KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Hukum Perizinan, dengan judul: “Persetujuan Bangunan Gedung
(PBG)”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan, dunia
Pendidikan.
Penulis
KELOMPOK 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara administratif, setiap orang dapat mendirikan bangunan dengan
berbagai konsekuensi persyaratan dan perizinan dalam rangka eksistensi
legalitas dari bangunan yang didirikan tersebut. Sebelum adanya perubahan
kebijakan tentang bangunan gedung dikenal dengan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) yang diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung serta Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung. Namun setelah terbitnya Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, beberapa peraturan perundang-undangan
mengalami perubahan, termasuk Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang Bangunan Gedung. Sehingga membawa konsekuensi perubahan
nomenklatur perizinan bangunan yang semula Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) berubah menjadi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Kemudian
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
dinyatakan tidak berlaku dan diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2021 tentang Peraturan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Dalam upaya peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha maka
dilakukalah penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha, meliputi
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF).
Sebagai salah satu bentuk penyederhanaan tersebut adalah kemudahan
pelayanan yang dibangun oleh pemerintah dengan aplikasi berbasis web, yaitu
Sistem Informasi Bangunan Gedung (SIMBG). Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa
penyelenggaraan bangunan gedung di daerah merupakan bagian dari
penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang yang merupakan kewenangan pemerintah Kabupaten/Kota. Namun
bagaimana pemerintah daerah mengimplementasikan kebijakan baru ini yang
tentu saja akan berimplikasi pada perubahan peraturan daerah yang ada,
termasuk retribusi IMB menjadi retribusi PBG. Karena untuk menindaklanjuti
kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah terkendala oleh proses politik
dan masalah waktu dalam proses legislasi. Kemudian masalah kesiapan
infrastruktur jaringan teknologi informasi dalam rangka digitalisasi perizinan
yang belum merata di daerah-daerah.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).
2. Untuk mengetahui alasan perubahan Izin Mendirikan Gedung (IMB)
diubah menjadi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).
3. Untuk mengetahui bagaimana proses penerbitan dan pendaftaran
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).
4. Untuk mengetahui dampak dar diberlakukannya Undang-Undang Cipta
Kerja terhadap penetapan retribusi Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)
Menurut Pasal 1 Poin 17 PP 16/2021, Persetujuan Bangunan Gedung yang
selanjutnya disingkat PBG adalah perizinan yang diberikan kepada pemilik
Bangunan Gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas,
mengurangi, dan/atau merawat Bangunan Gedung sesuai dengan standar teknis
Bangunan Gedung. Sehingga pemilik gedung dapat membangun gedung baru,
mengurangi, memperluas, ataupun merawat propertinya sesuai dengan standar
teknis yang ada. Standar teknis tentang bangunan yang dimaksud mencakup
perencanaan bangunan, perancangan, pelaksanaan dan pengawasan konstruksi,
serta pemanfaatan properti. Bukan itu saja, PBG adalah perizinan yang turut
mengatur tentang ketentuan penyelenggaraan BGFK (Bangunan Gedung
Fungsi Khusus), penyelenggaraan BGCB (Bangunan Gedung Cagar Budaya),
BGN (Bangunan Gedung Negara), BGH (Bangunan Gedung Hijau), standar
pembongkaran bangunan gedung, ketentuan pelaku penyelenggaraan
bangunan, dan ketentuan dokumen.
Adapun Dasar Hukum PBG diantaranya, Undang-Undang (UU) No. 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja atau UU Cipta Kerja (UU Ciptaker) Pasal 24
dan Pasal 185 huruf b, Peraturan Pemerintah (PP) No. 16 Tahun 2021 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung. PBG dapat diterbitkan apabila rencana teknis yang
diajukan memenuhi standar teknis sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan, untuk mengetahui apakah rencana teknis tersebut memenuhi standar
teknis atau tidak, diperlukan sebuah proses konsultasi yang melibatkan tenaga
ahli yang memiliki kemampuan dan keahlian terkait bangunan gedung.