Palangka Raya
ﺔ ِ ﺮ ْاﻷ َ ْز
ِ ﻣ َﻨ ِ ﻐﯿﱡَ َﺐ ﺗ
ِ ﺴ َ ِاﺧ ِﺘﻼ َ ُﻓ َﮫﺎ ﺑ
ْ ﺤ ْ ﻮى َو َ ﻐﯿﱡ ُﺮ ْاﻟ
َ ﻔ ْﺘ َ َﺗ
ﺪ
ِ ِﻮاﺋ َ ل َواﻟ ِﻨّﯿﱠﺎتِ َو ْاﻟ
َ ﻌ ِ ﻮا ْ َ ﺔ َو ْاﻷ
َ ﺣ ِ ﻣﻜِ َﻨ ْ َ َوا ْﻷ
“Perubahan pada fatwa dan perbedaan di dalamnya
sesuai dengan perubahan zaman, tempat, situasi
kondisi, niat dan adat istiadat”
Kaidah serupa:
ل
ِ ﻮا ْ َ ﺔ َو ْاﻷ
َ ﺣ ِ ﻜ َﻨ ْ َ ﺔ َوا ْﻷ
ِ ﻣ ِ ﺮ ْاﻷ َ ْز
ِ ﻣ َﻨ َ م ﺑِ َﺘ
ِ ﻐﯿﱡ ْ َ ﻐﯿﱡ ُﺮ ْاﻷ
ِ َﺣﻜﺎ َ َﻜ ُﺮ ﺗ
َ ﻻ َ ُﻳ ْﻨ
“tidak dipungkiri perubahan pada hukum tergantung
dengan perubahan zaman, tempat dan keadaan”
Kaidah tersebut mengajarkan:
Islam adalah luwes dan lentur; bukan kaku
Islam adalah ajaran yang mampu beradaptasi
dan berdialog dengan zaman
Perubahan hukum bukan berarti perubahan pada
teks al-Quran atau hadis Nabi, tetapi perubahan
pada penerapan.
Buah dari hukum adalah kemaslahatan dan
adanya perubahan ini tentunya dipastikan untuk
mencapai kemaslahatan tersebut.
ِﺼﺎﻟِﺢ
ﻢ اﻟ ﱠ
ِ ﺪ ْﻳ
ِ ﻘَ ﻓﻈَﺔُ ﻋَ ﻠَﻰ ْاﻟ َ ﺤﺎَ ﻤُ اَ ْﻟ
ِﺻﻠَﺢ ْ َ اﻷْ ﺪ
ِ ﺪ ْﻳ َ ﺧﺬُ ﺑِﺎ ْﻟ
ِ ﺠ ْ َ َو ْاﻷ
“Memelihara keadaan yang lama yang maslahat dan
mengambil yang baru yang lebih maslahat”.
Kata “Keadaan” pada arti di atas bisa meliputi
persoalan sosial, budaya, politik, hukum dan
urusan-urusan keagamaan
Kecuali pada urusan akidah yang sudah pasti
dalilnya seperti Allah itu adalah Tunggal/Esa atau
tentang ibadah seperti jumlah shalat dan gerak-
gerakannya, maka ia terus berlaku sepanjang
zaman.
Ada konsep Tsawabit dan Mutagayyirat dalam
Islam
KH. Ma’ruf Amin menyatkan satu kaidah yang
sejalan dengan kaidah di atas yaitu:
ﺢ ْ َ ﺎﻷ
ُ َ ﺻﻠ َ ﺢ
ْ ﻓ ْ َ ﻢ ْاﻷ
ُ َ ﺻﻠ ﺢ ُﺛ ﱠ ْ َ ﻮ ْاﻷ
ُ َ ﺻﻠ َ ح اِﻟَﻰ
َ ُﻣﺎھ ْ اَ ْ ِﻹ
ُ َ ﺻﻼ
“Melakukan perbaikan (untuk umum) menuju ke
yang lebih baik lagi kemudian mencari yang lebih
baik lagi serta semakin lebih baik lagi”.
Kadiah yang serupa: