1.1 Sejarah Sejarah terbentuknya AKI tidak bisa dipisahkan dengan semakin meningkatnya pembangunan proyek-proyek besar yang sebagian dana pembangunannya dari pinjaman luar negeri sehingga tendernya diharuskan melalui penawaran internasional (International Competitive Bid) yang tentunya terbuka juga untuk para kontraktor dari luar negeri, dan masuknya modal asing dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu dengan diundangkannya UU No.l Tahun 1967. Pada tanggal 2 Oktober 1971 bertempat di kantor PT Pembangunan Jaya di proyek Senen diselenggarakan musyawarah para kontraktor dan disepakati untuk membentuk satu wadah kontraktor yang baru dengan nama ASOSIASI KONTRAKTOR INDONESIA disingkat AKI yang dalam bahasa Inggris dengan nama INDONESIAN CONTRACTORS ASSOCIATION disingkat ICA. Piagam pembentukan AKI tersebut ditandatangani di Restoran Putri Duyung Cottage, Ancol oleh: 1. Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI) 2. Gabungan Pelaksana dan Perencana Nasional Seluruh Indonesia(GAPPENSI). 3. Dewan Direksi Perusahaan Bangunan Negara (DD-PBN) dengan dihadiri 22 kontraktor sebagai pendiri AKI yaitu: a. P.N.Adhi Karya b. P.N.Amarta Karya c. Biro ASRI d. P.T.Decorient Indonesia e. P.T.Dimensi Engineering Contractors f. P.N.Hutama Karya g. P.T.Indra Contractor h. P.T.Jaya Obayashi Gumi i. P.T.Jaya Teknik Indonesia j. P.T.Leighton Indonesia Construction Co. k. P.T.Marwa Contractors l. P.T.Mercu Buana Raya Contractors m. P.T.M.T.C.Construction n. P.T.National Road Contractors o. P.N.Nindya Karya p. P.T.Pembangunan Jaya q. P.N.Pembangunan Perumahan r. P.T.Sarang Teknik s. Biro Bangunan Soedarjo t. P.T.Teknik Umum u. P.T.The United Builders v. P.N.Waskita Karya 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari AKI adalah: 1. Menumbuhkan iklim usaha Jasa Konstruksi yang kondusif 2. Membina perkembangan dan kemajuan usaha Jasa Konstruksi Nasional Indonesia 3. Meningkatkan tertib pembangunan 4. Meningkatkan mutu dan kemampuan anggota sebagai pelaku Jasa Konstruksi 5. Meningkatkan kemitraan sesama anggota. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan: 1. Selalu aktif membantu Pemerintah dengan memberikan saran-saran mengenai pembinaan dan pengembangan usaha jasa konstruksi Indonesia 2. Aktif dalam upaya peningkatan teknologi dan kemampuan para pelaku usaha Jasa Konstruksi bekerja sama dengan lembaga penelitian dan pendidikan 3. Menyusun kode etik profesi Kontraktor Indonesia dan membudayakannya 4. Membantu para anggota dalam menjalankan usahanya dan dapat bertindak sebagai penghubung dalam kerjasama antar anggota. 5. Bekerjasama dengan badan-badan dan organisasi-organisasi di dalam maupun yang mempunyai tujuan yang sama. 1.3 Kode etik AKI: 1. Menjunjung tinggi dan mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. 2. Menghormati dan menghargai profesinya sebagai kontraktor. 3. Tidak melakukan tindakan “mempengaruhi” dalam memenangkan tender. 4. Tidak memberi atau menerima imbalan dalam memenangkan tender. 5. Tidak berusaha mendapatkan data penawaran rekan dalam pra-tender. 6. Tidak berusaha mengubah harga dan kondisi penawaran setelah tender ditutup. 7. Tidak membajak tenaga kerja sesama anggota. 8. Tidak menyabot baik langsung maupun tidak langsung nama baik,kesempatan dan usaha sesama anggota. 9. Berpartisipasi dalam pelatihan,penelitian,dan tukar – menukar isi informasi sebagai bagian dari tanggung jawab kepada masyarakat dan industri jasa konstruksi.
2. Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
2.1 Sejarah Sejarah Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dimulai pada tanggal 23 Mei 1952 ketika Ir. H. Djoeanda Kartawidjaja dan Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo berkumpul bersama kawan-kawannya sesama insinyur Indonesia di Aula Barat, Fakultas TeknikUniversitas Indonesia Bandung (sekarang menjadi ITB) di Jl. Ganesha 10, Bandung. Pada saat itu jumlah insinyur Indonesia baru sekitar 75 orang. Sementara tanggung jawab yang harus dipikul sangat besar. Untuk itu disepakati untuk membuat Persatuan Insinyur Indonesia dengan tujuan untuk mempererat kerja sama para insinyur agar dapat menjadi kekuatan yang nyata untuk membangun negara dan bangsa Indonesia. Pada tahun 1957, PII juga menjadi salah satu motor utama berdirinya Institut Teknologi Bandung (ITB). PII adalah organisasi profesi tertua kedua di Indonesia setelah IDI. Tempat kedudukan PII adalah : 1. Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota Republik Indonesia 2. Pengurus Wilayah berkedudukan di ibukota Propinsi 3. Pengurus Cabang berkedudukan di kota yang terdapat konsentrasi anggota PII dalam jumlah yang cukup, baik di dalam atau di luar negeri; dan 4. Pengurus Badan Kejuruan, selanjutnya disingkat BK, dan atau Badan Kejuruan Teknologi, selanjutnya disingkat BKT, tingkat nasional berkedudukan di ibukota Republik Indonesia. 2.2 Tujuan Adapun tujuan dari PII adalah: 1. Menjadi organisasi profesi keinsinyuran secara nasional yang memiliki kesetaraan dan di akui internasional 2. Memupuk profesionalisme korsa insinyur indonesia, meningkatkan jiwa serta semangat persatuan nasional dalam mendarma baktikan kompetensinya kepada kepentingan bangsa dan negara melalui peningkatan nilai tambah perwujudan cita-cita bangsa 3. Meningkatkan kepedulian dan tanggap profesional terhadap permasalahan tantangan, serta peluang pembangunan daerah/nasional melalui optimasi pemberdayaan kompetensi profesional secara intergratif 4. Mendorong profesionalisme dalam penguasaan, pengembangan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi untuk meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan umat manusia pada umumnya dan khususnya rakyat Indonesia 2.3 Kode Etik PII 1. Prinsip-prinsip dasar: a. Mengutamakan keluhuran budi. b. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia. c. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. d. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional keinsinyuran. 2. Tujuh tuntutan sikap: a. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan Masyarakat. b. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya. c. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan. d. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan dalam tanggung jawab tugasnya. e. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing. f. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat profesi. g. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya. 3. Asosiasi Pelaksana Konstruksi Nasional (ASPEKNAS) 3.1 Tujuan Adapun tujuan dari ASPEKNAS adalah: 1. Untuk mengorganisir segenap potensi Pelaksana Jasa Konstruksi di Indonesia yang mampu berkomunikasi dalam membangun kerjasama dengan Instansi Pemerintah, BUMN, BUMD, Swasata Dalam Negeri dan Pelaksana Jasa Konstruksi Internasional. 2. Menghimpun, membina dan mengembangkan kemampuan masyarakat Pelaksana Jasa Konstruksi supaya profesional, modern, dan mandiri. 3. Menjalin hubungan kemitraan yang dinamis dan sinergis dental Pemerintah dan pendukung pelaksana usaha Jasa Konstruksi 4. Membahas dan merumuskan pemikiran pengembangan Jasa Konstruksi Nasional. 5. Untuk menumbuh kembangkan peran pengawasan masyarakat. 6. Memberi masukan kepada Pemerintah dalam merumuskan pengaturan, pemberdayaan dan pengawasan. 3.2 Kode etik ASPEKNAS: 1. Taat Hukum dan menjunjung tinggi keadilan 2. Bersaing dengan sehat terhadap pekerja 3. Bertanggung jawab dalam menjalankan usaha dan profesinya 4. Menempatkan PANCASILA sebagai sumber motivasi berpikir dan bertindak Perbanidngan aspek dari setiap asosiasi No. Aspek AKI ASPEKNAS PII 1 Meningkatkan mutu dan kemampuan anggota v v 2 Membina perkembangan dan kemajuan usaha Jasa v v Konstruksi Nasional Indonesia 3 Melakukan persaingan yang sehat dan menjauhkan dari v v v dari praktek-praktek tidak terpuji 4 Tidak menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan v v v kepercayaan yang diterima 5 Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan v kesejateraan masyarakat 6 Bertanggung jawab dalam menjalankan usaha dan v v v profesinya