KELOMPOK 4 :
Dosen Pengampu :
KELAS SPL6B
Segala puji bagi Allah Swt, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan
Nabi Muhammad Saw beserta keluarganya.Berkat rahmat dan hidayat penulis dapar
menyelesaikan pembuatan karya tulis ini tanpa mengalami hambatan yang berarti, oleh karena
itu penulis memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah Swt.
Semua kesalahan dan kekeliruan yang terdapat dalam karya tulis ini , sepenuhnya
tanggung jawab sendiri.
Akhirnya, dengan karya tulis ini penulis persembahkan pada rekan-rekan sekalian.
Semoga menjadi titik sumbangan bagi pembangun ilmu pengetahuan yang sangat luas.
Penulis,
A. Strukur Dan Penampang Melintang Jalan Rel
Struktur melintang jalan rel merupakan potongan melintang pada jalan rel yang
tegak lurus dengan sumbu sepur.
Penampang melintang jalan rel merupakan potongan pada jalan rel dengan arah
tegak lurus sumbu sepur dimana terlihat pembagian dan ukuran jalan rel daslam arah
melintang. Pada tempat –tempat khusus seperti perlintasan, penampang melintang dapat
disesuaikan dengan keadaan setempat.
Semua rel zaman modern terbuat dari baja hot rolling. Biasanya penampang
tersebut berbentuk I-beam tetapi asimetris terhadap sumbu horizontal (lihat rel beralur di
bawah). Kepala diprofilkan untuk mencegah keausan dan untuk memberikan
kenyamanan saat perjalanan, sementara kaki diprofilkan agar sesuai dengan tata cara
pemasangannya. Irisan melintang dari rel flat-bottomed yang dapat menempel langsung
pada bantalan rel, dan rel bullhead yang ditambat pada penambat rel (tidak
ditampilkan).seperti gambar
Gambar :Bentuk potongan penampang
Secara umum, gaya-gaya yang bekerja pada rel dijelaskan dalam gambar berikut
Keterangan :
Gaya vertikal :Q
Gaya lateral :Y
Gaya longitudinal :T
Gaya perubahan suhu ( termasuk gaya longitudinal ) : N
a. Gaya Vertikal
Gaya ini adalah beban yang paling dominan dalam struktur jalan rel. Gaya
vertikal menyebabkan terjadinya defleksi vertikal yang merupakan indikator terbaik
untuk penentuan kualitas, kekuatan dan umur jalan rel. Secara global, besarnya gaya
vertikal dipengaruhi oleh pembebanan oleh lokomotif, kereta maupun gerbong.
- Gaya Lokomotif (locomotive)
Jenis lokomotif akan menentukan jumlah bogie dan gandar yang akan
mempengaruhi berat beban gandar di atas rel yang dihasilkannya.
Perhitungan gaya vertikal yang dihasilkan beban gandar oleh lokomotif, kereta
dan gerbong merupakan beban statik, sedangkan pada kenyataannya, beban yang terjadi
pada struktur jalan rel merupakan beban dinamis yang dipengaruhi oleh faktor
aerodinamik (hambatan udara dan beban angin), kondisi geometrik dan kecepatan
pergerakan rangkaian kereta api. Oleh karena itu, diperlukan transformasi gaya statik ke
gaya dinamik untuk merencanakan beban yang lebih realistis.
Syarat pembatasan besarnya gaya lateral supaya tidak terjadi anjlog adalah :
c. Gaya Longitudinal
Gaya longitudinaldapat diakibatkan oleh perubahan suhu pada rel (thermal stress)
Gaya ini sangat penting di dalam analisis gaya terutama untuk konstruksi KA yang
menggunakan rel panjang (long welded rails). Gaya longitudinal juga merupakan
gaya adhesi (akibat gesekan roda dan kepala rel) dan gaya akibat pengereman roda
terhadap rel.
Pola distribusi gaya pada struktur jalan rel
Beban dinamik diantara interaksi roda kereta api dan rel merupakan fungsi dari
karakteristik jalur, kendaraan dan kereta, kondisi operasi dan lingkungan.gaya
yang dibebankan pada jalur oleh pergerakan kereta api merupakan kombinasi
beban statik dan komponen dinamik yang diberikan kepada beban statik. Beban
dinamik diterima oleh rel dimana terajadi tegangan kontak diantar kepala rel dan
roda, oleh sebab itu, sangat berpengaruh dalam pemilihan mutu baja rel.
Beban ini selanjutnya didistribusikan dari dasar rel ke bantalan dengan perantara
pelat andas ataupun alas karet.
Beban vertikal dari bantalan akan didistribusikan ke lapisan balas dan subbalas
menjadi lebih kecil dan melebar. Pola distribusi beban yang melebar dan
menghasilkan tekanan yang lebih kecil yang dapat diterima oleh lapisan tanah
dasar.
Prinsip pola distribusi gaya pada struktur rel bertujuan untuk menghasilkan
reduksi tekanan kontak yang terjadi diantara rel dan roda (± 6000 𝑘𝑔/𝑐𝑚²)
menjadi tekanan yang sangat kecil pada tanah dasar (± 2 𝑘𝑔/𝑐𝑚²).Gambar
berikut ini menjelaskan pola distribusi beban pada struktur alan rel.
Konsep perhitungan beban menggunakan teori balok diatas tumpuan elastik
Dimana
F(x) : Reaksi merata persatuan panjang
k : Modulus elastisitas jalan rel
y : Defleksi akibat beban pada rel
E : Modulus elastisitas baja penyusun rel
I : Momen inersia rel
Penyelesaian persamaan diferensial tersebut untu deflesi rel, y(x) pada setiap jarak x
sepanjang rel akibat dari pembebanan titik terpusa P, adalah:
Kemiringan (slope), momen (bending moment), dan gaya geser (shear force) pada setiap titik
di sepanjang rel akibat beban titik terpusat P diberikan sebagai :
rel dirancang dengan berat tertentu yang terdiri dari bagian-bagian rel yang
terintegrasi dan dibentuk dari distribusi bahan metalurgi yang efektif. Masing-masing
bagian rel didisain untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan optimal. Bagian-
bagian rel tersebut
Kepala rel (head), ukuran kepala rel termasuk didalamnya permukaan rel harus
direncanakan sedemikian sehingga memiliki daya tahan terhadap keausan selama
waktu pelayanan rel yang direncanakan.
Badan rel (web), badan rel ditentukan dengan tebal yang memadai untuk dapat
menahan beban dan momen akibat pergerakan kereta api dan mempunyai daya
tahan terhadap korosi.
Kaki rel (foot), kaki rel harus dirancang selebar yang mungkin sehingga
kedudukan rel menjadi stabil terhadap dorongan maupun puntiran akibat
pergerakan kereta api, dan mampu mendistribusikan beban yang diterima kepada
bantalan dengan baik. Tebal kaki rel juga perlu dirancang untuk
memperhitungkan kehilangan materi akibat korosi dan stabilitas rel.
Standar panjang rel yang digunakan sekarang adalah Awalnya di Indonesia memiliki
panjang rel standar 17 m, naumun sekarang menggunakan panjang rel 25 m. Aturan Jarak
Permukiman Penduduk dengan Rel Kereta Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian, jarak antara bangunan pemukiman dengan rel kereta api adalah minimal
6 meter.
Untuk keperluan perencanaan dan perancangan struktur bagian atas jalan rel, Indonesia
dalam hal ini PT.KAI (persero) menggunakan standar sebagai berikut :