Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MODEL PENELITIAN TEMATIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir

Dosen pengampu: Ahmad Saddad, M.Ag

Disusun oleh :

Mukhamad Alfi Zaini (1860301223124)


Qonita Queen (1860301221007)
Soraida Nusful Laili (1860301222061)
Sefick Aliwatan Zam-Zam (1860301222105)

KELAS 4C

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH


TULUNGAGUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas segala nikmat dan karuniaNya,
sehingga kami diberikan kelancaran dalam menyelesaikan tugas makalah dengan judul
“Model Penelitian Tematik” dengan lancar. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan kita baginda nabi Muhammad saw. yang telah membawa
umat Islam dari zaman jahiliyyah menuju zaman Islamiyyah dan semoga kita semua
mendapatkan syafaat beliau kelak di yaumul qiyamah. Di dalam penulisan makalah ini,
tentunya tidak terlepas dari beberapa pihak yang telah membantu kami untuk
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu, kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd Aziz, M. Pd. I selaku rektor Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memberikan kontribusi
menyediakan fasilitas untuk menunjang proses perkuliahan kami.
2. Bapak Ahmad Saddad, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah “Metode
Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir” yang telah memberikan tugas serta membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman kelas 4C Program Studi IAT yang berbahagia.
Dalam penulisan makalah ini, mengingat dengan kemampuan dan pengetahuan yang
terbatas, maka kritik beserta saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Kami berharap dari makalah yang kami susun ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca.

Tulungagung, 25 Februari 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB I ............................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
A. Latar Belakang....................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 7
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 7
A. Hakikat Penelitian Tematik ................................................................................... 7
B. Macam-Macam Riset Tematik .............................................................................. 8
C. Langkah-langkah metodis penafsiran tafsir maudhu’i/tematik. ............................ 9
D. Contoh Penelitian Tematik .................................................................................. 12
BAB III .......................................................................................................................... 14
PENUTUP ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an diturunkan kurang lebih selama 23 tahun, masa yang bisa


dibilang cukup Panjang dalam proses penurunan al-qur’an. merupakan bukti
konrkrit serta Pendidikan yang tidak secara langsung Allah terapkan kepada
semua hamba-Nya, bahwa setiap ilmu tidak dapat diraih dengan copy paste atau
bahkan hanya membaca secara sekilas akan tetapi harus melewati proses Panjang
belajar dan kesungguhan didalam meraihnya. Al-qur’an memiliki 4 istilah dalam
penamaannya, yaitu al-kitab, al-huda, at-tanzil, dan al-furqon. Dari keempat
istilah tersebut jika dipahami lebih lanjut memberikan pesan yang tersirat.
Pertama, al-qur’an disematkan dengan istilah al-kitab, karena al-qur’an
berisi Kumpulan surat dan ayat serta ciri khas dari kitab sendiri merupakan
Kumpulan dari suatu ilmu. Kedua, al-huda karena al-qur’an berisi ajaran atau
pedoman perilaku dan aktifitas seluruh penghuni peradaban bumi. Ketiga, at-
tanzil karena al-qur’an diturunkan secara bertahap atau berangsur-angsur.
Pemahaman tersebut muncul dari leksem nazzala yang secara kajian morfologi
memiliki maksud step by step, berbeda dengan leksem anzala yang memiliki
makna turun secara penuh atau keseluruhan. Keempat, al-furqon karena al-qur’an
sebagai pembeda, pembeda diantara kebenaran dan kebathilan. Secara konteks
terminology al-furqon disematkan karena sebelum era Rasululloh Muhammad
Saw telah terjadi penyimpangan-penyimpangan yang sangat jelas yang dilakukan
oleh kedua agama (Yahudi dan Nashrani) itu terletak pada sisi akidah atau
ketauhidan. Hal tersebut disebabkan penghormatan yang berlebihan kepada
nabinya, sehingga membuat mereka melampui batas bahkan sampai pada
anggapan bahwa Isa adalah Tuhan. Sebagai medium untuk menjelaskan hal
tersebut diutuslah Muhammad Saw sebagai pemisah antara yang benar dan salah.
Tafsir merupakan salah satu media untuk memahami al-qur’an yang sagat
kental dengan kesusastraannya, Dimana dulu penafsiran al-qur’an langsung
dilakukan oleh Rasululloh Muhammad saw lalu diteruskan oleh para sahabat,
tabi’iin dan sampai era sekarang. Al-qur’an memang harus dipahami dan
dijelaskan, Ketika al-qur’an tidak demikian maka keempat terminology (al-kitab,

4
al-huda, at-tanzil, dan al-fuqron) yang disematkan untuk al-qur’an tidak memiliki
makna apapun. Upaya penafsiran terhadap al-qur’an mulai era intelektual muslim
klasik bahkan sampai modern merupakan perwujudan atas kepedulian terhadap
ajaran-ajaran al-qur’an yang harus dipegang oleh seluruh penghuni peradaban
bumi.
Muhammad arkoun, intelektual muslim kontemporer memberikan
pandangan, bahwa al-qur’an memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang
tidak terbatas. Kesan yang diberikan oleh setiap ayat-Nya mengenai pemikiran
dan penjelasan pada tingkat wujud adalah suatu kemutlakan yang pasti. Dengan
demikian ayat selalu terbuk untuk diinterpretasi baru, tidak pernah dan tertutup
dalam interpretasi tunggal. Hal ini merupakan karakteristik al-qur’an sebagai
wahyu tidak terlepas dari ruang lingkup kebutuhan manusia, khususnya pada
konteks saat al-qur’an diturunkan.1
Proses interpretasi terhadap Al-Qur’an telah melalui proses Panjang untuk
menghadirkan kandungan ayat-ayat al-qur’an. bahkan intrpretasi terhadap al-
qur’an dibutuhkan aspek yang lebih metodologis didalamnya, guna menjawab dan
menyelesaikan problema-problema saat ini yang berbeda dengan masa dulu.
Karena factor tersebut munculah metode interpretasi atau penafsiran al-qur’an
yang berupa Tafsir Maudhu’i. makalah ini mencoba membedah terkait
pemahaman tafsir Maudhu’I yang akan disusun kedalam empat sub bab, yaitu
Hakikat penelitian tematik, Macam-macam riset tematik, Langkah-langkah
metodis, dan Contoh-contoh penelitian tematik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hakikat penelitian tafsir tematik/maudhu’I ?


2. Apa macam-macam riset tafsir tematik/maudhu’I ?
3. Bagaimana Langkah-langkah metodis dalam tafsir tematik/maudhu’I ?
4. Apa saja contoh dari penelitian tafsir tematik/maudhu’I ?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui hakikat penelitian tafsir tematik/maudhu’i.

1
Ahmad Izzan and dkk, Tafsir Maudhu’i: Metode Praktis Penafsiran Al-Qur’an, 1st ed. (Bandung:
Humaniora Utama Press, n.d.). Hlm 4

5
2. Mengetahui macam-macam riset tafsir tematik/maudhu’i.
3. Mengetahui Langkah-langkah metodis dalam penafsiran tematik/maudhu’i.
4. Mengetahui contoh-contoh dari penafsiran tematik/maudhu’i.

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Penelitian Tematik

Penelitian merupakan langkah-langkah sistematis dan objektif yang


bertujuan untuk menjawab suatu permasalahan dengan mengumpulkan dan
menganalisis data melalui metode yang tepat sesuai peruntukkannya. Sedangkan
fungsi hakikatnya penelitian yaitu untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah
yang disitu disertai penjelasannya. Selain itu, penelitian juga menjembatani
pemecahan masalah dari rumusan masalah penelitian.
Penelitian tematik merupakan cara untuk memahami sesuatu melalui
penyelidikan yang berkenaan dengan tema, atau usaha mencari bukti yang muncul
sehubungan dengan suatu masalah yang mengandung tema. Penelitian menunjuk
pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat.
Misalnya seseorang ingin melakukan penelitian tentang lingkungan, maka
ruang lingkup penelitian tersebut hanya sebatas lingkungan, termasuk aspek apa
saja yang akan diteliti mencakup bukti seputar lingkungan. Dengan memberikan
tema penelitian, peneliti akan lebih mudah dakam hal melaksanakan penelitiannya
karena semua kegiatan tidak terlepas dari batasan tema tersebut.
Kelebihan penelitian dan kekurangan Tematik diantarannya :
 Kelebihan Penelitian Tematik:
1. Memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian.
2. Memberikan banyak informasi yang terkait dengan tema-tema
tertentu.
3. Penelitian yang dilakukan memberikan sasaran yang tepat.
4. Tidak berbelit-belit dalam menyimpulkan hasil penelitian.
5. Memberikan gambaran umum dalam menentukan judul penelitian.
 Kekurangan Penelitian Tematik:
1. Bersifat terikat.
2. Ruang lingkup lebih sempit.
3. Ada batasan dalam menentukan masalah penelitian yang terkait
dengan tema

7
4. Informasi yang di peroleh hanya berdasarkan pada tema .
5. Peneliti tidak bisa bebas menentukan judul penelitian karena harus
berkaitan dengan tema.
Jenis Masalah yang Dapat Diteliti
Pada dasarnya semua aspek masalah yang mengandung tema dapat
diselesaikan secara umum, dengan kata lain peneliti mempunyai tema yang
bersifat umum kemudian dalam prosesnya akan di spesifisikan menjadi sesuatu
yang lebih khusus. Dalam penelitian tematik, hal terpenting yang harus dilakukan
peneliti adalah menentukan tema, karena hal tersebut membantu peneliti yang
meneliti suatu masalah bersifat umum yang akan di khususkan lagi terkait tema
tersebut.

B. Macam-Macam Riset Tematik

1. Tematik Surat
Model kajian tematik dengan meneliti surat-surat tertentu. Misalnya,
meriset tema Penafsiran Surat al-Ma’un “Kajian tentang pesan-pesan moral
dalam Surat Al-Ma’un”. Sebagai peneliti dalam hal ini adalah menjelaskan
bagaimana penafsiran ayat-ayat surat al-Ma’un, dimana ayat itu turun,
bagaimana situasi dan kondisi yang melingkupi disaat ayat itu turun, apa saja
isi pokok pikiran dari surat al-Ma’un dan apa pesan-pesan moral di dalamnya.
Pendekatan yang dipakai juga tergantung objek formal yang mau dikaji.
Misalnya menggunakan pendekatan linguistik, stilistika Alquran atau
hermeneutik.
2. Tematik Term
Model kajian tematik yang secara khusus meneliti term (istilah-
istilah) tertentu dalam Alquran. Misalnya penafsiran term “Fitnah” dalam
Alquran. Berapa kali kata tersebut disebut dalam Alquran, apa saja maknanya,
dan dalam konteks apa saja kata tersebut disebut dalam Alquran. Hal-hal
seperti itulah yang harus dicermati dan di uraikan. Pendekatan semantik dalam
konteks riset ini tepat untuk dipilih. Karena dalam pendekatan semantik akan
tampak dinamika perkembangan makna fitnah, baik sinkronik maupun
diakronik, bagaimana pula jaringan makna dalam lingkup semantik dapat

8
dieksplorasi dengan baik, sehingga mampu menangkap world view
(pandangan dunia) Alquran tentang term fitnah.
3. Tematik Konseptual
Konsep tertentu yang secara eksplisit tidak disebut dalam Alquran,
tetapi secara substansial ide tentang konsep itu ada dalam Alquran. Misalnya
tema “Difable dalam Perspektif Alquran”. Term “difable” jelas tidak disebut
secara eksplisit dalam Alquran, tetapi ayat yang berbicara tentang orang
difabel dapat ditemukan di berbagai ayat Alquran. Kita dapat mencari melalui
term al-a’ma (orang buta), al-shumm (tuli), al-bukm (bisu).
4. Tematik Tokoh
Kajian tematik yang dilakukan melalui tokoh. Misalnya ada tokoh
yang punya pemikiran tentang konsep-konsep tertentu dalam Alquran.
Misalnya “Konsep Poligami Menurut Fakhruddin al-Razi dalam Tafsir al-
Kabir”. Ada pula tokoh-tokoh yang disebut dalam Alquran yang biasanya di
ungkap dalam ayat-ayat kisah. Hal ini juga bisa diteliti untuk melihat
bagaimana peran tokoh tersebut dan apa pesan-pesan moral yang ada di balik
kisah tokoh itu.2

C. Langkah-langkah metodis penafsiran tafsir maudhu’i/tematik.

Penafsiran terhadap ayat al-qur’an yang ditafsiri dengan ayat al-qur’an


yang lain sudah ada semenjak kehadiran Rasululloh Muhammad Saw,
sebagaimana ketika beliau menjelaskan kata dzulmun dalam QS. al-An’am [6]: 82
ٰٰۤ ُ ْ ُ
ࣖ َ‫ول ِٕىكَ لَ ُه ُم ْاْلَ ْم ُن َو ُه ْم ُّم ْهتَد ُْون‬ ُ ِ‫اَلَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َولَ ْم يَ ْلب‬
‫س ْْٓوا اِ ْي َمانَ ُه ْم بِظل ٍم ا‬

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka


dengan kezaliman (syirik), merekalah orang-orang yang mendapat rasa aman
dan mendapat petunjuk”

Beliau menjelaskan kata dzulmun diatas yang dimaksud adalah syirik


dengan membaca QS. Luqman [31]: 13;

َ ‫ظ ْل ٌم‬
‫ع ِظ ْي ٌم‬ ُ َ‫…ا َِّن الش ِْركَ ل‬

2
Mustaqim, Abdul. 2019. Metode Penelitian Alqur’an dan Tafsir. Yogyakarta: Idea Press

9
“Sesungguhnya syirik adalah dzulmun (penganiayaan) yang besar”

Demikian juga penafsiran Rasululloh Muhammad Saw, terhadap QS. al-


An’am [6]: 59;

ِ ‫َو ِع ْندَ ٗه َمفَاتِ ُح ْالغَ ْي‬


‫ب َْل يَ ْعلَ ُم َها ْٓ ا َِّْل ُه َو…األية‬

“Di sisi Allah Mafatih al-ghaib (kunci-kunci pembuka ghaib), tidak ada yang
mengetahuinnya kecuali Allah”

Imam Bukhari Meriwayatkan, bahwa Rasululloh Muhammad Saw


memaknai atau menjelaskan Mafatih al-Ghaib itu dengan firman Allah dalam QS.
Luqman [31]: 34;3

‫َد ِۗاا‬ ُ ‫س َّماذَا ت َ ْْس‬


َ ‫ِب‬ ْ ‫ْث َويَ ْعلَ ُم َما فِى ْاْلَ ْر َح ِِۗام َو َما تَد ِْر‬
ٌ ‫ي نَ ْف‬ َ ِۚ ‫ع ِۚ ِة َويُن َِز ُل ْالغَي‬ َّ ‫ّٰللاَ ِع ْندَ ٗه ِع ْل ُم ال‬
َ ‫سا‬ ‫ا َِّن ه‬
ࣖ ‫ع ِل ْي ٌم َخبِي ٌْر‬ ‫ض ت َ ُم ْو ِۗتُ ا َِّن ه‬
َ َ‫ّٰللا‬ ٍ ‫س بِاَي ِ ا َ ْر‬ ٌ ٌۢ ‫ي نَ ْف‬
ْ ‫َو َما تَد ِْر‬
“Sesungguhnya Allah memiliki pengetahuan tentang hari Kiamat,
menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Tidak ada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dia
kerjakan besok. (Begitu pula,) tidak ada seorang pun yang dapat
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Teliti”

Menafsirkan al-qur’an sebagaimana dua contoh penafsiran


Rasululloh Muhammad Saw diatas, mulai tumbuh dan berkembang.
Sehingga muncul kitab-kitab Tafsir yang secara khusus mengarah kepada
Tafsir ayat dengan ayat. Salah satu kitab Tafsir yang mengarah kepada
bentuk penafsiran ayat dengan ayat, ialah karya Tafsir Abi Ja’far
Muhammad ibn Jarir ath-Thabari yang bernama Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil
Ayyi al-qur’an. Karya Tafsir Ibn Jarir ath-Thabari dinilia sebagai karya tafsir
pertama kali yang mengarah kepada penafsiran ayat dengan ayat lain.
Setelah itu muncul kitab tafsir yang tidak secara khusus mengarah kepada
penafsiran ayat dengan ayat lain, akan tetapi lebih fokus kepada penafsiran

3
Izzan and dkk, Tafsir Maudhu’i: Metode Praktis Penafsiran Al-Qur’an. Hlm 31

10
ayat-ayat yang bertema hukum, seperti Tafsir Ahkam al-Qur’an karya Abu
Bakar Ahmad bin Ali ar-Razy al-Jashshash, dan lain-lain.4

Tafsir Maudhu’i merupakan salah satu metode penafsiran al-Qur’an,


yang bertujuan mencari jawaban atau menyelesaikan problem tertentu
dengan menelusuri atau melacak ayat-ayat al-Qur’an terkait problem
tersebut.5 Dalam menafsirkan al-qur’an dengan menggunakan metode Tafsir
Maudhu’i/Tematik, ada beberapa acuan metodis yang harus diperhatikan
dan diaplikasikan oleh seorang mufassir. Langkah-langkah penafsiran Tafsir
Maudhu’i/Tematik, yaitu;

1. Menetapkan masalah/tema yang akan dibahas.

2. Melacak dan menghimpun masalah yang dibahas tersebut dengan


menghimpun ayat-ayat al-qur’an yang membicarakannya.

3. Mempelajari ayat demi ayat yang membahas tentang tema yang dipilih
sambil memperhatikan asbab an-Nuzul.

4. Menyusun runtutan ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan ayat-ayat


sesuai dengan masa turunnya, khususnya jika berkaitan dengan hukum,
atau kronologi kejadiannya jika berkaitan dengan kisah, sehingga
tergambar peristiwanya dari awal hingga akhir.

5. Memahami munasabah ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-


masing.

6. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna, sistematis, dan


utuh.

7. Melengkapi penjelasan ayat dengan hadits, riwayat sahabat, dan lain-lain


yang relevan bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi
semakin sempurna dan semakin jelas.

4
Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, 1st ed. (Jl. Kertamukti No.63, Pisangan, Ciputat, Tangerang: Lentera Hati,
2013). Hlm 387
5
Badri Khaeruman, Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an, 1st ed. (Jl. BKR (Lingkar Selatan) No. 162-
164, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2004). Hlm 103

11
8. Setelah tergambar keseluruhan kandungan ayat-ayat yang dibahas,
langkah berikutnya adalah menghimpun masing-masing ayat pada
kelompok uraian ayat dengan menyisihkan yang terwakili, atau
mengompromikan antara yang ‘Am (umum) dan Khash (khusus),
Muthlaq dan Muqayyad, atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga
kesemuannya bertemu dalam satu muara, tanpa perbedaan atau paksaan.
Sehingga lahir satu simpulan tentang pandangan al-qur’an menyangkut
tema yang dibahas.6

D. Contoh Penelitian Tematik

Penelitian tematik Al-Qur'an adalah pendekatan penelitian yang


mengeksplorasi tema-tema tertentu dalam Al-Qur'an dan memeriksa
berbagai aspeknya, termasuk tafsir, konteks sejarah, linguistik, dan relevansi
kontemporer. Berikut ini beberapa contoh penelitian tematik Al-Qur'an:

1. Penelitian Tematik tentang Etika dan Moral dalam Al-Qur'an


Penelitian ini akan mengeksplorasi nilai-nilai moral dan etika yang
diajarkan dalam Al-Qur'an, serta bagaimana nilai-nilai tersebut dapat
diterapkan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
2. Penelitian Tematik tentang Wanita dalam Al-Qur'an
Penelitian ini akan memeriksa bagaimana Al-Qur'an menggambarkan
peran, hak, dan tanggung jawab wanita dalam masyarakat, serta relevansi
ajaran tersebut dalam konteks kesetaraan gender dan hak asasi manusia.
Contoh : Perempuan berkepribadian tangguh dan durhaka dalam Al-Qur’an
“Kajian Tafsir Tematik”.7
3. Penelitian Tematik tentang Toleransi dan Keragaman dalam Al-Qur'an
Penelitian ini akan meneliti ayat-ayat Al-Qur'an yang mengajarkan nilai-
nilai toleransi, kedamaian, dan penghargaan terhadap keragaman dalam
hubungan antar manusia, agama, dan budaya.
4. Penelitian Tematik tentang Pendidikan dalam Al-Qur'an
Penelitian ini akan mengeksplorasi ayat-ayat Al-Qur'an yang berkaitan
dengan pentingnya pendidikan, pembelajaran, dan pengetahuan, serta

6
Shihab, Kaidah Tafsir. hal 388
7
E. Haikcal Firdan El-Hady, “Perempuan Berkepribadian Tangguh Dan Durhaka Dalam Al- Quran ‘Kajian
Tafsir Tematik,’” al munir: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (2002).

12
bagaimana nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam konteks pendidikan
modern.
5. Penelitian Tematik tentang Kekuatan Spiritual dalam Al-Qur'an
Penelitian ini akan memeriksa konsep-konsep spiritualitas, ketakwaan,
dan kekuatan batin yang diajarkan dalam Al-Qur'an, serta dampaknya
terhadap kesejahteraan psikologis dan kesehatan mental.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian merupakan langkah-langkah sistematis dan objektif yang
bertujuan untuk menjawab suatu permasalahan dengan mengumpulkan dan
menganalisis data melalui metode yang tepat sesuai peruntukkannya. Sedangkan
fungsi hakikatnya penelitian yaitu untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah
yang disitu disertai penjelasannya. Selain itu, penelitian juga menjembatani
pemecahan masalah dari rumusan masalah penelitian.
Salah satu kelebihan penelitian tematik adalah memudahkan peneliti untuk
melakukan penelitian. Terlepas dari kelebihannya, penelitian tematik juga
memiliki kekurangan, salah satunya adalah bersifat terikat dan mempunyai ruang
lingkup yang sempit. Macam-macam riset tematik itu ada 4, diantaranya adalah
tematik surat, tematik term, tematik konseptual dan tematik tokoh.

Tafsir Maudhu’i merupakan salah satu metode penafsiran al-Qur’an,


yang bertujuan mencari jawaban atau menyelesaikan problem tertentu
dengan menelusuri atau melacak ayat-ayat al-Qur’an terkait problem
tersebut. Dalam menafsirkan al-qur’an dengan menggunakan metode Tafsir
Maudhu’i/Tematik, ada beberapa acuan metodis yang harus diperhatikan
dan diaplikasikan oleh seorang mufassir. Adapun langkah-langkah
penafsiran Tafsir Maudhu’i/Tematik seperti yang telah dipaparkan diatas.

Ada beberapa contoh penafsiran tematik, diantaranya adalah


Penelitian Tematik tentang Etika dan Moral dalam Al-Qur'an, Penelitian
Tematik tentang Wanita dalam Al-Qur'an, dan Penelitian Tematik tentang
Pendidikan dalam Al-Qur'an.

14
DAFTAR PUSTAKA
El-Hady, E. Haikcal Firdan. “Perempuan Berkepribadian Tangguh Dan Durhaka Dalam
Al- Quran ‘Kajian Tafsir Tematik.’” al munir: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
(2002).

Izzan, Ahmad, and dkk. Tafsir Maudhu’i: Metode Praktis Penafsiran Al-Qur’an. 1st ed.
Bandung: Humaniora Utama Press, n.d.

Khaeruman, Badri. Sejarah Perkembangan Tafsir Al-Qur’an. 1st ed. Jl. BKR (Lingkar
Selatan) No. 162-164, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2004.

Shihab, Quraish. Kaidah Tafsir. 1st ed. Jl. Kertamukti No.63, Pisangan, Ciputat,
Tangerang: Lentera Hati, 2013.

15

Anda mungkin juga menyukai