Anda di halaman 1dari 6

ETIKA PROFESI

TUGAS 3

OLEH :

MOCHAMMAD WILDAN F (180523630179)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2020
1. Kasus pada bidang jasa konsultan

PERENCANA SALAH, KONTRAKTOR POLISIKAN KONSULTAN

TRIBUNSUMSEL.com, PALEMBANG-Setelah merasa dirugikan akibat kesalahan


perencanaan yang dibuat konsultan proyek, CV Grafika Multi Visi beralamat di Jl Arogon
Mega 11 No 22 kota Bekasi Jabar, kontraktor pembangunan jembatan Plengkung Ponton di
Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Empat Lawang melaporkan hal tersebut kepada Polda
Sumsel.

"Kami sudah mengalami kerugian sekitar Rp 1 Miliar, lebih akibat konsultan salah membuat
perencanaan pembangunan pangkal jembatan (abutment)," kata Direktur PT Tri Bhakti Prima
selaku kontraktor Pembangunan Jembatan Muhammad Thamrin Ibrahim, Rabu (30/11) di
Palembang.

Menurut Thambrin, permasalahan terjadi karena lokasi pemasangan tiang, ternyata tidak
sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat konsultan. Sehingga pekerjaan mereka sia-sia.
"Lokasi pengeboran yang dibuat oleh konsultan ternyata tidak bisa di bor, karena kondisi
tanahnya berbatu, dalam satu hari kami cuma bisa mengebor 70 sentimeter dengan diameter
60 sentimeter," jelasnya.

Seharusnya, kata dia, sesuai perencanaan proyek terdapat 24 titik pengeboran dengan
kedalaman 7 meter. Namun, karena kondisi tanah berbatu sehingga menyulitkan pekerja
melakukan pengeboran.

"Padahal di perencanaan proyek tersebut kondisi lahan itu pasir dan tanah. Kito sudah mulai
ngebor bulan Agustus lalu, sampai sekarang baru dapat 7 lubang, itupun tidak sesuai dengan
kedalaman yang disyaratkan," ungkapnya.

Maka dari itu, pihaknya memutuskan, untuk mundur dari proyek pembangunan tersebut
karena tidak bisa dikerjakan.

"Konsekuensi yang kami dapat saat mundur dari proyek yakni berupa sanksi dan terancam
putus kontrak," tegas Thamrin.

Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (PUBM)
Kabupaten Empat Lawang sebagai penyedia jasa. Namun, pihak PUBM juga menyarankan
untuk melakukan pemberhentian kontrak secara damai.

"Dalam kontrak itu, tidak tertulis untuk penggantian kerugian akibat kesalahan perencanaan,
tetapi hanya penggantian akibat bencana alam seperti banjir atau tanah longsor. Maka dari itu
kami akan mengadukan konsultan perencanaan ini yang telah merugikan kami dan juga
pemerintah," tandasnya, seraya nantinya pihak kepolisian menindaklanjutinya secata
profesional.

Proyek Jembatan Plengkung Ponton ini masuk dalam pembangunan tahun 2016 dengan nilai
anggaran Rp 5,9 Miliar untuk pembangunan Pangkal Jembatan (Abutment) dengan bentang
jembatan lebih dari 90 meter. Target penyelesaian pembangunan abutment ini berakhir di awal
Desember 2016.

Sementara Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) PU BM Empat Lawang Khairul saat


dikonfirmasi melalui telepon belum bisa menjawab pertanyaan dari Tribun Sumsel, karena
(gangguan) sinyal, putus sambung dan saat di SMS belum dibalas yang bersangkutan.

Sumber: https://sumsel.tribunnews.com/2016/11/30/perencanaan-salah-kontraktor-polisikan-
konsultan

Data:
Jenis proyek:
Pembangunan Jembatan Plengkung Ponton
Tempat proyek:
Kecamatan Ulu Musi Kabupaten Empat Lawang Sumatra Selatan
Penyedia jasa:
a. Konsultan:
CV Grafika Multi
b. Kontraktor:
PT Tri Bhakti Prima
Kasus:
Kesalahan dalam perancangan

Mengindentifikasi kasus:
1. konsultan perencana terdapat kesalahan pada saat mendesain/merancang suatu bangunan
yang mengakibatkan dampak yang merugikan bagi yang bersangkutan.
2. Konsultan tidak bertanggung jawab atas insiden/kasus yang telah terjadi.
3. Kurangnya professional dalam merancang konstruksi.
4. Kurangnya koordinasi antara kontraktor dan konsultan.
Dampak:
1. Merugikan kontraktor dan pemerintahan
Pada identifikasi kasus diatas, dengan menggunakan acuan kode etik dari:
A. Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO):
1. tidak menjaga nama baik profesi konsultan dalam hubungan kerja dengan pemberi
tugas.
2. kurangnya keahlian professional dalam merancang maupun mendesain konstruksi.
3. Kurang memiliki integritas dalam hubungan kerja.

B. Kode Etik Persatuan Insinyur Indonesia (PII)


1. Kurangnya bekerja dengan sungguh-sungguh yang sesuai dengan tugas dan tanggung
jawabnya.
2. Tidak bertanggung jawab atas apa telah dikerjakan.
3. Tidak memegang teguh kehormatan, integritas, dan martabat profesi.

2. Kasus pada bidang jasa kontraktor

Proyek Jalan Ditinggal Pekerja, Kontraktor Bisa Diputus Kontrak dan Blacklist
BOGOR - Proyek Jalan Cicangkal-Maloko di RW 06 Kampung Caul, Desa Sukasari, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor yang terbengkalai karena ditinggal oleh pekerjanya terus menuai
persoalan. Menurut Pakar Hukum Tata Negara Margarito Kamis, Pemerintah Daerah dalam hal
ini Pemerintah Kabupaten Bogor bisa memblacklist kontraktor yang membuat proyek tersebut
terbengkalai karena ditinggal pekerjanya. "Ya jika telah melakukan wanprestasi tidak
menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kontrak yang disepakati bisa diblacklist," kata
Margarito Kamis kepada SINDOnews, Kamis (21/11/2019).

Pakar hukum dari Universitas Khairun Ternate ini menegaskan, pemberi kontrak dalam hal ini
Pemerintah Kabupaten Bogor atau dinas terkait harus memastikan kontraktor yang mengerjakan
proyek tersebut dapat menyelesaikan pekerjaanya sesuai kontrak dan tepat waktu.

Jika tidak, menurut dia, Pemkab Bogor atau dinas terkait dapat memutuskan kontrak secara
sepihak kalau belum membayar uang proyek tersebut.

Sebelumnya proyek jalan di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor tersebut terbengkalai selama
2 minggu karena ditinggal oleh pekerjanya.

Akibatnya selain berdebu disisi lain jalanan yang belum dicor tersebut kondisinya juga becek
karena air mengumpul di tengah-tengah karena tidak mengalir.

Menurut Caok keamanan proyek yang juga warga Kampung Caul RT4/06, Desa Sukasari,
Kecamatan Rumpin, sebanyak 12 pekerja lapangan dari Cirebon yang biasa melakukan
pengecoran sudah pulang kampung. "Dengar dengar sih honor mereka belum dibayar. Waktu
mengerjakan proyek diantara mereka juga banyak mengeluh karena uang makan terlambat. Jadi
karena mereka pulang otomatis pekerjaan terhenti total. Ini juga pak Dede mandor pemborong
juga sudah pulang ke Tenjo," ungkap Caok.

Caok juga mengatakan jika honor dirinya pun belum belum dibayar selama 7 hari sementara untuk
lima pekerja lokal sudah dibayar penuh.

"Proyek jalannya baru sekitar 650 meter saja yang telah dilakukan pengecoran. Kalau kondisi
seperti saya pesimis proyek ini dapat selesai tepat waktu. Lah ini saja sudah ditinggal begitu saja,"
ungkap Caok.

Berdasarkan plang yang terpampang di lapangan, proyek dengan nilai Rp3.600.960.000 tersebut
pelaksanaannya dikerjakan PT Tolping Jaya dengan waktu pekerjaan selama 100 hari kalender
dimulai 6 September 2019.

Sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Bogor
Soebiantoro mengaku geram atas kelakuan kontraktor yang seenaknya saja meninggalkan
pekerjaan proyek Jalan Cicangkal-Maloko yang belum diselesaikannya tersebut.

"Saya tidak akan bayar mereka. Inikan proyek pendahulu saya. Saya baru 4 bulan disini (di PUPR
red). Tahun depan saya harap tidak ada lagi proyek seperti ini lagi," ungkap mantan Kadishub
Kabupaten Bogor ini kepada SINDOnews, Selasa (19/11/2019).

Hingga berita ini diturunkan SINDOnews belum mendapat konfirmasi dari pihak PT Tolping Jaya
selaku kontraktor proyek tersebut.

Sumber: https://sumsel.tribunnews.com/2016/11/30/perencanaan-salah-kontraktor-polisikan-
konsultan
Data:
Jenis proyek:
Pembangunan Jalan Cicangkal-Maloko
Tempat proyek:
Kampung Caul, Desa Sukasari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor
Penyedia jasa:
a. Kontraktor:
PT Tolping Jaya
Kasus:
Proyek yang terbengkalai
Mengindentifikasi kasus:
1. Kontraktor tidak bertanggung jawab atas pekerjaannya yang belum selesai.
2. Kontraktor belum mabayar kewajibannya kepada pekejanya
3. Kurangnya professional dalam melaksanakan tugas yang diberikan sebagai pelaksana.
Dampak:

1. Merugikan pemerintahan.
2. Merugikan desa sekitar yang telah dibangun karna jalanan belum dicor dan adanya
material disekitar jalan.
Pada identifikasi kasus diatas, dengan menggunakan acuan kode etik dari:

A. Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI):


1. Kurangnya rasa tanggung jawab di dalam menjalankan profesi dan usahanya
2. Tidak bersikap adil, wajar, tegas, bijaksana dan arif serta dewasa dalam bertindak
3. Didalam menjalankan usahanya tidak dapat berdaya guna dan berhasil guna
4. Tidak mematuhi segala ketentuan ikatan kerja dengan pengguna jasa yang telah
disepakati.
5. Menyalahkan kepercayaan yangtelah diberikan kepada kontraktor.
6. Tidak memegang teguh, disiplin, kesetiakawanan dan solidaritas organisasi.

B. Kode Etik Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI)


1. Seorang ahli konstruksi tidak menjalankan profesinya dengan kemauan untuk bekerja
dengan rekan sekerja.
2. Tidak bertanggung jawab atas apa telah dikerjakan.

Anda mungkin juga menyukai