Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan nyata di dunia ini tak terlepas dari bencana, baik yang
berasal dari ulahmanusia maupun karena kemarahan alam. Bencana
merupakan kejadian yang tidak dapatdiperkirakan kapan mau terjadi,
dimana terjadinya, seberapa besar kekuatan bencana, sertasiapa yang
tertimpa bencana. Salah satu dampak bencana adalah kehancuran dan
kerusakan kehidupan manusia baik fisik maupun mental.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggukehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ataunon-alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia,kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis (UU 24/2007).

Oleh karena bencana membawa kerugian bagi manusia maka perlu


usaha pencegahan dan penanggulangan bencana secara cepat dan tepat
wajib dilakukan, baik oleh warga dan pemerintah, dalam hal ini perlu
manajemen bencana yang baik dan benar. Secara umum manajemen
bencana dan keadaan darurat adalah tahapan pra-bencana, saat bencana,
dan pasca-bencana. Untuk daerah-daerah yang kerap tertimpa bencana
entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur, dll.) ataupun
yang tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik, angin puting

1
beliung, dll.), sebaiknya menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih
mendetail.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan sebelum bencana dapat


berupa pendidikan peningkatan kesadaran bencana (disaster awareness),
latihan penanggulangan bencana(disaster drill), penyiapan teknologi tahan
bencana (disaster-proof), membangun sistem sosial yang tanggap
bencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana
(disaster management policies).

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan cepat, tepat


memerlukan komponen-komponen antara lain : SDM, sarana-prasarana,
logistik-medis (obat-obatan, bahan-bahan alat medis habis pakai, dll),
komunikasi-transportasi. (permasalahan pada logistik medis sangat
komplek. Disatu sisi memberikan pelayanan pada para pelaku pelayanan
kesehatan (dokter, paramedik, rumah sakit, puskesmas, posko Bencana),
di sisi lain harus menerima dan menginventarisasi bantuan/donasi logistik-
medik dalam waktu yang bersamaan dan volume barang yang besar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep manajemen bencana ?
2. Apa itu bencana dan manajemen bencana ?
3. Apa saja jenis-jenis bencana ?
4. Bagaimana mekanisme manajemen bencana ?
5. Bagaimana manajemn logistik dalam penanggulangan bencana ?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep manajemen bencana
2. Untuk menjelaskan apa itu bencana dan manajemen bencana

2
3. Untuk menjelaskan apa saja jenis-jenis bencana
4. Untuk menjelaskan mekanisme manajemen bencana
5. Untuk menjelaskan manajemn logistik dalam penanggulangan
bencana

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Manajemen Bencana

Konsep dasar manajemen bencana berbasis masyarakat adalah upaya


meningkatkan kapasitas masyarakat atau mengurangi kerentanan
masyarakat. Besaran bencana merupakan akumulasi berbagai ancaman
bahaya dengan rangkaian kerentanan yang ada di masyarakat. Rangkaian
kerentanan ini antara lain terdiri dari kemiskinan, kurangnya kewaspadaan,
kondisi alam yang sensitif, ketidak-berdayaan, dan berbagai tekanan dinamis
lainnya. Kerentanan satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat
yang lain berbeda akar masalahnya, demikian pula ancaman bahayanya pun
berbeda-beda jenisnya.

Berbagai jenis ancaman bahaya, berdasar penyebabnya dapat


diklasifikasikan menjadi empat, yaitu bencana geologi, bencana iklim, bencana
lingkungan, dan bencana sosial.Bencana geologi antara lain gempa bumi,
tsunami, letusan gunung berapi, dan tanah longsor. Bencana iklim antara lain
banjir, kekeringan, dan badai. Bencana lingkungan antara lain pencemaran
lingkungan (air, udara, tanah), eksploitasi sumber daya alam berlebihan
termasuk penjarahan hutan, alih fungsi lahan di kawasan lindung, penerapan
teknologi yang keliru, dan munculnya wabah penyakit. Bencana sosial antara
lain kehancuran budaya, budaya tidak peduli, KKN, politik tidak memihak
rakyat, perpindahan penduduk, kesenjangan sosial ekonomi budaya, konflik
dan kerusuhan.

Banyak pihak telah mencoba menyusun siklus manajemen dengan


maksud dan tujuan agar mudah dipahami dan mudah diaplikasikan terutama

4
oleh masyarakat umum. Sebagai contoh pihak United Nation Development
program (UNDP) dalam program pelatihan manajemen bencana yang
diselenggarakan tahun 1995 dan 2003, menyusun siklus manajemen bencana
dalam versi cukup sederhana.

UNDP membagi manajemen bencana menjadi empat tahapan besar :

a. Tahap pertama kesiapsiagaan (perencanaan siaga, peringatan dini)


b. Tahap kedua tanggap darurat (kajian darurat, rencana operasional,
bantuan darurat)
c. Tahap ketiga pasca darurat (pemulihan, rehabilitasi, penuntasan,
pembangunan kembali)
d. Tahap keempat pencegahan dan mitigasi atau penjinakan

Penanganan keempat tahap sejak kesiapsiagaan, tanggap darurat, pasca


darurat, pencegahan dan mitigasi masing-masing memiliki bobot keseriusan
yang sama.

Tahap-tahap manajemen bencana lainnya adalah :

1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi,


kesiapsiagaan, serta perigatan dini.
Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak dilupakan, padahal
justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah penting karena apa
yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal dalam
menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah
bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah
atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan dalam menghadapi
bencana atau bagaimana memperkecil dampak bencana.
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat
untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and
rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian:

5
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian
bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama
berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian,
akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta
maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu
banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan
memberikan bantuan tenaga,moril maupun material. Banyaknya bantuan
yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus
dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna,
tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan,
rehabilitasi,dan rekonstruksi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi
masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali pra
sarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu
diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak
hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga
rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.

Cita-cita manajemen bencana berbasis masyarakat atau community


based disaster management sudah menjadi visi dari negara-negara maju
di muka bumi ini. Peristiwa bencana gempa dan tsunami di Nangroh Aceh
Darusalam (NAD) juga membuka mata dan hati kita betapa di muka bumi
ini masih ada semangat perikemanusiaan dan gotong royong membantu
para korban. Berdasar fakta tersebut, merealisasikan manajemen bencana
berbasis masyarakat bukan hal yang mustahil, walaupun banyak kendala
dan hambatan yang harus bersama-sama kita hadapi.

6
Kelompok masyarakat sebagai pelaku utama manajemen bencana ini
harus dapat diupayakan dari tingkat yang paling kecil yaitu kelompok rukun
tetangga (RT), rukun warga (RW), dusun, kampung, sampai kelompok yang
lebih besar yaitu desa atau kelurahan, kecamatan, bahkan kota atau
kabupaten.

2.2 Pengertian Bencana dan Manajemen Bencana


a. Bencana
Definisi bencana (disaster) menurut WHO adalah setiap kejadian yang
menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia
atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan pada
skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau
wilayah yang terkena. Bencana adalah peristiwa atau masyarakat
rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bencana
adalah kejadian karena ulah manusia ataupun karena faktor alam yang
berakibat kerugian bagi manusia baik kerugian materil maupun non
materil.
b. Manajemen Bencana
Manajemen adalah sebuah proses pengaturan, merencanakan
melaksanakan dan mengendalikan.
Manajemen adalah sebuah pro manajemen bencana adalah suatu
proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas
langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis
bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,

7
penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana
(UU/24/2007).

Manajemen bencana menurut (University of Wisconsin )sebagai


serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi
bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk
membantu orang yang renta bencana untuk menghindari atau mengatasi
dampak bencana tersebut.

Manajemen bencana menurut (Universitas British Columbia) ialah proses


pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama
(common value) untuk mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan)
untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana maupun aktual.

2.3 Jenis-jenis Bencana


Bencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No 24 tahun 2007
mengelompokan bencana ke dalam tiga kategori yaitu :
1) Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor.
2) Bencana non alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

3) Bencana sosial

8
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

2.4 Mekanisme Manajemen Bencana

Mekanisme manajemen bencana terdiri atas beberapa bagian yaitu :

1. Mekanisme internal atau informal yaitu unsur-unsur masyarakat di lokasi


bencana yang secara umum melaksanakan fungsi pertama dan utama
dalam manajemen bencana dan kerap kali disebut mekanisme
manajemen bencana alamiah, terdiri dari keluarga, organisasi sosial
informal (pengajian, pelayanan kematian, kegiatankegotong royongan,
dan sebagainya) serta masyarakat lokal.
2. Mekanisme eksternal atau formal yaitu organisasi yang sengaja dibentuk
untuk tujuan manajemen bencana, contoh untuk Indonesia adalah
BAKORNAS PB, SATKORLAK PB, dan SATLAK PB.

Secara umum manajemen bencana dan keadaan darurat adalah tahapan


pra-bencana,saat bencana, dan pasca-bencana. Untuk daerah-daerah yang
kerap tertimpa bencana entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan
lumpur, dll.) ataupun yang tak terduga secara awam (gempa tektonik, Vulkanik,
angin puting beliung, dll.) sebaiknya menerapkan tahapan-tahapan kerja yang
lebih mendetail. Setiap tahapan itu adalah sebagai berikut :

1) Riset : pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus
di satu daerah. Konstur tanah hingga letak geografis suatu daerah menjadi
pengaruh utama penanganan ke depan. Jika yang terjadi adalah peristiwa
kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan pendataan masyarakat di dalam
ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan bencana. Jika
kebakaran seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan kelayakan

9
pasar tersebut akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran
tersebut.
2) Analisis Kerawanan dan Kajian resiko (Vulnerabilities Analysis And Risk
Assessment) ada beberapa variabel yang bisa menyebabkan bencana
ataupun keadaan darurat terjadi di satu daerah. matriks atas variabel ini
patut didaftar untuk kemudian dikaji risiko atau dampaknya jika satu
variabel atau paduan beberapa variabel terjadi.
3) Sosialisasi dan Kesiapan masyarakat : pengetahuan atas fenomena alam
hingga tindakan antisipatif setiap anggota masyarakat menjadi suatu hal
mutlak dilakukan oleh pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah
melakukan kajian-kajian dan pemantauan atas fenomena alam di
daerahnya.
4) Mitigasi atau persiapan mendekati terjadinya bencana atau keadaan
darurat.persiapan menghadapi banjir di komplek perumahan, misalnya,
dilakukan dengan membersihkan saluran got dan membangun daerah-
daerah penyerapan air ke tanah. Setiap minggu ada pemuda Karang taruna
berkeliling meneriakkan “3M”.
5) Warning atau peringatan bencana : di saat hari ini gunung Kelud sudah
“batuk” cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar
selayaknya juga dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif.Tindakan
memaksa selayaknya juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini
harus diambil, jauh sebelum bencana ini terdeteksi. Teriakan melalui
pengeras suara masjid ataupun kentongan hingga SMS Blast ke setiap
pemilik telepon selular di daerah tersebut bisa menjadi alternatif peringatan
bagi warga masyarakat.
6) Tindakan penyelamatan jika yang terjadi adalah angin puting beliung,
tentulah tempat paling aman berada di bawah tanah dengan kedalaman
dan persiapan logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir,

10
penyelamatan barang pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban
selain logistik dan perahu karet jika diperlukan.
7) Komunikasi :faktor komunikasi tetap harus terjaga, yang bisa dilakukan
dengan sistem telepon satelit untuk alat komunikasi langsung kesatelit,
agar bala-bantuan hingga kepastian keadaan sesaat setelah terjadi
bencana bisa terdeteksi dari Jakarta ataupun pusat pemerintah provinsi.
8) Penanganan darurat : jika ada anggota masyarakat yang memerlukan
perawatan medis ataupun ada anggota masyarakat yang dinyatakan
hilang, kesiapan regu penyelamat harus terkoordinasi dengan baik.
9) Keberlangsungan penanganan jika banjir tidak surut dalam waktu satu-dua
hari ataupun lokasi bencana tak memiliki jalur transportasi yang memadai,
upaya yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun
pusat dengan selalu berkoordinasi di lapangan.
10) Upaya perbaikan tahapan pasca-bencana ataupun pasca-keadaan darurat
adalah “proses pengobatan” yang memakan waktu lama.
11) Pelatihan dan Pendidikan untuk mendapatkan hasil terbaik untuk
mengantisipasi hingga mengupayakan perbaika pasca-bencana, setiap
daerah harus memiliki petugas- petugas yang cakap dan berpengetahuan.
Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan
penemuan teknologi penanganan bencana termutakhir.
12) Simulasi : setelah memiliki petugas yang cakap dan berpengetahuan,
setiap daerah harus melaksanakan simulasi penanganan bencana atapun
keadaan darurat agar setiap anggota masyarakat bisa mengantisipasi
hingga menyelamatkan diri dan anggota keluarganya , sehingga beban
daerah ataupun kerugian pribadi dapat diminimalisasi.

2.5 Manajemen Logistik Dalam Penanganan Bencana

11
Manajemen Logistik Bencana merupakan bagian dari proses supply
chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan keefisienan dan keefektifan penyimpanan dan aliran
barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin)
hingga titik konsumsi (point of consumtion) dalam tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan para pelanggan / korban bencana.

Proses manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi


tujuh tahapan terdiri dari :

1. Perencanaan/ inventarisasi Kebutuhan


a. Proses inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di
mana, kapan dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.
b. Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta
kemampuan untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana
yang akan ditanggulangi.
c. Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
 Laporan-laporan
 Tim reaksi cepat
 Media massa
 Instansi terkait
 Perencanaan inventarisasi kebutuhan terdiri dari
 Menyusun standar kebutuhan minimal
 Penyusun kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang

2. Pengadaan atau penerimaan

12
a. Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi
termasuk kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan
diterima, kapan diterima, apa jenis bantuannya,seberapa banyak
jumlahnya, bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan
logistik atau peralatan yang disampaikan, apakah ada permintaan
untuk siapa bantuan ini ditujukan.
b. Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk
penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara
penanggulangan bencana dan harus di inventarisasi atau dicatat.
Pencatatan dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam
lampiran.
c. Maksud dan tujuan penerimaan dan/atau pengadaan :
 Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari
berbagai sumber.
 Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan
peralatan yang ada.
 Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas
kebutuhan.
 Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
d. Sumber penerimaan dan/atau pengadaan
e. Proses penerimaan dan/atau pengadaan
 Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan
bencanadilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan
jenis dan jumlahkebutuhan, yang dapat dilakukan melalui
pelelangan, pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

13
 Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan
berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dengan
memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.
3. Pergudangan dan/atau penyimpanan
a. Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data
penerimaan logistik dan peralatan yang diserahkan kepada unit
pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita acara
penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan peralatan pada waktu
itu.
b. Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang
logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang,
berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang
menyerahkan, siapa yang menerima, cara penyimpanan
menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu dikeluarkan
pertama kali (first-in first-out) dan atau menggunakan metode last-in
first-out.
c. Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan
tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system
pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Pendistribusian
a. Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai
data pendukung yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan
mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam
penanggulangan bencana.
b. Perencanaan pendistribusian terdiri dari data siapa saja yang akan
menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang
diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian,

14
alat transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas
penyampaian tersebut.
c. Maksud dan tujuan pendistribusian adalah :
 Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
 Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang
harus disampaikan.
 Perencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.
5. Pengangkutan
a. Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka dilaksanakan
pengangkutan
b. Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah jenis logistik dan
peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang
bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab
keamanannya, siapa yang bertanggungjawab menyampaikan
kepada penerima.
c. Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan
berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang
diangkut.
d. Maksud dan tujuan pengangkutan :
 Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan dari
gudang penyimpanan ke tujuan penerima
 Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan
peralatan dari gudang ke tujuan
 Mempercepat penyampaian
e. Jenis pengangkutan :
 Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai,
danau dan udara, baik secara komersial maupun non komersial
yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
 Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan

15
6. Penerimaan di tujuan
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di tempat
tujuan adalah :
 Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis
bantuan yang diterima
 Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
 Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan,
sarana transportasi, pengirim dan penerima barang.
 Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.
7. Pertanggung jawaban
a. Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah
dilaksanakan harusdibuat pertanggung jawabannya.
b. Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan
maupun kinerja,dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara
paripurna untuk seluruh proses,dalam bentuk laporan oleh setiap
pemangku proses secara berjenjang dan berkala sesuai dengan
prinsip akuntabilitas dan transparansi.

Ketujuh tahapan manajemen logistik dan peralatan tersebut dilaksanakan


secara keseluruhan menjadi satu sistem terpadu. Pedoman manajemen
logistik dan peralatan penanggulangan bencana menganut pola
penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa lembaga atau
sistem kelembagaan dalam berbagai tingkatan teritorial wilayah, mulai dari :
a. Tingkat Nasional
Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili oleh
Badan Nasional penanggulangan Bencana (BNPD). Dalam menjalankan
peran tersebut BNPD mempunyai kemudahan akses dan koordinasi
dengan organisasi yang dapat membantu system manajemen logistik dan
peralatan untuk bencana

16
b. Tingkat Provinsi
Fungsi penyelenggaraan manajemen logistik dan peralatan tingkat
provinsi adalah :
 Penyelenggaraan manajeme penyelenggara manajemen logistik dan
peralatan tingkat provinsi memiliki tanggung jawab, tugas dan
wewenang di wilayahnya.
 Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana yang
meliputi dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.
 Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan
logistik dan peralatan di area bencana.
 Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area
bencana.
 Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang
terlibat dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara
periodik kepada kepala BNPD.
 Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap
tahapan manajemen logistik dan peralatan.
 Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.
c. Tingkat Kabupaten/ kota
Penyelenggaraan manajemen logistik dan peralatan tingkat
Kabupaten/Kota adalah :
 Pengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen
logistik dan peralatan, terutama pada masa siaga darurat, tanggap
darurat dan pemulihan darurat.
 Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan, personil,
peralatan dan bahan atau material lain yang dibutuhkan oleh pusat-
pusat operasi (pos komando) diarea bencana.
 Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat operasi BNPD.

17
 Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.

Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan


terjadi termasuk didalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti
fungsinya, sistem komando,sistem operasi, sistem perencanaan, sistem
administrasi dan keuangan, sistem komunikasidan sistem transportasi.

Macam-Macan Logistik Bencana

Menurut pan american world organization, salah satu cabang regional dari
WHO di Amerika, logistik diklasifikan sebagai berikut :

 Medicines (Obat- obatan)


 Health Supplies/ kit (peralatan kesehatan)
 Water and Environmental Healt (kesehatan air dan lingkungan)
 Food (makanan)
 Logistic administrasion (administrasi logistik, pencatatan)
 Shelter – electrical- contruction (tempat tinggal sementara – listrik-
bangunan)
 Personal needs/ edukasi (kebutuhan personal dan edukasi personal)
 Human resouces (sumber daya manusia)
 Agriculture/ livestock (stok pangan)
 Unclassified/ others (lainnya)

Sedangkan yang tergolong dalam logistik medis adalah poin pertama dan
kedua yaitu obat - obatan dan peralatan kesehatan.

BAB III

18
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bencana adalah kejadian karena ulah manusia ataupun karena
faktor alam yang berakibat kerugian bagi manusia baik kerugian
materil maupun non materil.
2. Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan
terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/ 2007)
3. Jenis-jenis bencana: bencana alam, non alam, dan bencana sosial.
4. Mekanisme manajemen bencana$ mekanisme internal atau informal
dan mekanisme eksternal atau formal.
5. Tahapan penanggulangan bencana : tahap pra bencana, tahap
pada saat terjadi bencana, dan tahap pasca bencana.
6. Pedoman manajemen logistik dan peralatan dalam penanggulangan
oleh semua pihak dalam melaksanakan upaya penanggulangan
bencana sejak pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Sehingga dapat mengurangi dampak atau kerugian yang
disebabkan oleh bencana.

DAFTAR PUSTAKA

19
1. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu
Pada Standar Internasional). Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu
Pada Standar Internasional) Edisi Revisi. Jakarta.
3. Rachmadhi Purwana. 2013. Manajemen Kedaruratan
Kesehatan Lingkungan Dalam Kejadian Bencana. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai