Oleh
YUSNANININGSI
NIM.G2G118115
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, Dalam pembuatan makalah
ini penulis tidak luput mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
1. Ibu Dr.Yusuf Sabilu, M.Kes selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu yang telah
2. Teman- teman yang turut membantu memberikan sumbangan pikiran maupun memberi
Penulis menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, Maka oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi masyarakat dan penulis pada
khusunya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
A. Definisi filsafat............................................................................................... 2
B. Pengethuan .................................................................................................... 11
A. Kesimpulan .................................................................................................... 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
Apa yang dimaksud teori tentang filsafat, pengetahuan, ilmu dan kebenaran
C. TUJUAN PENULISAN
2. Mengetahui dan memahami apa itu filsafat, pengetahuan, ilmu dan kebenaran
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Filsafat
Filsafat adalah kajian masalah umum dan mendasar tentang persoalan seperti
eksistensi, pengetahuan, nilai, akal, pikiran, dan bahasa.
Pengertian filsafat secara umum bisa diartikan sebagai suatu kebijaksanaan hidup
(filosofia) untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan
refleksi atas pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah.
Filsafat bisa juga diartikan sebagai ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-
dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan
hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan.
Filsafat sendiri merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode
dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan lainnya oleh
karena memiliki obyek tersendiri yang sangat luas.
Filsafat juga merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran
manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami
dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi
dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk
studi falsafi, harus dan mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika
adalah sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri
eksak disamping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan
ketertarikan. Filsafat juga berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu
yang biasanya tidak tertsentuholeh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptic yang
mempertanyakan segala hal.
Setelah membahas sekilas mengenai definisi filsafat (filosofi), maka dapat
disimpulkan bahwa filsafat memiliki hubungan dengan upaya menemukan kebenaran
tentang hakikat sesuatu yang ada melalui penggunaan kemampuan akal secara optimal.
2
Kebenaran yang dihasilkan oleh pemikiran filsafat adalah jawaban dalam bentuk gagasan
atau ide.
Adapun tujuan dari filsafat adalah untuk memperoleh kebenaran yang bersifat dasar
dan menyeluruh dalam sistem yang konseptual. Filsafat menghasilkan pula kebenaran
yang bersifat abstrak, spekulatif akan tetapi tidak mampu mengetahui bagaimana cara
mengadakannya.
Secara etimologis, kata filsafat memiliki arti yang sepadan dengan kata falsafah
dalam bahasa Arab atau kata philosphy dalam bahasa Inggris, atau kata philoshopie
dalam bahasa Prancis dan Belanda, atau philoshophier dalam bahasa Jerman. Semua
kata tersbut berasal dari kata Latin philosophia sebuah kata benda yang merupakan
hasil dari kegiatan philoshopien sebagai kata kerjanya.
Kata philosphia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yakni philein (mencintai) atau
philia (persahabatan, atau tertarik kepada…) dan sophos (kebijaksanaan,
ketrampilan, pengalaman praktis, dan intelgensi). Kata yang hampir sama dengan
philien atau philia dan sophos tersebut juga dijumpai dalam bahasa Latin, yaitu :
philos (teman atau sahabat) dan sophia (kebijaksanaan).
Dengan demikian, secara etimologis kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta
atau kecenderungan akan kebijaksanaan, atau cinta pada pengetahuan yang
bijaksana, atau dapat diartikan pula sebagai cinta secara mendalam akan
kebijaksanaan atau cinta sedalam-dalamnya akan kearifan atau cinta secara sungguh-
sungguh terhadap pandangan, kebenaran (love of wisdom or love of the vision of
truth).
Jadi secara etimologis, kata filsafat dapat diartikan sebagai cinta atau kecenderungan
akan kebijaksanaan.
3
Menurut Cicero
Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga
mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ).
Menurut Aristoteles
Filsafat adalah memiliki kewajiban untuk menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan
tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Menurut Plato
Filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada (ilmu pengetahuan yang
berminat mencapai kebenaran yang asli).
Menurut Al Farabi
Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan
menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya.
Menurut Al-Kindi
Filsafat adalah pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh
mungkin bagi manusia. Ia memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam
membagi filsafat itu dalam tiga lapangan :
Ilmu Fisika (al-ilmu al-tabiyyat), merupakan tingkatan terendah;
Ilmu Matematika (al-ilmu al-riyadil), tingkatan tengah;
Ilmu Ketuhanan (al-ilmu ar-rububiyyat), tingkatan tertinggi.
4
Menurut Johann Gotlich Fickte
Filsafat merupakan ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar
segala ilmu. Filsafat membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
5
Menurut Bertrand Russel
Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains.
Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai
masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai sebegitu jauh,
tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal
manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Menurut Fichte
Menyebut filsafat sebagai Wissenschafslehre : ilmu dari ilmu-ilmu, yakni ilmu
yang umum, yang menjadi dasar segala ilmu.
6
Menurut John Dewey
Filsafat haruslah dipandang sebagai suatu pengungakap mengenai perjuangan
manusia secara terus meners dalam upaya melakukan penyesuaian berbagai
tradisi yang membentuk budi manusia terhadap kecenderungan-kecenderungan
ilmiah dan cita-cita politi yang baru dan tidak sejalan dengan wewenang yang
diakui.
Menurut Kattsoff
Bahwa pengertian filsafat menurut Kattsoff adalah sebagai berikut
Menurut Henderson
Filsafat diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai
ke akar akarnya mengenai segala sesuatu yang ada. “philosophy means the
attempt to conceive and present inclusive and systematic view of universe and
man’s in it”
7
Menurut Berling
Pengertian filsafat adalah pemikiran yang bebas, di ilhami oleh rasio, mengenai
segala sesuatu yang muncul dari pengalaman pengalaman (experience).
Menurut Verhoeven
Filsafat adalah meradikalkan keheranana ke segala penjuru.
8
Menurut Soetrionon dan Rita Hanafie
Pengertian filsafat secara umum adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Ilmu pengetahuan tentang
hakikat yang menanyakan apa hakikat atau sari atau inti atau esensi segala
sesuatu.
Menurut Notonegoro
Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang
mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
9
Menurut Koento Wibisono
Bahwa filsafat dapat didefinisikan dalam satu segi adalah sebagai ilmu yang
berusaha memahami hakikat dari sesuatu ‘ada’ yang dijadikan sebagai objek
sasarannya, sehingga filsafat merupakan ilmu yang berusaha untuk memahami
apakah hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
10
Menurut Darmodihardjo
Filsafat sebagai pemikiran dalam usahanya mencari kebijaksanaan dan kebenaran
yang sedalam-dalamnya sampai keakar-akarnya (radikal, radik-akar), eratur
(sistematis) dan menyeluruh (universal).
Ir. Putjowijatno
Filsafat sebagai ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan atas pikiran bela.
B. Pengetahuan
Pengertian Pengetahuan - Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan telinga (Soekidjo, Notoadmodjo 2003).
b. Tingkat Pengetahuan
Benjamin Bloom (1956), seorang ahli pendidikan, membuat klasifikasi
(taxonomy) pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai untuk merangsang proses
berfikir pada manusia. Menurut Bloom kecakapan berfikir pada manusia dapat
dibagi dalam 6 kategori yaitu :
11
o Pengetahuan (knowledge)
Mencakup ketrampilan mengingat kembali faktor-faktor yang pernah
dipelajari.
o Pemahaman (comprehension)
Meliputi pemahaman terhadap informasi yang ada.
o Penerapan (application)
Mencakup ketrampilan menerapkan informasi atau pengetahuan yang
telah dipelajari ke dalam situasi yang baru.
o Analisis (analysis)
Meliputi pemilahan informasi menjadi bagian-bagian atau meneliti dan
mencoba memahami struktur informasi.
o Sintesis (synthesis)
Mencakup menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah ada
untuk menggabungkan elemen-elemen menjadi suatu pola yang tidak ada
sebelumnya.
o Evaluasi (evaluation)
Meliputi pengambilan keputusan atau menyimpulkan berdasarkan
kriteria-kriteria yang ada biasanya pertanyaan memakai kata:
pertimbangkanlah, bagaimana kesimpulannya.
(http://anakdankeluarga.blog.com)
c. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Soekidjo (2003) pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur
dari subyek penelitian atau responden.
12
persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba
saja.
Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan, terutama
oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu cara tertentu dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
13
c. Ilmu dan Kebenaran
A.Teori Korespondensi :
"Kebenaran/keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh sebuah
pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya/faktanya" (L. O. Kattsoff)
B. Teori Konsistensi :
"Kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgement) dengan sesuatu
yang lain, yaitu fakta dan realitas, tetapi atas hubungan antara putusan-putusan itu sendiri
" (A.C. awing, The Fundamental Question of Philosophy).
Teori konsistensi melepaskan hubungan antara putusan dengan fakta dan realitas,
14
tetapi mencari kaitan antara satu putusan dengan putusan yang lainnya, yang telah ada
lebih dulu dan diakui kebenarannya. Kebenaran menurut teori konsistensi bukan
dibuktikan dengan fakta/realitas, tetapi dengan membandingkannya dengan putusan yang
telah ada sebelumnya dan dianggap benar. Bila sebuah putusan mengatakan bahwa
Mahatma adalah ayah Rajiv, dan putusan kedua mengatakan bahwa Rajiv memiliki anak
bernama Sonia, maka sebuah putusan baru yang mengatakan Sonia adalah cucu Mahatma
dapat dikatakan benar, dan putusan tersebut adalah sebuah kebenaran.
C. Teori Pragmatis :
"Suatu preposisi adalah benar sepanjang preposisi tersebut berlaku (works), atau
memuaskan (satisfied); berlaku dan memuaskannya itu diuraikan dengan berbagai ragam
oleh para penganut teori tersebut " (Charles S. Baylin).
15
Secara umum, para penganut paham positivisme memiliki minat kuat terhadap
sains dan mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau
metafisika. Mereka meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan
inferensi logis yang berdasarkan fakta yang jelas. Sehingga, penganut paham ini
mendukung teori-teori paham realisme, materialisme naturalisme filsafat dan empirisme.
Manusia adalah mahluk berfikir yang dengan itu menjadikan dirinya ada. Prof.
Dr. R.F Beerling, seorang sarjana Belanda mengemukakan teorinya tentang manusia
bahwa manusia itu adalah mahluk yang suka bertanya. Dengan berfikir, dengan bertanya,
16
manusia menjelajahi pengembaraannya, mulai dari dirinya sendiri kemudian
lingkungannya bahkan kemudian sampai pada hal-hal lain yang menyangkut asal mula
atau mungkin akhir dari semua yang dilihatnya. Kesemuanya itu telah menempatkan
manusia sebagai mahluk yang sedikit berbeda dengan hewan. Sebagaimana Aristoteles,
filsuf yunani yang lain, mengemukakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal sehat,
yang mengeluarkan pendapat, yang berbicara berdasarkan akal pikirannya (the animal
that reason). W.E Hacking, dalam bukunya What is Man, menulis bahwa: "tiada cara
penyampaian yang meyakinkan mengenai apa yang difikirkan oleh hewan-hewan, namun
agaknya aman untuk mengatakan bahwa manusia jauh lebih berfikir dari hewan
manapun. Ia menyelenggarakan buku harian, memakai cermin, menulis sejarah......."
Lalu apakah kebenaran itu ? atau apakah atau keadaan yang bagaimanakah yang dapat
disebut benar ?
Sulit untuk mengatakan apakah ketiga teori tentang kebenaran tersebut diatas
adalah bertentangan atau saling melengkapi. Namun yang pasti, seharusnya kebenaran
tidaklah menjadi klaim salah satu golongan saja. Sebagaimana Harold H. Titus
mengatakan "The way of knowledge may be many rather then one ". Proses berfikir tidak
boleh berhenti pada satu hal yang kelihatannya sudah pantas untuk diyakini, karena ketika
keyakinan akan suatu obyek mulai tumbuh, maka seiring dengan itu proses berfikir
17
tentang obyek tersebutpun akan berhenti. Keyakinan adalah penjara kebebasan berfikir,
dan tulisan inipun dibuat agar pembaca terus berfikir.
18
BAB III
KESIMPULAN
Filsafat ilmu berusaha mengkaji hal tersebut guna menjelaskan hakekat ilmu
yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu
mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, dan yang
cenderung terfragmentasi.
Kebenaran menurut pandangan positivisme adalah dikatakan benar apabila sesuai
kenyataan, dan ada fakta pendukungnya serta bersifat empirisme. Didalam filsafat,
positivisme sangatlah dekat dengan empirisme, yakni paham yang berpendapat bahwa
sumber utama pengetahuan manusia adalah pengalaman inderawi. Artinya, manusia tidak
bisa mengetahui sesuatu apapun, jika ia tidak mengalaminya terlebih dahulu secara
inderawi
19
DAFTAR PUSTAKA
http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pengetahuan-menurut-para.html
https://id.scribd.com/doc/15892016/Makalah-FILSAFAT-ILMU-Filsafat-Ilmu
https://www.slideshare.net/andisyarifhidayatull1/makalah-filsafat-ilmu-tugas-1
https://www.anekamakalah.com/2012/12/makalah-filsafat-ilmu.html
20