Anda di halaman 1dari 3

DESKRIPSI PROYEK

Proyek pembangunan GOR Cangkring Water terletak pada kecamatan Temon kabupaten Kulon
Progo Provinsi DI Yogyakarta. Proyek ini berada di komplek stadion Cangkring. GOR Cangkring
ini akan dimanfaatkan untuk kegiatan dari beberapa cabang olahraga dan kegiatan masyarakat.
Lelang proyek ini dimenangi PT Heri Jaya Palung Buana yang ada di Jalan Kaliurang, Sleman.
Pembangunan GOR tipe B ini menggunakan DAK Reguler Pendidikan dan Olah Raga, dengan
kontrak senilai Rp12.824.946.000,00, dengan masa kerja kontrak selama 170 hari terhitung dari
21 Juni 2019 dan berakhir 23 Desember 2019.

PERMASALAHAN PROYEK

Pada saat pembangunan sudah memasuki hari ke-92 yaitu sekitar 35% pembangunan, tidak ada
keterlambatan pada proyek ini, semua lancar sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan.
Namun saat ditinjau Bupati Kulonprogo, Sutedjo, Rabu (18/12/2019), kondisi Gor masih belum
dipasangi atap dan lantai. Bupati menyebut kondisi ini tidak jauh beda pada saat dirinya
menggelar peninjauan pada Oktober lalu. Saat itu pembangunan memasuki tahap 85%
sedangankan kontrak kerja akan berakhir pada senin pekan depan yaitu sekitar 5 hari lagi.
Terbukti senin 23 Desember 2019 pembangunan belum rampung masih selesai sekitar 95%.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kulonprogo, Yuliyantoro, saat memimpin rapat sidik mendadak
(sidak) pembangunan (23/12/2019), memutuskan rekanan/pihak kontraktor dikenai denda
sebesar satu per mill dari nilai kontrak kerja Rp12,8 miliar atau setara dengan Rp12,8 juta per
hari dan mulai berlaku selasa 24 Desember 2019. Pihak pemerintah kulonprogo juga
menambahkan jika pekerjaan tidak selesai juga setelah tahun anggaran baru maka terpaksa di
lakukan pemutusan kontrak.

PENYEBAB PERMASALAHAN
Sampai tanggal berakhirnya kontrak proyek baru mencapai tahap 95%. Pelaksana Lapangan PT
Hery Jaya Palung Buana, Dimas Nur Adi mengaku pekerjaan yang ada tinggal enam persen.
Empat persen pengerjaan atap dan dua persen lantai. Adapun menurut pihak kontraktor
penyebab dari keterlambatan di antaranya :

 Adanya keterlambatan di awal perencnaan (di awal pembangunan lahan belum siap
karena masih di pakai oleh petani)
 Adanya keterlambatan oleh pihak ketiga (beberapa bahan material di impor sehingga
memerlukan waktu yang lama)

Namun terlepas dari keterlambatan tersebut pihak kontraktor mengaku akan bertanggung
jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang tersisah. Pelaksana proyek Heru Dono mengatakan
akan bekerja sesuai dengan jadwal yang ada. Untuk menyelesaikan pekerjaan mereka telah
mengerahkan 150 pekerja dengan 28 orang di antaranya khusus untuk menyelesaikan atap.
Pekerjaan di perkirahkan akan selesai dalam 4 hari.

DAFTAR PUSTAKA

https://jateng.inews.id/amp/berita/proyek-stadion-cangkring-kulonprogo-terlambat-
kontraktor-dikenakan-denda-mulai-besok

https://jogja.tribunnews.com/2019/12/23/proyek-pembangunan-gor-cangkring-wates-molor-
dprd-kulonprogo-ancam-putus-kontrak

https://www.tagar.id/proyek-gor-kulon-progo-resmi-telat-ini-dendanya

http://kulur-kulonprogo.desa.id/index.php/artikel/2019/12/19/pembangunan-gor-anyar-
kulonprogo-terancam-molor

https://bappeda.kulonprogokab.go.id/detil/319/monev-gor-cangkring-dan-gedung-sekolah-di-
wates
KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI

Menurut Kusjadmikahadi (DalamLeonda, 2008), Keterlambatan Proyek Konstruksi berarti bertambahnya


waktu pelaksanaan penyelesaian proyek yang telah direncanakan dan tercantum dalam dokumen
kontrak.

IDENTIFIKASI PERAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Penanganan keterlambatan yang disebabkan oleh berbagai faktor diatas telah diatur dalam
Peraturan Perundang-Undangan. Diantaranya yaitu Undang-Undang No.2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi, yaitu pada pasal 54 ayat (1) dan (2) yang mewajibkan penyedia jasa menyerahkan hasil
pekerjaan secara tepat biaya, waktu dan mutu atau jika tidak maka penyedia jasa dikenai ganti rugi
sesuai dalam kontrak

Kemudian pada Perpres No. 54 Tahun 2010 Jo Perpres No.35 Tahun 2011 Jo Perpres No. 70
Tahun 2012 pasal (120) mengatakan bahwa “Penyedia barang / jasa yang terlambat menyelesaikan
pekerjaan dalam jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak karena kesalahan penyedia
barang / jasa, dikenakan denda keterlambatan sebesar 1/1000 (satu perseribu) dari nilai kontrak atau
nilai bagian kontrak untuk setiap hari keterlambatan”. Pada Perpres No.54 Tahun 2010 disebutkan tidak
melampaui besarnya jaminan pelaksanaan, sedangkan pada Perpres No.70 Tahun 2012 maksimal denda
tidak disebutkan. Dan denda maksimal 5% pada Perpres No.54 Tahun 2010 tidak diatur lagi.

Peraturan selanjutnya adalah dalam LKPP (Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang /
Jasa Pemerintah) No. 14/2012 yang mengatur tentang keterlambatan proyek konstruksi menyebutkan
besarnya denda kepada penyedia barang / jasa yaitu : “1/1000 (satu perseribu) dari harga bagian
kontrak yang tercantum dalam kontrak dan belum dikerjakan, apabila bagian pekerajaan dimaksud
sudah dilaksanakan dan dapat berfungsi; atau 1/1000 (satu perseribu) dari harga kontrak, apabila bagian
barang yang sudah dilaksanakan belum berfungsi”.

Anda mungkin juga menyukai