Dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 tentang Cipta Kerja (“UU Ciptaker”),
Pemerintah memperkenalkan prosedur perizinan pembangunan gedung yang baru melalui PP 16/2021.
Tentunya peraturan ini menjadi payung hukum atas prosedur penerbitan PBG.
Apabila dibandingkan dengan permohonan penerbitan IMB, prosedur permohonan sampai penerbitan
PBG diasumsikan lebih ringkas dan sederhana. Selama ini salah satu permasalahan utama yang menjadi
perhatian adalah banyaknya perizinan untuk mendirikan bangunan yang kerap menumpuk di Pemerintah
Daerah. Melalui sistem ini diharapkan akan menciptakan prosedur perizinan yang tidak berbelit dan
menjadi motivasi baru bagi para pelaku usaha untuk melaksanakan investasi di tanah air.
Dalam rangka memperkenalkan PBG dan bagaimana pengimplementasiannya, kami membuat beberapa
poin penting yang perlu diketahui para pelaku usaha mengenai PP 16/2021, khususnya mengenai
prosedur perizinan pembangunan gedung.
Dalam proses pendaftaran, Pemohon harus mengajukan dokumen rencana teknis. Dokumen rencana
teknis meliputi dokumen rencana arsitektur, dokumen rencana struktur, dokumen rencana utilitas dan
dokumen spesifikasi teknis bangunan gedung. Dokumen rencana teknis tersebut kemudian diperiksa dan
disetujui, pemilik akan mendapatkan rekomendasi penerbitan pemenuhan standar teknis. Setelah
mendapatkan rekomendasi, Dinas Teknis akan menerbitkan Surat Pernyataan Pemenuhan Standar
Teknis. Surat Pernyataan Pemenuhan Standar Teknis ini akan menjadi dasar untuk diterbitkannya PBG.
Selanjutnya, penerbitan PBG akan dilakukan setelah Pemohon telah melakukan pembayaran retribusi
daerah yang telah ditetapkan. Penerbitan PBG ini dilakukan melalui Sistem Informasi Manajemen
Bangunan Gedung (SIMBG).
Ketentuan Sanksi
Pemilik yang tidak memenuhi kesesuaian penetapan fungsi dalam PBG dapat dikenakan sanksi
administratif mulai dari peringatan tertulis sampai pencabutan izin dan/atau pembongkaran bangunan
gedung.
Ketentuan Peralihan
Ketentuan ini mulai berlaku sejak tanggal 2 Februari 2021.
Bagi bangunan gedung yang telah memperoleh perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah
sebelum berlakunya PP 16/2021, izin tersebut masih tetap berlaku.
Bagi bangunan gedung yang telah memperoleh izin mendirikan bangunan dari Pemerintah Daerah
sebeleum PP 16/2021 ini berlaku, izinnya masih tetap berlaku sampai dengan izin berakhir.
Bangunan gedung yang telah berdiri dan belum memilik PBG, untuk memperoleh PBG harus mengurus
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) berdasarkan ketentuan PP 16/2021,
SURABAYA – Kanwil Kumham Jatim kembali menerima konsultasi dan koordinasi terkait
pembentukan peraturan daerah (perda). Hari ini (20/4) rombongan dari DPRD dan Pemkab
Pamekasan berkunjung untuk membahas beberapa perda. Tim Perancang Peraturan Perundang-
undangan menitikberatkan kesesuaian perda dengan UU Cipta Kerja.
Rapat yang digelar di Ruang Rapat Law and Human Rights Centre itu dipimpin Kabid Hukum Hari
Nasiroedin. Dia diampingi tim perancang per-UU dengan zonasi Pamekasan. Kegiatan tersebut
dihadiri oleh anggota Pansus DPRD Pamekasan dan OPD Pemrakasa.
Salah satu yang dibahas dalam forum tersebut adalah Perda Nomor 19 Tahun 2019 tentang
perubahan atas Perda Nomor 13 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan bangunan gedung. Salah
satu anggota perancang per-UU Anang Wahyu Widodo menjelaskan bahwa secara kewenangan,
pemerintah daerah bisa membentuk suatu produk hukum daerah. Namun, dengan adanya Undang-
undang Cipta Kerja, maka setiap produk hukum daerah harus disesuaikan PP No.16 tahun 2021
dalam mengatur pelakasanaan Undang-undang tentang bangunan gedung. “Di dalam peraturan
daerah perubahan perlu adanya penyesuaian dengan PP bangunan gedung, sehingga perda yang
ada ini perlu dicabut dan disesuaikan dengan PP No.16 tahun 2021,” ujarnya.
Selain itu, forum juga membahas beberapa perda yang perlu penyesuaian dengan peraturan yang
terbaru. Diantaranya Perda Kabupaten Pamekasan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Izin Usaha Jasa
Konstruksi dan Tanda Daftar Usaha Perseorangan. Yang memerlukan adanya suatu kewenangan
yang akan diatur adalah penemuan komitmen pada pembinaan dan pengawasan.
Setelah itu ada juga Perda Nomor 2 tahun 2017 tentang badan usaha milik desa. Perancang Per-UU
Ahli Muda Chaerulli menyatakan bahwa pendaftaran badan usaha milik desa posisinya terletak di
Kemenkumham. Namun, pada PP Nomor 11 Tahun 2021 ada syarat tambahan yaitu perlu adanya
musyawarah desa di dalam pemenuhan membuat rencana kerja. “Peraturan daerah ini perlu
dicabut dan disusun kembali dengan mengacu PP Nomor 11 Tahun 2021,” urainya. (Humas
Kumham Jatim)
Pada 2 November 2020, Presiden Joko Widodo memberlakukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (“UU Cipta Kerja”) yang berlaku pada hari yang sama. Beberapa peraturan pelaksana UU
Cipta Kerja diterbitkan oleh Pemerintah, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (“PP No. 16/2021”),
yang telah menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU
Bangunan Gedung. PP 16/2021 mengatur berbagai ketentuan antara lain, persetujuan bangunan gedung.
Artikel ini akan focus kepada persetujuan bangunan gedung saja.
Sejak UU Cipta Kerja berlaku Izin Mendirikan Bangunan (“IMB”) diganti dengan Persetujuan Bangunan
Gedung (“PBG”). Berdasarkan Pasal 1 angka 17 PP No. 16/2021, PBG adalah perizinan yang diberikan
kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun bangunan baru, mengubah, memperluas, mengurangi,
dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan standar teknis bangunan gedung.
PBG merupakan persyaratan “baru” yang perlu diperoleh oleh pemilik gedung sebelum memulai kontruksi
atau mengubah bagunan gedung. Tetapi, IMB yang diterbitkan sebelum berlakunya PP No. 16/2021 tetap
berlaku sampai dengan berakhir. Dilihat dari definisi, tidak ada perbedaan subtansial antara PBG dan IMB.
Akan tetapi, terdapat penggunaan kata-kata yang berbeda terkait dengan acuan yang digunakan dalam
pemberian izin. Untuk IMB, izin diberikan apabila telah sesuai dengan persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang berlaku. Sedangkan, PBG diberikan apabila sudah sesuai dengan standar teknis
bangunan gedung.
Standar Teknis Bangunan Gedung
UU Cipta Kerja mengatur bahwa PBG hanya dapat diterbikan apabila telah terpenuhinya standar teknis
bangunan yang ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah terkait. Ketentuan-ketentuan
tersebut perihal persyaratan standar teknis bangunan gedung meliputi:
standar perencanaan dan perancangan bangunan gedung;
standar pelaksanaan dan pengawasan konstruksi bangunan gedung;
standar pemanfaatan bangunan gedung;
standar pembongkaran bangunan gedung;
ketentuan penyelenggara bangunan gedung cagar Budaya (BGCB);
ketentuan penyelenggara bangunan gedung fungsi khusus (BGFK);
ketentuan penyelenggara bangunan gedung hijau (BGH);
ketentuan penyelenggara bangunan gedung negara (BGN);
ketentuan dokumen; dan
ketentuan pelaku penyelenggara bangunan gedung.
Pemilik Bangunan Gedung atau kuasanya (“Pemohon”), mendaftar melalui Sistem Informasi
Manajemen Bangunan Gedung (“SIMBG”) untuk dapat melakukan proses konsultasi
perencanaan. Dokumen yang perlu disertakan untuk pendaftaran tersebut adalah:
a. Data pemohon;
b. Data bangunan gedung; dan
c. Dokumen rencana teknis.
2. Konsultasi Perencanaan