PENDAHULUAN
1
beliung, dll.), sebaiknya menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih
mendetail.
1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep manajemen bencana
2. Untuk menjelaskan apa itu bencana dan manajemen bencana
2
3. Untuk menjelaskan apa saja jenis-jenis bencana
4. Untuk menjelaskan mekanisme manajemen bencana
5. Untuk menjelaskan manajemn logistik dalam penanggulangan
bencana
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
oleh masyarakat umum. Sebagai contoh pihak United Nation Development
program (UNDP) dalam program pelatihan manajemen bencana yang
diselenggarakan tahun 1995 dan 2003, menyusun siklus manajemen bencana
dalam versi cukup sederhana.
5
Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat kejadian
bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama
berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian,
akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta
maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu
banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan
memberikan bantuan tenaga,moril maupun material. Banyaknya bantuan
yang datang sebenarnya merupakan sebuah keuntungan yang harus
dikelola dengan baik, agar setiap bantuan yang masuk dapat tepat guna,
tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi efisiensi.
3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan,
rehabilitasi,dan rekonstruksi.
Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan kondisi
masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali pra
sarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu
diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak
hanya melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga
rehabilitasi psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.
6
Kelompok masyarakat sebagai pelaku utama manajemen bencana ini
harus dapat diupayakan dari tingkat yang paling kecil yaitu kelompok rukun
tetangga (RT), rukun warga (RW), dusun, kampung, sampai kelompok yang
lebih besar yaitu desa atau kelurahan, kecamatan, bahkan kota atau
kabupaten.
7
penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana
(UU/24/2007).
3) Bencana sosial
8
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial
antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
1) Riset : pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus
di satu daerah. Konstur tanah hingga letak geografis suatu daerah menjadi
pengaruh utama penanganan ke depan. Jika yang terjadi adalah peristiwa
kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan pendataan masyarakat di dalam
ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan bencana. Jika
kebakaran seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan kelayakan
9
pasar tersebut akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran
tersebut.
2) Analisis Kerawanan dan Kajian resiko (Vulnerabilities Analysis And Risk
Assessment) ada beberapa variabel yang bisa menyebabkan bencana
ataupun keadaan darurat terjadi di satu daerah. matriks atas variabel ini
patut didaftar untuk kemudian dikaji risiko atau dampaknya jika satu
variabel atau paduan beberapa variabel terjadi.
3) Sosialisasi dan Kesiapan masyarakat : pengetahuan atas fenomena alam
hingga tindakan antisipatif setiap anggota masyarakat menjadi suatu hal
mutlak dilakukan oleh pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah
melakukan kajian-kajian dan pemantauan atas fenomena alam di
daerahnya.
4) Mitigasi atau persiapan mendekati terjadinya bencana atau keadaan
darurat.persiapan menghadapi banjir di komplek perumahan, misalnya,
dilakukan dengan membersihkan saluran got dan membangun daerah-
daerah penyerapan air ke tanah. Setiap minggu ada pemuda Karang taruna
berkeliling meneriakkan “3M”.
5) Warning atau peringatan bencana : di saat hari ini gunung Kelud sudah
“batuk” cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar
selayaknya juga dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif.Tindakan
memaksa selayaknya juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini
harus diambil, jauh sebelum bencana ini terdeteksi. Teriakan melalui
pengeras suara masjid ataupun kentongan hingga SMS Blast ke setiap
pemilik telepon selular di daerah tersebut bisa menjadi alternatif peringatan
bagi warga masyarakat.
6) Tindakan penyelamatan jika yang terjadi adalah angin puting beliung,
tentulah tempat paling aman berada di bawah tanah dengan kedalaman
dan persiapan logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir,
10
penyelamatan barang pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban
selain logistik dan perahu karet jika diperlukan.
7) Komunikasi :faktor komunikasi tetap harus terjaga, yang bisa dilakukan
dengan sistem telepon satelit untuk alat komunikasi langsung kesatelit,
agar bala-bantuan hingga kepastian keadaan sesaat setelah terjadi
bencana bisa terdeteksi dari Jakarta ataupun pusat pemerintah provinsi.
8) Penanganan darurat : jika ada anggota masyarakat yang memerlukan
perawatan medis ataupun ada anggota masyarakat yang dinyatakan
hilang, kesiapan regu penyelamat harus terkoordinasi dengan baik.
9) Keberlangsungan penanganan jika banjir tidak surut dalam waktu satu-dua
hari ataupun lokasi bencana tak memiliki jalur transportasi yang memadai,
upaya yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun
pusat dengan selalu berkoordinasi di lapangan.
10) Upaya perbaikan tahapan pasca-bencana ataupun pasca-keadaan darurat
adalah “proses pengobatan” yang memakan waktu lama.
11) Pelatihan dan Pendidikan untuk mendapatkan hasil terbaik untuk
mengantisipasi hingga mengupayakan perbaika pasca-bencana, setiap
daerah harus memiliki petugas- petugas yang cakap dan berpengetahuan.
Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan
penemuan teknologi penanganan bencana termutakhir.
12) Simulasi : setelah memiliki petugas yang cakap dan berpengetahuan,
setiap daerah harus melaksanakan simulasi penanganan bencana atapun
keadaan darurat agar setiap anggota masyarakat bisa mengantisipasi
hingga menyelamatkan diri dan anggota keluarganya , sehingga beban
daerah ataupun kerugian pribadi dapat diminimalisasi.
11
Manajemen Logistik Bencana merupakan bagian dari proses supply
chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengendalikan keefisienan dan keefektifan penyimpanan dan aliran
barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin)
hingga titik konsumsi (point of consumtion) dalam tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan para pelanggan / korban bencana.
12
a. Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi
termasuk kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan
diterima, kapan diterima, apa jenis bantuannya,seberapa banyak
jumlahnya, bagaimana cara menggunakan atau mengoperasikan
logistik atau peralatan yang disampaikan, apakah ada permintaan
untuk siapa bantuan ini ditujukan.
b. Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk
penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara
penanggulangan bencana dan harus di inventarisasi atau dicatat.
Pencatatan dilakukan sesuai dengan contoh formulir dalam
lampiran.
c. Maksud dan tujuan penerimaan dan/atau pengadaan :
Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari
berbagai sumber.
Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan
peralatan yang ada.
Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas
kebutuhan.
Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
d. Sumber penerimaan dan/atau pengadaan
e. Proses penerimaan dan/atau pengadaan
Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan
bencanadilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan
jenis dan jumlahkebutuhan, yang dapat dilakukan melalui
pelelangan, pemilihan dan penunjukkan langsung sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
13
Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan
berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dengan
memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.
3. Pergudangan dan/atau penyimpanan
a. Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data
penerimaan logistik dan peralatan yang diserahkan kepada unit
pergudangan dan penyimpanan disertai dengan berita acara
penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan peralatan pada waktu
itu.
b. Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang
logistik dan peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang,
berapa jumlahnya, bagaimana keadaannya, siapa yang
menyerahkan, siapa yang menerima, cara penyimpanan
menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu dikeluarkan
pertama kali (first-in first-out) dan atau menggunakan metode last-in
first-out.
c. Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan
tempat, tipe gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system
pengamanan dan keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4. Pendistribusian
a. Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah
perencanaan pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai
data pendukung yaitu yang didasarkan kepada permintaan dan
mendapatkan persetujuan dari pejabat berwenang dalam
penanggulangan bencana.
b. Perencanaan pendistribusian terdiri dari data siapa saja yang akan
menerima bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang
diperlukan, kapan waktu penyampaian, lokasi, cara penyampaian,
14
alat transportasi yang digunakan, siapa yang bertanggung jawab atas
penyampaian tersebut.
c. Maksud dan tujuan pendistribusian adalah :
Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang
harus disampaikan.
Perencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.
5. Pengangkutan
a. Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka dilaksanakan
pengangkutan
b. Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah jenis logistik dan
peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang
bertanggungjawab dalam perjalanan termasuk tanggung jawab
keamanannya, siapa yang bertanggungjawab menyampaikan
kepada penerima.
c. Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan
berita acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang
diangkut.
d. Maksud dan tujuan pengangkutan :
Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan dari
gudang penyimpanan ke tujuan penerima
Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan
peralatan dari gudang ke tujuan
Mempercepat penyampaian
e. Jenis pengangkutan :
Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai,
danau dan udara, baik secara komersial maupun non komersial
yang berdasarkan kepada ketentuan yang berlaku.
Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan
15
6. Penerimaan di tujuan
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di tempat
tujuan adalah :
Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis
bantuan yang diterima
Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan,
sarana transportasi, pengirim dan penerima barang.
Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan.
7. Pertanggung jawaban
a. Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah
dilaksanakan harusdibuat pertanggung jawabannya.
b. Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan
maupun kinerja,dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara
paripurna untuk seluruh proses,dalam bentuk laporan oleh setiap
pemangku proses secara berjenjang dan berkala sesuai dengan
prinsip akuntabilitas dan transparansi.
16
b. Tingkat Provinsi
Fungsi penyelenggaraan manajemen logistik dan peralatan tingkat
provinsi adalah :
Penyelenggaraan manajeme penyelenggara manajemen logistik dan
peralatan tingkat provinsi memiliki tanggung jawab, tugas dan
wewenang di wilayahnya.
Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana yang
meliputi dua atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.
Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan
logistik dan peralatan di area bencana.
Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area
bencana.
Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang
terlibat dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara
periodik kepada kepala BNPD.
Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap
tahapan manajemen logistik dan peralatan.
Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.
c. Tingkat Kabupaten/ kota
Penyelenggaraan manajemen logistik dan peralatan tingkat
Kabupaten/Kota adalah :
Pengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen
logistik dan peralatan, terutama pada masa siaga darurat, tanggap
darurat dan pemulihan darurat.
Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan, personil,
peralatan dan bahan atau material lain yang dibutuhkan oleh pusat-
pusat operasi (pos komando) diarea bencana.
Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat operasi BNPD.
17
Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan
penanggulangan bencana secara konsisten.
Menurut pan american world organization, salah satu cabang regional dari
WHO di Amerika, logistik diklasifikan sebagai berikut :
Sedangkan yang tergolong dalam logistik medis adalah poin pertama dan
kedua yaitu obat - obatan dan peralatan kesehatan.
BAB III
18
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Bencana adalah kejadian karena ulah manusia ataupun karena
faktor alam yang berakibat kerugian bagi manusia baik kerugian
materil maupun non materil.
2. Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan
terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang
berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU 24/ 2007)
3. Jenis-jenis bencana: bencana alam, non alam, dan bencana sosial.
4. Mekanisme manajemen bencana$ mekanisme internal atau informal
dan mekanisme eksternal atau formal.
5. Tahapan penanggulangan bencana : tahap pra bencana, tahap
pada saat terjadi bencana, dan tahap pasca bencana.
6. Pedoman manajemen logistik dan peralatan dalam penanggulangan
oleh semua pihak dalam melaksanakan upaya penanggulangan
bencana sejak pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Sehingga dapat mengurangi dampak atau kerugian yang
disebabkan oleh bencana.
DAFTAR PUSTAKA
19
1. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu
Pada Standar Internasional). Jakarta.
2. Departemen Kesehatan RI. 2011. Pedoman Teknis
Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Mengacu
Pada Standar Internasional) Edisi Revisi. Jakarta.
3. Rachmadhi Purwana. 2013. Manajemen Kedaruratan
Kesehatan Lingkungan Dalam Kejadian Bencana. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
20