Anda di halaman 1dari 14

SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT


(SPESIFIKASI TEKNIS)

A. SPESIFIKASI UMUM

I. KETENTUAN UMUM

a. Kontraktor harus melindungi Pemilik dari tuntutan atas Hak Patent, Lisensi, serta Hak Cipta
yang melekat pada barang, bahan dan jasa yang digunakan atau disediakan Kontraktor untuk
melaksanakan pekerjaan.

b. Apabila ada perbedaan antara Standar yang disyaratkan dengan Standar yang diajukan oleh
Kontraktor, Kontraktor harus menjelaskan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, sekurang-
kurangnya 28 hari sebelum Direksi Pekerjaan menetapkan Setuju atau Ditolak.

c. Dalam hal Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa Standar yang diajukan Kontraktor tidak
menjamin secara subtansial sama atau lebih tinggi dari Standar yang disyaratkan, maka
Kontraktor harus tetap memenuhi kententuan Standar yang disyaratkan dalam Dokumen
Kontrak.

d. Spesifikasi ini sedemikian rupa dimaksudkan agar calon penawar dapat menyusun
penawarannya yang realistis dan kompetitif, sesuai dengan kebutuhan Pemilik tanpa catatan
dan persyaratan lain dalam penawarannya.

e. Barang, bahan yang akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan harus mengutamakan
produksi dalam negeri.

f. Standar yang digunakan adalah standar nasional (SNI, SII, SKNI) unrtuk barang, bahan dan
jasa/pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi ASTM, BS, dll), yang padanannya secara
substantif sama atau lebih tinggi dari Standar Nasional.

g. Standar satuan ukuran yang dugunakan adalah MKS, sedangkan penggunaan Standar satuan
lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakan.

h. Semua kegiatan yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan, penyelesaian dan perbaikan harus
dilakukan sedemikian rupa dengan mematuhi ketentuan dan persyaratan kontrak agar tidak
menimbulkan gangguan terhadap kepentingan umum.

i. Kontraktor harus mengamankan dan membebaskan Pemilik dari kewajiban membayar ganti
rugi yang berkenaan dengan segala klaim, tuntutan hukum dalam bentuk apapun yang timbul
dari atau sehubungan dengan hal tersebut.

j. Semua bahan atau material yang akan digunakan dalam pelaksanaan konstruksi harus
mendapat persetujuan dari konsultan pengawas.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

2. HUKUM PERATURAN

Kontraktor harus mengetahui, memahami dan mematuhi hukum dan peraturan mengenai
Lingkungan Hihup, Keselamatan Kerja, Bea Cukai, Ijin Pemasukan Barang, Import dan Komoditi,
penyimpanan merupakan keharusan bagi kontraktor mengikuti prosedur yang harus ditempuh.
Dengan tidak mengurangi kewajiban kontraktor akan hal tersebut di atas, Kontraktor harus
mematuhi ketentuan perundang-undangan sebagai berikut:

a. Dalam pelaksaaan harus mengikuti serta Perusahaan Golongan Ekonomi Lemah


setempat/Koperasi sesuai surat Menteri Koordinato Bidang Ekonomi Keuangan dan
Pengawasan Pembagunan No. S.91/M.EKKU/1997 tanggal 23 Juli 1997 tentang : Peningkatan
Peran Serta dan Pemberdayaan Pengusaha Kecil dan Koperasi dalam pengadaan barang/jasa
Instansi Pemerintah.

b. Untuk melindungi tenaga kerja. Kontraktor wajib melaksanakan program JAMSOSTEK sesuai
dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No.
30/KPTS/1998 tanggal 27 Januari 1989 Jo. Surat Kakanwil No. KEP-07/Men/1989. Departemen
Pekerjaan Umum Propinsi Daerah Istimewa Aceh Nomor : PR.06.07-W.01/BJ.3/660 tanggal 10
Agustus 1998.

3. PROGRAM PELAKSANAAN DAN PELAPORAN

a. Laporan Bulan Kemajuan Pekerjaan


Sebelum tanggal sepuluh setiap bulan atau pada waktu yang telah ditetapkan direksi,
Kontraktor harus menyerahkan 5 (lima) salinan Laporan Kemajuan Bulanan dalam bentuk
yang bisa diterima oleh Direksi, yang mengambarkan secara detail kemajuan pekerjaan
selama bulan yang terdahulu. Laporan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai
berikut:

- Prosentase total pekerjaan yang telah dilaksanakan berdasarkan kenyataan yang


dicapai pada bulan dan prosentase rencana yang diprogramkan pada bulan
berikutnya.

- Prosentase dari tiap pekerjaan pokok yang telah diselesaikan, serta dengan
prosentase rencana yang diprogramkan, dan diberi keterangan mengenai kemajuan
pekerjaan.

- Jadwal rencana kegiatan mendatang yang telah akan dilaksanakan dalam waktu dua
bulan berturut-turut dengan perkiraan tanggal permulaan dan penyelesaian.

b. Laporan Harian
Konraktor harus membuat laporan harian atau laporan periodik atas setiap pekerjaan yang
diminta Direksi dan dalam bentuk yang disetujui oleh Direksi. Laporan dimaksud harus
memuat, tetapi tidak dibatasi, data-data berikut:

c. Rapat bersama untuk membicarakan kemajuan pekerjaan


Rapat tetap antara Direksi dan Kontraktor diadakan seminggu sekali pada waktu yang telah
ditentukan disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari rapat ini membicarakan pekerjaan
yang sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya dan membahas
permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

d. Photo Kemajuan Pekerjaan


Kontraktor harus menyerahkan photo berwarna kepada direksi mengenai kemajuan
pekerjaan (dengan ukuran tidak kurang 8 cm x 12 cm) pada lokasi yang telah ditentukan
Direksi selama masa Kontrak.

Photo diambil pada waktu awal dan selesaikan pelaksanaan pekerjaan, serta pada waktu yang
ditentukan oleh Direksi. Photo yang harus diserahkan kepada Direksi dilampirkan pada
laporan kemajuan bulanan dan masing-masing sebanyak 5 (lima) rangkap. Tanggal dan
penjelasan dari tiap photo perlu dicantumkan. Biaya pembuatan photo tidak akan dibayar
terpisah dan dianggap termasuk dalam harga satuan untuk tiap pekerjaan pada Biaya
Kuantitas Pekerjaan.

4. BAHAN-BAHAN DAN ALAT YANG HARUS DISEDIAKAN KONTRAKTOR

Kontraktor harus menyediakan seluruh alat produksi dan material yang dibutuhkan untuk
pelaksaan pekerjaan kecuali bila disebutkan tersendiri di dalam Kontrak. Jika tidak ditentukan lain,
segala peralatan dan material yang membutuhkan bagian pekerjaan baru dan harus disesuaikan
dengan standar menurut dokumen lelang. Bahan-bahan yang akaan digunakan untuk pelaksanaan
pekerjaan harus mengutamakan produksi dalam negeri.

Apabila disebabkan karena sesuatu hal sehingga bahan yang dimaksudkan tidak dapat diperoleh di
dalam negeri, maka Kontraktor dapat melakukan pemesanan dari luar negeri setelah mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Pemberi Pekerjaan. Kontraktor harus melaporkan kepada Direksi,
bilamana bermaksud untuk mensuplai perlatan dan material yang tidak sesuai dengan standar
sebagai berikut di atas dan harus mendapat persetujuan tertulis dan Direksi.

5. ALAT-ALAT PRODUKSI

Kontraktor harus menyediakan segala alat produksi yang diperlukan secukupnya untuk pelaksanaan
dan penyelesaian pekerjaan. Direksi boleh meminta kepada Kontraktor untuk menyediakan alat
produksi tambahan dan peralatan lain bilamana menurut pertimbangan penting untuk pelaksaan
pekerjaan sesuai dengan Kontrak. Kontraktor harus menyediakan seluruh peralataan serta suku
cadang dan harus menjaga persediaan yang cukup untuk tidak memperlambat pelaksanaan
pekerjaan.

6. MATERIAL PENGGANTI

Kontraktor harus berusaha mendapatkan material yang ditentukan, bilamana material yang
ditentukan tidak mungkin diperoleh dengan alasan yang dapat diterima, Kontraktor dapat
menggunakan material pengganti, tetapi harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis
dari direksi. Harga satuan penawaran pada Daftar Kuantitas dan Harga Pekerjaan tidak
diperkenankan untuk dinaikkan akibat pengganti material. Semua material yang masuk kelokasi
pekerjaaan harus diperiksa dan disetujui oleh direksi atau konsultan pengawas.

7. PAGAR SEMENTARA
Apabila diperlukan Kontraktor harus membuat pagar daerah kerja dan semua tanah yang ditempati
untuk melaksanakan kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat kontrak atas dari kontrak sendiri.
Apabila pagar sementara perlu didirikan sepanjang jalan umum, jalan kereta api, harus merupakan
tipe yang diminta dan disetujui oleh Pemerintah Setempat.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

8. YANG HARUS DISERAHKAN PADA PROYEK

Dengan selesainya waktu pemeliharaan atau pada tanggal-tanggal lebih awal dari yang dikehendaki
oleh Direksi, Kontraktor harus mengosongkan dan menyerahkan pada direksi seperti yang
ditentukan dalam pasal ini.

Kontraktor tidak membongkar atau merusak bangunan, peralatan barang-barang yang berfaedah,
kantor-kantor, gudang dan lainnya seperti tercantum dalam spesifikasi ini.
Semua unit perumahan, kantor, dan fasilitas lain harus dibersihkan dan dalam keadaaan baik
kecuali untuk yang dibongkar bila diserahkan kepada Pemberi Pekerjaan.

9. PAPAN NAMA PROYEK

a. Kontraktor wajib membut Papan Nama Proyek yang ditempatkan di lokasi- lokasi tertentu
menurut pertunjuk Direksi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh ) hari setelah tertibnya Surat
keputusan Pemenang Pelelangan.

b. Papan Nama tersebut harus dibuat dengan ketentuan sebagai berikut :


- Ukuran papan (150 x 100) cm2 harus dibuat dari papan kayu kelas II dan dilapisi
dengan BWG 28 atau yang sejenis.
- Tiang penyangga dan penyokong dibuat dari kayu kelas I ukuran (5x7) cm2
- Pemasangan papan nama sedemikian rupa sehingga tepi bawah terletak setinggi 2 cm
dari tanah tiang penyangga dan penyokong ditanam, di dalam lubang yang kemudian
dicor dengan beton tumbuk campuran 1 : 3 : 5 (dalam volume) sedalam 40 cm di
dalam tanah 10 cm di atas tanah.
- Pengecetan papan nama tersebut harus dilakukan dengan cat meni sekali, cat dasar
sekali dan penutup sekali. Dipapan nama ditulis sebagai berikut atau sesuai dengan
petunjuk Direksi :

JUDUL KEGIATAN PROYEK

 Nama Proyek
 Nama Pekerjaan
 Tanggal permulaan dan terakhir pelaksanaan pekerjaan
 Besar Nilai Kontrak
 Nama (Badan) Sumber Dana
 Nama Kontraktor

Kontraktor wajib memelihara dan merawat papa nama dan menjaga agar tetap dalam keadaan baik
sampai dengan penyerahan pekerjaan yang terakhir kalinya kepada Direksi Pekerjaan.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

B. SYARAT-SYARAT SPESIFIKASI TEKNIS

Daftar pasal-pasal
Daftar Pasal – Pasal dari Spesifikasi Teknis ini adalah sebagai berikut :

I. SPESIFIKASI UMUM
1. Lingkungan Pekerjaan
2. Peraturan Teknis Bangunan yang digunakan
3. Pekerjaan Persiapan

II. SPESIFIKASI TEKNIS


4. Pekerjaan Tanah / Urugan
5. Pekerjaan Batu Kali
6. Pekerjaan Beton Bertulang
7. Pekerjaan Pompa Air
8. Pekerjaan Lain-lain

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

I. SPESIFIKASI UMUM

1. LINGKUNGAN PEKERJAAN

Rincian pekerjaan yang dilaksanakan didasarkan pada Gambar rencana, BQ dan RKS yang menjadi bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari rencana kerja dan syarat-syarat ini.

2. PERATURAN – PERATURAN TEKNIS YANG MENINGKAT

Kecuali ditentukan dalam RKS ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan tersebut dibawah ini
termasuk segala perubahan dan tambahannya :
- Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa
pemerintah.
- Peraturan-peraturan umum mengenai pelaksanaan pembangunan di Indonesia atau -
Algemene Voor de Uitoening biji Aanneming Van Openbare Werken.
- Surat Ederan berasama Bappenas dan Dirjen Anggaran
No. 35/D.VI/1997 tanggal 20 januari 1997.
SE-39/A/1997
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Negara.
- Peraturan Beton Bertulang Indonesia ( P B I ) Tahun 1991, NI.2
- Tata Cara Pengadukan dan Pengecoran Beton, SNI 03 – 3976 – 1995.
- Peraturan Muatan Indonesia Tahun 1972, NI 8.
- Ubin keramik. Mutu dan Cara Uji, SNI 03 – 0225 – 1987.
- Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI), NI.5.
- Mutu kayu bangunan, SNI 03 – 3527 – 1994.
- Peraturan Umum Instalasi Listrik Indosesia (PUIL), SNI 04 – 0225 – 1987.
- Peraturan Umum Keselamatan Kerja dari Departemen Tenaga Kerja.
- Peraturan Semen Porland Indonesia, NI. 8 Tahun 19972.
- Peraturan Bata Merah Sebagai Bahan Bangunan, NI 10 Tahun 1972.
- Peraturan Plumbing Indonesia.
- Peraturan cara Pengecetan Kayu Untuk Gedung dan Rumah, SNI 03 – 2410 – 1991.
- Tata Cara Pengecetan Dinding Tembok Dengan Cat Emuisi. SNI 03 – 2410 – 1991.
- Peraturan dan Ketentuan Tentang Permasalahan Bangunan yang Dikeluarkan
Pemerintah Daerah Setempat.

Apabila penjelasan dalam RKS tidak sempurna atau belum lengkap sebagaimana ketentuan dan syarat
dalam peraturan diatas, maka kontraktor wajib mengikuti ketentuan peraturan-peraturan yang
disebutkan diatas.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

3. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Lingkup Pekerjaan
- Meliputi Pekerjaan :
- Pembersihan lokasi sekeliling Bangunan
- Pembongkaran Bahan banguan yang diganti
- Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan
- Pembuatan pagar pengaman
- Pembuatan papan nama proyek
- Pengukuran dan bauwplank
- Pengadaan alat-alat yang dibutuhkan
- Pembuatan WC sementara dan fasilitas lainnya untuk kebutuhan para pekerja

b. Persyaratan Bahan
- Untuk penampungan air kerja disiapkan drum penampungan, air harus memenuhi
kualitas yang ditentukan dalam PBI 1971.
- Untuk papan nama proyek digunakan tiang dari kayu meranti dan triplek dicat putih.
- Untuk alat-alat kerja berupa kotak adukan, kotak takaran, gerobak dorong dan lain-lain
digunakan bahan kayu setempat.

3 Pedoman Pelaksanaan
1. Pembersihan lokasi sekeliling bangunan, hasil pembersihan tersebut dibuang keluar lokasi
pekerjaan/dikumpul disuatu tempat lalu dibakar.
2. Pembongkaran pekerjaan sesuai dengan bestek, hasil pembongkaran diatas dibuang keluar
lokasi pekerjaan/ditumpukan pada suatu tempat.
3. Pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan pengadaan air untuk pelaksanaan pekerjaan
diambil dari sumber air terdekat, kemudian ditampung dalam drum-drum yang telah
disediakan. Kebutuhan air ini harus disediakan dalam jumlah yang cukup selama
pelaksanaan pekerjaan, air harus memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 1971 NI.2.
4. Tenaga kerja terampil dan tenaga ahli yang sudah cukup memadai dengan jenis dan volume
pekerjaan yang akan dilaksanakan.
5. Alat-alat bantu, seperti alat untuk membengkokkan besi, molen (mixer beton), pompa air,
alat-alat lainnya untuk memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.
6. Tersedianya bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap macam
pekerjaan yang akan dilaksanakan. Paling lambat 4 (empat) hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimaksud bahan tersebut telah tersedia dilapangan.
7. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Bestek, Berita Acara Adendum, Berita Acara Aanwizjing,
Petunjuk-petunjuk Pelaksanaan dari Pabrik untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu serta
petunjuk dari Konsultan Pengawas.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

II. SPESIFIKASI TEKNIS

4. PEKERJAAN TANAH / URUNGAN

a. Lingkungan Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan yang telah dilaksanakan pada pekerjaan ini sudah diperhitungkan jenis tanah
yang dijumpai dilapangan seperti tanah pasir, gembur. Tanah keras (batuan), tanah liat dan lain
sebagainya yaitu :
Timbunan tanah dan pasir bawah lantai, pondasi dan saluran termasuk pemadatannya.

b. Persyaratan Bahan
Untuk timbunan bawah lantai digunakan tanah dan pasir pasang kualitas baik. Tanah timbunan dan
pasir urungan harus bersih dari kotoran-kotoran dan akar-akar kayu serta sampah lainnya.

c. Pedoman Pelaksanaan
- Pengurugan dengan tanah timbunan dibawah lantai dilakukan lapis demi lapisan hingga
ketebalan 10 cm dibawah, ditumbuk hingga padat. Lapisan-lapisan urungan untuk ditumbuk
ini dibuat maksimum 10 cm, dan ditumbuk 5 kali tiap bidang tumbukan pada tiap-tiap lapisan
tersebut.

- Dibawah ini lantai diurung dengan pasir pasangan dan dipadatkan. Pengurugan dan
pemadatan ini dilakukan dengan menyiram air sehingga jenuh, kemudian dengan alat yang
sesuai untuk pemadatan. Hasil akhir harus mendapat persetujuan Direksi atas kesempurnaan
pengurugan dan pemadatan.

5. PEKERJAAN BATU KALI


a. Lingkup pekerjaan
Meliputi pekerjaan pasangan batu kali / Pondasi Cyclopen

b. Syarat-Syarat
• Untuk proses pengerasan batu kali, maka selama minimum 3 (tiga) hari setelah
pelaksanaan pekerjaan pondasi harus dilindungi dari benturan keras.
• Kontraktor diwajibkan melindungi pekerjaan tersebut dari keruskan akibat adanya
pekerjaan lain.

c. Bahan-bahan
Semen Portland
• Yang digunakan harus mutu yang terbaik, terdiri dari satu jenis merk dan atas
persetujuan dan harus memenuhi N1-8. Semen yang telah mengeras sebagian /
seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan.
• Tempat penyimpanan harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari
kelembaban, bebas dari air dengan Iantai terangkat dari tanah dan ditumpuk sesuai
dengan syarat penumpukan semen.
Pasir Beton
1. Pasir untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-
batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Sesuai
dengan syarat-syarat pengawasan mutu pasir untuk berbagai-bagai mutu beton menurut
pasal 4.2. ayat (1) (PBI 1971), maka pasir harus memenuhi satu, beberapa atau semua
ayat berikut ini.
2. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras. Butir-butir pasir harus bersifat
kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik
matahari dan hujan.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063
mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5%, maka pasir harus dicuci.
4. Pasir tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak yang harus
dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan larutan NaOH). Pasir
yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan
adukan pasir tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95% dari kekuatan
adukan pasir yang sama tetapi dicuci dalam larutan 3% NaOH yang kemudian dicuci
hingga bersih dengan air, pada umur yang sama.
5. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak
dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1) (PBI 1971), harus
memenuhi syarat-syarat berikut :
- sisa diatas ayakan 4 mm, harus minimum 2% berat;
- sisa diatas ayakan 1 mm, harus minimum 10% berat;
- sisa diatas ayakan 0,25 mm, harus berkisar antara 80% dan 95% berat.
6. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai pasir untuk semua mutu beton, kecuali dengan
petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.

Batu Kali
Penyimpanan / penimbunan pasir dan Batu Kali harus dipisahkan satu dengan yang lain,
hingga dapat dijamin kedua bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan
perbandingan adukan beton yang tepat. Penimbunan pasir dan koral harus diberikan alas
berupa terpal atau sejenis sehingga timbunan terbebas dari naikan tanah dan dibagiaan
sisinya diberikan penahan sehingga timbunan tidak turun dan berserakan.
Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak, asam,
alkali dan bahan-bahan organis / bahan lainnya yang dapat merusak beton dan harus
memenuhi Syarat - syarat Peraturan Beton Indonesia (NI.2-1971). Apabila dipandang perlu
Direksi Pengawas dapat minta kepada Kontraktor supaya air yang dipakai diperiksa di
laboratorium resmi dan sah atas biaya Kontraktor. Air yang mengandung garam (air laut)
tidak boleh untuk dipakai.

d. Pelaksanaan
Pelaksanaan pekerjaan batu kali/gunung ini harus disesuaikan dengan gambar yang ada.

6. PEKERJAAN BETON BERTULANG

a. Lingkup Pekerjaan
- Beton bertulang K-250 harus dibuat untuk untuk sloof, balok, kolom. Plat lantai, plat
dinding dan plat Dak.
- Tempat-tempat lain yang mempergunakan beton bertulang sesuai dengan gambar rencana.
- Syarat-Syaratnya :
• Semua bahan, ukuran dan dimensi dari dimensi pondasi tapak menerus ini harus
mengacu kepada gambar yang ada.
• Pemborong harus memberikan/membuat kualitas beton yang baik dengan
memperhatikan data-data pelaksanaan sesuai petunjuk Pengawas.
• Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji menurut ketentuan yang disebut
pada pasal 4.7 dan 4.9 (PBI 1971). Mengingat bahwa Wc faktor yang sesuai disini
adalah sekitar 0.52-0.555, maka pemasukan bahan adukan + kedalam cetakan
benda uji dilakukan menurut pasal 4.9 ayat 3 (PBI 1971), tanpa menggunakan
penggetar.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

• Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per
1,5 m3 beton hingga diperoleh 20 benda uji yang pertama. Selanjutnya harus dibuat
2 buah benda uji untuk setiap 5 m3 beton dengan minimum 2 buah benda uji setiap
hari.
• Pemborong harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas yang dibuat.
Laporan tersebut harus dilengkapi dengan nilai karakteristik beton tersebut dan
harus disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Laporan terrsebut harus disertai
sertifikat dari laboratorium dan harus dibuat rangkap 5 (lima).
• Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, minimal 5 cm dan maksimal 12 cm.
Cara pengujian slump adalah sebagai berikut : contoh beton diambil tepat sebelum
dituangkan ke dalam cetakan beton (bekisting). Cetakan beton dibawakan dan
ditempatkan di atas kayu yang rata atau plat beton. Cetakan diisi sampai kurang
lebih sepertiganya. Kemudian adukan tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dengan besi 15
mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat (seperti peluru). Pengisian dilakukan
dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan ditusuk-tusuk 25
kali dan setiap tusukan harus yang dibawahnya setelah atasnya diratakan, segera
cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya (nilai slumpnya).
• Pengujian kubus percobaan harus dilakukan di laboratorium yang sesuai dan
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas atas biaya Pemborong.
• Perawatan kubus percobaan tersebut adalah dalam pasir basah tapi tidak
tergenang air selama 7 (tujuh) hari dan selanjutnya dalam udara terbuka.
• Jika dianggap perlu, maka digunakan juga pembuatan kubus percobaan untuk umur
3, 7, 14, 21, 28 hari dengan ketentuan bahwa hasilnya tidak boleh kurang dari
prosentase kekuatan yang diminta pada 28 hari, untuk lebih jelasnya lihat tabel
4.1.4 (PBI 1971). Angka kekuatan yang diminta, maka harus dilakukan pengujian
beton setempat dengan cara-cara seperti yang ditentukan dalam PBI 1971.
• Harus digunakan vibrator untuk pemadatan beton.
• Minimal 2 (dua) hari sebelum pengecoran dilakukan Pemborong harus
memberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas dan pengecoran baru dapat
dilakukan setelah mendapat izin tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.
• Sebelum memberikan persetujuan pengecoran Direksi/Konsultan Pengawas wajib
memeriksa pembesian yang terpasang pada daerah yang akan di cor.

b. Bahan
- Semen
Digunakan Portland Cement Jenis/type I menurut NI. 8 tahun 1972 dan memuhi S – 400
menurut standar Cement Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (NI. 8
tahun 1972). Semen yang telah mengeras sebagian maupun seluruhnya dalam satu zak
tidak diperkenankan pemakaiannya sebagai bahan campuran. Penyimpanan harus
sedemikian rupa sehingga terhindar dari tempat yang lembab agar semen tidak cepat
mengeras. Tempat penyimpanan semen harus ditinggikan 30 cm dan ditumpukan paling
tinggi 2 m. setiap semen baru yang masuk dipisahkan dari semen yang telah ada agar
pemakaian semen dapat dilakukan menurut urutan pengiriman.

- Pasir Beton
Pasir beton harus berupa butur-butir tajam dan keras, bebas dari bahan-bahan organis,
Lumpur Dan sejenisnya serta memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam PBI – 1971.

- Batu Pecah 2-3 / Splite


Splite yang digunakan harus bersih dan bermutu baik serta mempuyai gradasi dan
kekerasan sesuai yang disyaratkan dalam PBI – 1971. Penimbunan Splite dengan pasir harus
Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

dipisahkan agar kedua jenis material tersebut tidak tercampur untuk menjamin adukan
beton dengan komposisi material yang tepat.
Penimbunan pasir dan Splite harus diberikan alas berupa terpal atau sejenis sehingga
timbunan terbebas dari naikan tanah dan dibagiaan sisinya diberikan penahan sehingga
timbunan tidak turun dan berserakan.

- Air
Air yang digunakan harus air tawar, tidak mengandung minyak, asam alkali, garam bahan-
bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum.

- Besi Beton
Besi beton yang digunakan adalah baja lunak dengan mutu U-32 (tegangan leleh karateristik
minimum 3200 kg/cm). Daya lekat baja tulangan harus dijaga dari kotoran, lemak, minyak,
karat lepas dan bahan lainnya. Besi beton harus disimpan diudara terbuka dalam jangka
waktu panjang. Membengkok dan meluruskan tulangan harus dilakukan dalam keadaan
batang dingin. Tulangan harus dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan gambar dan harus
diminta persetujuan Direksi terlebih dahulu. Jika pemborong tidak berhasil memperoleh
persetujuan diameter besi sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat
dilakukan penukaran dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
• Harus ada persetujuan direksi.
• Jumlah besi persatuan panjang atau jumlah besi ditempat tersebut tidak boleh kurang
dari yang tertera dalam gambar (dalam hal ini yang dimaksud adalah jumlah luas).
Biaya tambahan yang akibatnya oleh penukaran diameter besi menjadi tanggung
jawab pemborong.

- Cetakan dan Acuan


Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga hasil akhir
kontruksi mempuyai bentuk, ukuran dan batasan-batasan yang sesuai dengan yang
ditunjukkan oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan cetakan dan acuan
harus memenuhi kentuan-ketentuan didalam pasal 5.1. PBI 1991.

- Mutu Beton
Mutu beton yang digunakan dalam perbandingan K-250.
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

c. Pedoman Pelaksanaan

- Kecuali ditentukan lain dalam Rencana Kerja Kera Syarat-syarat ini, maka sebagai pedoman
tetap dipakai PBI 1971.
- Pemborong wajib melaporkan secara tertulis pada direksi apabila ada perbedaan yang
didapat dalam gambar konstruksi dan gambar arsitektur.
- Adukan beton
Pengadukan beton dari tempat pengadukan ketempat pengecoran harus dilakukan dengan
cara yang disetujui oleh direksi yaitu :
• Tidak berakibatkan pemisahan dan kehilangan bahan-bahan
• Tidak terjadi perbedaan waktu pengikat yang menyolok antar beton yang sudah dicor
dan yang akan dicor dan nilai slump untuk berbagai pekerjaan beton harus
memenuhi table 4.4.1 PBI 1971.
- Pembesian
• Pembuatan tulangan harus sesuai dengan persyaratan pada PBI 1971.
• Pemasangan tulangan beton harus sesuai dengan gambar konstruksi.
• Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin besi tidak berubah tempat
selama pengecoran dan bebas dari papan acuan sesuai dengan ketentuan dalam PBI
1971.
• Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja
dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi Pengawas.

- Pengecoran
• Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan tertulis Direksi. Selama
pengecoran berlangsung pekerja dilarang berdiri dan berjalan-jalan diatas
penulangan. Untuk dapat ketempattempat yang sulit dicapai harus digunakan papan-
papan berkaki yang tidak membebani tulangan. Kaki-kaki tersebut harus sudah dapat
dicabut pada saat beton dicor.

• Apabila pengecoran harus dihentikan, maka tempat penghentiannya harus disetujui


oleh Direksi. Untuk melanjutkan pekerjaan yang diputus tersebut, bagian permukaan
yang mengeras harus dibersihkan dan dibuat kasar kemudian diberi additive yang
memperlambat proses pengerasan. Kecuali pada pengecoran kolom, adukan tidak
boleh dicurahkan dari ketinggian yang lebih tinggi dari 1,5 m.

• Bahan yang digunakan untuk cetakan dan acuan harus bermutu baik sehingga hasil
akhir konstruksi mempunyai bentuk, ukuran batasbatas yang sesuai dengan yang
ditunjuk oleh gambar rencana dan uraian pekerjaan. Pembuatan cetakan dan acuan
harus memenuhi ketentuan-ketentuan didalam pasal 5.1 PBI-1971.

• Penempatan siar-siar pelaksanaan, sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar


Kerja harus mengikuti pasal 6.5 PBI-1971. Siar-siar tersebut permukaannya harus
dikasarkan dan harus dibasahi lebih dahulu dengan air semen tepat sebelum
pengecoran lanjutan dimulai. Letak siar-siar tersebut harus mendapatkan persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas. Apabila pengecoran terhenti lebih dari 1
jam maka pengecoran berikutnya untuk daerah yang terhenti pengecorannya baru
dapat dilakukan kembali dalam waktu 24 jam kemudian dengan memperhatikan
syarat-syarat tersebut diatas.

• Pembongkaran Acuan/Bekisting sepanjang tidak ditentukan lain dalam Gambar Kerja


harus mengikuti pasal 5.8 PBI-1971. Pembongkaran Acuan/Bekisting baru dilakukan
apabila bagian konstruksi dengan sistem acuan/bekisting yang masih ada telah
Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul berat sendiri dan beban-beban
pelaksanaan yang bekerja padanya. Kekuatan ini harus ditunjukkan dengan
pemeriksaan benda uji laboratorium dan dengan perhitungan-perhitungan yang harus
disetujui oleh Direksi/Konsultan Pengawas. Pembongkaran baru dapat dilaksanakan
apabila telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas.

• Pada bagian-bagian konstruksi dimana akan bekerja beban-beban yang lebih besar
dari beton rencana atau terjadi keadaan yang lebih membahayakan dari yang
diperhitungkan, acuan/bekisting dari bagian konstruksi tersebut tidak dapat
dibongkar selama keadaan tersebut terus berlangsung

• Acuan/bekisting balok dapat dibongkar setelah dari semua kolomkolom


penunjangnya telah dibongkar cetakannya dan dari penglihatannya ternyata baik
hasil pengecorannya.

• Beton harus dilindungi dari pengaruh panas, hingga tidak terjadi penguapan cepat.
Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus diperhatikan.
Beton harus dibasahi terus menerus paling sedikit selama 10 hari setelah pengecoran
untuk

• Mencegah pengeringan bidang beton. Pembasahan terus menerus ini dilakukan


antara lain dengan menutupinya dengan karung karung basah.

• Pemborong bertanggung jawab penuh atas kualitas konstruksi sesuai dengan


ketentuan-ketentuan diatas dan sesuai dengan Gambar Kerja yang diberikan.

• Kehadiran Direksi/Konsultan Pengawas selaku wakil pemberi tugas atau Konsutan


Perencana yang sejauh mungkin melihat/mengawasi/menegur atau memberi nasehat
tidaklah mengurangi tanggung jawab.

• Pada proyek ini permukaan beton yang dihasilkan Harus merupakan hasil akhir yang
tidak mengalami finishing arsitektur sehingga akan tidak ada pekerjaan plesteran baik
untuk balok, kolom dan pelat lantai. Tapi apabila terjadi ketidak sempurnaan dalam
pengecoran, sehingga terjadi keropos dan lain-lain maka harus dilakukan hal-hal
seperti langkah berikut ini :

 Penambahan pada daerah yang tidak sempurna, keropos dengan campuran


adukan semen (cement mortar) setelah pembukaan Acuan/Bekisting, hanya
boleh dilakukan setelah mendapatkan persetujuan tertulis dan sepengetahuan
Direksi/Konsultan Pengawas.

 Jika ketidak sempurnaan ini tidak dapat diperbaiki untuk menghasilkan


permukaan yang diharapkan dan diterima Direksi/Konsultan Pengawas, maka
harus dibongkar dan diganti dengan pembetonan kembali atas biaya Pemborong.

 Ketidak sempurnaan yang dimaksud adalah susunan yang tidak teratur,


pecah/retak, atau gelembung udara, keropos berlubang, tonjolan dan lainnya
yang tidak sesuai dengan bentuk yang diharapkan/diinginkan.

Oa Consultant
SPESIFIKASI TEKNIS GEDUNG

7. FILTER FRP DAN POMPA AIR


a. Lingkungan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan meliputi Pemasangan Filter Air FRP dan Pompa Air.

b. Bahan-bahan Yang Digunakan


1. Pipa PVC diameter 2”, untuk keperluan pipa Isap, Distribusi dll. merk WAPIN atau
sekualitas dengan tekanan kerja 7 kg/cm2. Alat penyambung digunakan dari jenis
bahan yang sama dengan bahan untuk pipa.
2. Gate Valve 2” dan Gate Valve 1” sekualitas HAMCO
3. Filter Air FRP, 20” Lengkap dengan Media saringan
4. Pompa Air 3 Phase, 500 L/m, Inlet dan Outlet 2”

c. Pedoman Pelaksanaan
• Pemasangan pipa-pipa didalam dipasang sesuai gambar rencana. Pasangan pipa
tersebut harus horizontal dan vertical tidak boleh dipasang miring.
• Pemasangan tangki air harus sesuai dengan standar pabikan dilakukan setalah dudukan
beton selesai dibangun
• Pelaksanaan secara umum mengacu kepada gambar detail dan persyaratan yang
standar, atau ditentukan lain sesuai keadaan dilapangan.
• Pamasangan Pompa Ke Jaringan Listrik Existing

8. PEKERJAAN LAIN-LAIN
a. Guna untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, untuk kesempurnaan pekerjaan
walaupun tidak tersebut dalam bagian-bagian pekerjaan merupakan kewajiban pihak
kontraktor untuk melaksanakan.
b. Apabila terdapat ketidak sesuaian antara gambar dan bestek, maka diambil gambar detail
sebagai pedoman dan juga bila tidak sesuai, yang berlaku adalah apa dalam bestek dan meminta
pentunjuk direksi guna adanya kejelasan untuk pelaksanaan selanjutnya.
c. Sebelum pekerjaan diserahterimakan kontraktor pelaksana diwajibkan membongkar gudang,
bangsal – bangsal kerja, membersihkan bahan – bahan bangunan,kotoran – kotoran bekas yang
ada dalam lokasi bangunan, sehingga pada saat serah terima dilaksanakan, bangunan dalam
keadaan bersih dan rapi.

III. ATURAN TAMBAHAN


Apabila terdapat ketidak sesuaian antara gambar dan bestek, maka diambil gambar detail sebagai
pedoman dan juga bila tidak sesuai, yang berlaku adalah apa yang ada dalam bestek dan meminta
pentunjuk direksi guna adanya kejelasan untuk pelaksanaan selanjutnya.

Oa Consultant

Anda mungkin juga menyukai