35
III.1 Geografi Kota Tangerang
Kota Tangerang secara resmi berdiri pada tanggal 28 Pebruari 1993 melalui penetapan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah
Tingkat II Tangerang. Luas wilayah Kota Tangerang tercatat 183,78 km2 (termasuk
luas Bandara Soekarno-Hatta sebesar 19,69 km2)..
Kota Tangerang secara geografis terletak antara 6O6' Lintang Selatan sampai dengan
6O13 Lintang Selatan dan 106O36' Bujur Timur sampai dengan 106O42' Bujur Timur.
Batas wilayahnya adalah :
U KONVERSI LAHAN
PERTANIAN UNTUK
RENCANA
KABUPATEN PERLUASAN
BANDARA
TANGERANG SOETTA
BARAT
TIMUR
DKI
JAKARTA
KOTA
TANGERANG
KABUPATEN
S
TANGERANG
36
Letak geografis yang sedemikian itu sangat menguntungkan bagi daerah Kota
Tangerang, terutama dalam pengembangan ekonomi wilayah.
Luas wilayah Kota Tangerang tercatat 183,78 Km2 (termasuk luas Bandara
Soekarno - Hatta sebesar 19,69 Km2) yang berjarak sekitar 60 Km dari Ibukota
Propinsi Banten dan sekitar 27 Km dari DKI Jakarta.
Secara topografi, Kota Tangerang sebagian besar berada pada ketinggian 10-30 m dpl,
sedangkan bagian utaranya (meliputi sebagian besar Kecamatan Benda) ketinggiannya
berkisar antara 0-10 m dpl. Di Kota Tangerang juga terdapat daerah-daerah yang
mempunyai ketinggian > 30 m dpl yaitu pada bagian selatan Kecamatan Ciledug.
Dilihat dari kemiringan tanahnya, sebagian besar Kota Tangerang mempunyai tingkat
kemiringan tanah 0-30% dan sebagian kecil (yaitu di bagian selatan kota) kemiringan
tanahnya antara 3-8% berada di Kelurahan Parung Serab, Kelurahan Paninggilan
Selatan dan Kelurahan Cipadu Jaya.
37
Kondisi hidrologis, Kota Tangerang sangat dipengaruhi oleh sungai Cisadane yang
membagi Kota Tangerang menjadi 2 bagian yaitu bagian timur sungai dan bagian barat
sungai. Kecamatan yang terletak di bagian barat sungai Cisadane meliputi Kecamatan
Jatiuwung dan sebagian Kecamatan Tangerang. Selain Sungai Cisadane, di Kota
Tangerang juga terdapat sungai-sungai lain seperti Sungai Cirarab yang merupakan
batas sebelah barat Kecamatan Jatiuwung dengan Kecamatan Pasar Kemis di
Kabupaten Tangerang, Kali Ledug yang merupakan anak sungai Cirarab, Kali Sabi dan
Kali Cimode, sungai-sungai tersebut berada disebelah sungai Cisadane. Sedangkan pada
bagian timur Sungai Cisadane terdapat pula sungai/kali yang meliputi; Kali
pembuangan Cipondoh, Kali Angke, Kali Wetan, Kali Pesanggarahan, Kali Cantige,
Kali Pondok Bahar. Selain sungai/kali, di Kota Tangerang terdapat pula saluran air yang
meliputi Saluran Mokevart, saluran Irigasi Induk Tanah Tinggi, Saluran Induk Cisadane
Barat, Saluran Induk Cisadane Timur dan Saluran Induk Cisadane Utara.
Kelurahan
Neglasari
Kota
Tangerang
Kel
Jurumudi
38
Gambar III.2 merupakan daerah penelitian di wilayah Bandara Soekarno Hatta berada
di Kecamatan Benda (luas area 5,92 km2, jumlah penduduk 66.896 jiwa) dan
kecamatan Batuceper (luas wilayah 11,58 km2, jumlah penduduk 76.874 jiwa) dengan
tingkat kepadatan penduduk masing-masing adalah 6.238 jiwa/km2 dan
11.300jiwa/km2, merupakan daerah yang memilik luas lahan pertanian sawah yang
masih produktif dibandingkan dengan kecamatan yang lain, yang rata-rata luas
lahannya terdiri dari lahan kering dan lahan bangunan.
Hingga Tahun 2005, populasi penduduk di Kota Tangerang adalah 1.507.084 jiwa yang
terdiri dari 754.307 jiwa (50,15%) penduduk laki-laki dan 752.777 jiwa (49,85%)
penduduk perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 359.384 rumah tangga
39
dan sex rasio sebesar 100,22 artinya setiap 100 penduduk perempuan terdapat 100,22
penduduk laki- laki. Tingkat pertumbuhan penduduk Kota Tangerang cukup tinggi rata-
rata sebesar 4% selama tahun 2002 sampai dengan 2005. Kota Tangerang sampai saat
ini dapat dikatakan daerah cukup padat di mana tiap kilometer persegi dihuni rata-rata
8.551,62 jiwa.
Sebagai daerah yang berbatasan dengan Ibukota Negara Kota Tangerang mau tidak
mau harus menampung pula penduduk yang aktifitas ekonomi kesehariannya di
wilayah DKI Jakarta. Persebaran atau distribusi penduduk pada dasarnya merupakan
komposisi penduduk berdasarkan geografis, akan lebih bermakna apabila dikaitkan
dengan kepadatan. Dari data persebaran penduduk dapat dilihat diwilayah mana terjadi
pemusatan penduduk.
40
Tabel III.2 Ratio penduduk menurut jenis kelamin
Kota Tangerang dikatakan daerah cukup padat, tiap kilometer persegi rata-rata dihuni
8.551,62 jiwa. Dimana Kecamatan Cibodas merupakan Kecamatan dengan kepadatan
tertinggi (15.054,94 jiwa/ km2), sementara Kecamatan Neglasari masih banyak terdapat
lahan kosong dan tegalan sehingga kepadatan penduduknya terendah (4.712,62
jiwa/Km2).
41
Tabel III.3 Luas wilayah kecamatan dan kepadatan penduduk
Luas
Jumlah Kepadatan
Kecamatan Area
Penduduk Penduduk/Ha
District (Ha)
Population Population / Ha
Rata-rata satu jiwa penduduk yang mendiami lahan urban adalah 0,0045 ha/jiwa. Rata-
rata laju pertumbuhan penduduk per tahun dalam lima tahun terakhir (2000-2005)
adalah 3,6%, dimana capaian tersebut masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan
provinsi Banten yang hanya 2,20%, DKI Jakarta 1,20%, maupun Nasional 1,30%. Bila
diidentifikasi berdasarkan kelahiran bayi hidup pada tahun 2005 yang hanya
memberikan peran 14,82% terhadap pertambahan jumlah penduduk sebesar 39.068
42
jiwa, maka 85,18% merupakan migrasi masuk yang sekaligus penyebab utama
tingginya laju pertumbuhan penduduk Kota Tangerang.
Berdasarkan komposisi tenaga kerja, 36% dari jumlah penduduk tahun 2005 merupakan
penduduk usia produktif. Sedangkan presentase penduduk usia belum/tidak produktif
adalah sebesar 64%. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa setiap 1 orang
penduduk produktif menanggung 2 orang penduduk tidak/belum produktif.
43
luasnya, harga bahan pertanian yang kian meningkat, maupun oleh akibat daya tarik di
sektor non pertanian yang lebih berpeluang untuk menaikkan pendapatan.
44
Intensitas penggunaan lahan di kota Tangerang seluas 18.378 Ha tercatat antara lain
untuk penggunaan aktivitas ekonomi non pertanian seperti kegiatan industri
besar/sedang, perdagangan dan jasa, transportasi, permukiman, dan lain-lain seluas
10.431,22 Ha, sedangkan seluas 4.318,50 merupakan lahan pertanian (ekonomi
pertanian). Untuk kegiatan Bandara Soekarno Hatta seluas 1.969 Ha dan sisanya lahan
belum terpakai sekitar 1.659,28 Ha. Secara historis dapat diperoleh data penggunaan
lahan sebagai berikut :
Tahun
Penggunaan
Lahan
2000 2001 2002 2003 2004 2005
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
Pertanian 4.468,00 4.459,00 4.319,52 4.318,50 4.318,50 4.318,50
Urban Industri 9.234,00 9.234,55 9.522,36 9.787,50 10.100,78 10.431,22
- Urban
5.886,00 5.971,55 6.126,36 6.288,50 6.534,78 6.813,22
(Permukiman
- Industri (Lahan
Aktivitas Non 3.348,00 3.353,00 3.396,00 3.499,00 3.566,00 3.618,00
Pertanian
Belum Terpakai 2.860,00 2.778,45 2.567,12 2.303 1.989,72 1.659,28
Bandara Soekarno
1.816,00 1.816,00 1.969,00 1.969,00 1.969,00 1.969,00
Hatta
Total Lahan 18.378,00 18.378,00 18.378,00 18.378,00 18.378,00 18.378,00
Sumber / Source : BPS Kota Tangerang & Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang
Untuk standar lahan urban awal tahun 2000 untuk penggunaan lahan urban per jiwa
penduduk tercatat sekitar 0,0045 ha/jiwa berdasarkan data luas lahan urban
(permukiman) 5886 ha dengan penduduk 1.311.746 jiwa pada tahun 2000. Sedangkan
untuk standar lahan industri awal (lahan aktivitas ekonomi non pertanian) sekitar 0,0062
Ha/jiwa sesuai standar lahan industri awal.
45
III.4 Perekonomian
Laju pertumbuhan ekonomi kota Tangerang pada tahun 2005 semakin membaik
dibandingkan tahun 2004 dan 2003. Berdasarkan perhitungan Produk Domestik
Regional Bruto atas Dasar Harga Konstan 1993, laju pertumbuhan ekonomi kota
Tangerang tahun 2005 adalah 7%, nilai Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan 1993 pada tahun 2003 adalah 7,067 trilyun rupiah dan tahun 2004
menjadi meningkat sebesar 7,130 trilyun rupiah. Pada tahun 2005 mencapai 7,515
trilyun rupiah. Pada tahun berikutbnya diperkirakan akan terus meningkat. Dengan
demikian kinerja perekonomian kota Tangerang sudah mulai recovery dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya.
Sementara itu, PDRB atas dasar harga Berlaku pada periode yang sama menunjukkan
perkembangan nilai dari Rp. 18,238 trilyun (2001) menjadi Rp. 21,069 trilyun (2002),
sebesar 23,856 trilyun rupiah (2003) hingga tahun 2005 akan terus tumbuh, atau
bertumbuh sebesar 34,00% selama periode tersebut dengan rata-rata pertumbuhan per
tahun sebesar 6,04%.
Peranan ekonomi dapat dilihat dari angka distribusi Produk Domestik Regional Bruto
Atas Dasar Harga Berlaku, sektor industri pengolahan ternyata masih mendominasi
struktur ekonomi Kota Tangerang dengan konstribusi sebesar 56%-57% pada tahun
2003, menurun dari pada tahun sebelumnya sebesar 58% (tahun 2002). Demikian pula
pada tahun 2005 mengalami penurunan dari tahun 2004. Dengan demikian, sektor
industri pengolahan masih menjadi leading sector, baik kelompok industri besar/sedang
maupun industri kecil dan rumah tangga.
46
Tabel III.6 Produk domestik regional bruto kota Tangerang
atas dasar harga konstan tahun 1993
(Hitungan per juta)
Lapangan
No. Usaha/Field 2000 2001 2002 2003 2004 2005
of Effort
1. Pertanian 20.190 20.820 21.550 21.550 21.550 21.550
2. Non Pertanian 6.273.810 6.232.453 6.595.637 7.045.515 7.109.390 7.493.780
Total PDRB 6.294.000 6.294.000 6.616.457 7.067.065 7.130.940 7.515.330
Catatan :
- PDRB non pertanian terdiri dari lapangan usaha : Industri Pengolahan, Listrik,
Gas dan Air Minum, Bangunan dan Konstruksi, Perdagangan, Hotel dan Restoran,
Angkutan dan Komunikasi, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jasa-Jasa.
- Untuk Nilai PDRB pertanian dan non pertanian Tahun 2000, 2004 dan 2005
merupakan asumsi dengan pertumbuhan diperkirakan 6% berdasarkan PDRB
tahun sebelumnya, karena data tidak ada.
Sumber / Source : Hasil olahan sendiri berdasarkan data dari Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang
Sumber / Source : Hasil olahan sendiri berdasarkan data dari Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang
47
Secara umum gambaran pendapatan setiap penduduk kota Tangerang dicerminkan oleh
pendapatan Kota Tangerang per kapita atas dasar harga berlaku. Pada tahun 2003
besarnya pendapatan kota Tangerang atas harga berlaku meningkat dari 15 juta rupiah
pada tahun 2002 menjadi sekitar 16 juta rupiah pada tahun 2003. Sedangkan Gambaran
pendapatan setiap penduduk kota Tangerang dicerminkan oleh pendapatan Kota
Tangerang per kapita atas Dasar Harga Konstan yaitu pada tahun 2003 besarnya
pendapatan kota Tangerang meningkat dari 4,67 juta rupiah tahun 2002 menjadi 4,82
juta rupiah tahun 2003, kemudian menurun pada tahun 2004 menjadi 4,79 juta rupiah
dan meningkat kembali pada tahun 2005 menjadi 5 juta rupiah.
a. Perindustrian
Kegiatan industri sebagai motor utama perekonomian di Kota Tangerang sebagian besar
terdapat di wilayah Kecamatan Jatiuwung, Batuceper, Tangerang, dan sebagian kecil
Kecamatan Cipondoh. Luas lahan untuk kegiatan industri sekitar 1.367,1 ha. Hingga
tahun 2005, jumlah industri di Kota Tangerang sebesar 1.334 industri, yang terdistribusi
dalam industri besar 223 unit (16,72%), industri menengah 198 unit (14,84%), dan
industri kecil 913 unit (68,44%).
b. Perdagangan
Pengembangan sektor perdagangan di Kota Tangerang tumbuh beriringan dengan
pesatnya pengembangan perindustrian dan perumahan yang ada. Sektor ini memang
tumbuh pada saat terjadinya keramaian aktivitas manusia yang akhirnya menuntut
tersedianya kebutuhan primer maupun sekunder manusia itu.
48
dagang kecil mengalami pertumbuhan 25,91% yaitu dari 1.100 perusahaan menjadi
1.385 perusahaan.
Salah satu karakteristik dari pasar modern raksasa ini adalah secara fisik merupakan
sebuah toko yang besar dengan luas minimal 4.000 m2 dan item barang yang dijual
sangat banyak dan bervariasi. (Sumber : Visidata Riset Indonesia, 2005). Di Kota
Tangerang, pusat-pusat perdagangan seperti Carefour, Giant, Hypermarket, dan
sebagainya, terletak di Kecamatan Larangan (Giant), Kecamatan Tangerang (Carefour,
Hypermarket).
c. Pertanian
Pengusahaan pertanian di Kota Tangerang berorientasi pada tanaman semusim, meliputi
tanaman bahan makanan, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Tanaman jenis bahan
makanan terdiri dari jenis padi-padian, jagung dan umbi-umbian, dan kacang-kacangan.
Data tanaman bahan makanan dirinci menurut luas panen, rata-rata hasil per Ha dan
produksi.
Secara umum luas area persawahan di Kota Tangerang selama empat tahun terakhir
tidak ada perubahan, yaitu sebesar 1.476 Ha dari total luas lahan pertanian 4.468 ha.
Luas lahan beririgasi teknis terletak di Daerah Irigasi Cipondoh seluas 21 Ha dan di
Daerah Irigasi Cisadane seluas 1455 Ha. Pada tahun 2005 telah terjadi perubahan luas
lahan sawah menurut jenis pengairan dibanding tahun sebelumnya tahun 2003. Berikut
dapat dilihat dalam tabel Luas Lahan Sawah Menurut Jenis Pengairan di Kota
Tangerang Tahun 2005 (Sumber : Dinas PU Kota Tangerang).
49
Tabel III.8
Luas potensial lahan sawah beririgasi teknis di kota Tangerang
(dalam hektar)
Untuk luas lahan kering, kolam/empang menurut penggunaan di Kota Tangerang dapat
dilihat pada Tabel III.9 berikut.
Tabel III.9
Luas lahan kering, kolam/tebet/empang di kota Tangerang
tahun 2005 (dalam hektar)
Tegal/Kebon/ Kolam/Tebet/
No. Kecamatan Rawa-Rawa
Ladang/Huma Empang
1. Ciledug - - 23,60
2. Larangan - - 7,20
3. Karang Tengah 91,30 - 11,80
4. Cipondoh 50,00 - 11,80
5. Pinang 88,96 126,18 14,04
6. Tangerang 81,00 - 13,17
7. Karawaci 49,71 - 29,29
8. Cibodas 4,80 - 4,80
9. Jatiuwung 12,80 - 13,80
10 Periuk 15,90 - 9,60
11. Neglasari 172,00 - 38,20
12. Batuceper 53,30 - 15,50
13. Benda 91,00 - 26,70
Jumlah(2005) 710,77 126,18 221,50
2004 710,77 126,18 221,50
2003 710,77 126,18 221,50
2002 710,77 126,18 221,50
2001 710,77 126,18 221,50
2000 1.220,00 70,00 78,38
Sumber / Source : Dari Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang
50
Jumlah alat-alat pertanian pasca panen di Kota Tangerang Tahun 2005 dapat dilihat
pada Tabel III.10 berikut.
Tabel III.10
Jumlah alat-alat pertanian pasca panen di kota Tangerang tahun 2005
Sedangkan Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Sawah di Kota Tangerang
Tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel III.11 (Sumber : Dinas Pertanian Kota Tangerang)
berikut.
Tabel III.11
Luas panen, hasil per hektar dan produksi padi sawah di kota
Tangerang tahun 2005
51
7. Karawaci 6,00 6,67 40,00
8. Cibodas - - -
9. Jatiuwung - - -
10 Periuk 181,00 6,61 1.196
11. Neglasari 490,00 6,62 3.244
12. Batuceper 56,00 6,70 375,00
13. Benda 277,00 6,69 1.853,00
Jumlah (2005) 2.462,00 6,66 16.400,00
2004 2.462,00 6,66 16.400,00
2003 2.506,00 6,66 16.400,00
2002 2.506,00 6,68 16.746,50
2001 2.125,00 5,35 11.367,90
2000 1.281,00 6,09 7.805,40
Sumber / Source : Dinas Pertanian Kota Tangerang
Sedangkan Luas Tambah Tanam Padi Sawah dan Pola Tanam di Kota Tangerang Tahun
2005 dapat dilihat pada Tabel III.12 (Sumber: Dinas Pertanian Kota Tangerang) berikut.
Tabel III.12
Luas tambah tanam padi sawah dan pola tanam di kota Tangerang
tahun 2005 (dalam hektar)
52
Untuk Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Jagung (Wujud produksi : Pipilan
Kering) di Kota Tangerang Tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel III.13 (Sumber: Dinas
Pertanian Kota Tangerang).
Tabel III.13
Luas panen, hasil per hektar dan produksi jagung (wujud produksi :
pipilan kering) di kota Tangerang tahun 2005
Untuk Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Ubi Kayu (Umbi Basah) di Kota
Tangerang Tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel III.14 (Sumber : Dinas Pertanian Kota
Tangerang) berikut.
Tabel III.14
Luas panen, hasil per hektar dan produksi ubi kayu (umbi basah) di
kota Tangerang Tahun 2005
53
5. Pinang 1,00 11,32 11,32
6. Tangerang 8,00 10,92 87,36
7. Karawaci 2,00 11,12 22,23
8. Cibodas - - -
9. Jatiuwung 4,00 10,97 43,88
10 Periuk 4,00 11,32 45,28
11. Neglasari 14,00 11,22 157,08
12. Batuceper 12,00 11,12 133,44
13. Benda 11,00 11,15 122,65
Jumlah (2005) 67,00 11,14 746,66
2004 67,00 11,14 746,66
2003 67,00 11,14 746,66
2002 119,00 10,80 1.285,20
2001 67,00 11,09 743,00
2000 81,00 9,38 760,10
Sumber / Source : Dinas Pertanian Kota Tangerang
Untuk Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Ubi Jalar (Umbi Basah) di Kota
Tangerang Tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel III.15 (Sumber : Dinas Pertanian Kota
Tangerang) berikut.
Tabel III.15
Luas panen, hasil per hektar dan produksi ubi jalar (umbi basah) di
kota Tangerang Tahun 2005
54
Luas Tambah Tanam Palawija di Kota Tangerang Tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel
III.16 berikut.
Tabel III.16
Luas tambah tanam palawija di kota Tangerang tahun 2005
(dalam hektar)
Kacang
No. Kecamatan Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kedelai
Tanah
1. Ciledug 1,00 5,00 4,00 - -
2. Larangan - 5,00 - - -
3. Karang Tengah 5,00 5,00 - - -
4. Cipondoh 24,00 5,00 - - -
5. Pinang 6,00 5,00 - - -
6. Tangerang 6,00 5,00 - - -
7. Karawaci - 5,00 - - -
8. Cibodas - 5,00 - - -
9. Jatiuwung 9,00 5,00 - - -
10 Periuk 2,00 5,00 - - -
11. Neglasari 2,00 5,00 - - -
12. Batuceper - 5,00 8 - -
13. Benda 3,00 5,00 - - -
Jumlah (2005) 58,00 65,00 21,00 - -
2004 58,00 65,00 21,00 - -
2003 58,00 65,00 21,00 - -
2002 128,00 97,00 33,00 27,00 -
2001 64,00 60,00 19,00 16,00 2,00
2000 111,00 6,00 41,00 42,00 -
Sumber/source : Dinas Pertanian Kota Tangerang
Untuk luas tambah Tanam Sayur-sayuran di Kota Tangerang Tahun 2005 dapat dilihat
pada table III.17 sebagai berikut.
Tabel III.17
Luas tambah tanam sayur-sayuran di kota Tangerang tahun 2005
(dalam hektar)
55
8. Cibodas 2 - - - - - 1 - 4
9. Jatiuwung - - 1 - - - 33 9 11
10 Periuk 3 - - - - 2 2 3 5
11. Neglasari 15 - 1 1 - - - 16 13
12. Batuceper 19 - - - - - - 15 18
13. Benda 16 - 1 - - 2 - 18 15
Jumlah 622 - 27 14 - 21 91 660 734
(2005)
2004 622 - 27 14 - 21 91 660 942
2003 622 - 27 14 - 21 91 660 286
2002 435 4 40 8 12 16 70 962 196
2001 295 Data tdk 63 7 Data tdk 27 52 287
147
ada ada
2000 159 Data tdk 75 27 Data tdk 19 77 144
-
ada ada
Untuk luas tambah Tanam Buah-Buahan di Kota Tangerang Tahun 2005 dapat dilihat
III.18 sebagai berikut.
Tabel III.18
Luas tambah tanam buah-buahan di kota Tangerang tahun 2005
(dalam pohon)
56
2003 1.203 429 90 538 1.467 3.956 2.651 170 656
2002 565 54 10 46 1.031 797 12.359 35 814
2001 909 13 23 3.861 5.724 49 Data tdk
337 835
ada
2000 340 - 87 5.054 6.223 162 Data tdk
- 692
ada
Untuk Luas Panen dan Produksi Sayur-sayuran hingga sampai dengan tahun 2005 dapat
dilihat tabel III.19 sebagai berikut.
Tabel III.19
Produksi tanaman sayur-sayuran menurut Jenisnya
di kota Tangerang tahun 2005
(Kw)
Petsai/ Kacang Bawang
No. Kecamatan Cabe Terung Ketimun Kangkung Bayam
Sawi Panjang Daun
1. Ciledug 958,75 - - - - - 4.750,00 2.220,00
2. Larangan - - - - - - - -
3. Karang 2.173,20 1.515,00 - - - 3.000,00 12.960,00 7.605,00
Tengah
4. Cipondoh 15.212,40 1.611,00 30,55 - 150,00 1.750,00 18.980,00 9.891,00
5. Pinang 3.593,10 271,65 - 9,00 350,00 - 5.940,00 3.015,00
6. Tangerang 19.628,80 - 556,05 216,00 875,00 2.145,00 18.250,00 9.360,00
7. Karawaci 9.172,80 1.721,65 - - 900,00 390,00 7.875,00 3.465,00
8. Cibodas 147,50 390,60 - - - 180,00 - 220,00
9. Jatiuwung - - - - - 2.590,00 720,00 399,00
10 Periuk 242,25 726,00 - - 300,00 - - 180,00
11. Neglasari 1.452,00 - 52,25 - - - 1.890,00 756,00
12. Batuceper 1.720,45 - - - - - 1.690,00 756,00
13. Benda 1.528,80 95,25 - - - 380,00 2.080,00 910,00
Jumlah 55.830,05 6.331,15 638,85 225,00 2.575,00 10.435,00 75.135,00 38.777,00
(2005)
2004 55.830,05 6.331,15 638,85 225,00 2.575,00 10.435,00 75.135,00 38.777,00
2003 55.830,05 6.331,15 638,85 225,00 2.575,00 10.435,00 75.135,00 38.777,00
2002 19.082,00 2.202,20 483,00 225,00 527,00 3.221,00 47.451,00 46.635,00
2001 14.619,00 257,00 Data tdk 1.990,00 11.279,00 11.646,00
1.416,00 769,30
ada
2000 9.567,35 211,82 Data tdk 247,00 6.757,00 9.907,00
1.457,93 714,00
ada
57
Sumber/source : Dinas Pertanian Kota Tangerang
58
Sumber/source : Dinas Pertanian Kota Tangerang
Namun pada satu sisi, semakin meningkatnya jumlah penduduk beserta aktivitas sosial
ekonominya akan menyebabkan semakin terbatasnya lahan pertanian, sehingga dengan
sendirinya aktivitas pertanian akan semakin menyusut, jika tidak dilakukan
pengendalian terhadap pengalihfungsian lahan tersebut. Di masa mendatang, lahan
kosong atau lahan tidur yang pada saat ini dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan
pertanian lambat laun akan beralih fungsi kepada penggunaan lahan yang dianggap
lebih produktif dan lebih bernilai dalam hitungan waktu jangka pendek, namun dalam
hitungan jangka panjang akan terjadi degradasi lingkungan yang berakibat pada
pengurangan produksi pertanian, bencana alam lingkungan, seperti banjir, berkurangnya
untuk resapan air, dll.
d. Perumahan
Penggunaan lahan seluas 6.813,22 Ha tahun 2005 untuk kegiatan perumahan dan
permukiman termasuk yang paling dominan dan meningkat pesat pertumbuhannya dari
sebelumnya sejak tahun 2000 (5.886 Ha), meningkat tahun 2001 (5971,55), tahun 2002
(6.126,36 ha), tahun 2003 (6.288,50 Ha), dan tahun 2004 (6.534,78 Ha). Kondisi
geografis yang strategis, yaitu sebagai daerah penyanggah ibukota, telah menyebabkan
usaha property tumbuh subur di Kota Tangerang, yang tergambar dari peningkatan
konversi lahan pertanian ke penggunaan perumahan/permukiman dan akibat keberadaan
jumlah Pengembang (Developer) yang meningkat, dari 118 pengembang pada tahun
2001 menjadi 123 pengembang hingga tahun 2005. Rata-rata kemampuan penyediaan
rumah oleh pengembang per tahun selama periode 2001-2005 sebesar 461
unit/pengembang atau secara keseluruhan rata-rata terbangun 55.473 unit rumah per
tahun. Kondisi ini pun berdampak menurunnya luas area lahan terbuka atau kawasan
hijau dan pertanian yang beralih fungsi ke penggunaan non pertanian maupun lahan
yang belum terpakai.
Sedangkan pola penggunaan lahan kota Tangerang juga dicirikan dengan masih
eksisnya lahan pertanian serta lahan yang dimanfaatkan untuk perluasan Bandara
Soekarno-Hatta dengan luasan sekitar 1.969 ha (10,71%). Dengan demikian untuk lahan
59
kawasan terbangun tersebut sekitar 68%, sisanya adalah lahan belum terpakai dan lahan
pertanian (32%) yang terdiri dari lahan pertanian 20% dan lahan belum terpakai 12%.
Tabel III.21
Kondisi lahan dalam prosentase
Prosentase
No Kondisi Lahan
(%)
1. Kawasan Terbangun (Lahan Urban Industri dan 68
Lahan Bandara Soekarno Hatta)
2. Belum Terpakai 12
3. Pertanian 20
Sumber / Source : Diolah sendiri data dari Bagian Data Elektronik Puspen Kota Tangerang
Jumlah tenaga kerja pertanian (petani) terjadi penurunan dari tahun 2000 sampai dengan
dilakukan penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dengan para eks petani (penggarap)
bahwa pendapatan yang diperoleh pada saat masih bekerja mengelola lahan pertanian
masih lebih baik dan perolehan pendapatan tetap, dapat memenuhi kehidupan meski
berkecukupan. Berbeda pada saat harus bekerja di sektor lain yang belum ada kepastian
dan kejelasan akan memperoleh pendapatan yang tetap dan dapat diharapkan, seperti
berdagang, menjadi tukang ojek, maupun kuli. Beralihfungsinya lahan pertanian sangat
mempengaruhi kondisi para petani maupun eks petani pada saat lalu. Pemenuhan
kehidupan hari-harinya pada masa kini tidak lebih baik dibanding pada waktu masih
melakukan kegiatan bertani. Melakukan pekerjaan di sektor lain dianggap belum ada
kepastian pendapatan untuk memenuhi kehidupannya.
60