Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ZONA EKONOMI EKSKLUSIF


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Administrasi Dan Kebijakan
Kesehatan
Dibimbing Oleh Dosen : Dr. Yusuf Sabilu, M.Kes

Disusun oleh :
Yusnaniningsi
NIM. G2C118115

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK PASCA SARJANA

KOSENTRASI ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

UNIVERSITAS HALOULEO

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan
hidayahnya kepada ilahi sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
baik. Adapun makalah yang kami buat ini yang berjudul ‘’ Zona Ekonomi Eksklusif”.
Penulisan makalah ini dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak, Dr.Yusuf Sabilu, M.Kes . selaku dosen pembimbing kami.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
menyempurnakan tugas makalah ini. Semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin .
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Kendari, April 2019

Yusnaniningsi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B . Identifikasi Masalah .................................................................................... 3

C . Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

D. Tujuan Dan Manfaat .................................................................................... 4

BABII PEMBAHASAN

A. Pengertian Zona Ekonomi Eksklusif....................................................5

B. Cakupan Zona ekonomi Eksklusif…………………………………............8

C. Hak dan Kewajiban Negara-Negara di Zona Ekonomi Eksklusi…............12

BABIII PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………........….…....16

B. Daftar Pustaka……………………………………………….........……....17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Laut merupakan wilayah yang sangat penting bagi keutuhan dan pemersatu bagi

sebuah negara karena laut merupakan sarana bagi kesatuan bangsa, sarana pertahanan dan

keamanan, sebagai sarana diplomasi, serta yang paling utamanya adalah sebagai sarana

kemakmuran dan kesejahteraan negara dan masyarakat karena melimpahnya potensi-

potensi sumber daya laut tersebut.

Indonesia merupakan sebuah negara maritim yang memiliki beribu-ribu pulau,

sebagian besar negara Indonesia ini terdiri dari perairan dan sisanya adalah daratan

.Indonesia memiliki laut yang luas yaitu lebih kurang 5,6 juta km 2 dengan garis pantai

sepanjang 81.000 km, dengan berbagai potensi sumberdaya, terutama perikanan laut yang

cukup besar. Total luas kawasan Negara Republik Indonesia mencapai 7,7 juta km2. Dari

luas wilayah itu sekitar 3,2 juta km2 merupakan luas perairan yang terdiri dari 2,8 juta

km2 perairan pedalaman dan 0,3 juta km2 berupa laut teritorial. Itu belum termasuk 2,7

juta km2 kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (Exclusive Economic Zone) (M., John, dkk.,

2007).

Laut atau perairan yang menjadi wilayah suatu negara yaitu perairan pedalaman,

perairan kepulauan dan laut territorial, dimana negara pantai/kepulauan mempunyai

kedaulatan. Sedangkan laut yang bukan merupakan wilayah suatu negara adalah Zona

Tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), Landas Kontinen, laut bebas dan dasar laut

dalam (deep seabed/area). Di masing-masing zona maritim tersebut negara pantai

1
(kepulauan) mempunyai hak, kewajiban dan kewenangan yang berbeda-beda, demikian

pula kapal ataupun wahana laut lainnya mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda-

beda pula ketika bernavigasi di zona maritim ini. Sebagai zona maritim baru pengaturan

dalam ZEE dapat dikatakan cukup banyak yaitu dalam Bab V LOSC pasal 55 sampai 75.

Banyak ahli berpendapat bahwa pengaturan ZEE yang ada di Konvensi merupakan bagian

dari international customary law dan praktek negara-negara. Pengaturan utama dalam

zona maritim ini antara lain hak negara pantai untuk memanfaatkan sumber daya alam,

perlindungan lingkungan laut, riset ilmiah kelautan dan lain-lain. Dalam praktek negara-

negara di ZEE masih banyak permasalahan yang muncul antara lain hubungan batas ZEE

dengan landas kontinen, hubungan aktivitas di ZEE dengan landas kontinen, termasuk

juga apakah rezim ZEE dan landas kontinen yang 200 mil laut adalah sama (Buntoro,

2013).

Laut teritorial atau perairan teritorial (Territorial sea) adalah wilayah kedaulatan

suatu negara pantai selain wilayah daratan dan perairan pedalamannya; sedangkan bagi

suatu negara kepulauan seperti Indonesia, Jepang, dan Filipina, laut teritorial meliputi pula

suatu jalur laut yang berbatasan dengannya perairan kepulauannya dinamakan perairan

internal termasuk dalam laut teritorial pengertian kedaulatan ini meliputi ruang udara di

atas laut teritorial serta dasar laut dan tanah di bawahnya dan, kedaulatan atas laut teritorial

dilaksanakan dengan menurut ketentuan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea), lebar sabuk perairan

pesisir ini dapat diperpanjang paling banyak dua belas mil laut (22,224 km) dari garis

dasar (baseline-sea).

2
B. Identifikasi Masalah

Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga

sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara tetangga.

Untuk landas kontinen negara Indonesia berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat

di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut teritorial sejauh 12 mil dari garis

dasar lurus dan perbatasan zona ekonomi ekslusif (ZEE) sejauh 200 mil dari garis dasar

laut.

Hal tersebut tidak terlepas dari semakin meningkatnya aktifitas pelayaran di

wilayah perairan Indonesia, khususnya di laut territorial. peningkatan intensitas pelayaran,

sebagian diantaranya kapal barang dan penangkap ikan, tidak menutup kemungkinan

terjadinya kecelakaan laut. Selain itu Indonesia masih banyak mengalami sengketa

perbatasan dengan Negara tetangga. Untuk itu diperlukan peraturan yang baku mengenai

hukum laut Indonesia khususnya dilaut territorial yang sering dilalui oleh kapal asing dan

banyak menimbulkan konflik yang berkepanjangan dengan negara tetangga. Kurang

seriusnya pemerintah dalam meyelesaikan sengketa perbatasan mengenai laut teritorial

telah banyak menyebabkan lepasnya wilayah laut territorial dari pangkuan Negara

Indonesia, selain itu kurangnya pengawasan terhadap laut territorial diwilayah Indonesia

telah banyak menyebabkan hilangnya kekayaan alam yang terkandung didalamnya

terutama potensi perikanan yang banyak dicuri nelayan asing.Oleh karena itu diperlukan

pemahaman mengenai laut territorial sehingga pengelolaan dan pengawasan terhadap laut

territorial benar benar bejalan optimal.

3
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka rumusan masalah

dalam penulisan makalah ini yaitu :

1. Apakah Pengertian dari Zona Ekonomi Ekslusif?

2. Apa yang termasuk Cakupan Zona Ekonomi Eksklusif ?

3. Apakah yang menjadi Hak dan Kewajiban Negara di Zona Ekonomi Eksklusif?

D. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dan manfaat yang ingin dicapai

dalam penulisan makalah ini yakni:

1. Untuk mengetahui Pengertian dari Zona Ekonomi Ekslusif.

2. Untuk mengetahui Cakupan Zona Ekonomi Eksklusif.

3. Untuk mengetahui apa yang menjadi Hak dan Kewajiban Negara-negara Zona

Ekonomi Eksklusif.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia memiliki luas wilayah sebesar 5.455.675 km2 dan 3.544.744 km2 di

antaranya atau 2/3 wilayahnya adalah lautan. Karena mempunyai wilayah yang

luas, Indonesia berbatasan dengan banyak negara, walaupun mayoritas negaranya adalah

negara anggota ASEAN.

Menurut bentuknya Indonesia mempunyai 3 batas teritorial, di mana dalam batas

teritorial ini, Indonesia dan seluruh warganya bebas melakukan kegiatan selama tidak

melanggar hukum yang berlaku. Sedangkan untuk negara asing, mereka perlu membuat

laporan kepada dinas terkait jika ingin melewati, berkegiatan, dan memasuki wilayah

teritorial Indonesia. Wilayah teritorial Indonesia dibagi menjadi 3, yaitu:

 Batas Laut

 Batas Darat

 Batas Udara

 Batas Laut

Dalam menentukan perbatasan laut biasanya memakai metode penarikan garis dari bagian

pantai yang paling rendah ketika surut hingga beberapa mil ke depan. Dalam batas laut ini

ada beberapa zona, diantaranya adalah:

5
 Batas Laut Teritorial

Adalah batas laut yang ditarik dari sebuah garis dasar dengan jarak 12 mil (19,3 km) ke

luar ke arah laut lepas. Garis dasar yang dimaksud adalah garis yang ditarik pada pantai

waktu air laut surut. Laut yang terletak di sebelah dalam garis dasar merupakan laut

pedalaman. Di dalam batas laut teritorial ini, Indonesia mempunyai hak kedaulatan

sepenuhnya. Negara lain dapat berlayar di wilayah ini atas izin pemerintah

Indonesia. Luas laut teritorial Indonesia adalah 282.583 km2

 Batas Landasan Kontinen

Merupakan dasar laut yang jika dilihat dari segi geologi maupun geomorfologinya

merupakan kelanjutan dari kontinen atau benua. Landas kontinen memiliki kedalaman

kurang dari 200 m. Oleh karena itu, wilayah laut dangkal dengan kedalaman 200 m

merupakan bagian dari wilayah negara yang berada di kawasan laut tersebut. Batas landas

6
kontinen diukur mulai dari garis dasar pantai ke arah luar dengan jarak paling jauh adalah

200 mil. Luas landas kontinen Indonesia adalah 2.749.001 km2.

 Zona Ekonomi Ekslusif

Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) adalah wilayah laut sejauh 200 mil dari pulau terluar

saat air surut. Luas ZEE Indonesia adalah 2.936.345 km2. ZEE diumumkan pemerintah

Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980. Mengenai kegiatan-kegiatan di ZEE Indonesia

diatur dalam Undang-Undang No. 5 tahun 1983 pasal 5 tentang ZEE.

Jika dilihat dari bentuknya maka pembagian batas lautan akan terlihat seperti di bawah
ini.

Berlakunya konsep Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) merupakan pranata hukum laut

internasional yang masih baru. Di dalam Konferensi Hukum Laut yang diprakarasai oleh

PBB yang diselenggarakan mulai Tahun 1973 sampai dengan 1982 Zona Eksklusif ini

dibahas secara mendalam dan intensif sebagai salah satu agenda acara konferensi dan

disepakati serta dituangkan di dalam Bab V Pasal 55-75 Konvensi Hukum Laut

Internasional 1982 (Irman dan Nugraha, 2014). Ketentuan hukum internasional dan

7
Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982 (Law of the Sea Convention/LOSC) membagi

wilayah negara dalam dua bagian yaitu laut/perairan wilayah suatu Negara dan laut yang

bukan wilayah suatu negara.

Zona ekonomi eksklusif bagi negara berkembang seperti Indonesia adalah vital

karena di dalamnya terdapat kekayaan sumber daya alam hayati dan nonhayati, sehingga

mempuyai peranan sangat penting bagi pembangunan ekonomi bangsa dan Negara. Zona

ekonomi eksklusif adalah daerah di luar dan berdamping dengan laut territorial yang

tunduk pada rejim hukum khusus di mana terdapat hak-hak dan jurisdiksi Negara pantai,

hak dan kebebasan Negara lain yang diatur oleh Konvensi sedangkan dalam undang-

undang No 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif disebutkan bahwa Zona

Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah

Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang undang yang berlaku tentang

perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan

batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah

Indonesia. Indonesia merupakan negara pantai mempunyai hak-hak, jurisdiksi, dan

kewajiban di zona ekonomi eksklusif karena sudah terikat oleh Konvensi Hukum Laut

1985 dengan UU No. 17/1985.

B. Cakupan Zona Ekonomi Eksklusif

Zona ekonomi ekslusif adalah pengaturan baru yang ditetapkan oleh konvensi

hukum laut 1982. Sebelum perang dunia ke II dikenal beberapa perjanjian internasional

yang mengatur batas-batas perairan antara negara seperti perjanjian perbatasan Norwegia-

swedia tahun 1909 dan perjanjian perbatasan Inggris-Venezuela 1942 tentang perbatasan

8
di teluk paria antara Trinidad dan Amerika Selatan. Kemudian proklamasi Presiden

Truman tanggal 28 September 1945 membuka lembaran baru bagi negara-negara untuk

melakukan klaim atas laut territorial , landas kontinen, zona keamanan dan zona

perikanan. Diantara negara-negara tersebut tercatat negara-negara Latin Amerika yang

mengadakan klaim 200 mil laut territorial, yaitu negara-negara Peru, Equador, Chili,

Panama dan Brazil.

Negara-negara lain ingin mengadakan zona ekonomi eksklusif atau zona

sumber-sumber kekayaan alam seluas 200 mil, dimana pada zona tersebut negara-negara

pantai mempunyai hak kedaulatan atas sumber-sumber yang dapat diperbaharui dari dasar

laut dan perairan di atasnya. Kelompok negara-negara ini ialah Colombia, Mexico,

Venezuela dan negara-negara Karibi lainya. Zona ekonomi ini disebut juga sebagai

Patrimonial sea kelompok negara-negara ini mengadakan konperensi tentang masalah

lautan di santo Domingo tahun 1972 dimana mereka mengkoordinir kebijaksanaan

tentang zona sumber-sumber kekayaan alam dan menghasilkan Deklarasi Santo Domingo,

yang kemudian diserahkan kepada Komite Dasar Laut PBB (United Nations Seabed

Committee).

Di samping itu terdapat pula negara-negara yang menginginkan tepian

kontinennya memanjang diluar 200 mil. Dalam kelompok ini termasuk India, Norwegia,

Argentina, Australia, Canada, Brazil dan New Zealand. Disini terlihat keinginan negara-

negara pantai untuk secara unilateral mengadakan berbagai macam klaim melalui

perundang-undangan nasional atas laut teritorial dan zona maritim lainnya semakin

bertambah banyak. Sebelum tahun 1970 sebanyak 34 negara-negara pantai mengadakan

klaim 3 mil laut teritorial dan 47 lainnya melakukan klaim seluas 12 mil. Menjelang Juni

9
1974 sebanyak 54 negara mengadakan klaim 12 mil, dan 9 negara melakukan klaim atas

200 mil laut teritorial. Hal-hal tersebut diatas menunjukkan bahwa perubahan-perubahan

di bidang politik, ekonomi, dan teknologi dari negara-negara pantai dan maritim

perwujudannya tidak mungkin lagi ditampung oleh landasan Konvensi-konvensi Jenewa

1958.

Perkembangan zona ekonomi eksklusif (exclusive economic zone)

mencerminkan kebiasaan internasional (international customs) yang diterima menjadi

hukum kebiasaan internasional (customary international law) karena sudah terpenuhi dua

syarat penting, yaitu praktik negara-negara (state practice) dan opinio juris sive

necessitatis.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang ZEEI Indonesia yang memiliki

lautan begitu luas terutama dengan wawasan nusantara telah bertindak dengan sangat

berhati-hati. Kita memaklumi bahwa dengan prinsip ZEE maka berarti negara-negara

dimaksud mempunyai dasar melaksanakan hak-hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi

dan eksploitasi dibagian atau zona tertentu lautan tersebut. Dengan luasnya perairan

pedalaman (yang tadinya merupakan laut bebas yang memecah kesatuan wilayah negara),

yang kita miliki dengan dasar hukum wawasan nusantara itu, tampaknya sudah luas pola

lokasi lautan yang akan kita garap. Masalah Zona Ekonomi Eksklusif sangat penting

artinya karena dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1983 telah

memberikan kekuatan hukum tentang persoalan-persoalan yang menyangkut Zona

Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut

wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku

10
tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya

dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah

Indonesia. (Pasal 2) Apabila Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia tumpang tindih dengan

Zona Ekonomi Eksklusif Negara-negara yang pantainya saling berhadapan atau

berdampingan dengan Indonesia.

Pasal 3 ayat (1) Selama persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum

ada dan tidak terdapat keadaan-keadaan khusus yang perlu dipertimbangkan, maka batas

zona ekonomi eksklusif antara Indonesia dan negara tersebut adalah garis tengah atau

garis sama jarak antara garis-garis pangkal laut wilayah Indonesia atau titik-titik terluar

Indonesia dan garis-garis pangkal laut wilayah atau titik-titik terluar negara tersebut,

kecuali jika dengan negara tersebut telah dicapai persetujuan tentang pengaturan

sementara yang berkaitan dengan batas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia tersebut.

Khusus tentang batas maritim terkait dengan ZEE dan landas kontinen banyak

negara mengisyaratkan bahwa penyelesaian batas ZEE dan landas kontinen adalah sama.

Akan tetapi untuk negara yang telah menyelesaikan batas landas kontinen sebelum ada

LOSC dan masih didasarkan pada Konvensi Jenewa 1958, maka ketika akan

menyelesaikan batas ZEE ada kemungkinan antara garis batas ZEE dan landas kontinen

berbeda (tidak berimpit). Kondisi ini tentu saja dapat dimaklumi disebabkan rezim landas

kontinen yang digunakan dalam Konvensi Jenewa 1958 berbeda dengan rezim landas

kontinen yang diatur dalam LOSC. Oleh karena itu dalam kasus Indonesia akan ditemukan

beberapa garis batas ZEE dan landas kontinen yang tidak berimpit, sebagai contohnya

batas maritim antara Indonesia dengan Australia. Pada perjanjian batas maritim tersebut

terdapat 2 (dua) garis batas maritim yang tidak berimpit yaitu garis batas landas kontinen

11
dengan Australia yang telah ditetapkan pada tahun 1971 dengan batas maritim tertentu

antara Indonesia dengan Australia yang disepakati pada tahun 1997. Pada batas maritim

tersebut terdapat wilayah dimana landas kontinennya berada dalam jurisdiksi Australia,

akan tetapi ZEE berada dalam yurisdiksi Indonesia (Buntoro, 2013).

C. Hak dan Kewajiban Negara-negara di Zona Ekonomi Eksklusif

Hak dan kewajiban negara lain di zona ekonomi eksklusif diatur oleh Pasal 58

Konvensi Hukum Laut 1982, yaitu sebagai berikut:

1. Di zona ekonomi eksklusif, semua negara, baik negara berpantai atau tak berpantai,

menikmati, dengan tunduk pada ketentuan yang relevan konvensi ini, kebebasan-

kebebasan pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan meletakkan kebel dan pipa

bawah laut yang disebutkan dalam pasal 87 dan penggunaan laut yang berkaitan

dengan pengoperasian kapal, pesawat udara, dan kebel serta pipa di bawah laut, dan

sejalan dengan ketentuan-ketentuan lain konvensi ini.

2. Pasal 88 sampai pasal 115 dan ketentuan hukum internasional lain yang berlaku

diterapkan bagi zona ekonomi eksklusif sepanjang tidak bertentangan dengan bab

ini.

3. Dalam melaksanakan hak-hak memenuhi kewajiban berdasarkan konvensi ini

dizona ekonomi eksklusif, negara-negara harus memperhatikan sebagaimana

mestinya hak-hak dan kewajiban negara pantai dan harus mentaati peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh negara pantai sesuai dengan ketentuan

konvensi ini dan peraturan hukum internasional sepanjang ketentuan tersebut tidak

bertentangan dengan ketentuan bab ini.

12
Hak-hak, jurisdiksi, dan kewajiban Indonesia pada Konvensi tersebut sudah ditentukan

oleh Pasal 56 yang berbunyi sebagai berikut :

1. Dalam zona ekonomi eksklusif, negara pantai mempunyai

 a) Hak-hak berdaulat untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan

pengelolaan sumber kekayayaan alam, baik hayati maupun non hayati, dari perairan di

atas dasar laut dan dari dasar laut dan tanah di bawahnya dan berkenaan dengan kegiatan

lain untuk keperluan eksplorasi ekonomi eksklusif zona tersebut, seperti produksi energy

dari air, arus dan angin

 b) Yurisdiksi sebagaimana ditentukan dalam ketentuan yang relevan konvensi ini

berkenaan dengan :

- Pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan

- Riset ilmiah kelautan

- Perlindungan dan pelestarian lingkungan laut

- Hak dan kewajiban lain sebagaimana ditentukan dalam konvensi ini

2. Didalam melaksanakan hak-hak dan memenuhi kewajiban berdasarkan konvensi ini

dalam zona ekonomi eksklusif, negara pantai harus memperhatikan sebagaimana

mestinya hak-hak dan kewajiban negara lain dan harus bertindak dengan suatu cara

sesuai dengan ketentuan konvensi ini.

3. Hak-hak yang tercantum dalam pasal ini berkenaan dengan dasar laut dan tanah

dibawahnya harus di laksanakan sesuai dengan ketentuan bab VI.

Di zona ekonomi eksklusif setiap Negara pantai seperti Indonesia ini mempunyai

hak berdaulat untuk tujuan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan mengelola sumber daya

13
alam baik hayati maupun nonhayati di perairannya, dasar laut dan tanah di bawahnya serta

untuk keperluan ekonomi di zona tersebut seperti produksi energi dari air, arus, dan

angin.Sedangkan jurisdiksi Indonesia di zona itu adalah jurisdiksi membuat dan

menggunakan pulau buatan, instalasi, dan bangunan, riset ilmiah kelautan, perlindungan

dan pelestarian lingkungan laut. Dalam melaksanakan hak berdaulat dan jurisdiksinya di

zona ekonomi eksklusif itu, Indonesia harus memperhatikan hak dan kewajiban Negara

lain. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah kewajiban menetapkan batas-batas zona

ekonomi eksklusif Indonesia dengan negara tetangga berdasarkan perjanjian, pembuatan

peta dan koordinat geografis serta menyampaikan salinannya ke Sekretaris Jenderal PBB.

Di zona ekonomi eksklusif Indonesia, semua Negara baik Negara pantai maupun

tidak berpantai mempunyai hak kebebasan pelayaran dan penerbangan, kebebasan

memasang kabel dan pipa bawah laut dan penggunaan sah lainnya menurut hukum

internasional dan Konvensi Hukum Laut 1982. Dalam melaksanakan hak-hak dan

kebebasan tersebut, Negara lain harus menghormati peraturan perundang-undangan

Indonesia sebagai negara pantai yang mempunyai zona ekonomi eksklusif tersebut Negara

pantai dapat menegakan peraturan perundang-undangannya sebagaimana di cantumkan

dalam pasal 73 yaitu:

1. Negara pantai dapat, dalam melaksanakan hak berdaulatnya untuk melakukan

eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati di zona

ekonomi eksklusif mengambil tindakan demikian, termasuk menaiki kapal,

memeriksa, menangkap dan melakukan proses peradilan, sebagaimana diperlukan

untuk menjamin ditaatinya peraturan perundang-undangan yang ditetapkannya sesuai

dengan ketentuan konvensi ini.

14
2. Kapal-kapal yang ditangkap dan awaknya kapalnya harus segera dibebaskan setelah

diberikan suatu uang jaminan yang layak atau bentuk jaminan lainya.

3. Hukuman negara pantai yang dijatuhkan terhadap pelanggaran peraturan perundang-

undangan perikanan di zona ekonomi eksklusif tidak boleh mencakup pengurungan,

jika tidak ada perjanjian sebaliknya antara negara-negara yang bersangkutan, atau

setiap bentuk hukuman badan lainya.

4. Dalam hal penangkapan atau penahanan kapal asing negara pantai harus segera

memberitahukan kepada negara bendera, melalui saluran yang tepat, mengenai

tindakan yang diambil dan mengenai setiap hukuman yang kemudian dijatuhkan.

Aparatur penegak hukum di bidang penyidikan di Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia adalah Perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang ditunjuk oleh

Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pengadilan yang berwenang

mengadili pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini adalah pengadilan negeri

yang daerah hukumnya meliputi pelabuhan dimana dilakukan penahanan terhadap kapal

dan/atau orang-orang.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) maka dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. ZEE atau yang biasa dikenal dengan Zona Ekonomi Eksklusif adalah sebuah zona

yang lebarnya tidak lebih dari 200 mil laut dari garis pangkal yang sudah ditetapkan.

2. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut

wilayah Indonesia sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-undang yang berlaku

tentang perairan Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya dan air di

atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut diukur dari garis pangkal laut

wilayah Indonesia.

3. Hak negara di ZEE diantaranya melakukan penelitian atas sumber daya alam,

melakukan eksploitasi sumber daya alam, melakukan konservasi sumber daya alam,

mendirikan dan mengatur pulau buatan, instalasi dan bangunan, Kewajiban suatu

negara di ZEE diantaranya melindungi dengan kebijakan politik, hukum dan

perlindungan fisik berupa penegakan hukum serta pengerahan/pergerakan kekuatan

militer. Sebagai contohnya: kepentingan perdagangan suatu negara diikuti dengan

kebutuhan akan keamanan dan keselamatan kapal pada jalur perdagangan yang antara

lain dapat dilakukan dengan pengerahan kekuatan militer di jalur perdagangan tersebut.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Taufan., 2014. Perlindungan Hukum Zona Ekonomi Eksklusif (Zee) Terhadap
Eksistensi Indonesia Sebagai Negara Maritim.
Buntoro, Kresno., 2013. Kegiatan Militer di ZEE dan Pelaksanaan Hot Pursuit Di Indonesia.
Irman dan Nugraha, Jurnal Opinio Juris. Vol. 12, hal 49-67.

Jurnal Mahkamah Vol. 19 (1) hlm. 70.

M.John, dkk., 2007. Perlindungan Terhadap Tuna Sirip Biru Selatan (Southern Bluefin Tuna)

Dari Illegal Fishing Dalam ZEEI di Samudera Hindia. Jurnal Selat, Vol. 2 (1), hal 156-

167.

Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1984 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati di

Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.

Rivai, H. Sihaloho., 2013. Penetapan Garis Batas Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan India

Dalam Penegakan Kedaulatan Teritorial Ditinjau Dari Hukum Internasional. Diakses

pada tanggal 25 April 2016 pada pukul 20.15 Wita.

Triatmodjo, Marsudi., 2014. Dasar Penetapan Perbatasan Laut. Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi Eksklusif

Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai