Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 8

BENDA DAN HUKUM BENDA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata kuliah : Hukum Perdata


Dosen Pengampu : Tri Hidayati, M.H.

Di susun oleh
Faqih Ahmad
NIM. 2012140139

Rahmad
NIM. 2012140101

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA
KELAS A
2020 M / 1442 H
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan hidayah, inayah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan makalah ini
selesai dengan baik dan tepat waktu. Karena tanpa pertolongan-Nya kami selaku
penyusun tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa semoga
tercurahkan selalu shalawat serta salam kepada manusia termulia yakni baginda
Rasulullah Muhammad SAW. yang berkat usaha kerja kerasnya kita dipersatukan
dalam persaudaraan yang lurus lagi benar dan semoga kita selaku ummatnya selalu
dalam jalan-Nya dan mengikuti jalan Nabi Muhammad SAW.

Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tri Hidayati,
M.H. yang telah memberikan tugas dan bimbingannya kepada kami, yang mana ini
akan membantu kami agar terbiasa dalam pembuatan makalah. Tidak lupa kami
ucapkan pula terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Palangka Raya Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL ..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3


A. Pengertian Hukum Benda ............................................................................... 3
B. Pengertian Hak Kebendaan ............................................................................3
C. Pembagian Benda Menurut Hukum ...............................................................4
D. Ciri-ciri Hak Kebendaan .................................................................................5
E. Macam-Macam Hak Kebendaan ....................................................................5
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 17
A. Kesimpulan ................................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum perdata Indonesia Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi
perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang sehingga dapat
dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur masyarakat demi
terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya. Salah satu bidang
hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan
hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau
hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan
pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum
administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum
perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti
misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan,
harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.

Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem
hukum tersebut juga mempengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem
hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya
dan negara-negara persemakmuran atau negara-negara yang terpengaruh oleh
Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa kontinental, sistem
hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya. Hukum
perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum
perdata Belanda pada masa penjajahan.

Pada Umumnya hukum memiliki beberapa cabang hukum, dan pada paper
ini akan dijelaskan mengenai hukum perdata terutama berkonsentrasi di Hukum
kebendaan dan Hukum Perikatan. Secara umum hukum kebendaan adalah
peraturan-peraturan hukum yang mengatur mengenai hak-hak kebendaan yang
sifatnya mutlak. Sedangkan Hukum Perikatan adalah suatu hubungan hukum dalam

1
lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak
atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.

B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas, penulis ingin menyampaikan beberapa inti
permasalahan, antara lain :
A. Apakah pengertian Hukum Benda ?
B. Bagaimana pembagian benda menurut hukum?
C. Pengertian Hak Kebendaan, ciri-ciri Hak Kebendaan dan pembedaan Hak
kebendaan
D. Macam-macam Hak Kebendaan

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan paper ini adalah untuk memperkenalkan, memberitahukan
lebih jauh lagi mengenai apa itu hukum benda yang berlaku di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Benda

Benda adalah segala obyek hukum yang dapat dihaki oleh subyek hukum
yakni orang atau badan hukum. Dalam sistem hukum perdata Barat (BW)
pengerian benda sebagai objek hukum tidak hanya meliputi benda yang
berwujudyang dapat ditangkap dengan pancaindera, tetapi juga benda yang tidak
berwujudyakni hak-hak atas benda yang berwujud.
Benda berarti semua barang yang dapat menjadi alat atau hasil manusia,
yaitu semua barang, hewan dan hak-hak yang dapat dimilliki oleh orang atau badan
hukum. Sedangkan KUHS menetapkan, bahwa benda adalah semua barang dan hak
yang dapat dikuasai oleh hak milik. (Pasal 499 BW) Menurut paham undang-
undang yang dinamakan kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak, yang
dapat dikuasai oleh hak milik.
B. Pengertian Hak Kebendaan
Hak kebendaan (zakelijk recht) adalah suatu hak yang memberikan
kekuasaan langsung atas suatu benda yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang.
Menurut Prof. L.J. van Apeldoorn, hak-hak kebendaan adalah hak-hak harta benda
yang memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda. Kekuasaan langsung
berarti bahwa ada terdapat sesuatu hubungan yang langsung antara orang-orang
yang berhak dan benda tersebut. Demikian juga menurut Prof. Sri Soedewi
Masjchoen Sofwan, hak kebendaan (zakelijkrecht) ialah hak mutlak atas suatu ben-
da di mana hak itu memberikan kekuasaan langsung atas sesuatu benda dan dapat
dipertahankan terhadap siapapun juga. Menurut KUH Perdataa buku kedua tentang
kebendaan, pasal 499 kebendaan adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang
dapat dikuasai oleh hak milik.
Dari rumusan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, hak kebendaan
merupakan suatu hak mutlak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu
benda yang dapat dipertahankan setiap orang dan mempunyai sifat melekat.

3
C. Pembagian Benda Menurut Hukum
A. benda yang dapat diganti dan yang tidak dapat diganti
B. benda yang dapat diperdagangkan dan yang tidak dapat
diperdagangkan
C. benda yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi
D. benda tetap dan benda bergerak.

1. Benda Tetap/Tidak Bergerak


Benda tetap menurut sifatnya ialah segala sesuatu yang secara langsung atau
tidak langsung baik karena perbuatan alam atau karena perbuatan manusia,
digabungkan erat menjadi satu dengan tanah.
Benda tetap menurut tujuan pemakaiannya ialah segala benda yang
meskipun tidak secara sungguh-sungguh digabungkan dengan tanah atau bangunan
dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan itu untuk jangka waktu yang
lama sesuai dengan tujuan pemakaiannya dan selama masih melekat dengan
tanah/bangunan tersebut.
Benda tetap karena telah ditentukan oleh UU
1. Segala hak atau penagihan yang mengenai suatu barang tetap misalnya hak
servituut, HGB
2. Kapal yang berbobot mati lebih dari 20m3 dipersamakan dengan benda tetap.

2. Benda Bergerak
1. Karena sifatnya, ialah benda yang tidak bergabung dengan tanah atau tidak
dimaksudkan untuk mengikuti tanah atau bangunan.
2. Karena ditetapkan oleh undang-undang

4
D. Ciri-ciri Hak Kebendaan

Pada dasarnya, ciri-ciri dari suatu hak kebendaan itu adalah sebagai berikut:
a. Merupakan hak mutlak
Hak kebendaan merupakan hak yang mutlak, yaitu dapat dipertahankan
terhadap siapa pun juga.
b. Mempunyai zaaks gevolg atau droit de suite.
Hak kebendaan mempunyai zaaks gevolg (hak yang mengikuti), artinya hak itu
terus mengikuti bendanya di mana pun juga (dalam tangan siapa pun juga) barang
itu berada. Hak itu terus saja mengikuti orang yang mempunyainya.
c. Mempunyai sistem
Sistem yang terdapat pada hak kebendaan ialah mana yang lebih dulu
terjadinya, tingkatnya adalah lebih tinggi daripada yang terjadi kemudian.
Misalnya: seorang pemilik tanah menghipotikkan tanahnya, kemudian tanah
tersebut diberikan kepada orang lain dengan hak memungut hasil, maka dalam hal
ini, hak hipotik mempunyai tingkat yang lebih tinggi daripada hak memungut hasil
yang baru terjadi kemudian
d. Mempunyai droit de preference
Hak kebendaan mempunyai droit de preference, yaitu hak yang lebih
didahulukan daripada hak lainnya.
e. Mempunyai macam-macam actie

E. Macam-Macam Hak Kebendaan

1. Hak Bezit
a. Pengertian Bezit
Bezit diterjemahkan dengan kedudukan berkuasa, yaitu kedudukan
seseorang yang menguasai suatu kebendaan baik dengan diri sendiri maupun
dengan perantaraan orang lain dan yang mempertahankan atau menikmatinya
selaku orang yang memiliki kebendaan itu (pasal 529 KUHPdt).
b. Bezit jujur dan bezit tidak jujur

5
Pada dasarnya, suatu bezit itu dapat berada di tangan pemilik benda itu atau
dapat pula berada ditangan orang lain. Jika orang itu mengira bahwa benda yang
dikuasainya adalah miliknya sendiri (misalnya ia memperoleh karena ia
membeli secara sah, karena pewarisan dan sebagainya), maka bezitter yang
demikian itu disebut dengan "bezit te goeder trouw" atau bezit yang jujur (Pasal
531 KUHPdt). Sebaliknya, apabila ia mengetahui bahwa benda yang ada padanya
itu bukan miliknya (misalnya ia mengetahui bahwa benda itu berasal dari
pencurian) maka bezitter yang demikian disebut dengan -bezit Trader
trouv" atau bezit yang tidak jujur (Pasal 532 KUHPdt).
Baik bezitter yang jujur maupun bezitter yang tidak jujur kedua-duanya
mendapat perlindungan hukum. Dalam hukum berlaku satu asas, bahwa
“kejujuran” itu dianggap selalu ada pada setiap orang, sedangkan “ ketidakjujuran“
itu harus dibuktikan. Dengan demikian, menurut ketentuan Pasal 533
mengemukakan bahwa sesuatu bezit itu adalah tidak jujur, maka iawajib
membuktikannya.
c. Fungsi bezit
Pada dasarnya, bezit mempunyai dua fungsi, yaitu :
1) Fungsi polisionil
Bezit itu mendapat perlindungan hukum tanpa mempersoalkan hak milik atas
benda tersebut sebenarnya ada pada siapa. Jadi siapa yang membezit sesuatu benda,
maka ia mendapat perlindungan dari hukum sampai terbukti bahwa ia sebenarnya
tidak berhak. Dengan demikian , bagi yang merasa haknya dilanggar, maka ia harus
meminta penyelesaiannya melalui polisi atau pengadilan. Inilah yang dimaksud
dengan fungi polisionil yang ada pada setiap bezit.

2) Fungsi zakkenrectelijk
Bezitter yang telah membezit suatu benda dan telah berjalan untuk beberapa
waktu tertentu tanpa adanya proses dari pemilik sebelumnya, maka bezit itu
berubah menjadi hak milik melalui lembaga verjaring (lewat waktu / daluwarsa).
Inilah yang dimaksud dengan fungsi zakenrectelijk dan fungsi ini tidak ada pada
setiap bezit.

6
e. Cara memperoleh bezit
Menurut ketentuan Pasal 538 KUHPdt, bezit (kedudukan berkuasa) atas
sesuatu kebendaan diperoleh dengan cara melakukan perbuatan menarik kebendaan
itu dalam kekuasaannya, dengan maksud mempertahankannya untuk diri sendiri.
Menurut ketentuan Pasal 540 KUHPdt, cara-cara memperoleh bezitdapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1) dengan jalan occupation
Memperoleh bezit jalan dengan occupatio ( pengambilan benda ) artinya ia
memperoleh bezit tanpa bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu. Jadi bezit
diperoleh karena perbuatannya sendiri yang mengambil barang secara langsung.
2) dengan jalan tradition
Memperoleh bezit dengan jalan tradition (pengoperan) artinya
ialah memperoleh bezit dengan bantuan dari orang yang membezit lebih dahulu.
Jadi bezit diperoleh karena penyerahan dari orang lain yang sudah menguasainya
terlebih dahulu.

Di samping dua cara di atas, bezit juga dapat diperoleh karena adanya
warisan. Menurut Pasal 541 KUHPdt, bahwa segala sesuatu bezit yang
merupakan bezit dari seorang yang telah meninggal dunia beralih kepada ahli
warisnya dengan segala sifat dan cacad-cacadnya. Menurut Pasal 593 KUHPdt,
orang yang sakit ingatan tidak dapat memperoleh bezit, tetapi anak yang belum
dewasa dan perempuan yang telah menikah dapat memperoleh bezit.

f. Hapusnya Bezit
Pada dasarnya, orang bisa kehilangan bezit apabila
1). Kekuasaan atas benda itu berpindah pada orang lain, baik secara diserahkan
maupun karena diambil oleh orang lain
2). Benda yang dikuasainya nyata telah ditinggalkan.

7
2. Hak Eigendom/Hak Milik
a. Pengertian Eigendom
Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan dengan
leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan
sepenuhnya, asal tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum
yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya, dan tidak
mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tak mengurangi
kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasar atas
ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti-rugi (Pasal 570 KUHPdt).
b. Ciri-ciri hak milik
1 Hak milik itu tetap sifatnya. Artinya, tidak akan lenyap terhadap hak
kebendaan yang lain. Sedang hak kebendaan yang lain dapat lenyap jika
menghadapi hak milik.
2 Hak milik itu mengandung inti (benih) dari semua hak kebendaan yang lain.
Sedang hak kebendaan yang lain itu hanya merupakan onderdeel (bagian) saja
dari hak milik. Menurut ketentuan Pasal 574 KUHPdt, tiap pemilik sesuatu
benda, berhak menuntut kembali bendanya dari siapa saja yang menguasainya
berdasarkan hak miliknya itu.
c. Cara memperoleh hak milik
Cara memperoleh hak milik di luar Pasal 584 KUHPdt yang diatur oleh
Undang-Undang adalah:
• Penjadian benda (zaaksvorming);
• Penarikan buahnya (vruchttrekking);
• Persatuan benda (vereniging);
d. Memperoleh hak milik dengan lewat waktu (Verjaring)
Lewat waktu adalah salah satu cara untuk memperoleh hak milik atas suatu benda.
Lewat waktu (verjaring) ini ada dua macam, yaitu:
1. Acquisitieve verjaring, yaitu lewat waktu sebagai alat untuk memperoleh hak-hak
kebendaan (di antaranya hak milik).
2. Extinctieve verjaring, yaitu lewat waktu sebagai alat untuk dibebaskan dari suatu
perutangan.

8
e. Memperoleh hak milik dengan penyerahan (Levering)
Menurut Hukum Perdata, yang dimaksud dengan penyerahan ialah
penyerahan suatu benda oleh pemilik atau atas namanya - kepada orang lain,
sehingga orang lain ini memperoleh hak milik atas benda itu. per kataan penyerahan
mempunyai dua arti, yaitu:
1 Perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan belaka (feitelijke levering).
2 Perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang
lain (juridische levering).
f. Hak milik bersama (Medeeigendom)
Biasanya, sebuah benda hanya dimiliki oleh seorang pemilik. Tetapi ada
kemungkinan lain, bahwa benda itu dapat dimiliki oleh dua orang atau lebih. Kalau
benda itu dimiliki oleh lebih dari seorang, maka hak ini disebut dengan hak milik
bersama atas sesuatu benda. Mengenai hak milik bersama ini menurut KUHPdt
dapat dibagi menjadi dua macam , yaitu :
1) Hak milik bersama yang bebas
2) Hak milik bersama yang terikat
g. Hapusnya hak milik
Pada dasarnya seseorang yang dapat kehilangan hal miliknya apabila :
1) seseorang memperoleh hak milik itu melalui salah satu cara untuk memperoleh hak
milik
2) Binasanya benda itu
3) Pemilik hak milik (eigenaar) melepaskan benda itu
3. Hak Pungut Hasil
a. Pengertian hak pungut hasil
Hak pakai hasil adalah suatu hak kebendaan, dengan mana seorang
diperbolehkan menarik segala hasil dari sesuatu kebendaan milik orang lain,
seolah-olah dia sendiri pemilik kebendaan itu, dengan kewajiban memeliharanya
sebaik-baiknya (Pasal 756 KUHPdt).
b. Cara memperoleh hak pakai hasil
Menurut Pasal 759 KUHPdt, hak pakai hasil ini diperoleh karena:
1) Undang-undang.

9
2) Kehendak si pemilik.
c. Kewajiban si pemakai hasil
Menurut ketentuan Pasal 783-784 KUHPdt, kewajiban-kewajiban daripada
orang yang mempunyai hak pakai hasil (vruchtgebruiker) adalah sebagai berikut:
1. Membuat catatan/daftar pada waktu ia menerima haknya. Menanggung segala
biaya pemeliharaan dan perbaikan yang biasa.
2. Memelihara benda itu sebaik-baiknya dan menyerahkannya dalam keadaan yang
baik apabila hak itu berakhir. Apabila ia melalaikan kewajibannya tersebut, maka
ia dapat dituntut untuk mengganti kerugian.
d. Hapusnya hak pakai hasil
Menurut Pasal 807 KUHPdt, hak pakai hasil (hak memungut hasil) hapus
karena:
1) Meninggalnya si pemakai.
2) Tenggang waktu yang diberikan telah lewat waktu atau telah terpenuhkan.
3) Percampuran, yaitu apabila hak milik dan hak pakai hasil berada di tangan satu
orang.
4) Pelepasan hak oleh si pemakai kepada pemilik.
5) Kadaluwarsa yaitu apabila si pemakai selama 30 tahun tak mempergunakan
haknya.
6) Musnahnya benda itu seluruhnya.

4. Hak Gadai Memakai Dengan Jaminan


a. Pengertian hak gadai
Gadai adalah suatu hak kebendaan yang diperoleh seorang berpiutang atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh
seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang
itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada
orang-orang berpiutang lainnya; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang
itu digadaikan, biaya-biaya mana harus didahulukan (Pasal 1150 KUHPdt).
b. Sifat-sifat hak gadai
Hak gadai ini bersifat accessoir, yaitu merupakan tambahan saja dari
perjanjian pokok yang berupa perjanjian pinjaman uang. Ini dimaksudkan untuk

10
menjaga jangan sampai si ber-utang itu lalai membayar kembali utangnya. Menurut
Pasal 1160 KUHPdt, hak gadai ini tidak dapat dibagi-bagi. Artinya, se-bagian hak
gadai itu tidak menjadi hapus dengan dibayarnya sebagian dari utang. Gadai tetap
meletak atas seluruh benda-nya.

c. Syarat-syarat timbulnya hak gadai


Hak gadai lahir dengan penyerahan kekuasaan atas barang yang dijadikan
tanggungan pada pemegang gadai. Hak atas barang gadai ini dapat pula ditaruh di
bawah kekuasaan seorang pihak ketiga atas persetujuan kedua belah pihak yang
berkepentingan (Pasal 1152 ayat 1 KUHPdt). Selanjutnya menurut Pasal 1152 ayat
(2) KUHPdt, gadai tidak sah jika bendanya dibiarkan tetap berada dalam kekuasaan
si pemberi gadai (si berutang).
d. Obyek hak gadai
Yang dapat dijadikan obyek dari hak gadai ialah semua benda yang bergerak,
yaitu:
1) Benda bergerak yang berwujud.
2) Benda bergerak yang tak berwujud, yaitu berupa pelbagai hak untuk mendapatkan
pembayaran utang, yaitu yang berwujud:
a) Surat-surat piutang atas pembawa.
b) Surat-surat piutang atas tunjuk.
c) Surat-surat piutang atas nama.

e. Hak si pemegang hak gadai


Hak-hak dari si pemegang hak gadai adalah sebagai berikut:
1) Si pemegang gadai berhak untuk menggadaikan lagi barang gadai itu, apabila hak
itu sudah menjadi kebiasaan, seperti halnya dengan penggadaian surat-surat sero
atau obligasi (Pasal 1155 KUHPdt).
2) Apabila si pemberi gadai (si berutang) melakukan wanprestasi, maka si pemegang
gadai (si berpiutang) berhak untuk menjual barang yang digadaikan itu; dan
kemudian mengambil pelunasan utang dari hasil penjualan barang itu. Penjualan
barang itu dapat dilakukan sendiri atau dapat juga meminta perantaraan hakim
(Pasal 1156 ayat 1 KUHPdt).
f. Kewajiban si pemegang gadai
Seorang pemegang gadai mempunyai kewajiban-kewajiban sebagai berikut:

11
1) Si pemegang gadai wajib memberitahukan pada orang yang berutang apabila ia
hendak menjual barang gadainya (Pasal 1156 ayat 2 KUHPdt).
2) Si pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya harga
barang yang digadaikan, jika itu semua terjadi karena kelalaiannya (Pasal 1157 ayat
1 KUHPdt).
g. Hapusnya hak gadai
Pada dasarnya, hak gadai dapat hapus karena:
1) Seluruh utangnya sudah dibayar lunas.
2) Barang gadai hilang/musnah.
3) Barang gadai ke luar dari kekuasaan si penerima gadai.
4) Barang gadai dilepaskan secara sukarela.

5. Hak Opstal Memiliki (Mendiami)


a. Pengertian hak opstal
Prof. Subekti mengutarakan pendapatnya tentang pengertian
hak opstal dengan mengacu pada Pasal 711 KUHPdt, yaitu adalah suatu hak untuk
memiliki bangunan-bangunan atau tanaman-tanaman di atas tanahnya orang lain.
Sebaliknya menurut Pasal 711 KUHPdt, hak opstal disebut juga dengan hak
numpang-karang, yaitu adalah suatu hak kebendaan untuk mempunyai gedung-
gedung, bangunan-bangunan dan penanaman di atas pekarangan orang lain.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan
hak opstaladalah hak untuk memiliki bangunan-bangunan atau tanaman di atas
tanah orang lain.
Hak opstal ini dapat dipindahkan pada orang lain atau dapat dipakai sebagai
hipotik dan atau hak tanggungan, di mana hak ini diperoleh karena perbuatan
perdata (Pasal 713 KUHPdt).
b. Hapusnya hak opstal
Menurut Pasal 718-719 KUHPdt, hak opstal dapat hapus karena:
1) Hak opstal jatuh ke dalam satu tangan.
2) Musnahnya pekarangan.
3) Selama 30 tahun tidak dipergunakan.
4) Waktu yang diperjanjikan telah lampau.
5) Diakhiri oleh pemilik tanah. Pengakhiran ini hanya dapat dilakukan setelah hak
tersebut paling sedikit sudah dipergunakan selama 30 tahun, dan harus didahului
dengan suatu pemberitahuan paling sedikit 1 tahun sebelumnya.

12
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian benda dalam hukum berbeda dengan pengertian umum
secarafisika, karena dalam pengertian hukum, benda adalah sesuatu yang dapat
diberikan hak diatasnya. Terdapat beberapa batasan tentang benda dipandang
dari sifat/karakternya, seperti benda berwujud /tidak berwujud, benda habis /
tidak habis dibagi, benda bergerak/tidak bergerak, benda habis/tidak habis terpakai,
benda yang sudah/akan ada dan lain sebagainya.
Hak Kebendaan bersifat mutlak, berlangsung lama, bersifat tertutup,yang
lebih tua kedudukannya lebih tinggi / didahulukan, mengikuti benda dimana hak
itu melekat. Hak atas Kebendaan dibagi dalam 2 (dua) macam, yaitu hak
kebendaaan yang member kenikmatan (misalnya Bezit ; Hak Milik /eigendom; Hak
Memungut Hasil; Hak Pakai) dan hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan
(misalnya Gadai, Hipotik,). Dasar hukum benda selain diatur di Buku II BWI,
hukum benda juga diatur dalam:
a) Undang Undang Pokok Agraria No.5 Tahun 1960, dimana diatur hak hak
kebendaan yang berkaitan dengan bumi, air dan kekayaan yang terkandung
didalamnya.
b) Undang Undang Merek No.21 Tahun 1961, yang mengatur tentang hak atas
penggunaan merek perusahaan dan merek perniagaan.
c) Undang Undang Hak Cipta No.6 Tahun 1982, yang mengatur tentang hak cipta
sebagai benda tak berwujud, yang dapat dijadikan obyek hak milik.
d) Undang Undang tentang Hak Tanggungan tahun 1996, yang mengatur tentang
hakatas tanah dan bangunan diatasnya sebagai pengganti hipotik dan crediet
verband .
Arti penting pembedaan benda sebagai bergerak dan tidak bergerak terletak
pada : penguasaannya (bezit), dimana terhadap benda bergerak maka orang
yangmenguasai benda tersebut dianggap sebagai pemiliknya (Ps.1977 BWI); azas
ini tidak berlaku bagi benda tidak bergerak.

13
Penyerahannya (levering), yaitu terhadap benda bergerak harus dilakukan secara
nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama;
Kadaluwarsa (verjaaring), yaitu pada benda bergerak tidak dikenal daluwarsa,
sedangkan pada benda tidak bergerak terdapat kadaluwarsa :
• Dalam hal ada alas hak, daluwarsanya 20 tahun;
• Dalam hal tidak ada alas hak, daluwarsanya 30 tahun
Pembebanannya (bezwaring), dimana untuk benda bergerak dengan gadai,
sedangkan untuk benda tidak bergerak dengan hipotik.
Dalam hal pensitaan (beslag), dimana revindicatoir beslah (penyitaan untuk
menuntut kembali barangnya), hanya dapat dilakukan terhadap barang barang
bergerak. Penyitaan untuk melaksanakan putusan pengadilan (executoir beslah)
harus dilakukan terlebih dahulu terhadapbarang barang bergerak, dan apabila masih
belum mencukupi untuk pelunasan hutang tergugat, baru dilakukan executoir
terhadap barang tidak bergerak.

14
DAFTAR PUSTAKA

I Ketut Markeling, Hukum Benda, (Fakultas Hukum Universitas Udayana


Denpasar: Maret 2016), hlm 21.
Andhika Mopeng, Hak-Hak Kebendaan Yang Bersifat Jaminan ditinjau Dari Aspek
Hukum Perdata, (Jakarta: Lex Crimen, 2011), hlm 172.
Kansil, C.T.S. et al, 1995, Modul Hukum Perdata, Jakarta, Pradnya Paramita, hal
82.
Harumiati Natadimaja, 2009, Hukum Perdata Mengenai Hukum Orang Dan Hukum
Benda, Yogyakarta, Graha Ilmu, hlm 7.
Komariah, 2004, Hukum Perdata, Malang, UMM Press, hlm. 29.
Putri Gracia Lempoy. 2017, Kajian Hukum Hak Atas Tanah Tanpa Sertifikat Yang
Diduduki Seseorang Menurut Pasal 1963 Kuhperdata, Jakarta, Pt. Raja
Grafindo Persada, Hal 172.

15

Anda mungkin juga menyukai