Aku Mahasiswa
Dulu, jadi mahasiswa hanyalah impian
terpendam.
Jadi mahasiswa hanya pantas untuk kaum
atas.
Tapi tidak untuk sekarang.
Siapapun bisa jadi Mahasiswa.
Dari anak pemulung hingga anak
konglomerat.
Lantas...
Jadi hama negri ini atau pemimpin negri ini?
Membanggakan negri ini atau memalukan
negri ini?
Ekspetasi atau Realita.
Tak perlu lulus dengan peringkat Cum Laude.
Itu hanya simbol pendidikan.
Tak harus kuliah sampai gelar profesor.
Itu hanya simbol gelar.
Jangan bangga karna jadi mahasiswa.
Jangan bangga karna bisa sekolah tinggi.
Malulah kalian jika tak bisa mengharumkan.
Mengharumkan jati diri Mahasiswa.
Menjadi penerus bangsa yang dapat
diandalkan.
Bukan mahasiswa yang hanya bisa pamer
kekayaan orang tua.
Tak ada kata sulit untuk Bisa.
Tak ada keluh tanpa Usaha.
Hargailah para pejuang yang telah tiada.
Untuk Negeri yang makmur sejahtera,
Karena aku Mahasiswa. (SM/Nazila
Novulani Putri)
2016
Bulletin
SAPA GUBERNUR :
Selamat datang wahai para
pelopor dan pemimpin baru
masa depan, saya ucapkan
selamat bergabung
bersinergi bersama kami
Keluarga Mahasiswa
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. - Faizul Insan
Nasrullah
sebagai
tanggung
jawab
salah
satu
bentuk
sosialnya.
Maka
mengeluarkan
kebijakan
mahasiswa
terjebak
dalam
Bulletin
Bulletin
dimulai oleh gerakan mahasiswa. Seperti gerakan mahasiswa Argentina (1955), yang
berhasil meluluhlantakkan kekuasaan diktator Juan Veron. Gerakan mahasiswa Kuba
Keep moving
(1957) juga berhasil menjatuhkan diktator Batista. Keberhasilan itu, sebagaimana juga
without spirit
is
nothing
untuk memberikan solusi dalam mengatasi masalah di negeri ini. Negara kita memiliki
perangkat demokrasi yang komplet seperti partai, pemilu, parlemen, pers, dan
mahkamah konstitusi. Akan tetapi, yang mengalir dalam instalasi itu bukan politik
yang ada pikirannya.
Mahasiswa bukan dicirikan oleh aktifitas berpikir intrinsik yang dimiliki oleh
semua orang, namun oleh fungsi yang mereka jalankan. Oleh karena itu, kita bisa
mengatakan bahwa semua orang intelektual, namun tidak semua orang mempunyai
fungsi intelektual. (roger simon: 2004). Panggung demokrasi membutuhkan
mahasiswa berintelektual; mengajar rakyat untuk merdeka dalam berpikir agar
merdeka memutuskan pilihan.
Namun mahasiswa sekarang ini lebih senang menyuarakan pendapatnya
pada saat-saat terjadinya momentum. Seperti saat hari pendidikan, hari proklamasi
kemerdekaan, hari peringatan G30S/PKI, sumpah pahlawan. Mengapa pada saat
momen-momen penting barulah mahasiswa memberanikan diri untuk memberikan
kritik atau masukannya. Apakah kita sebagai mahasiswa selalu berpangkal kepada
momentum ? Sedangkan permasalahan yang terjadi kepada rakyat dapat terjadi
setiap saat.
2memiliki pengaruh dengan mengikuti tren masa kini, tanpa memberikan timbal balik
sebagai
Apa gunanya banyak baca bukuKalau mulut kau bungkam melulu. Wiji
3
Buku yang baik tidak pernah dilihat dari sampulnya, bukan?" Tere Liye