Disusun oleh :
NPM : 02072000031
Assalamu’alaikum, Wr.Wb
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
pada Pengaruh Jumlah Kendaraan Terhadap Kerusakan di Jalan Aspal Kelas II di
Kabupaten Musi Rawas.
Penulis
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
2.1. Jalan...........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................44
BAB I
PENDAHULUAN
budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan. Dengan melihat hal
ini maka diperlukan peningkatan baik kuantitas maupun kualitas jalan yang
darat, dimana transportasi darat yang paling berperan adalah jalan raya. Jalan raya
proses pemeliharaan, kerusakan jalan kadang terjadi lebih dini dari masa
pelayanan yang disebabkan oleh adanya banyak faktor, antara lain faktor manusia
dan faktor alam. Faktor – faktor alam yang dapat mempengaruhi mutu perkerasan
jalan diantaranya air, perubahan suhu, cuaca dan temperatur udara. Sedangkan
kendaraan berat yang melebihi kapasitas dan volume kendaraan yang semakin
meningkat. Dari faktor – faktor itu semua jika terjadi secara terus menerus dapat
menyebabkan kerusakan pada jalan yang dilewati, dan tentunya akan merugikan
roda empat maupun lebih semakin meningkat terutama di Kabupaten Musi Rawas.
Jalan di wilayah Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu ruas jalan nasional
yang ada di Sumatera Selatan, jalan raya di Kabupaten Musi Rawas memiliki arti
Sumatera Selatan dan juga bagi perkembangan jaringan jalan dalam skala
regional, hal ini dikarenakan ruas jalan raya di Kabupaten Musi Rawas merupakan
melewati ruas jalan tersebut jumlahnya lebih banyak dari kapasitas jalan yang
direncanakan. Dengan hal ini maka dalam Tugas ini pengaruh jumlah kendaraan
terhadap kerusakan pada jalan aspal kelas II akan di analisa, yang di ambil pada
satu ruas jalan yang ada di wilayah Kabupaten Musi Rawas, yaitu jalan Lintas
Sumatera.
1. Untuk mengetahui nilai kerusakan jalan aspal yang terjadi di ruas jalan Lintas
2. Untuk mengetahui volume kendaraan pada jam puncak di ruas jalan Lintas
Batasan masalah dalam peneltian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Data kerusakan jalan dan volume kendaraan yang diambil hanya satu ruas
jalan yang berada di wilayah Kabupaten Musi Rawas tepatnya di Desa Muara
2. Data kerusakan jalan dan volume kendaraan yang dijadikan bahan penulisan
3. Jenis kendaraan yang diteliti adalah jenis kendaraan yang sesuai dengan
4. Jalan yang diteliti adalah jalan luar kota yang merupakan jalan nasional dan
5. Jenis kendaraan yang diteliti adalah jenis kendaraan bermotor roda dua dan
empat atau lebih. Kendaraan tidak bermotor tidak dianggap termasuk arus
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan
air, kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel. (UU No. 38 Tahun 2004)
Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK) No. 038/T/BM/1997, disusun pada : (lihat
Tabel 2.1)
Muatan Sumbu
> 10 10 8 Tidak ditentukan
Terberat, (ton)
TIPE MEDAN D B G D B G D B G
Kemiringan >
< 3 3-25 < 3 3-25 > 25 < 3 3-25 > 25
Medan, (%) 25
Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (administratif) sesuai PP.
Sumber : TPGJAK
a. Jalan Arteri
Jalan arteri, merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh
b. Jalan Kolektor
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-
Jika ditinjau dari peranan jalan maka persyaratan yang harus dipenuhi oleh
Kapasitas jalan lebih besar atau sama dengan volume lalu lintas rata-rata.
c. Jalan Lokal
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jika ditinjau dari peranan jalan maka
d. Jalan Lingkungan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Jalan Ciri-ciri
1.Perjalanan jarak dekat
Lingkungan
2.Kecepatan rata-rata rendah
Sumber : UU No.38 Tahun 2004
pemerintah daerah.
a. Jalan Nasional
Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
b. Jalan Provinsi
Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
kabupaten.
d. Jalan Kota
Jalan kota, merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
e. Jalan Desa
a. Jalan Kelas I
Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran panjang tidak
melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari
10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai
b. Jalan Kelas II
Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10
ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas.
Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter,
ukuran panjang tidak melebihi 18 meter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.
Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,5 meter, ukuran
panjang tidak melebihi 12 meter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8
ton.
e. Jalan Kelas IIIC
Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2,1
meter, ukuran panjang tidak melebihi 9 meter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton.
Kendaraan ringan / kecil adalah kendaraan bermotor ber as dua dengan empat
roda dan jarak as 2,0 – 3,0 m (meliputi : mobil penumpang, oplet, mikro bus,
pick up, dan truk kecil sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak 3,5 – 5,0 m (termasuk
bus kecil, truk dua as dengan enam roda, sesuai sistem klasifikasi Bina Marga).
Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0 – 6,0 m.
Kendaraan dengan roda yang digerakkan oleh orang atau hewan (meliputi :
sepeda, becak, kereta kuda, dan kereta dorong sesuai sistem klasifikasi Bina
Marga).
Dimensi kendaraan rencana dapat dilihat dibawah ini : (lihat Tabel 2.3)
Volume lalu lintas harian rata – rata (VLHR) adalah prakiraan volume lalu
lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam smp/hari.
Satuan arus lalu lintas, dimana arus dari berbagai tipe kendaraan telah diubah
emp.
pada perilaku lalu lintas (untuk mobil penumpang dan kendaraan ringan
lainnya, emp = 1,0). Ekivalensi mobil penumpang dapat di lihat dibawah ini :
Sumber : TPGJAK
2.4. Material Perkerasan Jalan Raya
Beton Semen
maintenance).
Susunan lapisan perkerasan lentur dapat dilihat dibawah ini : (lihat Gambar 2.1).
LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE)
sebagai bahan pengikatnya. Pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan
diatas tanah dasar dengan atau tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas
Susunan lapisan perkerasan kaku dapat dilihat dibawah ini : (lihat Gambar 2.2).
lentur dapat berupa perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku
2.3).
perkerasan jalan menjadi tidak sesuai dengan bentuk perkerasan aslinya, sehingga
sebelum mencapai umur rencana. Kerusakan pada perkerasan jalan raya dapat
rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang disebabkan
lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan
jalan yang diperkenalkan didasarkan pada jenis dan besarnya kerusakan serta
kenyamanan berlalu lintas. Jenis kerusakan yang ditinjau adalah retak, lepas,
prosentase luar permukaan jalan yang rusak terhadap luas keseluruan jalan yang
ditinjau.
permukaan jalan yang rusak terhadap luas keseluruhan bagian jalan yang ditinjau.
Konstruksi beton tanpa kerusakan =2
Konstruksi penetrasi tanpa kerusakan =3
Tambalan =4
Retak =5
Lepas = 5,5
Lubang =6
Alur =6
Gelombang = 6,6
Amblas =7
Belahan =7
Nq = Np x Nj
Keterangan :
Np = Prosentase Kerusakan.
Nj = Bobot Kerusakan
kerusakan dengan nilai bobot kerusakan. Nilai jumlah kerusakan tercantum pada
Nilai kerusakan jalan merupakan jumlah total dari setiap nilai jumlah
jalan (demikian juga dengan bahu beraspal) dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu :
1. Lalu lintas, yang diakibatkan dari peningkatan beban (sumbu kendaraan) yang
melebihi beban rencana, atau juga repetisi beban (volume kendaraan) yang
melebihi volume rencana sehingga umur rencana jalan tersebut tidak tercapai.
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik,
atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik.
4. Iklim. Suhu udara dan curah hujan yang tinggi dapat merusak perkerasan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, karena sifatnya memang jelek atau
Jenis – jenis kerusakan jalan raya menurut Dinas Bina Marga, yaitu :
3. Tambalan
Sumber : Dokumentasi
a. Retak halus
Ciri – ciri :
- Meresapkan air.
b. Retak buaya
Sumber : Dokumentasi
Gambar 2.5. Kerusakan Retak Buaya
c. Retak pinggir
- Retak memanjang jalan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu jalan.
Sumber : Dokumentasi
Gambar 2.6. Kerusakan Retak Pinggir
d. Retak susut
Ciri – ciri :
sudut tajam.
e. Retak selip
Ciri – ciri :
f. Retak persegi
- Retak berbentuk persegi dengan sudut tajam dan lebih besar dari retak buaya.
Sumber : Dokumentasi
Gambar 2.7. Kerusakan Retak Persegi
5. Lepas Ciri
– ciri :
- Disintegrasi atau lepasnya Hot Mix Asphalt (HMA) secara terus – menerus
6. Lubang
7. Alur
Ciri – ciri :
- Terjadi apabila air keluar dari sambungan, retakan atau melalui lapisan HMA
8. Gelombang
Sumber : Dokumentasi
Ciri – ciri :
10. Belahan
Ciri – ciri :
structural.
rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang
disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan
oleh Direktor Jenderal Bina Marga, dalam A. Cempana Sari Iskandar, 2015,
Retak (Cracks)
dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan membuat luas/
Yang dimaksud retak halus adalah retak yang terjadi mempunyai lebar celah ≤ 3
mm. Sifat penyebarannya dapat setempat atau luas pada permukaan jalan.
Penyebabnya adalah bahan perkerasan atau kualitas material yang kurang baik,
pelapukan permukaan, air tanah pada badan perkerasan jalan dan tanah dasar
atau lapisan bawah permukaan yang tidak stabil. Akibat lanjutnya meresapnya
(alligator cracks).
Retak ini disebut juga dengan retak garis (lane cracks) dimana terjadi pada sisi
cracks) dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke bahu. Retak ini dapat
Sesuai dengan namanya retak ini umumnya terjadi pada daerah sambungan
perkerasan dengan bahu yang beraspal. Retak ini berbentuk retak memanjang
beraspal. Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu lintas dan berbentuk retak
memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah
Bentuk retak ini adalah retak memanjang (longitudinal cracks) yang akan
Retak ini dapat terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar dan akan
retakan perkerasan dibawahnya. Retak ini dapat terjadi bila retak pada
dengan sudut tajam atau dapat dikatakan suatu interconnected cracks yang
Istilah lain adalah chickenwire cracks, alligator cracks, polygonal cracks, dan
serangkaian kotak-kotak kecil yang menyerupai kulit buaya atau kawat untuk
kandang ayam. Umumnya daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas.
Jika daerah dimana terjadi retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan
oleh repetisi beban lalulintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh
Kerusakan ini sering disebut dengan parabolic cracks, shear cracks, atau
crescent shaped cracks. Bentuk retak lengkung menyerupai bulan sabit atau
Distorsi adalah perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,
Alur (ruts)
Yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat merupakan
Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan
Keriting (corrugation)
Alur yang terjadi melintang jalan. Dengan timbulnya lapisan permukaan yang
Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran yang berasal dari
dapat juga terjadi jika lalulintas dibuka sebelum perkerasan mantap (untuk
Perbaikan dapat dilakukan dengan cara dibongkar dan dilapis kembali (lihat
Terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat terdeteksi dengan
adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan
Jembul (upheaval)
Terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya
Yang mengarah pada kerusakan secarah kimiawi dan mekanis dari lapisan
3. Lubang (potholes)
Berupa mangkuk, ukuran berpariasi dari kecil sampai besar. Lubang-lubang ini
5. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca.
6. Sistem dreinase yang kurang baik, sehingga banyak air yang meresap dan
7. Retak-retak yang tarjadi tidak segerah ditangani sehingga air meresap dan
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus
terhadap roda kendaraan, atau agregat yang digunakan berbentuk bulat dan
licin, tidak berbentuk cubical. Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan
3.1.5 Kegemukan(Bleeding)
Terkelupas (delamination)
Stripping
Stipping adalah suatu kondisi hilangnya agregatkasar dari bahan penutup yang
1.Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2.Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase yang tidak
itusendiri atau bias disebabkan oleh sistem pengolahan bahan itu sendiri.
olehsistempelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat
Sebagai contoh adalah retak pinggir, pada awalnya dapat diakibatkanoleh tidak
METODOLOGI PENELITIAN
Rumusan Masalah
Pengklasifikasian Data
- Data Waktu
Analisa Data
Analisa Data
Persamaan Grafik
(y = ax1 + bx2 + c)
Selesai
dari suatu obyek yang akan diteliti, hal ini sangat berkaitan dengan data – data
Data - data yang diperlukan pada tugas akhir dengan judul “Pengaruh
1. Data primer.
2. Data sekunder.
Data primer yang dilakukan untuk melengkapi data pada penelitian Tugas
primer ini sebagai acuan data sumber untuk melakukan penelitian langsung.
Lokasi : satu ruas jalan yang berada diwilayah Kabupaten Musi Rawas, yaitu :
Fungsi :
Lokasi : satu ruas jalan yang berada diwilayah Kabupaten Musi Rawas, yaitu :
Fungsi :
Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait yang meliputi data
daftar nama jalan di wilayah Kabupaten Musi Rawas, data volume lalu lintas dan
data kondisi jalan, data – data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sumber :
Fungsi :
- Sebagai penentuan daftar jalan yang akan dipilih untuk tiga titik lokasi
Sumber :
Fungsi :
3. Data Waktu
Sumber :
primer yang diperlukan. Data primer sebagai acuan data sumber yang diperoleh
Dalam melakukan survei inventori jalan, hal – hal yang harus diperhatikan
adalah :
Formulir survei.
Alat tulis.
Kamera.
Survei inventori jalan dilakukan di tiga lokasi jalan di wilayah Kabupaten Musi
STA ini berfungsi untuk mempermudah dalam pengambilan data jalan yang
akan ditinjau, seperti data pengukuran dimensi jalan, data kerusakan jalan.
Penentuan jarak titik STA ini dilakukan dengan jarak yang bervariasi
tergantung dari panjang jalan yang ditinjau dan banyaknya kerusakan jalan
Dalam melakukan survei kerusakan jalan hal – hal yang harus diperhatikan
adalah :
Formulir survei.
Alat tulis.
Kamera.
Survei kerusakan jalan merupakan suatu survei dimana survei ini melakukan
Persiapan alat – alat yang dibutuhkan, seperti alat tulis, alat ukur dan
kamera.
Mengidentifikasi jenis kerusakan jalan dari titik STA awal dengan cara
Khisty, C. Jotin. dan B. Kent Lall. 2005. Dasar – Dasar Rekayasa Transportasi.
Jakarta : Erlangga.