DENGAN
METODE CLAPYERON DAN CROSS
As’at Pujianto
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
i
Pujianto, As’at
ii
PRAKATA
Buku ini ditulis berdasarkan keinginan penulis untuk memenuhi Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang disusun oleh BMPTTSSI (Badan Musyawarah Perguruan Tinggi
Teknik Sipil Seluruh Indonesia), yang menyatakan bahwa mahasiswa harus mampu
memahami konsep analisis struktur statis tak tentu, menguasai tentang metode Clapeyron
pada balok menerus, penggambaran BMD, SFD dan NFD. Disamping itu mahasiswa harus
mampu menganalisis struktur portal statis tak tentu dengan metoda Hardy-Cross, analisis
portal satu tingkat dengan satu bentangan, portal satu tingkat dengan dua bentangan, portal
dua tingkat dengan satu bentangan, portal dua tingkat dengan dua bentangan, menggambar
BMD, SFD dan NFD. Mengingat Analisis Struktur mempunyai tiga aspek kompetensi
(mengidentifikasi kaidah-kaidah dasar bangunan Rekayasa Sipil; menganalisis dan
menyelesaikan permasalahan bidang Teknik Sipil; dan menerapkan technopreneurship dan
soft skill), buku ini diharapkan dapat menjadi buku pengayaan khazanah keilmuan tentang
analisis strutur.
Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak.
Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Pada Masyarakat (LP3M) UMY karena telah memberikan Hibah Penulisan Buku Teks.
Dengan kepercayaan tersebut, penulis berkeyakinan bahwa itu dapat meningkatkan kualitas
diri dan karya untuk waktu yang akan datang. Penulis juga menyampaikan ucapan terima
kasih kepada segenap pengelola Program Studi Teknik Sipil dan Dekan Fakultas Teknik
UMY, yang telah memberikan kemudahannya, atas kemudahan yang telah diberikan benar-
benar bermanfaat bagi penulis untuk belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu,
penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, M.Eng.
selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan, motivasi, dan saran-sarannya.
As’at Pujianto
Penulis
DAFTAR ISI
1
tumpuan yang bersifat sebagai penghubung, yaitu : link, sebagaimana digambarkan pada
gambar 1.1.
30 T 30 T
10 T 10 T
10 T
19 T 11 T
4m 19 T
10 T 11 T
10 T
19 T
11 T 10 T
5m 5m 19 T 11 T
(a) Aksi dan Reaksi
(b) Free Body Diagram
Gambar 1.2. Struktur Portal Statis Tertentu
2
Menggambarkan/menyusun sebuah FBD yang tepat dan benar, merupakan
langkah awal yang sangat penting dalam menyelesaikan persoalan analisis struktur.
Penyelesaian persoalan statika sangat bergantung pada ketepatan dalam
menggambar/menyusun FBD. Kecerobohan dalam menggambar/menyusun FBD akan
mengakibatkan kesalahan fatal dalam menyelesaikan persamaan-persamaan
kesetimbangan.
RAH A B RAH A B
(b) (b)
RAV RB RAV RB
Gambar 1.2. Balok Jepit-Roll Gambar 1.3. Balok Jepit-Jepit
Jumlah Reaksi = 3
Statis Tertentu : Stabil
Jumlah Reaksi = 4
Statis Tak Tentu : Stabil
Jumlah Reaksi = 5
Statis Tak Tentu : Stabil
Jumlah Reaksi = 3
Statis Tertentu : Tidak Stabil
Jumlah Reaksi = 3
Statis Tertentu : Stabil
G. Soal Latihan
Tentukan klasifikasi dan derajat ketidak-tentuan statis struktur di bawah ini.
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
6
BAB II
DEFLEKSI DAN ROTASI BALOK TERLENTUR
A. Defleksi
Semua balok yang terbebani akan mengalami deformasi (perubahan bentuk) dan
terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya. Dalam struktur bangunan, seperti : balok
dan plat lantai tidak boleh melentur terlalu berlebihan untuk mengurangi/meniadakan
pengaruh psikologis (ketakutan) pemakainya.
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-
persoalan defleksi dan deformasi pada balok, diantaranya adalah : metode integrasi ganda
(”doubel integrations”), luas bidang momen (”Momen Area Method”), dan metode luas
bidang momen sebagai beban. Metode integrasi ganda sangat cocok dipergunakan untuk
mengetahui defleksi sepanjang bentang sekaligus. Sedangkan metode luas bidang momen
sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui defleksi dalam satu tempat saja. Asumsi
yang dipergunakan untuk menyelesaiakan persoalan tersebut adalah hanyalah defleksi
yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja tegak-lurus terhadap sumbu balok, defleksi
yang terjadi relative kecil dibandingkan dengan panjang baloknya, dan irisan yang
berbentuk bidang datar akan tetap berupa bidang datar walaupun terdeformasi.
d
A B
y m n
dx d
x
Gambar 2.1. Balok sederhana yang mengalami lentur
Berdasarkan gambar 2.1. didapat besarnya
dx = r tg d
karena besarnya drelatif sangat kecil maka tg ddsajasehingga persamaannya
dapat ditulis menjadi :
1 d
dx = r.d atau
r dx
Jika dx bergerak kekanan maka besarnya d akan semakin mengecil atau semakin
berkurang sehingga didapat persamaan :
1 d
r dx
dy
Lendutan relatif sangat kecil sehingga tg , sehingga didapat persamaan :
dx
1 d dy d2y
2
r dx dx dx
1 M M d2y
Persamaan tegangan , sehingga didapat persamaan 2
r EI EI dx
d2y
Sehingga didapat persamaan EI 2 M (2.1)
dx
Persamaan 2.1 jika dilakukan dua kali integral akan didapat persamaan
dy dM
EI V
dx dx
EIy
dV
q
dx
Untuk mempermudah pemahaman tentang pemakaian metode integrasi ganda, akan
dicoba diaplikasikan pada struktur balok sederhana.
Contoh 2.1. Sebuah balok sederhana yang menahan beban merata seperti pada gambar 2.2
Dari gambar 2.2 besarnya momen pada jarak x sebesar
1
Mx = R A . x - q x2
2
qL 1
Mx = . x - q x2
2 2
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 2.1 sehingga didapat
8
d2 y qL 1
EI 2 x qx 2
dx 2 2
A B
BMD
Mx
x
Momen maksimum terjadi pada x = L , dan pada tempat tersebut terjadi defleksi
2
dy qLx 2 qx 3 qL3
EI
dx 4 6 24
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
dy qLx 2 qx 3 qL3
EI dx 4 6 24
9
qLx 3 qx 4 qL3x
EI y C2
12 24 24
Pada x = 0, lendutan y = 0, sehingga didapat C2, dan persamaannya menjadi
0 = 0 + 0 + 0 + C2
C2 = 0
qLx 3 qx 4 qL3x
EI y 0
12 24 24
y
qx
24EI
2Lx 2 x 3 L3
y
qx 3
24EI
L 2Lx 2 x 3
Pada x = L akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
2
L
q 3 L L
2 3
y max 2 L 2L
24EI 2 2
qL 3 L3 L3
y max L
48EI 2 8
qL 5L3
y max
48EI 8
Contoh 2.2. Stuktur cantilever dengan beban merata seperti pada gambar 2.3.
Mx BMD
x
dy qx
3
EI C1
dx 6
Momen maksimum terjadi pada x = L, dan pada tempat tersebut tidak terjadi defleksi,
dy 0 , sehingga persamaannya menjadi
dx
qx 3
0 C1
6
qL3
C1
6
Sehingga persamaan di atas akan menjadi
dy qx
3
qL3
EI
dx 6 6
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
dy qx 3 qL3
dx 6 6
EI
qx 4 qL3x
EI y C2
24 6
Pada x = L, lendutan y = 0, sehingga didapat C2
qL4 qL4
0 C2
24 6
qL4
C2
8
Persamaannya menjadi
11
qx 4 qL3x qL4
EI y
24 6 8
y
q
24EI
x 4 4L3x 3L4
Pada x = 0 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
y max
q
24EI
0 0 3L4
3qL
y max
24EI
Sehingga lendutan maksimum cantilever (pada ujung batang) didapat :
qL4
y max (1.3)
8EI
Contoh 2.3. Struktur cantilever dengan titik seperti pada gambar 2.4
Mx BMD
x
12
dy Px
2
EI C1
dx 2
Momen maksimum terjadi pada x = L, dan pada tempat tersebut tidak terjadi defleksi,
dy 0 , sehingga persamaannya menjadi
dx
PL2
0 C1
2
PL3
C1
2
Sehingga persamaan di atas akan menjadi
dy Px
2
PL2
EI
dx 2 2
Dari persamaan tersebut diintergralkan kembali terhadap x sehingga menjadi
dy Px 2 PL2
dx 2 2
EI
Px3 PL2 x
EI y C2
6 2
EI y
Px 3
6
L 3L2 C2
0
6
L 3L2 C2
PL 2
PL3
C2
3
Persamaannya menjadi
EI y
Px 3
6
x 3L2 PL3
3
EI y
P 3
6
x 3xL2 2L3
y
q 3
6EI
x 3xL2 2L3
Pada x = 0 akan diperoleh lendutan maksimum sehingga didapat
y
q
6EI
0 0 2L3
13
PL3
y max
3EI
Sehingga lendutan maksimum cantilever dengan bebat titik (pada ujung batang) didapat :
qL4
y max (2.4)
8EI
Contoh 2.4. Struktur balok sederhana dengan beban titik, seperti pada gembar 2.5
P
A B
a b
L
BMD
Mx
x
Gambar 2.5. Balok Sederhana dengan beban titik
Dari gambar 2.5 besarnya reaksi dukungan dan momen sebesar
Pb Pa
RA , dan RB
L L
Pbx
Mx = untuk x a
L
Pbx
Mx = - P(x-a) untuk x a
L
Persamaan tersebut disubstitusi ke dalam persamaan 2.1 persamaan garis elastis sehingga
didapat :
d2 y Pbx
untuk x a EI 2
dx L
d2 y Pbx
untuk x a EI 2 P( x a )
dx L
14
dy
2
Pbx
EI C1
dx 2L
dy Pbx P( x a )
2 2
EI C2
dx 2L 2
Pada x = a, dua persamaan di atas hasilnya akan sama.
Jika diintegral lagi mendapatkan persamaan :
Pbx3
EI y C1x C3 untuk x a
6L
Pbx3 P( x a )3
EI y C2 x C4 untuk x a
6L 6
Pada x = a, maka nilai C1 harus sama dengan C2, maka C3 = C4, sehingga persamaannya
menjadi :
Pbx3 P( x a )3
EI y C1x C3
6L 6
Untuk x = 0, maka y = 0, sehingga nilai C3 = C4 = 0
Untuk x = L, maka y = 0, sehingga persamaan di atas dapat ditulis menjadi :
PbL3 P(L a )3
0 C1L 0
6L 6
Besarnya L – a = b
PbL Pb3
C1
6 6L
C1
6L
Pb 2
L b2
Sehingga setelah disubstitusi menghasilkan persamaan :
y
Pbx 2
6EIL
L b2 x 2 untuk x a
Px a
3
Pbx 2
y L b2 x 2 untuk x a (2.5)
6EIL 6EI
15