XXX-XX / M / BM / 2016
PELAKSANAAN
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI JALAN
UNTUK PERKERASAN KAKU
Manual Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan kaku ini
mencakup ketentuan umum dan, ketentuan teknis, dimana di dalam ketentuan umum
memuat kerangka pelaksanaan, serta ketentuan teknis memuat teknis penanganan
akibat kerusakan jalan dengan strategi penanganan rehabilitasi mayor, rehabilitasi minor
dan rekonstruksi.
Dengan adanya Manual ini diharapkan agar para Kepala Satuan Kerja atau Pejabat
Pembuat Komitmen di lingkungan Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional serta di
Lingkungan ke Bina Margaan beserta jajaran teknisnya memiliki suatu acuan berupa
Manual pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan kaku yang
akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan teknis di lapangan.
Menyadari akan belum sempurnanya manual ini, maka pendapat dan saran dari semua
pihak, terutama pemakai, sangat kami harapkan guna bahan perbaikan dan
penyempurnaan..
(Nama Direktur)
i
DAFTAR ISI
PRAKATA ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
1. Ruang Lingkup 3
2. Acuan Normatif 3
3. Istilah dan Definisi 4
4. Ketentuan Umum 7
5. Pengumpulan Data 10
6. Teknik Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi 11
6.1 Rehabilitasi Minor 11
6.1.1 Penutupan Sambungan dan retak (Joint & Crack Sealing) 11
6.1.2 Penambalan Dangkal (Patching) 13
6.1.3 Pengkasaran Permukaan (Diamond Grinding) 15
6.1.4 Penyuntikan Lapis Beton (Slab Grouting) 16
6.1.5 Perataan dengan Campuran Beraspal Panas (Hot Mixed Asphalt Leveling) 17
6.2 Rehabilitasi Mayor 19
6.2.1 Stabilisasi Lapis Beton (Slab Stabilization) 19
6.2.2 PerbaikanSambungan Bertekanan (Pressure Relief Joint) 20
6.2.3 Restorasi Penyaluran Beban (Load Transfer Restoration) 21
6.2.4 PenjahitanMelintang (Cross Stiching) 22
6.2.5 Lapis Ulang Dengan Campuran Beraspal Panas (Hot Mixed Asphalt Structural Overlay) 24
6.2.6 Perbaikan KedalamanSebagian (Partial-Depth Repair) 26
6.3 Rekonstruksi 30
6.3.1 Perbaikan Kedalaman Penuh (Full-Depth Repair) 30
6.3.2 Daur Ulang Lajur (Replace/Recycle Lane) 33
6.3.3 Lapis Ulang Beton Dengan/Tanpa Daya Lekat (Bonded/Unbonded Concrete Overlay) 36
6.3.4 Rekonstruksi Slab Modul (Modul Slab Reconstruction) 39
7. Bibliografi 42
ii
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Perkerasan Kaku
1. Ruang Lingkup
Manual ini ini berisi detail teknis pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Perkerasan Kaku. Detail teknis ini berupa uraian secara rinci teknik penanganan yang
berupa perbaikan terhadap kerusakan jalan yang dibagi menjadi tiga strategi
penanganan yaitu rehabilitasi mayor, rehabilitasi minor dan rekonstruksi.
2. Acuan Normatif
3
3. Istilah dan Definisi
3.1
Rehabilitasi Minor
strategi penanganan untuk pencegahan terjadinya kerusakan yang luas yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan jalan pada kondisi rusak ringan dengan nilai IRI 6
sampai dengan 8, pada umumnya diwakili dengan kegiatan overlay non struktural
(levelling).
3.2
Rehabilitasi Mayor
strategi penanganan untuk pencegahan terjadinya kerusakan yang luas yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan jalan pada kondisi rusak ringan dengan nilai IRI 8
sampai dengan 12, pada umumnya diwakili dengan kegiatan overlay yang bersifat
struktural.
3.3
Rekonstruksi
Strategi penanganan perkerasan jalan untuk dapat meningkatkan kemampuan bagian
ruas jalan yang dalam kondisi rusak berat agar bagian jalan tersebut mempunyai kondisi
mantap kembali sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan.
3.4
Batang Pengikat (Tie Bars)
Sepotong baja ulir yang dipasang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk
mengikat pelat agar tidak bergerak horizontal.
3.5
Bahan Pengisi sambungan (Joint Filler)
Suatu bahan yang bersifat plastis yang dipasang pada celah sambungan muai, guna
mencegah masuknya benda-benda asing ke dalam celah.
3.6
Bahan Penutup Sambungan (Joint Sealer)
Suatu bahan yang bersifat elastis yang dipasang pada bagian atas dari sambungan yang
dimaksudkan untuk mencegah masuknya benda-benda asing ke dalam celah.
4
3.7
Batang Ulir (Deformed Bars)
Batang tulangan prismatis atau yang diprofilkan berbentuk alur atau spiral yang terpasang
tegak lurus atau miring terhadap muka batang, dengan jarak antara rusuk-rusuk tidak
lebih dari 0,7 diameter batang pengenalnya/nominal.
3.8
Dudukan Tulangan (Reinforcement Chairs)
Dudukan yang dibentuk sedemikian rupa yang terbuat dari besi tulangan, plastik atau
bahan lainnya yang berfungsi sebagai dudukan tulangan arah memanjang dan melintang.
3.9
Gompalan (Spalling)
Suatu bentuk kerusakan pada pelat beton yang umumnya terjadi pada tepi-tepi pelat atau
retakan.
3.10
Kuat Tarik Hancur (Flexural Strength Modulus of Rupture)
Kekuatan beton yang diperoleh dari percobaan balok beton dengan pembebanan tiga titik
yang dibebani sampai runtuh.
3.11
Lapis Pondasi Bawah Dengan Bahan Pengikat (Bound Sub-base)
Pondasi bawah yang biasanya terdiri dari material berbutir yang distabilisasi dengan
semen aspal, kapur,abu terbang (fly ash) atau slag yang dihaluskan sebagai bahan
pengikatnya.
3.12
Modulus Reaksi Tanah Dasar (Modulus of Subgrade Reaction)
Nilai konstanta pegas (spring constant) dari tanah dasar di dalam menerima beban yang
ditentukan dari percobaan pengujian beban pelat (Plate Bearing).
3.13
Modul Slab Reconstruction
Rekonstruksi perkerasan baru melibatkan penyiapan perkerasan lama, penyiapan tanah
dasar (jika diperlukan), pekerjaan lapisan pondasi dan pengecoran lapisan permukaan
beton
5
3.14
Perkerasan Beton Bersambung Tanpa Tulangan (Jointed Plain Concrete Pavement)
Jenis perkerasan beton semen yang dibuat tanpa tulangan dengan ukuran pelat
mendekati bujur sangkar, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya
sambungan-sambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar
antara 4-5 meter.
3.15
Perkerasan Beton Semen Bersambung Dengan Tulangan (Jointed Reinforced
Concrete Pavement)
Jenis perkerasan beton yang dibuat dengan tulangan, yang ukuran pelatnya berbentuk
empat persegi panjang, dimana panjang dari pelatnya dibatasi oleh adanya
sambungansambungan melintang. Panjang pelat dari jenis perkerasan ini berkisar antara
8-15 meter.
3.16
Perkerasan Beton Semen Dengan Lapis Beton Aspal (Asphaltic Concrete Surfaced
Rigid Pavement)
Berupa perkerasan beton yang bagian permukaannya diberi lapisan beraspal.
3.17
Perkerasan Beton Semen (Rigid Pavement)
Suatu struktur perkerasan yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapis pondasi bawah
dan lapis beton semen dengan atau tanpa tulangan.
3.18
Recycle Lane
Perkerasan beton daur ulang yang melibatkan penghancuran perkerasan lama dalam
gradasi, pengisian dan pengangkutan material ke crushing plant untuk memproduksi
agregat beton daur ulang dengan ukuran khusus
3.19
Ruji (Dowel)
Sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan melintang
dengan maksud sebagai sistem penyalur beban, sehingga pelat yang berdampingan
dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti.
6
3.20
Sambungan Muai (Expansion Joint)
Jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan pada perkerasan
beton dengan cara menyediakan ruangan untuk pemuaian.
3.21
Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
Jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-
bagian yang dicor/dihampar pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil
penghamparan lama dengan beton hasil penghamparan baru.
3.22
Sambungan Susut (Contraction Joint)
Jenis sambungan melintang yang dibuat dengan maksud untuk mengendalikan retak
susut beton, serta membatasi pengaruh tegangan lenting yang timbul pada pelat akibat
pengaruh perubahan temperatur dan kelembaban.
3.23
Pengkasaran (Grinding)
Pengelupasan tipis permukaan slab beton akibat adanya faulting, alur roda akibat jejak
ban, sambungan yang tidak rata dan poilshing/scaling permukaan beton.
4. Ketentuan Umum
Didalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan untuk perkerasan kaku
diperlukan suatu kerangka kerja yang nantinya akan menjadi acuan dalam penyusunan
perencanaan kegiatan sehingga terjadi kondisi sebagai berikut :
1. Terciptanya pendekatan yang sistematis dan konsisten dalam pengambilan keputusan
pada kerangka kerja yang telah ditetapkan.
2. Menyediakan suatu landasan untuk memperkirakan kebutuhan teknik penanganan
jalan dan kebutuhan sumber daya yang digunakan.
3. Mengarahkan penggunaan standar penanganan jalan secara konsisten.
4. Mendukung dalam mengalokasi sumber daya secara efektif.
5. Mengarahkan peninjauan secara teratur terhadap kebijakan, standar, teknik dan
efektifitas program.
Kegiatan terkait teknik rehabilitasi dan rekonstruksi pada kondisi jalan dilakukan dengan
teliti, agar identifikasi setiap kerusakan akan terdeteksi secara utuh (lengkap),
pengukuran dilakukan pada kondisi jalan mengalami kerusakan. Hal-hal yang harus
diperhatikan sebelum melakukan teknik penanganan:
7
a. Petugas harus mengetahui ruas jalan yang akan disurvei
b. Petugas harus memahami dan mendalami jenis kerusakan dan teknik penanganannya
c. Dalam pelaksanaannya petugas harus memperhatikan kelancaran lalu lintas
d. Serta memaksimalkan peralatan yang sudah ada, yang berada di lingkungan kebina
margaan guna menunjang terlaksananya pekerjaan.
Kerangka kerja tenik penanganan terkait rehabilitasi dan rekonstruksi jalan untuk
perkerasan kaku dapat dilihat pada Tabel 1
STRATEGI
TEKNIK PENANGANAN JENIS KERUSAKAN
PENANGANAN
Penutupan Sambungan dan Retak Faulting ; Spalling ; Blow-
(Joint & Crack Sealing) Up
Penambalan Dangkal
Spalling ; Faulting
(Patching)
Pengkasaran Permukaan
Rehabilitasi Minor Faulting, Polishing, Scalling
(Diamond-Grinding)
Penyuntikan Lapis Beton Transverse / Longitudinal
(Slab Grouting) Cracking
Perataan dengan Campuran Beraspal Faulting ; Polishing; Scalling
Panas (HMA Levelling) ; Spalling
Stabilisasi Lapis Beton Faulting ; Pumping ; Corner
(Slab Stabilization) Break
Perbaikan Sambungan Bertekanan
Blow-Up
(Pressure Relief Joint)
Transverse/Longitudinal
Restorasi Penyaluran Beban
Cracking ; Faulting ;
(Load Transfer Restoration)
Rehabilitasi Spalling
Mayor Penjahitan Melintang Transverse/Longitudinal
(Cross Stiching) Cracking
Lapis Ulang dengan Campuran
Faulting ; Polishing; Scalling
Beraspal Panas
; Spalling
(HMA Structural Overlay)
Perbaikan Kedalaman Sebagian
Spalling ; Polishing; Scalling
(Partial-Depth Repair)
Pumping ; Faulting ;
Perbaikan Kedalaman Penuh
Spalling ; Blow-Up ;
(Full-Depth Repair)
Punchouts ; D-Cracking
Daur Ulang Lajur D-Cracking ; Pumping,
Rekonstruksi
(Replace/Recycle Lane) Punchout
Lapis Ulang Beton Dengan/Tanpa Daya
Faulting ; Polishing;
Lekat
Scalling; D-Cracking
(Bonded/Unbonded Concrete Overlay)
Pumping ; Faulting ;
Rekonstruksi Modul Slab
Spalling ; Blow-Up ;
(Slab Modul Reconstruction)
Punchouts ; D-Cracking
8
Tabel 2 Jenis Kerusakan pada Perkerasan Kaku
Jenis kerusakan atau distress yang digunakan sebagai referensi teknik penanganan
rehabilitasi dan rekonstruksi antara lain:
Blow-Up
Blow-up terjadi saat cuaca panas pada transverse joint/crack yang tidak mengijinkan
ekspansi dari pelat beton. Ketidakcukupan lebar dari joint untuk ekspansi umumnya
disebabkan oleh infiltrasi dari material yang tidak dapat mampat kedalam spasi joint.
Saat tekanan ekspansif tidak dapat dibebaskan, pergerakan keatas dari ujung pelat
secara local atau penghancuran terjadi di daerah sekitar joint.
D-Cracking
D-cracking adalah rangkaian dari jarak yang dekat, berbentuk bulan sabit, retak
rambut yang muncul pada permukaan beton yang bersebelahan dan sejajar dengan
joint/crack sepanjang ujung pelat
9
Faulting
Faulting adalah perbedaan elevasi pada longitudinal joint atau crack diantara dua lajur
lalu lintas. Faulting sebagian disebabkan oleh penambahan material lepas dibawah
pelat dibagian belakang sekitar joint/crack atau oleh penurunan dari pelat dibagian
depan.
Spalling
Spalling dari crack atau joint adalah retak, hancur atau pecahan kecil dari ujung pelat
disekitar crack atau joint. Joint spall umumnya tidak memanjang secara vertikal
melalui tebal pelat keseluruhan tetapi memanjang ke percabangan pada sudut joint.
Polishing/Scalling
Polishing/Scalling dapat disebabkan oleh agregat yang tidak tahan aus oleh roda
kendaraan, bentuk agregat yang bulat dan licin, tulangan baja terlalu dekat dengan
permukaan atau konstruksi yang salah
Pumping
Pumping adalah penyemburan material oleh air melewati joint atau crack yang
disebabkan oleh lendutan dari pelat dibawah beban bergerak. Air yang disemburkan
membawa partikel dari kerikil, pasir lempung atau lanau sehingga menyebabkan
hilangnya daya dukung perkerasan setahap demi setahap.
Punchout
Punchout adalah kehilangan dari interlocking agregat pada satu atau dua jarak yang
dekat. Crack mulai patah dan pecah sedikit demi sedikit hingga menyebabkan bagian
dari pelat diantara crack pada jarak yang berdekatan untuk berlaku sebagai balok
kantilever. Kemudian beban berat truk menyebabkan terbentuknya longitudinal crack
yang pendek diantara dua transverse crack. Selanjutnya transverse crack hancur,
tulangan baja putus dan potongan dari beton memukul kebawah saat dibebani
kedalam subbase dan subgrade.
Transverse/Longitudinal Cracking
Longitudinal crack umumnya terjadi sejajar dengan titik pusat dari perkerasan.
Longitudinal crack seringkali disebabkan oleh kombinasi dari repetisi beban berat,
kehilangan daya dukung pondasi dan curling/warping stress. Transverse crack
umumnya disebabkan oleh kombinasi dari repetisi beban berat dan tegangan akibat
temperature gradient, moisture gradient dan drying shrinkage.
5. Pengumpulan Data
10
terhadap informasi dari kegiatan survey sebelumnya untuk membantu proses
identifikasi distress dan lokasinya.
Survey Pendahuluan
Survey ini harus dilakukan sebelum survey rinci terkait kerusakan. Pemeriksaan ini
perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal kondisi perkerasan pada setiap
lajur dan setiap arah.
Secara umum terdapat beberapa jenis lapis penutup, yaitu: field poured sealants
self-levelling, hot-poured, cold-poured, performed compression seals, field-poured
sealant nonself-levelling. Beberapa faktor yang berpengaruh pada kinerja lapis
penutup antara lain pergerakan dari joint/crack, bentuk lapis penutup, ikatan antara
lapis penutup dengan sisi luar dan bahan penyusun dari lapis penutup. Prosedur pada
crack sealing tidak seketat seperti joint sealing karena crack tidak mengalami
deformasi seperti yang terdapat pada joint. Jika jarak antar crack cukup besar dan
dapat menyebabkan pergerakan yang cukup signifikan, maka crack tersebut harus
ditangani secara joint sealing.
Proses joint sealing meliputi pemindahan lapis penutup lama (jika ada), penggergajian
rongga joint baru dengan ukuran yang cukup untuk penggunaan lapis penutup,
pembersihanrongga joint baru dan pemasangan lapis penutup. Material yang
umumnya digunakan pada joint sealing antara lain rubberized asphalt, silicone, dan
preformed neoprene inserts. Joint sealing diperlukan lapis penutup lama telah
mengalami penurunan dan mencapai kondisi batas, dimana air telah dapat
menembus struktur perkerasan. Manfaat utama dari joint sealing diharapkan ketika
perkerasan belum mengalami penurunan kondisi secara parah dan ketika joint sealing
dilakukan bersamaan dengan kegiatan penanganan lainnya, seperti full-depth repair,
diamond grinding, dsb.
11
Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Jenis Kerusakan
(1) Joint Plow (1) Aspal , (1) Mandor (1) Blow-Up
(2) Diamond-Bladed Saw (2) Silikon (2) Operator (2) Spalling
(3) Routers (3) Backer Rod (3) Pekerja (3) Faulting
(4) Sandblasting
(5) Airblasting
(6) Melters
(7) Pompa Silikon
(8) Applicators
CARA KERJA URAIAN
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.
12
LANGKAH 4-Pemasangan Backer Rod
(1) Tempatkan Backer Rod pada joint yang
telah dibersihkan dengan batuan pompa
silicon
(2) Joint yang lebih lebar harus diisi dengan
backer rod yang berdiameter lebih besar
Metoda ini mengisi pecahan sudut dari pinggir joint atau crack, faulting, longitudinal
cracking, scalling. Semen merupakan material yang paling banyak digunakan untuk
perbaikan pelat beton karena mudah dikerjakan dan memenuhi hasil yang diharapkan
walaupun seringkali terdapat kesulitan dalam pembuatan tappering dan
membutuhkan waktu curing.
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.
13
LANGKAH 2-Pembersihan dan Pemotongan
Daerah Patching
(1) Bersihkan bagian pelat yang rusak
menggunakan joint plow
(2) Potong permukaan construction joint dalam
kondisi basah menggunakan diamond-
bladed saw
(3) Tulangan beton dan tulangan susut jangan
sampai terpotong saat pembongkaran
(4) Bersihkan permukaan dari serpihan beton
yang terekspos menggunakan
airblasting/sandblasting
LANGKAH 4A-Pemadatan(Beton)
(1) Lakukan pemadatan saat penuangan
adukan dan beton belum mengeras
menggunakan concrete vibratory
(2) Lakukan penyempurnaan permukaan
dengan sekop pengaci
(3) Lakukan pemadatan kembali setelah 30 -
60 menit dan sempurnakan hingga
ketinggian rencana
14
LANGKAH 3B-Penempatan Material
Patching (Aspal)
(1) Berikan lapis perekat tackcoat pada
permukaan yang akan ditambal
(2) Tuang campuran dari drum adukan ke
permukaan yang akan ditambal dalam
kondisi jenuh-kering permukaan
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.
15
LANGKAH 2-Diamond-Grinding
(1) Dilakukan secara menerus sepanjang lajur
lalu lintas untuk mendapatkan hasil terbaik
(2) Diawali dan diakhiri tegak lurus dari titik
pusat perkerasan
(3) Direkomendasikan overlap maksimum
antara perlintasan yang bersebelahan
adalah 50 mm
Metode injection diterapkan pada joint perkerasan dan crack dimana bahan penutup
sambungannya terlepas atau mengalami penuaan dan pelat beton yang retak. Jika
diterapkan secara berkala dapat mencegah air dari permukaan untuk meresap
kedalam pondasi sehingga berperan besar mencegah kerusakan perkerasan beton.
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.
16
LANGKAH 3-Proses Injeksi/Grouting
(1) Lakukan proses injeksi menggunakan
bahan pengisi yang telah dipilih
menggunakan injector
(2) Jika bahan penutup keluar saat proses
injeksi maka harus diratakan dengan
permukaan perkerasan agar tidak rusak
saat dilalui kendaraan menggunakan sikat
kawat
6.1.5 Perataan dengan Campuran Beraspal Panas (Hot Mixed Asphalt Leveling)
Perbaikan dan penanganan sebelum overlay sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari
kegiatan HMA overlay. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki daerah-daerah yang
memburuk dan melemah pada perkerasan kaku eksisting dimana jika tidak dilakukan
dapat menyebabkan kerusakan overlay sebelum waktunya.
Overlay aspal dapat berupa pelapisan tipis ataupun penanganan struktural yang
menggabungkan lapisan permukaan. Hal utama pada konstruksi overlay aspal adalah
persiapan yang tepat dari perkerasan eksisting, serta penempatan dan pemadatan
yang tepat. Lalu lintas tidak diijinkan melintas pada saat pengerjaan dimana aspal
masih dalam keadaan panas. Persiapan yang memadai diperlukan untuk menjamin
waktu pendinginan yang cukup sebelum lalu lintas dibuka. Pencapaian level
pemadatan dan penghindaran segregasi adalah dua faktor penting yang
mempengaruhi kinerja dari aspal overlay.
Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan Kode Kerusakan
Diperlukan
(1) Peralatan Pengerjaan Slab (1) Aspal Emulsi (1) Mandor (1) Faulting ;
Stabilization (2) Tackcoat (2) Operator (2) Polishing;
(3) Campuran Aspal (3) Pekerja (3) Scalling ;
(2) Peralatan Pengerjaan Load
(4) Spalling
Transfer Restoration
(3) Asphalt Sprayer
(4) Heavy Pneumatic Tyred Roller
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan
(2) Tempatkan rambu pengaman pada
lokasi perbaikan dan alihkan lalu lintas
(3) Siapkan peralatan
17
LANGKAH 2-Pengembalian Daya Dukung
di bawah Perkerasan Kaku
(1) Singkirkan air pada permukaan dengan
membersihkan drainase perkerasan
(2) Lakukan stabilisasi pada pelat beton
menggunakan peralatan pada
pengerjaan slab stabilization
18
6.2 Rehabilitasi Mayor
Slab stabilization sebaiknya dilakukan hanya pada joint dan retak dimana kehilangan
daya dukung diketahui berada. Agar efektif, slab stabilization sangat penting
dilakukan sebelum permulaan dari kerusakan perkerasan akibat kehilangan daya
dukung. Beberapa teknik telah dilakukan untuk menentukan apakah kehilangan daya
dukung telah terjadi dibawah permukaan perkerasan kaku, yaitu:
Data Visual Distress
Faulting pada transverse joint dan crack, pumping dan corner break
mengindikasikan bahwa kehilangan daya dukung telah terjadi. Secara ideal, slab
stabilization sebaiknya dilakukan pada tahap ke tiga, yaitu setelah pembentukan
rongga tetapi sebelum faulting dan cracking yang terlalu banyak terjadi
Data Lendutan
Data lendutan dapat digunakan tidak hanya untuk menentukan apakah kehilangan
daya dukung telah terjadi, tetapi juga untuk mengestimasi kuantitas dari material
grouting yang dibutuhkan untuk mengisi secara cukup rongga-rongga yang ada.
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.
19
LANGKAH 3-Stabilisasi Pelat Beton
(1) Lakukan pencampuran material grouting
dengan bantuan groutplant dan flow cone
(2) Lakukan grouting dengan bantuan grout
packer
(3) lubang disumbat secepatnya selesai
grouting menggunakan penyumbat kayu
(4) Setelah grouting mengeras, penyumbat
dicabut dan lubang ditutup menggunakan
material lapis penutup
Pressure relief joint dimaksudkan untuk mengurangi tekanan ekspansif yang mungkin
berkembang pada perkerasan kaku seiring bertambahnya waktu. Tekanan ekspansif
yang melampaui nilai kuat tekan PCC dapat meyebabkan terjadinya joint spalling,
longitudinal cracking dan blow-up. Perpanjangan perkerasan juga dapat merusak,
meruntuhkan dan membuat tidak berfungsi bangunan pelengkap jalan seperti saluran
drainase, kerb dan traffic island. Pressure relief joint dapat ditempatkan pada bagian
tengah pelat atau pada lokasi transverse joint terpasang. Akibat pelepasan tekanan
yang disertai dengan blow-up, pressure relief joint tidak akan diperlukan dalam
permulaan 150 m 305 m dari blow-up di kedua sisi.
Narrow pressure relief joint, yang secara khusus memiliki lebar kurang dari 100 mm,
dipasang menggunakan dua gergaji mata pisau wajik dengan satu putaran. Setelah
material hasil gergaji dibersihkan, material pengisi dimasukkan ke dalam joint untuk
mencegah gangguan ketidakmampatan. Setelah pengisisan filler, dilakukan
penutupan pada permukaan filler yang berada sedikit dibawah permukaan. Material
penutup ini berfungsi menjaga material filler di dalam joint dan kemampatan dari
infiltrasi
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.
20
LANGKAH 2-Pressure Relief Joint
(1) Potong joint sesuai dengan lebar yang
diinginkan menggunakan diamond-bladed
saw/ carbide-tipped wheel saw
(2) Bersihkan joint menggunakan airblasting
dan tempatkan material filler
(3) Setelah pemasangan, filler sebaiknya
ditutupi dengan material penutuplubricant-
adhesive
Load transfer restoration adalah instalasi peralatan pada transverse jointdan crack
dengan tujuan mengirimkan beban disepanjang pelat dan mengurangi defleksi. Load
transfer restoration dimaksudkan untuk memperlambat deteriorasi perkerasan akibat
joint pumping, faulting, spalling, dan subsequent cracking.
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan
21
LANGKAH 3-Penyiapan Lubang
(1) Pengerukan tidak boleh menginfiltrasi retak
dibagian bawah dan kedua sisi joint
(2) Bonding agent dilapisi di bagian sisi dan
bawah lubang jika digunakan
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan
22
LANGKAH 2- Pelaksanaan
(1) Pembuatan lubang dengan kemiringan
yang sesuai dengan ketentuan dan
memotong retak di tengah-tengah lubang
LANGKAH 3 Pelaksanaan
(1) Bersihkan lubang untuk menghilangkan
debu
(2) Penuangan epoksi ke dalam lubang dan
sisakan ruang dalam lubang untuk
menampung batang pengikat
LANGKAH 4 Pelaksanaan
(1) Masukkan batang pengikat yang sudah diisi
epoksi.
(2) Buang kelebihan epoksi dan rapihkan
permukaan epoksi sehingga rata dengan
permukaan perkerasan di sekitar lubang
LANGKAH 4 Pelaksanaan
Buka perkerasan untuk lalu-lintas secepatnya
setelah epoksi benar-benar mengeras
23
6.2.5 Lapis Ulang Dengan Campuran Beraspal Panas (Hot Mixed Asphalt Structural
Overlay)
Perbaikan dan penanganan sebelum overlay sebaiknya dilakukan sebagai bagian dari
kegiatan HMA overlay. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki daerah-daerah yang
memburuk dan melemah pada perkerasan kaku eksisting dimana jika tidak dilakukan
dapat menyebabkan kerusakan overlay sebelum waktunya.
Overlay aspal dapat berupa pelapisan tipis ataupun penanganan struktural yang
menggabungkan lapisan permukaan. Hal utama pada konstruksi overlay aspal adalah
persiapan yang tepat dari perkerasan eksisting, serta penempatan dan pemadatan
yang tepat. Lalu lintas tidak diijinkan melintas pada saat pengerjaan dimana aspal
masih dalam keadaan panas. Persiapan yang memadai diperlukan untuk menjamin
waktu pendinginan yang cukup sebelum lalu lintas dibuka.
Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan Jenis Kerusakan
Diperlukan
(1) Peralatan Pengerjaan Slab (1) Aspal Emulsi (1) Mandor (1) Faulting ;
Stabilization (2) Tackcoat (2) Operator (2) Polishing;
(3) Campuran Aspal (3) Pekerja (3) Scalling ;
(2) Peralatan Pengerjaan Load
(4) Spalling
Transfer Restoration
(3) Asphalt Sprayer
(4) Heavy Pneumatic Tyred
Roller
(5) Diamond-Grinding
(6) Jackhammer
CARA KERJA URAIAN
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan
24
LANGKAH 2-Pengembalian Daya Dukung
di bawah Perkerasan Kaku
(1) Singkirkan air pada permukaan dengan
membersihkan drainase perkerasan
(2) Lakukan stabilisasi pada pelat beton
menggunakan peralatan pada
pengerjaan slab stabilization
25
LANGKAH 6-Proses Pemadatan (Seating)
(1) Lakukan seating menggunakan heavy
pneumatic tyred roller dengan beban 35
- 50 ton
(2) Perbedaan kerataan yang timbul pada
proses seating dapat diperbaiki
menggunakan grinding
Partial-depth repair sebaiknya tidak digunakan untuk spalling yang dalam atau
spalling pada retak yang aktif. Distress yang melebihi dari 1/3 ketebalan pelat atau
muncul pada retak adalah kandidat untuk full-depth repair.Partial-depth repair adalah
pemindahan daerah kecil dan dangkal dari deteriorated concrete dan penggantian
dengan material perbaikan yang sesuai. Material perbaikan harus sesuai dengan
kekuatan dan stabilitas volume dari beton pada perkerasan eksisting.
26
Partial-depth repair sebaiknya juga dipertimbangkan ketika menyiapkan perkerasan
untuk menerima HMA atau PCC overlay. Kegagalan memperbaiki daerah spalling
sebelumnya dan penempatan overlay kemungkinan berkontribusi pada kemunculan
reflected distress yang menyebabkan premature failure dari overlay. Pada proyek
pengembalian kondisi perkerasan kaku yang menyeluruh, partial-depth repair
sebaiknya dilakukan setelah undersealing dan/atau slab jacking tetapi sebelum
diamond-grinding dan joint sealing.
Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan Jenis Kerusakan
Diperlukan
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan
27
LANGKAH 3-Pemindahan Beton dengan
Kondisi Buruk
(1) Lakukan pemotongan dan penghancuran
beton hingga kedalaman 50 mm
menggunakan concrete cutter dan
jackhammer
(2) Pindahkan serpihan beton menggunakan
jackhammer dengan sudut < 450 dari
bagian tengah perbaikan hingga bagian
ujung
(3) Untuk lokasi perbaikan yang lebih besar,
pemotongan dilakukan menggunakan
modifikasi peralatan milling
28
LANGKAH 7-Pengecoran dan Konsolidasi
Material
(1) Pengecoran tidak boleh dilakukan saat
suhu udara atau suhu perkerasan
dibawah 40C
(2) Isi lokasi perbaikan dengan material
perbaikan
(3) Pemadatan dilakukan dengan sudut 150 -
300 dari arah vertical menggunakan
concrete vibratory
(4) Kecukupan konsolidasi diperoleh saat
campuran berhenti mengendap, tidak ada
gelembung udara dan lapisan halus
mortar muncul dipermukaan
29
6.3Rekonstruksi
Full-depth repair dilakukan pada deteriorated joint dan crack pada perkerasan kaku
untuk mengembalikan rideability dari perkerasan, mencegah deterioration lebih lanjut
dari area distress atau menyiapkan perkerasan untuk menerima overlay. Secara
khusus, full-depth repair ememiliki panjang minimum 1.8 m dan lebar satu lajur
walaupun terkadang akan lebih murah jika mengganti seluruh pelat daripada
menempatkan rangkaian full-depth repair yang pendek.
(1) Concrete Cutter (1) Cement Grout (1) Mandor (1) Pumping ;
(2) Jackhammer (2) Dowel (2) Operator (2) Faulting ;
(3) Polyethylene (3) Pekerja (3) Spalling ;
(3) Peralatan Tangan
Strip (4) Blow-Up ;
(4) tractor-mounted gang drills (4) Baker Rod (5) Punchouts ;
(5) grout retention disk (5) Aspal Berlapis (6) D-Cracking
(6) Concrete vibratory Karet
(6) Polyethylene
Sheet
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan
30
LANGKAH 3-Penghancuran Beton
(1) Lakukan penghancuran beton
menggunakan concrete cutter dan
jackhammer
(2) Penghancuran beton harus diawali dari
bagian tengah
(3) Pindahkan serpihan beton menggunakan
Peralatan Tangan
(4) Untuk lokasi perbaikan yang lebih besar,
pemotongan dilakukan menggunakan
modifikasi peralatan milling
31
LANGKAH 6-Pertimbangan Longitudinal
Joint
(1) Material bond-breaking sebaiknya
ditempatkan disepanjang longitudinal joint
untuk menjamin aksi independen diantara
lajur
32
LANGKAH 10 - Pekerjaan Curing
(1) Setelah selesai pengecoran & pembuatan
alur, segera tutupi beton menggunakan
polyethylene sheeting untuk mencegah
hilangnya kelembaban
(1) Gravity Drop Hammer (1) Semen (1) Mandor (1) D-Cracking ;
(2) Front-end Loader (2) Air (2) Operator (2) pumping,
(3) Agregat (3) Pekerja (3) Punchout
(3) Dump Truck
Daur Ulang
(4) Concrete Vibratory (4) Dowel bars
(5) Stiff Board (5) Bonding
(6) Grooving Tool Agent
(7) Concrete Cutter (6) Lembaran
Polyethylene
(7) Baker Rod
(8) Aspal
Berlapis
Karet
CARA KERJA URAIAN
33
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan
34
LANGKAH 5 - Pengecoran dan Konsolidasi
Material
(1) Pengecoran tidak boleh dilakukan saat
suhu udara atau suhu perkerasan
dibawah 40C
(2) Isi lokasi perbaikan dengan material
perbaikan
(3) Pemadatan dilakukan dengan sudut 150 -
300 dari arah vertikal menggunakan
concrete vibratory
(4) Kecukupan konsolidasi diperoleh saat
campuran berhenti mengendap, tidak ada
gelembung udara dan lapisan halus
mortar muncul dipermukaan
35
6.3.3 Lapis Ulang Beton Dengan/Tanpa Daya Lekat (Bonded/Unbonded Concrete
Overlay)
36
Full-depth repair dari beberapa deteriorated joint
Milling dari joint faulting > 6 mm
Full-depth repair dari punchout
Crack and seat dari perkerasan eksisting untuk menghasilkan daya dukung
seragam yang lebih baik
(1) Peralatan Sandblasting (1) Dowel bars (1) Mandor (1) Faulting ;
(2) Concrete Vibratory (2) Aggregate (2) Operator Polishing;
(3) Cement (3) Pekerja (2) Scalling ;
(3) Stiff Board
(4) Water (3) D-Cracking
(4) Grooving Tool (5) Bond-
(5) Peralatan Tangan breaker
(6) Concrete Cutter (6) Baker Rod
(7) peralatan sesuai pekerjaan (7) Aspal
pre-overlay Berlapis
Karet
CARA KERJA URAIAN
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan
37
LANGKAH 4 - Penyiapan Permukaan
Eksisting
(1) Bersihkan permukaan perkerasan setelah
pre-overlay
(2) Keringkan permukaan sebelum melakukan
proses pengecoran untuk menjamin
kelekatan yang baik untuk jenis bonded
overlay
(3) Lakukan pemasangan bondbreaker untuk
jenis unbonded overlay
38
LANGKAH 8 - Pekerjaan Curing
(1) Setelah selesai pengecoran & pembuatan
alur, segera tutupi beton menggunakan
polyethylene sheeting untuk mencegah
hilangnya kelembaban
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan
39
LANGKAH 2-Penyiapan Perkerasan Lama
(1) Bersihkan joint/crack sebelum melakukan
pekerjaan lapis pondasi untuk menjamin
daya dukung yang baik dari perkerasan
lama menggunakan
airblasting/sandblasting
40
LANGKAH 6 - Screeding dan Finishing
(1) Gunakan stiff board untuk membuat tekstur
pada permukaan yang diperbaiki
(2) Pembuatan tekstur dilakukan sebanyak 2
kali lintasan
41
7. Bibliografi
Referensi berasal dari manual-manual yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri
Nomor/Code Judul
No.05
Tata Cara Pelapisan Ulang Dengan Campuran Aspal Emulsi
T/BNKT/1990
Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Propinsi, Jilid
001/T/Bt/1995
1: Metode Survei Seri Jalan
Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Propinsi, Jilid
001/T/Bt/1995
2: Metode Perbaikan
Pedoman Penggunaan Aspal Karet Dalam Campuran Beraspal
No.010 T/BM/1999
Secara Panas
Pd T-05-2004-B Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Semen
Perencanaan Campuran Lapis Pondasi Hasil Daur Ulang Perkerasan
Pd T-08-2005-B
Lama Dengan Semen
Edisi 2010 Spesifikasi UmumDivisi 5 dan Divisi 6
42