Buku ini disusun dalam 5 (lima) bab, meliputi arah kebijakan dan strategi,
penghunian rumah susun sewa, pengelolaan rumah susun sewa, contoh
organisasi pengelolaan rumah sewa, dan pemintah tanganan rumah susun sewa
sebagai aset Negara. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta pelatihan
dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran diarahkan
pada peran aktif peserta pelatihan.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan
dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu
dan bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah
dalam Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman.
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ...................................................................... vii
Deskripsi ............................................................................................... vii
Persyaratan .......................................................................................... vii
Metode................................................................................................. vii
Alat Bantu/Media................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
Latar Belakang....................................................................................... 2
Deskripsi Singkat ................................................................................... 2
Kompetensi Dasar ................................................................................. 3
Indikator Hasil Belajar ........................................................................... 3
Materi Dan Submateri Pokok ................................................................ 3
Estimasi Waktu...................................................................................... 4
BAB 2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ............................................................ 5
Indikator keberhasilan .......................................................................... 6
Latar Belakang....................................................................................... 6
Permasalahan Umum ............................................................................ 7
Latihan................................................................................................. 14
Rangkuman ......................................................................................... 15
BAB 3 PENGHUNIAN RUMAH SUSUN .............................................................. 17
Indikator keberhasilan ........................................................................ 18
Kelompok Sasaran Penghunian Rumah Susun Sewa .......................... 18
Deskripsi
Mata pelatihan ini memberikan pengenalan dan pemahaman mengenai
kebijakan dan strategi, penghunian rumah susun sewa/rumah khusus,
pengelolaan rumah susun, kelembagaan rumah susun dan tarif sewa rumah
susun kepada peserta pelatihan melalui metode ceramah, diskusi dan latihan.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini sangat diperlukan karena materi ini
menjadi dasar pemahaman sebelum mengikuti pembelajaran modul-modul
berikutnya. Hal ini diperlukan karena masing-masing modul saling berkaitan.
Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan latihan atau evaluasi. Latihan atau
evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah
mempelajari materi dalam modul ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan peraturan
perundangan dan pedoman yang terkait dengan materi penghunian dan
pengelolaan rumah susun.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber).
Dalam kegiatan pembelajaran juga diberikan kesempatan tanya jawab, curah
pendapat, bahkan diskusi.
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan alat
bantu/media pembelajaran tertentu, yaitu :
a. LCD/projector
b. Laptop
c. Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya
d. Flip chart
e. Bahan tayang
Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
karena tidak semua MBR mampu membeli atau memiliki rumah, sehingga
rumah sewa baik dalam bentuk rumah susun atau rumah tapak menjadi salah
satu alternative hunian di perkotaan. Mengingat bahwa harga tanah
diperkotaan tinggi dan berdampak pada harga sewa yang sangat tinggi pula jika
dibangun rumah tapak, sehingga perlu dibangun rumah susun sedangkan
padakota-kota sedang dan kecil dapat dibangun rumah tapak. Untuk itu,
Pemerintah merasa perlu untuk membangun rumah susun sewa untuk
membantu menyelesaikan masalah kelangkaan hunian di perkotaan.
Dipandang dari sisi pengelola, pengelola sementara rumah susun sewa adalah
penerima bantuan sepanjang bangunan rumah susun belum diserahkan dalam
bentuk hibah atau alih status pemanfaatan dan pengelola tetap rumah susun
sewa tergantung pada status aset rusun sewa, yaitu obyek PNBP, alih status
penggunaan/pemanfaatan, hibah, PMN (BUMN) dan BLU.
Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini memberikan pengenalan dan pemahaman mengenai
kebijakan dan strategi, penghunian rumah susun sewa, pengelolaan rumah
susun, kelembagaan rumah susun dan tarif sewa rumah susun kepada peserta
pelatihan melalui metode ceramah, diskusi dan latihan.
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan arah kebijakan dan strategi.
Latar Belakang
Kebutuhan rumah, terutama di perkotaan semakin meningkat sejalan dengan
urbanisasi yang terus meningkat, sehingga untuk Indonesia, sejak tahun 2013,
50 % dari seluruh penduduk telah bermukim di perkotaan. Undang-undang No.
20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun mengamanatkan bahwa negara
bertanggung jawab untuk menjamin pemenuhan hak akan tempat tinggal dalam
bentuk rumah yang layak dan terjangkau.
Pemenuhan hak atas rumah merupakan masalah nasional yang dampaknya
sangat dirasakan di seluruh wilayah tanah air. Hal itu dapat dilihat dari masih
banyaknya MBR yang belum dapat menghuni rumah yang layak, khususnya di
perkotaan yang mengakibatkan terbentuknya kawasan kumuh. Pemenuhan
kebutuhan perumahan tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui
pembangunan rumah susun sebagai bagian dari pembangunan perumahan
mengingat keterbatasan lahan di perkotaan. Pembangunan rumah susun
diharapkan mampu mendorong pembangunan perkotaan yang sekaligus
menjadi solusi peningkatan kualitas permukiman.
Undang-Undang rumah susun menciptakan dasar hukum yang tegas berkaitan
dengan penyelenggaraan rumah susun dengan berdasarkan asas kesejahteraan,
keadilan dan pemerataan, kenasionalan, keterjangkauan dan kemudahan,
keefisienan dan kemanfaatan, kemandirian dan kebersamaan, kemitraan,
keserasian dan keseimbangan, keterpaduan, kesehatan, kelestarian dan
berkelanjutan, keselamatan, kenyamanan, dan kemudahan, serta keamanan,
ketertiban, dan keteraturan, dengan tujuan untuk menjamin terwujudnya
rumah susun yang layak huni dan terjangkau, meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pemanfaatan ruang, mengurangi luasan dan mencegah timbulnya
perumahan dan permukiman kumuh, mengarahkan pengembangan kawasan
Permasalahan Umum
Dalam penyelenggaraan pembangunan rumah susun terdapat beberapa hal
permasalahan yang perlu diperhatikan:
Pembangunan rusun
menunjang kebutuhan
tempat tinggal masyarakat
Jakarta/Rusun dan karyawan industri di
1 sekitar rusun
Pulogebang
Unit hunian dipasarkan 192
unit standard sudah terhuni
seluruhnya (penuh)
(pembinaan kemampuan)
melalui kegiatan outbound
dan diskusi.
Latihan
1. Jelaskan beberapa hal yang melatarbelakangi diterbitkannya kebijakan
pembangunan rumah susun sederhana sewa(rusunawa) oleh
Pemerintah dan/ atau pemerintah daerah;
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan penghunian rumah susun sewa.
1. Lajang yang terdiri dari: Pekerja, PNS, Prajurit, Mahasiswa dan Siswa
berasrama
2. Keluarga yang terdiri dari: Pekerja, PNS, Prajurit dan MBR perkotaan.
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa rumah susun sewa dapat dihuni
oleh penghuni yang lajang maupun yang sudah berkeluarga. Penghuni yang
lajang dapat disediakan hunian dengan desain double loaded corridor dengan
fasilitas komunal ataupun individual toilet. Sementara untuk keluarga dapat
disediakan hunian dengan desain double loaded corridor atau single loaded
corridor dengan fasilitas toilet individual dan komunal. Di masa lalu desain
rumah susun sederhana seluruhnya menggunakan single loaded corridor,
namun mengingat berbagai permasalahan seperti anak yang dapat jatuh dari
lantai koridor, adanya jemuran pada koridor dan yang lebih penting, lebar
koridor (karena harus ada 2 koridor untuk desain twin block) lebih besar
Desain rusunawa pada lantai dasar diperuntukkan bagi sarana umum, sarana
sosial, seperti peribadatan, pendidikan, perniagaan, dan ruang pengelola serta
disediakan pula hunian bagi para penyandang disabilitas.
Proses penghunian baik dalam masa proses hibah maupun sudah dihibahkan
pada dasarnya tidak berbeda. UPT Rusunawa dalam hal ini adalah kuasa
pengguna aset negara/daerah. Jika status rusunawa belum dihibahkan maka
penujukan UPT rusunawa sebagai kuasa pengguna aset oleh Menteri atau
Direktur Jenderal, sedangkan jika rusunawa sudah dihibahkan penujukan UPT
rusunawa sebagai kuasa pengguna aset adalah Bupati/Walikota.
Berikut ini adalah tahapan umum proses penghunian rusunawa :
1. Promosi
Penerima bantuan rusunawa, baik pemerintah daerah, instansi TNI/POLRI,
perguruan tinggi maupun lembaga pendidikan berasrama atau BUMN
seperti BPJS Ketenagakerjaan berkewajiban untuk melakukan promosi
satuan (unit) rumah susun sehingga bisa menarik minat calon penghuni.
Yang lebih baik sesungguhnya jika sebelum diajukan permohonan bantuan
rumah susun sederhana sewa terlebih dahulu sudah ada calon penghuni.
Setelah melakukan promosi, calon pengelola rumah susun sederhana sewa
perlu pula melakukan pendataan atas calon penghuni rusunawa, untuk
memperoleh data antara lain; identitas calon penghuni, jumlah keluarga
(kalau calon penghuni keluarga), penghasilan dan karakter calon penghuni.
Pengelola menerima uang sewa yang diberikan oleh penyewa dan membuat
bukti pembayaran dengan membuat kwitansi.
a. Pengunduran diri
b. Pembatalan sewa
Ketentuan Penghunian
Agar terciptanya lingkungan hunian yang nyaman dan teratur, diperlukannya
peraturan-peraturan bagi penghuni, Seperti :
1. Hak Penghuni
Hak para penghuni yaitu :
a. Menerima unit hunian dalam kondisi baik dan layak huni;
b. Menempati dan mengelola unit hunian yang disewa;
c. Memanfaatkan prasarana , sarana dan utilitas rumah susun;
d. Membawa dan menempatkan barang-barang pribadi sesuai dengan
ketentuan pengelola;
e. Menggunakan ruang bersama , sesuai dengan ketentuan pengelola;
f. Menyewa sarana perniagaan yang berada pada lantai dasar;
g. Mengajukan perawatan dan perbaikan atas unit hunian;
h. Menerima tamu pada area/ ruang yang telah ditentukan pengelola;
i. Memperoleh pelayanan dari pengelola.
2. Kewajiban penghuni
Kewajiban para penghuni, antara lain :
a. Menempati sendiri unit hunian yang disewa.
b. Membayar Jaminan sewa sebesar 3 (tiga) kali tarif sewa per bulan.
c. Membayar sewa setiap bulan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Memelihara unit hunian dan fisik bangunan serta menjaga kebersihan
lingkungan.
e. Turut serta memelihara sarana, prasarana, utilitas.
f. Melaporkan kerusakan sarana, prasarana, utilitas.
g. Membayar ganti rugi atas setiap kerusakan yang diakibatkan kelalaian
penyewa.
h. Mencegah hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan penyewa.
i. Memarkir kendaraan ditempat yang telah ditetapkan.
j. Mengosongkan unit sewa pada saat Surat Perjanjian Sewa (SPS)
berakhir dalam keadaan baik dan bersih.
Latihan
1. Jelaskan kelompok sasaran penyediaan rumah susun sederhana sewa!
2. Jelaskan bagaimana proses penghunian rumah susun sederhana sewa!
Rangkuman
Penghunian rumah susun sederhana sewa dapat diperuntukkan bagi lajang atau
keluarga, dengan kelompok sasaran pekerja, prajurit TNI/Polri, mahasiswa,
siswa pada pendidikan berasrama (seperti santri pada pondok pesantren),
bahkan pernah dirintis penyediaan rumah susun sederhana sewa bagi nelayan
di kawasan perkotaan .
Proses penghunian didahului oleh adanya kebutuhan hunian bagi masyarakat
berpenghasilan rendah, dimana penyediaannya dapat dialokasikan melalui
APBN dan/ atau APBD. Pada dasarnya penghunian rusunawa kepada
masyarakat berpenghasilan rendah harus didahului dengan pengenalan rumah
susun, mengingat menghuni rumah susun sewa memerlukan penyesuaian
karakter dibandingkan dengan menghuni rumah tapak (landed house).
Beberapa penyebab keengganan masyarakat menghuni rumah susun sewa
adalah kemalasan untuk naik/turun tangga jika mendapat unit rusun di lantai 4
atau lantai 5, keberatan menjalankan kewajiban membayar sewa, kekhawatiran
akan keamanan dan keselamatan anak jika harus menghuni lantai 3 atau
diatasnya, dan tidak dapat melakukan usaha untuk menambah penghasilan
keluarga, karena tidak tersedianya tempat.
Pada sisi lain, pengelolaan rumah susun sederhana sewa acapkali kurang baik,
seperti terjadinya kebocoran, rendahnya tingkat kebersihan rumah susun,
rusaknya pompa air yang menyebabkan masyarakat harus membeli air dengan
cara pikulan dan naiknya tarif sewa yang tidak diikuti dengan peningkatan
pelayanan. Sebaliknya dapat terjadi masyarakat yang berhak menyewa rumah
susun, mengalihkan hak menghuninya kepada pihak lain sebagai dampak lokasi
rumah susun yang strategis.
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan pengelolaan rumah susun.
Masalah Pengelolaan
Kebijakan pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif dalam
penanganan permasalahan perumahan dan permukiman di Indonesia. Pada
umumnya Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) dirancang dengan pola
pengelolaan rumah susun sederhana melalui peraturan-peraturan untuk
pengelola maupun penghuni rumah susun. Namun, dalam kenyataannya
peraturan tersebut tidak dapat berjalan dengan semestinya, hal ini dapat
terlihat dalam masalah pengelolaan rumah susun sebagai berikut:
Kelembagaan
Dari segi fungsi operasional dalam pengelolaan rusunawa, organisasi pengelola
rusunawa dapat mencakup beberapa fungsi berikut :
1. Pengelolaan Keuangan
Pada beberapa pemerntah daerah, ada alokasi APBD untuk mengelola
rusunawa mengingat rendahnya tarif sewa yang ditetapkan Pemda
dibandingkan dengan biaya pengoperasian rumah susun sewa, sehingga
diperlukan bantuan APBD setiap tahun. Pengelola keuangan harus mampu
menghitung kebutuhan dana bulanan dan tahunan untuk mengelola rumah
susun sewa. Kebutuhan dana bulanan, misalnya untuk kebersihan,
keamanan, pembayaran listrik dan air pengelola serta gaji pengelola,
sedangkan kebutuhan dana tahunan misalnya alokasi untuk tunjangan hari
Raya (THR) maupun anggaran yang dibutuhkan untuk acara perayaan,
misalnya acara 17 Agustusan.
2. Pengelolaan Operasional, yang mencakup pemeliharaan, perawatan dan
keamanan bangunan gedung.
Pemeliharaan rumah susun sewa terdiri atas 2 (dua) jenis kegiatan
pemeliharaan, yaitu pemeliharaan bangunan rumah susun dan
pemeliharaan PSU (Prasarana, sarana dan Utilitas Umum). Pemeliharaan
bangunan rumah susun sewa terdiri atas 2 jenis kegiatan, yaitu
pemeliharaan unit hunian dan pemeliharaan ruang bersama, seperti
Gambar 10
Organisasi Pengelola Yang Berbentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah
Latihan
1. Sebutkan beberapa permasalahan pengelolaan rusunawa!
2. Jika penghuni harus mengelola unit huniannya sendiri, jelaskan apa saja
yang harus dilakukannya, jika unit huniannya memiliki 2 kamar tidur, 1
toilet, 1 dapur dan 1 ruang bersama yang dapat dipergunakan untuk
menerima tamu atau makan!
Rangkuman
Pengelolaan rumah susun sederhana sewa menghadapi berbagai permasalahan
yang dapat berbeda antara satu dengan yang lain. Pekerja lajang yang setiap
unit huniannya diisi 4 orang, bahkan dengan tempat tidur susun, umumnya
enggan memelihara unit huniannya, dan karena itu, pengelola harus
memelihara sendiri. Demikian pula halnya dengan unit hunian mahasiswa,
Tidak demikian halnya dengan unit rumah susun yang dihuni oleh keluarga,
umumnya unit hunian dipelihara sendiri oleh penghuninya, sehingga dapat
lebih bersih dan teratur. Namun kekurangannnya acapkali keluarga tersebut
didatangi oleh keluarganya dari kampung yang bisa menghuni sebentar atau
jangka lama, sehingga unit hunian menjadi over occupied, dan tidak terpelihara.
Terdapat 2 hal yang tidak disukai dan selalu ditentang oleh penghuni rumah
susun, yaitu kenaikan tarif sewa dan adanya kerusakan pompa air atau
peralatan lainnya yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari. Kerusakan
pompa air menyebabkan penghuni harus membeli air pikulan dan ini berarti
cost tambahan untuk penghuni dan dampaknya adalah penghuni enggan
membayar uang sewa. Demikian pula jika terjadi kenaikan sewa, penghuni
acapkali menentang kenaikan tersebut.
Hal lain yang perlu diantisipasi adalah pengelola yang bermain dengan penghuni
melalui menyewakan unit hunian kepada orang lain dengan tarif yang lebih
tinggi dari tarif resmi, sementara penghuni asli pindah menyewa di kampung-
kampung sekitar rumah susun sewa. Hal ini terjadi karena lokasi rumah susun
sewa strategis, dekat dengan berbagai prasarana dan sarana kota dan tersedia
parkir mobil atau motor di lokasi rumah rumah susun. Selisih tarif sewa pasar
dengan tarif sewa resmi dibagi antara penghuni asli dengan pengelola.
Hingga saat ini masih banyak rumah susun sewa yang dikelola oleh pemerintah
daerah senantiasa disubsidi melalui APBD, tidak demikian dengan rumah susun
sewa yang dikelola oleh BPJS Tenaga Kerja dan Badan Pengelola, seperti di
Batam yang sudah mendatangkan keuntungan, sekalipun jika dihitung dari
pengembalian investasi bangunan masih sekitar 15 tahun.
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta pelatihan diharapkan mampu
menjelaskan contoh organisasi pengelolaan rumah susun sewa.
1. Lingkup pelayanan, antara lain jumlah blok rumah susun sewa dan jumlah
penghuni rumah susun sewa yang dilayani;
2. Jenis dan bentuk pelayanan yang diberikan termasuk batas-batas pelayanan
yang dapat diberikan;
3. Kualitas pelayanan, yang meliputi kecepatan pelayanan, durasi pelayanan,
dan hasil pelayanan
4. Efisiensi penggunaan anggaran atau dana pelayanan, yang dibandingkan
antara jenis dan bentuk pelayanan yang diberikan dengan dana yang
dipergunakan.
a. Lingkup pelayanan:
Lingkup pelayanan antara 1 (satu) blok rumah susun sewa dengan 2
(dua) blok atau lebih rumah susun sewa tentu berbeda, termasuk dalam
penggunaan sumber daya. Kecenderungan yang ada memperlihatkan
bahwa sumber daya pelayanan yang diberikan untuk 1 (satu) blok
rumah susun sewa acapkali disamakan dengan 2 (dua) atau lebih blok
rumah susun sewa atau pengelola 1 (satu) blok rumah susun sewa
dilakukan dengan menerapkan organisasi yang besar, bahkan
melibatkan pusat, seperti yang ditunjukkan pada pengelolaan rusunawa
TNI atau rusunawa lainnya. Lingkup pelayanan terdiri atas pelayanan
bangunan dan pelayanan luar bangunan (PSU).
Kepala UPTD bertanggung jawab kepada Kepala Dinas, dan kepala UPTD adalah
PNS daerah. Demikian pula halnya dengan asisten bidang merupakan PNS
daerah. Dari sisi eselonering, Kepala UPTD merupakan jabatan eselon IV B.
Ini contoh organisasi pengelola pada rumah susun TNI AD, dimana terdapat
Komandan Komplek Rumah Susun. Organisasi ini bisa efektif manakala cukup
banyak rumah susun sewa yang dikelola. Namun demikian pencantuman
Balakpus (Badan Pelaksana Pusat) dan Kotama (Komando Utama) hingga TNI AD
menjadi pertanyaan, apakah perlu organisasi pengelola pada rumah susun
prajurit TNI AD hingga demikian besar. Padahal sebagaimana diketahui rumah
susun sewa yang diperuntukkan bagi prajurit TNI, dapat dimulai dari Korem
(Komando Resor Militer), Kodam (Komando Daerah Militer) yang ada ditiap
provinsi, hingga pasukan komando seperti Kopassus dan Kostrad yang
dipusatkan di beberapa lokasi. Pada tingkat TNI AD, Kotama dilibatkan asisten
personil dan logistik sebagai Ketua dan Wakil Ketua serta sekretaris yang
melibatkan Paban (perwira perbantuan). Organisasi besar seperti ini bisa tidak
efisien dalam mengelola rumah susun sewa, dan oleh karena itu perlu
dirumuskan bentuk organisasi yang pas, namun cukup ramping dalam
mengelola rumah susun sewa, termasuk penggunaan tenaga outsourching
Rangkuman
Rumah susun sewa yang dibangun melalui APBN atau APBD atau melalui dana
BUMN atau BUMD merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan hunian,
terutama pada kota-kota metropolitan dan kota besar dan sekaligus merupakan
investasi dari negara atau daerah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sementara untuk BUMN atau BUMD merupakan instrumen untuk
memperoleh keuntungan.
Penghunian rumah susun memerlukan upaya yang cukup keras dan tegas, agar
mereka yang dibantu mempeoleh hunian dalam bentuk satuan (unit) rumah
susun benar-benar menghuni rumah susun dengan baik dan tertib, melalui
pemenuhan kewajiban dan melaksanakan larangan yang telah ditetapkan dan
disepakati melalui perjanjian penghunian rumah susun sewa.
Pengelolaan rumah susun sederhana sewa pada sisi lain, perlu memperhatikan
hak-hak penghuni, agar tidak menimbulkan berbagai masalah yang diakhiri
dengan menunggak sewa atau tidak turut serta secara aktif memelihara rumah
susun, yang dapat berakibat rumah susun menjadi kumuh dan mungkin menjadi
tidak aman lagi untuk dihuni. Banyak contoh yang memperlihatkan kegagalan
rumah susun sebagai hunian, misalnya anak kecil yang jatuh dari lantai atas,
akibat tidak ada pengaman pada koridor atau unit hunian, kerusakan pompa air
Indikator keberhasilan
Memahami rumah susun sewa sebagai aset negara atau Barang Milik Negara
(BMN) yang dapat dipindahtangankan atau pengalihan kepemilikan dari
Pemerintah kepada penerima bantuan rumah susun sewa, yang dapat dalam
bentuk penjualan, tukar menukar, hibah dan penyertaan modal Pemerintah.
S
e
p
a
n
j
a
n
g
b
e
l
u
m
d
Gambar 17 Lingkup Pengelolaan BMN i
s
e
r
a
h
k
a
n
,
t
a
n
Penghunian Dan Pengelolaan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) 55
g
g
u
n
Pemindahtanganan BMN
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 111/PM.06/2016 Tentang Tatat
Cara Pelaksanaan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, pemindahtanganan
rumah susun sewa sebagai BMN dapat diartikan sebagai pengalihan
kepemilikan dari Pemerintah (Pusat) kepada penerima bantuan rumah susun
sewa, yang dapat dalam bentuk penjualan, tukar menukar, hibah dan
penyertaan modal Pemerintah.
1. Penjualan:
Penjualan adalah pengalihan kepemilikan BMN kepada pihak lain dengan
menerima penggantian dalam bentuk uang. Umumnya penjualan dilakukan
melalui lelang terbuka oleh badan lelang negara atau BUMN di bawah
Kementerian Keuangan.
2. Tukar menukar:
Tukar Menukar adalah pengalihan kepemilikan BMN yang dilakukan antara
Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, atau antara Pemerintah Pusat
dengan pihak lain, dengan menerima penggantian utama dalam bentuk
barang, paling sedikit dengan nilai seimbang.
3. Hibah:
Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah atau kepada pihak lain tanpa memperoleh penggantian.
4. Penyertaan Modal Pemerintah (PMP):
Penyertaan Modal Pemerintah Pusat adalah pengalihan kepemilikan BMN
yang semula merupakan kekayaan yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan
yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/ saham negara atau
daerah pada badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau
badan hukum lainnya yang dimiliki negara.
Secara prinsip BMN yang tidak diperlukan bagi penyelenggaraan tugas
pemerintahan negara dapat dipindahtangankan, setelah dilakukan penetapan
status penggunaan kecuali dotentukan lain oleh Peraturan Perundangan-
undangan di bidang pengelolaan BMN.
a. untuk BMN yang berada pada Pengelola Barang dengan nilai lebih dari
Rp. 100.000.000.000,00 ( seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola
Barang setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;
b. untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang dengan nilai lebih dari
Rp. 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengguna
Barang setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat;
c. untuk BMN yang berada pada Pengelola Barang dengan nilai lebih dari
Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp.
100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah) dilakukan oleh Pengelola
Barang setelah mendapat persetujuan Presiden;
d. untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang dengan nilai lebih dari
Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) sampai Rp.
100.000.000.000,00 (seratus miliar dengan rupiah) dilakukan oleh
Pengguna Barang setelah mendapat persetujuan Presiden;
Bentuk pemanfaatan lain, selain sewa adalah Kerja Sama Pemanfaatan (KSP),
Bangun Serah Guna (BSG) atau bangun Guna Serah (BGS) atau pinjam pakai.
terhadap ketiga hal yang terakhir, pengelola rumah susun sewa belum pernah
melakukannya, demikian pula dengan sewa rumah susun, belum pernah ada
Peraturan Pemerintah sebagai dasar PNBP.
Untuk mengajukan permohonan status tetap terhadap rumah susun sewa oleh
pengguna barang (Menteri PUPR) kepada Menteri Keuangan, dibutuhkan 20
(duapuluh) persyaratan yang harus dilengkapi, yaitu:
Rangkuman
Pada dasarnya ada 4 (empat) hal yang berkaitan dengan pengelolaan rumah
susun sewa yang dibangun oleh Kementerian PUPR, yaitu:
1. Rumah susun sewa dibangun untuk menunjang tugas dan fungsi
Kementerian PUPR seperti rumah susun sewa yang terdapat di Rempoa,
Ciputat yang dihuni oleh PNS Kementerian PU;
2. Rumah susun sewa yang dibangun oleh Kementerian PUPR di atas tanah
instansi pemerintah pusat lainnya, seperti rumah susun sewa yang
diperuntukan bagi prajurit TNI atau anggota Polri atau Kejaksaan Agung;
3. Rumah susun sewa yang dibangun oleh Kementerian PUPR untuk
perguruan tinggi dan pondok pesantren yang berada di bawah
Kementerian Pendidikan Tinggi/Ristek dan Kementerian Agama;
4. Rumah susun sederhana sewa yang dibangun oleh Kementerian PUPR
yang diperuntukan bagi pekerja atau PNS dan dibangun di atas tanah
pemerintah daerah.
Pengelolaan rumah susun sewa tergantung pada penghuninya, lajang atau
keluarga, dan karakter penghuninya yang berbeda (prajurit, PNS, pekerja,
mahasiswa, santri dan lainnya), sehingga lembaga pengelola (SDM, struktur dan
tata kelola) berbeda sifatnya satu dengan yang lain. Sementara itu besaran
lembaga pengelola tergantung pada berapa banyak masyarakat penghuni yang
Tidak ada aturan baku organisasi pengelola seperti apa, dan tidak mungkin hal
tersebut dilakukan mengingat karakter lokasi dan penghui rumah susun sewa
yang berbeda-beda. Khusus untuk rumah susun pekerja, satu hal yang perlu
menjadi pertimbangan pengelola agar kehidupan dan penghidupan penghuni
rumah susun sewa dapat berkelanjutan adalah diperlukannya upaya untuk
menghasilkan pendapatan tambahan bagi penghuni rumah susun sewa
sebagaimana yang mereka peroleh pada saat belum menghuni rumah susun.
Untuk itu diperlukan fasilitasi dari pemerintah daerah dan kementerian atau
dinas yang membidangi jenis usaha masyarakat, bahkan untuk lebih
meningkatkan penghasilan masyarakat dapat diberikan pelatihan produksi,
pemasaran dan diikut sertakan dalam berbagai event di tingkat kecamatan atau
kabupaten/ kota/ provinsi. Dengan demikian masyarakat penghuni
memperoleh nilai tambah dari unit rumah susun sewa yang disediakan, tidak
sekedar menyediakan hunian (sementara, karena sewa) atau memindahkan
mereka dari permukiman kuhumh yang mereka huni selama ini.
Simpulan
Penghunian dan pengelolaan rumah susun sewa, terutama di perkotaan
menjadi satu keharusan yang perlu dijalankan dengan profesional, karena
rumah susun sewa merupakan satu-satunya pilihan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah yang tingal di perkotaan. Investasi Pemerintah yang
demikian besar perlu disikapi dengan pengelolaan rumah susun sewa yang baik
dan bertanggung jawab, sehingga selain dapat meningkatkan penghunian
(occupancy rate), rumah susun sewa yang dibangun dapat mencapai usia
bangunan seperti yang direncanakan. Penghunian rumah susun sewa perlu
didasarkan pada perjanjian antara pengelola dan calon penghuni dan ada
baiknya sebelum seseorang atau satu keluarga menghuni rumah susun sewa,
diberikan pendampingan cara hidup di rumah susun sewa, misalnya dalam hal
kebersihan, tertib menghuni (tidak mengganggu tetangga/ penghuni yang lain)
dan perawatan unit hunian (misalnya dari kebocoran) agar tidak mengganggu
penghuni rumah susun lainnya atau bangunan rumah susun secara keseluruhan.
Peserta diklat harus memahami bagaimana mengelola aset dengan tertib, baik
dari sisi administrasi maupun dari sisi teknis. Semua dokumen yang diperlukan
untuk hibah atau untuk alih status penggunaan (dari kementerian PUPR kepada
Kementerian/Lembaga lain di tingkat pusat) atau untuk diserahkan sebagai PMP
kepada dipelihara dan disimpan dengan baik, sejak PHO (Provisonal Hand Over)
dan FHO (Final Hand Over) hingga diterima oleh pengguna atau pemilik yang
baru, jika dilakukan hibah.
Tindak Lanjut
Peserta Diklat diharapkan mampu memahami jenis-jenis penghuni rumah susun
sewa, perjanjian penghunian, pengelolaan rumah susun sewa, organisasi
pengelola rumah susun sewa, pengelolaan aset dan memahami persyaratan dan
mekanisme serah terima aset atau alih status penggunaan. sehingga memiliki
bekal yang cukup dan dapat memberikan penjelasan yang baik dan benar
kepada pihak-pihak yang memerlukan.