Anda di halaman 1dari 20

NOTULEN

KEGIATAN KONGRES LUAR BIASA MASYARAKAT TRANSPORTASI INDONESIA


(MTI)

Hari, tanggal : Sabtu, 29 Januari 2022


Jam : 08.30 WIB s/d 21.30 WIB
Lokasi : Hotel All Season Jl. Talang Betutu No.2, Kb. Melati, Kecamatan
Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat
Media : Zoom Meeting
Pokok Pembahasan : Rancangan Perubahan AD/ART MTI

Beberapa hasil yaitu:


Ketua MTI Indonesia memaparkan beberapa poin yaitu:
 Kongres Luar Biasa baru dilaksanakan pada tahun ini karena masalah waktu
 Untuk mengantisipasi kecelakaan organisasi dan status hukum serta perubahan kondisi
sekarang dan yang akan datang
 Tujuan dari kongres ini adalah menyempurnakan AD/ART yang ada
 MTI harus menjawab segala permasalahan transportasi dengan kompetensi
 Anggaran Dasar harus dipastikan Kembali terkait seluruh jajaran Organisasi MTI

Dilanjutkan oleh Sekretariat Jenderal MTI memaparkan susunan acara kongres dengan hasil
 Hari pertama: Membangun konsesus topik per topik
 Keanggotaan (pendaftaraan, basis data, iuran, keprofesian)
 Struktur organisasi (Pusat, Pusat-Wilayah, Wil. Provinsi – Sub-Provinsi),
 Mekanisme Kongres (Biasa), Rapat Kerja, hak suara terkait kenaggotaan
 Hari kedua pasal per pasal sesuai konsensus yang dibangun.

Standarisasi Nomeklatur Organisasi


 Istilah ‘Ketua Umum’ dihilangkan diganti menjadi Ketua, ‘Ketua’ diganti menjadi Wakil
Ketua, ada Ketua Bidang. Bidang keanggotaan, pembiayaan/keuangan organisasi, tata
laksana organisasi, kerjasama dan seritifkasi.
 Forum berada di bawah koordinasi Dewan Pakar, nomenklatur Forum sesuai tema atau
issue terkini. Disesuaikan dengan program kerja (misal: energi transportasi)
 Nomenklatur Pengurus Wilayah mengikuti Pusat
 Pengurus MTI Wilayah Provinsi/Wilayah Aglomerasi antar Provinsi dilantik oleh MTI
Pusat
 Pengurus MTI Wilayah Kabupaten/Kota dilantik oleh MTI Wilayah Provinsi dan diketahui
oleh MTI Pusat
 Wilayah Aglomerasi antar Kabupaten/Kota dilantik oleh MTI Wilayah Provinsi dan
diketahui oleh MTI Pusat
 Pendaftaran keanggotaan dilakukan secara terpusat melalui sistem online (kodefikasi
keanggotaan berbasis wilayah)

Mengumumkan lokasi kongres ke-IX


 Lokasi kongres: sesuai dengan amanat kongres ke-VIII di Jakarta bahwa lokasi kongres
ke-IX akan dilaksanakan di Yogyakarta, bulan April 2022
 Menetapkan Panitia Pelaksana Kongres
 Pendanaan dibutuhkan Estimasi Biaya Rp 70-100 juta
Namun karena bulan April bertepatan dengan bulan puasa, maka kemungkinan kongres ke-IX
akan dimajukan ke bulan Maret 2022.

Peserta Kongres mendiskusikan untuk memilih Ketua Sidang Sementara, dengan hasil siding
menunjuk bapak Sony Sulaksono terpilih menjadi Ketua Sidang Sementara. Setelah terpilih,
Ketua Sidang Sementara bapak Sony Sulaksono melakukan verifikasi anggota sidang,
mengecek kredensial, menetapkan dan pembacaan tata tertib.

Setelah break 10 menit, membuat keputusan Kembali yaitu mengadakan pemilihan ketua
sidang. Untuk pemilihan ketua sidang hanya dipilih dari yang luring dengan usulan nama-nama
yang akan dijadikan ketua Kongres:
 Pak Koko
 Pak Emir
 Pak Bambang
 Pak Suharto Abdul Majid
 Pak Isnaini dan
 Pak Sigit
Sidang memutuskan untuk memilih pak Isnaini sebagai Ketua Sidang dan pak Slamet Widodo
serta pak Sigit sebagai Wakil dalam Sidang.

Acara dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada anggota MTI Wilayah terkait
tanggapan terhadap rancangan AD/ART yaitu:
 MTI Jawa Barat: marwah MTI harus netral dantercermin di AD/ART
 MTI Jawa Timur: agar terkait Sinergi, Kolaborasi dan Koordinasi dibahas dalam
AD/ART dan meningkatkan nilai tambah masyarakat dan anggota MTI itu sendiri secara
detail agar manfaatnya terasa untuk seluruh stakeholder
 MTI Sidoarjo: terdapat kesulitan yang belum terakomodir di wilayah pada konsep agar
menjaga marwah sebagai organisasi profesi yang professional
 MTI Jawa Tengah: terdapat kurangnya partisipasi dari Pemda
 MTI Solo Raya: Berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah dengan
pengembangan transportasi berkelanjutan
 MTI Sumatera Selatan: Mengadvokasi yang baik untuk masyarakat tentang
transportasi, agar supaya Kota dan Provinsi dapat menyelesaikan permasalahan
transportasi dengan disiplin ilmunya, serta mengantisipasi Ketua tunggal tanpa Wakil
 MTI Sumatera Barat: Anggota MTI nantinya agar diberikan pelatihan
 MTI Lampung: Diharapkan kegiatan berikutnya melibatkan daerah ke pusat
 MTI Kalimantan Barat: untuk mengkaji dan brainstorming tentang transportasi
 MTI Sulawesi Selatan: AD harus ditetapkan agar mempunyai kepastian hukum
 MTI Sulawesi Utara: Kepengurusan MTI agar dibatasi menjadi 2 periode saja dan
memberikan kesempatan kepada generasi muda
 MTI Maluku: agar berkonsultasi terkait kepengurusan Organisasi

Kongres diberhentikan sementara karena sudah memasuki waktu istirahat, sholat dan makan
(ishoma). Setelah ishoma kongres dilanjutkan dengan membedah satu persatu pasal AD/ART
dan fokus pasal-pasal serta aturan yang dianggap krusial.

Mukadimah AD/ART yang sudah ada, yang berisi:

“Pembangunan nasional merupakan rangkaian kegiatan berkesinambungan yang meliputi


seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Transportasi berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan
pertahanan keamanan, sehingga perlu diarahkan sedemikian rupa guna terwujudnya sistem
transportasi nasional yang handal dan berkesinambungan, yang disertai dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Perwujudan sistem transportasi nasional tersebut di atas
memerlukan partisipasi dari setiap pemegang kepentingan, termasuk masyarakat profesional
yang berkecimpung di bidang transportasi.

Menyadari dengan sesungguhnya bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan
tanggung jawab serta kewajiban yang sama untuk mewujudkan tujuan nasional sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki dalam bidang pengabdiannya, maka masyarakat profesional dalam
bidang transportasi perlu dihimpun kedalam suatu wadah organisasi guna menyalurkan
aspirasi, menyumbangkan kemampuan dan keahliannya, serta pengabdiannya di segala bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang berhubungan dengan transportasi.

Organisasi tersebut selanjutnya diharapkan menjadi organisasi profesi yang mandiri dan
berperan secara aktif dalam mewujudkan sistem transportasi yang handal dan efisien sesuai
dengan tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat.” Disepakati tanpa adanya perubahan.

BAB I tentang Nama, Waktu dan Tempat Kedudukan terdapat perubahan yaitu:

Pasal 3 terkait Tempat Kedudukan, yang semula berisi “MTI berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia” berubah menjadi “MTI berkedudukan di Jakarta) dan disepakati.

BAB III tentang Visi, Misi dan Tujuan terdapat perubahan yaitu:

Pasal 5 terkait Visi Organisasi yang berisi “Terwujudnya MTI sebagai organisasi yang menjadi
acuan profesional bidang transportasi, menuju terbentuknya sistem transportasi yang
berkelanjutan dan sesuai dengan aspirasi segenap pemangku kepentingan”. Disepakati tanpa
adanya perubahan.

Pasal 6 terkait Misi Organisasi yang semula berisi:


a. Menumbuh kembangkan profesionalitas pelaku kegiatan bidang transportasi
b. Memberikan pelayanan advokasi untuk pengambil keputusan bidang transportasi
c. Mendorong interaksi sinergis antar pemangku kepentingan untuk peningkatan kualitas
layanan transportasi
d. (menjalin semua pihak)

Terdapat penambahan satu poin, yaitu poin d yang berisi “menjalin semua pihak”. Dan
disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 7 terkait Tujuan Organisasi yang semula berisi:


a. Meningkatnya jumlah dan kualitas pelaku profesional bidang transportasi bersertifikasi
b. Meningkatnya jumlah kota dan wilayah yang menerapkan prinsip-prinsip transportasi
berkelanjutan
c. Meningkatnya jumlah regulasi bidang transportasi yang sejalan dengan aspirasi masyarakat
dan prinsip transportasi berkelanjutan
d. (Meningkatnya kegiatan bidang transportasi yang berbasis IPTEK)

Terdapat penambahan satu poin, yaitu poin d yang berisi “Meningkatnya kegiatan bidang
transportasi yang berbasis IPTEK). Dan disepakati oleh seluruh peserta kongres.

BAB IV tentang Organisasi terdapat perubahan yaitu:

Pasal 9 terkait Perangkat Organisasi yang semula berisi:

Perangkat Organisasi terdiri dari:


a) Pengurus Pusat,
b) Pengurus Wilayah.
c) Majelis Profesi, dan
d) Dewan Pakar

Terdapat perubahan yakni penghapusan poin d) dan penambahan nama pada poin c)
yang kemudian berubah menjadi:

Perangkat Organisasi terdiri dari:


a) Pengurus Pusat,
b) Pengurus Wilayah.
c) Majelis Profesi dan Profesi (dibahas pada Pasal 12)

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 10 terkait Pengurus Pusat yang semula berisi:


(1) Pengurus Pusat terdiri atas Ketua Umum yang dibantu oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga)
Ketua, 1 (satu) Sekretaris Jenderal yang dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) Wakil
Sekjen, dan 1 (satu) Bendahara.
(2) Ketua Umum diangkat dan diberhentikan oleh Kongres untuk sebanyak-banyaknya dua
kali periode kepengurusan berturut-turut.
(3) Pengurus Pusat selain Ketua Umum, diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Umum.
(4) Pengurus Pusat bertanggung jawab untuk mengelola organisasi ditingkat nasional.
(5) Pengurus Pusat berkewajiban melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan
oleh Kongres.
(6) Pengurus Pusat dapat menyusun struktur organisasi untuk menangani urusan-urusan
tertentu, termasuk forum dan urusan keanggotaan.
(7) Forum merupakan wadah untuk pengembangan profesi transportasi dalam bidang
tertentu yang spesifik.
(8) Forum dibentuk untuk melakukan kajian dan kegiatan-kegiatan lain dalam bidang
transportasi yang bersifat spesifik sesuai minat tertentu dan/atau untuk memenuhi
kebutuhan.
(9) Pengurus Pusat dapat dilengkapi dengan Dewan Penasihat, yang berfungsi untuk
memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Pengurus Pusat.
(10) Dewan Penasihat dapat beranggotakan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah,
akademisi, dan pakar transportasi.
(11) Dewan Penasihat diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Umum.
(12) Masa jabatan Pengurus Pusat tidak lebih dari 3 (tiga) tahun.
(13) Pengaturan hak dan kewajiban, tugas, serta pengangkatan dan pemberhentian
pengurus pusat, termasuk pembentukan forum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Terdapat perubahan pada ayat (1), (2) dan (12) serta beberapa kata yang kemudian
menjadi:

(1) Pengurus Pusat terdiri atas Ketua yang dibantu oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Wakil
Ketua, 1 (satu) Sekretaris Jenderal yang dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) Wakil
Sekjen, dan 1 (satu) Bendahara.
(2) Ketua diangkat dan diberhentikan oleh Kongres untuk sebanyak-banyaknya dua kali
periode kepengurusan berturut-turut.
(3) Pengurus Pusat selain Ketua, diangkat dan diberhentikan oleh Ketua.
(4) Pengurus Pusat bertanggung jawab untuk mengelola organisasi ditingkat nasional.
(5) Pengurus Pusat berkewajiban melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan
oleh Kongres.
(6) Pengurus Pusat dapat menyusun struktur organisasi untuk menangani urusan-urusan
tertentu, termasuk forum dan urusan keanggotaan.
(7) Forum merupakan wadah untuk pengembangan profesi transportasi dalam bidang
tertentu yang spesifik.
(8) Forum dibentuk untuk melakukan kajian dan kegiatan-kegiatan lain dalam bidang
transportasi yang bersifat spesifik sesuai minat tertentu dan/atau untuk memenuhi
kebutuhan.
(9) Pengurus Pusat dapat dilengkapi dengan Dewan Penasihat, yang berfungsi untuk
memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Pengurus Pusat.
(10) Dewan Penasihat dapat beranggotakan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah,
akademisi, dan pakar transportasi.
(11) Dewan Penasihat diangkat dan diberhentikan oleh Ketua.
(12) Masa jabatan Pengurus Pusat selama 3 (tiga) tahun.
(13) Pengaturan hak dan kewajiban, tugas, serta pengangkatan dan pemberhentian
pengurus pusat, termasuk pembentukan forum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 11 terkait Pengurus Wilayah yang semula berisi:


(1) Pengurus Wilayah terdiri atas Ketua Wilayah yang dibantu sekurang-kurangnya 1 (satu)
Sekretaris Wilayah dan 1 (satu) Bendahara. (ditambah wakil)
(2) Ketua Wilayah diangkat dan diberhentikan oleh Musyawarah Wilayah untuk sebanyak-
banyaknya dua kali periode kepengurusan berturut-turut.
(3) Pengurus Wilayah selain Ketua Wilayah, diangkat dan diberhentikan oleh Ketua
Wilayah.
(4) Pengurus Wilayah bertanggung jawab untuk mengelola organisasi ditingkat wilayah.
(5) Ketua Wilayah dan Seluruh Pengurus Wilayah dipilih dan diangkat dari anggota yang
berdomisili di wilayah masing-masing.
(6) Pengurus Wilayah berkewajiban melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan
oleh Musyawarah Wilayah dan membantu pelaksanakan program kerja Pengurus Pusat.
(7) Pengurus Wilayah dapat menyusun struktur organisasi untuk menangani urusan-urusan
tertentu, termasuk peningkatan jumlah anggota.
(8) Pengurus Wilayah dapat dilengkapi dengan Dewan Penasihat Wilayah, yang berfungsi
untuk memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Pengurus Wilayah.
(9) Dewan Penasihat Wilayah dapat beranggotakan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah
daerah, akademisi, dan pakar transportasi yang berdomisili di wilayah.
(10) Dewan Penasihat Wilayah diangkat dan diberhentikan oleh Ketua Wilayah.
(11) Masa jabatan Pengurus Wilayah tidak lebih dari 3 (tiga) tahun.
(12) Prosedur (tata cara) pembentukan MTI Wilayah Baru dan, hak dan kewajiban, serta
pengangkatan dan pemberhentian Ketua Wilayah diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Terdapat perubahan pada ayat (1), (7), (10), (11) dan (12) menjadi:

(1) Pengurus Wilayah terdiri atas Ketua Wilayah yang dibantu sekurang-kurangnya 1 (satu)
Wakil Ketua Wilayah, 1 (satu) Sekretaris Wilayah dan 1 (satu) Bendahara.
(2) Ketua Wilayah diangkat dan diberhentikan oleh Musyawarah Wilayah untuk sebanyak-
banyaknya dua kali periode kepengurusan berturut-turut.
(3) Pengurus Wilayah selain Ketua Wilayah, diangkat dan diberhentikan oleh Ketua
Wilayah.
(4) Pengurus Wilayah bertanggung jawab untuk mengelola organisasi ditingkat wilayah.
(5) Ketua Wilayah dan Seluruh Pengurus Wilayah dipilih dan diangkat dari anggota yang
berdomisili di wilayah masing-masing.
(6) Pengurus Wilayah berkewajiban melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan
oleh Musyawarah Wilayah dan membantu pelaksanakan program kerja Pengurus Pusat.
(7) Pengurus Wilayah dapat menyusun struktur organisasi untuk menangani urusan-urusan
tertentu, termasuk peningkatan jumlah anggota sesuai kebutuhan.
(8) Pengurus Wilayah dapat dilengkapi dengan Dewan Penasihat Wilayah, yang berfungsi
untuk memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Pengurus Wilayah.
(9) Dewan Penasihat Wilayah dapat beranggotakan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah
daerah, akademisi, dan pakar transportasi yang berdomisili di wilayah.
(10) Dewan Penasihat Wilayah diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Wilayah.
(11) Masa jabatan Pengurus Wilayah 3 (tiga) tahun.
(12) Prosedur tata cara pembentukan MTI Wilayah Baru dan pemberhentian pengurus
wilayah, hak dan kewajiban, serta pengangkatan dan pemberhentian Ketua Wilayah
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 12 terkait Majelis Profesi terdapat perubahan nama dan perubahan isi ayat yang
semula:

Majelis Profesi -> Majelis Profesi dan Etik

(1) Majelis Profesi merupakan perangkat organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi ketrampilan dan keahlian bidang transportasi dalam rangka mendukung
sistem transportasi berkelanjutan.
(2) Majelis Profesi berfungsi untuk:
a. Menetapkan arah dan kebijakan pengembangan profesi bidang transportasi
b. Memberikan rekomendasi kepada pengurus pusat terkait program pengembangan
profesi
c.Menyusun tata laku profesi dan menegakkan kode etik profesi
(3) Majelis Profesi terdiri atas Ketua yang dibantu oleh Ketua Komisi dan Sekretaris Majelis
Profesi.
(4) Ketua Majelis Profesi dapat membentuk komisi sesuai dengan kebutuhan dan
ditetapkan dalam rapat Majelis Profesi
(5) Anggota Majelis Profesi terdiri atas perwakilan pengurus pusat, perwakilan pengurus
wilayah, perwakilan pendiri, mantan pengurus pusat dan wilayah serta pakar bidang
transportasi yang merupakan anggota.
(6) Keputusan Majelis Profesi ditetapkan berdasarkan musyawarah-mufakat.
(7) Prosedur pengangkatan anggota Majelis Profesi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Terdapat perubahan pada ayat (1), (2), (3), dan (5) menjadi:

(1) Majelis Profesi dan Etik merupakan perangkat organisasi yang menjalankan fungsi
pengawasan organisasi.
(2) Majelis Profesi dan Etik menjalankan fungsi:
a. Menetapkan arah dan kebijakan pengembangan profesi bidang transportasi
b. Memberikan rekomendasi kepada pengurus pusat terkait program pengembangan
profesi
c.Menyusun tata laku profesi dan menegakkan kode etik profesi
(3) Majelis Profesi dan Etik terdiri atas Ketua yang dibantu oleh Wakil Ketua dan anggota
dengan jumlah sebanyak-banyaknya sesuai kebutuhan. Ketua Majelis Profesi dan Etik
diangkat dalam Kongres
(4) Ketua Majelis Profesi dan Etik dapat membentuk komisi sesuai dengan kebutuhan dan
ditetapkan dalam rapat Majelis Profesi dan Etik.
(5) Anggota Majelis Profesi dan Etik terdiri atas pakar, perwakilan pengurus pusat,
perwakilan pengurus wilayah, perwakilan pendiri, mantan pengurus pusat dan wilayah
serta pakar bidang transportasi yang merupakan anggota dengan anggota sekurang-
kurangnya 10 orang.
(6) Keputusan Majelis Profesi dan Etik ditetapkan berdasarkan musyawarah-mufakat.
(7) Prosedur pengangkatan anggota Majelis Profesi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 13 terkait Dewan Pakar terdapat penghapusan pada Pasal tersebut. Sehingga Pasal
berikutnya Pasal 14 terkait Larangan Rangkap Jabatan berubah menjadi Pasal 12.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 13 terkait Larangan Rangkap Jabatan yang semula:

(1) Ketua Umum, Ketua Majelis Profesi, Ketua Dewan Pakar, Sekretaris Jenderal, dan
Pengurus Pusat dilarang merangkap jabatan sebagai Pengurus Wilayah.
(2) Pengurus Wilayah yang terpilih sebagai Ketua Umum, Ketua Majelis Profesi, Ketua
Dewan Pakar wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah ditetapkan
dalam Kongres.
(3) Pengurus Wilayah yang dipilih sebagai Sekretaris Jenderal dan atau Pengurus Pusat
wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah penetapan pengurus
pusat.
(4) Ketua Majelis Profesi dan Ketua Dewan Pakar sesuai ketetapan kongres yang terpilih
sebagai Pengurus Wilayah wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah
penetapan pengurus wilayah.
(5) Ketentuan larangan rangkap jabatan wajib ditaati oleh Pengurus dan Anggota MTI.
(6) Pengurus Pusat berwenang menetapkan pelanggaran rangkap jabatan dan
mengembalikan mandat Ketua Majelis Profesi dan Ketua Dewan Pakar pada
penyelenggaraan Kongres berikutnya.
Terdapat perubahan pada ayat (1), (2), (4) dan (6) menjadi:

(1) Ketua, Ketua Majelis Profesi dan Etik, Sekretaris Jenderal, dan Pengurus Pusat dilarang
merangkap jabatan sebagai Pengurus Wilayah.
(2) Pengurus Wilayah yang terpilih sebagai Ketua, Ketua Majelis Profesi dan Etik, wajib
mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah ditetapkan dalam Kongres.
(3) Pengurus Wilayah yang dipilih sebagai Sekretaris Jenderal dan atau Pengurus Pusat
wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah penetapan pengurus
pusat.
(4) Ketua Majelis Profesi dan Etik sesuai ketetapan kongres yang terpilih sebagai Pengurus
Wilayah wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah penetapan
pengurus wilayah.
(5) Ketentuan larangan rangkap jabatan wajib ditaati oleh Pengurus dan Anggota MTI.
(6) Pengurus Pusat berwenang menetapkan pelanggaran rangkap jabatan dan
mengembalikan mandat Ketua Majelis Profesi dan Etik pada penyelenggaraan Kongres
berikutnya.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 14 terkait Rapat-Rapat MTI yang semula berisi:

Rapat organisasi terdiri dari:


(1) Kongres;
(2) Musyawarah Wilayah;
(3) Rapat Kerja;
(4) Rapat Pengurus;
(5) Rapat Majelis Profesi
(6) Rapat Dewan Pakar

Terdapat perubahan menjadi:

Rapat organisasi terdiri dari:


(1) Kongres;
(2) Musyawarah Wilayah;
(3) Rapat Kerja Nasional dan Wilayah;
(4) Rapat Pengurus Pusat dan Wilayah;
(5) Rapat Majelis Profesi dan Etik.
Penghapusan poin (6) terkait Rapat Dewan Pakar dilakukan menyusul hasil dihapusnya Pasal
13 pada rancangan AD sebelumnya tentang Dewan Pakar. Perubahan tersebut kemudian dis-
epakati oleh seluruh peserta kongres.

BAB V tentang Kongres terdapat perubahan yaitu:

Pasal 15 terkait Kewenangan semula berisi:

(1) Kongres
(2) merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi.
(3) Kongres mempunyai wewenang:
a. menetapkan dan mengesahkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART);
b. menetapkan dan mengesahkan pertanggungan jawab Pengurus Pusat serta laporan
Majelis Profesi dan laporan Dewan Pakar;
c. menetapkan dan mengesahkan garis besar Program Kerja Organisasi;
d. memilih dan menetapkan Ketua Umum, Ketua Majelis Profesi, dan Ketua Dewan
pakar; dan
e. menetapkan keputusan lainnya untuk pengembangan organisasi.

Terdapat perubahan isi pada ayat (3) poin b dan c menjadi:

(1) Kongres
(2) merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi.
(3) Kongres mempunyai wewenang:
a. menetapkan dan mengesahkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART);
b. menetapkan dan mengesahkan pertanggungan jawab Pengurus Pusat serta laporan Ma-
jelis Profesi dan Etik;
c. menetapkan dan mengesahkan garis besar Program Kerja Organisasi;
d. memilih dan menetapkan Ketua, Ketua Majelis Profesi dan Etik, dan
e. menetapkan keputusan lainnya untuk pengembangan organisasi.

. Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 16 terkait Penyelenggaraan dan Peserta yang semula berisi:

(1) Kongres diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun pada kuartal Pertama. (tiga tahun sekali)
(2) Tempat penyelenggaraan Kongres ditetapkan dalam Kongres sebelumnya.
(3) Pemberitahuan Acara Kongres diberitahukan pada kuartal pertama tahun Kongres.
(4) Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Majelis Profesi, dan
Dewan Pakar .
(5) Kongres dapat dihadiri undangan terbatas sesuai kebutuhan.
(6) Untuk ketertiban organisasi dalam penyelenggaraan Kongres maka disusun Tata Tertib
Kongres yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar.

Terdapat perubahan isi pada ayat (1), (4) dan (6) menjadi:

(1) Kongres diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun


(2) Tempat penyelenggaraan Kongres ditetapkan dalam Kongres sebelumnya.
(3) Pemberitahuan Acara Kongres diberitahukan pada kuartal pertama tahun Kongres.
(4) Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Majelis Profesi dan
Etik.
(5) Kongres dapat dihadiri undangan terbatas sesuai kebutuhan.
(6) Untuk ketertiban organisasi dalam penyelenggaraan Kongres maka disusun Tata Tertib
Kongres.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 18 terkait Pimpinan Sidang yang semula berisi:

(1) Pimpinan Sidang terdiri dari Pimpinan Sidang Sementara dan Pimpinan Sidang
(2) Pimpinan Sidang Sementara bertugas untuk memimpin Sidang Pleno Pertama
(3) Pimpinan Sidang Sementara dilaksanakan oleh Pengurus Pusat
(4) Pimpinan Sidang Sementara pada Sidang Pleno Pertama menetapkan dan
mengesahkan kredensial dan kuorum sidang, serta melaksanakan pemilihan Pimpinan
Sidang.
(5) Pimpinan Sidang terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) orang
Wakil Ketua.
(6) Pimpinan Sidang dipilih dari Peserta Kongres kecuali Ketua Umum, Ketua Majelis
Profesi, dan Ketua Dewan Pakar pada tahun Kongres.

Terdapat perubahan pada ayat (6) menjadi: (Nantinya Pembahasan dilanjutkan dalam
ART)

(1) Pimpinan Sidang terdiri dari Pimpinan Sidang Sementara dan Pimpinan Sidang
(2) Pimpinan Sidang Sementara bertugas untuk memimpin Sidang Pleno Pertama
(3) Pimpinan Sidang Sementara dilaksanakan oleh Pengurus Pusat
(4) Pimpinan Sidang Sementara pada Sidang Pleno Pertama menetapkan dan
mengesahkan kredensial dan kuorum sidang, serta melaksanakan pemilihan Pimpinan
Sidang.
(5) Pimpinan Sidang terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) orang
Wakil Ketua.
(6) Pimpinan Sidang dipilih dari Peserta Kongres kecuali Ketua dan Ketua Majelis Profesi
dan Etik pada tahun Kongres.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 19 terkait Kongres Luar Biasa yang semula berisi:

(1) Kongres Luar Biasa adalah Kongres yang diselenggarakan diluar jadwal Kongres
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1).
(2) Kongres Luar Biasa diselenggarakan untuk memutuskan permasalahan penting dan
mendesak :
a. Perubahan terhadap ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
b. Perubahan terhadap ketetapan kongres terakhir
c.Ketua Umum atau Ketua Majelis Profesi atau Ketua Dewan Pakar berhalangan tetap
dan/atau mengundurkan diri.

Terdapat perubahan pada ayat (1) dan (2) pada poin a dan c menjadi:

(1) Kongres Luar Biasa adalah Kongres yang diselenggarakan diluar jadwal Kongres
sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1).
(2) Kongres Luar Biasa diselenggarakan untuk memutuskan permasalahan penting dan
mendesak :
a. Perubahan terhadap ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga tidak dapat dilaksanakan
b. Perubahan terhadap ketetapan kongres terakhir
c. Ketua atau Ketua Majelis Profesi dan Etik berhalangan tetap dan/atau
mengundurkan diri.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

BAB VI tentang Musyawarah WIlayah terdapat perubahan yaitu:

Pasal 20 terkait Kewenangan yang semula berisi:


(1) Musyawarah Wilayah (Muswil) merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi di
Tingkat Wilayah.
(2) Musyawarah Wilayah mempunyai wewenang:
a. menetapkan dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah;
b. menetapkan dan mengesahkan garis besar Program Kerja Organisasi di tingkat
Wilayah;
c. memilih dan menetapkan Ketua Wilayah; dan
d. menetapkan keputusan lainnya untuk pengembangan organisasi di tingkat Wilayah,
termasuk delegasi Kongres dan urusan keanggotaan.

Terdapat perubahan pada ayat (2) poin d menjadi:

(1) Musyawarah Wilayah (Muswil) merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi di


Tingkat Wilayah.
(2) Musyawarah Wilayah mempunyai wewenang:
a. menetapkan dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus Wilayah;
b. menetapkan dan mengesahkan garis besar Program Kerja Organisasi di tingkat Wilayah;
c. memilih dan menetapkan Ketua Wilayah; dan
d. menetapkan keputusan lainnya untuk pengembangan organisasi di tingkat Wilayah.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 21 terkait Penyelenggaraan dan Peserta yang semula berisi:

(1) Muswil diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun pada kuartal Pertama tahun Kongres
(2) Tempat penyelenggaraan Muswil ditetapkan dalam Muswil sebelumnya.
(3) Pemberitahuan mengenai Agenda Muswil harus telah diberikan sekurang-kurangnya
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sebelumnya.
(4) Peserta Muswil terdiri dari Pengurus Wilayah dan anggota.
(5) Muswil wajib dihadiri oleh Pengurus Pusat dan dapat dihadiri oleh undangan terbatas.
(6) Untuk ketertiban organisasi dalam penyelenggaraan Kongres maka disusun Tata Tertib
Muswil yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar.

Terdapat penghapusan pada ayat (3) dan (5) serta perubahan pada ayat (6) menjadi:

(1) Muswil diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun pada kuartal Pertama tahun Kongres
(2) Tempat penyelenggaraan Muswil ditetapkan dalam Muswil sebelumnya.
(3) Peserta Muswil terdiri dari Pengurus Wilayah dan anggota.
(4) Untuk ketertiban organisasi dalam penyelenggaraan Kongres maka disusun Tata Tertib
Muswil yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pasal 24 terkait Musyawarah Luar Biasa terdapat penghapusan pada Pasal tersebut. Se-
hingga Pasal berikutnya Pasal 25 terkait Rapat Kerja pada BAB VII berubah menjadi Pasal 24

BAB VII tentang Rapat Kerja dan Pengurus terdapat perubahan yaitu:

Pasal 24 terkait Rapat Kerja yang semula berisi:

(1) Rapat Kerja terdiri dari Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja Wilayah
(2) Rapat Kerja bertujuan untuk mengkoordinasikan program kerja organisasi
(3) Rapat Kerja Wilayah diselenggarakan pada kuartal Pertama setiap tahun
(4) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan pada kuartal Pertama setiap tahun
(5) Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh Pengurus Wilayah, perwakilan Pengurus Pusat, dan
undangan terbatas.
(6) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, perwakilan Pengurus Wilayah, dan
undangan terbatas.

Terdapat perubahan pada ayat (3), (4) dan (5) menjadi:

(1) Rapat Kerja terdiri dari Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja Wilayah
(2) Rapat Kerja bertujuan untuk mengkoordinasikan program kerja organisasi
(3) Rapat Kerja Wilayah diselenggarakan pada setiap tahun
(4) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan pada setiap tahun
(5) Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh pengurus dan undangan
(6) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, perwakilan Pengurus Wilayah, dan
undangan terbatas.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.


BAB VIII tentang Rapat Majelis Profesi dan Dewan Pakar Pengurus terdapat perubahan
judul dan isi yaitu:

Rapat Majelis Profesi dan Dewan Pakar -> Rapat Majelis Profesi dan Etik

Pasal 26 terkait Rapat Majelis Profesi berubah menjadi Rapat Majelis Profesi dan Etik,
kemudian yang semula berisi:

(1) Rapat Majelis Profesi bertujuan untuk menetapkan kebijakan terkait pengembangan
profesi.
(2) Rapat Majelis Profesi diselenggarakan sekurang-kurangnya setahun sekali.
(3) Rapat Majelis Profesi dihadiri oleh Ketua, dan anggota Majelis Profesi dan Etik.
Terdapat perubahan isi pada ayat (3) menjadi:

(1) Rapat Majelis Profesi bertujuan untuk menetapkan kebijakan terkait pengembangan
profesi.
(2) Rapat Majelis Profesi diselenggarakan sekurang-kurangnya setahun sekali.
(3) Rapat Majelis Profesi dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua dan anggota Majelis Profesi dan
Etik.

Pasal 27 terkait Rapat Dewan Pakar terdapat penghapusan pada Pasal tersebut. Sehingga
Pasal berikutnya Pasal 28 terkait Definisi Keanggotaan pada BAB IX berubah menjadi Pasal 27.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

BAB IX tentang Keanggotaan terdapat perubahan judul dan isi yaitu:

Keanggotaan -> Definisi Kriteria Keanggotaan

Pasal 27 terkait Definisi Keanggotaan yang semula berisi:

(1) Keanggotaan MTI terbuka bagi setiap warga negara Indonesia yang memiliki profesi,
praktisi, minat, kepedulian dan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi transportasi.
(2) Anggota Reguler adalah anggota perorangan yang melakukan pendaftaran secara
mandiri dan memenuhi ketentuan persyaratan keanggotaan.
(3) Anggota Kehormatan adalah anggota perorangan yang diusulkan dan ditetapkan secara
khusus oleh Pengurus Pusat dan/atau Pengurus Wilayah
(4) Ketentuan untuk menjadi anggota MTI diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Terdapat perubahan isi dan penambahan satu pasal menjadi:

(1) Keanggotaan MTI terbuka bagi setiap warga negara Indonesia yang memiliki profesi
dan/atau praktisi dan/atau minat, kepedulian dan kontribusi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi transportasi.
(2) Keanggotaan MTI terdiri dari anggota reguler dan anggota kehormatan.
(3) Anggota Reguler adalah anggota perorangan yang melakukan pendaftaran secara
mandiri dan memenuhi ketentuan persyaratan keanggotaan.
(4) Anggota Kehormatan adalah anggota perorangan yang diusulkan dan ditetapkan secara
khusus oleh Pengurus Pusat dan/atau Pengurus Wilayah
(5) Ketentuan untuk menjadi anggota MTI diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.


BAB XI tentang Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Organisasi terdapat
perubahan isi yaitu:

Pasal 32 terkait Pembubaran Organisasi yang semula berisi:

(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres yang khusus diadakan un-
tuk maksud tersebut.
(2) Kongres tersebut pada ayat (1) harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perem-
pat) dari anggota dan disetujui sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
anggota yang mempunyai hak suara, yang hadir dalam Kongres tersebut.
(3) Apabila Organisasi dinyatakan bubar, maka seluruh aset dan harta kekayaan organisasi
harus diserahkan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perbaikan kese-
jahteraan masyarakat yang pelayanan transportasinya masih terbelakang dan atau dis-
erahkan kepada yayasan sosial dibidang transportasi.
(4) Untuk pelaksanaan ayat (3) diatas, Kongres mengangkat Tim 5 (lima) orang diantara
anggota Majelis Profesi dan dewan pakar yang pengaturan tugas dan tanggung jawab-
nya di nota riilkan berdasarkan keputusan-keputusan Kongres tersebut.

Terdapat perubahan pada ayat (4) menjadi:

(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres yang khusus diadakan un-
tuk maksud tersebut.
(2) Kongres tersebut pada ayat (1) harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perem-
pat) dari anggota dan disetujui sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
anggota yang mempunyai hak suara, yang hadir dalam Kongres tersebut.
(3) Apabila Organisasi dinyatakan bubar, maka seluruh aset dan harta kekayaan organisasi
harus diserahkan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perbaikan kese-
jahteraan masyarakat yang pelayanan transportasinya masih terbelakang dan atau dis-
erahkan kepada yayasan sosial dibidang transportasi.
(4) Untuk pelaksanaan ayat (3) diatas, Kongres mengangkat Tim beranggotakan 5 (lima)
orang diantara anggota Majelis Profesi dan Etik yang pengaturan tugas dan tanggung
jawabnya di nota riilkan dibuat akta notaries berdasarkan keputusan-keputusan Kongres
tersebut.

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

BAB XII tentang Penutup terdapat perubahan isi yaitu:

Pasal 33 terkait Ketentuan Penutup terdapat perubahan yaitu penambahan ayat yang
semula berisi:
(1) Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga, yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.
(2) Untuk Pertama kalinya Anggaran Dasar ini ditetapkan pada Rapat Pendirian Organisasi
yang berfungsi sebagai Kongres Pertama dilakukan pada tanggal 21 Desember 1995 di
Jakarta. Anggaran Dasar pada saat pendirian terdiri atas 8 bab dan 27 pasal.
(3) Perubahan Anggaran Dasar yang pertama kali ditetapkan dalam Kongres ke II pada
tanggal 6 Desember 1999 di Jakarta
(4) Perubahan Anggaran Dasar untuk kedua kali ditetapkan dalam Kongres ke III pada
tanggal 28 Februari 2004 di Yogyakarta
(5) Perubahan Anggaran Dasar yang ketiga kali ditetapkan dalam Kongres ke V pada tang-
gal 25 Februari 2010 di Jakarta
(6) Perubahan Anggaran Dasar yang keempat kali ditetapkan dalam Kongres ke VIII pada
tanggal 27 april 2019 di Jakarta.

Perubahan penambahan ayat tersebut menjadi:

(1) Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga, yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.
(2) Untuk Pertama kalinya Anggaran Dasar ini ditetapkan pada Rapat Pendirian Organisasi
yang berfungsi sebagai Kongres Pertama dilakukan pada tanggal 21 Desember 1995 di
Jakarta. Anggaran Dasar pada saat pendirian terdiri atas 8 bab dan 27 pasal.
(3) Perubahan Anggaran Dasar yang pertama kali ditetapkan dalam Kongres ke II pada
tanggal 6 Desember 1999 di Jakarta
(4) Perubahan Anggaran Dasar untuk kedua kali ditetapkan dalam Kongres ke III pada
tanggal 28 Februari 2004 di Yogyakarta
(5) Perubahan Anggaran Dasar yang ketiga kali ditetapkan dalam Kongres ke V pada tang-
gal 25 Februari 2010 di Jakarta
(6) Perubahan Anggaran Dasar yang keempat kali ditetapkan dalam Kongres ke VIII pada
tanggal 27 april 2019 di Jakarta.
(7) (Perubahan Anggaran Dasar yang kelima kali ditetapkan dalam Kongres Luar Biasa
tanggal 29 Januari 2022 di Jakarta)

Perubahan tersebut kemudian disepakati oleh seluruh peserta kongres.

Pembahasan AD selesai, kemudian Kongres Luar Biasa dilanjutkan dengan pembahasan


Anggaran Rumah Tangga.

BAB I Anggaran Rumah Tangga tentang Keanggotaan terdapat perubahan isi yaitu:

Pasal 1 terkait Persyaratan yang semula berisi:

(1) Persyaratan anggota Reguler MTI adalah sebagai berikut:


a) Warga negara Indonesia yang setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Pancasila sebagai Dasar Negara.
b) Status kewarganegaraan ditunjukkan dengan kartu tanda penduduk dan / atau pas-
por bagi yang sedang berdomisili di luar negeri.
c) Telah atau sedang menempuh pendidikan tinggi yang berorientasi pada kesela-
matan, keamanan, kelancaran, penegakan hukum, dan penyelenggaraan trans-
portasi berkelanjutan.
d) Keanggotaan regular berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
e) Setiap anggota reguler wajib membayar iuran selama masa keanggotan yang digu-
nakan untuk administrasi organisasi.
f) Wajib membayar Besarnya iuran keanggotaan berlaku Rp 300.000 per orang per
tahun

(2) Persyaratan keanggotaan dalam organisasi internasional yang berafiliansi dengan MTI
adalah :
a) aktif sebagai anggota reguler MTI dan telah membayar iuran keanggotaan MTI
b) membayar iuran tambahan yang digunakan untuk memenuhi persyaratan afiliasi dan
administrasi keanggotaan.
c) besarnya iuran tambahan ditentukan oleh MTI Pusat

(3) Anggota yang sudah memenuhi kewajiban sebagaimana ayat 1f dan 2c berhak mendap-
atkan anggota.

Terdapat perubahan pada ayat 1 (d), (e) dan (f). Ayat 2 dan ayat 3 menjadi:

(1) Persyaratan anggota MTI adalah sebagai berikut:


a) Warga negara Indonesia yang setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
dan Pancasila sebagai Dasar Negara.
b) Status kewarganegaraan ditunjukkan dengan kartu tanda penduduk dan / atau pas-
por bagi yang sedang berdomisili di luar negeri.
c) Telah atau sedang menempuh pendidikan yang berorientasi pada keselamatan,
keamanan, kelancaran, penegakan hukum, dan penyelenggaraan transportasi
berkelannjutan.
d) Keanggotaan regular ditinjau setiap 3 tahun dan diselesaikan selambat-lambatnya 3
bulan sebelum kongres dan/atau musyawarah wilayah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
e) Wajib membayar iuran selama masa keanggotan yang digunakan untuk adminis-
trasi organisasi ditingkat pusat dan daerah
f) Wajib membayar keanggotaan berlaku Rp 300.000 per orang per tahun

(2) Persyaratan keanggotaan dalam organisasi internasional yang berafiliansi dengan MTI
ditentukan oleh Pusat.
(3) Anggota yang sudah memenuhi kewajiban sebagaimana ayat 1 berhak mendapatkan
keanggotaan.

Kongres Luar Biasa hari pertama berakhir. Perubahan BAB I ART belum disepakati oleh
seluruh peserta Kongres dan akan dilanjutkan pada Kongres Luar Biasa hari kedua pada
30 Januari.

Anda mungkin juga menyukai