[Document title]
[DOCUMENT SUBTITLE]
RAFLIS RUSDI
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan kanuria-Nya
sehingga penyusunan POM 02 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya akhirnya dapat
diselesaikan. Tersusunnya POM 02 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya bermaksud
memberikan gambaran tentang bagaimana melaksanakan tahapan penyelenggaraan
Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya dari perencanaan sampai dengan
pelaksanaan konstruksi.
Tujuan pelaksanaan komponen ini adalah bertambahnya jumlah penghunian rumah yang
layak huni melalui skema BSPS, meningkatnya sistem pelaksanaan program Rumah
Swadaya, serta terlaksananya dukungan teknis untuk pengembangan program Rumah
Swadaya. Cara ini memang dimaksudkan untuk menstimulir semangat gotong royong
warga menyediakan rumah layak huni, baik membangun rumah baru atau merehabilitasi
tempat tinggal mereka.
Petunjuk POM 02 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ini disusun sebagai panduan
dalam memberikan bantuan masyarakat tidak mampu, yang sangat membutuhkan
hunian layak, hasil pelaksanaan dari petunjuk ini diharapkan dapat melihat berbagai
kelebihan dan kekurangan sehingga atas masukan dan saran dari seluruh pelaku,
petunjuk pelaksanaan ini dapat diperbaharui kembali sebagai penyempurnaan ke depan.
Kami berharapkan, petunjuk pelaksanaan ini dapat dipahami dan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan, sehingga
program ini dapat mencapai tujuan dan keluaran yang diharapkan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v
ii
Bab 03 PENGELOLA PROGRAM BSPS .................................................................... 21
3.1 Pengelola Program di Tingkat Pusat ........................................................ 21
3.1.1 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ......................... 21
3.1.2 Komite Pengelola Proyek (Project Management Committee - PMC) 21
3.1.3 Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit - PIU)............. 22
3.1.4 Wakil Pelaksana BSPS ................................................................... 26
3.2 Pengelola Program di Tingkat Propinsi .................................................... 27
3.2.1 Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen Strategis ................. 28
3.2.3 Tim Koordinasi Provinsi .................................................................. 29
3.3 Pengelola Program di Tingkat Kabupaten/Kota (Tim Teknis) ................ 29
3.4 Pengelola Program di Tingkat Masyarakat ............................................. 30
3.5 Dukungan Pelaksanaan dan Pengelola BSPS ......................................... 31
3.5.1 Konsultan Advisory NAHP................................................................ 31
3.5.2 Konsultan Manajemen Pusat NAHP ................................................ 32
3.5.3 Konsultan Manajemen Pusat BSPS ................................................ 33
3.5.4 Konsultan Manajemen Wilayah/Provinsi ......................................... 34
3.5.5 Tenaga Pendamping Masyarakat di Tingkat Kabupaten/Kota ......... 36
3.5.5.1 Koordinator Fasilitator .......................................................... 37
3.5.5.2 Tenaga Fasilitator Lapangan ............................................... 38
iii
4.3.2 Kajian Risiko dan Dampak serta Penapisan Aspek Lingkungan dan
Sosial ............................................................................................... 45
4.3 3 Kerangka Kerja Penggunaan Lahan dan Permukiman Kembali ...... 52
4.3.4 Kerangka Kerja Pelibatan Masyarakat Hukum Adat (Indigenous
People) dan Kelompok Rentan ........................................................ 53
4.4 Pemantauan dan Evaluasi Aspek Risiko Terhadap Lingkungan dan
Sosial…… ................................................................................................ 54
4.4.1 Lingkup Pemantauan Dan Evaluasi ................................................ 54
4.4.2 Survei Kepuasan Masyarakat Penerima Bantuan ........................... 54
iv
LAMPIRAN
Lampiran Perekrutan Fasilitator……………………………………………………………..91
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Penyelenggaraan BSPS……………………………………………… 7
Gambar 2.2 Alur Pelaporan Kegiatan BSPS……………………………………………….. 20
Gambar 3.1 Struktur Keanggotaan PIU …………………………………………………….23
Gambar 5.1 Mekanisme SIRUS ……………………………………………………………...63
Gambar 5.2 Gambar Bisnis Proses e-BSPS………………………………………………. 63
Gambar 5.3 Bagan Alir Penanganan Pertanyaan dan Pengaduan……………………… 78
Gambar 5.4 Peran pelaku Dalam PPM…………………………………………………….. 81
Gambar 6.1 Diagram Penyaluran Dana BSPS …………………………………………….82
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pihak Yang Terlibat Dalam Pelaksanaan Program BSPS…………………… 3
Tabel 4.1 Aspek Risiko Terhadap Lingkungan dan Sosial BSPS……………………... 45
Tabel 4.2 Analisis Risiko Terhadap Lingkungan dan Sosial BSPS …………………… 48
Tabel 5.1 Skema Fasilitasi Pendampingan ………………………………………………. 57
Tabel 5.2 Substansi Materi Fasilitasi Pendampingan …………………………………… 60
Tabel 5.3 Alur Pelaporan BSPS …………………………………………………………….69
Tabel 6.1 Tahapan Proses Penganggaran BSPS …………………………………………82
Tabel 6.2 Uraian Komponen Kegiatan dan Kode Akun……………………………………84
Tabel 6.3 Proses Penyaluran Bantuan Dengan Skema BSPS……………………………86
Tabel 6.4 Proses Pembayaran untuk Dukungan Pengelolaan, Operasional dan Pengem
bangan Program Swadaya……………………………………………………… 90
v
Bab 01 PENDAHULUAN
1
keluarga untuk memiliki rumah yang lebih layak huni. Namun capaian ini dinilai masih
kecil dibandingkan dengan jumlah RTLH yang ada. Selain itu, program BSPS juga
dinilai belum optimal dalam memenuhi kebutuhan RLH baik kendala dari sisi teknis
mapupun pembiayaan.
Salah satu cara untuk mengatasi kendala-kendala tersebut di atas maka di
laksanakannya National Affordable Housing Program (NAHP). Upaya itu dilakukan
dengan memperluas jangkauan sasaran penerima manfaat dan memberikan
dukungan teknis untuk mengembangkan sistem pendukung dan kebijakan
penyediaan rumah secara swadaya. Dengan ini, diharapkan intervensi pemerintah
dalam mendorong MBR memiliki rumah yang layak huni secara swadaya dapat
berjalan dengan lebih efektif dan efisien. Selain itu, diharapkan kebijakan perumahan
swadaya ke depannya dapat mengoptimalkan sumber daya lain selain pemerintah
dan penerima manfaat itu sendiri dengan menciptakan lingkungan yang kondusif
agar tujuan akhir ‘seluruh masyarakat Indonesia menghuni RLH’ dapat diwujudkan
lebih cepat.
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan komponen ini adalah bertambahnya jumlah penghunian rumah
yang layak huni melalui skema BSPS, meningkatnya sistem pelaksanaan program
Rumah Swadaya, serta terlaksananya dukungan teknis untuk pengembangan
program Rumah Swadaya.
2
1.3.2 Bantuan Operasional Pelaksanaan BSPS
Subkomponen ini mencakup dukungan pengelolaan oleh pihak ketiga dan
pendampingan oleh Tim Pendamping Masyarakat untuk pelaksanaan BSPS.
Masukan-masukan untuk peningkatan kualitas pengelolaan dan pendampingan
akan diberikan selama program berjalan.
3
✓ Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan
Perumahan;
✓ Direktur Rumah Swadaya;
✓ Kepala Biro Perencanaan Anggaran dan Kerja
Sama Luar Negeri; dan
✓ Kepala Unit Pelaksana Proyek/Project
Implementaton Unit (PIU) National Affordable
Housing Program (NAHP)
• Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit -
PIU)
• KPA/ Satuan Kerja
• PPK
Pemerintah Daerah • Pemerintah Provinsi
• Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman
• SKPD bidang perencanaan pembangunan
• SKPD bidang pemberdayaan
• Pemerintah Kabupaten/Kota
• Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman
• SKPD bidang perencanaan pembangunan
• SKPD bidang pemberdayaan
• Camat lokasi
• Kepala Desa/Lurah
Penyedia Jasa (Pihak • Penyedia jasa konsultansi dan/atau non-konsultansi
Ketiga) untuk operasional BSPS
• Penyedia jasa konsultansi untuk dukungan teknis
rumah swadaya
Pelaksana tingkat lokal • Koordinator fasilitator
4
• Tenaga fasilitator lapangan
Bank/pos penyalur • Lembaga keuangan bank/ bukan bank.
Penyedia di Tingkat • Toko Material/Bahan Bangunan
Lokal
5
Bab 02 SKEMA PENYENGGARAAN BSPS
6
Gambar 2.2 Skema Penyelenggaraan BSPS
7
verifikasi oleh Direktorat Jenderal Perumahan. Verifikasi dilakukan untuk
menentukan daftar panjang urutan prioritas calon lokasi BSPS.
Verifikasi usulan dilakukan berdasarkan:
a. Tingkat kemiskinan di kabupaten/kota;
b. Proporsi jumlah rumah tidak layak huni terhadap jumlah rumah di
Kabupaten/Kota;
c. Proporsi jumlah kekurangan rumah terhadap jumlah rumah tangga di
Kabupaten/Kota;
d. Kepedulian pemerintah daerah dalam bidang perumahan; dan
e. Program prioritas pemerintah pusat.
Kepedulian pemerintah daerah dalam bidang perumahan meliputi:
a. Mempunyai data rumah tidak layak huni dan kekurangan rumah yang
mutakhir;
b. Mempunyai program bantuan pemerintah daerah dalam bidang
perumahan;
c. Menyediakan dana pendamping kegiatan BSPS dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah; dan
d. Evaluasi kinerja pelaksanaan kegiatan BSPS tahun sebelumnya.
Sedangkan yang dimaksud program prioritas Pemerintah Pusat meliputi:
a. Perintah langsung Presiden;
b. Program prioritas Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
c. Kegiatan berdasarkan usulan kementerian/lembaga/ lembaga tinggi
negara sesuai basis data terpadu atau data lapangan; dan/atau
d. Kegiatan berdasarkan kesepakatan bersama dan/atau perjanjian
kerjasama.
Dalam hal pelaksanaan kegiatan PBRS dalam 1 (satu) hamparan telah selesai
maka KPB dapat mengusulkan prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU)
berupa jalan dan drainase kepada Menteri c.q Direktur Jenderal Perumahan.
8
Usulan PSU oleh KPB dilakukan oleh:
a. Bupati/Walikota dengan tembusan Gubernur; atau
b. Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Usulan PSU dilakukan verifikasi oleh Direktorat Jenderal Perumahan.
9
melakukan rekrutmen fasilitator, baik koordinator fasilitator (Korfas) maupun
tenaga fasilitator lapangan (TFL) berdasarkan kebutuhan.
Kebutuhan terkait dengan fasilitator dilihat dari banyaknya jumlah
Kabupaten/Kota yang direncanakan akan dilaksanakan kegiatan BSPS,
dengan perbandingan 1 (satu) Korfas mendampingi 4 TFL, sementara
untuk TFL diharapkan dapat mendampingi 25-30 penerima bantuan.
Sementara, pedoman rekrutmen fasilitator dapat dilihat pada Lampiran
pedoman ini.
Untuk memastikan arah dan tujuan program dapat dilaksanakan dengan baik,
fasilitator sebagai ujung tombak program di lapangan diwajibkan untuk
mengikuti pembekalan.
Penyiapan masyarakat dilakukan melalui pendampingan TFL untuk
memberdayakan masyarakat calon penerima pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pelaporan, dan pengembangan mandiri paska
kegiatan. Tahap perencanaan akan dijelaskan lebih detail pada alinea
selanjutnya. Kedua, tahap pelaksanaan melalui bimbingan teknis dalam
pemeriksaan bahan bangunan, teknik konstruksi bangunan dan kualitas
bangunan. Ketiga, tahap pengawasan melalui pemantauan pelaksanaan
konstruksi rumah oleh sesama anggota kelompok. Keempat, tahap pelaporan
melalui bimbingan teknis dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban
kegiatan BSPS. Kelima, tahap pengembangan mandiri pasca melalui
bimbingan teknis dan supervisi dalam pemanfaatan, pemeliharaan, serta
pengembangan.
10
dan tokoh masyarakat maupun langsung kepada masyarakat. Metode
sosialisasi disesuaikan dengan karakteristik masyarakat setempat, melalui
pertemuan langsung atau tidak langsung melalui media publikasi seperti
televisi, radio, media cetak. Penyuluhan merupakan kegiatan pemberian
petunjuk dan bimbingan kepada masyarakat, khususnya calon penerima
bantuan dalam kegiatan BSPS. Kegiatan ini dilakukan oleh Dinas, Tim
Teknis, Korfas, atau TFL. Hal-hal yang disampaikan dalam penyuluhan
antara lain prosedur kegiatan, tata cara pelaksanaan program, tanggung
jawab penerima bantuan, sanksi, ketentuan untuk memperbaiki Rumah
tidak layak huni menjadi layak huni dengan memenuhi persyaratan: 1)
Keselamatan Bangunan; 2) Kesehatan Penghuni; dan 3) Kecukupan
minimum luas bangunan. Keselamatan bangunan meliputi pemenuhan
standar keandalan komponen struktur bangunan serta peningkatan
kualitas bahan penutup atap, lantai, dan dinding bangunan. Kesehatan
penghuni meliputi pemenuhan standar kecukupan sarana pencahayaan
dan penghawaan serta ketersediaan sarana utilitas bangunan meliputi
sarana mandi, cuci, dan kakus. Kecukupan minimum luas bangunan
meliputi pemenuhan standar ruang gerak minimum per-orang untuk
kenyamanan bangunan, penyusunan rencana anggaran biaya, pelaporan
kegiatan dan lain-lain. Penyuluhan dapat dilakukan melalui forum
pertemuan atau dilakukan kepada orang-perseorangan.
11
1) Kelengkapan administrasi mencakup dokumen mengenai: a) warga
negara Indonesia yang sudah berkeluarga; b) memiliki atau
menguasai tanah; c) belum pernah memperoleh BSPS atau program
sejenis; d) berpenghasilan paling banyak sebesar upah minimum
provinsi; dan e) bersedia berswadaya dan membentuk kelompok.
2) Kelayakan komponen bangunan (penilaian rumah tidak layak huni):
Rumah dalam kondisi tidak layak huni untuk kegiatan PK dan Rumah
dalam kondisi rusak total atau belum ada bangunan untuk kegiatan
PBRS.
Yang ditentukan melalui pemeriksaan, dengan rincian:
1) Persyaratan rumah layak huni (keselamatan bangunan, kesehatan
penghuni, kecukupan minimum luas bangunan);
2) Penilaian keselamatan bangunan: komponen struktur bangunan
(pondasi, sloof, kolom/tiang, ring balok, kerangka atap); dan kualitas
bahan penutup atap, lantai, dinding;
3) Penilaian kesehatan penghuni: Pencahayaan, Penghawaan dan
Ketersedian MCK; dan
4) Penilaian kecukupan minimum luas bangunan.
12
5) Identifikasi kemampuan CPB bertukang atau calon tukang/pekerja
diluar CPB dalam rencana pelaksanaan konstruksi bantuan
perumahan swadaya;
6) Identifikasi CPB yang berkebutuhan khusus atau keswadayaan
rendah untuk memberikan masukan terhadap forum rembuk warga
dalam pembentukan KPB berdasarkan karakteristik kemampuan
bertukang;
7) Pengisian format rekapitulasi hasil verifikasi dan identifikasi CPB;
8) Berdasarkan isian format, selanjutnya dilakukan rekapitulasi data CPB
setiap lokasi dampingan. Rekap digunakan sebagai dasar untuk
melakukan penyepakatan CPB dalam forum rembuk warga.
13
secara berkelompok dalam melaksanakan program BSPS. KPB dilakukan
penetapan melalui Keputusan Kepala Desa/Lurah/Kepala Kampung/Wali
Nagari.
KPB melakukan survei terhadap toko/penyedia bahan bangunan untuk
ditetapkan dalam kesepakatan. Survei toko/penyedia bahan bangunan
meliputi ketersedian dan harga satuan bahan bangunan, ketersediaan
sarana angkutan serta persyaratan administrasi. Kesepakatan yang
dilakukan oleh KPB dengan toko/penyedia bahan bangunan yang akan
bekerjasama dengan KPB.
14
untuk memastikan kelengkapannya. Proposal yang sudah diklasifikasikan
berdasarkan Desa/Kelurahan/Kampung/Nagari atau nama lain sejenis
disampaikan kepada Korfas untuk diverifikasi kelengkapan dan
kebenarannya, selanjutnya disampaikan kepada Tim Teknis untuk
diverifikasi kembali dan disahkan. Dokumen yang telah disahkan
selanjutnya diajukan oleh Dinas kepada PPK dengan melampirkan surat
permohonan penetapan penerima bantuan.
15
2.1.4. Penetapan Calon Penerima Bantuan
a. Berupa Uang
Proposal diajukan Dinas kepada PPK untuk dilakukan pemeriksaan
kelengkapan dokumen proposal. Proposal yang dinyatakan memenuhi
persyaratan maka penerima bantuan ditetapkan dengan Keputusan PPK
yang dilampirkan Daftar Penerima Bantuan (DPB) dan disahkan oleh Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) atau Kepala Satuan Kerja. Keputusan PPK
tentang penerima bantuan disampaikan kepada bank/pos penyalur sebagai
dasar bank/pos penyalur membuka rekening atas nama penerima bantuan.
b. Berupa PSU
Proposal diajukan oleh Bupati/Walikota kepada PPK untuk melakukan
pemeriksaan kelengkapan dokumen proposal. Proposal yang memenuhi
persyaratan, ditetapkan menjadi penerima. Selanjutnya KPA dan PPK
melakukan persiapan pengadaan barang dan jasa konstruksi
pembangunan PSU sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.2.1 Pencairan
16
2.2.2 Penyaluran
PPK membuat surat perintah penyaluran dana (SPPn) yang ditujukan kepada
pejabat bank/pos penyalur yang dilampirkan Daftar Penerima Bantuan (DPB).
Berdasarkan surat perintah penyaluran dana, maka bank/pos penyalur
menyalurkan bantuan dari rekening Satuan Kerja ke rekening penerima
bantuan.
2.2.3 Pemanfaatan.
Pemanfaatan bantuan dilakukan oleh penerima bantuan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pemanfaatan bantuan dilakukan dalam II (dua) tahap dengan setiap tahap
sebesar 50 % (lima puluh persen) untuk membeli bahan bangunan dan
membayar upah kerja;
b. Bantuan tahap II dapat dilakukan apabila pelaksanaan konstruksi
mencapai atau setara dengan pemasangan bahan bangunan sebesar
paling sedikit 30 % (tiga puluh persen);
c. Pembelian bahan bangunan dilakukan dengan cara pemindahbukuan
uang dari rekening penerima ke rekening toko/penyedia bahan bangunan
setelah bahan bangunan dikirim oleh toko/penyedia bahan bangunan dan
diterima oleh penerima BSPS;
d. Pembayaran upah kerja dilakukan dengan cara penarikan tunai dari
rekening penerima bantuan;
e. Toko/penyedia bahan bangunan tempat pembelian bahan bangunan
dipilih dan ditunjuk oleh KPB berdasarkan survei dan kesepakatan
kelompok dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) Memiliki
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP); 2) Memiliki tempat/alamat sesuai
dengan Surat Ijin Tempat Usaha (SITU); 3) Memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP); 4) Melakukan usaha perdagangan bahan bangunan yang
diketahui oleh masyarakat umum; 5) Menyediakan bahan bangunan yang
dibutuhkan oleh penerima bantuan sesuai dengan proposal yang diajukan
oleh penerima bantuan 6) Bersedia membuka rekening khusus untuk
17
kegiatan Bantuan Perumahan Swadaya di bank yang sama dengan
bank/pos penyalur.; 7) Memiliki sarana angkutan pengiriman bahan
bangunan bersedia mengantar bahan bangunan ke lokasi penerima
bantuan; 8) Lokasi toko/penyedia bahan bangunan diutamakan dekat
dengan penerima BSPS; 9) Harga bahan bangunan sudah termasuk biaya
pajak; dan 10) Membuat perjanjian kerja sama dengan KPB.
Apabila toko/penyedia bahan bangunan tidak memiliki SIUP dan SITU dan
KPB bersepakat melakukan penunjukkan toko/penyedia bahan bangunan
yang dituangkan dalam Berita Acara maka KPB mengusulkan kepada
KPA. KPA berdasarkan surat permohonan KPB menetapkan penunjukkan
toko/penyedia bahan bangunan setelah melalui analisis kelayakan.
Apabila toko/penyedia bahan bangunan tidak dapat menyediakan seluruh
kebutuhan bahan bangunan bagi KPB, maka toko/penyedia bahan
bangunan dapat bekerjasama dengan penyedia bahan bangunan lain
dengan syarat toko/penyedia bahan bangunan yang kontrak kerjasama
dengan KPB bertanggung jawab terhadap pemenuhan kontrak kerjasama.
f. Penerima bantuan melakukan pemanfaatan bantuan berdasarkan Daftar
Rencana Pemanfaatan Bantuan (DRPB) dalam setiap tahap.
g. Ketua KPB melakukan perjanjian kerja sama pembelian bahan bangunan
dengan pemilik toko bahan bangunan.
h. Toko/penyedia bahan bangunan mengirim bahan bangunan ke tempat
penerima bantuan sesuai DRPB dan perjanjian kerjasama dalam 2 (dua)
tahap. Apabila Toko/penyedia bahan bangunan dapat mengirim seluruh
bahan bangunan (tahap 1 dan tahap 2) sekaligus dalam rangka
percepatan dan kemudahan pengiriman berdasarkan kesepakatan
dengan KPB dapat dilakukan tetapi pembayaran tetap dalam 2 (dua)
tahap. Apabila terjadi kondisi tertentu seperti keterbatasan waktu
pelaksanaan dan kesulitan akses ke lokasi, maka pengiriman bahan
bangunan dan pembayaran bahan bangunan dapat dilakukan dalam 1
(satu) tahap berdasarkan Keputusan KPA berdasarkan hasil analisis
terhadap kondisi di lokasi dan laporan Tim Teknis kabupaten/kota.
18
i. Bukti penerimaan uang untuk upah kerja berupa slip penarikan dan bentuk
pertanggungjawaban upah kerja berupa kuitansi atau bukti lain yang sah
dari penerima bantuan kepada tukang atau pekerja dengan dibuktikan
dengan dipakainya bahan bangunan sesuai DRPB.
j. Penerima bantuan menyusun laporan penggunaan dana tahap 1 dan
tahap 2 didampingi oleh TFL, dan diverifikasi oleh Korfas dan Tim Teknis
serta melampirkan dokumen pertanggungjawaban.
19
Khusus PSU
Penyedia jasa kontruksi menyampaikan laporan pertanggungjawaban
pembangunan PSU kepada PPK.
20
Bab 03 PENGELOLA PROGRAM BSPS
21
2) Direktur Pelaksanaan Pembiayaan Perumahan;
3) Direktur Sistem dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan;
4) Direktur Rumah Swadaya;
5) Kepala Biro Perencanaan Anggaran dan Kerja Sama Luar Negeri;
dan
6) Kepala Unit Pelaksana Proyek/Project Implementaton Unit (PIU)
National Affordable Housing Program (NAHP).
22
Susunan dan keanggotaan dari Project Implementation Unit (PIU) adalah
sebagai berikut:
23
c. Project Implementation Unit (PIU)
1) Kepala PIU memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :
a) Melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan PMC NAHP;
b) Melaporkan kepada Kepala PMC dan Wakil Kepala PMC NAHP
mengenai pencapaian kinerja pelaksanaan fisik kegiatan dan
pencapaian kinerja penyerapan anggaran NAHP setiap 3 (tiga bulan dan
jika sewaktu-waktu dibutuhkan oleh PMC;
c) Membantu PMC dalam melakukan kompilasi dan konsolidasi data
realisasi keuangan pelaksanaan anggaran untuk kebutuhan penyusunan
Interim Financial Report (IFR) secara berkala;
d) Membantu PMC dalam mengkonsolidasika kesiapan dan pengelolaan
dokumen pengadaan barang dan jasa;
e) Membantu PMC dalam menyusun dan melaksanakan Kerangka
Perlindungan Sosial dan Lingkungan;
f) Melaksanakan kegiatan NAHP termasuk di dalamnya BSPS; dan
g) Melaksanakan tugas-tugas kesekertariatan PMC NAHP.
24
3) Asisten Bidang NAHP
Asisten Bidang Perencanaan NAHP memiliki uraian tugas, yaitu:
a) Mengkonsolidasikan rencana kegiatan NAHP termsuk di dalamnya
komponen BSPS;
b) Mengkonsolidasikan rencana kegiatan tahunan Jasa Konsultansi, Non
Konsultansi, dan Tenaga ahli Pendukung Program NAHP.
25
b) Mendampingi seluruh tahapan pelaksanaan BSPS mulai dari
perencanaan, pendampingan, kemajuan penyaluran bantuan,
pemantauan pelaksanaan, dan evaluasi program;
c) Melakukan pemantauan terhadap kepatuhan Kerangka Perlindungan
dan Sosial pada seluruh tahapan BSPS; dan
d) Menyusun laporan kemajuan pelaksanaan BSPS kepada koordinator
Penyediaan Perumahan secara periodik.
26
f) Menyusun laporan kemajuan pelaksanaan Bantuan Stimulan
Perumahan Swadaya (BSPS) kepada Koordinator Penyediaan
Perumahan secara periodik.
27
3.2.1 Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen Strategis
Satker dan Pejabat Pembuat Komitmen Strategis berada di bawah Direktorat
Jenderal Perumahan akan menjadi pengelola langsung kegiatan BSPS NAHP.
Satker tersebut adalah Satker Penyediaan Rumah Swadaya yang berlokasi di
Jakarta.
Satker Penyediaan Rumah Swadaya, diwakili oleh PPK Wilayah bertanggung
jawab mengelola BSPS yang terbagi dalam beberapa wilayah yang
didalamnya terdapat lokasi-lokasi dalam provinsi dan kabupaten/kota tertentu.
(pada wilayah tertentu)
Dalam pengelolaan kegiatan BSPS dibantu oleh pihak ketiga (konsultan
pendukung) yaitu Konsultan Manajemen Pusat (KMP) dan Konsultan
Manajemen Wilayah (KMW) yang bekerja untuk memastikan kegiatan
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan. Pada tingkat
pelaksanaan juga dibantu oleh Koordinator Fasilitator (Korfas) dan Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL).
28
3.2.3 Tim Koordinasi Provinsi
Pemerintah Provinsi diwakili oleh perangkat daerah bidang perumahan
bertindak sebagai Tim Koordinasi Provinsi, Tim Koordinasi provinsi ditetapkan
oleh Kasatker.
Tim Koordinasi Provinsi terdiri dari:
a) SKPD yang menangani bidang perumahan sebagai ketua;
b) SKPD yang menangani bidang perencanaan pembangunan sebagai
sekertaris;
c) SKPD yang menangani bidang pemberdayaan sebagai anggota;
31
e) Memfasilitasi pemantauan penyelesaian pengaduan dan memberikan
rekomendasi/tindakan untuk melakukan intervensi untuk mitigasi risiko
di masa depan pada kegiatan BSPS;
f) Menyediakan infografis BSPS sebagai publikasi, dokumentasi, dan
penyebaran informasi BSPS kepada masyarakat luas;
g) Melakukan pengembangan atau penyempurnaan pedoman, manual,
pedoman teknis sebagai alat kerja yang mendukung pelaksanaan
kegiatan BSPS
h) Mengembangkan Sistem Informasi NAHP yang berisi data, informasi
tentang sosialisasi materi, materi program kampanye, dan materi
lainnya sehingga transfer informasi dan manajemen pengetahuan di
antara personel NAHP mudah dan cepat dan mendukung
pengungkapan informasi kepada masyarakat luas;
32
d) Pelaporan berkala, termasuk laporan kegiatan (catatan resmi, laporan
rapat, dll.), laporan kemajuan pelaksanaan kegiatan, laporan
pemenuhan kerangka jaminan sosial dan lingkungan, dan laporan
khusus lainnya sebagaimana diarahkan oleh Unit Manajemen Proyek;
e) Memberikan dukungan teknis dalam persiapan instrumen bimbingan
teknis di bidang penyelenggaraan perumahan khususnya rumah
swadaya, dan melakukan rekapan serta penilaian Rapid Assesment
maupun QAQC di tingkat pusat;
f) Menyampaikan laporan capaian implementasi BSPS serta penilaian
Rapid Assesment maupun QAQC Kepala PIU dan kepada Konsultan
Advisory NAHP
33
d) Mengembangkan sistem informasi pelaksanaan kegiatan BSPS yaitu
Sistem Informasi Rumah Sadaya (SIRUS) dan Pengembangan Aplikasi
Mobile (android)/e BSPS
e) Mengembangkan Metode dan Modul panduan/pedoman pelaksanaan
kegiatan yang meliputi modul pembekalan TFL, modul pembekalan
berjenjang, modul pemantauan dan evaluasi, panduan penilaian cepat
kualitas konstruksi, serta modul pengawasan dan pengendalian
berjenjang.
f) Menyusun buku saku dan buku kerja pendampingan yang dapat
digunakan untuk pelaksanaan pendampingan kegiatan BSPS NAHP
g) Melaksanakan pelatihan modul dan aplikasi sistem informasi
manajemen kepada KMProv, dan KMW; serta melakukan sosialisasi
sistem informasi dan modul/e-learning (pelatihan penggunaan SIRUS
dan e-BSPS)
h) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan KMProv, dan KMW;
i) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kegiatan kepada wakil
pelaksana BSPS dan Konsultan Manajemen Pusat NAHP secara
berkala.
34
d) Menyiapkan materi dan memberikan pembekalan kepada para
fasilitator terkait pemberdayaan masyarakat dan pendampingan teknis
konstruksi dalam program BSPS sesuai kebutuhan peserta;
e) Melakukan kunjungan lapangan dalam rangka pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan BSPS di setiap
kabupaten/kota; diantaranya melakukan kompilasi dan analisa Rapid
Assessment (serta QA/QC)
f) Melakukan pembinaan, coaching, OJT, pengawasan dan pengendalian
terhadap pelaksanaan pendampingan yang dilakukan oleh Koordinator
Fasilitator dan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kepada masyarakat
calon penerima bantuan dan penerima bantuan
g) Memberikan arahan teknis dan administrasi terhadap pelaksanaan
pendampingan yang dilakukan oleh Koordinator Fasilitator (Korfas) dan
Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) kepada Kelompok Penerima
Bantuan (KPB)
h) Melakukan pengawasan dan pengendalian administrasi tahapan
pelaksanaan serta melakukan pemeriksaan kualitas hasil pelaksanaan
peningkatan kualitas maupun pembangunan baru
i) Menerima dan melakukan pengecekan dan tindak turun tangan sesuai
kewenangan atas laporan atau pengaduan masyarakat serta
menyampaikan kepada PPK;
j) Mendampingi secara intensif dan mengarahkan Korfas dan TFL dalam
pelaksanaan program BSPS pada setiap tahapannya serta melakukan
supervisi terhadap kinerja Korfas dan TFL;
k) Menghimpun laporan Korfas dan TFL melalui buku kerja fasilitator serta
menyusun laporan secara periodik kepada PPK
l) Menyusun laporan dan dokumentasi pelaksanaan kegiatan BSPS untuk
keperluan pengisian aplikasi Sistem Informasi Rumah Swadaya
(SIRUS);
m) Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Satker dan
kepada KMP secara berkala
35
3.5.5 Tenaga Pendamping Masyarakat di Tingkat Kabupaten/Kota
Fasilitasi pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dalam
penyelenggaraan rumah swadaya bertujuan mendukung upaya masyarakat
sebagai penerima bantuan agar mau dan mampu meningkatkan kualitas
hunian mereka. Upaya itu dilakukan dengan memanfaatkan dan mengelola
sumber daya baik yang berasal dari dirinya sendiri, lingkungan sekitarnya,
maupun dari luar. Fasilitasi ini dilakukan berjenjang dari fasilitator, aparat dan
tokoh desa, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat. Bagian ini lebih
banyak membahas fasilitasi yang dilakukan oleh fasilitator.
TFL dan Korfas memiliki fungsi utama sebagai: (i) narasumber, (ii) pelatih,
(iii) mediator, dan (iv) penggerak.
a) Sebagai Narasumber. Seorang fasilitator dituntut mampu memberikan
informasi-informasi yang benar terkait dengan program BSPS baik
aspek teknis maupun non-teknis kepada masyarakat yang didampingi.
Fasilitator dituntut untuk dapat menjawab pertanyaan, memberikan
penjelasan, memberikan ulasan, gambaran analisis, maupun saran
atau nasehat yang kongkrit di lapangan. Dalam hal fasilitator
menemukan kesulitan dalam melakukan fungsi-fungsi di atas, maka
fasilitator dituntut untuk dapat mencarikan solusi kepada pihak lain yang
lebih kompeten.
b) Sebagai Pelatih. Seorang fasilitator harus mampu menyampaikan
materi (seperti petunjuk teknis dan peraturan) kepada masyarakat
melalui bahasa dan metode yang mudah dimengerti sehingga
masyarakat maupun pihak yang terlibat benar-benar paham mengenai
program BSPS dan bagaimana melaksanakannya. Pemahanan ini juga
untuk menghindari kesalahan yang dapat terjadi karena improvisasi
yang tidak sesuai dengan aturan yang dapat merugikan masyarakat
maupun fasilitator itu sendiri.
c) Sebagai Mediator. Seorang fasilitator dituntut memiliki kemampuan
dalam memediasi masyarakat dalam menggali potensi-potensi yang
ada di dalam kelompok dan di lingkungan sekitarnya. Fasilitator juga
36
harus mampu menengahi dan membantu konsensus dalam hal terjadi
perbedaan kepentingan dan pendapat yang dapat memicu perpecahan
di dalam kelompok masyarakat dan berpotensi menghambat
pelaksanaan program.
d) Sebagai Penggerak. Seorang fasilitator harus memahami bahwa
masyarakat adalah aktor utama dalam BSPS sehingga salah satu
fungsi utamanya adalah sebagai penggerak masyarakat. Memandirikan
masyarakat yang didampingi merupakan tujuan akhir dari fasilitasi.
Indikator keberhasilan dari fungsi ini adalah pekerjaan tidak berhenti
saat fasilitator tidak lagi mendampingi masyarakatnya.
38
g) Melakukan input data calon penerima bantuan ke dalam sistem
pengelolaan informasi berbasis website untuk pelaksanaan
BSPS atau SIRUS (Sistem Informasi Rumah Swadaya);
h) Mengorganisasikan kelompok penerima bantuan (KPB) di
lapangan;
i) Memfasilitasi musyawarah di tingkat kelompok dan tingkat
desa;
j) Membantu penerima bantuan dalam hal administrasi (laporan-
laporan pelaksanaan dan dokumen-dokumen persyaratan
pencairan dan penyaluran dana);
k) Membantu penerima bantuan untuk memeriksa kesesuaian
bahan bangunan dengan dokumen rencana;
l) Membantu penerima bantuan dan/atau memberikan nasihat
dalam hal teknis konstruksi;
m) Mendorong keswadayaan penerima bantuan baik di level
individu maupun kelompok (melalui gotong royong);
n) Melakukan pengawasan untuk memastikan pelaksanaan
sesuai dengan rencana dan ketentuan BSPS; dan
o) Bersama koordinator fasilitator, memfasilitasi penyelesaian
masalah yang dihadapi di lapangan dengan pihak terkait.
39
Bab 04 PENGENDALIAN PROGRAM
40
penghawaan, pencahayaan, sanitasi dan penggunaan bahan bangunan.
Aspek-aspek tersebut dapat dinilai berdasarkan ketersediaan dan kecukupan
aspek tersebut pada sebuah ruangan.
c) Kecukupan Ruang
Merupakan kondisi yang menyediakan berbagai kemudahan yang diperlukan
sesuai dengan fungsi ruangan atau bangunan sehingga pengguna bangunan
dapat melakukan kegiatannya dengan baik. Aspek kenyamanan bangunan
meliputi kenyamanan ruang gerak, hubungan antar ruang, kondisi udara
dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan. Aspek
pada kegiatan BSPS difokuskan terhadap kecukupan luas ruangan
berdasarkan jumlah penghuni.
d) Air Minum dan Sanitasi
Air minum aman merupakan air minum yang didapatkan dari fasilitas yang
layak, tersedia ketika membutuhkan, dan tidak terkontaminasi tinja (E.Coli).
Sanitasi memadai selain memenuhi persyaratan kelayakan (sanitasi layak
menurut definisi MDGs Nasional) juga mensyaratkan fasilitas yang dikelola
dengan aman (safely managed), yaitu yang tidak dibagi dengan rumah tangga
lain, dimana tinja rumah tangga dibuang secara aman di tempat (septic tank)
atau dikelola di lokasi tempat pembuangan, dan dilengkapi dengan fasilitas
cuci tangan dengan air dan sabun.
41
b) Objek Penilaian : Pondasi, Sloof, kolom, balok, rangka atap, bangunan
jadi;
c) Jenis/Tipe Rumah : Tembok, Setengah Tembok, Rumah Kayu Tapak,
Rumah Kayu Panggung, Rumah Kayu Pondasi dan Umpak
Penyangga Kayu;
d) Peralatan yang dibutuhkan dalam melakukan rapid : Alat ukur,
kamera, alat tulis;
e) Perangkat komputer, file excel, Buku Saku Pembangunan RLH, Kartu
Kendali Konstruksi, Peraturan tentang standar bangunan;
f) Waktu Penilaian : Setiap tahap pekerjaan fisik, cek bahan bangunan,
cek pemasangan, cek dimensi, cek hasil pekerjaan;
g) Jumlah Foto : 10 foto dengan pengambilan objek bangunan yang tepat
untuk menilai 26 item.
Tahap Persiapan Pada Kegiatan Rapid Assessment (Penilaian Cepat)
dilakukan oleh Penerima Bangunan/Kelompok Penerima Bangunan dan
TFL. Sedangkan tahap pemeriksaan dilakukan oleh TFL, kemudian
dilakukan evaluasi oleh Korfas. Setelah menerima worksheet form aplikasi
penilaian cepat dari fasilitator kemudian Korfas memastikan
kelengkapannya. Korfas akan melakukan uji petik penilaian terhadap form
aplikasi yang dikirim dan menilai kesesuaian foto dan kualitas bagian rumah.
Bila ada foto yang tidak jelas Korfas agar melakukan konfirmasi kepada
fasilitator terhadap isian worksheet yang diduga keliru dan meminta fasilitator
untuk segera memperbaiki. Setelah worksheet di evaluasi kemudian Korfas
mengirim worksheet lengkap tersebut kepada Konsultan Manajemen
Provinsi/Wilayah (KMProv/KMW) untuk di rekap dan dilaporkan kepada PPK
maupun Direktorat.
43
4.2.2 Intrumen Teknis Perumahan dan Kawasan Permukiman
Instrumen teknis perumahan dan kawasan permukiman adalah
alat/perangkat yang digunakan sebagai acuan pengerjaan pada konstruksi
rumah dan penyediaan sarana prasarana permukiman. Salah satu
instrumen dalam instrumen teknis perumahan dan kawasan permukiman
yang dapat digunakan untuk melakukan pengendalian terhadap kualitas
konstruksi yaitu instrumen monitoring dan evaluasi yang berisi:
a) Form Pembayaran BSPS,
b) Form Kualitas Konsruksi,
c) Checklist Kualitas Konstruksi.
Pengisian instrumen monitoring dan evaluasi dilakukan oleh TFL kemudian
diverifikasi oleh Korfas, hasil verifikasi yang dilakukan oleh Korfas di
sampaikan ke KMW/KMProv untuk di validasi dan selanjutnya disampaikan
ke KMP untuk direkap.
44
melakukan serangkaian kegiatan mulai dari analisis risiko dan dampak pada
lingkungan.
4.3.2 Kajian Risiko dan Dampak serta Penapisan Aspek Lingkungan dan
Sosial
Teridentifikasi bahwa terdapat 9 (Sembilan) risiko yang berpotensi untuk
mempengaruhi aspek lingkungan dan sosial. Kesembilan risiko tersebut
diidentifikasi melalui peraturan yang diterapkan dalam penyelenggaraan
NAHP pada program BSPS. Gambaran kondisi pada NAHP pada program
BSPS, aspek risiko terhadap lingkungan dan sosial, tergambar dalam tabel
berikut :
45
mensyaratkan keterangan asal material
atau legalitas material tersebut
4 Kebutuhan air bersih Permen PUPR No. 7/PRT/M/2018, untuk
PBRS yang dibangun dalam satu
hamparan, diajukan sesuai prosedur
dalam pasal 15 ayat 1, 2 dan 3
5 Permen PUPR No. 7/PRT/M/2018, untuk
Produksi Sampah Domestik (Cair dan PBRS yang dibangun dalam satu
Padat, Non B3 dan B3) hamparan, diajukan sesuai prosedur
dalam pasal 15 ayat 1, 2 dan 3
6 Kecemburuan dari masyarakat non- upaya mengurangi konflik secara
penerima bantuan prosedural dijaring melalui persyaratan
yang tertuang dalam PermenPUPR
No.7/PRT/M/2018 Pasal 11 ayat 1 yang
berisikan persyaratan penerima bantuan.
7 Keamanan dan Kesehatan ada diatur tentang keselamatan dan
Lingkungan termasuk Gangguan kesehatan lingkungan dalam proses
berupa kebisingan dan debu pada pelaksanaan program
saat konstruksi
8 Proyek NAHP melakukan - namun, tidak secara spesifik pengaturan
pengecualian terhadap masyarakat keterlibatan masyarakat adat termasuk
adat atau tidak melibatkan masyarakat kelompok rentan (usia lanjut, perempuan,
adat. Kepala Keluarga Perempuan dan difabel)
dalam kesetaraan akses dalam
memperoleh bantuan.
- dibutuhkan upaya sosialisasi pada para
pemangku kepentingan agar kelompok
rentan dan Indigenous People tidak
ditinggalkan dalam memperoleh akses
informasi.
46
Dari tabel di atas dapat diperoleh informasi bahwa terkait dengan jaminan
pengurangan risiko terhadap lingkungan dan sosial adalah sebagai berikut:
a) Kepastian penggunaan tanah yang legal atau tidak terjadi pengalihan
fungsi atas tanah dibuktikan dengan keberadaan IMB dam bukti
kepemilikan atau bukti penguasaan atas tanah.
b) Jaminan penggunaan material dari alam (seperti: kayu, pasir/batu) dari
sumber yang legal pada NAHP – BSPS, tidak secara tegas diatur, namun
pihak pensuplai material dari alam tersebut adalah jelas toko material.
Untuk memastikan legalitas material dari alam, dapat dilakukan
penegasan legalitas material dari alam dari toko material pada NAHP –
BSPS.
c) Kondisi yang sama seperti poin 2 terjadi pada penggunaan bahan
bangunan olahan seperti asbestos. Gerbang pengamanan pada NAHP –
BSPS bahan bangunan olahan tersebut diperoleh dari toko material.
d) Jaminan pemenuhan kebutuhan air bersih pada NAHP – BSPS jika
diperlukan dilakukan melalui surat permohonan dari Kelompok Penerima
Bantuan (KPB).
e) Potensi produksi limbah domestik baik cair maupun padat mengancam
pengamanan pada lingkungan, pada NAHP – BSPS pemenuhan melalui
proposal KPB pada Kementerian PUPR.
f) Dalam menanggulangi potensi kecemburuan sosial terutama dari non –
penerima bantuan baik pada NAHP – BSPS sudah cukup jelas pengaturan
dalam tahapan persiapan, namun mitigasi lebih lanjut perludilakukan
melalui sosialisasi kepada para pemangku kepentingan.
g) Pengamanan pada Kesehatan lingkungan pada saat pelaksanaan
konstruksi pada NAHP – BSPS juga sudah diatur.
h) Pengamanan pada pelibatan kelompok rentan (perempuan, kepala
keluarga perempuan, dan difable) termasuk masyarakat hukum adat
(indigenous people) pada NAHP – BSPS hanya melibatkan kelompok
lanjut usia, belum menyertakan kepala keluarga perempuan dan difable
juga masyarakat hukum adat. Untuk menjamin pengaman pelibatan
47
kelompok rentan dan masyarakat hukum adat masih diperlukan upaya
sosialisasi kepada berbagai pemangku kepentingan dalam rangka
meningkatkan akses kelompok tersebut.
48
- Penggunaan kayu untuk Bantuan dan Bank Pemberi
unit rumah sederhana Kredit
sehat (kaso, papan, kayu - Pengecekan keterangan
atap) legalitas dan
pendokumentasian
3 Penggunaan bahan Untuk bahan atap, Menekankan perlunya
bangunan olahan penggunaan bahan pengecekan dan
(besi, cat, dan langit- asbes tidak diizinkan pemahaman persyaratan
langit) karena Asbes termasuk bahan bangunan yang
dalam kategori Bahan ramah lingkungan dan legal
Berbahaya dan Beracun. kepada kepada Satker
Pengganti asbes yang Pusat, Provinsi, KM Prov,
ramah lingkungan adalah Korfas dan Kelompok
dari bahan eter yang Penerima Bantuan dan
bebas asbes atau jenis Bank Pemberi Kredit
asbes lainnya yang Kelompok Penerima
dilarang. Dibuat dari Bantuan di masyarakat dan
campuran semen, air, Tim Teknis serta fasilitator
dan serat sintetis yang lapangan.
aman. Kebutuhan
diperkirakan sebesar 86
lembar per rumah
sederhana sehat.
4 Kebutuhan air bersih Menurut UNESCO Melakukan pengecekan
(2002), kebutuhan air ketersediaan air bersih dan
bersih per kapita adalah kenyamanan penghuni
60 ltr/org/hari. Ditjen rumah setelah
Cipta Karya Kementerian mendapatkan bantuan
PUPR membagi standar pembiayaan perumahan.
kebutuhan air bersih
lebih detil, yaitu 60
49
ltr/org/hari (pedesaan),
90 ltr/org/hari (kota kecil),
110 ltr/org/hari (kota
sedang), 130 ltr/org/hari
(kota besar), dan 150
ltr/org/hari (kota
metropolitan)
5 Produksi Sampah Menurut SNI 3242: 2008, - Memasukan persyaratan
Domestik (Cair dan timbunan limbah pada penampungan sampah di
Padat, Non B3 dan B3) rumah tangga adalah 2,5 rumah: dan
liter per hari atau 0,32 - ketersediaan Tempat
Kg/orang/hari. Sampah Penampungan Sementara
domestik dan buangan (Sampah) pada Lingkungan
air kotor berpotensi
menjadi vektor penyakit
6 Kecemburuan dari NAHP ditargetkan Mencantumkan kerangka
masyarakat non- menjangkau sebanyak dan periode sosialisasi
penerima bantuan mungkin wilayah dan sehingga jangkauan NAHP
diharapkan semakin ini lebih luas dan
banyak masyarakat menjangkau semakin
terlibat. Sehingga ada banyak masyarakat.
potensi kecemburuan
sosial. Meskipun sifatnya
hanya sementara karena
begitu mereka
mengetahuinya, maka
mereka dapat ikut
mengajukan
permohonan.
50
7 Gangguan berupa Pembangunan rumah Mencantumkan mekanisme
kebisingan dan debu berpotensi menyebabkan penanganan keluhan yang
pada saat konstruksi gangguan kebisingan dapat dijadikan pedoman
dan debu pada saat bagi fasilitator dan Tim
konstruksi berlangsung Teknis di lapangan.
kepada warga sekitar.
8 Keamanan dan Aspek keamanan Menegaskan peran
Kesehatan meliputi pekerja dan fasilitator lapangan untuk
Lingkungan masyarakat di sekitar dapat memasukkan
konstruksi rumah. Aspek pendekatan persuasif
keamanan yang perlu dengan para tokoh
diperhatikan adalah masyarakat untuk
potensi kecelakaan. mengurangi konflik.
Aspek kesehatan terkait
operasional rumah
adalah kebersihan,
penyediaan air bersih,
pengelolaan limbah - memastikan drainase
padat dan cair (dari terhubung dengan jaringan
kamar mandi dan WC lingkungan
serta bekas cuci). - memastikan ketersediaan
Saluran drainase limbah septic tank dan resapan
cair yang tidak lancar
juga berpotensi menjadi
vektor penyakit bagi
keluarga dan
masyarakat.
9 Proyek NAHP Sosialisasi informasi - Menyusun rencana
melakukan mengenai bantuan yang pelibatan pemangku
pengecualian ditawarkan oleh Proyek kepentingan (Stakeholders
terhadap masyarakat NAHP bersifat terbatas Engagement Plan – SEP)
51
adat atau tidak tidak sampai kepada dalam identifikasi dan
melibatkan masyarakat adat karena mengelola masyarakat adat
masyarakat adat. keterbatasan secara sebagai salah satu
geografis (lokasi pemangku kepentingan.
masyarakat adat yang
berada di pedalaman) - Tidak mengecualikan
atau karena bahasa posisi masyarakat adat dan
maupun sarana kelompok rentan dalam
komunikasi yang kriteria eligibilitas calon
terbatas yang dimiliki penerima
masyarakat adat.
Masyarakat adat
(termasuk kelompok
rentan: difabel,
janda/duda, dan yang
berusia diatas 58 tahun)
dikecualikan dari calon
penerima bantuan
karena persyaratan
Daftar Negatif
Negative list atau daftar negatif merupakan kegiatan yang dilarang yaitu
kegiatan yang memerlukan pemeriksaan secara penuh berupa AMDAL atau
UKL/UPL, sesuai dengan PermenLHK No. 38 Tahun 2019 untuk kegiatan
wajib AMDAL dan PerMenLHK No. 24 Tahun 2018.
Tentang Pengecualian Kewajiban menyusun AMDAL untuk usaha dan/atau
kegiatan yang berlokasi di daerah Kabupaten/Kota yang telah memiliki
Rencana Detail Tata Ruang.
Kegiatan yang memerlukan penyaringan khusus diperlukan pada kasus:
a. Membangun di dalam dan atau berbatasan langsung dengan area yang
dilindungi seperti: Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Bergambut,
Kawasan pantai berhutan bakau (Mangrove), Kawasan Resapan Air,
Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, Hutan Wisata, Daerah Pengungsian
Satwa, Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Cagar Budaya dan Ilmu
Pengetahuan, Lokasi Situs Purbakala, lokasi peninggalan sejarah.
b. Penggunaan bahan bangunan yang mengandung asbes.
c. Kegiatan produksi dan pengolahan yang menghasilkan emisi atau
effluent cair dan gas kecuali kegiatan dalam skala kecil dan kegiatan‐
kegiatn yang telah direviu dan diberikan sertifikat oleh Bappedalda
berdasarkan standar kontrol polusi air dan udara.
53
d. Memanfaatkan dan atau menghasilkan bahan‐bahan limbah
berbahaya, termasuk pestisida dan herbisida, dan produk terkait
lainnya.
e. Memproduksi, menyimpan dan pengangkutan cairan, gas atau emisi
yang berbahaya (termasuk kategori limbah berbahaya‐ B3).
f. Pembangunan MCK, Kakus/Jamban tanpa septictank dan resapan.
g. Berdampak negatif terhadap kelestarian budaya lokal.
4.4 Pemantauan dan Evaluasi Aspek Risiko Terhadap Lingkungan dan Sosial
54
Bab 5 PENGEMBANGAN PROGRAM
55
progress dan kegiatan program NAHP kepada publik maupun halayak umum
dengan baik. Website tersebut nantinya dapat diakses melalui alamat URL
http://nahp.pu.go.id/nahp/ merupakan front end halaman website yg dapat
diakses publik maupun halayak umum tanpa harus login terlebih dahulu.
Sedangkan untuk halaman pengisian data berada di backend dengan alamat
URL http://nahp.pu.go.id/nahp/user/login .
Software yang digunakan untuk pembangunan aplikasi sistem informasi
NAHP menggunakan Bahasa pemrograman PHP dengan framework Code
Igniter versi 3.0 . Sedangkan pembuatan database menggunakan MySQL.
Sedangkan untuk menambah kemampuan pengelolaan dan penampilan data
dan informasi digunakan software Adobe dan design, Mirosoft Office, serta
software pendukung lainnya.
Data dan informasi yang disajikan pada database dan aplikasi SIM NAHP
secara garis besar adalah :
Data Input yang diolah sebagai berikut : (a) Profil NAHP , (b) Profil BP2PT, (c)
Profil BSPS, (d) Struktur Organisasi, (e) Istilah, (f) Berita, (g) Agenda kegiatan,
(h) Artikel, (i) Modul & SOP, (j) Materi Sosialisasi, (k) Infografis, (l) Foto, (m)
Video, (n) Dokumen, (o) Pengaduan, (p) Forum, (q) Grafik, (r) Rekapitulasi,
(s) QA/QC, (t) Quick Status
5.1.2 SIRUS
Aplikasi SIRUS (Sistem Informasi Rumah Swadaya) adalah sebuah aplikasi
yang berfungsi sebagai tempat menyimpan dan memonitoring data kegiatan
BSPS antara lain : a. SK Alokasi, b. SK Penetapan Penerima Bantuan, c.
Korfas, d. Fasilitator, e. Toko Bahan Bangunan (Supplier), f. Profile Penerima
Bantuan, dan g. Status Tahapan Kegiatan BSPS dan yang terkait lainnya.
Hasil kegiatan BSPS di lapangan nantinya akan disusun dan disajikan
kedalam sebuah laporan secara berkala yang digunakan oleh para pimpinan
di Direktorat Rumah Swadaya sebagai data dan informasi dalam mendukung
pengambilan keputusan dan juga sebagai bahan pelaporan.
56
Dan berfungsi memonitoring kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
sejauh mana progres pelaksanaan telah dilaksanakan.
57
c. Sampai pada update progress dan Upload Photo pembangunan rumah
(Fisik 0%, 30% dan 100%).
Sehingga berdampak pada percepatan:
a. Keterisian data BSPS
b. Mempermudah Proses Monitoring dan
c. Mempercepat proses Evaluasi Kegiatan BSPS di suatu wilayah.
Pelatihan SIRUS
Sesuai dengan Mekanisme Kerja (Level Penggunaan) SIRuS, maka user
SIRus dibagi menjadi beberapa 2 Level, yaitu:
a. Level Monitoring (Ditjen, Direktorat, Satker, KMW dan KMProv)
b. Level Operator (Assisten SIM)
58
c. Input Data Fasilitator
d. Input Data Kelompok Penerima Bantuan
e. Input Data Profile Toko Bahan Bangunan (Supplier)
f. Upload Data Profile Penerima Bantuan
g. Update Progres Pembangunan Phisik
h. Upload Photo (0%, 30% dan 100%)
5.1.3 e – BSPS
Aplikasi e-BSPS ini memiliki beberapa fungsi yang dapat menunjang
pelaksanaan BSPS, termasuk verifikasi Calon Penerima Bantuan (CPB) dan
monitoring proses penyiapan masyarakat yang berupa sosialisasi/penyuluhan,
rembug pembentukan CPB, identifikasi tukang dan rembug toko. Selain itu, e-
BSPS ini juga dapat digunakan untuk memantau penyusunan Rancangan
Anggaran Biaya (RAB) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD) agar lebih
transparan. Pelaksanaan detail konstruksi dan proses penyaluran bantuan
bisa dipantau melalui aplikasi yang telah tersedia dan dapat diunduh melalui
PlayStore. Keberadaan e-BSPS juga merupakan bagian dari digitalisasi
dokumen dari program BSPS. Aplikasi e-BSPS dapat mempermudah
pemantauan serta meminimalisasi dokumen verifikasi penyaluran bantuan
bedah rumah untuk masyarakat.
Manfaaat e-BSPS antara lain yaitu
a) e -BSps merupakn aplikasi input data pelaksanaan BSPS oleh Tenaga
Fasilitator Lapangan (TFL) pada verifikasi CPB, dokumentasi
pembangunan rumah penerima bangunan dan dokumentasi rembuk
warga
59
b) e – BSPS hanya dapat digunakan oleh TFL yang namanya telah di inpu
dalam aplikasi SIRUS oleh masing-masing Koordinator Fasilotator
c) e – BSPS tersedia di google play store dan dapat di unduh secara gratis
(aplikasi berbasis IOS) dan untuk iPhone belum tersedia
d) e – BSPS bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam proses verifikasi
CPB dan membantu TFL dalam melaksanakan monitoring pelaksanaan
pembangunan rumah layak huni penerima bantuan
e) Setiap bagian bangunan pada setiap tahapan konstruksi dapat
didokumentasikan secara mudah oleh TFL melalui aplikasi e - BSPS
1
Teddy Boen, Membangun Rumah Tembokan Tahan Gempa dengan Balutan Lapisan Ferosemen, CSI Indonesia, Jakarta, Maret 2015
60
adukan semen pasir diberi tulangan menerus dari lapisan jala-jala yang berdiameter
kecil (anyaman kawat).
Dapat pula dikatakan Ferosemen adalah suatu tipe dinding tipis beton bertulang
yang dibuat dari adukan mortar semen atau dapat juga semen pasir yang diberi
tulangan dengan kawat anyam/kawat jala (wiremesh) yang menerus dan lapisan
yang rapat serta ukuran kawat relatif kecil.
62
bangunan, dengan memperhatikan skema fasilitasi pendampingan dan substansi
materi fasilitasi pendampingan di bawah ini.
63
Air Minum dan Sanitasi Air minum aman merupakan air minum yang didapatkan
dari fasilitas yang layak, tersedia ketika membutuhkan,
dan tidak terkontaminasi tinja
Sanitasi memadai selain memenuhi persyaratan
kelayakan (sanitasi layak menurut definisi MDGs Nasional)
juga mensyaratkan fasilitas yang dikelola dengan aman
(safely managed)
65
Ke empat prinsip umum tersebut secara jelas telah diatur dalam POM : O yang
telah dijadikan acuan dalam pelaksanaan program NAHP yaitu; BP2BT dan
BSPS semenjak tahun 2018. Namun guna mendukung ketercukupan
dukungan teknis untuk mempercepat penanganan yang bersifat teknis dan
informasi yang spesifik tentang program BSPS maka sistem pengelolaan
pengaduan masyarakat sangat dibutuhkan sebagai bentuk transparansi
(keterbukaan) dan pelibatan partisipasi masyarakat.
Bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengawasan program dapat dinilai
melalui adanya pengaduan-pengaduan terhadap proses perencanaan dan
pelaksanaan yang diajukan secara lisan maupun tertulis kepada pengelola
program NAHP baik yang terkait dengan kegiatan program BP2BT di tingkat
kabupaten, provinsi, dan pusat maupun terkait kegiatan BSPS di tingkat desa,
kabupaten, provinsi dan tingkat pusat.
Filosofi dasar dari Sistem Pengelolaan Pengaduan ini diharapkan dapat
dipergunakan sebagai acuan bagi para konsultan NAHP yang mendampingi
pelaksanaan kegiatan BSPS di semua jenjang yang ada.
Selain sebagai bahan bahan acuan, diharapkan juga dapat dijadikan bahan
evaluasi terhadap; apa yang telah dilakukan, ketersesuaian pelaksanaan
dengan prinsip dan tujuan program BSPS sehingga dapat meningkatkan
kualitas pelaksanaan kegiatan sehingga akan lebih memberikan manfaat luas
bagi masyarakat.
Dilihat dari sisi substansi aduan masyarakat setidaknya akan memberikan
gambaran permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan, yang
berkorelasi terhadap model dan tata cara atau prosedur acuan penanganan
pengaduan tersebut.
Penanganan pengaduan masyarakat, tidak harus selalu dilakukan di tingkat
pusat, namun harus dilakukan secara berjenjang sesuai dengan ruang lingkup
dan cakupan masalah yang muncul. Demikian menjadi penting kiranya
mandatory berupa kewenangan daerah untuk melakukan tindak turun tangan
sesuai dengan kewenangan yang melekat pada tugas dan tanggung
jawabnya.
66
Sistim Pengelolaan Dan Penyampaian Pengaduan oleh Masyarakat dalam
Program NAHP ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi Tim sekretariat
PMC dan jajaran konsultan NAHP dalam melakukan penanganan pengaduan
yang dapat berupa pertanyaan terkait pelaksanaan program, pengaduan,
usulan penanganan pengaduan, umpan balik dan laporan perkembangan
penanganan.
1. Pengelolaan Pengaduan
Pengelolaan pengaduan adalah proses yang meliputi menerima
pengaduan, baik berupa lisan maupun tulisan, yang bersifat langsung dari
masyarakat maupun yang tidak langsung, mencatat dalam Formulir
Pengaduan, mencatat dalam Buku Register Pengaduan, serta melakukan
verifikasi dan bila diperlukan melakukan klarifikasi apakah pengaduan
tersebut merupakan pertanyaan ataukah merupakan pengaduan terhadap
proses pelaksanaan program. Tahapan lebih lanjut dalam pengelolaan
pengaduan adalah melakukan pemilahan pengaduan berdasarkan bentuk
program yang diadukan yaitu program BSPS.
Setiap pengaduan harus ditindaklanjuti oleh unit kerja terkait. Hasil tindak
lanjut terhadap pengaduan dinyatakan selesai apabila
Fasilitator/Konsultan satu tingkat diatas pelaku penanganan (supervisor)
menetapkan status 'Selesai'. Unit Pengelolaan Pengaduan PMC akan
melakukan validasi apakah pengaduan yang ditindaklanjuti telah selesai
dan selanjutnya pihak pengadu akan diberitahu status penanganan atas
pengaduan yang disampaikannya melalui media yang paling mudah
digunakan.
67
2. Penggolongan Pengaduan
Unit Pengelolaan Pengaduan menerima dan mencatat setiap pengaduan
apapun materi yang diadukan, selanjutnya menelaah dan menggolongkan
menjadi dua kelompok:
1) Pertanyaan
2) Pengaduan
Hasil telaah dari Unit Pengelolaan Pengaduan PMC diteruskan kepada
Penanggung Jawab Unit Kerja terkait (penanggap) yaitu: PIU, Konsultan
KMW/KMP BSPS, Korfas sebagai konsultan di tingkat kabupaten yang
masing-masing berkewajiban melakukan pendataan, pengadministrasian,
dan monitoring penyelesaian.
Dari penjelasan di atas, maka secara sederhana sitem pengelolaan
pengaduan dalam lingkup kegiatan National Affordable Housing Program
akan dijelaskan dalam bentuk diagram alir di halaman berikut.
68
PENGADUAN MASYARAKAT
REGISTRASI
VERIFIKASI
DAN
DISTRIBUSI
PERTANYAAN PENGADUAN
KLARISIKASI
TINDAK
TURUN
RELEVAN TIDAK RELEVAN
TANGAN RELEVAN?
ANALISIS
PENGADUAN ESKALASI PENGADUAN
TIDAK SELESAI
SELESAI?
SELESAI
TINDAK
DESIMINASI TURUN
TANGAN
PEMANTAUAN
TIDAK SELESAI
SELESAI?
SELESAI
DESIMINASI
69
c. Surat keterangan hak milik atas tanah tidak sesuai dengan SK
Penetapan Daftar Calon Penerima Manfaat.
3. Pengaduan Manajerial
Pengaduan manajerial adalah pengaduan yang muncul akibat pelaksanaan
sistem manajerial berkaitan dengan pembinaan dan pendampingan serta
dukungan yang dilakukan oleh konsultan program BP2BT yang tidak
optimal, dengan contoh antara lain:
70
a. Konsultan jarang berkunjung ke lokasi tugas
b. Kinerja konsultan rendah.
c. Laporan konsultan terlambat sehingga berpengaruh terhadap progres
pelaporan secara keseluruhan.
Penanganan pengaduan manajerial dilakukan oleh pihak yang
bertanggungjawab dalam pembinaan dan pendampingan yang ditangani
secara manajerial, baik oleh Sekretariat PMC, Sekretariat PIU, Pelaksana
Teknis, Satker maupun oleh konsultan supervisor NAHP secara berjenjang.
4. Pengaduan Khusus
Adalah semua pengaduan yang tidak termasuk dalam pengaduan
perencanaan, pengaduan pelaksanaan maupun pengaduan manajerial
yang berpotensi menimbulkan kerugian dan berdampak kepada tidak
terselesaikannya pekerjaan.
Contoh:
a. Pengkondisian pemenang supplier material
b. Kualitas bahan bangunan tidak memenuhi standard.
c. Kualitas pekerjaan tidak memenuhi standard.
d. Terjadi kekurangan volume pekerjaan namun dana sudah habis
Untuk setiap penggolongan pengaduan Unit Pengelolaan Pengaduan
PMC, PIU, Konsultan KMP BSPS, Korfas BSPS dan Tim Fasilitator
Lapangan berkewajiban melakukan pendataan, pengadministrasian, dan
monitoring penyelesaian.
71
derajat penanganan pengaduan dilakukan oleh masyarakat, pelaku program,
konsultan tingkat kabupaten, provinsi/wilayah dan konsultan tingkat nasional
NAHP melalui forum musyawarah secara berjenjang dan dievaluasi setiap
bulan atau sewaktu-waktu disesuaikan dengan progres, dampak dan tingkat
kesulitan penanganan.
Penentuan penanganan pengaduan bukan berarti pengalihan/pelimpahan
kewenangan penanganan pengaduan kepada jenjang di atasnya. Artinya
jenjang dimana masalah terjadi tetap harus menjadi pelaku utama dalam
proses penanganan pengaduan sedangkan jenjang di atasnya memberikan
dukungan penanganan sesuai kebutuhan.
Derajat penanganan pengaduan diatur sebagai berikut:
1. Derajat Desa
Derajat desa merupakan upaya penanganan masalah pada tingkat desa
yaitu Tim Fasilitator Lapangan (TFL) BSPS yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk mendorong percepatan penanganan dan
penyelesaian pengaduan.
2. Derajat Kabupaten
Apabila penanganan pengaduan program BSPS di tingkat desa
memerlukan dukungan penanganan yang optimal oleh konsultan BSPS
di tingkat kabupaten baik dari Koordinator Fasilitator (KorFas) BSPS
maupun pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong percepatan
penyelesaian pengaduan.
3. Derajat Provinsi
Apabila penanganan pengaduan program BSPS di tingkat
desa/kabupaten memerlukan dukungan penanganan yang optimal oleh
konsultan BSPS di tingkat provinsi baik dari pihak konsultan BSPS
provinsi maupun pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong
percepatan penyelesaian pengaduan.
4. Derajat Nasional
Apabila progres penanganan pengaduan pada tingkat
desa/kabupaten/provinsi memerlukan dukungan penanganan yang
72
optimal oleh Konsultan nasional BSPS dan/atau Unit Penanganan
Pengaduan di PMC serta pihak terkait lainnya dalam rangka mendorong
percepatan penyelesaian pengaduan dalam rangka mendorong
percepatan penyelesaian pengaduan.
Selanjutnya tentang Derajat Penanganan Pengaduan dan Proses Ambil
Alih Penanganan akan diatur secara tersendiri dalam SOP.
73
dilakukan di Program Aplikasi Pengelolaan dan Penyampaian Keluhan
(PAPPK).
74
pertanyaan maka ditindaklanjuti dengan menjawab langsung kepada
pengadu dengan merujuk pada pilihan-pilihan jawaban atas pertanyaan
yang umum. Paling lama satu minggu sejak pengaduan diterima.
c. Kritik/Saran: untuk pengaduan yang masuk kategori kritik/ saran maka
ditindaklanjuti dengan meneruskan ke pihak-pihak terkait. Paling lama
satu minggu setelah pengaduan diterima.
d. Pengaduan yang masuk kategori pengaduan perencanaan dan
pengaduan pelaksanaan maka ditindaklanjuti dengan prosedur
penanganan pengaduan.
4. Pemantauan
Pemantauan dilakukan dengan tujuan agar semua kesepakatan yang
muncul dalam tindak turun tangan ataupun rekomendasi yang telah
dikeluarkan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Bila dalam
pemantauan ditemukan langkah yang kurang efektif, maka dapat dilakukan
analisis ulang sehingga muncul alternatif lain bagi penanganan masalah
tersebut. Penentuan langkah-langkah alternatif penanganan dilakukan
dalam 3 kali rencana kerja dalam waktu maksimal 3 bulan untuk satu kali
rencana kerja, sehingga penanganan dapat didukung oleh jenjang di
atasnya. Jika pilihan adalah penyelesaian pengaduan khusus menemui
hambatan, maka konsultan perlu melakukan koordinasi dengan Pemerintah
Daerah untuk mendorong progres penanganannya agar permasalahan
dapat terselesaikan tepat waktu.
Pada tiap tahapan proses penanganan, progres harus selalu dilaporkan
dalam bentuk matriks penanganan.
5. Diseminasi
Proses Diseminasi dilakukan melalui Musyawarah. Hal ini diadakan setelah
proses tindak turun tangan terhadap masalah telah dilakukan dan sesuai
dengan prinsip dan prosedur penanganan masalah. Keputusan dari
musyawarah ini adalah:
75
a. Masalah dinyatakan selesai, ataukah;
b. Masalah dinyatakan belum selesai, dengan rekomendasi:
c. Dilakukan proses penanganan ulang;
d. Alternatif solusi yang lain;
e. Pengananan pengaduan diproses menjadi pengaduan bersifat
khusus.
Hasil musyawarah harus dituangkan dalam Berita Acara Musyawarah
Khusus Penanganan pengaduan. Hasil musyawarah disosialisasikan
kepada masyarakat melalui papan informasi/media lain dan kegiatan
masyarakat baik formal maupun informal.
76
penegasan atas kekeliruan yang telah terjadi dan tertuang dalam
Berita Acara.
c. Masalah yang terjadi karena "Force majeur/kahar", dinyatakan selesai
jika ada laporan lengkap dari dinas/ instansi yang berwenang untuk
memastikan kebenaran kondisi "force majeur/kahar" yang dibuktikan
dengan dokumentasi pendukung berupa foto kerusakan dan informasi
tentang status pengaduan tersebut dengan melibatkan masyarakat
dan lengkap beserta solusi atau rencana tindakan untuk penyelesaian
didukung oleh Berita Acara Musyawarah.
d. Masalah "khusus” dinyatakan selesai jika penyerahan/pengembalian
material sudah mencapai 100%, perbaikan kualitas bangunan
dan/atau penyelesaian pekerjaan sudah mencapai 100%.
5.3.6 Pelaporan
Kompilasi tentang pengaduan yang muncul dan tindak lanjut penanganan, baik
yang telah ditangani maupun yang sedang dalam proses penanganan oleh tiap
jenjang, dilaporkan sebagai kelengkapan dari laporan bulanan yang
dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan matrik penanganan pengaduan
(terlampir).
Pelaporan dimaksudkan sebagai gambaran kemajuan penanganan masalah
yang terjadi di lapangan. Terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya,
fasilitator dan konsultan juga memiliki tugas administratif berupa pelaporan
progres penanganan masalah secara berjenjang, baik berupa masalah
implementasi maupun masalah manajerial. Alur pelaporan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
77
Tabel 5.3 Alur Pelaporan BSPS
Pengirim Penerima Tembusan Periode Laporan Keterangan
TFL BSPS Korfas BSPS Tim Teknis mingguan
Korfas BSPS KMP/KMW Satker bulanan
SNVT
KMP/KMW Konsultan PIU PIU bulanan
Konsultan PIU Konsultan PMC Sekretariat bulanan
PMC
Konsultan PMC Sekretariat PMC Kepala PMC bulanan
1. Tingkat Desa
Salah satu tugas penting Tenaga Fasitator Lapangan (TFL) BSPS, yaitu
memfasilitasi masyarakat dalam penanganan pengaduan yang terjadi di
desanya. Dalam memfasilitasi suatu penanganan pengaduan TFL perlu
menumbuhkan kesadaran masyarakat agar berperan serta memantau
proses perencanaan dan pelaksanaan program BSPS sebelum dan
sesudah muncul pengaduan serta langkah=langkah penanganannya.
Untuk lebih memastikan penanganan masalah tetap mengacu pada prinsip
dan prosedur, maka setiap ada permasalahan dan tindak lanjut
penanganan yang telah dilakukan oleh Tenaga Fasitator Lapangan (TFL)
BSPS agar dilaporkan kepada Koordinator fasilitator (Korfas) BSPS di
tingkat kabupaten.
78
a. Koordinator Fasilitator BSPS
1) Melakukan analisis pemecahan masalah sampai strategi tindakan
yang harus dilakukan.
2) Berkoordinasi dengan KMW/KPW dalam rangka pemecahan
masalah yang tidak terselesaikan di tingkat desa.
3) Membuat rekomendasi dan rencana strategi penanganan yang
terukur dan dapat dilakukan oleh TFL.
4) Memfasilitasi pertemuan masyarakat di tingkat desa maupun antar
desa dalam proses penanganan permasalahan.
5) Melaporkan setiap permasalahan yang muncul dan tindak lanjut
penanganannya kepada jenjang di atasnya.
6) Membantu TFL dan jajaran dibawahnya dalam membuat analisis
sampai strategi tindakan penanganan, serta membantu
merencanakan tindakan penyelesaian masalah secara tepat, cepat,
dan terukur.
7) Melakukan pemantauan terhadap langkah penanganan masalah
yang telah dilakukan oleh jenjang di bawahnya.
8) Melakukan klarifikasi, uji siiang dan investigasi kelapangan jika
pengaduan tidak terselesaikan di tingkat desa atau berlarut-larut
dalam penyelesaiannya.
9) Memberikan laporan secara periodik kepada jenjang yang lebih
tinggi.
10) Bertanggung jawab penuh dalam penanganan masalah sampai
dinyatakan selesai.
b. Konsultan KMW/KMP
1) Membantu Korfas dan jajaran dibawahnya dalam membuat analisis
sampai strategi tindak turun tangan, serta membantu
merencanakan tindakan penyelesaian pengaduan secara tepat,
cepat, dan terukur.
79
2) Proaktif dalam memberikan informasi permasalahan dan dukungan
percepatan penyelesaian masalah di wilayah kerjanya.
3) Berkoordinasi dan memberikan informasi atau laporan secara
berkala kepada PIU dan Unit Pengelola Pengaduan di PMC.
4) Melakukan investigasi secara langsung terhadap pengaduan
khusus yang bersifat krusial pada wilayah kerjanya.
5) Membuat rekomendasi guna penyelesaian pengaduan pada
wilayah kerjanya.
6) Bertanggung jawab penuh sampai pengaduan di anggap selesai
pada wilyah kerjanya.
2. Tingkat Nasional
a. Project Implementation Unit (PIU) NAHP
1) Memantau dan melakukan supervisi penanganan masalah maupun
keluhan dari lapangan dan khususnya berkoordinasi dengan
KNP/KMW terkait dengan Penanganan Pengaduan program BSPS
di setiap wilayah kerjanya.
2) Melakukan investigasi secara langsung terhadap pengaduan
khusus program BSPS yang bersifat krusial pada wilayah kerjanya.
3) Menghimpun informasi, analisis data/informasi, serta merumuskan
rekomendasi penyelesaian pengaduan program BSPS yang
serius/menonjol.
4) Memantau dan memfasilitasi tindak lanjut penyelesaian pengaduan
khusus bersama dengan pihak-pihak terkait.
5) Membuat rekomendasi guna penyelesaian masalah pada wilayah
kerjanya.
6) Melaporkan penanganan pengaduan di wilayah kerjanya secara
tepat waktu yang telah tervalidasi kepada Unit Pengelola
Pengaduan PMC.
80
b. Project Management Consultant (PMC) NAHP
1) Mengembangkan panduan praktis penanganan pengaduan.
2) Memantau dan melakukan supervisi penanganan masalah maupun
keluhan dari lapangan dan khususnya berkoordinasi dengan PIU
dan NCS.
3) Berkoordinasi dan melaporkan kepada Tim Lider PMC dan
Sekretariat PMC terkait dengan laporan pengaduan program
NAHP.
4) Mengkoordinasikan dan memfasilitasi pengaduan masyarakat
bersama-sama dengan PIU dan NCS.
5) Melakukan uji silang dan uji petik atau investigasi khusus secara
langsung terhadap pengaduan yang serius/menonjol.
6) Menghimpun informasi, analisis, data/informasi, serta merumuskan
rekomendasi penyelesaian masalah yang serius/menonjol.
7) Menyiapkan laporan insidentil dan laporan bulanan penanganan
pengaduan berdasarkan laporan bulanan dari provinsi.
SEKRETARIAT
KONSULTAN PMC
PROJECT MANAGEMENT COMMITTE
PERTANYAAN
KONSULTAN
SATUAN KERJA PROVINSI
BSPS PROVINSI/WILAYAH
Garis Koordinasi
81
Bab 6 PENGELOLAAN KEUANGAN
82
Unit/Instansi
No Uraian Penanggung Keterangan
Jawab
diverifikasi tersebut kepada Menteri
PUPR.
3 Kementerian Keuangan DJA, Kementerian Bulan Mei
mengeluarkan pagu indikatif Keuangan tahun n-1
anggaran masing-masing K/L.
4 Direktorat Rumah Swadaya Dit. Rumah Bulan Juni-
mengkonsolidasikan usulan yang Swadaya, DJ September
masuk untuk dicocokkan dengan Penyediaan tahun n-1
alokasi anggaran yang tersedia dari Perumahan,
pagu indikatif. Kementerian PUPR
5 Menteri PUPR mengajukan ▪ Kementerian Bulan Juli-
kembali usulan anggaran kepada PUPR; Oktober tahun
Kementerian Keuangan untuk ▪ Kementerian n-1
ditelaah kembali dan dibahas Keuangan;
bersama dengan legislatif. ▪ DPR
6 PMC menyusun annual work plan PMC dan PIU Bulan
(AWP) untuk disampaikan kepada September
Bank Dunia. tahun n-1
7 Kementerian Keuangan DJA, Kementerian Bulan
mengeluarkan pagu anggaran Keuangan November
berdasarkan RKA/KL. tahun n-1
8 Menteri PUPR menetapkan lokasi Kementerian PUPR Bulan
BSPS tahun n melalui Keputusan November n-1
Menteri.
9 Kementerian Keuangan DJA, Kementerian Bulan
mengesahkan DIPA tahun n. Keuangan Desember
tahun n-1
83
Unit/Instansi
No Uraian Penanggung Keterangan
Jawab
10 PMC menerima NOL atas AWP dari PMC Bulan
WB. Desember
tahun n-1
Proses penganggaran kegiatan non-fisik sama dengan tabel di atas, kecuali poin 3-
5 tidak termasuk.
Sesuai dengan Loan Agreement, pembiayaan komponen ini termasuk dalam
kategori 2 (Home Improvement Assistance under Part 2.a of the project) dan 3
(Goods, non-consulting services, consultants’ services and Training under part 1.b,
2.b, 2.c, and 3 of the project). Untuk keperluan pengalokasian dana dalam DIPA,
pembiayaan untuk masing-masing komponen kegiatan disesuaikan dengan bagan
akun sebagai berikut:
84
6.2 Mekanisme Pencairan Dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
Proses pencairan dana BSPS melibatkan beberapa institusi keuangan yaitu: Bank
Penyalur yang menerbitkan rekening penerima bantuan, toko bangunan, dan
rekening penampungan Satker; Bank operasional KPPN yang menyalurkan dana
dari Bank Indonesia ke Bank Penyalur; Bank Indonesia yang menyalurkan dana dari
International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) ke Bank Operasional
KPPN; dan IBRD. Proses penyaluran dana melalui beberapa proses administrasi
yang melibatkan beberapa instansi seperti unit di internal Kementerian PUPR dan
Kementerian Keuangan. Lebih lanjut mengenai mekanisme pencairan dana,
dijelaskan melalui bagan berikut dan penjelasannya pada Tabel 6.3
13. Pengisian ulang
IBRD
2. Permintaan Pembayaran
Bank Penyalur
Rekening
Penerima
Bantuan 7. Pembayaran
Rekening Toko Keterangan:
Bangunan Pelaporan
Aliran Dana
85
Tabel 6.6 Proses Penyaluran Bantuan Dengan Skema BSPS
Pelaksana/
No. Aktivitas Penanggung
Jawab
1. a. PMC menyampaikan permintaan pengisian rekening PMC
khusus dan menyampaikan perkiraan kebutuhan
pendanaan untuk 6 bulan ke depan kepada Direktorat
Pengelolaan Kas Negara (PKN), Ditjen
Perbendaharaan (DJPBN), Kementerian Keuangan.
b. Dit. PKN menyampaikan permohonan pengisian initial Dit. PKN,
deposit kepada Bank Dunia sesuai dengan permintaan DJPBN,
PMC. Kementerian
Keuangan
c. Bank Dunia akan melakukan pengisian initial deposit ke Bank Dunia
dalam rekening khusus NAHP.
2. a. PPK Rumah Swadaya (PPK-RS) mengeluarkan Surat PPK-RS,
Keputusan (SK) Penerima BSPS. Satker
Penyediaan
Perumahan,
Kementerian
PUPR
b. PPK menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran PP-SPM
(SPP) berdasarkan SK Penerima BSPS. SPP
disampaikan kepada Pejabat Penanda tangan Surat
Perintah Membayar (PP-SPM) untuk ditindaklanjuti
dengan penerbitan SPM LS untuk diteruskan ke Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN).
3. KPPN menerbitkan SP2D (Surat Perintah Pencairan KPPN
Dana) sesuai permintaan dan memberitahukan
penerbitan SP2D tersebut kepada Satker.
86
Pelaksana/
No. Aktivitas Penanggung
Jawab
4. Bank mitra KPPN melakukan pemidahbukuan ke rekening Bank mitra
penampungan Satker di Bank yang telah ditentukan. KPPN
5. KPPN menerbitkan SP2D melalui aplikasi SPAN yang KPPN
juga bisa diakses oleh Direktorat PKN, DJPBN,
Kementerian Keuangan.
6. Berdasarkan daftar SP2D yang diterbitkan oleh setiap KPPN
KPPN, Dit. PKN memerintahkan Bank Operasional untuk
melakukan pembayaran langsung ke rekening
penampungan masing-masing Satker.
7. a. PPK menerbitkan Surat Perintah Penyaluran (SPPn) PPK-RS,
kepada Bank Penyalur dengan melampirkan SK Satker
Pernima Bantuan yang berisi daftar Penerima BSPS. Penyediaan
Perumahan,
Kementerian
PUPR
b. Bank Penyalur menerbitkan rekening atas nama Bank/Pos
penerima BSPS atas dan menyalurkan dana dari Penyalur
rekening penampungan Satker ke rekening penerima
bantuan selambatnya 15 hari kalender sejak dana
masuk dari KPPN.
c. Bank penyalur menyerahkan buku tabungan kepada Penerima
masing-masing penerima bantuan. Bantuan
d. Penerima BSPS melakukan pemesanan bahan Penerima
bangunan ke toko material dengan menyampaikan Bantuan
Daftar Rencana Penggunaan Bahan BangunN
(DRPB2).
87
Pelaksana/
No. Aktivitas Penanggung
Jawab
e. Toko material mengirimkan bahan bangunan sesuai Toko Material
dengan DRPB2 paling lambat tiga hari sejak DRPB2
diterima.
f. Penerima BSPS menerima bahan bangunan dan Penerima
memeriksa kesesuaian kualitas dan kuantitas sesuai Bantuan
dengan DRPB2.
g. Penerima BSPS melakukan pemindahbukuan dana Penerima
pembelian bahan bangunan ke rekening toko Bantuan
bangunan paling lambat tiga hari setelah bahan
bangunan diterima dengan kualitas dan kuantitas
sesuai pesanan.
h. Penerima Bantuan menyampaikan progress Penerima
pembangunan 30% dan 100% kepada PPK. Progress Bantuan
pembangunan 30% disampakan sebelum pemesanan
bahan bangunan tahap kedua. Laporan progress
pembangunan 100% disampaikan setelah
pembangunan selesai dilakukan. Penyampaian
laporan penggunaan dana bantuan dilengkapi dengan
foto dokumentasi.
i. Bank Penyalur mempunyai kewajiban untuk Bank/Pos
menyampaikan laporan pelaksanaan penyaluran dana Penyalur
bantuan kepada PPK paling lambat tanggal 10 setiap
bulan.
8. PIU menyampaikan daftar pengeluaran yang sudah PIU
dilakukan dalam satu periode triwulan kepada PMC.
Daftar pengeluaran diberikan dalam format Interim
Financial Report (IFR). Format IFR dan petunjuk
88
Pelaksana/
No. Aktivitas Penanggung
Jawab
pengisiannya mengacu pada volume 0 dari pedoman
umum ini.
9. Bank Indonesia menyampaikan salinan aktivitas rekening Bank Indonesia
khusus NAHP kepada Dit. PKN, DJPBN, Kementerian
Keuangan.
10. Dit. PKN, DJPBN menyampaikan salinan aktivitas Dit. PKN,
rekening khusus NAHP kepada PMC. DJPBN,
Kementerian
Keuangan
11. PMC menyusun IFR per triwulan berdasarkan laporan PMC
yang disampaikan oleh PIU dan salinan aktivitas rekening
khusus NAHP. IFR disampaikan kepada Dit. PKN,
DJPBN, Kementerian Keuangan. IFR yang disusun
berisikan pengeluaran yang dilakukan selama periode
triwulan berkenaan dan perkiraan kebutuhan dana untuk
enam bulan yang akan datang.
12. Direktorat PKN, DJPBN mengirimkan IFR tersebut kepada Dit. PKN,
Bank Dunia melalui client connection. DJPBN,
Kementerian
Keuangan
13. Berdasarkan IFR yang disampaikan, Bank Dunia akan Bank Dunia
membukukan pengeluaran yang sudah dilaksanakan dan
mengirimkan dana sesuai permintaan kebutuhan 6 bulan
yang akan datang ke rekening khusus NAHP.
89
6.3 Mekanisme Pencairan Dana Operasional
Mekanisme pembayaran kepada pihak ketiga dalam hal ini penyedia jasa baik
indivdu maupun peruhsaan berbadan hukum dalam rangka pelaksanaan kegiatan
yang termasuk ke dalam kategori 2 dijabarkan pada Tabel 6.4.
90
LAMPIRAN
PEREKRUTAN FASILITATOR
A. Pelaksana
Proses perekrutan fasilitator melibatkan beberapa pihak di level pusat hingga daerah.
Untuk membantu penjelasan, pihak penanggung jawab di setiap level pemerintahan
dikelompokkan sebagai berikut:
Tim pelaksana dapat dibantu oleh pihak ketiga (konsultan pendukung) dalam melakukan
tugasnya.
B. Tahapan
Proses rekrutmen fasilitator terdiri dari tujuh tahapan yaitu: 1) Penghitungan kebutuhan
fasilitator, 2) Publikasi, 3) Proses pengajuan lamaran, 4) Proses seleksi, 5) Kontrak kerja,
6) Pelatihan pratugas, dan 7) Penempatan. Penjelasan berikut menjabarkan proses
masing-masing tahapan. Proses ini berlaku untuk perekrutan koordinator fasilitator
(Korfas) dan tenaga fasilitator lapangan (TFL). Untuk penyederhanaan, kata ‘fasilitator’
digunakan untuk merujuk kepada keduanya. Proses ini akan direvisi kemudian hari
menyesuaikan dengan pembaruan model fasilitasi dan sistem pendukung.
91
1. Penghitungan kebutuhan fasilitator
Kebutuhan fasilitator setiap tahun anggaran dihitung berdasarkan jumlah
penerima bantuan. Dengan rasio 1;25-30 untuk TFL dan 1:4 untuk Korfas.
Proporsi ini dapat disesuaikan dengan kondisi geografis setempat, sebaran
penerima bantuan, dan kondisi khusus.
2. Publikasi
Tim Seleksi Provinsi mempublikasikan lowongan kerja fasilitator meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Posisi dan kualifikasi sesuai KAK untuk setiap posisi fasilitator dengan
memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk
melamar;
b. Batas waktu melamar adalah 14 (empat belas) hari sejak publikasi;
Pengumuman dapat dilakukan melalui website resmi Kementerian PUPR,
Pemerintah Provinsi dan media cetak lokal selama 1 (satu) kali terbit, atau
media massa elektonik (radio lokal). Setidaknya tujuh hari sebelum
publikasi dilakukan, Tim Seleksi Provinsi akan mengirim surat kepada Tim
Teknis Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa untuk mengumumkan
lowongan kerja fasilitator di website resmi Kabupaten/Kota, papan
pengumuman resmi di tingkat Kabupaten/Kota dan Desa di hari yang sama.
92
e. Ijazah terakhir;
f. Surat keterangan sehat dari petugas kesehatan yang sah;
g. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK);
h. Bukti domisili dari kepala desa atau surat pernyataan bersedia untuk
sementara waktu tinggal di lokasi penugasan;
i. Surat referensi/keterangan pengalaman kerja (jika ada);
j. Sertifikat kursus/pelatihan keahlian terkait (jika ada).
Semua berkas dijadikan dalam format digital dan digabungkan dalam 1 (satu)
file pdf dan dikirimkan ke alamat email yang tertera pada pengumuman.
Berkas lamaran harus mencantumkan [TFL_Nama Kabupaten/Kota_Nama
pelamar] untuk TFL; dan [KF_Nama Kabupaten/Kota_ Nama Pelamar] untuk
Korfas pada judul email. Setiap pelamar akan mendapatkan nomor registrasi
pelamaran yang akan berlaku sampai dengan berita acara penetapan kontrak
diumumkan. Pemberian nomor pendaftaran diserahkan kepada Tim Seleksi
Provinsi. Untuk mempermudah administrasi, berikut contoh pemberian nomor
pendaftaran: TFL/KF_Kode Provinsi_Kode Kab/Kota_Urutan pendaftaran;
contoh KF1374001.
Pelamar juga harus mencantumkan nomor handphone yang dapat dihubungi
untuk pemberitaan jika lolos ke proses seleksi berikutnya.
4. Proses seleksi
a. Penyusunan daftar pelamar
Tim Seleksi Provinsi menetapkan daftar pelamar yang memenuhi
persyaratan minimum kualifikasi untuk setiap posisi fasilitator sesuai dengan
KAK, dengan hanya melihat tingkat pendidikan minimal dan minimal
pengalaman kerja yang diperlukan.
b. Tes Tertulis
1) Penetapan dan pengumuman jadwal seleksi aktif dilakukan oleh Tim
Seleksi Provinsi, paling lambat 10 hari kerja dari waktu penutupan
pendaftaran.
93
2) Pengumuman peserta yang dinyatakan memenuhi kualifikasi untuk
mengikuti tahapan seleksi selanjutnya yaitu tes tertulis diberitahukan
melalui: website, koran nasional/lokal, maupun melalui surat edaran
Satker Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/ Kota. Pengumuman di media
dapat hanya berupa informasi penetapan daftar panjang pendaftar yang
lolos seleksi administrasi. Daftar panjang tersebut harus diumumkan di
papan pengumuman resmi Kabupaten/Kota dan Desa. Selain itu,
masing-masing peserta juga akan menerima konfirmasi melalui pesan
singkat ke nomor handphone pelamar yang tercatat saat registrasi.
3) Pengumuman juga memuat informasi mengenai jadwal dan lokasi tes
tertulis. Di dalam pesan singkat, peserta diminta membalas dengan
konfirmasi kesertaannya mengikuti tes tertulis atau tidak. Peserta yang
tidak dapat mengikuti tes tertulis dianggap gugur dan tidak bisa
melanjutkan ke tahap seleksi berikutnya.
4) Tes Tertulis dilaksanakan pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan.
5) Peserta Tes Tertulis hanya merupakan pelamar yang memenuhi
kualifikasi minimal yang disyaratkan (tingkat pendidikan dan pengalaman
kerja).
6) Tim Pengarah Pusat menyusun dan menetapkan tata tertib tes tertulis
beserta pilihan soal.
7) Peserta tes tertulis menyebutkan nomor pendaftaran pada saat sebelum
mengikuti tes tertulis kepada panitia seleksi untuk dicocokkan dengan
database yang ada.
8) Materi soal tes tertulis antara lain: (i) pengetahuan mengenai Peraturan
Menteri PUPR No. 13 Tahun 2016 mengenai Bantuan Stimulan
perumahan Swadaya (dan perubahannya di kemudian hari); (ii)
pengetahuan mengenai pemberdayaan masyarakat; (iii) sistem
administrasi pemerintahan; dan (iv) konstruksi rumah sederhana.
9) Tim Seleksi Provinsi menetapkan hasil seleksi tes tertulis peserta yang
dinyatakan lulus: minimal 150% dari kuota yang dibutuhkan.
94
c. Tes Wawancara
1) Tim Seleksi Provinsi mengumumkan daftar pendek peserta yang akan
mengikuti seleksi tes wawancara yang dilaksanakan maksimal tujuh
hari setelah pelaksanaan tes tertulis. Pengumuman diberitakan melalui
radio dan media cetak lokal. Pengumuman di media dapat hanya
berupa informasi penetapan daftar pendek pendaftar yang lolos tes
tertulis. Daftar pendek tersebut harus diumumkan di papan
pengumuman resmi Kabupaten/Kota dan Desa.
2) Aspek penilaian dalam tes wawancara meliputi: (i) Validasi data
pelamar; (ii) Wawasan tentang Permen PUPR No. 13 Tahun 2016 dan
perubahannya; (iii) Komitmen dan motivasi kerja; (iv) Pengalaman kerja
yang relevan; (v) Pemahaman tugas sebagai fasilitator sesuai posisi;
(vi) Pemahaman terhadap konteks lokal.
3) Peserta yang dinyatakan lulus tes tertulis dan berhak mengikuti tes
wawancara wajib menunjukan berkas lamaran asli dan menyerahkan
fotocopy berkas administrasi pada saat mengikuti tes wawancara
kepada tim seleksi.
4) Wawancara dapat dilakukan dengan format panel atau diskusi
kelompok terbatas (focus group discussion-FGD). Untuk meningkatkan
keterbukaan, pewawancara atau fasilitator FGD adalah perwakilan dari
Tim Pengarah Pusat, Tim Seleksi Provinsi, dan Tim Teknis
Kabupaten/Kota; selanjutnya disebut Tim Seleksi Gabungan.
5) Tim Seleksi Gabungan menetapkan hasil tes wawancara.
d. Penetapan fasilitator
1) Tim Seleksi Provinsi menetapkan hasil seleksi berdasarkan ranking
akumulasi hasil nilai tes tertulis dan wawancara yang dituangkan dalam
berita acara dengan pembobotan: 50% hasil tes tertulis, dan 50% hasil
tes wawancara.
2) Apabila ada skor yang sama dari akumulasi hasil nilai tes, maka yang
menjadi prioritas adalah: perempuan, penduduk lokal, pelamar dengan
95
pengalaman kerja lebih banyak, atau latar belakang pendidikan yang
lebih relevan.
3) Tim Seleksi Provinsi menetapkan peserta yang dinyatakan lulus
menjadi TFL dan Korfas berdasarkan ranking sebanyak 100 persen
ditambah 10 persen dari kuota, paling lambat 5 hari kerja sesudah
pelaksanaan tes wawancara.
4) Tim Seleksi Provinsi mengumumkan daftar peserta yang dinyatakan
lulus sebagai TFL dan Korfas di website, media elektronik (radio lokal),
email dan nomor handphone paling lambat 2 hari setelah penetapan
hasil seleksi.
e. Kontrak kerja
PPK Rumah Swadaya melakukan kontrak kerja dengan TFL dan Korfas.
Kontrak Kerja dapat dilakukan bersamaan dengan waktu pelatihan pratugas
untuk efisiensi waktu.
f. Pelatihan pratugas
Peserta yang dinyatakan lulus wajib mengikuti pelatihan pratugas sebelum
ditempatkan.
g. Penempatan fasilitator
Penempatan fasilitator dilakukan oleh Satker Provinsi dengan memperhatikan usulan Tim
Teknis Kabupaten/Kota dengan memperhatikan ketentuan berikut:
a. Lokasi tugas sesuai dengan lokasi tempat tinggal;
b. Lokasi tugas berdekatan dengan lokasi tempat tinggal; dan
c. Sesuai kebutuhan Kabupaten/Kota.
Subsidi silang fasilitator dapat dilakukan di dalam lingkup Provinsi dengan
memperhitungkan biaya operasional tambahan.
96
C. Rangkuman Tahapan dan Penanggung Jawab
Pelaksana Standard Mutu
Kab
No Wakt
Kegiatan Pus Prov /
. Kebutuhan Dokumen u(hari Keluaran
at -insi Kot
)*
a
1. SK Lokasi X 0 SK Lokasi
2. Pembentukan X ▪ SK Lokasi 10 ▪ SK Tim Seleksi
Tim Seleksi ▪ Draft SK pembentukan ▪ Lembar konfirmasi
Provinsi Tim Seleksi kehadiran Tim Seleksi
3. Pembekalan Tim X ▪ Pedoman rekrutmen 2 ▪ Jadwal seleksi
Seleksi fasilitator ▪ Draft Pengumuman
▪ Template pengumuman ▪ Strategi pengiklanan
▪ Format rekapitulasi
penilaian
4. Pengumuman X X X Draft pengumuman untuk 14 Berkas lamaran via email atau
dan pendaftaran diumumkan di website atau disampaikan langsung
media massa
5. Seleksi X ▪ Berkas lamaran 7 ▪ Hasil penilaian seleksi
administrasi ▪ Checklist kelengkapan administrasi
dokumen dan format penilaian ▪ Longlist pelamar yang
maju ke tes tertulis
97
Pelaksana Standard Mutu
Kab
No Wakt
Kegiatan Pus Prov /
. Kebutuhan Dokumen u(hari Keluaran
at -insi Kot
)*
a
6. Pengumuman X Longlist pelamar yang maju ke 2 Konfirmasi kehadiran tes tertulis
pelamar yang tes tertulis
lolos seleksi
administrasi
7. Tes tertulis X ▪ Longlist peserta tes 1 Lembar jawaban tes tertulis yang
tertulis telah diisi
▪ Soal tes tertulis
▪ Nomor pendaftaran dan
kartu identitas peserta
8. Penilaian tes X ▪ Lembar jawaban tes 3 ▪ Hasil penilaian tes tertulis
tertulis tertulis yang telah diisi oleh ▪ Short list pelamar yang
peserta lolos ke tes wawancara
▪ Format penilaian
9. Pengumuman X X X Short list pelamar yang lolos ke 2 Konfirmasi kehadiran tes
pelamar yang tes wawancara wawancara
lolos tes tertulis
98
Pelaksana Standard Mutu
Kab
No Wakt
Kegiatan Pus Prov /
. Kebutuhan Dokumen u(hari Keluaran
at -insi Kot
)*
a
10. Tes Wawancara X X X ▪ Shortlist peserta tes 2 Hasil penilaian tes wawancara
wawancara
▪ Kisi-kisi pertanyaan
wawancara
▪ Form penilaian
wawancara
▪ Nomor pendaftaran dan
kartu identitas peserta
11. Rekapitulasi nilai X ▪ Hasil penilaian tes tertulis 2 ▪ Rekapitulasi hasil
dan pelaporan ▪ Hasil penilaian tes penilaian tes tertulis dan tes
hasil seleksi wawancara wawancara
▪ Daftar pelamar yang lolos
menjadi Korfas dan TFL
12. Pengumuman X Daftar pelamar yang lolos 3 Konfirmasi kehadiran pelatihan
pelamar yang menjadi Korfas dan TFL pratugas
lolos menjadi
TFL dan Korfas
99
Pelaksana Standard Mutu
Kab
No Wakt
Kegiatan Pus Prov /
. Kebutuhan Dokumen u(hari Keluaran
at -insi Kot
)*
a
13. Pelatihan X Instrumen pendukung pelatihan 5 ▪ Rencana kerja TFL dan
pratugas pratugas Korfas
▪ Evaluasi pemahaman
pasca pelatihan pra tugas
14. Kontrak kerja X Draft kontrak/SPK 1 Kontrak/SPK yang sudah
ditandatangani
100
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................................................................. v
Bab 01 PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Gambaran Umum......................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................................. 2
1.3 Komponen Program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ....................................... 2
1.3.1 Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya............................................................................ 2
1.3.2 Bantuan Operasional Pelaksanaan BSPS ......................................................................... 3
1.4 Pemangku Kepentingan Program BSPS ............................................................................... 3
Bab 02 SKEMA PENYENGGARAAN BSPS .................................................................................. 6
2.1 Persiapan BSPS .......................................................................................................................... 7
2.1.1 Pengusulan Kegiatan BSPS .................................................................................................. 7
2.1.2 Penetapan Lokasi..................................................................................................................... 9
2.1.3 Penyiapan Masyarakat Calon Penerima Bantuan ........................................................... 9
2.1.4. Penetapan Calon Penerima Bantuan .............................................................................. 16
2.2 Pelaksanaan BSPS .................................................................................................................... 16
2.2.1 Pencairan ................................................................................................................................. 16
2.2.2 Penyaluran ............................................................................................................................... 17
2.2.3 Pemanfaatan............................................................................................................................ 17
2.3 Mekanisme Sistem Pelaporan ................................................................................................ 19
Bab 03 PENGELOLA PROGRAM BSPS .................................................................................... 21
3.1 Pengelola Program di Tingkat Pusat .................................................................................. 21
3.1.1 Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat....................................................... 21
3.1.2 Komite Pengelola Proyek (Project Management Committee - PMC) ........................ 21
3.1.3 Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit - PIU) ....................................... 22
3.1.4 Wakil Pelaksana BSPS ........................................................................................................ 26
3.2 Pengelola Program di Tingkat Propinsi .............................................................................. 27
3.2.1 Satuan Kerja dan Pejabat Pembuat Komitmen Strategis ............................................ 28
3.2.3 Tim Koordinasi Provinsi ..................................................................................................... 29
3.3 Pengelola Program di Tingkat Kabupaten/Kota (Tim Teknis) .................................... 29
3.4 Pengelola Program di Tingkat Masyarakat ...................................................................... 30
101
3.5 Dukungan Pelaksanaan dan Pengelola BSPS ................................................................... 31
3.5.1 Konsultan Advisory NAHP .................................................................................................. 31
3.5.2 Konsultan Manajemen Pusat NAHP .................................................................................. 32
3.5.3 Konsultan Manajemen Pusat BSPS .............................................................................. 33
3.5.4 Konsultan Manajemen Wilayah/Provinsi ....................................................................... 34
3.5.5 Tenaga Pendamping Masyarakat di Tingkat Kabupaten/Kota ................................... 36
3.5.5.1 Koordinator Fasilitator ...................................................................................................... 37
3.5.5.2 Tenaga Fasilitator Lapangan ........................................................................................... 38
Bab 04 PENGENDALIAN PROGRAM ......................................................................................... 40
4.1 Indikator Kelayakan Rumah Swadaya ............................................................................... 40
4.2 Beberapa cara untuk melakukan pengendalian.............................................................. 41
4.2.1 Rapid Assessment (Penilaian Cepat) .............................................................................. 41
4.2.2 Instrumen QAQC .................................................................................................................... 42
4.2.2 Intrumen Teknis Perumahan dan Kawasan Permukiman ...................................... 44
4.2.4 Instrumen Monitoring Penyelenggaran BSPS ................................................................ 44
4.3 Pertimbangan Aspek Risiko Terhadap Lingkungan dan Sosial .................................. 44
4.3.1 Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial ............................................................. 44
4.3.2 Kajian Risiko dan Dampak serta Penapisan Aspek Lingkungan dan Sosial ......... 45
4.3 3 Kerangka Kerja Penggunaan Lahan dan Permukiman Kembali................................ 52
4.3.4 Kerangka Kerja Pelibatan Masyarakat Hukum Adat (Indigenous People) dan
Kelompok Rentan .................................................................................................................... 53
4.3.1 Lingkup Pemantauan Dan Evaluasi .................................................................................. 54
4.3.2 Survei Kepuasan Masyarakat Penerima Bantuan ......................................................... 54
Bab 5 PENGEMBANGAN PROGRAM ......................................................................................... 55
5.1 Pengembangan Sistem Informasi BSPS ........................................................................... 55
5.1.1 Website NAHP ......................................................................................................................... 55
5.1.2 SIRUS ........................................................................................................................................ 56
5.1.3 e – BSPS .................................................................................................................................. 59
5.2 Peningkatan Kualitas Bangunan......................................................................................... 60
5.3 Pengembangan Fasilitasi Pendampingan Masyarakat ................................................. 61
5.4 Mekanisme Penanganan Pengaduan ................................................................................. 64
5.4.1 Metode Pengelolaan dan Penyampaian Pengaduan .................................................... 65
5.4.2 Ruang lingkup Pengelolaan Pengaduan.......................................................................... 67
1. Pengelolaan Pengaduan ........................................................................................................... 67
5.4.3 Derajat Penanganan Pengaduan........................................................................................ 71
5.3.4 Prosedur Pengelolaan Pengaduan .................................................................................... 73
102
5.3.5 Pengaduan dinyatakan Selesai .......................................................................................... 76
5.3.6 Pelaporan ................................................................................................................................. 77
5.3.7 Peran Pelaku Dalam Penanganan Pengaduan ............................................................... 78
Bab 6 PENGELOLAAN KEUANGAN.......................................................................................... 82
6.1 Proses Penganggaran............................................................................................................. 82
6.2 Mekanisme Pencairan Dana Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ...................... 85
6.3 Mekanisme Pencairan Dana Operasional ......................................................................... 90
PEREKRUTAN FASILITATOR ....................................................................................................... 91
103