Anda di halaman 1dari 2

Tajuk Rencana !!!

Kritik terhadap Mahasiswa Apatis


Sampai saat ini persoalan mahasiswa
adalah persoalan yang hangat dan layak
diperbincangkan, bukan karena perannya
yang begitu signifikan dalam sejarah
perjalanan bangsa ini, tapi juga segala
dinamika yang masih menggeluti status
hormat ini.
Tak terelakan lagi, sifat apatis (acuh,
tak acuh) dikalangan mahasiswa saat ini
sungguh menjadi ironi yang memilukan dan
memalukan. Muaranya, agen of change
sebagai status yang disandang oleh
mahasiswa perlahan lebur dan terkubur,
kepercayaan masyarakat kepada mahasiswa
sebagai penyambung lidah rakyatpun kian
memudar, padahal dimasa yang akan datang
tantangan bangsa masih terlalu banyak dan
masyarakat melimpahkan nasib bangsa
kepada mahasiswa sebagai pelanjut tongkat
estafet
bangsa.
Persoalan
korupsi,
ketimpangan sosial, rapuhnya pendidikan
adalah tugas besar bagi mahasiswa sebagai
manusia terdidik, dan segenap perosalan
bangsa itu tidak akan terselesaikan bila hanya
duduk berpangku tangan dan tidak melakukan
apa-apa (apatis).
Oleh karenanya, mari bangun dan
berkarya kembali. Hanya pelacur yang
menghasilkan uang dari tempat tidur.
(SM/Akmal Akhsan Tahir)

Aku Mahasiswa
Dulu, jadi mahasiswa hanyalah impian
terpendam.
Jadi mahasiswa hanya pantas untuk kaum
atas.
Tapi tidak untuk sekarang.
Siapapun bisa jadi Mahasiswa.
Dari anak pemulung hingga anak
konglomerat.
Lantas...
Jadi hama negri ini atau pemimpin negri ini?
Membanggakan negri ini atau memalukan
negri ini?
Ekspetasi atau Realita.
Tak perlu lulus dengan peringkat Cum Laude.
Itu hanya simbol pendidikan.
Tak harus kuliah sampai gelar profesor.
Itu hanya simbol gelar.
Jangan bangga karna jadi mahasiswa.
Jangan bangga karna bisa sekolah tinggi.
Malulah kalian jika tak bisa mengharumkan.
Mengharumkan jati diri Mahasiswa.
Menjadi penerus bangsa yang dapat
diandalkan.
Bukan mahasiswa yang hanya bisa pamer
kekayaan orang tua.
Tak ada kata sulit untuk Bisa.
Tak ada keluh tanpa Usaha.
Hargailah para pejuang yang telah tiada.
Untuk Negeri yang makmur sejahtera,
Karena aku Mahasiswa. (SM/Nazila
Novulani Putri)

2016

Bulletin

BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Mahasiswa dalam Panggung Demokrasi


Pada era reformasi saat ini, merupakan momen yang paling tepat
bagi mahasiswa dalam mengekspresikan gagasannya dimuka umum. Tentu
apa yang ditawarkan kepada publik bukanlah keinginan dari golongan elite
politik, tetapi mereka berjuang dengan membawa nama rakyat dan rela
berkorban demi rakyat. Karena pada hakikatnya perjuangan lebih penting
dari pada materi.

SAPA GUBERNUR :
Selamat datang wahai para
pelopor dan pemimpin baru
masa depan, saya ucapkan
selamat bergabung
bersinergi bersama kami
Keluarga Mahasiswa
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. - Faizul Insan
Nasrullah

Kepedulian mahasiswa terhadap


bangsa

sebagai

tanggung

jawab

salah

satu

bentuk

sosialnya.

Maka

mahasiswa jangan sampai, diam, seperti


yang terjadi pada era 1978, ketika
pemerintah

mengeluarkan

kebijakan

NKK (normalisasi kehidupan kampus),


sehingga

mahasiswa

terjebak

dalam

dunia akademis dan ilmiah, tidak peka


terhadap lingkungan sekitarnya.

Mahasiswa yang menyandang gelar agent of change sudah


seharusnya memiliki sikap berpandangan jauh kedepan, tidak jangka
pendek. Tenaga mereka masih sangat diperlukan untuk menyikapi berbagai
keadaan dan problema ditanah air. Maka perlu bagi mahasiswa dalam
menegakkan sistem demokrasi, karena demokrasi sebagai sarana dan pilihan
terbaik dalam mengatasi krisis.

TIM SM (suara mahasiswa)


Penasehat
: Nurwanto, S.Ag., M.A., M.Ed.
Penanggung jawab : Faizul Insan Nasrullah
Ketua redaksi
: Siti Qoiriyah
Distributor
: Silvi Nurul Oktaviana

Kehormatan seorang terpelajar berasal dari buku. Pramoedya Ananta Toer

Gerakan mahasiswa terkadang memiliki kekuatan yang tidak terduga.


Sejarah telah membuktikan, beberapa perubahan bangsa terjadi karena
1
Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku

Bulletin
Bulletin
dimulai oleh gerakan mahasiswa. Seperti gerakan mahasiswa Argentina (1955), yang
berhasil meluluhlantakkan kekuasaan diktator Juan Veron. Gerakan mahasiswa Kuba

Keep moving

(1957) juga berhasil menjatuhkan diktator Batista. Keberhasilan itu, sebagaimana juga

without spirit

keberhasilan mahasiswa Indonesia pada 1998, yang menggulingkan kekuasaan orde


baru lalu diganti dengan era reformasi.

is

Menegakkan panggung demokrasi merupakan salah satu jalan mahasiswa

nothing

untuk memberikan solusi dalam mengatasi masalah di negeri ini. Negara kita memiliki
perangkat demokrasi yang komplet seperti partai, pemilu, parlemen, pers, dan
mahkamah konstitusi. Akan tetapi, yang mengalir dalam instalasi itu bukan politik
yang ada pikirannya.
Mahasiswa bukan dicirikan oleh aktifitas berpikir intrinsik yang dimiliki oleh
semua orang, namun oleh fungsi yang mereka jalankan. Oleh karena itu, kita bisa
mengatakan bahwa semua orang intelektual, namun tidak semua orang mempunyai
fungsi intelektual. (roger simon: 2004). Panggung demokrasi membutuhkan
mahasiswa berintelektual; mengajar rakyat untuk merdeka dalam berpikir agar
merdeka memutuskan pilihan.
Namun mahasiswa sekarang ini lebih senang menyuarakan pendapatnya
pada saat-saat terjadinya momentum. Seperti saat hari pendidikan, hari proklamasi
kemerdekaan, hari peringatan G30S/PKI, sumpah pahlawan. Mengapa pada saat
momen-momen penting barulah mahasiswa memberanikan diri untuk memberikan
kritik atau masukannya. Apakah kita sebagai mahasiswa selalu berpangkal kepada
momentum ? Sedangkan permasalahan yang terjadi kepada rakyat dapat terjadi
setiap saat.

Julukan agent of change tidak lagi sepenuhnya berlaku bagi kehidupan


mahasiswa yang telah digantikan dengan sebutan agent of followers. Merasa telah

sebagai seorang mahasiswa kearah yang lebih positif.


Keberanian mengemukakan pendapat dan bertindak seakan luntur dari dalam
diri mahasiswa. Sebenarnya mereka banyak mengetahui persoalan yang terjadi dan
memiliki cara tersendiri dalam mengatasinya. Namun hal tersebut tidak kunjung
disalurkan ke hadapan publik, lantaran tidak memiliki keberanian dan cukup
pengaruh dalam mengekspresikannya.
Panggung demokrasi telah terbuka lebar dan siap mendengarkan setiap
aspirasi. Lantas mengapa kita sebagai mahasiswa hanya diam saja, tanpa
berkomentar sedikitpun seakan merasa setuju dengan situasi dan kondisi yang
terjadi saat ini. Mobilisasi yang terjadi saat ini merupakan pengaruh kondisi global
yang telah meracuni fikiran generasi muda dan mahasiswa. Tentu mereka harus
tetap bebas dari segala arus-arus masyarakat yang kacau, tetapi mereka tidak bisa
lepas dari fungsi sosialnya. Yakni berfikir dan menciptakan hal-hal yang baru secara
nyata dan operasional.
Maka sudah seharusnya bagi mahasiswa memanfaatkan momen demokrasi
sebagai ajang kebebasan berpendapat. Jangan terlalu banyak menunggu sedangkan
rakyat telah banyak mengeluh. Jadilah pelopor perubahan bukan pelopor pengikut
terbanyak. (SM/Abi Mufti).

2memiliki pengaruh dengan mengikuti tren masa kini, tanpa memberikan timbal balik

sebagai
Apa gunanya banyak baca bukuKalau mulut kau bungkam melulu. Wiji

3
Buku yang baik tidak pernah dilihat dari sampulnya, bukan?" Tere Liye

Anda mungkin juga menyukai