Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

Penyusunan Rencana Strategis Rumah Sakit Pertamina Jaya


Tahun 2017-2022

Strategic Plan Development of Pertamina Jaya Hospital, Year 2017 - 2022

Budi Karmawan

Program Studi Pasca Sarjana Kajian Administrasi Rumah Sakit Indonesia


Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

*E-mail: budi_karmawan@yahoo.com

ABSTRAK

Fokus dari Tesis ini adalah bagaimana mengembangkan perencanaan strategis untuk rumah sakit, dengan studi
kasus RS Pertamina Jaya yang merupakan RS swasta Kelas C. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan
desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan baik eksternal maupun internal
rumah sakit menempatkan RS Pertamina Jaya pada posisi Growth and Build pada Matriks IE dan posisi Internal
Fix-It pada Matriks TOWS. Alternatif strategi terpilih adalah melakukan Penetrasi Pasar disertai perbaikan pada
faktor-faktor yang merupakan kelemahan rumah sakit untuk menangkap peluang yang dimiliki. Rencana
Implementasi disusun agar sejalan dengan upaya pencapaian Visi rumah sakit yaitu menjadi Institusi Kesehatan
yang mampu bersaing di era globalisasi dengan Pelayanan Berstandar Internasional Tahun 2020.

Kata kunci: perencanaan strategis, analisis SWOT, kesehatan, rumah sakit.

ABSTRACT

The focus of this study is how to develop strategic planning for hospitals, with case studies of Pertamina Jaya
Hospital which is a class C private hospital. This research is qualitative research with descriptive design. The
results showed that environmental factors both external as well as internal hospital put the Pertamina Jaya
Hospital on the position of Growth and Build on IE Matrix and Internal Fix-It on TOWS Matrix. An alternative
strategy is doing market penetration accompanied improvements in hospital weaknesses to capture opportunities.
Implementation plan was drawn up in order to be in line with the achievement of Hospital Vision to be come a
Healthcare Organization which can compete in the era of globalization with International-standard Services by
2020.

Keywords: strategic planning, SWOT analysis, health, hospital.

PENDAHULUAN berstandar internasional. Peningkatan trend


pembangunan RS kelas atas ini, dipicu oleh masuknya
Era globalisasi telah mendorong perubahan yang cukup investor asing, perkembangan populasi kelas menengah
besar di semua sektor industri. Dibukanya pasar bebas atas, membaiknya tingkat pendapatan per kapita dan
dunia telah memberikan akses yang luas bagi pelaku semakin kritisnya masyarakat dalam menjaga kesehatan
bisnis dari luar negeri untuk menanamkan modalnya di dan memilih tempat untuk berobat (Azhary, 2009).
berbagai sektor industri termasuk industri di bidang
layanan kesehatan. Intensitas persaingan semakin Tekanan persaingan menuntut para pelaku industri
meningkat dengan semakin banyaknya Rumah Sakit layanan kesehatan untuk lebih proaktif dan selalu
(RS) baru khususnya RS swasta. Bahkan RS yang baru memikirkan cara-cara beradaptasi dan mengatasi
dibangun belakangan ini mengklaim sebagai RS lingkungan yang selalu berubah. Rumah sakit, sebagai

Jurnal ARSI/Februari 2016 1151


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

industri jasa kesehatan tidak dapat terlepas dari perubahan penting yang dapat membantu organisasi dalam
tersebut. Perubahan lingkungan yang begitu kompleks, melakukan tugasnya dengan lebih baik, memfasilitasi
membawa perubahan pandangan stakeholder RS, dan perkembangan strategi dan implementasi, serta organisasi
selanjutnyaberdampakpadaperubahanparadigmadalam menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan dan
pelayanan jasa rumah sakit di Indonesia. (Assauri, 2004). pasar. (Obeng dan Ugboro, 2008). Perencanaan strategik
(strategic planning) vital bagi organisasi dalam
RS di Indonesia menghadapi situasi persaingan global mempertahankan kelangsungan hidupnya. (Wheelen dan
dengan berbagai situasi yang penuh tantangan dan Hunger, 2004).
kompetisi, antara lain dalam pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN), Digital Hospital dan Dengan melihat bahwa selama ini RSPJ belum memiliki
Akreditasi Nasional/International. Dalam era JKN yang Rencana Strategis yang mengacu kepada pencapaian visi
dimulai tahun 2014 dan era Masyarakat Ekonomi Asean dan misi organisasi, penulis ingin melakukan penyusunan
(MEA) yang dimulai tahun 2015, rumah sakit di Rencana Strategis RSPJ tahun 2017-2022. Dari penelitian
Indonesia harus terus berbenah diri agar tetap menjadi ini diharapkan akan dihasilkan Perencanaan Strategis
rumah sakit pilihan bagi masyarakat yang memerlukan yang komprehensif dan implementatif agar RSPJ dapat
layanan kesehatan. Untuk menjadi rumah sakit pilihan mencapai visinya untuk menjadi korporasi bisnis
memangtidak mudahtetapi dapat diwujudkan bila semua kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki
pimpinan dan staf dalam organisasi memiliki komitmen keunggulan bersaing berkelanjutan di pasar domestik dan
untuk melakukan Continuous Improvement dalam pasar global.
rangka meningkatkan mutu dan kualitas layanannya
secara berkesinambungan. METODE PENELITIAN

RS Pertamina Jaya adalah rumah sakit milik PT. Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Pertamina
Pertamina Bina Medika yang merupakan anak Jaya dengan melakukan analisis SWOT melalui 5
perusahaan Pertamina. RS Pertamina Jaya memiliki visi tahapan, yaitu Analisis Situasi Internal dan Eksternal, Input
untuk menjadi Institusi Kesehatan Yang Mampu Stage, Matching Stage,Decision StagedanImplementation
Bersaing di Era Globalisasi dengan Pelayanan Berstandar Stage. Pengambilan keputusan dalam dalam setiap
Internasional Tahun 2020. tahapan menggunakan metode Consensus Decision
Making Group (CDMG). Adapun keuntungan tehnik
Namun selama ini RS Pertamina Jaya belum memiliki CDMG adalah pihak manajemen mengetahui dan terlibat
Rencana Strategis jangka panjang untuk mencapai visi langsung dalam proses pengambilan keputusan. Teknik
dan misinya. Perencanaan yang dilakukan saat ini lebih ini juga menghilangkan bias dari peneliti.
berfokus pada perencanaan tahunan untuk memenuhi
target KPI yang ditetapkan oleh korporasi (Pertamedika). Tahap Analisis Situasi adalah tahap mengumpulkan data
Perencanaan seperti ini lebih bersifat jangka pendek dan dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
tidak memberikan arah yang jelas untuk pencapaian visi kesuksesan (Critical Success Factor) baik internal
dan misi yang sudah ditetapkan. maupun eksternal rumah sakit. Variabel yang dipilih
untuk mewakili kondisi situasi eksternal rumah sakit
Menurut Kotler (2004), bila perusahaan ingin mampu adalah faktor geografis, demografis, sosioekonomi,
bersaing di pasar global salah satunya adalah dengan epidemiologi, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi,
berkomitmen untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan, pemasok dan pesaing. Variabel yang dipilih
pelanggan serta harus mampu beradaptasi dengan pasar untuk mewakili kondisi situasi internal rumah sakit adalah
yang terus berubah, dengan menjalankan perencanaan faktor struktur organisasi, SDM, keuangan, pemasaran,
strategis yang berorientasi pasar. sarana dan prasarana, produk layanan dan sistem
informasi.
Perencanaan strategik memungkinkan perusahaan untuk
mengantisipasi kondisi yang selalu berubah-ubah, dan Input stage adalah tahapan untuk mengelompokkan
menyediakan peta perjalanan dan arah yang dituju serta faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan (Critical
cara mencapainya (Jauch dan Glueck, 2004). Success Factors) ke dalam faktor Peluang, Ancaman,
Perencanaan strategik merupakan perangkat manajemen Kekuatan atau Kelemahan. Critical Success Factors dari

Jurnal ARSI/Februari 2016 116


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Budi Karmawan., Penyusunan Rencana Strategis Rumah Sakit Pertamina Jaya Volume 2 Nomor
Tahun 2017 - 20222

faktor Kekuatan (Strengths), Kelemahan (Weaknesses), secara bersamaan. Matriks TOWS merupakan matching
Peluang (Opportunities) dan Ancaman (Threats) yang tool yang penting untuk membantu para manager
sudah diputuskan melalui CDMG, dimasukkan kedalam mengembangkan empat tipe strategi. Keempat tipe
Matriks External Faktor Evaluation (EFE) dan Matriks tersebut meliputi: Strategi SO (Strengths-Opportunities),
Internal Faktor Evaluation (IFE). Matriks EFE Strategi WO (Weaknesses-Opportunities), Strategi ST
merupakan matriks yang digunakan untuk mengevaluasi (Strengths-Threats), strategi WT (Weakness-Threats).
faktor ekternal perusahaan atau organisasi. Sedangkan Terdapat empat kuadran dalam Matriks TOWS yaitu
Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor Kuadran 1 (Future Quadran), Kuadran 2 (Internal Fix-It),
internal perusahaan atau organisasi. Pada tahap ini juga Kuadran 3 (External Fix-It) dan Kuadran 4 (Survival
dilakukan pembobotan dan skor pada masing-masing Quadran).
Critical Success Factors untuk menghasilkan total nilai
EFE dan IFE. Pada Decision Stage ditetapkan strategi terpilih yang
benar-benar layak diimplementasikan dari sejumlah
Matching stage adalah tahapan positioning rumah sakit strategi altematif yang telah dihasilkan pada matching
untukmenentukanalternatifstrategiyangdirekomendasikan. stage sebelumnya.
Pada tahap ini digunakan 2 alat/tools untuk menetapkan
positioning rumah sakit yaitu Matriks Internal External Tahapan terakhir dari penelitian ini adalah merumuskan
(IE) dan Matriks Threat – Opportunity – Weakness - rencana Implementasi yang efektif meliputi peran dan
Strength (TOWS). Matriks IE bermanfaat untuk melihat tanggung jawab masing-masing fungsi terkait, sasaran
posisi RS Pertamina Jaya saat ini, dimana data dari hasil khususdanhasilyangdiharapkan,perincianlangkah-langkah
tahap sebelumnya disandingkan ke dalam matriks yang tindakan yang spesifik serta relevan, jadwal, kebutuhan
terdiri dari sembilan sel dengan memperhatikan nilai total sumber daya, proses komunikasi, peninjauan ulang,
EFE & IFE. Matriks IE terdiri atas dua dimensi yaitu total pengawasan dan koreksi prosedur pertengahan
skor dari matriks EFE pada sumbu X dan total skor dari pelaksanaan dan laporan pertanggungjawaban.
matriks IFE pada sumbu Y. Pada sumbu Y dari matriks
IE memiliki 3 kategori skor, yaitu: 1,0 – 1,99 menyatakan HASIL DAN PEMBAHASAN
bahwa posisi internal lemah, skor 2,0 – 2,99 posisinya
sedang dan skor 3,0 – 4,0 adalah kuat. Pada sumbu X dari A. Verifikasi Visi dan Misi
matriks IE juga memiliki 3 kategori skor, skor 1,0 – 1,99
adalah posisi eksternal rendah, skor 2,00 – 2,99 adalah Visi RS Pertamina Jaya adalah Menjadi Institusi
posisi eksternal sedang dan skor 3,0 – 4,0 adalah posisi Kesehatan Yang Mampu Bersaing di Era Globalisasi
eksternal tinggi. Hasil penyandingan nilai skor IFE dan dengan Pelayanan Berstandar Internasional Tahun
IFE, akan menempatkan posisi rumah sakit pada salah 2020. Menurut Wibisono (2006), sebuah visi yang
satu dari sembilan sel yang tersedia. Kesembilan sel baik memiliki beberapa kriteria sebagai berikut:
tersebut mempunyai tiga implikasi strategi yang berbeda,  Menyatakan cita-cita atau keinginan perusahaan
yaitu: Posisi pada sel I, II dan IV digolongkan sebagai di masa depan.
posisi Growth and Build. Alternatif strategi yang cocok  Singkat, jelas, fokus, dan merupakan standard of
untuk posisi ini adalah strategi intensif seperti market excellence.
penetration, market development dan product  Realistis dan sesuai dengan kompetensi
development, atau strategi terintegrasi seperti backward organisasi.
integration, forward integration dan horizontal  Atraktif dan mampu menginspirasi komitmen
integration. Posisi pada sel III, V dan VII digolongkan serta antusiasme,
sebagai posisi Hold and Maintain. Alternatif strategi yang  Mudahdiingatdandimengertiseluruhkaryawanserta
cocok untuk posisi ini adalah strategi market penetration mengesankanbagipihakyangberkepentingan.
dan product development. Posisi pada sel VI, VIII dan IX  Dapat ditelusuri tingkat pencapaiannya.
digolongkan sebagai posisi Harvest atau Divestiture.
Strategi yang umum digunakan adalah divestiture, Visi RS Pertamina Jaya menggambarkan keinginan,
liquidation, harvesting dan retrenchment. Matriks TOWS harapan dan cita-cita organisasi di masa depan.
digunakan untuk mendapatkan strategi altematif dengan Sebagai RS swasta kemampuan berkompetisi
menggabungkan faktor-faktor internal dan eksternal merupakan hal yang mutlak untuk menjamin

Jurnal ARSI/Februari 2016 117


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

kelangsungan hidup RS. Visi ini dapat diukur dan ada di sekitarRS. Menurut Kotler (2014), Lokasi
memiliki target jangka waktu pencapaian sehingga yang strategis merupakan faktor eksternal yang
seluruh komponen organisasi memiliki pandangan dapat menunjang kegiatan pemasaran suatu
sama dan tanggung jawab terhadap cita-cita atau organisasi karena promosi secara tidak langsung
harapan yang harus dicapai dalam kurun waktu berjalan tanpa henti. Dari hasil penelitian
yang telah ditentukan. Namun pencantuman tahun diketahui bahwa lokasi RS Pertamina Jaya
2020 sebagai target pencapaian visi terutama yang terletak di pinggir Jalan Jenderal Ahmad Yani
berhubungandenganPelayananBerstandar Internasional yang merupakan jalur lalu lintas yang padat serta
dirasakan kurang tepat. Bila mengkaji dan juga dilalui oleh Tol Lingkar Dalam Jakarta. Hal ini
menghubungkan Pelayanan Berstandar Internasional merupakan suatu keuntungan. Para pelanggan
dengan persyaratan yang harus dipenuhi menurut terutama pelanggan baruakanmudahmengetahui
Permenkes No. 653 Tahun 2009 tentang Rumah lokasikeberadaannyaRSdanmudah menjangkau-
Sakit Indonesia Kelas Dunia, maka sulit bagi RS nya. Jalan Jenderal Ahmad Yani merupakan
Pertamina Jaya untuk mencapainya di tahun 2020. jalan penghubung 3 kota yaitu Jakarta Pusat,
Perlu diingat bahwa syarat sebuah Visi adalah Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Kondisi Jalan
Realistis dan sesuai dengan kompetensi organisasi. Ahmad Yani sangat lebar dengan kondisi jalan
Apalagi selama ini belum disusun Rencana Strategis yang baik. Angkutan umum yang melintasi RS
yang mengacu kepada pencapaian Visi tersebut. Pertamina Jaya cukup banyak dan bervariasi.
Letak rumah sakit yang berada di tengah
Misi RS Pertamina Jaya adalah sebagai berikut: kepadatan perumahan, apartemen, perkantoran,
1. Menciptakan kondisi keuangan yang sehat dan sarana pendidikan dan pusat perbelanjaan
dapat dipercaya. merupakan peluang bagi rumah sakit dalam
2. Membangun kepuasan dan loyalitas pelanggan upaya menangkap pasar potensial. CDMG
dengan standarpelayanan nasional/internasional. menyepakati bahwa letak strategis adalah faktor
3. MemberikanLayananPRIMAsecara komprehensif, yang menguntungkan dan merupakan peluang
efektif, efisien dan fokus pada keselamatan bagi RS.
pasien yang ditunjang sistem informasi rumah
sakit yang terintegrasi. 2. Demografi
4. Membangun SDM handal dengan pembelajaran Demografi adalah faktor ekstemal yang penting
berkesinambungan. dan harus dinilai secara komprehensif. Menurut
Hunger dan Thomas (2002), salah satu faktor
MenurutWheelensebagaimanadikutipolehWibisono lingkungan eksternal yang dapat menjadi
(2006), Misi merupakan rangkaian kalimat yang peluang bagi sebuah organisasi adalah jumlah
menyatakan tujuan atau alasan eksistensi organisasi penduduk yang bertambah. Dari hasil penelitian
yang memuat apa yang disediakan oleh perusahaan diketahui beberapa hal sebagai berikut: Jumlah
kepada masyarakat, baik berupa produk ataupun penduduk di kota Jakarta Pusat adalah sebesar
jasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa misi adalah 914.182 jiwa, dengan laju pertumbuhan
pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh penduduk sebesar 0,42 %. Proyeksi jumlah
lembaga dalam usahanya mewujudkan visi. Misi penduduk kota Jakarta Pusat pada tahun 2020
RS Pertamina Jaya sudah cukup baik, dimana adalah sebesar 931.366 jiwa atau bertambah
dalam misi itu dimuat apa yang harus dikerjakan sebanyak 17.184 jiwa dalam kurun waktu 5
untuk mencapai visi yang diharapkan serta tahun. Kota Jakarta Pusat memiliki tingkat
memberikanpetunjukgarisbesarcara pencapaiannya. kepadatan penduduk sebesar 18.994 jiwa/km2.
Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan
B. Analisis Situasi Jenis Kelamin relatif seimbang antara Laki-laki
dan Perempuan. Perbandingan jumlah
1. Geografi penduduk berdasarkan usia, didominasi oleh
Faktor geografi memberikan gambaran tentang usia angkatan kerja (15 – 59 tahun) dengan
rumah sakit dari segi letak, kemudahan akses persentase sebesar 67 % dari total jumlah
dan kedekatan dengan potensial market yang penduduk. CDMG menyepakati bahwa jumlah

Jurnal ARSI/Februari 2016 118


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Budi Karmawan., Penyusunan Rencana Strategis Rumah Sakit Pertamina Jaya Volume 2 Nomor
Tahun 2017 2
- 2022

penduduk yang besar dan terus bertambah kesehatan setiap bulannya sejak tahun 2013
merupakan peluang bagi RS. sampai 2015 terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan data 10 penyakit terbanyak yang
3. Sosioekonomi ada baik di rawat inap maupun rawat jalan
Kondisi sosial yang akan ditinjau dalam penelitian rumah sakit yang ada di Jakarta Pusat terdapat
ini adalah kondisi sosial yang mempengaruhi perbedaan dengan 10 penyakit terbanyak yang
kemampuan daya beli masyarakat. Indikator yang ada di RS Pertamina Jaya. Untuk layanan rawat
dipilih untuk menggambarkan kondisi sosial jalan di sebagian besar rumah sakit di wilayah
tersebut antara lain jumlah dan persentase Jakarta Pusat masih didominasi oleh penyakit
penduduk miskin, distribusi pendapatan dan gini Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) dan
ratio, jumlah angkatan kerja dan tingkat penyakit infeksi lainnya. Untuk layanan rawat
pengangguran terbuka. Indikator dari kondisi inap didominasi oleh penyakit Diare serta
perekonomian suatu wilayah antara lain adalah penyakit menular seperti Demam Berdarah
pendapatan per kapita, laju pertumbuhan Dengue dan Demam Tifoid. RS Pertamina Jaya
ekonomi serta tingkat inflasi. Berdasarkan hasil yang sebagian besar pasiennya adalah pasien
penelitiandiketahui beberapa hal sebagai berikut Pensiunan Pertamina berusia lanjut (lansia), 10
: Jumlah Angkatan Kerja di wilayah DKI penyakit terbanyak yang dilayani didominasi
Jakarta adalah sebesar 5.092.220 jiwa atau oleh penyakit-penyakit degeneratif seperti
sebesar 66,4 % dari total jumlah penduduk DKI hipertensi dan diabetes melitus. Namun ada
Jakarta, sedangkan jumlah penduduk yang kemiripan pola penyakit yang dilayani baik
bekerja adalah sebesar 4.724.030 jiwa atau rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit
sebesar 48,8 % dari total jumlah penduduk DKI yang ada di wilayah Jakarta Pusat dengan RS
Jakarta. Jumlah pengangguran di wilayah DKI Pertamina Jaya yaitu Hipertensi. Berdasarkan
Jakarta adalah sebesar 368.200 jiwa atau sebesar pola penyakit yang ada saat ini menunjukkan
7,2 % dari total jumlah penduduk DKI Jakarta. adanya pergeseran pola dari penyakit infeksi
Jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta adalah menular kearah penyakit degeneratif. Data diatas
sebesar368.700jiwaatausebesar3,6%dari total menunjukkan bahwa masih diperlukan layanan
jumlah penduduk DKI Jakarta. 56,2 % kesehatan yang dapat melayani kebutuhan
penduduk DKI Jakarta memiliki penghasilan masyakarat untuk tetap sehat dan produktif.
tinggi, 29,7 % berpenghasilan sedang dan 14,1 CDMG menyepakati epidemiologi sebagai
% berpenghasilan rendah. Gini Ratio Distribusi peluang RS.
Pendapatan atau kesenjangan pendapatan di
wilayah DKI Jakarta adalah sebesar 0,5. 5. Teknologi
Pendapatan per kapita masyarakat DKI Jakarta Perkembangan Teknologi Kedokteran yang
rata-rata sebesar Rp 194,87 juta per tahun atau sangat pesat berdampak pada selera konsumen.
sebesar 16,2 juta per bulan. Laju Pertumbuhan Pelanggan yang selektif akan memilih RS yang
Ekonomi di wilayah DKI Jakarta adalah sebesar memiliki peralatan modern dan muktahir. Hal
5,88 %, dengan tingkat inflasi sebesar 3,3 %. ini menyebabkan pengadaan alat dan teknologi
Upah Minimum Regional (UMR) wilayah kedokteran yang modern menjadi faktor untuk
DKI Jakarta tahun 2016, ditetapkan sebesar 3,1 meningkatkan daya saing. Bagi RS yang
juta per bulan. Dengan tingkat pendapatan per memiliki permodalan kuat dan flexible dalam
kapitayangcukuptinggi,persentasepenggangguran mengambil keputusan berinvestasi tentunya hal
kecil serta jumlah angkatan kerja yang besar, ini menjadi peluang dalam memenangkan
CDMGmenyepakati bahwakondisi sosioekonomi persaingan. Namun bagi RS swasta yang tidak
masyarakat di sekitar rumah sakit merupakan didukung permodalan kuat atau RS pemerintah
faktor Peluang. yang harus melalui jalur birokrasi yang panjang
dalam pengadaan investasi alat, hal ini dapat
4. Epidemiologi menjadi ancaman. RS Pertamina Jaya didukung
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penduduk oleh basis keuangan korporasi yang kuat dan
DKI Jakarta yang mengalami gangguan flexible dalam melakukan investasi alat

Jurnal ARSI/Februari 2016 119


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

kedokteran terkini menganggap bahwa faktor obat, namun hubungan dengan pemasok masih
Teknologi merupakan suatu peluang. cukup baik. CDMG memutuskan bahwa faktor
pemasok adalah Peluang bagi RS.
6. Pelanggan
RS PertaminaJaya memiliki keuntungan karena 8. Politik dan Kebijakan Pemerintah
memiliki Captive Market. Sebagai anak Dengan semakin ketatnya regulasi yang mengatur
perusahaan PT. Pertamina (Persero), RS penyelenggaraan pelayanan kesehatan, membuat
Pertamina Jaya melayani kesehatan karyawan pelayanan kesehatan di Indonesia menjadi
dan pensiunan PT. Pertamina (Persero) dan 16 semakin efektif, efisien, bermutu dan aman.
anak perusahaannya. Hal ini merupakan modal Namun di sisi lain, dengan banyaknya berizinan
utamabagi RS PertaminaJaya dalam mendapatkan yang harus dibuat ditambah dengan kewajiban
pendapatan secara berkesinambungan. Ditambah mengikuti Akreditasi RS, akan menambah biaya
lagi kunjungan BPJS mengalami trend yang pengeluaran bagi RS. Regulasi yang cukup
terus meningkat. Saat ini komposisi pelanggan memberatkan bagi RS Pertamina Jaya adalah
RS Pertamina Jaya didominasi oleh Pensiunan Permenkes No. 64 Tahun 2016 Tentang
Pertamina dengan persentase sebesar 59%, Standar TarifPelayanan Dalam JKN yang dapat
Karyawan Pertamina Aktif sebesar 10 % dan berpotensi merugikan bagi bagi rumah sakit
Pasien BPJS Kesehatan sebesar 10%. Sisanya karena tidak menutup cost yang sudah
adalah pelanggan jaminan asuransi dan dikeluarkan. Aturan lain yang dirasakan cukup
perusahaan non pertamina ditambah pelanggan memberatkan bagi RS Pertamina Jaya adalah
yang membayar sendiri atau pasien cash. Permenkes No. 653 Tahun 2009 tentang
CDMG memutuskan faktor pelanggan masih Rumah Sakit Indonesia Kelas Dunia, dimana
merupakan peluang bagi RS, dengan catatan pada butir-butir pasal yang menyebutkan
bahwa RS Pertamina Jaya harus melakukan persyaratan yang harus dipenuhi untuk
optimalisasi pelanggan yang sudah ada dalam mendapatkan Akreditasi Internasional tidak
bentuk upaya peningkatan mutu layanan yang memungkinkan bagi RS Pertamina Jaya untuk
berfokus pada kepuasan pelanggan (costumer memenuhinya di tahun 2020 sesuai dengan
satisfaction) dan keselamatan pasien (patient amanat Visi dari rumah sakit. CDMG
safety), melakukan upaya retensi pelanggan menyepakati faktor kebijakan sebagai ancaman.
dalam bentuk pelayanan berbasis pendekatan
individu (personal care) serta melakukan upaya- 9. Pesaing
upaya untuk menarik pelanggan baru. Sarana kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas
maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya
7. Pemasok adalah faktor yang akan menentukan berhasil
Wheelen dan Hunger (2004) menyatakan tidaknya pembangunan kesehatan di bidang
bahwa salah satu faktor eksternal yang dapat kesehatan. Pertumbuhan sarana kesehatan yang
menjadi peluang bagi sebuah organisasi adalah tidak begitu pesat di Jakarta Pusat membuka
hubungan baik dengan pemasok. Kerjasama peluang bagi RS Pertamina mengembangkan
yang dijalin dengan pemasok dalam memenuhi pangsa pasamya. Namun dalam radius kurang
kebutuhan seperti obat, alat medis, peralatan non dari 10 km,RS PertaminaJaya memilikipesaing
medis dan lain-lain harus dibina dengan baik. yaitu RS Islam Jakarta dan RS Omni Pulomas.
Banyaknya jumlah pemasok merupakan Bila membandingkan fasilitas dan jenis layanan
keuntungan bagi RS untuk dapat memilih yang tersedia, RS Pertamina Jaya kalah
dengan leluasa dan tanpa tekanan untuk dibandingkan dengan para pesaingnya. Namun
mendapatkan produk berkualitas dengan harga RS Pertamina Jaya sebenarnya memiliki
yang kompetitif. RS Pertamina Jaya menjalin keunggulan tersendiri dibandingkan para
hubungan yang cukup baik dengan banyak pesaing terdekatnya, yaitu lokasi yang lebih
pemasok besar. Meskipun sering terjadi strategis dan lebih mudah diakses, menyediakan
keterlambatan pembayaran karena kekacauan layanan Dokter Gigi Spesialis yang lebih
cashflowsehinggaseringmenyebabkankekosongan lengkap dan memiliki 16 Klinik Satelit yang

Jurnal ARSI/Februari 2016 120


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Budi Karmawan., Penyusunan Rencana Strategis Rumah Sakit Pertamina Jaya Volume
Tahun 2017 - 20222
2 Nomor

berfungsi sebagai feeder clinic untuk layanan Bisnis selama ini sudah sangat baik dan
rumah sakit. Dalam hal kerjasama dengan BPJS memberikan sumbangan pendapatan tambahan
Kesehatan, RS Pertamina Jaya yang tergolong yang cukup besar dari project-project
kelas C memiliki keunggulan sebagai Fasilitas pemasaran. Sinergi dengan Pertamina dan Anak
Kesehatan Tingkat Lanjutan (FKTL) Tingkat Perusahaan lainnya merupakan modal utama
Dua. Ini berarti RS Pertamina Jaya menjadi dalam mendapatkan project seperti Medical
tempat rujukan awal untuk pasien yang dirujuk Check Up untukkaryawan dan calon karyawan,
oleh Fasilitas Layanan Tingkat Pertama (FKTP) Program CSR bidang kesehatan, dan lain
yang berada di sekitar wilayah kerja rumah sakit. sebagainya. Menyandang brand Pertamina juga
Sedangkan Pesaing terdekatnya yaitu RS Islam memberikan keuntungan tersendiri dalam
Jakarta, yang juga sudah bekerjasama dengan mengikutitenderataukerjasamadenganperusahaan
BPJS Kesehatan, bertindak sebagai FKTL lain diluar Pertamina. Selain ditugaskan untuk
Tingkat 3 yang berarti hanya dapat melayani meningkatkan pendapatan melalui project-
pasien BPJS yang dirujuk oleh FKTP Tingkat 2 project pemasaran, Manajemen Bisnis juga
seperti RS Pertamina Jaya. Hal ini sesuai dengan memiliki tugas untuk melakukan upaya promosi,
ketentuan rujukan berjenjang BPJS Kesehatan. namun target kinerjanya belum ditetapkan.
Setelah menimbang semua data diatas, CDMG Akibatnya Manajemen Bisnis selama ini lebih
tetap memutuskan faktor Pesaing sebagai berfokus kepada pencapaian target keuangan
ancaman dan oleh karena itu perlu dilakukan dan upaya promosi Layanan baik RS maupun
langkah-langkah untuk melakukan antisipasi Klinik Satelit selama ini menjadi tidak terkelola
dalam menanggapi ancaman tersebut. dengan baik. Tidak adanya target kerja untuk
upaya promosi menyebabkan Manajemen Bisnis
10. Struktur Organisasi tidak memberikan upaya optimal. Berdasarkan
Struktur organisasi dalam suatu organisasi uraian diatas, CDMG sepakat menilai bahwa
seperti Rumah sakit mempunyai pengaruh yang faktor Pemasaran masih merupakan Kekuatan
sangat penting dalam implementasi strategi. dengan catatan harus memperbaiki sistem
Strukturorganisasisangatmenentukanbagaimana penilaian kinerja untuk Manajemen Bisnis,
proses pengambilan keputusan dalam rumah terutama yang berhubungan dengan upaya
sakit dan juga mendorong terjadinya kontrol promosi.
yang baik dalam pelaksanaan strategi itu sendiri.
Struktur Organisasi dan Tata Kelola RS 12. Produk Layanan
Pertamina Jaya saat ini sudah tersusun dengan Produk adalah titik berangkat keberhasilan
baik. Uraian tugas dan wewenang masing- strategi pemasaran suatu perusahaan atau
masing fungsi memiliki kejelasan serta berjalan organisasi. Menurut Kuncoro (2006), perkembangan
tanpa konflik. CDMG memutuskan bahwa penjualan produk harus memenuhi keinginan
faktor Struktur Organisasi merupakan dan kebutuhan pembeli, sehingga bila tidak,
Kekuatan. maka berbagai upaya promosi ataupun
11. Pemasaran pemasaran tidak akan memacu peningkatan
penjualan.Produk layanan di RS PertaminaJaya
Menurut Kotler (2014) pemasaran dibedakan dikembangkan sesuai dengan keinginan dan
menjadi dua definisi yaitu definisi sosial dan kebutuhan pelanggan. Kotak saran dan Survey
definisi manajerial. Kegiatan pemasaran Kepuasan Pelanggan yang dilakukan rutin 3
merupakan kegiatan terpadu dengan target pasar bulan sekali menjadi salah satu alat dalam
yaitu pasien, dokter dan pemakai institusi mengembangkan produk layanan baru atau
(perusahaan, asuransi). Peranan pemasaran memperbaiki produk layanan yang ada. Produk
semakin meningkat pada kebanyakan Rumah layanan di RS Pertamina Jaya sangat bervariasi,
sakit seiring dengan persaingan industri baik layanan di RS maupun layanan di Klinik
perumahsakitan. Dari hasil penelitian diketahui Satelit. Utilisasi produk layanan juga cukup baik.
bahwa tugas dan fungsi pemasaran diserahkan CDMG memutuskan faktor Produk Layanan
kepada Manajemen Bisnis. Kinerja Manajemen sebagai Kekuatan.

Jurnal ARSI/Februari 2016 121


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

13. SDM untuk membeli dan menggunakan produk jasa


Fungsi Manajemen SDM menurut David yang ditawarkan. Unsur-unsur yang termasuk
(2010) meliputi lima aktivitas dasar yaitu dalam lingkungan fisik meliputi bangunan fisik,
perencanaan, pengorganisasian, memotivasi, peralatan, perlengkapan dan barang- barang lain
penyusunan dan pengawasan. Dalam hasil yang disatukan dengan service, selain dari
penelitian belum terlihat fungsi manajemen penunjang lain seperti tata ruang, aroma dan lain-
SDM berjalan sempurna. Beberapa hal yang lain. Berdasarkan hasil penelitian semua faktor
menjadi catatan dari data penelitian yang lingkungan fisik sudah cukup baik. Namun
didapatkan adalah jumlah SDM sangat besar salah satu yang menjadi kendala adalah
sehingga membebani biaya pengeluaran keterbatasan ruangan dan lahan parkir. CDMG
melebihi 50% dari total pengeluaran. Ditambah memutuskan bahwa faktor Sarana dan
lagi, Pendistribusian SDM belum berjalan Prasarana sebagai Kelemahan.
dengan baik. Dengan jumlah SDM yang besar,
masih banyak posisi struktural yang kosong 16. Sistem Informasi
sehingga pekerjaan dirangkap oleh fungsi lain Sistem Informasi di RS Pertamina Jaya masih
yang menyebabkan penyelesaian suatu memiliki kendala yang cukup besar. Akibat
pekerjaan menjadi lama. Sistem Pengangkatan tidak stabilnya Sistem Informasi di RS
Karyawan juga tidak memiliki kejelasan menyebabkan lamanya proses penyediaan dan
sehingga menyebabkan tingginya turnover validitasdatauntukBilling,sehinggamenghambat
tenaga medis. CDMG Memutuskan faktor kinerja keuangan terutama manajemen piutang.
SDM merupakan Kelemahan. CDMG memutuskan faktor Sistem Informasi
sebagai Kelemahan.
14. Keuangan
David (2010) berpendapat: “Keadaan keuangan C. Input Stage
bergantung pada banyak faktor termasuk
keputusan manajemen dan sistem informasi Critical Success Factors yang telah ditentukan pada
manajemen”. Dari hasil penelitian didapatkan tahap sebelumnya kemudian dievaluasi dengan
bahwa fungsi keuangan belum didukung menggunakan matriks EFE dan matriks IFE.
dengan sistem informasi manajemen yang Seluruh komponen dalam CDMG menentukan
handal sehingga menyebabkan lamanya proses bobot dan rating untuk masing-masing faktor kunci
penagihan dan menyebabkan kekacauan cash untuk mendapatkan nilai skor EFE. Hasil
flow. Hal ini juga diperparah dengan sistem konsensusEFE dan IFE yang diperoleh disajikan
Kapitasi untuk pembiayaan pelayanan kesehatan pada tabel 1 dan tabel 2.
pensiunan Pertamina. RS Pertamina Jaya
mengalami kerugian yang cukup besar karena D. Matching Stage
Anggaran Kapitasi yang diterima tidak
mencukupi Biaya Pengeluaran. Namun dari sisi Berdasarkan hasil pada tahapan sebelumnya
kemampuan berinvestasi, RS Pertamina Jaya diperoleh total skor EFE adalah 3,10 dan total skor
juga memiliki keuntungan yaitu didukung oleh IFE adalah 2,85. Hasil pemetaan pada matrik IE
keuangan yang kuat dari korporasi. Dengan menunjukkan posisi RS Pertamina Jaya berada
dukungan keuangan dari korporasi, RS pada Sel II yang termasuk dalam strategi Growth
Pertamina Jaya memiliki opsi yang luas untuk and Build. Adapun strategi yang direkomendasikan
melakukan investasi dan pengembangan RS. pada sel ini adalah Market Penetration, Market
CDMG memutuskan bahwa faktor Keuangan Development, Product Development, Backward
adalah Kelemahan RS. Integration, Forward Integration dan Horizontal
Integration.
15. Sarana dan Prasarana
Kotler (2014) berpendapat bahwa sarana dan Berdasarkan hasil pada tahapan sebelumnya
prasarana fisik merupakan suatu hal yang secara didapatkan hasil bahwa unsur peluang memiliki 7
nyata turut mempengaruhi keputusan pelanggan buah variabel, ancaman 2 buah variabel, kekuatan 3

Jurnal ARSI/Februari 2016 122


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Budi Karmawan., Penyusunan Rencana Strategis Rumah Sakit Pertamina Jaya Tahun
Volume2017 - 20222
2 Nomor

buah variabel dan kelemahan 4 buah variabel Strategi W-O (Internal Fix-It) adalah strategi untuk
sehingga bila dimasukkan dalam matriks TOWS mengatasi, mengurangi dan juga memperbaiki
akan terlihat posisi RS Pertamina Jaya berada pada kelemahan untuk menangkap peluang. Oleh karena
kuadran II (Intemal Fix-It). Kuadran ini itu, strategi ini difokuskan untuk memperbaiki
menawarkan rekomendasi strategi yaitu related kelemahan yang ada. Dari hasil penelitian didapatkan
diversification, vertical integration, market development, beberapa kelemahan yang memerlukan rencana
product development, retrenchment dan enchancement. implementasi untuk perbaikan, yaitu pada fungsi
Kuadran II pada matriks TOWS mengharuskan logistik, pemasaran, SDM, keuangan, sarana dan
organisasi untuk berusaha meminimalkan ataupun prasarana serta sistem informasi manajemen rumah
memperbaiki kelemahan internal dan memanfaatkan sakit.
kesempataneksternal.
KESIMPULAN DAN SARAN
E. Decision Stage
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa yang menjadi faktor
Tahap pengambilan keputusan (Decision Stage) Peluang bagi RS Pertamina Jaya adalah faktor Geografis,
dilakukan dengan CDMG untuk bersama-sama Demografis, Sosioekonomi, Teknologi, Epidemiologi,
memutuskan alternatif terbaik dari semua pilihan Pelanggan dan Pemasok. Sedangkan untuk faktor
alternatif strategi yang sudah dihasilkan pada tahap Ancaman bagi RS Pertamina Jaya adalah faktor Politik
Matching Stage. Pada tahap Decision Stage ini para dan Kebijakan Pemerintah serta Pesaing.
unsur CDMG sepakat bahwa Market Penetration
yang dibarengi dengan Strategi W - O (Memperbaiki Dari hasil penelitian, diketahui bahwa yang menjadi faktor
atau mengurangi kelemahan untuk menangkap Kekuatan bagi RS Pertamina Jaya adalah faktor Struktur
peluang) adalah pilihan terbaik. Organisasi, Pemasaran dan Produk Layanan. Sedangkan
untuk faktor Kelemahan bagi RS Pertamina Jaya adalah
F. Implementation Stage faktor SDM, Keuangan, Sarana dan Prasarana serta
Sistem Informasi Manajemen RS.
Strategi Market Penetration yang dipilih pada tahapan
Dari hasil penelitian diketahui positioning RS Pertamina
sebelumnya akan difokuskan pada Pengembangan
Jaya yang dianalisis menggunakan IE Matrix berada pada
Klinik Satelit, dengan alasan sebagai berikut:
posisi sel II dan termasuk dalam Strategi Growth and
 Klinik Satelit memiliki opsi pengembangan Build dengan pilihan alternatif strategi Market Penetration,
yang lebih luas dan flexibel, sedangkan RS Market Development, Product Development, Backward
masih terkendala dengan ketersediaan ruangan. Integration, Forward Integration dan Horizontal
 Selama ini Klinik Satelit telah menyumbangkan Integration. Positioning menggunakan TOWS Matrix
60% dari pendapatan total. menempatkan posisi RS Pertamina Jaya pada kuadran 2
 Potensi pasar terbuka luas untuk Klinik Satelit, yang termasuk Internal Fix-It dengan alternatif strategi
terutama di tahun 2019 dimana seluruh rakyat related diversification, vertical integration, market
Indonesia diwajibkan menjadi peserta BPJS development, product development, retrenchment dan
merupakan peluang yang harus ditangkap sedini enchancement.
mungkin.
Pada tahap Decision Stages, para unsur CDMG sepakat
Strategi Market Penetration yang akan dikembangkan bahwa Market Penetration yang dibarengi dengan
adalah membuka Klinik Satelit baru di lokasi Strategi W-O (Memperbaiki/mengurangi kelemahan
strategis yang selama ini belum dijangkau oleh untuk menangkap peluang) adalah pilihan terbaik.
Layanan Klinik Satelit RSPJ. Fokus utama
pembukaan Klinik-klinik Satelit baru ini adalah Market Penetration yang akan dikembangkan adalah
untuk menangkap pasar BPJS 2019. Target yang membuka Klinik Satelit baru di lokasi strategis yang
ditetapkan adalah pembukaan 3 Klinik baru per selama ini belum dijangkau oleh Layanan Klinik Satelit
tahun yang berarti 1 Klinik untuk masing-masing RSPJ. Fokus utama pembukaan Klinik-klinik Satelit baru
Kepala Area per tahun. ini adalah untuk menangkap pasar BPJS 2019. Target
yang ditetapkan adalah pembukaan 3 Klinik baru per

Jurnal ARSI/Februari 2016 123


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

tahun yang berarti 1 Klinik untuk masing-masing Kepala a. Memperbaiki sistem penilaian kinerja untuk
Area per tahun. Strategi W - O (Internal Fix-It) adalah Manajemen Bisnis, terutama yang berhubungan
strategi untuk mengatasi, mengurangi atau memperbaiki dengan upaya promosi dan pengembangan
kelemahan untuk menangkap peluang. produk.
b. Melakukan riset pemasaran di wilayah yang
Rencana Strategis RS Pertamina Jaya yang akan potensial untuk dilakukan pengembangan dan
dilaksanakan harus mendapat dukungan kebijakan dan penetrasi pasar.
komitmen pelaksanaan mulai dari jajaran menajemen, 5. SDM
kelompok fungsional dan stake holder. a. Melakukan Workload Analysis (WLA) agar
dapat memetakan kebutuhan SDM di semua
Disarankan untuk menghilangkan “Tahun 2020” pada lini organisasi baik medis maupun non medis.
pernyataan Visi agar target yang ditetapkan lebih realistis b. Melakukan distribusi pekerja sesuai dengan
dan dapat dicapai (achievable) sesuai dengan kompetensi hasil WLA.
organisasi. c. Memperbaiki Sistem Penilaian Kinerja yang
ada agar lebih objektif, sebagai dasar untuk
Pengembangan strategi yang dihasilkan dalam Tesis ini
jenjang karir dan pengangkatan pegawai.
harus dijabarkan lebih aplikatif dalam rencana kegiatan
d. Memperbaiki Sistem Pengangkatan Karyawan
tahunan sehingga rencana strategis yang dihasilkan dapat
dengan prosedur dan kriteria yang jelas.
bermanfaat secara nyata bagi RS Pertamina Jaya.
e. Melakukan perencanaan untuk pendidikan dan
Dari hasil penelitian didapatkan beberapa kelemahan di pelatihan pekerja dalam rangka peningkatan
dalam internal rumah sakit yang memerlukan perbaikan. kompetensi dan keahlian pekerja sesuai
Untuk itu diusulkan hal-hal sebagai berikut: bidangnya baik medis maupun non medis,
secara komprehensif dan berkesinambungan.
1. Melakukan optimalisasi pelanggan yang sudah ada 6. Keuangan
dalam bentuk : a. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen
a. Upaya peningkatan mutu layanan yang RS baru yang handal agar dapat mendukung
berfokus pada kepuasan pelanggan (costumer kinerja baik pelayanan maupun keuangan.
satisfaction) dan keselamatan pasien (patient b. Memperbaiki kinerja manajemen piutang dengan
safety). melakukan desentralisasi proses penagihan untuk
b. Upaya retensi pelanggan dalam bentuk pelayanan mempercepat billing.
berbasispendekatanindividu(personalcare). 7. Sarana & Prasarana
c. Pengembangan produk layanan yang sesuai a. Menjalin kerjasama pengelolaan parkir dengan
dengan kebutuhan pelanggan. hotel Patra Jasa yang bersebelahan dengan RS
2. Melakukan upaya-upaya untuk menarik pelanggan Pertamina Jaya.
baru dalam bentuk : b. Membangun gedung parkir dan kantor
a. Melakukan promosi yang efektif di wilayah manajemen di lahan belakang RS.
sekitar RS, terutama wilayah yang memiliki 8. Sistem Informasi Manajemen
potensial market seperti apartemen, perkantoran a. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen
dan pusat perbelanjaan. baru yang handal dan juga terpercaya untuk
b. Memperkuat jaringan rujukan BPJS dengan mendukung kinerja pelayanan dan manajemen.
menjalin kerjasama dengan PPK 1 BPJS yang b. Mengembangkan Website RS sebagai sarana
berada di sekitar RS. promosi dan kemudahan akses layanan RS.
3. Logistik c. Tahap berikutnya, Sistem Informasi Manajemen
a. Memperbaiki kinerja keuangan untuk kelancaran harus terus dikembangkan agar dapat berbasis
pembayaran kepada supplier agar ketersediaaan web sehingga dapat lebih mendukung pelayanan
obat tetap lancar. agar lebih efektif dan efisien.
b. Melakukan renegosiasi perjanjian kerjasama
dengan para supplier terutama masalah termin DAFTAR PUSTAKA
pembayaran.
4. Pemasaran Assauri, Sofjan (2004), Tantangan Pimpinan Rumah Sakit
Menghadapi Paradigma Baru Usahawan. Jurnal

Jurnal ARSI/Februari 2016 124


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Budi Karmawan., Penyusunan Rencana Strategis Rumah Sakit Pertamina Jaya Tahun
Volume2017 - 20222
2 Nomor

Manajemen Usahawan Indonesia Vol. XXXIII, hal. 50- Kuncoro, Mudrajad. (2006). Strategi: Bagaimana Meraih
55. Keunggulan Kompetitif. Jakarta: Erlangga.
Ayuningtyas, Dumilah (2013). Perencanaan Strategis Untuk Obeng, Kofi & Ugboro, Isaiah. (2008). Effective Strategic Planning
Organisasi Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Rajawali in Public Transit Systems. Transportation Research
Pers. 2008. Hal. 420-439.
Azhary, M. Emil (2009). Potret Bisnis Rumah Sakit Indonesia. Pearce, John & Robinson, Richard (2014). Strategic Management
Economic Review No. 218, Desember 2009. (14th Ed). New York: McGraw-Hill Education
David, Fred R. (2010). Strategic Management (13th Ed). New Purnomo, Setiawan Hari & Zulkiflimansyah (2007). Manajemen
Jersey: Prentice Hall. Strategi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Griffin, Ricky W. & Ebert, Ronald J. (2007). Business Essentials Universitas Indonesia.
(6th Ed). Pearson Education Ltd. Rangkuti, Freddy (2006). Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus
Gamble, John E; Peteraf, Margaret A. ; Thompson Jr, Arthur A. Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(2013). Essentials of Strategic Management. The Quest Salusu, J. (2015). Pengambilan Keputusan Stratejik Untuk
for Competitive Advantage. (4th Ed). New York: Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit. Jakarta:
McGrawill International Education. PT. Grasindo
Jatmika, Rahmad Dwi (2004). Manajemen Stratejik. Malang: UMM Solihin, Ismail (2012). Manajemen Strategik. Jakarta: Penerbit
Press Erlangga.
Jauch, Lawrence R. & Glueck, William F. (2004). Strategic Swayne, Linda E; Duncan, W. Jack; Ginter, Peter M. (2008).
Management and Business Policy (9th Ed). New York: Strategic Management of Health Care Organizations.
McGraw-Hill. San Fransisco: Jossey-Bass.
Kaplan, Robert S. & Norton, David (2009). The Balanced Wheelen, Thomas L. & Hunger, David J. (2004). Concepts in
Scorecard: Translating Strategy into Action. Boston: Strategic Management and Business Policy. New Jersey:
Harvard Business School. Prentice Hall.
Kerzner, Harold (2001), Project Management: A System Approach Wibisono, Dermawan (2006). Manajemen Kinerja. Jakarta:
to Planning, Scheduling and Controlling. New York: Penerbit Erlangga.
John Wiley.
Kotler, Philip. & Amstrong, Gary. (2014). Principles of Marketing
(10th Ed). New Jersey: Prentice Hall.

Jurnal ARSI/Februari 2016 125


Jurnal Administrasi Rumah Sakit Volume 2 Nomor 2

Tabel 1. EFE Matrix


CRITICAL SUCCESS
NO BOBOT RATE SCORE
FACTOR
PELUANG
1 Lokasi geografis yang strategis 0,15 4 0,60
2 Jumlah Penduduk yang besar 0,06 3 0,18
Kondisi sosioekonomi masyarakat yang
3 0,06 3 0,18
memiliki daya beli
Penggunaan teknologi kedokteran terkini dapat
4 0,10 3 0,30
meningkatkan daya saing.
Masih dibutuhkan layanan kesehatan yang
5 mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk 0,08 3 0,24
tetap sehat dan produktif.
6 Memiliki Captive Market 0,20 4 0,80
Kerjasama dengan pemasok masih terjalin
7 0,10 2 0,20
dengan baik
ANCAMAN
Kebijakan pemerintah dengan aturan yang ketat 0,10 3 0,30
1 memberikan beban tambahan baik waktu, tenaga
dan biaya
Pesaing yang memiliki jenis layanan dan 0,15 2 0,30
2
fasilitas yang lebih lengkap
TOTAL NILAI EFE 1,00 3,10

Tabel 2. IFE Matrix


NO CRITICAL SUCCESS FACTOR BOBOT RATE SCORE
KEKUATAN
Struktur Organisasi yang kejelasan tugas dan
1 0,10 2 0,20
wewenang
Kinerja pemasaran cukup baik sehingga dapat
2 0,20 4 0,80
memberikan tambahan pemasukan
Produk Layanan yang ditawarkan cukup
3 0,20 3 0,60
bervariasi dengan utilisasi yang baik
KELEMAHAN
Jumlah Pekerja yang besar menyebabkan biaya
1 0,15 3 0,45
tinggi disertai distribusi yang buruk.
Pengelolaan piutang buruk menyebabkan
2 0,15 2 0,30
kekacauan cashflow.

3 Kecilnya lahan parkir dan ketersediaan ruangan. 0,10 3 0,30

Sistem Informasi Manajemen RS masih belum


4 0,10 2 0,20
bisa dihandalkan
TOTAL NILAI IFE 1,00 2,85

Jurnal ARSI/Februari 2016 126

Anda mungkin juga menyukai