Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Oleh

YUSNANININGSI

NIM.G2G118115

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK PASCA SARJANA


KOSENTRASI ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
UNIVERSITAS HALOULEO
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-

Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, Dalam pembuatan makalah

ini penulis tidak luput mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih :

1. Ibu Dr.Yusuf Sabilu, M.Kes selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah

memberikan tugas makalah ini kepada penulis

2. Teman- teman yang turut membantu memberikan sumbangan pikiran maupun memberi

bantuan berupa materi makalah sebagai sumber penulisan makalah

Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, Maka oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk

penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat dan penulis pada

khusunya.

Kendari, September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................... i

Daftar isi .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

C. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2

A. Definisi filsafat............................................................................................... 2

B. Pengethuan .................................................................................................... 11

C. Ilmu dan kebenaran........................................................................................ 14

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 18

A. Kesimpulan .................................................................................................... 18

B. Daftar pustaka ................................................................................................. 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Metode-metode dan penemuan-penemuan sains modern telah mendominasi


dunia, dan filsafat hanya dianggap sebagai pelayan sains. Kesuksesan dan kemajuan
ilmiah telah diterima sebagai kebenaran, konsepsi dunia ilmiah mendikte apa yang boleh
diterima secara filosofis, karena filsafat diturunkan menjadi peran sekunder, tugas
justifikasi sains tidak lagi dianggap esensial. Sain menentukan apa yang dimaksud dengan
kebenaran, dan tidak ada ruang untuk mempertanyakan apakah sain satu-satunya
kebanaran atau hanya sebuah jalan menuju kebenaran.(R. Trigg, dalam Rationality and
Science)

B. RUMUSAN MASALAH

Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :

Apa yang dimaksud teori tentang filsafat, pengetahuan, ilmu dan kebenaran

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui teori tentang filsafat, pengetahuan, ilmu dan kebenaran

2. Mengetahui dan memahami apa itu filsafat, pengetahuan, ilmu dan kebenaran

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Filsafat

Filsafat adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang persoalan seperti
eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.
Pengertian filsafat secara umum bisa diartikan sebagai suatu kebijaksanaan hidup
(filosofia) untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan
refleksi atas pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah.
Filsafat bisa juga diartikan sebagai ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat sendiri merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode
dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan lainnya oleh
karena memiliki obyek tersendiri yang sangat luas.
Filsafat juga merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami
dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi
dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk
studi falsafi, harus dan mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika
adalah sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri
eksak disamping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan
ketertarikan. Filsafat juga berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu
yang biasanya tidak tertsentuholeh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptic yang
mempertanyakan segala hal.
Setelah membahas sekilas mengenai definisi filsafat (filosofi), maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat memiliki hubungan dengan upaya menemukan kebenaran
tentang hakikat sesuatu yang ada melalui penggunaan kemampuan akal secara optimal.

2
Kebenaran yang dihasilkan oleh pemikiran filsafat adalah jawaban dalam bentuk gagasan
atau ide.
Adapun tujuan dari filsafat adalah untuk memperoleh kebenaran yang bersifat dasar
dan menyeluruh dalam sistem yang konseptual. Filsafat menghasilkan pula kebenaran
yang bersifat abstrak, spekulatif akan tetapi tidak mampu mengetahui bagaimana cara
mengadakannya.

a. Pengertian Filsafat Secara Etimologi

Secara etimologis, kata filsafat memiliki arti yang sepadan dengan kata falsafah
dalam bahasa Arab atau kata philosphy dalam bahasa Inggris, atau kata philoshopie
dalam bahasa Prancis dan Belanda, atau philoshophier dalam bahasa Jerman. Semua
kata tersbut berasal dari kata Latin philosophia sebuah kata benda yang merupakan
hasil dari kegiatan philoshopien sebagai kata kerjanya.

Kata philosphia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni philein (mencintai) atau
philia (persahabatan, atau tertarik kepada…) dan sophos (kebijaksanaan,
ketrampilan, pengalaman praktis, dan intelgensi). Kata yang hampir sama dengan
philien atau philia dan sophos tersebut juga dijumpai dalam bahasa Latin, yaitu :
philos (teman atau sahabat) dan sophia (kebijaksanaan).

Dengan demikian, secara etimologis kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta
atau kecenderungan akan kebijaksanaan, atau cinta pada pengetahuan yang
bijaksana, atau dapat diartikan pula sebagai cinta secara mendalam akan
kebijaksanaan atau cinta sedalam-dalamnya akan kearifan atau cinta secara sungguh-
sungguh terhadap pandangan, kebenaran (love of wisdom or love of the vision of
truth).
Jadi secara etimologis, kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta atau kecenderungan
akan kebijaksanaan.

b. Pengertian Filsafat Menurut Para Ahli


Kerana luasnya lingkungan pembahasan mengenai ilmu filsafat ini, maka para
filsuf atau ahli filsafat baik dari barat maupun timur berbeda beda dalam
mendefiniskan mengenai apa itu filsafat. Untuk lebih jelasnya, simak berikut ini
pengertian filsafat menurut para ahli dan pakar filsuf secara lengkap,

3
 Menurut Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ).

 Menurut Aristoteles
Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan
tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

 Menurut Ibnu Sina


Hal pertama yang dihadapi seorang filsuf adalah bahwa yang ada berebeda-beda,
terdapat ada yang hanya “mungkin ada”

 Menurut Plato
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli).

 Menurut Al Farabi
Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.

 Menurut Thomas Hobbes


Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan perhubungan hasil dan sebab
atau sebab dari hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.

 Menurut Al-Kindi
Filsafat adalah pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh
mungkin bagi manusia. Ia memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam
membagi filsafat itu dalam tiga lapangan :
 Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabiyyat), merupakan tingkatan terendah;
 Ilmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), tingkatan tengah;
 Ilmu Ketuhanan (al-ilmu ar-rububiyyat), tingkatan tertinggi.

4
 Menurut Johann Gotlich Fickte
Filsafat merupakan ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar
segala ilmu. Filsafat membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

 Menurut Imanuel Kant


Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala
pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika
agama dan antropologi. Yaitu,

Apakah yang dapat kita ketahui? (dijawab oleh metafisika)


Apakah yang boleh kita kerjakan? (dijawab oleh etika)
Sampai dimanakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama)
Apakah yang dinamakan manusia? (dijawab oleh anthroposlogi)

 Menurut Paul Nartorp


Filsafat sebagai ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia
dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.

 Menurut Harold H. Titus


Harold membagi pengertian filsafat sebagai berikut,

 Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan


dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu
proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi;
 Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan
keseluruhan;
 Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata
dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang
mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para
ahli filsafat.

5
 Menurut Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.
Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal
manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

 Menurut Stephen R. Toulmin


Filsafat adalah Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode
penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan
seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari
sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika.

 Menurut Rene Descartes


Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan, dimana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikannya

 Menurut Francis Bacon


Filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu dan filsafat menangani semua
pengetahuan sebagai bidangnya.

 Menurut Dr. A. C Ewing


Mengatakan bahwa kebenaran, materi, budi, hubungan materi dan budi, ruang
dan waktu, sebab, kemerdekaan, monisme lawan fluarlisme dan tuhan adalah
termasuk pertanyaan-pertanyaan poko filsafat

 Menurut Fichte
Menyebut filsafat sebagai Wissenschafslehre : ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu
yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.

6
 Menurut John Dewey
Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungakap mengenai perjuangan
manusia secara terus meners dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai
tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan
ilmiah dan cita-cita politi yang baru dan tidak sejalan dengan wewenang yang
diakui.

 Menurut Dr. M. J. Langeveld


Pengertian Filsafat sebagai ilmu kesatuan yang terdiri atas tiga lingkungan
masalah: ” lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan
seterusnya) ” lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori
pengetahuan, logika) ” lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yang
bernilai berdasarkan religi).

 Menurut Kattsoff
Bahwa pengertian filsafat menurut Kattsoff adalah sebagai berikut

 Filsafat adalah berpikir secara kritis,


 Filsafat adalah berpikir dalam bentuk yang sistematis.
 Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
 Filsafat adalah berpikir secara rasional.
 Filsafat bersifat komprehensif.

 Menurut Henderson
Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai
ke akar akarnya mengenai segala sesuatu yang ada. “philosophy means the
attempt to conceive and present inclusive and systematic view of universe and
man’s in it”

 Menurut Roger Garaudy


Bahwa pengertian filsafat yang berbeda beda itu wajar, akan tetapi filsafat tidak
memberi sarana sarana, akan tetapi mengajukan pertanyaan tentang tujuan dan
tentang makna makna.

7
 Menurut Berling
Pengertian filsafat adalah pemikiran yang bebas, di ilhami oleh rasio, mengenai
segala sesuatu yang muncul dari pengalaman pengalaman (experience).

 Menurut Walter Kuffman


Bahwa pengertian filsafat adalah pencarian akan kebenaran dengan pertolongan
fakta-fakta dan argumentasi argumentasi, tanpa memerlukan kekerasan dan tanpa
mengetahui hasilnya terlebih dahulu.

 Menurut Verhoeven
Filsafat adalah meradikalkan keheranana ke segala penjuru.

 Menurut Anton Bakker


Bahwa filsafat memiliki tempat dan kedudukan yang khusus. Filsafat meliputi
semua dimensi ilmu ilmu lain, tidak hanya sebatas satu bidang saja atau lapisan
kenyataan. Oleh karena itu, filsafat bersifat total. Filsafat mempelajari sesuatu
yang menjadi objek formalnya menurut sebab-sebab yang mendasar (per ultima
causas).

 Menurut John Brubacher


Bahwa filsafat yang berasal dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti cinta
kebijaksanaan atau belajar. Lebih dari itu dapat diartikan cinta belajar pada
umumnya, dalam proses pertumbuhan ilmu pengetahuan (sains) hanya terdapat
dalam apa yang kita kenal dengan filsafat. Untuk alasan ini sering kita katakan
bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.

 Menurut Dogobel Runes


Bahwa filsafat berasal dari kata Yunani philein, Cinta; sophia, kebijaksanaan (Gr.
philein= to love, sophia=wisdom) asalnya penjelasan rasional dari sesuatu (=the
most general science) prinsip prinsip umum yang menerangkan segala fakta,
dalam pengertian ini tidak dibedakan dengan sains

8
 Menurut Soetrionon dan Rita Hanafie
Pengertian filsafat secara umum adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Ilmu pengetahuan tentang
hakikat yang menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala
sesuatu.

 Menurut Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.

 Menurut Harun Nasution


Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat
tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke
dasar-dasar persoalan

 Menurut Prof. Dr. N Driyarkara S. J


Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada
dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai
“mengapa yang penghabisan.

 Menurut Sidi Gazalba


Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang
segala sesuatu yang dipermasalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.

 Menurut Prof Drs. Hasbullah Bakry, S.H


Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan
pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai
pengetahuan itu.

9
 Menurut Koento Wibisono
Bahwa filsafat dapat didefinisikan dalam satu segi adalah sebagai ilmu yang
berusaha memahami hakikat dari sesuatu ‘ada’ yang dijadikan sebagai objek
sasarannya, sehingga filsafat merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami
apakah hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.

 Menurut Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.


Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya
secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki
(pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.

 Menurut Prof. Mr. Mumahamd Yamin


Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga manusia menemui kepribadiannya
seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

 Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan


Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya
suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan
penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-
kesimpulan yang universal.

 Menurut Imam Barnadib


Bahwa arti filsafat adalah sebagai pandangan menyeluruh dan sistematis. Disebut
meyeluruh, karena pandangan filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan,
melainkan suatu pandangan yang dapat menembus di balik pengetahuan itu
sendiri. Dengan pandangan seperti ini akan terbuka kemungkinan untuk
menemukan hubungan pertalian antara semua unsur yang dipertinggi, dengan
mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebijakan. Dikatakan
sistematis, karena filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti, teratur,
sesuai dengan hukum hukum yang ada.

10
 Menurut Darmodihardjo
Filsafat sebagai pemikiran dalam usahanya mencari kebijaksanaan dan kebenaran
yang sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya (radikal, radik-akar), eratur
(sistematis) dan menyeluruh (universal).

 Ir. Putjowijatno
Filsafat sebagai ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan atas pikiran bela.

 Menurut Pudjo Sumedi AS., Drs.,M.Ed. & Mustakim, S.Pd.,MM


Istilah dari filsafat berasal bahasa Yunani: ”philosophia”. Seiring perkembangan
jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti: ”philosophic” dalam
kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; “philosophy” dalam bahasa
Inggris; “philosophia” dalam bahasa Latin; dan “falsafah” dalam bahasa Arab.

B. Pengetahuan

Pengertian Pengetahuan - Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2003).

a. Pengertian Pengetahuan Menurut Para Ahli


Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang
diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran) (Tim penyusun Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2002).

b. Tingkat Pengetahuan
Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi
(taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses
berfikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat
dibagi dalam 6 kategori yaitu :

11
o Pengetahuan (knowledge)
Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah
dipelajari.
o Pemahaman (comprehension)
Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.
o Penerapan (application)
Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang
telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.
o Analisis (analysis)
Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan
mencoba memahami struktur informasi.
o Sintesis (synthesis)
Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada
untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada
sebelumnya.
o Evaluasi (evaluation)
Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan
kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata:
pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.
(http://anakdankeluarga.blog.com)

c. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Soekidjo (2003) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden.

d. Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Soekidjo (2005) cara untuk memperoleh pengetahuan ada 2
yaitu :
Cara Tradisional atau Non Ilmiah

a. Cara coba salah (Trial and error)


Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi

12
persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba
saja.
Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan, terutama
oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.

b. Cara kekuasaan atau otoritas


Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama maupun
ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di
dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang mempunyai otoritas, tanpa terlebih
dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta
empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena
orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang
ditemukannya adalah sudah benar.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi


Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
d. Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara pikir manusia
pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mempu menggunakan
penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya.

Cara Modern atau Cara Ilmiah


Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah

13
c. Ilmu dan Kebenaran

Ilmu merupakan usaha kita untuk menemukan dan meningkatkan pemahaman


manusia dari berbagai segi kenyataan yang terjadi di alam manusia. Jika seseorang
yang ingin berilmu maka perlu memiliki pengetahuan. Ilmu merupakan suatu
pengetahuan yang disusun secara bersistem. Ilmu adalah hasil proses berfikir yang
diperoleh dari sekitar pengalaman untuk dijadikan objek penelitian dan dapat diakui /
diyakini kebenarannya .

Menurut Aristoteles ilmu ada 2 :

Ilmu Teoritis : Penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuan tentang


kenyataan.
Ilmu Praktis : Penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan berdasarkan
pengetahuan.

Teori Tentang Kebenaran Beberapa teori telah dilahirkan untuk mencoba


mendekati arti dari kebenaran yang dimaksud. Beberapa teori itu adalah:

A.Teori Korespondensi :

"Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah
pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya" (L. O. Kattsoff)

Jadi berdasarkan teori korespondensi ini, kebenaran/keadaan benar itu dapat


dinilai dengan membandingkan antara preposisi dengan fakta atau kenyataan yang
berhubungan dengan preposisi tersebut. Bila diantara keduanya terdapat kesesuaian
(korespondence), maka preposisi tersebut dapat dikatakan memenuhi standar
kebenaran/keadaan benar.

B. Teori Konsistensi :

"Kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu
yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri
" (A.C. awing, The Fundamental Question of Philosophy).

Teori konsistensi melepaskan hubungan antara putusan dengan fakta dan realitas,

14
tetapi mencari kaitan antara satu putusan dengan putusan yang lainnya, yang telah ada
lebih dulu dan diakui kebenarannya. Kebenaran menurut teori konsistensi bukan
dibuktikan dengan fakta/realitas, tetapi dengan membandingkannya dengan putusan yang
telah ada sebelumnya dan dianggap benar. Bila sebuah putusan mengatakan bahwa
Mahatma adalah ayah Rajiv, dan putusan kedua mengatakan bahwa Rajiv memiliki anak
bernama Sonia, maka sebuah putusan baru yang mengatakan Sonia adalah cucu Mahatma
dapat dikatakan benar, dan putusan tersebut adalah sebuah kebenaran.

C. Teori Pragmatis :

"Suatu preposisi adalah benar sepanjang preposisi tersebut berlaku (works), atau
memuaskan (satisfied); berlaku dan memuaskannya itu diuraikan dengan berbagai ragam
oleh para penganut teori tersebut " (Charles S. Baylin).

Menurut teori pragmatis, “kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria


apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya, suatu
pernyataan adalah benar, jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu
mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia” (Jujun, 1984: 58-9). Dalam
pendidikan, misalnya di IAIN, prinsip kepraktisan (practicality) telah mempengaruhi
jumlah mahasiswa pada masing-masing fakultas. Tarbiyah lebih disukai, karena pasar
kerjanya lebih luas daripada fakultas lainnya. Mengenai kebenaran tentang “Adanya
Tuhan” atau menjawab pertanyaan “Does God exist ?”, para penganut paham pragmatis
tidak mempersoalkan apakah Tuhan memang ada baik dalam ralitas atau idea (whether
really or ideally). Yang menjadi perhatian mereka adalah makna praktis atau dalam
ungkapan William James “ ….they have a definite meaning for our ptactice. We act as if
there were a God” (James, 1982: 51-55). Teori pragmatis meninggalkan semua fakta,
realitas maupun putusan/hukum yang telah ada. Satu-satunya yang dijadikan acuan bagi
kaum pragmatis ini untuk menyebut sesuatu sebagai kebenaran ialah jika sesuatu itu
bermanfaat atau memuaskan.

Sedangkan teori kebenaran menurut pandangan positiveme, Positivisme Logis


(disebut juga sebagai empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-positivisme)
adalah sebuah filsafat yang berasal dari Lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Positivisme
Logis berpendapat bahwa filsafat harus mengikuti rigoritas yang sama dengan sains.
Filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah
pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.

15
Secara umum, para penganut paham positivisme memiliki minat kuat terhadap
sains dan mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau
metafisika. Mereka meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan
inferensi logis yang berdasarkan fakta yang jelas. Sehingga, penganut paham ini
mendukung teori-teori paham realisme, materialisme naturalisme filsafat dan empirisme.

Kebenaran menurut pandangan positivisme menyatakan bahwa sebuah


pernyataan dapat disebut sebagai bermakna jika dan hanya jika pernyataan tersebut dapat
diverifikasi secara empiris. Konsekuensi dari pendapat ini adalah, semua bentuk
diskursus yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, termasuk di antaranya adalah etika
dan masalah keindahan, tidak memiliki makna apa-apa, sehingga tergolong ke dalam
bidang metafisika.

Di dalam filsafat, positivisme sangatlah dekat dengan empirisme, yakni paham


yang berpendapat bahwa sumber utama pengetahuan manusia adalah pengalaman
inderawi. Artinya, manusia tidak bisa mengetahui sesuatu apapun, jika ia tidak
mengalaminya terlebih dahulu secara inderawi. Yang menjadi ciri khas dari positivisme
adalah, peran penting metodologi di dalam mencapai pengetahuan. dilihat dari Di dalam
positivisme, valid tidaknya suatu pengetahuan validitas metodenya.

Dengan demikian, pengetahuan manusia, dan juga mungkin kebenaran itu


sendiri, diganti posisinya oleh metodologi yang berbasiskan data yang juga diklaim
obyektif murni dan universal. Dan, satu-satunya metodologi yang diakui oleh para
pemikir positivisme adalah metode ilmu-ilmu alam yang mengklaim mampu mencapai
obyektifitas murni dan bersifat universal. Metode-metode lain di luar metode ilmu-ilmu
alam ini pun dianggap tidak mencukupi.

Jadi, yang dimaksud dengan kebenaran menurut pandangan positivisme adalah


kebenaran yang pernah dialami oleh pancaindera(empiris), yang realistis dan memiliki
fakta-fakta yang sebenarnya. Aliran ini tidak meyakini hal-hal yang berhubungan dengan
metafisika ataupun gaib yang tidak disertai dengan fakta-fakta yang ada. Aliran ini hanya
meyakini paham-paham realisme, materialisme naturalisme filsafat dan empirisme.

Manusia adalah mahluk berfikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada. Prof.
Dr. R.F Beerling, seorang sarjana Belanda mengemukakan teorinya tentang manusia
bahwa manusia itu adalah mahluk yang suka bertanya. Dengan berfikir, dengan bertanya,

16
manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri kemudian
lingkungannya bahkan kemudian sampai pada hal-hal lain yang menyangkut asal mula
atau mungkin akhir dari semua yang dilihatnya. Kesemuanya itu telah menempatkan
manusia sebagai mahluk yang sedikit berbeda dengan hewan. Sebagaimana Aristoteles,
filsuf yunani yang lain, mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat,
yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal
that reason). W.E Hacking, dalam bukunya What is Man, menulis bahwa: "tiada cara
penyampaian yang meyakinkan mengenai apa yang difikirkan oleh hewan-hewan, namun
agaknya aman untuk mengatakan bahwa manusia jauh lebih berfikir dari hewan
manapun. Ia menyelenggarakan buku harian, memakai cermin, menulis sejarah......."

William P. Tolley, dalam bukunya Preface To Philosophy A Tex Book,


mengemukakan bahwa "our question are endless,......what is a man, what is a nature, what
is a justice, what is a god ? Berbeda dengan hewan, manusia sangat concern mengenai
asal mulanya, akhirnya, maksud dan tujuannya, makna dan hakikat kenyataan.
....Mungkin saja ia adalah anggota marga satwa, namun ia juga adalah warga dunia idea
dan nilai ...."

Dengan menempatkan manusia sebagai hewan yang berfikir, berintelektual dan


berbudaya, maka dapat disadari kemudian bila pada kenyataannya manusialah yang
memiliki kemampuan untuk menelusuri keadaan dirinya dan lingkungannya. Manusialah
yang membiarkan fikirannya mengembara dan akhirnya bertanya. Berfikir adalah
bertanya, bertanya adalah mencari jawaban, mencari jawaban adalah mencari kebenaran;
mencari jawaban tentang alam dan Tuhan adalah mencari kebenaran tentang alam dan
Tuhan. Dari proses tersebut lahirlah pengetahuan, teknologi, kepercayaan (atau mungkin
agama ??)

Lalu apakah kebenaran itu ? atau apakah atau keadaan yang bagaimanakah yang dapat
disebut benar ?

Sulit untuk mengatakan apakah ketiga teori tentang kebenaran tersebut diatas
adalah bertentangan atau saling melengkapi. Namun yang pasti, seharusnya kebenaran
tidaklah menjadi klaim salah satu golongan saja. Sebagaimana Harold H. Titus
mengatakan "The way of knowledge may be many rather then one ". Proses berfikir tidak
boleh berhenti pada satu hal yang kelihatannya sudah pantas untuk diyakini, karena ketika
keyakinan akan suatu obyek mulai tumbuh, maka seiring dengan itu proses berfikir

17
tentang obyek tersebutpun akan berhenti. Keyakinan adalah penjara kebebasan berfikir,
dan tulisan inipun dibuat agar pembaca terus berfikir.

Marxis, dalam sebuah penjelasannya mengungkapkan "apabila sensasi kita,


persepsi kita, konsep dan teori kita bersesuaian dengan realitas obyektif, apabila itu
semua mencerminkannya dengan cermat, maka kita katakan semua itu benar; pernyataan,
putusan dan teori yang benar kita sebut kebenaran".

18
BAB III

KESIMPULAN

Filsafat ilmu berusaha mengkaji hal tersebut guna menjelaskan hakekat ilmu
yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu
mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, dan yang
cenderung terfragmentasi.
Kebenaran menurut pandangan positivisme adalah dikatakan benar apabila sesuai
kenyataan, dan ada fakta pendukungnya serta bersifat empirisme. Didalam filsafat,
positivisme sangatlah dekat dengan empirisme, yakni paham yang berpendapat bahwa
sumber utama pengetahuan manusia adalah pengalaman inderawi. Artinya, manusia tidak
bisa mengetahui sesuatu apapun, jika ia tidak mengalaminya terlebih dahulu secara
inderawi

19
DAFTAR PUSTAKA

http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pengetahuan-menurut-para.html

https://id.scribd.com/doc/15892016/Makalah-FILSAFAT-ILMU-Filsafat-Ilmu

https://www.slideshare.net/andisyarifhidayatull1/makalah-filsafat-ilmu-tugas-1

https://www.anekamakalah.com/2012/12/makalah-filsafat-ilmu.html

20

Anda mungkin juga menyukai