XXX-XX / M / BM / 2016
PELAKSANAAN
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI JALAN
PERKERASAN LENTUR
i
PRAKATA
Manual Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan lentur ini
mencakup ketentuan umum dan, ketentuan teknis, dimana di dalam ketentuan umum
memuat kerangka pelaksanaan, serta ketentuan teknis memuat teknis penanganan
akibat kerusakan jalan dengan strategi penanganan rehabilitasi mayor, rehabilitasi
minor dan rekonstruksi.
Dengan adanya Manual ini diharapkan agar para Kepala Satuan Kerja atau Pejabat
Pembuat Komitmen di lingkungan Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional serta
di Lingkungan ke Bina Margaan beserta jajaran teknisnya memiliki suatu acuan berupa
Manual pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan lentur yang
akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan teknis di lapangan.
Menyadari akan belum sempurnanya manual ini, maka pendapat dan saran dari
semua pihak, terutama pemakai, sangat kami harapkan guna bahan perbaikan dan
penyempurnaan.
.
(Nama Direktur)
ii
DAFTAR ISI
PRAKATA................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
1. Ruang Lingkup ............................................................................................... 4
2. Acuan Normatif .............................................................................................. 4
3. Istilah dan Definisi .......................................................................................... 4
4. Ketentuan Umum ........................................................................................... 7
5. Pengumpulan Data ...................................................................................... 10
6. Teknik Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Perkerasan
Lentur............................................................................................................... 10
6.1 Rehabilitasi Minor.................................................................................. 10
6.1.1 Pengisian Retak (Crack Filling)..................................................... 10
6.1.2 Penambalan (Surface Patching) ................................................... 12
6.1.3 Pelapisan Ulang Non Struktural.................................................... 14
6.2 Rehabilitasi Mayor................................................................................. 16
6.2.1 Perbaikan Kedalaman Sebagian (Partial Depht Repair)............... 16
6.2.2 Pelapisan Rata Permukaan (Asphalt inlay) .................................. 18
6.2.3 Pelapisan Ulang (Asphalt Overlay) ............................................... 20
6.3 Rekonstruksi .......................................................................................... 23
6.3.1 Perkerasan Daur Ulang (Asphalt Recycling) ................................. 23
6.3.2 Perbaikan Kedalaman Menyeluruh (Full Depth Repair)................. 27
6.4 Bibliografi ................................................................................................... 30
iii
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Perkerasan Lentur
1. Ruang Lingkup
Manual ini ini berisi detail teknis pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Perkerasan Lentur. Detail teknis ini berupa uraian secara rinci teknik penanganan
yang berupa perbaikan terhadap kerusakan jalan yang dibagi menjadi tiga strategi
penanganan yaitu rehabilitasi mayor, rehabilitasi minor dan rekonstruksi.
2. Acuan Normatif
3.1
rehabilitasi minor
strategi penanganan untuk pencegahan terjadinya kerusakan yang luas yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan jalan pada kondisi rusak ringan, pada umumnya
diwakili dengan kegiatan overlay non struktural (levelling).
3.2
rehabilitasi mayor
strategi penanganan untuk pencegahan terjadinya kerusakan yang luas yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan jalan pada kondisi rusak ringan, pada umumnya
diwakili dengan kegiatan overlay yang bersifat struktural.
4
3.3
rekonstruksi
strategi penanganan perkerasan jalan untuk dapat meningkatkan kemampuan bagian
ruas jalan yang dalam kondisi rusak berat agar bagian jalan tersebut mempunyai
kondisi mantap kembali sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan.
3.4
perkerasan lentur
Konstruksi perkerasan jalan yang dibuat dengan menggunakan lapis pondasi agregat
dan lapis permukaan dengan bahan pengikat aspal
3.6
penambalan (patching)
keadaan permukaan perkerasan yang sudah diperbaiki setempat-setempat.
3.7
alur (ruts)
penurunan memanjang yang terjadi pada jalur jejak roda kiri (JRKI) dan jejak roda
kanan (JRKA), disebabkan oleh kepadatan yang tidak sempurna pada lapis
permukaan jalan beraspal.
3.8
amblas (grade depression)
penurunan setempat pada suatu bidang perkerasan yang biasanya berbentuk tidak
menentu tanpa terlepasnya material perkerasan.
3.9
retak reflektif (reflective crack)
retak memanjang, melintang atau diagonal yang terjadi karena retak pada perkerasan
lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan.
3.10
retak slip (slippage crak)
Retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit yang disebabkan karena kuang
baiknya ikatan antara lapis permukaan dengan lapisan dibawahnya.
3.11
jembul (upheavel)
Kerusakan permukaan jalan menggelembung yang terjadi setempat dengan atau tanpa
retak yang terjadi akibat pengembangan tanah dasar yang ekspansif.
3.12
sungkur (shoving)
salah satu deformasi plastis berbentuk gelombang setempat yang melintang pada
permukaan perkerasan jalan beraspal membentuk puncak dan lembah
5
3.13
kegemukan (bleeding)
naiknya aspal ke permukaan karena kelebihan kadar aspal, sehingga permukaan
perkerasan jalan terlihat licin, mengkilat, dan bila dilalui roda kendaraan akan tampak
bekas roda ban.
3.14
keriting (corrugation)
salah satu kerusakan deformasi plastis pada lapisan permukaan perkerasan yang tidak
memenuhi spesifikasi, berbentuk gelombang arah memanjang, akibat beban statis
atau gaya rem kendaraan.
3.15
lubang (pot hole)
kerusakan perkerasan jalan setempat atau di beberapa tempat berbentuk lubang
dengan kedalaman minimum sama dengan tebal lapis permukaan.
3.16
pelepasan butir (ravelling)
lepasnya butir agregat pada permukaan jalan beraspal oleh gerakan lalu lintas, akibat
mutu agregat yang tidak sesuai atau kotor, sehingga aspal tidak mengikat batuan
dengan baik.
3.18
retak pinggir (edge crack)
retak yang terjadi pada bagian tepi perkerasan sejauh 60 cm.
3.19
retak buaya (crocodile crack)
retak yang mempunyai celah lebih besar atau sama dengan 3 mm; saling berangkai
membentuk serangkaian kotak-kotak kecil menyerupai kulit buaya
3.20
pengelupasan (stripping)
bentuk : permukaan tampak tidak homogen karena ada bagian yang terkupas lapisan
permukaannya dan ada yang masih melekat, permukaan tampak lebih kasar dari
kondisi sebelumnya.
6
3.21
retak sambungan pada pelebaran jalan (widening crack)
retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan
perkerasan pelebaran.
3.22
retak sambungan lajur (lane joint crack)
retak memanjang yang terjadi pada sambungan dua lajur lalu lintas, yang disebabkan
karena tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur.
3.23
retak susut (shinkage crack)
retak yang saling bersambungan membentuk kotak-kotak besar dengan sudut tajam,
yang disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan, lapisan pondasi
atau lapisan tanah dasar.
4. Ketentuan Umum
Kegiatan terkait teknik rehabilitasi dan rekonstruksi pada kondisi jalan dilakukan
dengan teliti, agar identifikasi setiap kerusakan akan terdeteksi secara utuh (lengkap),
pengukuran dilakukan pada kondisi jalan mengalami kerusakan. Hal-hal yang harus
diperhatikan sebelum melakukan teknik penanganan:
7
c. Dalam pelaksanaannya petugas harus memperhatikan kelancaran lalu lintas
d. Serta memaksimalkan peralatan yang sudah ada, yang berada di lingkungan kebina
margaan guna menunjang terlaksananya pekerjaan.
STRATEGI
TEKNIK PENANGANAN JENIS KERUSAKAN
PENANGANAN
Retak Pinggir, Retak
Sambungan, Retak Susut,
Pengisian Retak (Crack Filling)
Retak Reflektif
(lebar retak > 3 mm)
Rehabilitasi Minor
Penambalan (Surface Patching) Retak Buaya, Lobang
8
Tabel 2. Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Lentur
9
5. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data-data kerusakan yang digunakan sebagai dasar penentuan
jenis penanganan dapat berupa tahapan yang terdiri dari :
Survey Pendahuluan
Survey ini harus dilakukan sebelum survey rinci terkait kerusakan. Pemeriksaan ini
perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal kondisi perkerasan pada
setiap lajur dan setiap arah.
Kerusakan yang sering terjadi ialah Retak Pinggir, Retak Sambungan, Retak Susut,
Retak Reflektif dengan lebar retak > 3 mm.
Bahan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus sesuai
dengan spesifikasi umum Divisi 8.1.
10
Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan Jenis Kerusakan
Diperlukan
(1)Air Compressor (1) Aspal Emulsi (1) Mandor (1) Retak Pinggir
(2)Asphalt Kettle atau “Cut (2) Pekerja (2) Retak Sambungan
(3)Pick Up Truck Back” (3) Retak Susut
(4)Alat Bantu & Rambu Pengaman (2) Pasir (4) Retak reflektif
(5)Lampu / Generator Set *)
*) Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih
dahulu dengan melakukan survey
lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada
areal perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
LANGKAH 2 - Pekerjaan
(1) Bersihkan daerah tersebut debu dan
kotoran lain harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan sikat mekanis atau
kompresor permukaan harus kering
(2) Tonjolan benda-benda asing lain harus
disingkirkan.
(3) Tandai daerah yang akan diperbaiki
dengan kapur atau tanda lainnya.
LANGKAH 3 - Pekerjaan
(1) Isi retak dengan aspal emulsi
menggunakan asphalt kettle (jika ada)
atau kaleng bercorong sederhana.
(2) Taburkan pasir didaerah yang
diperbaiki sesuai spesifikasi.
LANGKAH 4 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan alat-alat yang
digunakan dengan aman dan baik..
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
11
6.1.2 Penambalan (Surface Patching)
Penambalan (surface patching) adalah suatu teknik penanganan dengan
melakukan perbaikan atau penambalan pada kerusakan dengan lokasi yang
memerlukan penggalian dan rekonstruksi lapis perkerasan dengan total volume
setelah penggalian kurang dari 10 meter kubik per kilometer, sesuai Spesisifikasi
Umum Divisi 8.1.1.5.a.
Bahan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus sesuai
dengan spesifikasi umum Divisi 8.1.
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih
dahulu dengan melakukan survey
lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada
areal perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
12
LANGKAH 2 - Pembersihan
(1) Bersihkan daerah tersebut debu dan
kotoran lain harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan sikat mekanis atau air
kompresor permukaan harus kering
(2) Tonjolan benda-benda asing lain harus
disingkirkan.
(3) Tandai daerah yang akan diperbaiki
dengan kapur atau tanda lainnya.
LANGKAH 3 - Pengalian
(1) Gali lapisan permukaan dengan
bantuan Jack hammer
(2) Lalu gunakan Vibrating rammer untuk
memadatkan lapisan pondasi yang
ada
13
LANGKAH 6 - Pemadatan
(1) Taburkan campuran beraspal dingin di
atas lubang yang sudah disiapkan..
(2) Padatkan dengan Baby Roller (min. 5
lintasan) atau vibrating plate tamper
untuk permukaan yang tidak luas
(setempat).
LANGKAH 7 - Demobilisasi
(1) Angkat peralatan dengan
menggunakan Flat Bed Truck yang
dilengkapi dengan crane.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.
Pelapisan Ulang non struktural ini biasanya tidak lebih dari 5 cm menggunakan
material campuran beraspal panas dengan tebal minimum 3 cm untuk campuran HRS
dan 4 cm untuk campuran AC WC sesuai spesifikasi umum Divisi 6 Tabel 6.3.1 (1).
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
14
LANGKAH 2– Penghamparan lapis perekat
(1) Bersihkan daerah kerusakan aspal daridebu
dan kotoran lain atau genangan air terlebih
dahulu dengan sikat mekanis atau dengan air
kompresor hingga permukaan kering
(2) Lakukan penyemprotan Tackcoat dengan
menggunakan Asphalt Sprayer komposisi
pemakaian tergantung pada kondisi dilapangan
sesuai spesifikasi dan perlu dilakukan merata ke
seluruh bidang, termasuk bidang tegak
menggunakan Aspal Emulsi atau Cutback..
LANGKAH 5 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat yang
digunakan..
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.
15
6.2 Rehabilitasi Mayor
6.2.1 Perbaikan Kedalaman Sebagian (Partial Depht Repair)
Perbaikan kedalaman sebagian dilakukan dengan cara membongkar seluruh material
yang berada diarea yang mengalami kerusakan dan digantikan dengan lapis perkerasan
yang masih segar. Tindakan perbaikannya adalah dengan melakukan penambalan
lubang (patching). Penambalan dilakukan sebaiknya dilebihkan sekitar 15-30 cm diluar
area yang rusak. Perkerasan digali sesuai kebutuhan termasuk lapis pondasi granular
dan tanah dasar untuk memperoleh dukungan yang kuat. Hamparkan campuran
dengan hati-hati untuk menghindari pemisahan campuran. Material untuk menambal
harus cukup, supaya setelah dipadatkan tidak menghasilkan cekungan atau
cembungan pada tambalan
Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan JenisKerusakan
Diperlukan
(1) Dump Truck/ Pick Up Truck (1) Aspal Emulsi atau (1) Mandor (1) Amblas
(2) Flat Bed Truck dilengkapi Cutback (2) Operator
Crane (2) Agregat kelas A (3) Pekerja (2) Jembul
(3) Air Compressor (3) Campuran Beraspal
(4) Jack hammer Panas atau Dingin
(5) Asphalt Sprayer/Kettle
(6) Vibrating Plate Temper
(7) Vibrating rammer
(8) Baby roller
(9) Alat Bantu & Rambu
Pengaman
(10) Lampu / Generator Set *)Untuk
kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih
dahulu dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
16
LANGKAH 2– Penggalian
(1) Tandai daerah yang akan diperbaiki
dengan kapur atau tanda lainnya.
(2) Gali bagian jalan yang rusak hingga lapisan
tanah dasar dengan bantuan jack hammer
lalu bersihkan .
(3) Lalu gunakan Vibrating rammer untuk
memadatkan lapisan tanah dasar yang ada
(4) Jika dasar galian lapis pertama masih
menunjukkan retak-retak atau tidak kokoh,
perlu digali lebih dalam serta periksa kadar
optimum material
(5) Tambahkan Agregat kelas A dengan
ketebalan dengan spesifikasi tertentu serta
padatkan menggunakan Vibrating Plate
Tamper
LANGKAH 5 - Pemadatan
(1) Taburkan campuran beraspal dingin di
atas permukaan.
(2) Padatkan dengan Baby Roller (min. 5
lintasan) atau vibrating plate tamper untuk
permukaan yang tidak luas (setempat).
(3) Bersihkan lapangan dan periksa kerataan
dengan permukaan yang ada.
17
LANGKAH 6 - Demobilisasi
(1) Angkat peralatan dengan menggunakan
Flat Bed Truck yang dilengkapi dengan
crane.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.
Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan JenisKerusakan
Diperlukan
(1) Dump Truck (1) Aspal Emulsi (1) Mandor Retak Slip, Kegemukan,
(2) Cold Milling Machine atau Cutback (2) Operator Alur, Keriting, Sungkur,
(3) Asphalt Finisher (2) Campuran (3) Pekerja Pelepasan Butir,
(4) Air Compressor Beraspal Pengelupasan
(5) Asphalt Sprayer/Kettle Panas (Area Yang Luas)
(6) Vibrating Plate Temper
(7) Vibrating rammer
(8) Steel Wheel Roller
(9) Tyre Roller
(10) Alat Bantu & Rambu Pengaman
(11) Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.
18
LANGKAH 2– Pengupasan dan Pembuangan
(1) Dengan menggunakan Cold Milling machine,
kupas lapis perkerasan
(2) Buang material lapis perkersan yang di kupas
menggunakan Dump Truck.
LANGKAH 6 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat yang
digunakan.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.
19
6.2.3 Pelapisan Ulang (Asphalt Overlay)
Secara umum teknik penanganan overlay untuk perkuatan struktural juga dapat
berupa pelapisan tipis ataupun penanganan pelapisan ulang yang bersifat
struktural. Hal utama pada konstruksi ini adalah persiapan yang tepat dari
perkerasan eksisting, serta penempatan dan pemadatan yang tepat. Lalu lintas
tidak diijinkan melintas pada saat pengerjaan dimana aspal masih dalam
keadaan panas. Persiapan yang memadai diperlukan untuk menjamin waktu
pendinginan yang cukup sebelum lalu lintas dibuka. Pencapaian level
pemadatan dan penghindaran segregasi adalah dua faktor penting yang
mempengaruhi kinerja dari asphalt overlay. HMA overlay yang digunakan untuk
memperbaiki kondisi struktural umumnya lebih tebal daripada kondisi
fungsional.
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
(5) Beri tanda sepanjang lajur yang akan
dikerjakan untuk memastikan aligment pinggir
yang baik pada saat penyemprotan tackcoat
dengan asphalt distibutor bergerak kira-kira 5
meter sebelum daerah yang akan di semprot
20
LANGKAH 2–Penyiapan Penghamparan
(1) Tempatkan dump truck didepan alat penadah
(hopper) dari asphalt Finisher lalu tuangkan
campuran aspal ke dalam hopper.
(2) Setelah hotmix berada di dalam hopper dan
siap untuk dihamparkan segera operasikan
asphalt finisher serta nyalakan mesin fibrasi
selama penghamparan agar campuran aspal
terdistribusi secara merata.
LANGKAH4a–Proses Penghamparan
(1) Tempatkan asphalt finisher pada jalur titik awal
pekerjaan, sebelumnya asphalt finisher diset
untuk menghampar dan membentuk campuran
aspal sesuai dengan garis kelandaian serta
penampang melintang.
(2) Para pekerja meratakan campuran asphalt yang
dikeluarkan dari asphalt finisher dengan
menggunakan sekop dan lacker, agar campuran
beraspal menjadi merata.
21
LANGKAH5a – Pemadatan Awal
(1) Alat yang digunakan adalah Steel Wheel Roller,
dengan kecepatan 4 km/jam.
(2) Pemadatan dilakukan dari tepi ruas
penghamparan ke tepi lainnya kemudian ke
bagian tengah lintasan. Agar campuran aspal
panas tidak melekat pada roda steel wheel
roller, maka alat tersebut dibasahi secukupnya
dengan menggunakan air.
(3) Lakukan proses pemadatan campuran beraspal
sesuaiSpesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (4).
LANGKAH 6 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat yang
digunakan.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.
22
6.3 Rekonstruksi
6.3.1 Perkerasan Daur Ulang (Asphalt Recycling)
Pelaksanaan rekonstruksi dengan teknologi daur ulang (recycling) dapat menghemat
penggunaan material, ramah lingkungan dan secara teknis hasilnya cukup baik
sehingga dapat dikembangkan untuk mengatasi kerusakan jalan dalam kondisi rusak
berat.
Pada manual ini akan dijelaskan teknik pelaksanaan perkerasan daur ulang dengan
metode cold mixed in-place recycling menggunakan CMRFB (Cold Mixed Recycling
Foamed Bitumen) dan CTRB (Cement Treated Recycling Base)
Fleet UPR yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Kode Kerusakan
(1) Cold Milling Machine (1) Agregat (1) Mandor Alur, Keriting,
(2) Asphalt sprayer kasar (2) Operator Sungkur, Amblas,
(3) Dump truck (2) Agregat (3) Pekerja Lobang,
(4) Asphalt Finisher Halus Pengelupasan,
(5) Air Compressor (3) Foamed Kegemukan
(6) Asphalt Distributor Bitumen (Area yang Luas)
(7) Steel Wheel Roller
(8) Motor grader
(9) Pnematic tire roller
(10)Vibratory roller
(11)Alat Bantu & Rambu
Pengaman
(12)Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
23
LANGKAH 3– Pekerjaaan Penghamparan
LANGKAH 5 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat
yang digunakan.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi..
24
6.3.1.2 Perkerasan Daur Ulang menggunakan CTRB
Fleet UPR yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Kode Kerusakan
(1) Cold Milling Machine (1) Agregat (1) Mandor Alur, Keriting,
(2) Asphalt sprayer kasar (2) Operator Sungkur, Amblas,
(3) Dump truck (2) Agregat (3) Pekerja Lobang,
(4) Asphalt Finisher Halus Pengelupasan,
(5) Air Compressor (3) Portland Kegemukan
(6) Asphalt Distributor Cement (Area yang Luas)
(7) Steel Wheel Roller
(8) Motor grader
(9) Pnematic tire roller
(10)Vibratory roller
(11)Alat Bantu & Rambu
Pengaman
(12)Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
LANGKAH 3 – Pekerjaan
25
LANGKAH 4 - Pekerjaaan
LANGKAH 5 - Pekerjaaan
LANGKAH 6- Pekerjaaan
LANGKAH 7 - Demobilisasi
(4) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat
yang digunakan.
(5) Angkat kembali rambu pengaman.
(6) Demobilisasi..
26
6.3.2 Perbaikan Kedalaman Menyeluruh (Full Depth Repair)
Pelaksanaan rekosntruksi perkerasan jalan dengan metoda full depth repair adalah
dengan melakukan penggantian secara penuh kedalaman lapis perkerasan dengan
melakukan perbaikan subgrade dan mengganti lapis perkerasannya dengan lapis
perkerasan yang baru. Lapis perkerasan yang baru dapat berupa full depth asphalt,
gabungan lapis pondasi aggregat atau ditambahkan semen (CTB) dan lapis permukaan
beraspal.
Pekerja yang
Fleet UPR yang Diperlukan Bahan Kode Kerusakan
Diperlukan
(1) Excavator (1) Campuran (1) Mandor Alur, Keriting, Sungkur,
(2) Asphalt sprayer Beraspal (2) Operator Amblas, Lobang,
(3) Dump truck Panas (3) Pekerja Pengelupasan, Kegemukan
(4) Asphalt Finisher (2) Agregat (Area yang Luas)
(5) Air Compressor untuk Base
(6) Asphalt Distributor dan
(7) Steel Wheel Roller subbase
(8) Motor grader (3) CTB
(9) Pnematic tire roller
(10)Vibratory roller
(11)Jack Hammer
(12)Vibrating hammer
(13)Cutter
(14)Alat Bantu & Rambu
Pengaman
(15)Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN
LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
27
LANGKAH 2–Penggalian & Pembuangan
(1) Tandai daerah yang akan diperbaiki
(2) Bersihkan daerah tersebut dengan Air
Compressor.
(3) Gali lapisan pondasi jalan hingga lapisan keras
menggunakan excavator
(4) Permukaan Jalan yang rusak dibongkar dengan
Jack hammer setelah batas-batasnya dipotong
dengan cutter
(5) Jika dasar galian lapis pertama masih
menunjukkan retak-retak atau tidak kokoh, perlu
digali lebih dalam serta periksa kadar optimum
material
(6) Lalu gunakan Vibrating hammer untuk
memadatkan lapisan dasar yang ada
(7) Bersihkan Pada penggalian untuk pothole
patching, harus diperiksa apakah bidang dasar
dan bidang-bidang tegak galian masih utuh.
Apabila tidak, atau terdapat retak-retak, maka
harus digali lagi sampai bagian yang utuh. Serta
memakai plate temper untuk pemadatan lapis
bawah jalan
28
LANGKAH 5–Proses Pemadatan
(5) Lakukan proses pemadatan campuran beraspal
sesuaiSpesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (4)
(6) Lakukan pemadatan awal menggunakan steel
wheel roller.
(7) Lakukan pemadatan antara menggunakan tyre
roller
(8) Lakukan pemadatan akhir menggunakan steel
wheel roller
LANGKAH 6 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat yang
digunakan.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.
29
6.4 Bibliografi
Referensi berasal dari manual-manual yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri
Nomor/Code Judul
Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Propinsi, Jilid
001/T/Bt/1995
1: Metode Survei Seri Jalan
Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Propinsi, Jilid
001/T/Bt/1995
2: Metode Perbaikan
001/M/BM/2011 Review Manual Pemeliharaan Rutin Jalan
30
REVISI NOTULENSI PERKERASAN LENTUR
Halaman 4
Apakah pada Acuan normatif perlu ditambahkan tentang MDPJ 2013 Rev.3
Halaman 5
Pada Bab Istilah dan definisi, Point 3.8 AMBLAS (Grade depression) mengandung arti yang sama atau
berbeda? Coba di kaji kembali
Halaman 6
Pada Bab Istilah dan definisi, KEGEMUKAN (Bleeding) mengandung arti yang sama atau berbeda? Coba di
kaji kembali.
Halaman 7
Pada Bab Istilah dan definisi, pada WIDENING CRACK apakah tipe kerusakan ini ada di Indonesia?
Halaman 7
Pada Bab Ketentuan Umum, agar ditambahkan aspek Lingkungan dan Keselamatan.
Halaman
Pada kerangka pola pikir Tabel.I bagaimana pembagian dan batasan-batasan serta penegasan antara non-
struktural dan struktural
Halaman
Buatkan batasan-batasan tentang jenis kerusakan
Halaman 9
Pada foto dan gambar kerusakan agar di perbaharui jika perlu berwarna.
Halaman 10
Pada uraikan tahapan data, metode kegiatan survey disesuaikan
Halaman 11
K3 agar disesuaikan dengan dalam semua kegiatan.
Halaman 12
Pada ada bunyi spesifikasi, harap di tampilkan spek yang mana? Apakah spek umum bina marga rev.3?
Halaman 13
Alat atau peralatan harus bunyi pada kegiatan/uraian cara kerja
Halaman 25
Pada Format penulisan agar konsisten.
Halaman 13
Pada Pekerjaan penggalian, agar dipikirkan hasil galian yang tidak terpakai dibuang/disimpan dimana
Halaman 21
Pada keseluruhan pekerjaan metode pengukuran harus ditambahkan semacam quality control pada saat
akhir pelaksanaan.