Anda di halaman 1dari 32

DRAFT MANUAL No.

XXX-XX / M / BM / 2016

Konstruksi Dan Bangunan

PELAKSANAAN
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI JALAN
PERKERASAN LENTUR

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
DIREKTORAT JENDERAL BINAMARGA

i
PRAKATA

Manual ini menggambarkan secara rinci teknis pelaksanaan Rehabilitasi dan


Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan lentur agar dapat dipergunakan di Lingkungan
Bina Marga yaitu untuk Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk
perkerasan lentur serta jajaran teknis di lapangan.

Manual Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan lentur ini
mencakup ketentuan umum dan, ketentuan teknis, dimana di dalam ketentuan umum
memuat kerangka pelaksanaan, serta ketentuan teknis memuat teknis penanganan
akibat kerusakan jalan dengan strategi penanganan rehabilitasi mayor, rehabilitasi
minor dan rekonstruksi.

Dengan adanya Manual ini diharapkan agar para Kepala Satuan Kerja atau Pejabat
Pembuat Komitmen di lingkungan Balai Besar/Balai Pelaksanaan Jalan Nasional serta
di Lingkungan ke Bina Margaan beserta jajaran teknisnya memiliki suatu acuan berupa
Manual pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan untuk perkerasan lentur yang
akan dijadikan dasar dalam pelaksanaan teknis di lapangan.

Menyadari akan belum sempurnanya manual ini, maka pendapat dan saran dari
semua pihak, terutama pemakai, sangat kami harapkan guna bahan perbaikan dan
penyempurnaan.
.

Jakarta, (bulan) 2016


Direktur Jenderal Bina Marga

(Nama Direktur)

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
1. Ruang Lingkup ............................................................................................... 4
2. Acuan Normatif .............................................................................................. 4
3. Istilah dan Definisi .......................................................................................... 4
4. Ketentuan Umum ........................................................................................... 7
5. Pengumpulan Data ...................................................................................... 10
6. Teknik Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Perkerasan
Lentur............................................................................................................... 10
6.1 Rehabilitasi Minor.................................................................................. 10
6.1.1 Pengisian Retak (Crack Filling)..................................................... 10
6.1.2 Penambalan (Surface Patching) ................................................... 12
6.1.3 Pelapisan Ulang Non Struktural.................................................... 14
6.2 Rehabilitasi Mayor................................................................................. 16
6.2.1 Perbaikan Kedalaman Sebagian (Partial Depht Repair)............... 16
6.2.2 Pelapisan Rata Permukaan (Asphalt inlay) .................................. 18
6.2.3 Pelapisan Ulang (Asphalt Overlay) ............................................... 20
6.3 Rekonstruksi .......................................................................................... 23
6.3.1 Perkerasan Daur Ulang (Asphalt Recycling) ................................. 23
6.3.2 Perbaikan Kedalaman Menyeluruh (Full Depth Repair)................. 27
6.4 Bibliografi ................................................................................................... 30

iii
Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Perkerasan Lentur

1. Ruang Lingkup
Manual ini ini berisi detail teknis pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan
Perkerasan Lentur. Detail teknis ini berupa uraian secara rinci teknik penanganan
yang berupa perbaikan terhadap kerusakan jalan yang dibagi menjadi tiga strategi
penanganan yaitu rehabilitasi mayor, rehabilitasi minor dan rekonstruksi.

2. Acuan Normatif

Bina Marga : Spesifikasi Umum 2010 Revisi 3


001-02/M/BM/2011 : Perbaikan Standar Untuk Pemeliharaan Rutin Jalan
001-03/M/BM/2011 : Manual Pengoperasian dan Pemeliharaan Peralatan UPR
029/BM/2011 : Pemeliharaan Jalan Tol
001-A/pw/2004 : Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas, Buku 1
Pedoman Umum dan Buku 2 Pedoman Pelaksanaan
05/T/BNKT/1990 : Tata Cara Pelapisan Ulang Dengan Campuran Aspal
Emulsi
003/BM/2007 : Peralatan Penghampar Campuran Aspal (Asphalt
Finisher) Buku 1 Fungsi dan Cara Kerja
Asphalt Institute : MS-16 Asphalt in Pavement Preservation and
Maintenance
AASHTO 1993 : Pavement Design Procedure For Rehabilitation of
Existing Pavement
NEBRASKA : Pavements Rehabilitation 2002
Queensland Gov. : Pavement Rehabilitation Manual 2012

3. Istilah dan Definisi

3.1
rehabilitasi minor
strategi penanganan untuk pencegahan terjadinya kerusakan yang luas yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan jalan pada kondisi rusak ringan, pada umumnya
diwakili dengan kegiatan overlay non struktural (levelling).

3.2
rehabilitasi mayor
strategi penanganan untuk pencegahan terjadinya kerusakan yang luas yang berakibat
menurunnya kondisi kemantapan jalan pada kondisi rusak ringan, pada umumnya
diwakili dengan kegiatan overlay yang bersifat struktural.

4
3.3
rekonstruksi
strategi penanganan perkerasan jalan untuk dapat meningkatkan kemampuan bagian
ruas jalan yang dalam kondisi rusak berat agar bagian jalan tersebut mempunyai
kondisi mantap kembali sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan.

3.4
perkerasan lentur
Konstruksi perkerasan jalan yang dibuat dengan menggunakan lapis pondasi agregat
dan lapis permukaan dengan bahan pengikat aspal

3.6
penambalan (patching)
keadaan permukaan perkerasan yang sudah diperbaiki setempat-setempat.

3.7
alur (ruts)
penurunan memanjang yang terjadi pada jalur jejak roda kiri (JRKI) dan jejak roda
kanan (JRKA), disebabkan oleh kepadatan yang tidak sempurna pada lapis
permukaan jalan beraspal.

3.8
amblas (grade depression)
penurunan setempat pada suatu bidang perkerasan yang biasanya berbentuk tidak
menentu tanpa terlepasnya material perkerasan.

3.9
retak reflektif (reflective crack)
retak memanjang, melintang atau diagonal yang terjadi karena retak pada perkerasan
lama tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan.

3.10
retak slip (slippage crak)
Retak yang bentuknya melengkung seperti bulan sabit yang disebabkan karena kuang
baiknya ikatan antara lapis permukaan dengan lapisan dibawahnya.

3.11
jembul (upheavel)
Kerusakan permukaan jalan menggelembung yang terjadi setempat dengan atau tanpa
retak yang terjadi akibat pengembangan tanah dasar yang ekspansif.

3.12
sungkur (shoving)
salah satu deformasi plastis berbentuk gelombang setempat yang melintang pada
permukaan perkerasan jalan beraspal membentuk puncak dan lembah

5
3.13
kegemukan (bleeding)
naiknya aspal ke permukaan karena kelebihan kadar aspal, sehingga permukaan
perkerasan jalan terlihat licin, mengkilat, dan bila dilalui roda kendaraan akan tampak
bekas roda ban.

3.14
keriting (corrugation)
salah satu kerusakan deformasi plastis pada lapisan permukaan perkerasan yang tidak
memenuhi spesifikasi, berbentuk gelombang arah memanjang, akibat beban statis
atau gaya rem kendaraan.

3.15
lubang (pot hole)
kerusakan perkerasan jalan setempat atau di beberapa tempat berbentuk lubang
dengan kedalaman minimum sama dengan tebal lapis permukaan.

3.16
pelepasan butir (ravelling)
lepasnya butir agregat pada permukaan jalan beraspal oleh gerakan lalu lintas, akibat
mutu agregat yang tidak sesuai atau kotor, sehingga aspal tidak mengikat batuan
dengan baik.

3.18
retak pinggir (edge crack)
retak yang terjadi pada bagian tepi perkerasan sejauh  60 cm.

3.19
retak buaya (crocodile crack)
retak yang mempunyai celah lebih besar atau sama dengan 3 mm; saling berangkai
membentuk serangkaian kotak-kotak kecil menyerupai kulit buaya

3.20
pengelupasan (stripping)
bentuk : permukaan tampak tidak homogen karena ada bagian yang terkupas lapisan
permukaannya dan ada yang masih melekat, permukaan tampak lebih kasar dari
kondisi sebelumnya.

6
3.21
retak sambungan pada pelebaran jalan (widening crack)
retak memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan
perkerasan pelebaran.

3.22
retak sambungan lajur (lane joint crack)
retak memanjang yang terjadi pada sambungan dua lajur lalu lintas, yang disebabkan
karena tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur.

3.23
retak susut (shinkage crack)
retak yang saling bersambungan membentuk kotak-kotak besar dengan sudut tajam,
yang disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan permukaan, lapisan pondasi
atau lapisan tanah dasar.

4. Ketentuan Umum

Didalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan untuk perkerasan


lentur diperlukan suatu kerangka kerja yang nantinya akan menjadi acuan dalam
penyusunan perencanaan kegiatan sehingga terjadi kondisi sebagai berikut :

1. Terciptanya pendekatan yang sistematis dan konsisten dalam pengambilan


keputusan pada kerangka kerja yang telah ditetapkan.
2. Menyediakan suatu landasan untuk memperkirakan kebutuhan teknik penanganan
jalan dan kebutuhan sumber daya yang digunakan.
3. Mengarahkan penggunaan standar penanganan jalan secara konsisten.
4. Mendukung dalam mengalokasi sumber daya secara efektif.
5. Mengarahkan peninjauan secara teratur terhadap kebijakan, standar, teknik dan
efektifitas program.

Kegiatan terkait teknik rehabilitasi dan rekonstruksi pada kondisi jalan dilakukan
dengan teliti, agar identifikasi setiap kerusakan akan terdeteksi secara utuh (lengkap),
pengukuran dilakukan pada kondisi jalan mengalami kerusakan. Hal-hal yang harus
diperhatikan sebelum melakukan teknik penanganan:

a. Petugas harus mengetahui ruas jalan yang akan disurvei


b. Petugas harus memahami dan mendalami jenis kerusakan dan teknik
penanganannya

7
c. Dalam pelaksanaannya petugas harus memperhatikan kelancaran lalu lintas
d. Serta memaksimalkan peralatan yang sudah ada, yang berada di lingkungan kebina
margaan guna menunjang terlaksananya pekerjaan.

Kerangka teknik penanganan terkait rehabilitasi dan rekonstruksi jalan untuk


perkerasan lentur dapat dilihat pada Tabel 1. Pada tabel ini hanya menggambarkan
kategorisasi strategi dan teknik penanganan, bukan menjadi acuan untuk
pemrograman pemeliharaan jalan.

Tabel 1. Kerangka Rehabilitasi dan Rekonstruksi Perkerasan Lentur

STRATEGI
TEKNIK PENANGANAN JENIS KERUSAKAN
PENANGANAN
Retak Pinggir, Retak
Sambungan, Retak Susut,
Pengisian Retak (Crack Filling)
Retak Reflektif
(lebar retak > 3 mm)
Rehabilitasi Minor
Penambalan (Surface Patching) Retak Buaya, Lobang

Alur, Keriting, Pelepasan Butir


Pelapisan Ulang Non Struktural
(Area Yang Luas)

Perbaikan Kedalaman Sebagian


Amblas, Jembul,
(Partial-Depth Repair)

Retak Slip, Kegemukan, Alur,


Pelapisan Rata Permukaan Keriting, Sungkur, Pelepasan
Rehabilitasi Mayor
(Asphalt inlay) Butir, Pengelupasan
(Area Yang Luas)
Retak Slip, Kegemukan, Alur,
Pelapisan Ulang Keriting, Sungkur, Pelepasan
(Asphalt Overlay) Butir, Pengelupasan
(Area Yang Luas)
Alur, Keriting, Sungkur, Amblas,
Perkerasan Daur Ulang Lobang, Pengelupasan,
(Asphalt Recycling) Kegemukan
(Area yang Luas)
Rekonstruksi
Alur, Keriting, Sungkur, Amblas,
Perbaikan Kedalaman Menyeluruh Lobang, Pengelupasan,
(Full-Depth Repair) Kegemukan
(Area yang Luas)

8
Tabel 2. Jenis Kerusakan Pada Perkerasan Lentur

Retak Pinggir Retak Sambungan Retak Susut Retak Refleksi

Retak Buaya Alur Keriting Retak Slip

Sungkur Amblas Jembul Retak Widening

Lubang Pelepasan Butir Pengelupasan Penurunan Utilitas

9
5. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data-data kerusakan yang digunakan sebagai dasar penentuan
jenis penanganan dapat berupa tahapan yang terdiri dari :

 Kegiatan Pra Survey


Kegiatan ini membutuhkan 2 orang surveyor. Surveyor harus cukup paham
mengenai manual identifikasi kerusakan yang digunakan. Jika tersedia, perlu
dilakukan review terhadap informasi dari kegiatan survey sebelumnya untuk
membantu proses identifikasi distress dan lokasinya.

 Survey Pendahuluan
Survey ini harus dilakukan sebelum survey rinci terkait kerusakan. Pemeriksaan ini
perlu dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal kondisi perkerasan pada
setiap lajur dan setiap arah.

 Survey Kerusakan Rinci


Pada survey ini, Surveyor menyusuri sepanjang bahu jalan untuk mengukur dan
mencatat seluruh kerusakan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh Manual.
Form survey yang digunakan untuk mencatat kerusakan dapat diperoleh dari
instansi yang biasa menangani survey kerusakan. Data-data juga dapat direkam
menggunakan komputer untuk mempermudah proses analisis. Sangat disarankan
untuk mengambil foto-foto kondisi selama kegiatan survey sebagai rekaman
permanen terkait kondisi perkerasan.

6. Teknik Penanganan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Jalan Perkerasan Lentur

6.1 Rehabilitasi Minor

6.1.1 Pengisian Retak (Crack Filling)


Pengisian retak (crack filling) adalah teknik penanganan untuk memperbaiki
kerusakan dengan mengisi celah retakan yang lebar (>3mm) satu demi satu
sebagaimana yang dipersyaratkan pada spesifikasi umum Divisi 8.1.3.3b..

Kerusakan yang sering terjadi ialah Retak Pinggir, Retak Sambungan, Retak Susut,
Retak Reflektif dengan lebar retak > 3 mm.

Bahan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus sesuai
dengan spesifikasi umum Divisi 8.1.

10
Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan Jenis Kerusakan
Diperlukan
(1)Air Compressor (1) Aspal Emulsi (1) Mandor (1) Retak Pinggir
(2)Asphalt Kettle atau “Cut (2) Pekerja (2) Retak Sambungan
(3)Pick Up Truck Back” (3) Retak Susut
(4)Alat Bantu & Rambu Pengaman (2) Pasir (4) Retak reflektif
(5)Lampu / Generator Set *)
*) Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih
dahulu dengan melakukan survey
lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada
areal perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.

LANGKAH 2 - Pekerjaan
(1) Bersihkan daerah tersebut debu dan
kotoran lain harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan sikat mekanis atau
kompresor permukaan harus kering
(2) Tonjolan benda-benda asing lain harus
disingkirkan.
(3) Tandai daerah yang akan diperbaiki
dengan kapur atau tanda lainnya.

LANGKAH 3 - Pekerjaan
(1) Isi retak dengan aspal emulsi
menggunakan asphalt kettle (jika ada)
atau kaleng bercorong sederhana.
(2) Taburkan pasir didaerah yang
diperbaiki sesuai spesifikasi.

LANGKAH 4 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan alat-alat yang
digunakan dengan aman dan baik..
(2) Angkat kembali rambu pengaman.

11
6.1.2 Penambalan (Surface Patching)
Penambalan (surface patching) adalah suatu teknik penanganan dengan
melakukan perbaikan atau penambalan pada kerusakan dengan lokasi yang
memerlukan penggalian dan rekonstruksi lapis perkerasan dengan total volume
setelah penggalian kurang dari 10 meter kubik per kilometer, sesuai Spesisifikasi
Umum Divisi 8.1.1.5.a.

Teknik penanganan dengan Penambalan (surface patching) ini pada umunya


dilakukan untuk memperbaiki jenis kerusakan permukaan perkerasan berupa retak
buaya (alligator cracking) dan lobang (pothole). Sebelum dilakukan penambalan,
daerah kerusakan dilakukan penggalian yang berbentuk segi empat dengan sisi-
sisi yang sejajar dan tegak lurus terhadap sumbu jalan. Tepi-tepi galian harus
vertikal atau terjal keluar dan bukannya menjorok ke dalam, seperti yang tercantum
pada Spesifikasi Umum Divisi 8.1.3.1.

Bahan dan prosedur pelaksanaan yang digunakan untuk pekerjaan ini harus sesuai
dengan spesifikasi umum Divisi 8.1.

Pekerja yang Jenis


Peralatan yang Diperlukan Bahan
Diperlukan Kerusakan
(1) Dump Truck/ Pick Up Truck (1) Aspal Emulsi (1) Mandor (1)Retak Buaya
(2) Flat Bed Truck dilengkapi Crane atau “Cut Back” (2) Operator
(3) Air Compressor (2) Agregat kelas A (3) Pekerja (2) Lobang
(4) Jack Hammer (3) Campuran
(5) Baby Roller beraspall dingin
(6) Asphalt Sprayer / Asphalt Kettle
(7) Vibrating Plate Temper
(8) Vibrating rammer
(9) Alat Bantu & Rambu pengaman
(10) Lampu / Generator Set *)
*) Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih
dahulu dengan melakukan survey
lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan
material ke lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada
areal perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.

12
LANGKAH 2 - Pembersihan
(1) Bersihkan daerah tersebut debu dan
kotoran lain harus dibersihkan terlebih
dahulu dengan sikat mekanis atau air
kompresor permukaan harus kering
(2) Tonjolan benda-benda asing lain harus
disingkirkan.
(3) Tandai daerah yang akan diperbaiki
dengan kapur atau tanda lainnya.

LANGKAH 3 - Pengalian
(1) Gali lapisan permukaan dengan
bantuan Jack hammer
(2) Lalu gunakan Vibrating rammer untuk
memadatkan lapisan pondasi yang
ada

LANGKAH 4 – Lapis Pengikat


(1) Laburkan Prime coat dengan
menggunakan Asphalt Sprayer
komposisi pemakaian tergantung
pada kondisi dilapangan.
(2) Penyemprotan Prime coat perlu
dilakukan merata ke seluruh bidang,
termasuk bidang tegak.
(3) Hindari Prime coat yang berlebihan,
karena akan berpotensi menimbulkan
bleeding

LANGKAH 5 – Penyiapan material


Beraspal
(1) Aduk agregat untuk campuran dingin
dalam concrete mixer. Perbandingan:
1.5 agregat kasar / 0.1 agregat halus.
(2) Kapasitas maximum mixer kira-kira
3
0.1 m . Untuk campuran dingin,
3
masukkan semua agregat (0.1 m )
sebelum aspal.
(3) Tambahkan aspal dan aduk selama
4 menit..
(4) Siapkan campuran beraspal dingin
secukupnya untuk keseluruhan dari
pekerjaan ini.

13
LANGKAH 6 - Pemadatan
(1) Taburkan campuran beraspal dingin di
atas lubang yang sudah disiapkan..
(2) Padatkan dengan Baby Roller (min. 5
lintasan) atau vibrating plate tamper
untuk permukaan yang tidak luas
(setempat).

LANGKAH 7 - Demobilisasi
(1) Angkat peralatan dengan
menggunakan Flat Bed Truck yang
dilengkapi dengan crane.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.

6.1.3 Pelapisan Ulang Non Struktural


Pelapisan ulang non struktural dilakukan untuk memberikan kerataan (levelling)
terhadap kerusakan akibat alur, keriting maupun pelepasan butir (raveling) pada area
yang luas. Jika terdapat kerusakan permukaan lainnya dalam bentuk retak atau lubang
harus dilakukan perbaikan terhadap jenis kerusakan ini terlebih dahulu sebelum
dilakukan penanganan pelapisan ulang non struktural.

Pelapisan Ulang non struktural ini biasanya tidak lebih dari 5 cm menggunakan
material campuran beraspal panas dengan tebal minimum 3 cm untuk campuran HRS
dan 4 cm untuk campuran AC WC sesuai spesifikasi umum Divisi 6 Tabel 6.3.1 (1).

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan JenisKerusakan


(1) Dump Truck (1) Aspal Emulsi (1) Mandor Alur, Keriting,
(2) Asphalt Finisher atau Cutback (2) Operator Pelepasan Butir
(3) Air Compressor (2) Campuran (3) Pekerja (Area Yang Luas)
(4) Asphalt Sprayer/Kettle Beraspal
(5) Vibrating Plate Temper Panas
(6) Vibrating rammer
(7) Steel Wheel Roller
(8) Tyre Roller
(9) Alat Bantu & Rambu Pengaman
(10) Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.

14
LANGKAH 2– Penghamparan lapis perekat
(1) Bersihkan daerah kerusakan aspal daridebu
dan kotoran lain atau genangan air terlebih
dahulu dengan sikat mekanis atau dengan air
kompresor hingga permukaan kering
(2) Lakukan penyemprotan Tackcoat dengan
menggunakan Asphalt Sprayer komposisi
pemakaian tergantung pada kondisi dilapangan
sesuai spesifikasi dan perlu dilakukan merata ke
seluruh bidang, termasuk bidang tegak
menggunakan Aspal Emulsi atau Cutback..

LANGKAH 3–Penghamparan lapis ulang


(1) Dengan menggunakan dump truck, campuran
beraspal dari AMP diangkut ke lokasi pekerjaan
(2) Hamparkan material campuran beraspal
menggunakan asphalt finisher, sesuai dengan
Spesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (3)

LANGKAH 4–Proses Pemadatan


(1) Lakukan proses pemadatan campuran beraspal
sesuaiSpesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (4)
(2) Lakukan pemadatan awal menggunakan steel
wheel roller.
(3) Lakukan pemadatan antara menggunakan tyre
roller
(4) Lakukan pemadatan akhir menggunakan steel
wheel roller

LANGKAH 5 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat yang
digunakan..
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.

15
6.2 Rehabilitasi Mayor
6.2.1 Perbaikan Kedalaman Sebagian (Partial Depht Repair)
Perbaikan kedalaman sebagian dilakukan dengan cara membongkar seluruh material
yang berada diarea yang mengalami kerusakan dan digantikan dengan lapis perkerasan
yang masih segar. Tindakan perbaikannya adalah dengan melakukan penambalan
lubang (patching). Penambalan dilakukan sebaiknya dilebihkan sekitar 15-30 cm diluar
area yang rusak. Perkerasan digali sesuai kebutuhan termasuk lapis pondasi granular
dan tanah dasar untuk memperoleh dukungan yang kuat. Hamparkan campuran
dengan hati-hati untuk menghindari pemisahan campuran. Material untuk menambal
harus cukup, supaya setelah dipadatkan tidak menghasilkan cekungan atau
cembungan pada tambalan

Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan JenisKerusakan
Diperlukan
(1) Dump Truck/ Pick Up Truck (1) Aspal Emulsi atau (1) Mandor (1) Amblas
(2) Flat Bed Truck dilengkapi Cutback (2) Operator
Crane (2) Agregat kelas A (3) Pekerja (2) Jembul
(3) Air Compressor (3) Campuran Beraspal
(4) Jack hammer Panas atau Dingin
(5) Asphalt Sprayer/Kettle
(6) Vibrating Plate Temper
(7) Vibrating rammer
(8) Baby roller
(9) Alat Bantu & Rambu
Pengaman
(10) Lampu / Generator Set *)Untuk
kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih
dahulu dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material
ke lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.

16
LANGKAH 2– Penggalian
(1) Tandai daerah yang akan diperbaiki
dengan kapur atau tanda lainnya.
(2) Gali bagian jalan yang rusak hingga lapisan
tanah dasar dengan bantuan jack hammer
lalu bersihkan .
(3) Lalu gunakan Vibrating rammer untuk
memadatkan lapisan tanah dasar yang ada
(4) Jika dasar galian lapis pertama masih
menunjukkan retak-retak atau tidak kokoh,
perlu digali lebih dalam serta periksa kadar
optimum material
(5) Tambahkan Agregat kelas A dengan
ketebalan dengan spesifikasi tertentu serta
padatkan menggunakan Vibrating Plate
Tamper

LANGKAH 3 – Pelaburan Lapis


Pengikat
(1) Laburkan Prime coat dengan
menggunakan Asphalt Sprayer komposisi
pemakaian tergantung pada kondisi
dilapangan.
(2) Penyemprotan Prime coat perlu dilakukan
merata ke seluruh bidang, termasuk
bidang tegak.
(3) Hindari Prime coat yang berlebihan,
karena akan berpotensi menimbulkan
bleeding

LANGKAH 4 – Penyiapan Material


beraspal
(1) Aduk agregat untuk campuran dingin
dalam concrete mixer. Perbandingan:
1.5 agregat kasar / 0.1 agregat halus.
(2) Kapasitas maximum mixer kira-kira 0.1
3
m . Untuk campuran dingin, tambahkan
3
semua agregat (0.1 m ) sebelum aspal.
(3) Tambahkan aspal dan aduk selama 4
menit..
(4) Siapkan campuran beraspal dingin
secukupnya untuk keseluruhan dari
pekerjaan ini.

LANGKAH 5 - Pemadatan
(1) Taburkan campuran beraspal dingin di
atas permukaan.
(2) Padatkan dengan Baby Roller (min. 5
lintasan) atau vibrating plate tamper untuk
permukaan yang tidak luas (setempat).
(3) Bersihkan lapangan dan periksa kerataan
dengan permukaan yang ada.

17
LANGKAH 6 - Demobilisasi
(1) Angkat peralatan dengan menggunakan
Flat Bed Truck yang dilengkapi dengan
crane.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.

6.2.2 Pelapisan Rata Permukaan (Asphalt inlay)


Asphalt inlay adalah penanganan dengan mengkombinasikan asphalt overlay dengan
Cold Milling. Kedalaman Milling sesuai dengan tebal total dari lapisan overlay. Inlay
umumnya digunakan untuk meminimalisir peningkatan ketinggian pada permukaan.
Secara prinsip langkah kerja pada Asphalt Inlay hampir sama dengan asphalt overlay.

Pekerja yang
Peralatan yang Diperlukan Bahan JenisKerusakan
Diperlukan
(1) Dump Truck (1) Aspal Emulsi (1) Mandor Retak Slip, Kegemukan,
(2) Cold Milling Machine atau Cutback (2) Operator Alur, Keriting, Sungkur,
(3) Asphalt Finisher (2) Campuran (3) Pekerja Pelepasan Butir,
(4) Air Compressor Beraspal Pengelupasan
(5) Asphalt Sprayer/Kettle Panas (Area Yang Luas)
(6) Vibrating Plate Temper
(7) Vibrating rammer
(8) Steel Wheel Roller
(9) Tyre Roller
(10) Alat Bantu & Rambu Pengaman
(11) Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(2) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(3) Siapkan peralatan.

18
LANGKAH 2– Pengupasan dan Pembuangan
(1) Dengan menggunakan Cold Milling machine,
kupas lapis perkerasan
(2) Buang material lapis perkersan yang di kupas
menggunakan Dump Truck.

LANGKAH 3– Penghamparan lapis perekat


(1) Bersihkan daerah pengupasan dari kotoran
atau genangan air terlebih dahulu dengan sikat
mekanis atau dengan air kompresor hingga
permukaan kering
(2) Lakukan penyemprotan prime coat dengan
menggunakan Asphalt Sprayer, komposisi
pemakaian tergantung pada kondisi dilapangan
sesuai spesifikasi dan perlu dilakukan merata ke
seluruh bidang, dengan menggunakan Aspal
Emulsi atau Cutback.

LANGKAH 4–Penghamparan lapis


perkerasan
(1) Dengan menggunakan dump truck, campuran
beraspal dari AMP diangkut ke lokasi pekerjaan
(2) Hamparkan material campuran beraspal
menggunakan asphalt finisher, sesuai dengan
Spesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (3)

LANGKAH 5–Proses Pemadatan


(1) Lakukan proses pemadatan campuran beraspal
sesuaiSpesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (4)
(2) Lakukan pemadatan awal menggunakan steel
wheel roller.
(3) Lakukan pemadatan antara menggunakan tyre
roller
(4) Lakukan pemadatan akhir menggunakan steel
wheel roller

LANGKAH 6 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat yang
digunakan.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.

19
6.2.3 Pelapisan Ulang (Asphalt Overlay)
Secara umum teknik penanganan overlay untuk perkuatan struktural juga dapat
berupa pelapisan tipis ataupun penanganan pelapisan ulang yang bersifat
struktural. Hal utama pada konstruksi ini adalah persiapan yang tepat dari
perkerasan eksisting, serta penempatan dan pemadatan yang tepat. Lalu lintas
tidak diijinkan melintas pada saat pengerjaan dimana aspal masih dalam
keadaan panas. Persiapan yang memadai diperlukan untuk menjamin waktu
pendinginan yang cukup sebelum lalu lintas dibuka. Pencapaian level
pemadatan dan penghindaran segregasi adalah dua faktor penting yang
mempengaruhi kinerja dari asphalt overlay. HMA overlay yang digunakan untuk
memperbaiki kondisi struktural umumnya lebih tebal daripada kondisi
fungsional.

Peralatan yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan JenisKerusakan


(1) Dump Truck (1) Aspal Emulsi (1) Mandor Retak Slip,
(2) Asphalt Finisher (2) Campuran (2) Operator Kegemukan, Alur,
(3) Air Compressor Beraspal (3) Pekerja Keriting, Sungkur,
(4) Asphalt Distributor Panas
Pelepasan Butir,
(5) Vibrating Plate Temper
(6) Vibrating rammer Pengelupasan.
(7) Steel Wheel Roller
(8) Pneumatic Tyre Roller (Area Yang Luas)
(9) Alat Bantu & Rambu Pengaman
(10) Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari

CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.
(5) Beri tanda sepanjang lajur yang akan
dikerjakan untuk memastikan aligment pinggir
yang baik pada saat penyemprotan tackcoat
dengan asphalt distibutor bergerak kira-kira 5
meter sebelum daerah yang akan di semprot

20
LANGKAH 2–Penyiapan Penghamparan
(1) Tempatkan dump truck didepan alat penadah
(hopper) dari asphalt Finisher lalu tuangkan
campuran aspal ke dalam hopper.
(2) Setelah hotmix berada di dalam hopper dan
siap untuk dihamparkan segera operasikan
asphalt finisher serta nyalakan mesin fibrasi
selama penghamparan agar campuran aspal
terdistribusi secara merata.

LANGKAH 3–Pekerjaan pengoperasian


(1) Mesin ini untuk menghamparkan campuran
aspal panas di atas permukaan badan jalan
sesuai dengan lebar dan tinggi ketebalan
hamparan yang direncanakan.

LANGKAH4a–Proses Penghamparan
(1) Tempatkan asphalt finisher pada jalur titik awal
pekerjaan, sebelumnya asphalt finisher diset
untuk menghampar dan membentuk campuran
aspal sesuai dengan garis kelandaian serta
penampang melintang.
(2) Para pekerja meratakan campuran asphalt yang
dikeluarkan dari asphalt finisher dengan
menggunakan sekop dan lacker, agar campuran
beraspal menjadi merata.

LANGKAH 4b–Proses Penghamparan


(1) Para pekerja meratakan campuran beraspal
yang dikeluarkan dari asphalt finisher dengan
menggunakan sekop dan lacker, agar
campuran aspalt merata.
(2) Cek dan periksa kembali hasil penghamparan
dengan menggunkan alat ukur yang sederhana
misalnya tulangan yang ditandai, setelah
campuran diratakan.
(3) Segera isi ulang campuran beraspal ke dalam
hopper apabila campuran beraspal akan habis.
Jika tersisa campuran aspal pada hopper,
suhunya tidak boleh lebih rendah dari suhu
penghamparan

21
LANGKAH5a – Pemadatan Awal
(1) Alat yang digunakan adalah Steel Wheel Roller,
dengan kecepatan 4 km/jam.
(2) Pemadatan dilakukan dari tepi ruas
penghamparan ke tepi lainnya kemudian ke
bagian tengah lintasan. Agar campuran aspal
panas tidak melekat pada roda steel wheel
roller, maka alat tersebut dibasahi secukupnya
dengan menggunakan air.
(3) Lakukan proses pemadatan campuran beraspal
sesuaiSpesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (4).

LANGKAH 5b – Pemadatan Antara


(1) Untuk proses pemadatan antara adalah
Pneumatic Tired Roller (PTR) dengan
kecepatan 6 km/jamdilakukan segera mungkin
setelah pemadatan awal selesai dikerjakan.
(2) Ban gilas harus disemprot dengan air dan
pembantu operator juga membantu
membersihkan ban karet dengan
menyemprotkan kerosin lalu permukaan ban
dibersihkan dari campuran yang menempel
dengan menggunakan kain.
(3) Lakukan proses pemadatan campuran beraspal
sesuaiSpesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (4).

LANGKAH 5c – Pemadatan Akhir


(1) Selagi PTR melakukan pemadatan alat ini
menyemprotkan air pada campuran asphalt
panas. Hal ini mencegah agar hotmix
menempel pada ban dengan kecepatan 4
km/jam. Pemadatan ini bertujuan untuk
menghilangkan bekas jejak roda hasil
pemadatan antara sehingga didapatkan
pemadatan yang merata dan halus.
(2) Lalu lintas tidak diijinkan lewat selama aspal
belum mengering

LANGKAH 6 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat yang
digunakan.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.

22
6.3 Rekonstruksi
6.3.1 Perkerasan Daur Ulang (Asphalt Recycling)
Pelaksanaan rekonstruksi dengan teknologi daur ulang (recycling) dapat menghemat
penggunaan material, ramah lingkungan dan secara teknis hasilnya cukup baik
sehingga dapat dikembangkan untuk mengatasi kerusakan jalan dalam kondisi rusak
berat.

Pada manual ini akan dijelaskan teknik pelaksanaan perkerasan daur ulang dengan
metode cold mixed in-place recycling menggunakan CMRFB (Cold Mixed Recycling
Foamed Bitumen) dan CTRB (Cement Treated Recycling Base)

6.3.1.1 Perkerasan Daur Ulang menggunakan CMRFB

Fleet UPR yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Kode Kerusakan
(1) Cold Milling Machine (1) Agregat (1) Mandor Alur, Keriting,
(2) Asphalt sprayer kasar (2) Operator Sungkur, Amblas,
(3) Dump truck (2) Agregat (3) Pekerja Lobang,
(4) Asphalt Finisher Halus Pengelupasan,
(5) Air Compressor (3) Foamed Kegemukan
(6) Asphalt Distributor Bitumen (Area yang Luas)
(7) Steel Wheel Roller
(8) Motor grader
(9) Pnematic tire roller
(10)Vibratory roller
(11)Alat Bantu & Rambu
Pengaman
(12)Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.

LANGKAH 2 – Cold Milling

(1) Pengupasan lapisan perkerasan eksisting


dengan cold milling machine
(2) Pemadatan dengan vibratory roller (pre
compaction)
(3) Levelling dengan motor grader

23
LANGKAH 3– Pekerjaaan Penghamparan

(1) Proses pembuatann Foamed Bitumen


(2) Material CMRFB hasil recycling dipadatkan
kembali dengan vibratory roller
(3) Grading dengan motor grader
(4) Pemadatan dengan menggunakan smooth
drum vibratory roller
(5)

LANGKAH 4– Pekerjaaan Finishing


(1) Finishing dan curing dengan pneumatic tire
roller10-12 ton sebanyak 3 passing
(2) Site quality control dengan pengambilan
sample dengan pengecekan ulang kembali
utuk pengukuran ketebalan.
(3) Pekerjaan lapis permukaan dengan
campuran beraspal (lihat pada bagian Lapis
Ulang subbab 6.1.3)

LANGKAH 5 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat
yang digunakan.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi..

24
6.3.1.2 Perkerasan Daur Ulang menggunakan CTRB

Fleet UPR yang Diperlukan Bahan Pekerja yang Diperlukan Kode Kerusakan
(1) Cold Milling Machine (1) Agregat (1) Mandor Alur, Keriting,
(2) Asphalt sprayer kasar (2) Operator Sungkur, Amblas,
(3) Dump truck (2) Agregat (3) Pekerja Lobang,
(4) Asphalt Finisher Halus Pengelupasan,
(5) Air Compressor (3) Portland Kegemukan
(6) Asphalt Distributor Cement (Area yang Luas)
(7) Steel Wheel Roller
(8) Motor grader
(9) Pnematic tire roller
(10)Vibratory roller
(11)Alat Bantu & Rambu
Pengaman
(12)Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.

LANGKAH 2 – Cold Milling

(1) Pengupasan lapisan perkerasan eksisting


dengan cold milling machine
(2) Pemadatan dengan vibratory roller (pre
compaction)
(3) Levelling dengan motor grader

LANGKAH 3 – Pekerjaan

(1) Penghamparan semen


(2) Material CTRB hasil recycling
(3) Pemadatan dengan Vibratory roller

25
LANGKAH 4 - Pekerjaaan

(1) Penyemprotan kadar air di badan jalan


(2) Pembentukan elevasi dan kemiringan dengan
motor grader
(3) Pemadatan menggunakan pneumatic tire roller

LANGKAH 5 - Pekerjaaan

(1) Hasil dari CTRB


(2) Core test untuk mengetahui ketebalan
perkerasan jalan
(3) Dilanjutkan dengan pekerjaan AC base
modifikasi
(4) Penyemprotan bagian jalan dengan asphalt
sprayer

LANGKAH 6- Pekerjaaan

(1) Finishing dan curing dengan pneumatic tire


roller 10-12 ton sebanyak 3 passing
(2) Site quality control dengan pengambilan
sample dengan pengecekan ulang kembali
utuk pengukuran ketebalan.
(3) Pekerjaan lapis permukaan dengan campuran
beraspal (lihat pada bagian Lapis Ulang
subbab 6.1.3)

LANGKAH 7 - Demobilisasi
(4) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat
yang digunakan.
(5) Angkat kembali rambu pengaman.
(6) Demobilisasi..

26
6.3.2 Perbaikan Kedalaman Menyeluruh (Full Depth Repair)
Pelaksanaan rekosntruksi perkerasan jalan dengan metoda full depth repair adalah
dengan melakukan penggantian secara penuh kedalaman lapis perkerasan dengan
melakukan perbaikan subgrade dan mengganti lapis perkerasannya dengan lapis
perkerasan yang baru. Lapis perkerasan yang baru dapat berupa full depth asphalt,
gabungan lapis pondasi aggregat atau ditambahkan semen (CTB) dan lapis permukaan
beraspal.

Pekerja yang
Fleet UPR yang Diperlukan Bahan Kode Kerusakan
Diperlukan
(1) Excavator (1) Campuran (1) Mandor Alur, Keriting, Sungkur,
(2) Asphalt sprayer Beraspal (2) Operator Amblas, Lobang,
(3) Dump truck Panas (3) Pekerja Pengelupasan, Kegemukan
(4) Asphalt Finisher (2) Agregat (Area yang Luas)
(5) Air Compressor untuk Base
(6) Asphalt Distributor dan
(7) Steel Wheel Roller subbase
(8) Motor grader (3) CTB
(9) Pnematic tire roller
(10)Vibratory roller
(11)Jack Hammer
(12)Vibrating hammer
(13)Cutter
(14)Alat Bantu & Rambu
Pengaman
(15)Lampu / Generator Set *)
*)Untuk kegiatan malam hari
CARA KERJA URAIAN

LANGKAH 1 - Persiapan
(1) Identifikasi tingkat kerusakan terlebih dahulu
dengan melakukan survey lapangan
(2) Mobilisasi peralatan, pekerja, dan material ke
lapangan.
(3) Tempatkan rambu pengaman pada areal
perbaikan dan alihkan lalu lintas.
(4) Siapkan peralatan.

27
LANGKAH 2–Penggalian & Pembuangan
(1) Tandai daerah yang akan diperbaiki
(2) Bersihkan daerah tersebut dengan Air
Compressor.
(3) Gali lapisan pondasi jalan hingga lapisan keras
menggunakan excavator
(4) Permukaan Jalan yang rusak dibongkar dengan
Jack hammer setelah batas-batasnya dipotong
dengan cutter
(5) Jika dasar galian lapis pertama masih
menunjukkan retak-retak atau tidak kokoh, perlu
digali lebih dalam serta periksa kadar optimum
material
(6) Lalu gunakan Vibrating hammer untuk
memadatkan lapisan dasar yang ada
(7) Bersihkan Pada penggalian untuk pothole
patching, harus diperiksa apakah bidang dasar
dan bidang-bidang tegak galian masih utuh.
Apabila tidak, atau terdapat retak-retak, maka
harus digali lagi sampai bagian yang utuh. Serta
memakai plate temper untuk pemadatan lapis
bawah jalan

LANGKAH 3– Penghamparan lapis pondasi


(1) Bersihkan daerah pengupasan dari kotoran
atau genangan air terlebih dahulu dengan sikat
mekanis atau dengan air kompresor hingga
permukaan kering
(2) Hamparkan Agregat biasa atau CTB sebagai
lapis pondasi dengan ketebalan sesuai
spesifikasi tertentu serta padatkan dengan
vibratory roller.
(3) Laburkan Prime coat dengan menggunakan
Asphalt Sprayer komposisi pemakaian
tergantung pada kondisi dilapangan sesuai
spesifikasi dan perlu dilakukan merata ke
seluruh bidang, dengan menggunakan Aspal
Emulsi atau Cutback.

LANGKAH 4–Penghamparan lapis


perkerasan
(1) Dengan menggunakan dump truck, campuran
beraspal dari AMP diangkut ke lokasi pekerjaan
(2) Hamparkan material campuran beraspal
menggunakan asphalt finisher, sesuai dengan
Spesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (3)

28
LANGKAH 5–Proses Pemadatan
(5) Lakukan proses pemadatan campuran beraspal
sesuaiSpesifikasi Umum Divisi 6.3.6 (4)
(6) Lakukan pemadatan awal menggunakan steel
wheel roller.
(7) Lakukan pemadatan antara menggunakan tyre
roller
(8) Lakukan pemadatan akhir menggunakan steel
wheel roller

LANGKAH 5 – Hasil Pekerjaan


(1) Terlihat contoh hasil penanganan full depth repair
pada segmen perkerasan beraspal.

LANGKAH 6 - Demobilisasi
(1) Demobilisasikan peralatan-peralatan berat yang
digunakan.
(2) Angkat kembali rambu pengaman.
(3) Demobilisasi.

29
6.4 Bibliografi

Referensi berasal dari manual-manual yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri

Nomor/Code Judul
Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Propinsi, Jilid
001/T/Bt/1995
1: Metode Survei Seri Jalan
Manual Pemeliharaan Rutin untuk Jalan Nasional dan Propinsi, Jilid
001/T/Bt/1995
2: Metode Perbaikan
001/M/BM/2011 Review Manual Pemeliharaan Rutin Jalan

004/T/Bt/1995 Manual Pengoperasian dan Pemeliharaan Peralatan UPR


ASCE Techniques For Pavement Rehabilitation
AASHTO 1993 Pavement Design Procedure For Rehabilitation of Existing Pavement

Litbang-Pusjatan Perkerasan Jalan

Asphalt Institute MS-16 Asphalt in Pavement Preservation and Maintenance

NCHRP Rehabilitation Strategies for Highway Pavements

NEBRASKA Pavements Rehabilitation 2002

Queensland Pavement Rehabilitation Manual 2012

30
REVISI NOTULENSI PERKERASAN LENTUR

Halaman 4
Apakah pada Acuan normatif perlu ditambahkan tentang MDPJ 2013 Rev.3

Halaman 5
Pada Bab Istilah dan definisi, Point 3.8 AMBLAS (Grade depression) mengandung arti yang sama atau
berbeda? Coba di kaji kembali

Halaman 6
Pada Bab Istilah dan definisi, KEGEMUKAN (Bleeding) mengandung arti yang sama atau berbeda? Coba di
kaji kembali.

Halaman 7
Pada Bab Istilah dan definisi, pada WIDENING CRACK apakah tipe kerusakan ini ada di Indonesia?

Halaman 7
Pada Bab Ketentuan Umum, agar ditambahkan aspek Lingkungan dan Keselamatan.

Halaman
Pada kerangka pola pikir Tabel.I bagaimana pembagian dan batasan-batasan serta penegasan antara non-
struktural dan struktural

Halaman
Buatkan batasan-batasan tentang jenis kerusakan

Halaman 9
Pada foto dan gambar kerusakan agar di perbaharui jika perlu berwarna.

Halaman 10
Pada uraikan tahapan data, metode kegiatan survey disesuaikan

Halaman 11
K3 agar disesuaikan dengan dalam semua kegiatan.

Halaman 12
Pada ada bunyi spesifikasi, harap di tampilkan spek yang mana? Apakah spek umum bina marga rev.3?

Halaman 13
Alat atau peralatan harus bunyi pada kegiatan/uraian cara kerja

Halaman 25
Pada Format penulisan agar konsisten.
Halaman 13
Pada Pekerjaan penggalian, agar dipikirkan hasil galian yang tidak terpakai dibuang/disimpan dimana

Halaman 21
Pada keseluruhan pekerjaan metode pengukuran harus ditambahkan semacam quality control pada saat
akhir pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai