Anda di halaman 1dari 39

PEMERINTAH KABUPATEN MUNA

DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG


Jl. Gatot Subroto, Kompleks Perkantoran Labalue Kel. Sidodadi
Tlp/ Fax. 0403-2521227 Raha

SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN BRONCAPTERING
DESA LABUNIA

I. SPESIFIKASI BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI

1. Pipa GI (GALVANIS IRON)


- Jenis pipa : Galvanis Iron type medium
- Tebal pipa :

- Panjang pipa/ batang : 4 s/d 6 meter


- Sistim Penyambungan : penyambungan dengan las atau drat
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
2. Pipa PVC (PolyVinil Chloride)
- Jenis pipa : PVC jenis S-12,5 RRJ
- Tebal pipa :

- Panjang pipa/ batang : 4 s/d 6 meter


- Sistim Penyambungan : Penyambungan dengan lem atau karet
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
3. Bend All Socket PVC
- Bahan : PVC (sama dengan bahan pipa)
- Tekanan Kerja : 10 Kg/cm2

- Jenis : 450 ; 900


- Fungsi : membelokkan arah pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
4. Reducer All Socket PVC
- Bahan : PVC (sama dengan bahan pipa)
- Tekanan Kerja : 10 Kg/cm2
- Jenis : sambungan pipa diameter besar ke kecil
- Fungsi : merubah dimensi pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
5. Stop Kran
- Bahan : Galvanis iron
- Tekanan Kerja : 50 Kg/cm2
- Putaran Tap : 900
- Fungsi : memutuskan dan mengalirkan air
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
6. Clamp Sadle GI
- Bahan : Galvanis iron
- Tekanan Kerja : 50 Kg/cm2
- Sambungan : Ulir dengan perkuatan baut
- Fungsi : membuat tapping untuk cabang pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
7. Clamp Sadle PVC
- Bahan : PVC
- Tekanan Kerja : 10 Kg/cm2
- Sambungan : Ulir dengan perkuatan baut
- Fungsi : membuat tapping untuk cabang pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
8. Dop GI
- Bahan : Galvanis iron
- Tekanan Kerja : 50 Kg/cm2
- Fungsi : menutup saluran air pada ujung pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
9. Reducer All Socket GI
- Bahan : Galvanis iron
- Tekanan Kerja : 50 Kg/cm2
- Jenis : sambungan pipa diameter besar ke kecil
- Fungsi : merubah dimensi pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI

10. Double Neple GI


- Bahan : Galvanis iron
- Tekanan Kerja : 50 Kg/cm2
- Sambungan : Ulir luar
- Fungsi : sebagai sambungan perpanjangan antar pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI

11. Water Moor


- Bahan : Galvanis iron
- Tekanan Kerja : 50 Kg/cm2
- Sambungan : Ulir dalam
- Fungsi : menyambung 2 pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
12. Bend All Socket GI (Knee)
- Type : Standard SNI
- Bahan : Galvanis iron
- Tekanan Kerja : 50 Kg/cm2

- Jenis : 450 ; 900


- Fungsi : membelokkan arah pipa
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
13. Aktif Kran
- Bahan : Kombinasi Plastik PVC
- Tekanan Kerja : 10 Kg/cm2
- Putaran Tap : 1800
- Fungsi : memutuskan dan mengalirkan air
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI

14. Water Meter


- Bahan : Cast Iron
- Tekanan Kerja : 10 Kg/cm2
- Angka Pembacaan : 5 digit
- Fungsi : pencatat penggunaan air
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
15. Gate Valve Ø
- Bahan : Kuningan
- Tekanan Kerja : 17 kg/cm2
- Fungsi : memutus dan mengalirkan air pada pipa induk
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
16. Flange GI
- Bahan : Galvanis Iron
- Tekanan Kerja : 50 kg/cm2
- Fungsi : menggabungkan dua element pipa dengan valve
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI

17. Karet Packing


- Bahan : Rubber
- Tebal : 4 mm
- Fungsi : mencegah kebocoran pada flange gate valve
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
18. Box Meter
- Bahan : Fibreglass
- Ukuran : P x L x T, 30 x 20 x 18 cm
- Tebal : 4 mm
- Fungsi : penutup/ pengaman water meter
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI

19. Semen
- Jenis : Portland Cement
- Merk standard : Tonasa, Tiga Roda, Bosowa dan sejenisnya
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
20. Pasir Urug
- Pasir lokal
- Butirannya kasar, keras dan tajam, berukuran 0.075 sampai 5.0 mm.
- Sedikit mengandung lumpur, tidak boleh melebihi 4%. Untuk mengujinya cukup
rendamkan segenggam pasir dalam air.
21. Pasir Pasang
- Pasir lokal
- Butirannya kasar dan tidak terlalu keras, berukuran 0,063 mm sampai 5 mm.
- Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang
merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
22. Pasir Beton
- Pasir lokal
- Butirannya campuran halus dan kasar, keras dan tajam, berukuran 0.075 sampai 5 mm.
- Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang
merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
23. Kerikil Pecah
- Kerikil lokal hasil pecahan
- Ukuran antara 0.5 - 3 cm atau sesuai ketentuan di dalam RAB.
- Butiran kasar, keras, tidak berpori dan berbentuk (tidak bulat).
- Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari volume total
bahan yang dibutuhkan.
- Bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi yang merusak beton dan
tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
24. Batu Belah
- Memiliki permukaan yang kasar, keras, padat, tidak berpori dan tidak mengandug
tanah.
- Ukuran 25 – 30 cm
- Bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali.
25. Air
- Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam serta
zat- zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya digunakan
air bersih yang dapat diminum.
- Air tawar tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna.
26. Papan Kayu Klas III
- Kayu lokal
- Lurus dan tidak rusak, hasil olahan somel
- Sejenis kayu pinus, mangga, nangka
27. Balok Kayu Klas II
- Kayu lokal
- Lurus dan tidak rusak, hasil olahan somel
- Sejenis kayu akasia, sengon, jabon
28. Dolken
- Kayu lokal
- Lurus dan tidak rusak
- Diameter 8-10 cm
29. Paku
- Paku baja, campuran ukuran 5 - 12 cm
- Kepala paku bergoresan (grid)
- Leher paku kasar
30. Plywood
- Pabrikan
- Tebal 9 mm
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
31. Minyak Bekisting
- Mengandung inhibitor korosi
- Mengandung asam lemak + pengemulsi
- Mengandung surfaktan (serupa dengan sabun)
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
32. Besi Beton
- Jenis : Baja tulangan polos
- Memenuhi persyaratan SKSNI
- Tegangan leleh karakteristik = 2400 kg/cm2
- Kawat ikat berukuran minimal Ø 1 mm.
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
33. Plamur
- Bahan dasar kopolimer akrilik
- Tidak mengandung merkuri dan timbal
- Memiliki daya lekat yang kuat dan cepat kering
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI
34. Cat Tembok
- Bahan dasar polimer sintetis
- Tidak mengandung merkuri dan timbal
- Cat eksterior
- Produksi dalam Negeri
- Memiliki Standar SNI

II. SPESIFIKASI PERALATAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN


BANGUNAN

1. PERALATAN K3 KONSTRUKSI
 Helm Kerja
- Bahan : Komposit Polimer GFRP atau plastik ABS

- Jumlah : 8 buah

 Sepatu Lumpur
- Bahan : PVC

- Jumlah : 8 pasang

 Masker N95
- Jumlah : 18 buah

 Sarung Tangan
- Bahan : Karet Lateks

- Jumlah : 10 pasang

 Hand Sanitizer
- Kandungan : Etanol/ isopropil, hidrogen peroksida, gliserol

- Jumlah : 4 Liter
 Pengukur Suhu Tubuh Digital
- Temperature mode: 32.0-42.9° celcius

- Akurasi : 0.1C

- Suhu operasional : 5-40°C

- Baterai : 2 AAA battery DC 3V

- Jarak pengukuran : 5-15cm

- Jumlah : 1 buah

2. PERALATAN PEKERJAAN PIPA GI


 Mesin Las
- Voltase : 220 Volt

- Frequency listrik : 50/60 Hz

- Arus Minimum dan maksimum : 20-200 Ampere

- Jumlah : 1 unit

 Cutting Torch (Blander) atau Alat Pemotong Logam


- Gas Input : LPG - OXY atau ACE – OXY

- Kelengkapan : Hose Connector (Nepel): OXY 3/8(RH) - F.G 3/8 (LH)

- Kapasitas Potong minimal 10 s/d 15 mm

- Dilengkapi Mata Las Potong (Cutting Nozzle)

- Jumlah : 1 unit

 Mata Gerinda
- Diameter : 4 inch - 7 inch

- Jumlah : 5 unit

 Gerinda Rotary (Pemutar Mata Gerinda)


- Daya listrik : 135 Watt

- Kecepatan : 8000-32.000 Rpm

- Mata : 0,8 mm - 3,2 mm

- Jumlah : 1 unit

 Meteran
- Panjang : 5 dan 50 meter
- Jumlah : masing-masing 1 unit

 Siku
- Bahan : besi

- Kapasitas : 500 mm

- Jumlah : 1 unit

 Waterpas
- Kapasitas : 2 - 3 m

- Dilengkapi : Pembacaan kaca gelembung

- Jumlah : 1 unit

 Hammer/ Palu
- Berat : 5 kg

- Jumlah : 1 unit

 Kunci Pipa
- Ukuran rahang geser : 12 inci

- Jumlah : 1 unit

 Mesin Bending Pipa


- Kapasitas : max. 4 inci

- Jumlah : 1 Unit

 Kunci Pas
- Kapasitas : 10 cm, 12 cm, 14 cm dan 16 cm

- Jumlah : masing-masing 1 Unit

3. PERALATAN PEKERJAAN PIPA PVC


 Meteran
- Panjang : 5 dan 50 meter

- Jumlah : masing-masing 1 unit

 Siku
- Bahan : besi

- Kapasitas : 500 mm

- Jumlah : 1 unit

 Waterpas
- Kapasitas : 2 - 3 m

- Dilengkapi : Pembacaan kaca gelembung

- Jumlah : 1 unit

 Hammer/ Palu
- Berat : 5 kg

- Jumlah : 1 unit

 Kunci Pas
- Kapasitas : 10 cm, 12 cm, 14 cm dan 16 cm

- Jumlah : masing-masing 1 Unit

 Gergaji besi
- Dilengkapi : Gagang

- Jumlah : 1 Unit

4. PERALATAN PEKERJAAN GALIAN TANAH, URUGAN KEMBALI DAN


URUGAN PASIR
 Cangkul
- Jumlah : 2 Unit

 Sekop
- Jumlah : 2 Unit

 Gerobak Dorong
- Jumlah : 1 Unit

5. PERALATAN PEKERJAAN PLESTERAN


 Sendok Spesi
- Jumlah : 2 Unit

 Sendok Pengisi
- Jumlah : 2 Unit

 Sendok Roskam
- Jumlah : 2 Unit

 Ember Campuran
- Kapasitas : 5 liter

- Jumlah : 10 Unit
 Meteran
- Panjang : 5

- Jumlah : 1 unit

 Siku
- Bahan : besi

- Kapasitas : 500 mm

- Jumlah : 1 unit

 Waterpas
- Kapasitas : 0,5 m

- Dilengkapi : Pembacaan kaca gelembung

- Jumlah : 1 unit

 Hammer/ Palu
- Berat : 0,5 kg

- Jumlah : 1 unit

 Gerobak Dorong
- Kapasitas : 0,5 m3

- Jumlah : 2 Unit

 Cangkul
- Jumlah : 2 Unit

 Sekop
- Jumlah : 2 Unit

 Ayakan Pasir
- Jumlah : 2 Unit

6. PERALATAN PEKERJAAN PONDASI POER


 Sendok Spesi
- Jumlah : 2 Unit

 Sendok Pengisi
- Jumlah : 2 Unit

 Sendok Roskam
- Jumlah : 2 Unit

 Ember Campuran
- Kapasitas : 5 liter

- Jumlah : 10 Unit

 Meteran
- Panjang : 5 meter

- Jumlah : 1 unit

 Siku
- Bahan : besi

- Kapasitas : 500 mm

- Jumlah : 1 unit

 Waterpas
- Kapasitas : 0,5 m

- Dilengkapi : Pembacaan kaca gelembung

- Jumlah : 1 unit

 Hammer/ Palu
- Berat : 0,5 kg

- Jumlah : 1 unit

 Gergaji kayu
- Jumlah : 1 Unit

 Gerobak Dorong
- Kapasitas : 0,5 m3

- Jumlah : 2 Unit

 Cangkul
- Jumlah : 2 Unit

 Sekop
- Jumlah : 2 Unit

 Ayakan Pasir
- Jumlah : 2 Unit

7. PERALATAN PEKERJAAN BETON


 Sendok Spesi
- Jumlah : 2 Unit
 Sendok Pengisi
- Jumlah : 2 Unit

 Sendok Roskam
- Jumlah : 2 Unit

 Ember Campuran
- Kapasitas : 5 liter

- Jumlah : 10 Unit

 Meteran
- Panjang : 5

- Jumlah : 1 unit

 Siku
- Bahan : besi

- Kapasitas : 500 mm

- Jumlah : 1 unit

 Waterpas
- Kapasitas : 0,5 m

- Dilengkapi : Pembacaan kaca gelembung

- Jumlah : 1 unit

 Hammer/ Palu
- Berat : 0,5 kg

- Jumlah : 1 unit

 Gergaji kayu
- Jumlah : 1 Unit

 Gerobak Dorong
- Kapasitas : 0,5 m3

- Jumlah : 2 Unit

 Cangkul
- Jumlah : 2 Unit

 Sekop
- Jumlah : 2 Unit
 Ayakan Pasir
- Jumlah : 2 Unit

 Mesin Pemotong Besi


- Mata potong min. 4”

- Daya : 670 Watt

- Kecepatan tanpa beban : 12.000 rpm

- Jumlah : 1 Unit

III.SPESIFIKASI PROSES/ KEGIATAN

1. LINGKUP KEGIATAN

 TAHAP PRA PELAKSANAAN PEKERJAAN


- Sebelum tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi, PPK, PPTK, direksi, kontraktor

dan konsultan pengawas serta konsultan perencana, terlebih dahulu melakukan Pre
Construction Meeting (PCM)/ Rapat Persiapan Pelaksanaan Pekerjaan guna
menyamakan presepsi terhadap seluruh dokumen kontrak dan membuat
kesepakatan terhadap hal-hal penting yang belum terdapat dalam dokumen kontrak
maupun kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan terjadi dalam pelaksanaan
pekerjaan.
- Pelaksanaan PCM harus diselengarakan paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK). Hasil rapat PCM dituangkan
dalam Berita Acara dan ditanda tangani oleh pihak-pihak yang hadir
- Apabila saat pelaksanaan PCM, PPTK, direksi atau konsultan supervisi tidak

hadir, maka Rapat Persiapan Pekerjaan tetap dilaksanakan, Berita Acara Rapat
Persiapan Pekerjaan harus disampaikan pihak-pihak yang tidak hadir tersebut
untuk dipedomani.
- Dalam hal konsultan pengawas memiliki pandangan yang berbeda dengan hasil

Rapat Persiapan Pekerjaan yang telah ditetapkan, maka persamaan presepsi dapat
dilakukan pada rapat-rapat koordinasi yang dilaksanakan pada tahap selanjutnya.
- Hal-hal yang perlu dibahas dan disepakati dalam rapat PCM antara lain :

 Stuktur organisasi proyek;


 Penyamaan presepsi tentang isi dokumen kontrak;
 Usulan-usulan perubahan mengenai isi dokumen kontrak;
 Pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai
rencana kerja;
 Pembahasan prosedur administrasi penyelenggaraan pekerjaan;
 Presentasi penyedia jasa konstruksi dalam rencana penanganan pekerjaan;
 Presentasi Konsultan Pengawas tentang prosedur pengawasan pekerjaan
berdasarkan uraian kegiatan pekerjaan penyedia jasa;
 Pembahasan kendala yang diperkirakan akan timbul dan rencana
penangananya;
 Pembahasan tentang tanggungjawab masing-masing unsur yang terkait dalam
pelaksanaan pekerjaan;
 Pembahasan tentang pembayaran prestasi pekerjaan dan syarat-syarat yang
diusulkan untuk pelaksanaan pembayaran;
 Fasilitas pendukung yang akan diberikan oleh pemberi pekerjaan (jika ada);
 Hal-hal yang belum jelas tertuang dalam kontrak.
 Berita Acara rapat PCM menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
Dokumen Kontrak.
 Apabila disepakati adanya perubahan kontrak maka dilakukan dalam
bentuk adendum kontrak.

 TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN

- Pasca pelaksanaan PCM, PPK, PPTK, direksi, kontraktor dan konsultan pengawas

serta konsultan perencana melakukan peninjauan guna menunjukkan titik


pelaksanaan pekerjaan dan dituangkan dalam Berita Acara Penyerahan Lapangan/
Lokasi.
- Dalam tahap pelaksanaan pekerjaan ada tiga target yang harus dicapai, yaitu :

 Taget prestasi
 Target waktu
 Target biaya
- Dalam tahap ini memungkinkan sekali terjadiya perubahan metode kerja dan

reschedulling. Dalam pelaksanaan pada tahap ini harus selalu dilakuan hal berikut
ini :
 Pengendalian biaya/keuangan (pengendalian bahan, alat, pekerja)
 Pengendalian waktu (rencana kerja realistis, memperhatikan pekerjaan-
pekerjaan kritis, evaluasi kurva S)
 Pengendalian mutu (memperhatikan spesifikasi teknis)
- Acuan pelaksanaan pekerjaan :

 Kontrak dan Adendum Kontrak (jika ada)


 Adendum kontrak dilakukan berdasarkan hasil Justifikasi Teknis yang
dilakukan oleh Panitia Peneliti Pelaksanaan Kontrak.
 Rencana Anggaran Biaya (RAB)
 Gambar Kerja
 RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat)/ Spesifikasi Teknis

 TAHAP AKHIR PELAKSANAAN PEKERJAAN

- Setelah pekerjaan selesai, berdasarkan laporan Kontraktor Pelaksana dan

Konsultan Pengawas serta disetujui oleh PPTK, Direksi dan PPK maka
dilaksanakan Serah Terima Pekerjaan Tahap Pertama (Provisional Hand
Over/PHO).
- Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan tanpa adanya persetujuan perpanjangan

waktu, maka dikenakan denda sebesar 1% perhari dari nilai kontak syang belum
dilaksanakan.
- 180 hari kalender setelah dilakukan PHO merupakan masa pemeliharaan.

- Semua cacat konstruksi yang terjadi pada masa pemeliharaan menjadi tanggung

jawab penuh dari kontraktor untuk memperbaikinya.


- Setelah masa pemeliharaan selesai dan setelah disetujui oleh PPTK, Direksi dan

PPK, maka dilakukan Serah Terima Pekerjaan Tahap Akhir (Final Hand
Over/FHO).
- Apabila masa pemeliharaan selama 180 hari tidak memungkinkan akibat

berakhirnya tahun anggaran maka untuk pencairan retensi 5%, kontraktor


pelaksana dapat menyerahkan Jaminan Pemeliharaan pada waktu yang akan
ditentukan kemudian oleh PPK.

2. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

 Dalam proses pelaksanaan konstruksi untuk menghasilkan konstruksi yang sesuai


ketentuan kontrak, maka kontraktor menyusun jadwal pertemuan berkala dengan PPK
selama masa pelaksanaan;
 Dalam pertemuan berkala tersebut dibahas kendala-kendala yang terjadi di lapangan
serta mencari solusinya, termaksud membahas hal-hal lain yang diperlukan;
 Dalam melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus selalu memperhitungkan bahwa
waktu pelaksanaan pekerjaan adalah mengikat;
 Jangka waktu pelaksanaan adalah 180 (seratus delapan puluh) hari Kalender atau 6
(enam) bulan sejak dikeluarkannya Kontrak/ Surat Perintah Mulai Kerja. Kecuali
terdapat keadaaan Force Majore yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan
pekerjaan atau perpanjangan waktu yang diperbolehkan sesuai ketentuan perundang-
undangan.
 Berdasarkan pertimbangan/ justifikasi teknis dari Panitia Peneliti Pelaksanaan
Kontrak maka Perubahan waktu pelaksanaan pekerjaan tersebut dituangkan ke dalam
Adendum Kontrak.

3. LINGKUP PELAKSANAAN

 ORGANISASI PENGADAAN BARANG/ JASA

Nama organisasi pelaksana/ penyelenggara pengadaan barang :

 Provinsi : Sulawesi Tenggara

 Kabupaten : Muna

 Satker/ SKPD : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

 Alamat Satker/ SKPD : Jl. Gatot Subroto, Kompleks Perkantoran Labalue Kel.

Sidodadi, Telp/ Fax. (0403) 2521227

 PA : PA Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kab.

Muna

 Nama PA : EDDY UGA, SH, M.Si

 NIP 19660707 199303 1 008

 KPA : KPA Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang Kab. Muna

 Nama KPA : MUSTAJAB, ST

 NIP 19740730 200901 1 004

 Panitia Lelang : Pokja UKPBJ Kab. Muna

 Panitia Penerima/ : PPHP Dinas PUPR Kab. Muna

 Pemeriksa Barang/Jasa

 PROGRAM DAN PEMBIAYAAN

 Program : Program Pengembangan Dan Pengelolaan Jaringan

Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya

 Kegiatan : Pembangunan Jaringan Air Bersih/ Air Minum


 Pekerjaan : PEMBANGUNAN BRONCAPTERING DESA

LABUNIA

 Lokasi : Desa Labunia Kec. Wakorumba Selatan Kab. Muna

 Sumber Dana : Dana Alokasi Khusus (DAK)

 Pagu Anggaran : Rp 668.500.000,-

 HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS)


Terlampir

 RANCANGAN KONTRAK
Terlampir

 URAIAN LINGKUP PEKERJAAN

 Uraian Singkat Pekerjaan

 Pekerjaan Umum

 Pekerjaan Reservoar, Ukuran 4 x 4 M', Tinggi 3 M'

 Pekerjaan Broncaptering, Ukuran 1,5 - 1,5 x 1 M' (3 sisi), Tinggi 1 M'

 Pekerjaan Pipa dan Accessories (Pipa Transmisi & Distribusi)

 Pekerjaan Pengadaan dan Pemasangan SR (50 Unit)

 Waktu Pelaksanaan : 180 Hari kalender

 Masa Pemeliharaan : 180 Hari Kalender

 Aanwijzing Lapangan : Dikondisikan

 Jaminan Pelaksanaan : Diserahkan setelah SPPBJ dan sebelum Penandatanganan

Kontrak

 Jenis Jaminan : Jaminan Asuransi

 Jenis Kontrak : Kontrak Gabungan Lump Sum dan Harga Satuan

 Cara Pembayaran : Monthly Certivicate (MC)

 Dasar Pembayaran :

 Berita Acara Pembayaran

 Laporan Kemajuan Fisik Pekerjaan (Laporan Mingguan dan Bulanan)

 Perhitungan MC
 Back Up Data

 As Build Drawing

 Berita Acara Serah Terima Pekerjaan

 Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan berupa minimal foto 0%, 25%, 50%,

75% dan 100%

 Uang Muka : Dapat diberikan maksimal 30%

IV. SPESIFIKASI METODE KONSTRUKSI/METODE PELAKSANAAN/


METODE KERJA

1. SPESIFIKASI TEKNIS PEMASANGAN PIPA


 UMUM
 Persyaratan Umum
 Pelaksana pekerjaan harus melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
pemasangan pipa sesuai dengan yang disyaratkan dalam spesifikasi ini.
 Pekerjaan-pekerjaan yang tidak tercakup dalam spesifikasi dapat
dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan praktis yang berlaku di
Indonesia dan sesuai dengan petunjuk-petunjuk Pengawas Proyek.
 Pemeriksaan dan Trase Jalan Pipa
o Trase jalan pemasangan pipa harus sesuai dengan gambar yang terdapat
didalam Gambar Rencana.
 Kewajiban pelaksana pekerjaan
o Pelaksana pekerjaan berkewajiban dan bertanggung jawab agar pipa yang
sudah dipasang baik valve/katup dan saluran lainnya berada pada jalur
yang ditentukan, baik kedalaman maupun kemiringannya.
 Penyimpangan-penyimpangan oleh karena kondisi lapangan.
o Bilamana ada rintangan yang tidak terlihat di dalam rencana dan ternyata
menghalangi pekerjaan dan mengakibatkan perobahan- perobahan
pelaksanaan, dimana perubahan tersebut mengakibatkan volume
pekerjaan, maka pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan tetapi perlu
diadakan perubahan dan menjadikan “pekerjaan tambah/kurang” pada
dokumen CCO.

 PENGGALIAN UNTUK PEMASANGAN PIPA


Pekerjaan penggalian harus dilakukan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga
pekerjaan galian pada jalur yang tepat. Bila terdapat kerusakan-kerusakan pada
bangunan bawah tanah yang ada sebagai akibat penggalian, pelaksana pekerjaan
harus memperbaikinya kembali sesuai dengan keadaan semula.
 Galian tanah dilaksanakan untuk :
 Semua pemasangan pipa dan peralatannya serta bangunan pelengkap yang
termasuk dalam pekerjaan ini.
 Semua bagian-bagian bangunan yang masuk ke dalam tanah.
 Pekerjaan galian hendaknya dilakukan dengan cara-cara yang layak, aman dan
tepat untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan timbulnya bahaya.
 Pekerjaan penggalian dilaksanakan sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pipa dapat dipasang dengan posisi yang baik dan aman sesuai gambar yang
ada. Penggalian sebaiknya bertahap sesuai dengan perkiraan jumlah pipa yang
dapat di pasang untuk setiap harinya.
 Pekerjaan penggalian tanah untuk pemasangan pipa harus segera diikuti dengan
pelaksanaan pemasangan pipa dan perlengkapannya serta diikuti pula dengan
penimbunan/pengurugan kembali dengan segera.
 Parit galian harus dijaga tidak longsor dan keselamatan pekerja dapat terjamin .
 Tempat galian, lebar dan kedalaman minimum untuk pemasangan pipa
berikut perlengkapannya serta bangunan-bangunan yang nyata-nyata termasuk
dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai dengan gambar pelaksanaan (gambar
situasi, profil memanjang, profil melintang dan potongan), atau bila tidak
digunakan akan dipakai ketentuan-ketentuan minimal dalamnya galian untuk
pemasangan pipa menurut buku petunjuk pemasangan pipa dan peralatannya
dari pabrik pipa yang bersangkutan.
 Patokan/pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari atas pipa
sampai permukaan jalan/tanah asal, ditambah diameter luar pipa dan tebal lapian
pasir dibawah pipa.
 Parit pipa harus digali dengan kedalaman yang dikehendaki sehingga
terdapat pembebanan yang merata dan menerus pada dasar galian (yang
tidak terganggu untuk 2 sambungan pipa).
 Kedalaman galian hendaknya selalu diperiksa untuk mendapatkan kedalam
jalur pipa yang tepat.
 Bila tidak dinyatakan lain, lebar parit galian disesuaikan dengan besarnya pipa
yang akan dipasang dan lebar galian tersebut harus menjamin pekerjaan
penyambungan dengan baik sehingga kebocoran-kebocoran pada sambungan
pipa dapat dihindarkan.
 Bila perlu lebar galian diperbesar untuk memudahkan penempatan alat-alat
penyangga dan sebagainya.
 Parit dan tempat sambungan atau peralatan pipa hendaknya digali hingga
didapatkan suatu lebar yang cukup untuk ruang bekerja, pemasangan,
penyambungan, dan penanaman.
 Bila pada bagian galian parit pipa terdapat galian-galian berlumpur atau
penggalian terlalu dalam maka dapat diurug dengan pasir ataupun di urug
dengan bahan-bahan lainnya yang aman terhadap pipa, sehingga untuk
peletakan pipa harus bebas dari lumpur.
 Urugan tersebut kemudian dipadatkan dengan alat pemadatan atau dengan
tangan untuk memperoleh permukaan yang rata pada tempat pemasangan pipa.
 Batu-batu besar pada penggalian parit pipa, harus dipindahkan atau dihindari.
 Apabila ternyata di dalam pelaksanaan penggalian terjadi kelongsoran-
kelongsoran dan keruntuhan-keruntuhan terus menerus yang mengganggu,
haruslah diberi penguat (dari turap kayu atau lainnya) agar terjamin keselamatan
dan keamanan pekerjaan, effisien kerja.
 Penguat hendaknya direncanakan dan dibuat untuk menahan semua beban dan
muatan yang mungkin timbul akibat pergerakan tanah atau tekanan.
Konstruksi penguat ini hendaknya kaku hingga tidak terjadi perubahan bentuk
dan posisi dalam keadaan apapun.
 Bila pada bagian bawah parit galian ternyata tidak stabil atau dijumpai
lapisan-lapisan bekas sampah ataupun humus, lapisan tersebut harus dibuang.
 Pada tempat-tempat parit pipa yang digali dan ternyata mudah longsor dapat
diberi turap-turap pengaman.
 Setiap galian hendaknya dijaga tetap kering sampai konstruksi yang
harus dibangun atau pipa yang harus dipasang selesai dilaksanakan.
 Apabila juga ternyata bahwa didalam galian dijumpai air yang mengganggu,
maka pelaksana pekerjaan harus menyediakan pompa atau peralatan lain
untuk pengeringan.
 Air permukaan hendaknya dipintaskan atau dengan cara-cara lain dicegah tidak
memasuki daerah pemaritan sejuah mungkin tanpa mengakibatkan kerusakan-
keruakan pada tanah milik sekitarnya.

 PENIMBUNAN TANAH GALIAN/ PENGURUGAN


 Semua tanah bekas galian harus ditimbun sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu bagi pejalan kaki maupun kendaraan yang lewat. Bila diperlukan,
pelaksana pekerjaan untuk mengangkut tanah lebih bekas galian tersebut
ketempat lain.
 Bahan urugan tidak boleh mengandung benda-benda organis, seperti rumput-
rumputan, akar-akar pohon dan lain sebagainya dan tidak merupakan bahan yang
melar (non expansive), serta tidak mengandung benda keras/batu dengan
diameter lebih besar dari 2 cm.
 Urugan tanah untuk pipa tiap-tiap pekerjaan harus diadakan selapis demi selapis yang
tiap-tiap lapis didapatkan dan tanah urug yang digunakan harus bersih dari kotoran-
kotoran organik dan lain- lain sebagainya. Tiap lapis urugan maksimum 20 cm.
 Bila sebelum pengujian pipa, ada bagian-bagian yang harus diurug untuk
kepentingan lalu lintas ataupun untuk keperluan lain, Kontraktor harus
melaksanakan sesuai dengan petunjuk pengawas Proyek.

 PEMASANGAN PIPA
 Penyimpanan dan Pengangkutan
 Pipa, perlengkapan pipa dan accasoris pelengkapnya yang akan dipasang
harus disimpan di gudang penyimpanan pipa atau tempat yang aman,
terutama untuk pipa PVC harus terbebas dari sinar matahari.
 Cara-cara pengangkutan, penyambungan dari pipa-pipa dan ketentuan-
ketentuan teknis cara pemasangan harus sesuai petunjuk atau sesuai dengan
buku/ brosur petunjuk pemasangan pipa dan pengangkutan dari pabrik pipa
yang bersangkutan.
 Sebelum dan sesudah dipasang, pipa-pipa dan perlengkapan pipa, harus
dijaga bersih dan diperiksa lagi atas kerusakan dan retak- retak.
 Menurunkan Pipa Kedalam Parit Galian
 Pipa yang akan dipasang diturunkan kedalam parit galian, bila perlu dengan
bantuan alat-alat khusus yang disediakan oleh Kontraktor atau pelaksana
pekerjaan.
 Semua pipa, alat-alat bantu valve dan perlengkapan lainnya harus dengan hati-
hati diturunkan kedalam parit galian satu persatu dengan derek, tali-tali dan
lain-lain alat yang sesuai agar terhindar dari kerusakan.
 Bila terjadi kerusakan pada pipa dan perlengkapannya akibat kelalaian
Kontraktor atau pelaksana pekerjaan, kontraktor atau pelaksana pekerjaan
harus mengganti pipa-pipa yang rusak atau memperbaiki (bila masih dapat
diperbaiki) kembali seperti semula dengan persetujuan pengawas Proyek.
 Pemeriksaan Sebelum Pemasangan
 Semua pipa dan perlengkapan pipa yang akan dipasang serta alat-alat bantu
untuk pemasangan tersebut harus diperiksa dengan cermat dan hati-hati
untuk menghindari bahwa yang terpasang tidak cacat sesaat sebelum pipa-
pipa/perlengkapan pipa tersebut diturunkan pada lokasi yang sebenarnya.
 Bila ada ujung pipa terdapat bengkokan-bengkokan hal tersebut harus
dihindarkan, atau ujung pipa yang bengkok harus dipotong sesuai dengan
petunjuk-petunjuk.
 Pembersihan Pipa dan Alat-alat Bantu
 Semua pipa yang akan dipasang harus bebas dari segala macam jenis
kotoran. Bagian luar dan dalam ujung pipa yang akan dipasang harus
dicuci terlebih dahulu sampai bersih, bebas dari minyak dan gemuk sehingga
diperoleh sambungan pipa yang stabil dan baik.
 Pemasangan Pipa
 Pada pipa-pipa yang sudah dipasang harus dicegah jangan sampai kemasukan
segala macam jenis kotoran umpamanya bekas puing- puing, alat-alat, bekas
pakaian dan lain-lain kotoran yang dapat mengganggu kebersihan dan
kelancaran aliran air di dalam pipa.
 Setiap pipa yang sudah dimasukkan kedalam galian harus langsung dipasang
dan disetel sambungannya dan kemudian diurug dengan bahan-bahan yang
aman atau sesuai gambar, serta dipadatkan.
 Semua ujung pipa yang terakhir yang pada saat pemasangannya berhenti,
harus ditutup sehingga kotoran ataupun air buangan tidak masuk kedalam
pipa.
 Tikungan/ belokan (vertikal/ horizontal) tanpa elbow/ bend dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga sudut sambungan antara dua pipa tidak boleh
lebih besar dari yang diizinkan oleh pabrik pipa yang bersangkutan.
 Perubahan arah perletakan pipa (belokan/ tikungan), harus dilaksanakan
dengan penyambung bend/ elbow yang sesuai, begitu pula untuk percabangan
harus dengan tee atau tee cross (sesuai kebutuhannya).
 Membengkokkan lebih besar dari sudut yang dipersyaratkan atau merubah
bentuk pipa dengan cara apapun tidak diperbolehkan (secara mekanis maupun
dengan cara pemanasan).
 Peil dari perletakan pipa serta dalamnya terhadap muka jalan/ tanah asal harus
diperiksa dengan teliti sesuai gambar.
 Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-benar mengenai
kedudukan pipa agar pipa yang dipasang betul-betul lurus serta pada peil yang
benar dan dasar pipa harus terletak rata, tidak boleh ada benda keras yang
memungkinkan rusaknya pipa dikemudian hari.
 Pada waktu pemasangan pipa, parit galian untuk perletakan pipa harus kering,
tidak boleh ada air sama sekali dan bagian dalam pipa harus bersih.
Penyambungan pipa hanya dilakukan dalam keadaan kering.
 Jika diperlukan, di sekeliling pipa harus diberi pasir urug sesuai dengan
gambar atau bila tidak dinyatakan lain diberi lapisan pasir urug sedemikian
rupa sehingga terdapat pasir setebal 15 cm di bawah, disamping dan di atas
pipa, kecuali untuk pipa-pipa yang memotong jalan harus diurug segera dengan
pasir pasang penuh, dan tanah bekas galiannya harus disingkirkan agar segera
dapat dilalui kendaraan-kendaraan, dan khusus untuk jalan-jalan protocol (lalu
lintas padat dan kendaraan-kendaraan berat) harus dilindungi dengan pelat
baja.
 Semua pemasangan fitting penyambungan pipa seperti flange, tee, elbow/bend,
dan sebagainya jika diperlukan diberi blok-blok anker dari beton (beton
campuran 1 : 2 : 3).
 Setiap pekerjaan pemasangan pipa yang dihentikan pada waktu diluar jam-jam
kerja, ujung-ujung pipa yang terakhir harus ditutup rapat air untuk mencegah
masuknya kotoran/benda-benda asing/air kotor.
 Material yang digunakan untuk tutup ujung pipa tersebut harus bersih dan
bebas dari minyak/oli/ter/aspal atau bahan-bahan minyak pelumas lainnya.
 Pemotongan pipa
 Apabila benar-benar diperlukan, pemotongan pipa dapat dilakukan harus
dilaksanakan dengan alat yang sesuai/ khusus untuk jenis atau bahan pipa
yang dipasang, agar benar-benar terjamin penyambungannya yang baik sesuai
dengan syarat-syarat teknis/ petunjuk dari pabrik pipa yang bersangkutan.
 Penyingkiran Sarana-Sarana yang ada
 Segala sarana yang perlu disingkirkan akibat penggalian pekerjaan
pemasangan pipa, harus diperbaiki dan dikembalikan seperti keadaan dan
kondisi semula.
 PENYAMBUNGAN PIPA
 Umum
 Pada bagian luar setiap pipa dan penyambung harus diberi tanda yang
mencakup diameter nominal dalam mm, tebal dinding nominal dalam mm,
tingkat kelas, cap pabrik dan nomor produksi setiap pipa lengkung (bend)
harus juga mencantumkan besarnya sudut lengkung. Pemberian tersebut
harus tidak mengganggu kekuatan pipa.
 Penyambungan pipa-pipa dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
penyambungan pipa dari pabrik pembuat pipa dan atau berdasarkan petunjuk-
petunjuk pengawas.
 Penyambungan pipa dilakukan dengan menggunakan lem perekat khusus pipa
atau menggunakan karet untuk pipa PVC sedangkan untuk pipa galvanis
menggunakan drat atau di las.
 Sambungan pipa u PVC dengan TS-Joint (mempergunakan lem/ perekat).
 Bersihkan socket dan sphigot dengan bahan pembersih (cleaner). Kemudian
oleskan satu lapis lem secara merata dengan menggunakan kwas bersih pada
permukaan socket. Baik bahan pembersih maupun lem yang dipergunakan
pada pekerjaan ini harus sesuai dengan petunjuk pabrik.
 Oleskan bahan perekat yang sudah sesuai pada permukaan pipa secara
membujur dan jangan secara melintang.
 Bersihkan mulut socket dari sisa bahan perekat yang mungkin ada. Sesudah 2-
3 menit, sambungan itu sudah menjadi kuat.
 Uji coba tekanan, baru dapat dilakukan setelah 24 jam kemudian.
 Sambungan pipa Galvanis dengan drat.
 Bersihkan drat dan ujung-ujung pipa yang akan disambung. Jika diperlukan
bahan pembersih yang dipergunakan pada pekerjaan ini harus sesuai dengan
petunjuk pabrik.
 Pipa ditempatkan pada posisi yang sama rata dan pastikan bahwa drat
sambungan pipa secara tepat pada drat ujung pipa.

 PEMASANGAN VALVE/KATUP
 Lokasi pemasangan valves dan valve boxes sesuai dengan gambar.
 Kotak Valve /katup
Kotak valve tidak boleh meneruskan goncangan atau tekanan kepada valve
jadi pemasangannya harus tepat dan lurus diatas valve. Penutup dari box
tingginya harus sama dengan gabar dan mencapai permukaan jalan yang ada.

 AIR VALVE (KATUP UDARA)


 Jika ada, air valve yang akan dipasang pada pipa dilaksanakan seperti tertera di
dalam gambar.
 Tipe/ Tee untuk kedudukan air valve, mur/baut dan semua peralatan yang akan
digunakan untuk pemasangan harus bersih dari kotoran. Air valve harus
dibuat dan dikunci dengan sempurna pipa/Tee sehingga kedap air.

 PERLINTASAN PIPA
 Perlintasan pipa meliputi perlintasan pipa dengan jalan raya dan sungai serta
jalan kereta api apabila ada, pelaksana pekerjaan hendaknya mendapatkan izin-
izin yang diperlukan untuk membuat bangunan perlintasan dari instansi yang
berwenang.
 Untuk pipa-pipa yang melintasi kali/sungai, bila mengizinkan, pipa- pipa
digantungkan pada jembatan yang ada dengan konstruksi yang sederhana, yaitu
dengan memakai gantungan dari besi plat yang dikuatkan pada gelagar
jembatan.
 Apabila tidak memungkinkan digantung pada jembatan yang ada, harus
diadakan jembatan pipa tersendiri.

 PERBAIKAN KEMBALI
 Pelaksana pekerjaan berkewajiban serta bertanggung jawab untuk perbaikan
kembali seperti keadaan/konstruksi semula (sebelum pemasanan pipa) dengan
konstruksi dan kwalitas yang minimal harus sama, untuk semua bangunan
dan konstruksi lainnya yang rusak oleh akibat pelaksanaan pekerjaan
pemasangan pipa. Biaya yang timbul akibat perbaikan ini adalah sudah termasuk
kedalam biaya pelaksanaan

 PENGETESAN PIPA
 Pipa terpasang harus dites/ diuji persambungannya untuk mengetahui apakah
penyambungan pipa sudah dilakukan dengan sempurna.
 Pengetesan pipa dilaksanakan harus dengan sepengetahuan dan disaksikan oleh
pengawas pekerjaan. Pengetesan ulang harus dilaksanakan kembali bila hasil
pengetesan belum mendapat persetujuan dari pengawas.
 Bila tidak ditentukan lain, maka semua biaya yang timbul akibat pekerjaan
pengetesan ini sudah termasuk kedalam biaya pelaksanaan.
 Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara bagian demi bagian dari
panjang pipa dengan panjang pipa untuk tiap kali pengetesan tidak lebih dari 500
m.
 Pengetesan pipa harus dilakukan dengan tekanan minimal 20 (dua puluh) atmosfir
atau dua kali tekanan kerja pipa dan apabila selama 1 (satu) jam tekanan tidak
berubah atau turun, test dinyatakan berhasil dan dapat diterima.
 Pipa harus diisi air terlebih dahulu selama 24 jam sebelum test dilakukan.
 Segala biaya untuk pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Pada waktu pengujian, semua sambungan pipa, fittings maupun perlengkapan
lainnya harus diuji/ ditest pada galian parit yang terbuka (belum diurug). Bila
kelihatan ada kebocoran-kebocoran pada sambungan-sambungan tersebut maka
sambungan tersebut harus diperbaiki sehingga tidak terdapat kebocoran pada
tempat sambungan tersebut.
 Bila ada pipa-pipa, sambungan pipa, fittings dan perlengkapan pipa lainnya yang
retak ataupun rusak pada waktu pengujian tersebut, maka pipa, sambungan
pipa, fitting dan perlengkapan tersebut harus diganti dengan yang baru dan
pengetesan pipa harus diulang kembali.

2. SPESIFIKASI TEKNIS PEMBUATAN PASANGAN BATU DAN BETON

 PEKERJAAN TANAH, GALIAN DAN URUGAN KEMBALI


 Lingkup Pekerjaan
 Termasuk dalam pekerjaan ini adalah melaksanakan galian tanah sesuai
dengan persyaratan yang ditentukan, menjaga terhadap kemungkinan
terjadinya longsoran sehingga mengganggu pelaksanaan pekerjaan
selanjutnya sampai pengurugan kembali hingga padat.
 Pembersihan
 Kontraktor harus membersihkan dan menyingkirkan semua puing-puing
bekas bongkaran di dalam daerah pekerjaan ke luar site sesuai petunjuk PPTK
atau Direksi.

 PENGGALIAN DAN PENIMBUNAN KEMBALI


 Lingkup Pekerjaan
 Bagian ini meliputi semua pekerjaan penggalian baru maupun penggalian
endapan tanah pada konstruksi yang akan direhab. Termasuk dalam pekerjaan
ini adalah penimbunan kembali, pengupasan dan penimbunan kembali lapisan
tanah atas (Top Soil) serta pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan itu,
yang disesuaikan dengan gambar-gambar.
 Pelaksanaan
 Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan
dan kedalaman yang perlu untuk dasar konstruksi yang dipersyaratkan atau
diperlihatkan pada gambar- gambar. Penggalian mencakup pemindahan tanah
serta batu-batu dan bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaannya.
 Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tak memuaskan pada kedalaman yang
diperlihatkan dalam gambar-gambar maka penggalian harus diperdalam,
diperbesar atau diubah hingga memenuhi ketentuan sampai disetujui PPTK
atau Direksi, untuk mana pekerjaan ini akan dimulai sebagai pekerjaan
tambah kurang. Kelebihan pekerjaan tidak mengakibatkan pembebanan biaya
tambahan kepada pemilik pekerjaan.
 Pada pekerjaan penggalian untuk mencapai/membentuk permukaan tanah
rencana maka Kontraktor harus mengusahakan dan meyakini bahwa pada
pekerjaan galian tersebut tidak merusak/mengganggu bangunan atau
konstruksi yang sudah ada.
 Penimbunan dan Penimbunan kembali harus dilaksanakan di daerah-daerah
ataupun bagian-bagian pekerjaan, serta mengikuti ukuran-ukuran ketinggian.
Kemiringan-kemiringan dan bentuk-bentuk seperti yang ditunjukkan dalam
gambar-gambar. Penimbunan harus dilaksanakan dalam bentuk-bentuk
lapisan-lapisan dengan ketebalan maksimum 20 cm. Padatkan sesuai dengan
instruksi PPTK atau Direksi. Penimbunan dan timbun kembali, kecuali
ditentukan lain oleh PPTK atau Direksi, harus dari bahan galian pekerjaan ini.
Bahan timbunan harus bebas dari kotoran-kotoran, tumbuh-tumbuhan, batu-
batuan atau bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
 Perlindungan Terhadap Air
 Selama pekerjaan berlangsung Kontraktor harus dengan semua cara yang
disetujui PPTK atau Direksi, menjamin agar tidak terjadi genangan-
genangan air yang dapat mengganggu atau merusak semua pekerjaan galian
atau urugan.
 Penghamparan dan Pemadatan
 Tanah harus dihamparkan dalam lapisan-lapisan setebal tidak lebih dari 20
cm gembur, agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh
ketebalannya. Tanah urugan harus dibasahi secukupnya (sebelum dipadatkan)
untuk mencapai kepadatan yang dipersyaratkan.

 PERMUKAAN TANAH
 Sebelum memulai suatu penggalian, Kontraktor harus memeriksa permukaan
tanah, baik setempat maupun garis transisi yang tertera dalam kontrak adalah
betul. Jika tidak sesuai Pelaksana harus memberitahu secara tertulis kepada
PPTK atau Direksi, jika tidak maka tuntutan mengenai ketidaksamaan permukaan
tanah tidak akan dipertimbangkan.

 PEKERJAAN PASANGAN BATU GUNUNG


 Lingkup Pekerjaan
 Bagian ini meliputi pemasangan semua pasangan batu gunung sesuai
dengan gambar dan RAB di dalam kontrak.
 Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang atau tempat
yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan dan tidak boleh ditaruh
langsung di atas tanah tanpa alas kayu.
 Semen yang menggumpal atau tercampur dengan kotoran atau kena air/
lembab tidak diizinkan untuk digunakan dan harus dikeluarkan dan proyek
dalam batas 3 x 24 jam.
 Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
 Adukan
 Adukan yang dipakai terdiri dari campuran sesuai ketentuan RAB dalam
kontrak.
 Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-
bentuk yang ditunjukkan dalam gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh
dengan adukan sehingga semua hubungan batu melekat satu sama lain
dengan sempurna. Setiap batu harus dipasang diatas lapisan adukan dan
diketok ke tempatnya hingga teguh.
 Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antar batu untuk mendapatkan
massa yang kuat dan integral di beberapa sisi luar dan dalam. Batu yang akan
dipasang dibasahi dahulu, lalu dibentuk menjadi bidang luar sesuai dengan
gambar rencana atau petunjuk PPTK atau Direksi.

 PEKERJAAN PLESTERAN & ACIAN


 Lingkup Pekerjaan
 Bagian ini meliputi pemasangan semua plesteran sesuai dengan gambar dan
RAB di dalam kontrak.
 Adukan
 Adukan yang dipakai terdiri dari campuran sesuai ketentuan RAB dalam
kontrak.
 Pekerjaan plesteran dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk
yang ditunjukkan dalam gambar. Plesteran dan plesteran siar adukan (jika ada),
dibuat dengan perbandingan campuran adukan sesuai ketentuan RAB.
 Sebelum memulai plesteran dan/atau plesteran siar adukan, pasangan batu yang
sudah terpasang dibasahi terlebih dahulu untuk memudahkan merekatnya
campuran. Plesteran dan plesteran siar adukan dibuat dengan ketebalan ± 15
mm atau sesuai analisa harga satuan pekerjaan. Plesteran dibuat pada seluruh
permukaan batu yang tampak sedangkan plesteran siar dibuat pada seluruh sela
antara pasangan batu yang tampak dipermukaan.
 Acian adalah campuran air dan semen dengan kekentalan tertentu yang dibuat
untuk menutupi seluruh permukaan plesteran agar tampak halus dan rata.

 PEKERJAAN BETON

 Ketentuan Umum
 Persyaratan-persyaratan Konstruksi Beton, istilah teknis dan syarat-syarat
pelaksanaan beton secara umum menjadi kesatuan dalam bagian buku
persyaratan teknis ini. Kecuali ditentukan lain dalam buku persyaratan teknis
ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan referensi di bawah ini :
a. Peraturan Beton SKSNI 1991
b. Peraturan pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
c. American Society of Testing Materials (ASTM)
d. Standar Industri Indonesia ( SII)
 Bilamana ada ketidaksesuaian antara peraturan-peraturan tersebut di atas maka
Peraturan-peraturan Indonesia lainnya yang menentukan sesuai dengan
hirarkinya.
 Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan ini dengan ketetapan dan
kesesuaian yang tinggi menurut persyaratan teknis ini, gambar rencana dan
instruksi-instruksi yang dikeluarkan oleh PPTK atau Direksi, semua pekerjaan
yang tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti atas biaya
kontraktor sendiri.
 Semua material harus baru dengan kualitas yang terbaik sesuai
persyaratan dan disetujui oleh PPTK atau Direksi. PPTK atau Direksi berhak
untuk meminta diadakan pengujian bahan-bahan tersebut dan kontraktor
bertanggung jawab atas segala biayanya. Semua material yang tidak disetujui
oleh PPTK atau Direksi harus segera dikeluarkan dari proyek /site dalam
waktu 3 x 24 jam.
 Lingkup Pekerjaan
 Meliputi segala pekerjaan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan beton
sesuai dengan gambar rencana dan RAB.
 Pengadaan, detail dan pemasangan semua penulangan dan bagian-bagian
dari pekerjaan lain yang tertanam dalam beton.

 Ketentuan Bahan
 Semen
o Semua semen yang digunakan adalah jenis portland cement sesuai
dengan persyaratan NI-2 Bab 3 Standar Indonesia NI-8 /1964, SH 0013-
81 atau ASTM C-150 dan produksi dari satu merk / pabrik.
o Kontraktor harus menempatkan semen tersebut dalam gudang atau tempat
penyimpanan yang baik untuk mencegah terjadinya kerusakan, dan tidak
boleh ditaruh langsung di atas tanah tanpa alas kayu.
o Semen yang menggumpal, sweeping, tercampur dengan kotoran atau kena
air/lembab tidak diizinkan untuk digunakan dan harus segera dikeluarkan
dan proyek dalam batas 3 x 24 jam.
o Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
 Agregat Kasar
o Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi
sesuai menurut NI-2 pasal 3, 4, 5 bab III dan serta mempunyai ukuran
terbesar 0.5 - 2 cm atau sesuai ketentuan di dalam RAB.
o Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori dan
berbentuk (tidak bulat).
o Bila ada butir yang pipih maka jumlahnya tidak boleh melebihi 20 % dari
volume total bahan yang dibutuhkan.
o Bahan harus bersih dari zat-zat organik, zat-zat reaktif alkali atau substansi
yang merusak beton dan tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 %.
o Jika diperlukan, dilakukan uji laboratorium dengan ketentuan gradasi
seperti berikut :
Saringan Ukuran % Lewat Saringan
1” 25,00 mm 100
¾” 20,00 mm 90 - 100
3/8” 95,00 mm 20 – 55
No.4 4,76 mm 0–1

o Hasil “crushing test” dari laboratorium yang berwenang terhadap kubus-


kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus dilaporkan kepada
PPTK atau Direksi untuk dimintakan persetujuannya.
 Agregat Halus
o Menggunakan pasir beton yang berlaku dipasaran lokal yang bersih dari
bahan organik, lumpur, zat-zat alkali dan tidak mengandung lebih dari 50%
substansi-substansi yang merusak.
o Jika diperlukan, dilakukan uji laboratorium dengan ketentuan gradasi
seperti berikut :

Saringan Ukuran % Lewat Saringan


3/8” 95,00 mm 100
No. 4 4,76 mm 90 – 100
No. 8 2,39 mm 80 – 100
No. 16 1,19 mm 50 – 85
No. 30 0,19 mm 25 – 65
No. 50 0,297 mm 10 – 30
No. 100 0,149 mm 5 – 10
No. 200 0,074 mm 0–5

 Air
o Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak
atau garam serta zat- zat yang dapat memsak beton baja bertulang. Dalam
hal ini sebaiknya digunakan air bersih yang dapat diminum.
 Baja Tulangan
o Baja tulangan yang digunakan adalah baja polos dimana harus memenuhi
persyaratan SKSNI. Bila diperlukan, akan dilakukan pengujian test
tegangan tarik-putus dan "Bending" untuk setiap 10 ton baja tulangan
hingga memenuhi tegangan leleh karakteristik ( ) = 2400 kg/cm2 atas
biaya kontraktor.
o Batang-batang tulangan harus disimpan tidak menyentuh tanah secara
langsung dan penimbunan baja tulangan diudara terbuka harus dihindari.
o Kawat ikat berukuran minimal Ø 1 mm.
o Batang-batang tulangan yang berlainan ukurannya harus ditimbun
pada tempat terpisah dan diberi tanda yang jelas.
 Bahan Pencampur
o Penggunaan bahan pencampur (admixture) tidak dijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari PPTK atau Direksi.
o Apabila diperlukan menggunakan bahan pencampur, kontraktor harus
mengadakan percobaan-percobaan perbandingan berat dan W/C ratio
dari penambahan bahan pencampur (admixture) tersebut.
 Cetakan Beton
o Menggunakan kayu bekisting atau setara dengan kayu klas III dengan
ketebalan minimal 2 cm, atau multiplek tebal minimal 18 mm atau sesuai
analisa perhitungan harga satuan pekerjaan, dengan jarak rangka kayu
harus disetujui PPTK atau Direksi.

 Mutu Beton
 Mutu beton untuk Konstruksi bangunan harus memenuhi persyaratan
kekuatan tekan karakteristik sebagai berikut:

Mutu beton Jenis Pekerjaan


K 175 Rabat Beton
K 225 Semua struktur beton & plat beton

 Slump (kekentalan beton) untuk jenis konstruksi berdasarkan SKSNI adalah


sebagai berikut:

Jenis Konstruksi Slump maks. (cm) Slump min.(cm)


Rabat Beton 12,5 5,0
Pelat, Balok & Dinding, Kolom 15,0 7,5
Kaison & Konstruksi bawah tanah 9,0 2,5
Pelat diatas tanah/pergeseran jalan 7,5 5,0

 Persiapan Pengecoran
 Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian-bagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran-kotoran dan bagian beton yang lepas.
 Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus sudah terpasang dengan
baik.
 Bidang-bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
 Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang-bidang tersebut harus disapu dan air
yang tinggal harus dikeringkan dari semua bagian-bagian yang akan dicor.
 Kontraktor harus tetap menjaga kondisi bagian-bagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh PPTK atau Direksi.

 Acuan/ Cetakan Beton/ Bekisting


 Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas dan bidang dari hasil
beton yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku.
 Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubang- lubang atau terjadi lendutan. Sehubungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah Horisontal dan Vertikal.
 Tiang-tiang penyangga harus direncanakan sedemikian rupa agar dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya "overstress"
atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani
Struktur dari tiang penyangga harus kuat dan kaku untuk menunjang berat
sendiri dan beban yang ada diatasnya selama pelaksanaan.
 Penulangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatan dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat
beton dituang. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran,
dan diberi minyak bekisting (form oil) untuk mencegah lekatnya beton pada
cetakan. Pelaksanaannya harus berhati-hati agar tidak terjadi kontak dengan
baja tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dan dengan tulangan.
 Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan dari PPTK atau Direksi
setelah beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
o Bagian sisi balok - 48 jam
o Plat lantai - 21 hari
 Dengan persetujuan PPTK atau Direksi cetakan dapat dibongkar lebih awal
apabila telah mencapai 75% dari keringnya beton. Segala ijin yang diberikan
tidak mengurangi atau membebaskan tanggung jawab Kontraktor tehadap
kerusakan yang timbul akibat pembongkaran cetakan.
 Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati-hati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton dan dapat menjamin keselamatan
penuh atas struktur- struktur yang dicetak.
 Dalam hal terjadi bentuk beton yang tidak sesuai dengan gambar rencana,
Kontraktor wajib mengadakan perbaikan atau pembentukan kembali.
 Permukaan beton harus bersih dari sisa-sisa kayu cetakan dan pada bagian-
bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurugan dilakukan.
 Untuk permukan beton yang diharuskan exposed, maka kontraktor wajib
memfinishnya tanpa pekerjaan tambah.

 Pengangkutan dan Pengecoran


 Waktu pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat, sehingga waktu
antara pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi
perbedaan pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang
akan dicor.
 Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan melebihi waktu yang
ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan penghambat pengikatan
(retarder) dengan persetujuan PPTK atau Direksi.
 Kontraktor harus memberitahukan PPTK atau Direksi selambat-lambatnya 2
(dua) hari sebelum pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan untuk
melaksanakan pengecoran beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
cetakan dan pemasangan baja tulangan serta bukti bahwa Kontraktor akan
dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan.
 Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada
semen dan agregat telah melampaui 1,5 jam, dan waktu ini dapat berkurang,
bila PPTK atau Direksi menganggap perlu berdasarkan kondisi tertentu.
 Pengecoran harus dilakukan sedemikian rupa untuk menghindarkan terjadinya
pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara
penuangan dengan alat-alat bantu harus mendapat persetujuan PPTK atau
Direksi dan alat-alat tersebut harus selalu bersih dan bebas dari sisa-sisa beton
yang mengeras.
 Adukan tidak boleh dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 1,5 m.
Bila memungkinkan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan
dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
 Bila menggunakan alat penggetar, maka penggetaran tidak boleh dilaksanakan
pada beton yang telah mengalami "initial set" atau yang telah mengeras dalam
batas dimana beton akan menjadi plastis karena getaran, penggetaran harus
bersamaan dengan penuangan beton.
 Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus
diberi lantai kerja setebal 5 cm, agar menjamin duduknya tulangan dengan
baik dan mencegah penyerapan air semen oleh tanah /pasir secara langsung.
 Bila pengecoran beton harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi
keras dan tidak berubah bentuk, maka bagian tersebut harus dibersihkan dari
lapisan air semen (laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu
kedalaman yang cukup, sehingga didapat beton yang padat. Segera setelah
pemberhentian pengecoran, adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan
harus dibersihkan.
 Semua pengecoran harus dilaksanakan siang hari dan apabila diperkirakan
pengecoran dari suatu bagian tidak dapat diselesaikan pada siang hari, maka
sebaiknya tidak dilaksanakan, kecuali atas persetujuan PPTK atau Direksi
dapat dilaksanakan pada malam hari dengan ketentuan bahwa sistem
penerangan sudah disiapkan dan memenuhi syarat, serta penyiapan tenda-
tenda untuk menjaga terjadi hujan.
 Pemadatan Beton
 Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan guna
pengangkutan penuangan beton dengan kekentalan secukupnya agar didapat
beton yang padat.
 Seluruh sela-sela beton diisi dengan cara menusukan alat bantu untuk
mendorong campuran beton masuk hingga menutupi seluruh ruang tulangan
besi.
 Hasil beton harus merupakan masa yang utuh, bebas dari lubang-lubang,
segregasi atau keropos.
 Pemadatan dinyatakan cukup setelah mendapat persetujuan PPTK atau
Direksi.
 Jika menggunakan mesin pemadat, maka harus diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
o Pemadatan beton seluruhnya harus dilaksanakan dan dioperasikan oleh
orang yang berpengalaman.
o Penggetaran dilakukan secukupnya agar tidak mengakibatkan "Over
Vibration" dan tidak diperkenankan melakukan penggetaran dengan
maksud untuk mengalirkan beton.
o Pada daerah penulangan yang rapat, penggetaran dilakukan dengan alat
penggetar yang mempunyai frekwensi tinggi (rpm tinggi) untuk menjamin
pengisian beton dan pemadatan yang baik.
o Dalam hal penggunaan vibrator, maka slump dari beton boleh melebihi
12,5.
o Jarum penggetar harus dimasukkan ke dalam adukan vertikal, tetapi dalam
keadaan khusus boleh miring 45 derajat dan jarum vibrator tidak boleh
digerakkan secara horizontal.
o Alat penggetar tidak boleh disentuh pada tulangan-tulangan, terutama pada
tulangan yang telah masuk pada beton yang telah mulai mengeras, serta
berjarak minimal 5 cm dari bekisting.
o Setelah sekitar jarum nampak mengkilap, maka secara perlahan-lahan
harus ditarik, hal ini tercapai setelah bergetar 30 detik (maksimal).

 Baja Tulangan
 Semua baja tulangan yang dipakai adalah tulangan besi polos harus bersih
dari segala macam kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain yang akan
merusak mutu beton.
 Pelaksanaan penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan
harus sesuai dengan persyaratan dalam SKSNI T 15-1991

V. SPESIFIKASI JABATAN KERJA KONSTRUKSI


Untuk mencapai output sesuai yang diharapkan, Kontraktor Pelaksana harus menyediakan

Tenaga Personil Inti serta Peralatan Utama yang memenuhi ketentuan baik ditinjau dari segi

lingkup kegiatan maupun tingkat kompleksitas pekerjaan, sebagai berikut :

1. Kebutuhan Personil Inti minimal :


 Site Manager : 1 Orang

 Kualifikasi Pendidikan : SMA Sederajat

 Pengalaman/Umur Ijazah : 2 Tahun

 Sertifikat Keahlian/Keterampilan : SKT Tk. III Pelaksana Perpipaan Air Bersih/

Pelaksana Lapangan Pekerjaan Perpipaan

(Dapat dirangkap oleh Penanggung Jawab Badan Usaha/Direktur)

 Pelaksana Lapangan : 1 Orang

 Kualifikasi Pendidikan : SMK sederajat

 Pengalaman/Umur Ijazah : 2 Tahun

 Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) : 1 Orang

 Kualifikasi Pendidikan : D3

 Pengalaman/Umur Ijazah : 1 Tahun

 Sertifikat Keahlian/ Keterampilan : Sertifikat Petugas K3

 Logistik : 1 Orang

 Kualifikasi Pendidikan : SMA Sederajat

 Pengalaman/Umur Ijazah : 1 Tahun

 Administrasi/ Bendahara : 1 Orang

 Kualifikasi Pendidikan : SMA Sederajat

 Pengalaman/Umur Ijazah : 1 Tahun

Raha, 18 Februari 2021

KPA Bidang Cipta Karya


Dinas PUPR Kab. Muna
MUSTAJAB, ST
NIP. 19740730 200901 1 004

Anda mungkin juga menyukai