertama, mabadi‟ (‫ )مبـادئ‬bermakna landasan, dasar
dan prinsip-prinsip. Kedua, khairu (‫ )خير‬bermakna terbaik, ideal. Ketiga, ummah (‫)ةـّمأ‬
bermakna umat, rakyat atau masyarakat. Kalimat-khaira ummah diambil dari al-Qur‘an,
yang Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh jepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada
Allah swt. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, diantara
mereka ada yang beriman dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq (Q.S.
Ali Imran:110) Adapun secara terminologi, Mabadi Khaira Ummah adalah prinsip-
prinsip yang digunakan untuk mengupayakan terbentuknya tatanan kehidupan
masyarakat yang ideal dan terbaik, yakni masyarakat yang mampu mengemban tugas
amar ma’ruf nahi munkar. Intinya, Mabad Khaira Ummah adalah gerakan pembentukan
identitas dan karakter warga NU melalui penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan
prinsip dasar. Tujuan gerakan Mabadi Khaira Ummah tidak hanya pada pembinaan
kedalam saja tetapi mempunyai dampak keluar untuk dijadikan umat teladan sebagai
salah satu aset yang dapat dijadikan modal dalam upaya pengembangan nilai-nilai ajaran
NU yang rahmatan lil alamin. Dengan demikian gerakan Mabadi Khaira Ummah bukan
saja relevan dengan program pengembangan ekonomi (bisnis), tapi juga pembinaan
organisasi pada umumnya. Sehingga dapat membentuk SDM yang berakhlak mulia
(berkarakter terpuji), tidak korup, unggul dan siap berkiprah aktif dalam mengikhtiar
kemaslahatan ummat dan bangsa Indonesia.2
2. Implementasi Mabadi Khairu Ummah NU
Nahdlatul Ulama’ merupakan organisasi Islam dengan Ideologi Ahlusunnah
Waljamaah An Nahdiyah. Nilai-nilai yang dianut pada dasarnya berisi tiga pokok ajaran
yaitu: pertama ajaran ketauhidan atau keimanan sebagai dasar yang paling asasi dan
pangkal tolak sebagai tingkah perbuatan ditujukan kepada paham Asy’ari dan Almaturidi.
Kedua, paham fiqh atau syari’at Islam sebagai landasan normatif bagi segala amal ibadah
yang berhubungan secara vertical (Tuhan) dan horizontal (sesama manusia, mengikuti
paham bermadzhab yang dirujukkan kepada imam empat, yaitu Syafi’I, Maliki, Hambali,
dan Hanafi). Ketiga, paham Tasawuf sebagai landasan sikap mental bagi segala amal
perbuatan dirujukkan kepada Abu Qasim Al-Baghdadi, dan etikanya kepada Al-Ghazali. 3
Muktamar (dulu disebut kongres) Nahdlatul Ulama ke-13, tahun 1935 antara lain
memutuskan, bahwa kendala utama yang menghambat kemajuan umat melaksanakan
amar ma’ruf nahi mungkar dan menegakkan agama adalah karena kemiskinan dan
kelemaahan ekonomi. Oleh karena itu, muktamar mengamanatkan kepada PBNU (dulu
namanya HBNO) untuk mengadakan gerakan penguatan ekonomi warga. Para pemimpin
NU waktu itu menyimpulkan bahwa kelemahan ekonomi ini bermula dari lemahnya
Sumber Daya Manusianya (SDM). Setelah diadakan pengkajian, disimpulkan ada
2
As’ad Thoha, DKK. Pendidikan Aswaja dan keNUan. Sidoarjo. Al-Maktabah – PW LP Ma’arif Nu Jatim 2013
3
Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai, (Malang:Kalimashada, 1993)
beberapa prinsip ajaran Islam yang perlu ditanamkan kepada warga NU agar bermental
kuat sebagai modal perbaikan sosial ekonomi yang disebut dengan Mabadi’Khairul
Ummah, atau langkah awal membangun umat yang baik. Lima prinsip Mabadi’Khairul
Ummah adalah:
a. As-Shidqu (Kejujuran, kebenaran, kesungguhan, dan keterbukaan)
Al-Shidqu berarti jujur, benar, keterbukaan, tidak bohong, sertasatunya hati antara
kata dan perbutan. Setiap warga nahdhliyyin,mula-mula dituntut jujur kepada diri
sendiri, kemudiankepadaorang lain. Dalam mu’amalah dan bertransaksi harus
mengikuti sifatal-shidqu ini sehingga lawan dan kawan kerjanya tidak khawatir
tertipu. Itulah yang dilakukan oleh Rasulullah saat menjalankanbisnis Sayyidatina
Khadijah. Dari sikap inilah, beliau memperoleh kesuksesan yang besar. Padahal itu
memang menjadi prilaku Rasulullah sepanjang hayatnya.4
b. Al-Amanah wal Wafa’ bil Ahdi(Dapat dipercaya, setia, dan menepati janji)
Al-Amanah wa al-wafa’ bi al-‘ahdi artinya dapat dipercaya memegang tanggung
jawab dan memenuhi janji. Amanah juga salahsatu sifat Rasul. Amanah menjadi hal
penting bagi kehidupan seseorang dalam pergaulan memenuhi kebutuhan hidup.
Sebelum diangkat menjadi rasul, nabi Muhammad mendapat gelar Al-Amin dari
masyarakat karena diakui sebagai orang yang dapat diserahi tanggung jawab. Salah
satu di antara syarat warga NU agar sukses dalam menjalankan kehidupan haruslah
tepercaya dan menepati janji serta disiplin memenuhi agenda. Al-amanah dan wafa’
bi al-‘ahdi memang merupakan bagian penting dari keberhasilan perekonomian.
Sebab itulah sikap professional modern yang berhasil pada masa kini.
c. Al A’dalah (adil, memberikan hak dan kewajiban secara proporsional)
Al-Adalah berarti bersikap adil, proporsional, objektif dan mengutamakan
kebenaran. Setiap warga nahdliyyin harus memegang kebenaran objektif dalam
pergaulan untuk mengembangkan kehidupan. Orang yang bersikap adil meski kepada
diri sendiri akan dipandang orang lain sebagai tempat berlindung dan tidak menjadi
ancaman. Warga nahdliyyin yang bisa menjadi pengayom bagi masyarakat sekigus
memudahkan dan membuka jalan kehidupannya. Sikap adil juga merupakan ciri
utama penganut sunni-nahdliyyin dalam kehidupan bermasyarakat.5
d. At-Ta’awun (Tolong-menolong, setia kawan, dan gotong-royong dalam kebaikan dan
ketaqwaan)
Berarti tolong menolong atau saling menolong antara sesama dalam kehidupan.
Ini sesuai dengan jati diri manusia sebagaimakhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa
ada kerjasama dengan makhluk lainnya: sesama manusia, dengan binatang, maupun
dengan alam sekitar.6
e. Al-Istiqamah ( Keajegan berada di jalur yang ditentukan Allah dan Rasulullah serta
tuntunan dari Ulama’ Salafus Sholeh)

4
As’ad Thoha DKK. 2013. Pendidikan Aswaja dan ke NUan. Sidoarjo. Al-Maktabah- PW LPMaarif NU Jatim 2013
5
Muhammad Umar Fauzi, “Mabadi Khaira Ummah Nahdlatul Ulama Sebagai Bentuk Moderanisasi Islam di
Kabupaten Nganjuk” Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
6
Ibid
Al-istiqamah adalah sikap mantap, tegak, konsisten, dan tidak goyah oleh godaan
yang menyebabkan menyimpang dari aturan hukum yang perundangan. Di dalam
Alqur’an dijanjikan kepada orang yang beriman dan beristiqamah, akan memperoleh
kecerahan hidup, terhindar dari ketakutan, dan kesusahan sehingga ujungnya
mendapatkan kebahagiaan.7
III.PENUTUP
a. Kesimpulan
Sebagai penutup dari tulisan ini ada beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan
pembahasan diatas: Mabadi Khaira Ummah adalah prinsip-prinsip yang digunakan untuk
mengupayakan terbentuknya tatanan kehidupan masyarakat yang ideal dan terbaik, yakni
masyarakat yang mampu mengemban tugas amar ma’ruf nahi munkar. Intinya, Mabad
Khaira Ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga NU melalui
penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip dasar. Identitas dan karakter yang
dimaksudkan dalam gerakan ini adalah bagian terpenting dari sikap kemasyarakatan yang
termuat dalam Khittah NU yang harus dimiliki oleh setiap warga NU dan dijadikan
landasan berfikir, bersikap dan bertindak.

7
Nurkholis Madjid,” Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1997)
DAFTAR PUSTAKA

As’ad Thoha, “Pendidikan Aswaja dan ke NUan”,Sidoarjo. Al-Maktabah- PW LPMaarif


NU Jatim 2013
Fatohah K.Daud, Al-Hikmah: “Relasi Parental anak Dalam Mewujudkan Dzuriyah
Tayyibah Berlandaskan Mabadi’ Khaira Ummah Di Era New Normal” Journal Of Early
Childhood Islamic Education, Vol.4, No.02, 2022
Imron Arifin, Kepemimpinan Kyai, (Malang:Kalimashada, 1993)
Muhammad Umar Fauzi, “Mabadi Khaira Ummah Nahdlatul Ulama Sebagai Bentuk
Moderanisasi Islam di Kabupaten Nganjuk” Tafhim Al-‘Ilmi, September 2019
Noeng Muhajir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial suatu Teori Pendidikan ,
(Yogyakarta; Rake Sarasin, 1993)
Nurkholis Madjid,” Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan Paramadina, 1997)

Anda mungkin juga menyukai