Anda di halaman 1dari 43

DRAFT MANUAL No.

XXX-XX / M / BM / 2016

Konstruksi Dan Bangunan

PELAKSANAAN
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI JALAN
UNTUK PERKERASAN KAKU

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PRAKATA

Manual ini menggambarkan secara rinci teknis pelaksanaan Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan kaku agar dapat dipergunakan di Lingkungan Bina
Marga yaitu untuk Kepala Satuan kerja/Pejabat Pembuat Komitmen yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan kaku serta
jajaran teknis di lapangan.

Manual Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan kaku ini
mencakup ketentuan umum dan, ketentuan teknis, dimana di dalam ketentuan umum
memuat kerangka pelaksanaan, serta ketentuan teknis memuat teknis penanganan
akibat kerusakan jalan dengan strategi penanganan rehabilitasi mayor, rehabilitasi minor
dan rekonstruksi.

Dengan adanya Manual ini diharapkan agar para Kepala Satuan Kerja atau Pejabat
Pembuat Komitmen di lingkungan Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional serta di
Lingkungan ke Bina Margaan beserta jajaran teknisnya memiliki suatu acuan berupa
Manual pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan kaku yang
akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan teknis di lapangan.

Menyadari akan belum sempurnanya manual ini, maka pendapat dan saran dari semua
pihak, terutama pemakai, sangat kami harapkan guna bahan perbaikan dan
penyempurnaan..

Jakarta, (bulan) 2016


Direktur Jenderal Bina Marga

(Nama Direktur)

i
DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
1. Ruang Lingkup 3
2. Acuan Normatif 3
3. Istilah dan Definisi 4
4. Ketentuan Umum 7
5. Pengumpulan Data 10
6. Teknik Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi 11
6.1 Rehabilitasi Minor 11
6.1.1 Penutupan Sambungan dan retak (Joint & Crack Sealing) 11
6.1.2 Penambalan Dangkal (Patching) 13
6.1.3 Pengkasaran Permukaan (Diamond Grinding) 15
6.1.4 Penyuntikan Lapis Beton (Slab Grouting) 16
6.1.5 Perataan dengan Campuran Beraspal Panas (Hot Mixed Asphalt Leveling) 17
6.2 Rehabilitasi Mayor 19
6.2.1 Stabilisasi Lapis Beton (Slab Stabilization) 19
6.2.2 PerbaikanSambungan Bertekanan (Pressure Relief Joint) 20
6.2.3 Restorasi Penyaluran Beban (Load Transfer Restoration) 21
6.2.4 PenjahitanMelintang (Cross Stiching) 22
6.2.5 Lapis Ulang Dengan Campuran Beraspal Panas (Hot Mixed Asphalt Structural Overlay) 24
6.2.6 Perbaikan KedalamanSebagian (Partial-Depth Repair) 26
6.3 Rekonstruksi 30
6.3.1 Perbaikan Kedalaman Penuh (Full-Depth Repair) 30
6.3.2 Daur Ulang Lajur (Replace/Recycle Lane) 33
6.3.3 Lapis Ulang Beton Dengan/Tanpa Daya Lekat (Bonded/Unbonded Concrete Overlay) 36
6.3.4 Rekonstruksi Slab Modul (Modul Slab Reconstruction) 39
7. Bibliografi 42

ii
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Perkerasan Kaku

1. Ruang Lingkup
Manual ini ini berisi detail teknis pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Perkerasan Kaku. Detail teknis ini berupa uraian secara rinci teknik penanganan yang
berupa perbaikan terhadap kerusakan jalan yang dibagi menjadi tiga strategi
penanganan yaitu rehabilitasi mayor, rehabilitasi minor dan rekonstruksi.

2. Acuan Normatif

009/T/BNKT/1990 : Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen)

No.05 : Tata Cara Pelapisan Ulang Dengan Campuran Aspal


T/BNKT/1990 Emulsi
001/T/Bt/1995 : Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan
Propinsi, Jilid 1: Metode Survei Seri Jalan
001/T/Bt/1995 : Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan
Propinsi, Jilid 2: Metode Perbaikan

No.010 T/BM/1999 : Pedoman Penggunaan Aspal Karet Dalam Campuran


Beraspal Secara Panas

Pd T-05-2004-B : Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen

Pd T-08-2005-B : Perencanaan Campuran Lapis Pondasi Hasil Daur Ulang


Perkerasan Lama Dengan Semen

Edisi 2010 : Spesifikasi Umum Divisi 5 dan Divisi 6

001-03/M/BM/2011 : Manual Pengoperasian dan Pemeliharaan Peralatan UPR

001/M/BM/2011 : Review Manual Pemeliharaan Rutin Jalan Tol

ASCE : Techniques For Pavement Rehabilitation


AASHTO 1993 : Pavement Design Procedure For Rehabilitation of Existing
Pavement
NCHRP : Rehabilitation Strategies for Highway Pavements

Queensland 2012 : Pavement Rehabilitation Manual

3
3. Istilah dan Definisi

3.1
Rehabilitasi Minor
strategi penanganan untuk pencegahan terjadinya kerusakan yang luas yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan jalan pada kondisi rusak ringan dengan nilai IRI 6
sampai dengan 8, pada umumnya diwakili dengan kegiatan overlay non struktural
(levelling).

3.2
Rehabilitasi Mayor
strategi penanganan untuk pencegahan terjadinya kerusakan yang luas yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan jalan pada kondisi rusak ringan dengan nilai IRI 8
sampai dengan 12, pada umumnya diwakili dengan kegiatan overlay yang bersifat
struktural.

3.3
Rekonstruksi
Strategi penanganan perkerasan jalan untuk dapat meningkatkan kemampuan bagian
ruas jalan yang dalam kondisi rusak berat agar bagian jalan tersebut mempunyai kondisi
mantap kembali sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan.

3.4
Batang Pengikat (Tie Bars)
Sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk
mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.

3.5
Bahan Pengisi sambungan (Joint Filler)
Suatu bahan yang bersifat plastis yang dipasang pada celah sambungan muai, guna
mencegah masuknya benda-benda asing ke dalam celah.

3.6
Bahan Penutup Sambungan (Joint Sealer)
Suatu bahan yang bersifat elastis yang dipasang pada bagian atas dari sambungan yang
dimaksudkan untuk mencegah masuknya benda-benda asing ke dalam celah.

4
3.7
Batang Ulir (Deformed Bars)
Batang tulangan prismatis atau yang diprofilkan berbentuk alur atau spiral yang terpasang
tegak lurus atau miring terhadap muka batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak
lebih dari 0,7 diameter batang pengenalnya/nominal.

3.8
Dudukan Tulangan (Reinforcement Chairs)
Dudukan yang dibentuk sedemikian rupa yang terbuat dari besi tulangan, plastik atau
bahan lainnya yang berfungsi sebagai dudukan tulangan arah memanjang dan melintang.

3.9
Gompalan (Spalling)
Suatu bentuk kerusakan pada pelat beton yang umumnya terjadi pada tepi-tepi pelat atau
retakan.

3.10
Kuat Tarik Hancur (Flexural Strength Modulus of Rupture)
Kekuatan beton yang diperoleh dari percobaan balok beton dengan pembebanan tiga titik
yang dibebani sampai runtuh.

3.11
Lapis Pondasi Bawah Dengan Bahan Pengikat (Bound Sub-base)
Pondasi bawah yang biasanya terdiri dari material berbutir yang distabilisasi dengan
semen aspal, kapur,abu terbang (fly ash) atau slag yang dihaluskan sebagai bahan
pengikatnya.

3.12
Modulus Reaksi Tanah Dasar (Modulus of Subgrade Reaction)
Nilai konstanta pegas (spring constant) dari tanah dasar di dalam menerima beban yang
ditentukan dari percobaan pengujian beban pelat (Plate Bearing).

3.13
Modul Slab Reconstruction
Rekonstruksi perkerasan baru melibatkan penyiapan perkerasan lama, penyiapan tanah
dasar (jika diperlukan), pekerjaan lapisan pondasi dan pengecoran lapisan permukaan
beton

5
3.14
Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (Jointed Plain Concrete Pavement)
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran pelat
mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya
sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar
antara 4-5 meter.

3.15
Perkerasan Beton Semen Bersambung Dengan Tulangan (Jointed Reinforced
Concrete Pavement)
Jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan, yang ukuran pelatnya berbentuk
empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya
sambungansambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar antara
8-15 meter.

3.16
Perkerasan Beton Semen Dengan Lapis Beton Aspal (Asphaltic Concrete Surfaced
Rigid Pavement)
Berupa perkerasan beton yang bagian permukaannya diberi lapisan beraspal.

3.17
Perkerasan Beton Semen (Rigid Pavement)
Suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah
dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan.

3.18
Recycle Lane
Perkerasan beton daur ulang yang melibatkan penghancuran perkerasan lama dalam
gradasi, pengisian dan pengangkutan material ke crushing plant untuk memproduksi
agregat beton daur ulang dengan ukuran khusus

3.19
Ruji (Dowel)
Sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan melintang
dengan maksud sebagai sistem penyalur beban, sehingga pelat yang berdampingan
dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti.

6
3.20
Sambungan Muai (Expansion Joint)
Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan pada perkerasan
beton dengan cara menyediakan ruangan untuk pemuaian.

3.21
Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
Jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-
bagian yang dicor/dihampar pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil
penghamparan lama dengan beton hasil penghamparan baru.

3.22
Sambungan Susut (Contraction Joint)
Jenis sambungan melintang yang dibuat dengan maksud untuk mengendalikan retak
susut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat
pengaruh perubahan temperatur dan kelembaban.

3.23
Pengkasaran (Grinding)
Pengelupasan tipis permukaan slab beton akibat adanya faulting, alur roda akibat jejak
ban, sambungan yang tidak rata dan poilshing/scaling permukaan beton.

4. Ketentuan Umum
Didalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan untuk perkerasan kaku
diperlukan suatu kerangka kerja yang nantinya akan menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan kegiatan sehingga terjadi kondisi sebagai berikut :
1. Terciptanya pendekatan yang sistematis dan konsisten dalam pengambilan keputusan
pada kerangka kerja yang telah ditetapkan.
2. Menyediakan suatu landasan untuk memperkirakan kebutuhan teknik penanganan
jalan dan kebutuhan sumber daya yang digunakan.
3. Mengarahkan penggunaan standar penanganan jalan secara konsisten.
4. Mendukung dalam mengalokasi sumber daya secara efektif.
5. Mengarahkan peninjauan secara teratur terhadap kebijakan, standar, teknik dan
efektifitas program.

Kegiatan terkait teknik rehabilitasi dan rekonstruksi pada kondisi jalan dilakukan dengan
teliti, agar identifikasi setiap kerusakan akan terdeteksi secara utuh (lengkap),
pengukuran dilakukan pada kondisi jalan mengalami kerusakan. Hal-hal yang harus
diperhatikan sebelum melakukan teknik penanganan:

7
a. Petugas harus mengetahui ruas jalan yang akan disurvei
b. Petugas harus memahami dan mendalami jenis kerusakan dan teknik penanganannya
c. Dalam pelaksanaannya petugas harus memperhatikan kelancaran lalu lintas
d. Serta memaksimalkan peralatan yang sudah ada, yang berada di lingkungan kebina
margaan guna menunjang terlaksananya pekerjaan.

Kerangka kerja tenik penanganan terkait rehabilitasi dan rekonstruksi jalan untuk
perkerasan kaku dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1 Kerangka Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perkerasan Kaku

STRATEGI
TEKNIK PENANGANAN JENIS KERUSAKAN
PENANGANAN
Penutupan Sambungan dan Retak Faulting ; Spalling ; Blow-
(Joint & Crack Sealing) Up
Penambalan Dangkal
Spalling ; Faulting
(Patching)
Pengkasaran Permukaan
Rehabilitasi Minor Faulting, Polishing, Scalling
(Diamond-Grinding)
Penyuntikan Lapis Beton Transverse / Longitudinal
(Slab Grouting) Cracking
Perataan dengan Campuran Beraspal Faulting ; Polishing; Scalling
Panas (HMA Levelling) ; Spalling
Stabilisasi Lapis Beton Faulting ; Pumping ; Corner
(Slab Stabilization) Break
Perbaikan Sambungan Bertekanan
Blow-Up
(Pressure Relief Joint)
Transverse/Longitudinal
Restorasi Penyaluran Beban
Cracking ; Faulting ;
(Load Transfer Restoration)
Rehabilitasi Spalling
Mayor Penjahitan Melintang Transverse/Longitudinal
(Cross Stiching) Cracking
Lapis Ulang dengan Campuran
Faulting ; Polishing; Scalling
Beraspal Panas
; Spalling
(HMA Structural Overlay)
Perbaikan Kedalaman Sebagian
Spalling ; Polishing; Scalling
(Partial-Depth Repair)
Pumping ; Faulting ;
Perbaikan Kedalaman Penuh
Spalling ; Blow-Up ;
(Full-Depth Repair)
Punchouts ; D-Cracking
Daur Ulang Lajur D-Cracking ; Pumping,
Rekonstruksi
(Replace/Recycle Lane) Punchout
Lapis Ulang Beton Dengan/Tanpa Daya
Faulting ; Polishing;
Lekat
Scalling; D-Cracking
(Bonded/Unbonded Concrete Overlay)
Pumping ; Faulting ;
Rekonstruksi Modul Slab
Spalling ; Blow-Up ;
(Slab Modul Reconstruction)
Punchouts ; D-Cracking

8
Tabel 2 Jenis Kerusakan pada Perkerasan Kaku

Transverse Cracking Longitudinal Cracking D Cracking Corner Break

Pumping Faulting Spalling Scaling

Polishing Blow Up Pop Out Punch Out

Jenis kerusakan atau distress yang digunakan sebagai referensi teknik penanganan
rehabilitasi dan rekonstruksi antara lain:
Blow-Up
Blow-up terjadi saat cuaca panas pada transverse joint/crack yang tidak mengijinkan
ekspansi dari pelat beton. Ketidakcukupan lebar dari joint untuk ekspansi umumnya
disebabkan oleh infiltrasi dari material yang tidak dapat mampat kedalam spasi joint.
Saat tekanan ekspansif tidak dapat dibebaskan, pergerakan keatas dari ujung pelat
secara local atau penghancuran terjadi di daerah sekitar joint.

D-Cracking
D-cracking adalah rangkaian dari jarak yang dekat, berbentuk bulan sabit, retak
rambut yang muncul pada permukaan beton yang bersebelahan dan sejajar dengan
joint/crack sepanjang ujung pelat

9
Faulting
Faulting adalah perbedaan elevasi pada longitudinal joint atau crack diantara dua lajur
lalu lintas. Faulting sebagian disebabkan oleh penambahan material lepas dibawah
pelat dibagian belakang sekitar joint/crack atau oleh penurunan dari pelat dibagian
depan.

Spalling
Spalling dari crack atau joint adalah retak, hancur atau pecahan kecil dari ujung pelat
disekitar crack atau joint. Joint spall umumnya tidak memanjang secara vertikal
melalui tebal pelat keseluruhan tetapi memanjang ke percabangan pada sudut joint.

Polishing/Scalling
Polishing/Scalling dapat disebabkan oleh agregat yang tidak tahan aus oleh roda
kendaraan, bentuk agregat yang bulat dan licin, tulangan baja terlalu dekat dengan
permukaan atau konstruksi yang salah

Pumping
Pumping adalah penyemburan material oleh air melewati joint atau crack yang
disebabkan oleh lendutan dari pelat dibawah beban bergerak. Air yang disemburkan
membawa partikel dari kerikil, pasir lempung atau lanau sehingga menyebabkan
hilangnya daya dukung perkerasan setahap demi setahap.

Punchout
Punchout adalah kehilangan dari interlocking agregat pada satu atau dua jarak yang
dekat. Crack mulai patah dan pecah sedikit demi sedikit hingga menyebabkan bagian
dari pelat diantara crack pada jarak yang berdekatan untuk berlaku sebagai balok
kantilever. Kemudian beban berat truk menyebabkan terbentuknya longitudinal crack
yang pendek diantara dua transverse crack. Selanjutnya transverse crack hancur,
tulangan baja putus dan potongan dari beton memukul kebawah saat dibebani
kedalam subbase dan subgrade.

Transverse/Longitudinal Cracking
Longitudinal crack umumnya terjadi sejajar dengan titik pusat dari perkerasan.
Longitudinal crack seringkali disebabkan oleh kombinasi dari repetisi beban berat,
kehilangan daya dukung pondasi dan curling/warping stress. Transverse crack
umumnya disebabkan oleh kombinasi dari repetisi beban berat dan tegangan akibat
temperature gradient, moisture gradient dan drying shrinkage.

5. Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data-data kerusakan yang digunakan sebagai dasar penentuan


jenis penanganan dapat berupa tahapan yang terdiri dari :

Kegiatan Pra Survey


Kegiatan ini membutuhkan 2 orang surveyor. Surveyor harus cukup paham mengenai
manual identifikasi kerusakan yang digunakan. Jika tersedia, perlu dilakukan review

10
terhadap informasi dari kegiatan survey sebelumnya untuk membantu proses
identifikasi distress dan lokasinya.

Survey Pendahuluan
Survey ini harus dilakukan sebelum survey rinci terkait kerusakan. Pemeriksaan ini
perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal kondisi perkerasan pada setiap
lajur dan setiap arah.

Survey Kerusakan Rinci


Pada survey ini, Surveyor menyusuri sepanjang bahu jalan untuk mengukur dan
mencatat seluruh kerusakan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Manual.
Form survey yang digunakan untuk mencatat kerusakan dapat diperoleh dari instansi
yang biasa menangani survey kerusakan. Data-data juga dapat direkam
menggunakan komputer untuk mempermudah proses analisis. Sangat disarankan
untuk mengambil foto-foto kondisi selama kegiatan survey sebagai rekaman
permanen terkait kondisi perkerasan.

6. Teknik Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi

6.1 Rehabilitasi Minor

6.1.1 Penutupan Sambungan dan retak (Joint & Crack Sealing)

Secara umum terdapat beberapa jenis lapis penutup, yaitu: field poured sealants
self-levelling, hot-poured, cold-poured, performed compression seals, field-poured
sealant nonself-levelling. Beberapa faktor yang berpengaruh pada kinerja lapis
penutup antara lain pergerakan dari joint/crack, bentuk lapis penutup, ikatan antara
lapis penutup dengan sisi luar dan bahan penyusun dari lapis penutup. Prosedur pada
crack sealing tidak seketat seperti joint sealing karena crack tidak mengalami
deformasi seperti yang terdapat pada joint. Jika jarak antar crack cukup besar dan
dapat menyebabkan pergerakan yang cukup signifikan, maka crack tersebut harus
ditangani secara joint sealing.

Proses joint sealing meliputi pemindahan lapis penutup lama (jika ada), penggergajian
rongga joint baru dengan ukuran yang cukup untuk penggunaan lapis penutup,
pembersihanrongga joint baru dan pemasangan lapis penutup. Material yang
umumnya digunakan pada joint sealing antara lain rubberized asphalt, silicone, dan
preformed neoprene inserts. Joint sealing diperlukan lapis penutup lama telah
mengalami penurunan dan mencapai kondisi batas, dimana air telah dapat
menembus struktur perkerasan. Manfaat utama dari joint sealing diharapkan ketika
perkerasan belum mengalami penurunan kondisi secara parah dan ketika joint sealing
dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanganan lainnya, seperti full-depth repair,
diamond grinding, dsb.

11
Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan
(1) Joint Plow (1) Aspal , (1) Mandor (1) Blow-Up
(2) Diamond-Bladed Saw (2) Silikon (2) Operator (2) Spalling
(3) Routers (3) Backer Rod (3) Pekerja (3) Faulting
(4) Sandblasting
(5) Airblasting
(6) Melters
(7) Pompa Silikon
(8) Applicators
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.

LANGKAH 2-Pemindahan Lapis Penutup


Lama
(1) Singkirkan lapis penutup lama
menggunakan joint plow
(2) Bersihkan joint menggunakan
airblasting/sandblasting
(3) Buat joint dengan lebar tertentu
menggunakan diamond-bladed saw

LANGKAH 3-Pembersihan Sambungan


(1) Bersihkan permukaan joint dari serpihan
beton yang terekspos menggunakan
airblasting/sandblasting

12
LANGKAH 4-Pemasangan Backer Rod
(1) Tempatkan Backer Rod pada joint yang
telah dibersihkan dengan batuan pompa
silicon
(2) Joint yang lebih lebar harus diisi dengan
backer rod yang berdiameter lebih besar

LANGKAH 5-Pemasangan Lapis Penutup


Baru
(1) Pastikan Baker Rod terpasang dengan baik
(2) Pasang material lapis penutup
menggunakan Melters dan Applicators
(3) Gunakan Routers untuk sedikit
memperbesar ukuran retak agar lapis
penutup bisa masuk ke dalam celah

6.1.2 Penambalan Dangkal (Patching)

Metoda ini mengisi pecahan sudut dari pinggir joint atau crack, faulting, longitudinal
cracking, scalling. Semen merupakan material yang paling banyak digunakan untuk
perbaikan pelat beton karena mudah dikerjakan dan memenuhi hasil yang diharapkan
walaupun seringkali terdapat kesulitan dalam pembuatan tappering dan
membutuhkan waktu curing.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan


(1) Joint Plow (1) Semen (1) Mandor (1) Faulting
(2) Diamond-bladed Saw (2) Agregat (2) Operator (2) Spalling
(3) Peralatan Sandblasting (3) Air (3) Pekerja
(4) Peralatan Airblasting (4) Campuran
(5) Sekop Pengaci Aspal
(6) Molen Pengaduk Beton (5) Tackcoat
(7) Concrete vibratory (6) Drum
(8) Grooving Tool Pengaduk
(9) Plate Tamper Aspal

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.

13
LANGKAH 2-Pembersihan dan Pemotongan
Daerah Patching
(1) Bersihkan bagian pelat yang rusak
menggunakan joint plow
(2) Potong permukaan construction joint dalam
kondisi basah menggunakan diamond-
bladed saw
(3) Tulangan beton dan tulangan susut jangan
sampai terpotong saat pembongkaran
(4) Bersihkan permukaan dari serpihan beton
yang terekspos menggunakan
airblasting/sandblasting

LANGKAH 3A-Penempatan Material


Patching (Beton)
(1) Tuang adukan semen atau mortar dari
molen pengaduk saat permukaan yang
akan ditambal dalam kondisi jenuh-kering
permukaan
(2) Pada saat penuangan adukan tidak perlu
ditambahkan air lagi

LANGKAH 4A-Pemadatan(Beton)
(1) Lakukan pemadatan saat penuangan
adukan dan beton belum mengeras
menggunakan concrete vibratory
(2) Lakukan penyempurnaan permukaan
dengan sekop pengaci
(3) Lakukan pemadatan kembali setelah 30 -
60 menit dan sempurnakan hingga
ketinggian rencana

LANGKAH 5-Pekerjaan Curing (Beton)


(1) Buat tekstur menggunakan grooving tool
pada permukaan tambalan agar sama
dengan kondisi permukaan disekitarnya
(2) Curing dilakukan menggunakan kain basah
(3) Lama waktu curing disesuaikan dengan
jenis semen yang digunakan

14
LANGKAH 3B-Penempatan Material
Patching (Aspal)
(1) Berikan lapis perekat tackcoat pada
permukaan yang akan ditambal
(2) Tuang campuran dari drum adukan ke
permukaan yang akan ditambal dalam
kondisi jenuh-kering permukaan

LANGKAH 4B-Pemadatan (Aspal)


(1) Lakukan pemadatan setelah penuangan
campuran aspal menggunakan plate
tamper
(2) Lakukan pemadatan kembali setelah 30 -
60 menit dan sempurnakan hingga
ketinggian rencana

6.1.3 Pengkasaran Permukaan (Diamond Grinding)

Diamond Grinding merupakan teknik penanganan yang efektif untuk joint/crack


faulting, alur roda akibat jejak ban, memperbaiki joint yang tidak rata akibat slab
warping dan perbaikan drainase melintang. Grinding biasanya dilakukan bersamaan
dengan teknik rehabilitasi lainnya untuk memperbaiki distress perkerasan dan
mencegahnya muncul kembali. Hal penting yang menjadi pertimbangan dalam
diamond grinding adalah jumlah faulting yang muncul. Grinding hanya boleh dilakukan
pada lajur yang memiliki faulting, bekas jejak ban atau masalah kekasaran permukaan
yang signifikan. Pada proyek rehabilitasi yang melibatkan grinding, subsealing dan
full-depth repair harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum melakukan grinding.
Untuk hasil yang terbaik, grinding harus dilakukan secara bersambung sepanjang
lajur lalu lintas.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Diamond-Grinding (1) Mandor (1) Faulting,


(2) Operator (2) Polishing,
(3) Pekerja (3) Scalling

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.

15
LANGKAH 2-Diamond-Grinding
(1) Dilakukan secara menerus sepanjang lajur
lalu lintas untuk mendapatkan hasil terbaik
(2) Diawali dan diakhiri tegak lurus dari titik
pusat perkerasan
(3) Direkomendasikan overlap maksimum
antara perlintasan yang bersebelahan
adalah 50 mm

6.1.4 Penyuntikan Lapis Beton (Slab Grouting)

Metode injection diterapkan pada joint perkerasan dan crack dimana bahan penutup
sambungannya terlepas atau mengalami penuaan dan pelat beton yang retak. Jika
diterapkan secara berkala dapat mencegah air dari permukaan untuk meresap
kedalam pondasi sehingga berperan besar mencegah kerusakan perkerasan beton.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Injector (1) Polimer (1) Mandor (1) Transverse


(2) Sapu (2) Epoxy Resin (2) Pekerja cracking
(3) Sikat Kawat (3) Karet/Lateks (2) Longitudinal
(4) Joint Plow Cracking
(5) Peralatan Airblasting
(6) Peralatan Sandblasting

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.

LANGKAH 2-Pembersihan Daerah Injeksi


(1) Buang bahan penutup joint/crack yang lama
menggunakan joint plow
(2) Bersihkanjoint/crack sebelum melakukan
proses injeksi untuk menjamin kelekatan
yang baik dari bahan penutup
menggunakan airblasting/sandblasting/sapu

16
LANGKAH 3-Proses Injeksi/Grouting
(1) Lakukan proses injeksi menggunakan
bahan pengisi yang telah dipilih
menggunakan injector
(2) Jika bahan penutup keluar saat proses
injeksi maka harus diratakan dengan
permukaan perkerasan agar tidak rusak
saat dilalui kendaraan menggunakan sikat
kawat

6.1.5 Perataan dengan Campuran Beraspal Panas (Hot Mixed Asphalt Leveling)

Perkembangan penurunan kondisi fungsional ataupun kondisi struktural pada


perkerasan kaku adalah alasan pelaksanaan HMA overlay. Penurunan kondisi
fungsional pada perkerasan kaku berupa ketidakmampuan perkerasan untuk
memberikan keamanan dan kenyamanan berkendara.

Perbaikan dan penanganan sebelum overlay sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari
kegiatan HMA overlay. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki daerah-daerah yang
memburuk dan melemah pada perkerasan kaku eksisting dimana jika tidak dilakukan
dapat menyebabkan kerusakan overlay sebelum waktunya.
Overlay aspal dapat berupa pelapisan tipis ataupun penanganan struktural yang
menggabungkan lapisan permukaan. Hal utama pada konstruksi overlay aspal adalah
persiapan yang tepat dari perkerasan eksisting, serta penempatan dan pemadatan
yang tepat. Lalu lintas tidak diijinkan melintas pada saat pengerjaan dimana aspal
masih dalam keadaan panas. Persiapan yang memadai diperlukan untuk menjamin
waktu pendinginan yang cukup sebelum lalu lintas dibuka. Pencapaian level
pemadatan dan penghindaran segregasi adalah dua faktor penting yang
mempengaruhi kinerja dari aspal overlay.

Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan Kode Kerusakan
Diperlukan

(1) Peralatan Pengerjaan Slab (1) Aspal Emulsi (1) Mandor (1) Faulting ;
Stabilization (2) Tackcoat (2) Operator (2) Polishing;
(3) Campuran Aspal (3) Pekerja (3) Scalling ;
(2) Peralatan Pengerjaan Load
(4) Spalling
Transfer Restoration
(3) Asphalt Sprayer
(4) Heavy Pneumatic Tyred Roller

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan
(2) Tempatkan rambu pengaman pada
lokasi perbaikan dan alihkan lalu lintas
(3) Siapkan peralatan

17
LANGKAH 2-Pengembalian Daya Dukung
di bawah Perkerasan Kaku
(1) Singkirkan air pada permukaan dengan
membersihkan drainase perkerasan
(2) Lakukan stabilisasi pada pelat beton
menggunakan peralatan pada
pengerjaan slab stabilization

LANGKAH 3-Pengembalian Transfer


Beban PadaSambungan
(1) Lakukan full-depth repair pada
joint/crack menggunakan peralatan pada
pengerjaan full-depth repair
(2) Lakukan perbaikan load transfer
disepanjang joint/crack menggunakan
peralatan pada pengerjaan load transfer
restoration
(3) Kondisi load transfer harus dalam
keadaan baik sebelum pelaksanaan
HMA overlay

LANGKAH 4 - Penghamparan Lapis


Pengikat
(1) Bersihkan permukaan beton sebelum
diberi aspal emulsi menggunakan
airblasting/sandblasting/sapu
(2) Lakukan penyemprotan aspal emulsi
menggunakan asphalt sprayer setipis
mungkin
(3) Berikan lapis tackcoat

LANGKAH 5-Penghamparan Lapis


Overlay
(1) Pilih jenis lapisan overlay yang akan
digunakan
(2) Lakukan pelapisan overlay sesuai
dengan ketebalan minimum tiap jenis
campuran
(3) Lakukan pemadatan setiap lapisnya
menggunakan heavy pneumatic tyred
roller
(4) secara khusus tebal overlay tipis berada
dalam rentang <75 mm
(5) Lalu lintas tidak diijinkan lewat selama
aspal belum mengering

18
6.2 Rehabilitasi Mayor

6.2.1 Stabilisasi Lapis Beton (Slab Stabilization)

Slab stabilization sebaiknya dilakukan hanya pada joint dan retak dimana kehilangan
daya dukung diketahui berada. Agar efektif, slab stabilization sangat penting
dilakukan sebelum permulaan dari kerusakan perkerasan akibat kehilangan daya
dukung. Beberapa teknik telah dilakukan untuk menentukan apakah kehilangan daya
dukung telah terjadi dibawah permukaan perkerasan kaku, yaitu:
Data Visual Distress
Faulting pada transverse joint dan crack, pumping dan corner break
mengindikasikan bahwa kehilangan daya dukung telah terjadi. Secara ideal, slab
stabilization sebaiknya dilakukan pada tahap ke tiga, yaitu setelah pembentukan
rongga tetapi sebelum faulting dan cracking yang terlalu banyak terjadi
Data Lendutan
Data lendutan dapat digunakan tidak hanya untuk menentukan apakah kehilangan
daya dukung telah terjadi, tetapi juga untuk mengestimasi kuantitas dari material
grouting yang dibutuhkan untuk mengisi secara cukup rongga-rongga yang ada.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Air Compressor (1) Semen, (1) Mandor (1) Faulting ;


(2) Pneumatic Hammers (2) Air (2) Operator (2) Pumping ;
(3) Grout Plant (3) Penyumbat (3) Pekerja (3) Corner Break
(4) Grout Packer kayu
(5) Flow Cone
(6) Cylindrical Wooden Plug

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.

LANGKAH 2-Pembuatan Lubang


(1) Pemilihan pola lubang dan kedalaman yang
cukup sesuai
(2) Slab yang berongga harus di bor hingga
melebihi bagian bawah pelat menggunakan
bantuan pneumatic hammers dan air
compressor

19
LANGKAH 3-Stabilisasi Pelat Beton
(1) Lakukan pencampuran material grouting
dengan bantuan groutplant dan flow cone
(2) Lakukan grouting dengan bantuan grout
packer
(3) lubang disumbat secepatnya selesai
grouting menggunakan penyumbat kayu
(4) Setelah grouting mengeras, penyumbat
dicabut dan lubang ditutup menggunakan
material lapis penutup

6.2.2 PerbaikanSambungan Bertekanan (Pressure Relief Joint)

Pressure relief joint dimaksudkan untuk mengurangi tekanan ekspansif yang mungkin
berkembang pada perkerasan kaku seiring bertambahnya waktu. Tekanan ekspansif
yang melampaui nilai kuat tekan PCC dapat meyebabkan terjadinya joint spalling,
longitudinal cracking dan blow-up. Perpanjangan perkerasan juga dapat merusak,
meruntuhkan dan membuat tidak berfungsi bangunan pelengkap jalan seperti saluran
drainase, kerb dan traffic island. Pressure relief joint dapat ditempatkan pada bagian
tengah pelat atau pada lokasi transverse joint terpasang. Akibat pelepasan tekanan
yang disertai dengan blow-up, pressure relief joint tidak akan diperlukan dalam
permulaan 150 m 305 m dari blow-up di kedua sisi.

Narrow pressure relief joint, yang secara khusus memiliki lebar kurang dari 100 mm,
dipasang menggunakan dua gergaji mata pisau wajik dengan satu putaran. Setelah
material hasil gergaji dibersihkan, material pengisi dimasukkan ke dalam joint untuk
mencegah gangguan ketidakmampatan. Setelah pengisisan filler, dilakukan
penutupan pada permukaan filler yang berada sedikit dibawah permukaan. Material
penutup ini berfungsi menjaga material filler di dalam joint dan kemampatan dari
infiltrasi

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Diamond-bladed saw (1) Material (1) Mandor (1) Blow-up


(2) Carbide-tipped wheel saw fillerStyrofoa (2) Operator
(3) Peralatan Airblasting m (3) Pekerja
(2) lubricant-
adhesive

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.

20
LANGKAH 2-Pressure Relief Joint
(1) Potong joint sesuai dengan lebar yang
diinginkan menggunakan diamond-bladed
saw/ carbide-tipped wheel saw
(2) Bersihkan joint menggunakan airblasting
dan tempatkan material filler
(3) Setelah pemasangan, filler sebaiknya
ditutupi dengan material penutuplubricant-
adhesive

6.2.3 Restorasi Penyaluran Beban (Load Transfer Restoration)

Load transfer restoration adalah instalasi peralatan pada transverse jointdan crack
dengan tujuan mengirimkan beban disepanjang pelat dan mengurangi defleksi. Load
transfer restoration dimaksudkan untuk memperlambat deteriorasi perkerasan akibat
joint pumping, faulting, spalling, dan subsequent cracking.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Double saw cut (1) Dowel bar (1) Mandor


(2) Debonding (2) Operator (1) Transverse
(2) Jackhammer cracking
agent (3) Pekerja
(3) Modifikasi Alat Milling (2) Longitudinal
(3) Filler
(4) Sandblasting material Cracking ;
(4) Patch (3) Faulting ;
material (4) Spalling

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan

LANGKAH 2-Pembuatan Lubang


(1) Buat lubang secara sejajar satu sama lain
dengan kedalaman hingga tengah pelat
menggunakan bantuan double saw cut &
jackhammer atau modifikasi peraltan milling
(2) Bersihkan debu dan sisa pemotongan
menggunakan sandblasting

21
LANGKAH 3-Penyiapan Lubang
(1) Pengerukan tidak boleh menginfiltrasi retak
dibagian bawah dan kedua sisi joint
(2) Bonding agent dilapisi di bagian sisi dan
bawah lubang jika digunakan

LANGKAH 4 -Penempatan Dowel


(1) Minimal setengah panjang batang dowel
harus dilapis dengan bahan anti pelekatan
(bond breaking material), untuk
memfasilitasi pergerakan sambungan .
(2) Perpanjangan penutup dapat ditempatkan
pada kedua ujung dowel setelah
pemasangan
(3) Material pengisi ditempatkan pada titik
tengah dowel
(4) Tempatkan material penutup pada lubang

6.2.4 PenjahitanMelintang (Cross Stiching)

Penjahitan melintang (cross stiching) merupakan metoda pemeliharaan yang


dirancang untuk meningkatkan kekuatan perkerasan kaku yang mengalami retak,
namun secara umum, perkerasan masih mempunyai kondisi yang relatif baik.
Pekerjaan tersebut biasanya dilakukan bersama-sama dengan restorasi penyalur
beban.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Mesin Bor (1) Dowel bar (1) Mandor


(2) Epoxy (2) Pekerja
(1) Transverse
Cracking
(2) Longitudinal
Cracking

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan

22
LANGKAH 2- Pelaksanaan
(1) Pembuatan lubang dengan kemiringan
yang sesuai dengan ketentuan dan
memotong retak di tengah-tengah lubang

LANGKAH 3 Pelaksanaan
(1) Bersihkan lubang untuk menghilangkan
debu
(2) Penuangan epoksi ke dalam lubang dan
sisakan ruang dalam lubang untuk
menampung batang pengikat

LANGKAH 4 Pelaksanaan
(1) Masukkan batang pengikat yang sudah diisi
epoksi.
(2) Buang kelebihan epoksi dan rapihkan
permukaan epoksi sehingga rata dengan
permukaan perkerasan di sekitar lubang

LANGKAH 4 Pelaksanaan
Buka perkerasan untuk lalu-lintas secepatnya
setelah epoksi benar-benar mengeras

23
6.2.5 Lapis Ulang Dengan Campuran Beraspal Panas (Hot Mixed Asphalt Structural
Overlay)

Pekembangan penurunan kondisi fungsional ataupun kondisi structural pada


perkerasan kaku adalah alasan pelaksanaan HMA overlay. Penurunan kondisi
struktural pada perkerasan kaku ketidakcukupan perkerasan untuk menahan beban
lalu lintas pada masa sekarang ataupun yang akan datang. Penurunan kondisi
struktural dapat berupa:
Reflection cracking yang memburuk, khususnya transverse cracking diatas joint
dan crack
Corner breaks, transversecrack, pelat yang terpecah-pecah dan tambalan-
tambalan

Perbaikan dan penanganan sebelum overlay sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari
kegiatan HMA overlay. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki daerah-daerah yang
memburuk dan melemah pada perkerasan kaku eksisting dimana jika tidak dilakukan
dapat menyebabkan kerusakan overlay sebelum waktunya.

Overlay aspal dapat berupa pelapisan tipis ataupun penanganan struktural yang
menggabungkan lapisan permukaan. Hal utama pada konstruksi overlay aspal adalah
persiapan yang tepat dari perkerasan eksisting, serta penempatan dan pemadatan
yang tepat. Lalu lintas tidak diijinkan melintas pada saat pengerjaan dimana aspal
masih dalam keadaan panas. Persiapan yang memadai diperlukan untuk menjamin
waktu pendinginan yang cukup sebelum lalu lintas dibuka.

Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan Jenis Kerusakan
Diperlukan

(1) Peralatan Pengerjaan Slab (1) Aspal Emulsi (1) Mandor (1) Faulting ;
Stabilization (2) Tackcoat (2) Operator (2) Polishing;
(3) Campuran Aspal (3) Pekerja (3) Scalling ;
(2) Peralatan Pengerjaan Load
(4) Spalling
Transfer Restoration
(3) Asphalt Sprayer
(4) Heavy Pneumatic Tyred
Roller
(5) Diamond-Grinding
(6) Jackhammer
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan

24
LANGKAH 2-Pengembalian Daya Dukung
di bawah Perkerasan Kaku
(1) Singkirkan air pada permukaan dengan
membersihkan drainase perkerasan
(2) Lakukan stabilisasi pada pelat beton
menggunakan peralatan pada
pengerjaan slab stabilization

LANGKAH 3-Pengembalian Transfer


BebanPada Sambungan
(1) Lakukan full-depth repair pada
joint/crack menggunakan peralatan
pada pengerjaan full-depth repair
(2) Lakukan perbaikan load transfer
disepanjang joint/crack menggunakan
peralatan pada pengerjaan load transfer
restoration
(3) Kondisi load transfer harus dalam
keadaan baik sebelum pelaksanaan
HMA overlay

LANGKAH 4 -Pengaturan Saluran


Drainase
(1) Lakukan pengaturan lubang selokan
dan bangunan pelengkap agar sesuai
dengan ketinggian permukaan yang
baru
(2) Lakukan peningkatan atau penambahan
pada sistem drainase permukaan jika
diperlukan

LANGKAH 5-Proses Penghancuran


(Cracking)
(1) Lakukan proses cracking dengan
bantuan jackhammer
(2) Lakukan penyemprotan air setelah
proses penghancuran pola retak retak
terlihat
(3) Daerah yang gagal harus digantikan
dengan full-depth aspal setelah proses
rolling selesai

25
LANGKAH 6-Proses Pemadatan (Seating)
(1) Lakukan seating menggunakan heavy
pneumatic tyred roller dengan beban 35
- 50 ton
(2) Perbedaan kerataan yang timbul pada
proses seating dapat diperbaiki
menggunakan grinding

LANGKAH 7 - Penghamparan Lapis


Pengikat
(1) Bersihkan permukaan beton sebelum
diberi aspal emulsi menggunakan
airblasting/sandblasting/sapu
(2) Lakukan penyemprotan aspal emulsi
menggunakan asphalt sprayer setipis
mungkin
(3) Berikan lapis tackcoat

LANGKAH 8 - Penghamparan Lapis


Overlay
(1) Pilih jenis lapisan overlay yang akan
digunakan
(2) Lakukan pelapisan overlay sesuai
dengan ketebalan minimum tiap jenis
campuran
(3) Lakukan pemadatan setiap lapisnya
menggunakan heavy pneumatic tyred
roller
(4) Secara khusus tebal overlay struktural
berada dalam rentang 75 mm 200 mm
(5) Lalu lintas tidak diijinkan lewat selama
aspal belum mengering

6.2.6 Perbaikan KedalamanSebagian (Partial-Depth Repair)

Partial-depth repair sebaiknya tidak digunakan untuk spalling yang dalam atau
spalling pada retak yang aktif. Distress yang melebihi dari 1/3 ketebalan pelat atau
muncul pada retak adalah kandidat untuk full-depth repair.Partial-depth repair adalah
pemindahan daerah kecil dan dangkal dari deteriorated concrete dan penggantian
dengan material perbaikan yang sesuai. Material perbaikan harus sesuai dengan
kekuatan dan stabilitas volume dari beton pada perkerasan eksisting.

26
Partial-depth repair sebaiknya juga dipertimbangkan ketika menyiapkan perkerasan
untuk menerima HMA atau PCC overlay. Kegagalan memperbaiki daerah spalling
sebelumnya dan penempatan overlay kemungkinan berkontribusi pada kemunculan
reflected distress yang menyebabkan premature failure dari overlay. Pada proyek
pengembalian kondisi perkerasan kaku yang menyeluruh, partial-depth repair
sebaiknya dilakukan setelah undersealing dan/atau slab jacking tetapi sebelum
diamond-grinding dan joint sealing.

Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan Jenis Kerusakan
Diperlukan

(1) Concrete Cutter (1) Polyethylene (1) Mandor (1) Spalling ;


(2) Jackhammer Strip (2) Operator (2) Polishing;
(2) Campuran (3) Pekerja (3) Scalling
(3) Modifikasi AlatMilling
Semen
(4) Sandblasting (3) PCC
(5) Airblasting (4) Baker Rod
(6) Pengaduk Beton (5) Aspal Berlapis
(7) Concrete Vibratory Karet
(8) Stiff Board

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan

LANGKAH 2-Batasan Daerah Perbaikan


(1) Lakukan pembatasan berjarak 50 mm -
150 mm dari lokasi yang rusak
(2) Panjang perbaikan minimum adalah 250
mm x 100 mm

27
LANGKAH 3-Pemindahan Beton dengan
Kondisi Buruk
(1) Lakukan pemotongan dan penghancuran
beton hingga kedalaman 50 mm
menggunakan concrete cutter dan
jackhammer
(2) Pindahkan serpihan beton menggunakan
jackhammer dengan sudut < 450 dari
bagian tengah perbaikan hingga bagian
ujung
(3) Untuk lokasi perbaikan yang lebih besar,
pemotongan dilakukan menggunakan
modifikasi peralatan milling

LANGKAH 4 -Penyiapan Joint


(1) Tempatkan potongan Polystyrene
diantara beton baru dan pelat yang
bersebelahan untuk mencegah terjadinya
spalling pada sisi joint
(2) Perbersihan dapat menggunakan
Sandblasting/Airblasting agar bonding
lebih sempurna

LANGKAH 5-Penggunaan Bonding Agent


(1) Permukaan harus dalam kondisi kering
dan diberi bonding agent sebelum
penempatan cement grout
(2) Tempatkan grouting secepatnya sebelum
meletakkan material beton perbaikan
(3) Kelebihan grout tidak diijinkan

LANGKAH 6-Pencampuran Material


Perbaikan
(1) Volume material yang dibutuhkan untuk
partial-depth berkisar 0.014 m - 0.056 m
(2) Gunakan pengadukbeton untuk membuat
campuran material beton perbaikan
(PCC)

28
LANGKAH 7-Pengecoran dan Konsolidasi
Material
(1) Pengecoran tidak boleh dilakukan saat
suhu udara atau suhu perkerasan
dibawah 40C
(2) Isi lokasi perbaikan dengan material
perbaikan
(3) Pemadatan dilakukan dengan sudut 150 -
300 dari arah vertical menggunakan
concrete vibratory
(4) Kecukupan konsolidasi diperoleh saat
campuran berhenti mengendap, tidak ada
gelembung udara dan lapisan halus
mortar muncul dipermukaan

LANGKAH 8 - Screeding dan Finishing


(1) Gunakan stiff board untuk membuat
tekstur pada permukaan yang diperbaiki
(2) Pembuatan tekstur dilakukan sebanyak 2
kali lintasan

LANGKAH 9-Pekerjaan Curing


(1) Buat tekstur menggunakan grooving tool
pada permukaan tambalan agar sama
dengan kondisi permukaan disekitarnya
(2) Curing dilakukan menggunakan kain
basah
(3) Lama waktu curing disesuaikan dengan
jenis semen yang digunakan

LANGKAH 10 - Joint Sealing


(1) Lakukan pemotongan joint menggunakan
double saw cut
(2) Lakukan sandblasting/airblasting pada
permukaan joint
(3) Masukkan baker rod
(4) Berikan lapis penutup aspal berlapis karet

29
6.3Rekonstruksi

6.3.1 Perbaikan Kedalaman Penuh (Full-Depth Repair)

Full-depth repair dilakukan pada deteriorated joint dan crack pada perkerasan kaku
untuk mengembalikan rideability dari perkerasan, mencegah deterioration lebih lanjut
dari area distress atau menyiapkan perkerasan untuk menerima overlay. Secara
khusus, full-depth repair ememiliki panjang minimum 1.8 m dan lebar satu lajur
walaupun terkadang akan lebih murah jika mengganti seluruh pelat daripada
menempatkan rangkaian full-depth repair yang pendek.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Kode Kerusakan

(1) Concrete Cutter (1) Cement Grout (1) Mandor (1) Pumping ;
(2) Jackhammer (2) Dowel (2) Operator (2) Faulting ;
(3) Polyethylene (3) Pekerja (3) Spalling ;
(3) Peralatan Tangan
Strip (4) Blow-Up ;
(4) tractor-mounted gang drills (4) Baker Rod (5) Punchouts ;
(5) grout retention disk (5) Aspal Berlapis (6) D-Cracking
(6) Concrete vibratory Karet
(6) Polyethylene
Sheet

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan

LANGKAH 2-Pemotongan Beton


(1) Lakukan pemotongan menggunakan
concrete cutter
(2) Diperlukan alat load transfer mekanis
untuk menjaga kinerja joint
(3) Beban lalu lintas harus dibatasi saat
pemotongan dan pemindahan beton untuk
menghindari pumping dan erosi

30
LANGKAH 3-Penghancuran Beton
(1) Lakukan penghancuran beton
menggunakan concrete cutter dan
jackhammer
(2) Penghancuran beton harus diawali dari
bagian tengah
(3) Pindahkan serpihan beton menggunakan
Peralatan Tangan
(4) Untuk lokasi perbaikan yang lebih besar,
pemotongan dilakukan menggunakan
modifikasi peralatan milling

LANGKAH 4-Penyiapan Lokasi Perbaikan


(1) Material subgrade dan subbase yang
terganggu harus dipindahkan/diganti
(2) Pembuatan parit harus dilakukan
disepanjang bahu

LANGKAH 5 - Ketentuan load transfer


(1) Pemasangan dowel dilakukan dengan
pengeboran lubang sedalam 305 mm dari
permukaan pelat menggunakantractor-
mounted gang drills
(2) Pengeboran harus sedikit lebih lebar untuk
anchoring material
(3) Bersihkan serpihan dan debu pada lubang
dowel
(4) Tempatkan quick-setting cement
grout/epoxy resin pada bagian belakang
lubang dowel
(5) Tempatkan piringan penahan grout diatas
dowel
(6) Masukkan dowel kedalam lubang dengan
gerakan memutar balik

31
LANGKAH 6-Pertimbangan Longitudinal
Joint
(1) Material bond-breaking sebaiknya
ditempatkan disepanjang longitudinal joint
untuk menjamin aksi independen diantara
lajur

LANGKAH 7 - Pencampuran Material


Perbaikan
(1) Volume material yang dibutuhkan untuk
full-depth repairumumnya>0.056 m3
(2) Gunakan pengaduk beton truk mixer untuk
membuat campuran material beton
perbaikan (PCC)

LANGKAH 8 - Pengecoran and finishing


(1) Lakukan pemadatan menggunakan
concrete vibratory secara parallel ke titik
pusat perkerasan
(2) Tidak diijinkan menambahkan air untuk
meningkatkan workability ke dalam
campuran beton saat pengecoran
(3) Lakukan pembuatan alur pada permukaan
setelah pengecoran selesai

LANGKAH 9 - Screeding dan Finishing


(1) Gunakan stiff board untuk membuat tekstur
pada permukaan yang diperbaiki
(2) Pembuatan tekstur dilakukan sebanyak 2
kali lintasan

32
LANGKAH 10 - Pekerjaan Curing
(1) Setelah selesai pengecoran & pembuatan
alur, segera tutupi beton menggunakan
polyethylene sheeting untuk mencegah
hilangnya kelembaban

LANGKAH 11 - Joint Sealing


(1) Lakukan pemotongan joint menggunakan
concrete cutter
(2) Lakukan sandblasting/airblasting pada
permukaan joint
(3) Masukkan baker rod
(4) Berikan lapis penutup aspal berlapis karet

6.3.2 Daur Ulang Lajur (Replace/Recycle Lane)

Concrete pavement recycling melibatkan penghancuran perkerasan lama dalam


gradasi, loading dan hauling material ke crushing plant dan memprosesnya untuk
memproduksi Recycle Concrete Aggregate dengan ukuran khusus. Produk dari
proses ini adalah agregat yang dapat digunakan di tempat bersama dengan agregat
asli pada komponen struktur perkerasan manapun. Recycled coarse aggregate lebih
bermanfaat daripada recycled fine aggregate karena kepipihan dan kapasitas resapan
dari recycled fine dapat memberikan efek negative pada workability dari hasil
campuran.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Gravity Drop Hammer (1) Semen (1) Mandor (1) D-Cracking ;
(2) Front-end Loader (2) Air (2) Operator (2) pumping,
(3) Agregat (3) Pekerja (3) Punchout
(3) Dump Truck
Daur Ulang
(4) Concrete Vibratory (4) Dowel bars
(5) Stiff Board (5) Bonding
(6) Grooving Tool Agent
(7) Concrete Cutter (6) Lembaran
Polyethylene
(7) Baker Rod
(8) Aspal
Berlapis
Karet
CARA KERJA URAIAN

33
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan

LANGKAH 2-Penghancuran dan


Pemindahan Beton Lama
(1) Tambalan AC harus dipindahkan sebelum
penghancuran
(2) Lakukan penghancuran beton
menggunakan Gravity Drop Hammer
(3) Tulangan beton dapat dipindahkan/dicabut
menggunakan front-end loaderyang
dilengkapi dengan rhino-horn
(4) Beton yang telah dihancurkan dipindahkan
ke dump truck dan diangkut ke crushing
plant

LANGKAH 3-Proses Daur Ulang Material


(1) Beton yang telah dihancurkan diangkut ke
crushing plant untuk memproduksi agregat
beton daur ulang
(2) Lakukan pemindahan agregat beton daur
ulang yang diproduksi di crushing plant ke
lokasi pencampuran material
menggunakan dump truck

LANGKAH 4 - Pencampuran Material


Perbaikan
(1) Gunakan agregat beton daur ulang dari
crushing plant sebagai bahan campuran
material beton
(2) Volume material yang dibutuhkan untuk
replace/recycled laneumumnya>0.056 m3
(3) Gunakan pengaduk beton truk mixer untuk
membuat campuran material beton
perbaikan (PCC)

34
LANGKAH 5 - Pengecoran dan Konsolidasi
Material
(1) Pengecoran tidak boleh dilakukan saat
suhu udara atau suhu perkerasan
dibawah 40C
(2) Isi lokasi perbaikan dengan material
perbaikan
(3) Pemadatan dilakukan dengan sudut 150 -
300 dari arah vertikal menggunakan
concrete vibratory
(4) Kecukupan konsolidasi diperoleh saat
campuran berhenti mengendap, tidak ada
gelembung udara dan lapisan halus
mortar muncul dipermukaan

LANGKAH 6 - Screeding dan Finishing


(1) Gunakan stiff board untuk membuat
tekstur pada permukaan yang diperbaiki
(2) Pembuatan tekstur dilakukan sebanyak 2
kali lintasan
(3) Lakukan grooving pada permukaan
menggunakan grooving tool

LANGKAH 7 -Pekerjaan Curing


(1) Setelah selesai pengecoran & pembuatan
alur, segera tutupi beton menggunakan
polyethylene sheeting untuk mencegah
hilangnya kelembaban

LANGKAH 8 - Pemotongan dan Penutupan


Sambungan
(1) Lakukan pemotongan joint menggunakan
concrete cutter
(2) Lakukan sandblasting dan airblasting
pada permukaan joint
(3) Masukkan baker rod
(4) Berikan Lapis penutup menggunakan
aspal berlapis karet

35
6.3.3 Lapis Ulang Beton Dengan/Tanpa Daya Lekat (Bonded/Unbonded Concrete
Overlay)

Bonded mengindikasikan pengukuran spesifik yang dilakukan untuk memperbesar


ikatan antara overlay rigid dan pelat eksisting. Hal ini termasuk penyiapan permukaan
secara luas pada perkerasan kaku eksisting dan penempatan grout semen diatas
perkerasan kaku eksisting. Maksud dari bonding overlay pada perkerasan eksisting
adalah untuk mendapatkan sistem perkerasan yang berperilaku secara satu
kesatuan.

Bonded overlay digunakan untuk meningkatkan kapasitas structural dari perkerasan


ataupun meningkatkan kualitas berkendara. Bonded overlay digunakan secara
khusus pada perkerasan underlying yang relative dalam kondisi baik. Retak refleksi
yang signifikan akan terjadi pada overlay yang bersifat bonded jika perkerasan
dengan distress di overlay tanpa perbaikan pre-overlay yang cukup. Ketebalan
overlay bonded secara khusus berada dalam rentang 75 mm 150 mm.

Unbonded mengindikasikan bahwa tindakan khusus dilakukan untuk mencegah ikatan


antara overlay rigid dan perkerasan kaku eksisting sehingga keduanya saling
bergerak secara independen. Interlayer tipis dari HMA setebal 25 mm 50 mm yang
dilapisi dengan membrane curing compound sering digunakan diatas perkerasan
eksisting sebagai bondbreaker.
Overlay unbonded digunakan ketika distress pada perkerasan eksisting sangat
banyak dan tidak dapat diperbaiki sebelumnya secara efektif dengan overlay.
Penempatan lapisan yang terpisah diharapkan akan mencegah perkembangan dari
retak refleksi pada overlay baru. Perbaikan pre-overlay dalam jumlah kecil
kemungkinan diperlukan dan menyamakan joint overlay. Ketebalan overlay unbonded
secara khusus berada pada rentang 150 mm - 300 mm.

Jumlah perbaikan dan penanganan yang dilakukan pada perkerasan sebelumnya


untuk menerima overlay perkerasan kaku dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
kinerja overlay dimasa akan datang, khususnya untuk bonded overlay. Jumlah dan
jenis pre-overlay yang diperlukan pada perkerasan eksisting harus ditentukan secara
cermat dengan mempertimbangkan faktor-faktor:
Jenis overlay
Kecukupan struktural dari perkerasan eksisting
Jenis distress pada perkerasan eksisting
Beban kendaraan dimasa akan datang
Batasan fisik seperti traffic control
Biaya keseluruhan

Perbaikan pre-overlay yang dibutuhkan untuk bonded overlay:


Full-depth repair dari beberapa deteriorated joint
Load transfer restoration atau full-depth repair dari retak yang aktif
Grinding minor joint faulting dan slab stabilization
Cross stitching dari retak longitudinal yang aktif

Perbaikan pre-overlay yang dibutuhkan untuk unbonded overlay:

36
Full-depth repair dari beberapa deteriorated joint
Milling dari joint faulting > 6 mm
Full-depth repair dari punchout
Crack and seat dari perkerasan eksisting untuk menghasilkan daya dukung
seragam yang lebih baik

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Peralatan Sandblasting (1) Dowel bars (1) Mandor (1) Faulting ;
(2) Concrete Vibratory (2) Aggregate (2) Operator Polishing;
(3) Cement (3) Pekerja (2) Scalling ;
(3) Stiff Board
(4) Water (3) D-Cracking
(4) Grooving Tool (5) Bond-
(5) Peralatan Tangan breaker
(6) Concrete Cutter (6) Baker Rod
(7) peralatan sesuai pekerjaan (7) Aspal
pre-overlay Berlapis
Karet
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan

LANGKAH 2 - Pengaturan Saluran Drainase


(1) Lakukan pengaturan lubang selokan dan
bangunan pelengkap agar sesuai dengan
ketinggian permukaan yang baru
(2) Lakukan peningkatan atau penambahan
pada sistem drainase permukaan jika
diperlukan

LANGKAH 3-Pre-Overlay (Perbaikan


Kerusakan)
(1) Lakukan perbaikan pre-overlay yang
dibutuhkan sesuai dengan jenis concrete
overlay (bonded atau unbonded)
(2) Perbaikan pre-overlay disesuaikan dengan
kondisi kerusakan pada permukaan
eksisting

37
LANGKAH 4 - Penyiapan Permukaan
Eksisting
(1) Bersihkan permukaan perkerasan setelah
pre-overlay
(2) Keringkan permukaan sebelum melakukan
proses pengecoran untuk menjamin
kelekatan yang baik untuk jenis bonded
overlay
(3) Lakukan pemasangan bondbreaker untuk
jenis unbonded overlay

LANGKAH 5 - Pencampuran Material


Perbaikan
(1) Volume material yang dibutuhkan untuk
replace/recycled lane umumnya > 0.056
m3
(2) Gunakan pengaduk beton truk mixer untuk
membuat campuran material beton
perbaikan (PCC)

LANGKAH 6-Pengecoran Overlay Beton


(1) Tuang adukan semen atau mortar saat
permukaan yang akan ditambal dalam
kondisi jenuh-kering permukaan
(2) Pada saat penuangan adukan tidak perlu
ditambahkan air lagi

LANGKAH 7 - Screeding dan Finishing


(1) Gunakan stiff board untuk membuat tekstur
pada permukaan yang diperbaiki
(2) Pembuatan tekstur dilakukan sebanyak 2
kali lintasan
(3) Lakukan grooving pada permukaan
menggunakan grooving tool

38
LANGKAH 8 - Pekerjaan Curing
(1) Setelah selesai pengecoran & pembuatan
alur, segera tutupi beton menggunakan
polyethylene sheeting untuk mencegah
hilangnya kelembaban

LANGKAH 9 - Pemotongan dan Penutupan


Joint
(1) Lakukan pemotongan joint
(2) Lakukan sandblasting/airblasting pada
permukaan joint
(3) Masukkan baker rod
(4) Berikan Lapis penutup menggunakan
aspal berlapis karet

6.3.4 Rekonstruksi Slab Modul (Modul Slab Reconstruction)

Rekonstruksi perkerasan baru melibatkan penyiapan perkerasan lama, penyiapan


tanah dasar (jika diperlukan), pekerjaan lapisan pondasi dan pengecoran lapisan
permukaanbeton

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan

(1) Peralatan Sandblasting (1) Dowel (1) Mandor (1) Pumping ;


(2) Concrete Vibratory bars (2) Operator Faulting ;
(2) Bonding (3) Pekerja Spalling ;
(3) Stiff Board
agent (2) Blow-Up
(4) Grooving Tool (3) Polyethyle ;Punchouts ;
(5) Peralatan Tangan neSheet D-Cracking
(6) Concrete Cutter (4) Baker Rod
(5) Aspal
Berlapis
Karet
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan

39
LANGKAH 2-Penyiapan Perkerasan Lama
(1) Bersihkan joint/crack sebelum melakukan
pekerjaan lapis pondasi untuk menjamin
daya dukung yang baik dari perkerasan
lama menggunakan
airblasting/sandblasting

LANGKAH 3-Pekerjaan Lapis Pondasi


(1) Gunakan excavator untuk memindahkan
agregat yang digunakan sebagai lapisan
pondasi dari dump truck
(2) Gunakan tandem roller untuk memadatkan
lapisan pondasi
(3) Lakukan pengukuran elevasi
menggunakan theodolite saat
penghamparan lapisan pondasi

LANGKAH 4 - Pencampuran Material


Perbaikan
(1) Volume material yang dibutuhkan untuk
rekonstruksi umumnya > 0.056 m 3
(2) Gunakan pengaduk beton truk mixer untuk
membuat campuran material beton
perbaikan (PCC)

LANGKAH 5 - Pengecoran Pelat Beton


(1) Lakukan pengecoran lean concrete
sebelum pengecoran pelat beton
(2) Pengecoran pelat dilakukan setelah LC
mengeras
(3) Pengecoran tidak boleh dilakukan saat
suhu udara atau suhu perkerasan dibawah
40C
(4) Pemadatan dilakukan dengan sudut 150 -
300 dari arah vertikal menggunakan
concrete vibratory
(5) Kecukupan konsolidasi diperoleh saat
campuran (LC atau Pelat) berhenti
mengendap, tidak ada gelembung udara
dan lapisan halus mortar muncul
dipermukaan

40
LANGKAH 6 - Screeding dan Finishing
(1) Gunakan stiff board untuk membuat tekstur
pada permukaan yang diperbaiki
(2) Pembuatan tekstur dilakukan sebanyak 2
kali lintasan

LANGKAH 7-Pekerjaan Curing


(1) Setelah selesai pengecoran & pembuatan
alur, segera tutupi beton menggunakan
polyethylene sheeting untuk mencegah
hilangnya kelembaban

LANGKAH 8- Pemotongan dan Penutupan


Sambungan
(1) Lakukan pemotongan joint menggunakan
concrete cutter
(2) Lakukan sandblasting/airblasting pada
permukaan joint
(3) Masukkan baker rod
(4) Berikan Lapis penutup menggunakan
aspal berlapis karet

41
7. Bibliografi

Referensi berasal dari manual-manual yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri

Nomor/Code Judul

009/T/BNKT/1990 Petunjuk Pelaksanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen)

No.05
Tata Cara Pelapisan Ulang Dengan Campuran Aspal Emulsi
T/BNKT/1990
Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Propinsi, Jilid
001/T/Bt/1995
1: Metode Survei Seri Jalan
Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Propinsi, Jilid
001/T/Bt/1995
2: Metode Perbaikan
Pedoman Penggunaan Aspal Karet Dalam Campuran Beraspal
No.010 T/BM/1999
Secara Panas
Pd T-05-2004-B Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
Perencanaan Campuran Lapis Pondasi Hasil Daur Ulang Perkerasan
Pd T-08-2005-B
Lama Dengan Semen
Edisi 2010 Spesifikasi UmumDivisi 5 dan Divisi 6

001/M/BM/2011 Review Manual Pemeliharaan Rutin Jalan

001-03/M/BM/2011 Manual Pengoperasian dan Pemeliharaan Peralatan UPR

ASCE Techniques For Pavement Rehabilitation

AASHTO 1993 Pavement Design Procedure For Rehabilitation of Existing Pavement

NCHRP Rehabilitation Strategies for Highway Pavements

Queensland Pavement Rehabilitation Manual 2012

42

Anda mungkin juga menyukai