Anda di halaman 1dari 10

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT

(SPESIPIKASI TEKNIS)
PEMB. RABAT BETON JL. AMANAGAPPA KEC. TEMPE

A. SPESIPIKASI UMUM

1. KETENTUAN UMUM

a. Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Patent, Lisensi,
serta Hak Cipta yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan
atau disediakan Kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan.

b. Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar yang
diajukan oleh Kontraktor, Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis
kepada Direksi Pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 hari sebelum Direksi
Pekerjaan menetapkan Setuju atau Ditolak.

c. Dalam hal Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa Standar yang diajukan


Kontraktor tidak menjamin secara subtansial sama atau lebih tinggi dari
Standar yang disyaratkan, maka Kontraktor harus tetap memenuhi
kententuan Standar yang disyaratkan dalam Dokumen Kontrak.

d. Spesifikasi ini sedemikian rupa dimaksudkan agar calon penawar dapat


menyusun penawarannya yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan
kebutuhan Pemilik tanpa catatan dan persyaratan lain dalam penawarannya.

e. Barang, bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus


mengutamakan produksi dalam negeri.

f. Standar yang digunakan adalah standar nasional (SNI, SII, SKNI) untuk
barang, bahan dan jasa/pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi ASTM,
BS, dll), yang padanannya secara substantif sama atau lebih tinggi dari
Standar Nasional.

g. Standar satuan ukuran yang digunakan adalah MKS, sedangkan penggunaan


Standar satuan lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat
dielakan.

h. Semua kegiatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian dan


perbaikan harus dilakukan sedemikian rupa dengan mematuhi ketentuan dan
persyaratan kontrak agar tidak menimbulkan gangguann terhadap
kepentingan umum.

1|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


i. Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan Pemilik dari kewajiban
membayar ganti rugi yang berkenaan dengan segala klaim, tuntutan hukum
dalam bentuk apapun yang timbul dari atau sehubungan dengan hal tersebut.

2. HUKUM PERATURAN

Kontraktor harus mengetahui, memahami dan mematuhi hukum dan peraturan


mengenai Lingkungan Hidup, Keselamatan Kerja, Bea Cukai, Ijin Pemasukan Barang,
Import dan Komoditi, penyimpanan merupakan keharusan bagi kontraktor mengikuti
prosedur yang harus ditempuh.
Dengan tidak mengurangi kewajiban kontraktor akan hal tersebut di atas,
Kontraktor harus mematuhi ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:

3. PROGRAM PELAKSANAAN DAN PELAPORAN

a. Laporan Bulan Kemajuan Pekerjaan


Sebelum tanggal sepuluh setiap bulan atau pada waktu yang telah ditetapkan
direksi, Kontraktor harus menyerahkan 3 (tiga) salinan Laporan Kemajuan
Bulanan dalam bentuk yang bisa diterima oleh Direksi, yang mengambarkan
secara detail kemajuan pekerjaan selama bulan yang terdahulu. Laporan
sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut:

 Prosentase total pekerjaan yang telah dilaksanakan berdasarkan


kenyataan yang dicapai pada bulan dan prosentase rencana yang
diprogramkan pada bulan berikutnya.

 Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang telah diselesaikan, serta


dengan prosentase rencana yang diprogramkan, dan diberi keterangan
mengenai kemajuan pekerjaan.

 Jadwal rencana kegiatan mendatang yang telah akan dilaksanakan dalam


waktu dua bulan berturut-turut dengan perkiraan tanggal permulaan dan
penyelesaian.

b. Laporan Harian
Konraktor harus membuat laporan harian atau laporan periodik atas setiap
pekerjaan yang diminta Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi.
Laporan dimaksud harus memuat, tetapi tidak dibatasi, data-data berikut:

c. Rapat bersama untuk membicarakan kemajuan pekerjaan


Rapat tetap antara Direksi dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada
waktu yang telah ditentukan disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari
rapat ini membicarakan pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang

2|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas permasalahan yang timbul
agar dapat segera diselesaikan.

d. Photo Kemajuan Pekerjaan


Kontraktor harus menyerahkan photo berwarna kepada direksi mengenai
kemajuan pekerjaan (dengan ukuran tidak kurang 8 cm x 12 cm) pada lokasi
yang telah ditentukan Direksi selama masa Kontrak.

Photo diambil pada waktu awal dan selesaikan pelaksanaan pekerjaan, serta
pada waktu yang ditentukan oleh Direksi. Photo yang harus diserahkan kepada
Direksi dilampirkan pada laporan kemajuan bulanan dan masing-masing
sebanyak 5 (lima) rangkap. Tanggal dan penjelasan dari tiap photo perlu
dicantumkan. Biaya pembuatan photo tidak akan dibayar terpisah dan
dianggap termasuk dalam harga satuan untuk tiap pekerjaan pada Biaya
Kuantitas Pekerjaan.

4. BAHAN-BAHAN DAN ALAT YANG HARUS DISEDIAKAN KONTRAKTOR

Kontraktor harus menyediakan seluruh alat produksi dan material yang dibutuhkan
untuk pelaksaan pekerjaan kecuali bila disebutkan tersendiri di dalam Kontrak. Jika
tidak ditentukan lain, segala peralatan dan material yang membutuhkan bagian
pekerjaan baru dan harus disesuaikan dengan standar menurut dokumen lelang.
Bahan-bahan yang akaan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus
mengutamakan produksi dalam negeri.

Apabila disebabkan karena sesuatu hal sehingga bahan yang dimaksudkan tidak dapat
diperoleh di dalam negeri, maka Kontraktor dapat melakukan pemesanan dari luar
negeri setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Pekerjaan.
Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi, bilamana bermaksud untuk mensuplai
perlatan dan material yang tidak sesuai dengan standar sebagai berikut di atas dan
harus mendapat persetujuan tertulis dan Direksi.

5. ALAT-ALAT PRODUKSI

Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya


untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada
Kontraktor untuk menyediakan alat produksi tambahan dan peralatan lain bilamana
menurut pertimbangan penting untuk pelaksaan pekerjaan sesuai dengan Kontrak.
Kontraktor harus menyediakan seluruh peralataan serta suku cadang dan harus
menjaga persediaan yang cukup untuk tidak memperlambat pelaksanaan pekerjaan.

6. MATERIAL PENGGANTI

Kontraktor harus berusaha mendapatkan material yang ditentukan, bilamana


material yang ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima,

3|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


Kontraktor dapat menggunakan material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan tertulis dari direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar
Kuantitas dan Harga Pekerjaan tidak diperkenankan untuk dinaikkan akibat
pengganti material.

7. PAGAR SEMENTARA

Apabila diperlukan Kontraktor harus membuat pagar daerah kerja dan semua tanah
yang ditempati untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat
kontrak atas dari kontrak sendiri.

8. YANG HARUS DISERAHKAN PADA PROYEK

Dengan selesainya waktu pemeliharaan atau pada tanggal-tanggal lebih awal dari yang
dikehendaki oleh Direksi, Kontraktor harus mengosongkan dan menyerahkan pada
direksi seperti yang ditentukan dalam pasal ini.

Kontraktor tidak membongkar atau merusak bangunan, peralatan barang-barang


yang berfaedah, kantor-kantor, gudang dan lainnya seperti tercantum dalam
spesifikasi ini.
Semua unit perumahan, kantor, dan fasilitas lain harus dibersihkan dan dalam
keadaaan baik kecuali untuk yang dibongkar bila diserahkan kepada Pemberi
Pekerjaan.

9. PAPAN NAMA PROYEK

a. Kontraktor wajib membut Papan Nama Proyek yang ditempatkan di lokasi-


lokasi tertentu menurut pertunjuk Direksi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh
) hari setelah tertibnya Surat keputusan Pemenang Pelelangan.

4|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


b. Papan Nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :
 Ukuran papan (150 x 100) cm2 harus dibuat dari papan kayu kelas II dan
dilapisi dengan BWG 28 atau yang sejenis.
 Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari kayu kelas II ukuran (5x7)
cm2
 Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah terletak
setinggi 2 cm dari tanah tiang penyangga dan penyokong ditanam, di dalam
lubang yang kemudian dicor dengan beton tumbuk campuran 1 : 3 : 5
(dalam volume) sedalam 40 cm di dalam tanah 10 cm di atas tanah.
 Pengecetan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali,
cat dasar sekali dan penutup sekali. Dipapan nama ditulis sebagai berikut
atau sesuai dengan petunjuk Direksi :

DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KAB. WAJO

Ø Nama Proyek
Ø Nama Pekerjaan
Ø Tanggal permulaan dan terakhir pelaksanaan pekerjaan
Ø Besar Nilai Kontrak
Ø Nama (Badan) Sumber Dana
Ø Nama Kontrak

Kontraktor wajib memelihara dan merawat papa nama dan menjaga agar tetap dalam
keadaan baik sampai dengan penyerahan pekerjaan yang terakhir kalinya kepada
Direksi Pekerjaan.

B. SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS

Daftar pasal-pasal
Daftar Pasal – Pasal dari Spesifikasi Teknis ini adalah sebagai berikut :

I. SPESIFIKASI UMUM
1. Lingkungan Pekerjaan
2. Peraturan Teknis Bangunan yang digunakan
3. Pekerjaan Persiapan

II. SPESIFIKASI TEKNIS


1. Pekerjaan Beton
2. Pekerajaan Lain-lain

5|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


III. ATURAN TAMBAHAN

I. SPESIFIKASI UMUM

1. LINGKUNGAN PEKERJAAN

Rincian pekerjaan yang dilaksanakan pada Pembangunan Rabat Beton Jl.


Amanagappa Kec. Tempe. Gambar rencana, BQ dan RKS yang menjadi bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini.

2. PERATURAN – PERATURAN TEKNIS YANG MENGIKAT

Kecuali ditentukan dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan


tersebut dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :
 Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( P B I ) Tahun 1991, NI.2
 Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton, SNI 03 – 3976 – 1995.
 Peraturan Muatan Indonesia Tahun 1972, NI 8.
 Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
 Peraturan Semen Porland Indonesia, NI. 8 Tahun 19972.
 Peraturan dan Ketentuan Tentang Permasalahan Bangunan yang Dikeluarkan
Pemerintah Daerah Setempat.

Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana
ketentuan dan syarat dalam peraturan diatas, maka kontraktor wajib mengikuti
ketentuan peraturan-peraturan yang disebutkan diatas.

3. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Lingkup Pekerjaan
 Meliputi Pekerjaan :
 Pembersihan lokasi sekeliling Bangunan
 Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan
 Pembuatan papan nama proyek
 Pengadaan alat-alat yang dibutuhkan

b. Persyaratan Bahan
 Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampungan, air harus
memenuhi kualitas yang ditentukan dalam PBI 1971.
 Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu meranti dan triplek
dicat putih.
 Untuk alat-alat kerja berupa Kab.k adukan, Kab.k takaran, gerobak dorong
dan lain-lain digunakan bahan kayu setempat.

6|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


c. Pedoman Pelaksanaan

1. Pembersihan lokasi sekeliling bangunan, hasil pembersihan tersebut


dibuang keluar lokasi pekerjaan/dikumpul disuatu tempat lalu dibakar.
2. Pembongkaran pekerjaan sesuai dengan bestek, hasil pembongkaran diatas
dibuang keluar lokasi pekerjaan/ditumpukan pada suatu tempat.
3. Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan pengadaan air untuk
pelaksanaan pekerjaan diambil dari sumber air terdekat, kemudian
ditampung dalam drum-drum yang telah disediakan. Kebutuhan air ini harus
disediakan dalam jumlah yang cukup selama pelaksanaan pekerjaan, air
harus memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 1971 NI.2.

II. SPESIFIKASI TEKNIS

2. PEKERJAAN BETON
a. Lingkungan Pekerjaan
 Beton dengan perbandingan 1 Pc : 2 Pc : 3 Kr harus dibuat untuk bahu
jalan atau tempat parkir.
 Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton sesuai dengan gambar
rencana.

b. Persyaratan Bahan
 Semen
Digunakan Portland Cement jenis I menurut NI. 8 tahun 1972 dan
memuhi S – 400 menurut standar Cement Portland yang digariskan oleh
Asosiasi Semen Indonesia (NI. 8 tahun 1972). Semen yang telah
mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak tidak
diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran. Penyimpanan
harus sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar
semen tidak cepat mengeras. Tempat penyimpanan semen harus
ditinggikan 30 cm dan ditumpukan paling tinggi 2 m. setiap semen baru
yang masuk dipisahkan dari semen yang telah ada agar pemakaian semen
dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

 Pasir Beton
1. Pasir untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu. Sesuai dengan syarat-syarat
pengawasan mutu pasir untuk berbagai-bagai mutu beton menurut
pasal 4.2. ayat (1) PBI 1971, maka pasir harus memenuhi satu,
beberapa atau semua ayat berikut ini.
2. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir
pasir harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.

7|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui 5%, maka pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak
yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder
(dengan larutan NaOH). Pasir yang tidak memenuhi percobaan warna
ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan pasir tersebut
pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan
pasir yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian
dicuci hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
5. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam
pasal 3.5 ayat (1) PBI 1971, harus memenuhi syarat-syarat berikut :
 sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat;
 sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat;
 sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95%
berat.
6. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai pasir untuk semua mutu beton,
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-
bahan yang diakui.

 Kerikil
1. Kerikil/batu pecah untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa batu pecah yang
diperoleh dari pemecahan batu. Pada umumnya yang dimaksudkan
dengan koral adalah koral dengan besar butir lebih dari 5 mm. Sesuai
dengan pengawasan mutu koral untuk berbagai mutu beton menurut
pasal 4.2 ayat (1) PBI 1971, maka kerikil/batu pecah harus memenuhi
satu, beberapa atau semua atas ayat berikut ini.
2. Kerikil/batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan
tidak berpori. kerikil/batu pecah yang mengandung butir-butir pipih
hanya dapat dipakai, apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% dari berat kerikil/batu pecah seluruhnya. Butir-butir
koral harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
3. Kerikil/batu pecah tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering), Yang diartikan dengan lumpur
adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila
kadar lumpur melampaui 1%, maka koral harus dicuci.
4. Kerikil/batu pecah tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.
5. Kekerasan dari butir-butir koral diperiksa dengan bejana penguji
dari Rudeloff dengan beban penguji 20t, dengan mana harus dipenuhi
syarat-syarat berikut :

8|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


 tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 – 19 mm lebih dari
24% berat;
 tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari
22%. Atau dengan mesin Pengaus Los Angelos, dengan mana tidak
boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50%.
6. Kerikil/batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang beraneka
ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang
ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1) PBI 1971, harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :
 sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat;
 sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98%
berat;
 selisih antara sisa-sisa kumulatif di atas dua ayakan yang
berurutan adalah maksimum 69% dan minimum 10% berat.
7. Besar butir kerikil/batu pecah maksimum tidak boleh lebih dari pada
seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan,
sepertiga dari tebal pelat atau tiga perempat dari jarak bersih
minimum di antara batang-batang atau berkas-berkas tulangan.
Penyimpangan dari pembatasan ini diijinkan, apabila menurut penilaian
Pengawas Ahli cara-cara pengecoran beton adalah sedemikian rupa
hingga menjamin tidak terjadinya sarang-sarang kerikil/batu pecah.
Penyimpanan / penimbunan pasir dan koral beton harus dipisahkan
satu dengan yang lain, hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut
tidak tercampur untuk mendapatkan perbandingan adukan beton yang
tepat. Penimbunan pasir dan koral harus diberikan alas berupa terpal
atau sejenis sehingga timbunan terbebas dari naikan tanah dan
dibagiaan sisinya diberikan penahan sehingga timbunan tidak turun
dan berserakan.

 Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam
alkali, garam bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum.

 Cetakan dan Acuan


Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik
sehingga hasil akhir kontruksi mempuyai bentuk, ukuran dan batasan-
batasan yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana dan
uraian pekerjaan. Pembuatan cetakan dan acuan harus memenuhi
kentuan-ketentuan didalam pasal 5.1. PBI 1991.

 Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan dalam perbandingan K-225

9|Rencana Kerja dan Syarat -syarat


c. Pedoman Pelaksanaan
 Kecuali ditentukan lain dala Rencana Kerja Kera Syarat-syarat ini, maka
sebagai pedoman tetap dipakai PBI 1971.
 Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada direksi apabila ada
perbedaan yang didapat dalam gambar konstruksi dan gambar
arsitektur.
 Adukan beton
Pengadukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus
dilakukan dengan cara yang disetujui oleh direksi yaitu :
 Tidak berakibatkan pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
 Tidak terjadi perbedaan waktu pengikat yang menyolok antar beton
yang sudah dicor dan yang akan dicor dan nilai slump untuk berbagai
pekerjaan beton harus memenuhi table 4.4.1 PBI 1971.
 Pengecoran
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas pertujuan tertulis
direksi. Selama pengecoran berlanggsung pekerjaan dilarang berdiri
dari jalan-jalan diatas penulang. Untuk dapat sampai ketempat-tempat
yang sulit dicapai harus digunakan papan-papan berkaki yang tidak
membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat dicabut
pada saat dicor. Apabila pengecoran beton harus dihentikan, maka
tempat penghentiannya harus disetujui oleh direksi. Untuk melanjutkan
bagian permukaan yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar
kemudian diberi additive yang memperlambat proses pengerasan.
Kecuali pada pengecoran kolo adukan tidak boleh dicurahkan dari
ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.
 Perawatan Beton
Beton yang sudah dicor harus dijaga agar tidak kehilangan kelembaban
untuk paling sedikit 14 (empat belas) hari. Untuk keperluan tersebut
ditetapkan cara sebagai berikut :

 Dipergunakan karung-karung goni yang senantiasa basah sebagai


penutup beton.
 Hasil pekerjaan beton yang tidak baik seperti sarang kerikil,
permukaan tidak mengikuti bentuk yang diinginkan, munculnya
pembesian pada permukaan beton dan lain-lain yang tidak memenuhi
syarat harus dibongkar kembali sebagian atau seluruhnya menurut
perintah direksi. Untuk selanjutnya diganti atau diperbaiki segera
atas resiko pemborong.
Sengkang, Oktober 2016

Pejabat Pembuat Komitmen Konsultan Perencana,


PPK CV. C97 CONSULTANT

ANDI AMRAN BATARA, ST, MT SURIADI, ST


NIP. 19741005 200312 1 015 Direktur

10 | R e n c a n a K e r j a d a n S y a r a t - s y a r a t

Anda mungkin juga menyukai