Dilanjutkan oleh Sekretariat Jenderal MTI memaparkan susunan acara kongres dengan hasil
Hari pertama: Membangun konsesus topik per topik
Keanggotaan (pendaftaraan, basis data, iuran, keprofesian)
Struktur organisasi (Pusat, Pusat-Wilayah, Wil. Provinsi – Sub-Provinsi),
Mekanisme Kongres (Biasa), Rapat Kerja, hak suara terkait kenaggotaan
Hari kedua pasal per pasal sesuai konsensus yang dibangun.
Peserta Kongres mendiskusikan untuk memilih Ketua Sidang Sementara, dengan hasil siding
menunjuk bapak Sony Sulaksono terpilih menjadi Ketua Sidang Sementara. Setelah terpilih,
Ketua Sidang Sementara bapak Sony Sulaksono melakukan verifikasi anggota sidang,
mengecek kredensial, menetapkan dan pembacaan tata tertib.
Setelah break 10 menit, membuat keputusan Kembali yaitu mengadakan pemilihan ketua
sidang. Untuk pemilihan ketua sidang hanya dipilih dari yang luring dengan usulan nama-nama
yang akan dijadikan ketua Kongres:
Pak Koko
Pak Emir
Pak Bambang
Pak Suharto Abdul Majid
Pak Isnaini dan
Pak Sigit
Sidang memutuskan untuk memilih pak Isnaini sebagai Ketua Sidang dan pak Slamet Widodo
serta pak Sigit sebagai Wakil dalam Sidang.
Acara dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada anggota MTI Wilayah terkait
tanggapan terhadap rancangan AD/ART yaitu:
MTI Jawa Barat: marwah MTI harus netral dantercermin di AD/ART
MTI Jawa Timur: agar terkait Sinergi, Kolaborasi dan Koordinasi dibahas dalam
AD/ART dan meningkatkan nilai tambah masyarakat dan anggota MTI itu sendiri secara
detail agar manfaatnya terasa untuk seluruh stakeholder
MTI Sidoarjo: terdapat kesulitan yang belum terakomodir di wilayah pada konsep agar
menjaga marwah sebagai organisasi profesi yang professional
MTI Jawa Tengah: terdapat kurangnya partisipasi dari Pemda
MTI Solo Raya: Berkomitmen bekerja sama dengan pemerintah dengan
pengembangan transportasi berkelanjutan
MTI Sumatera Selatan: Mengadvokasi yang baik untuk masyarakat tentang
transportasi, agar supaya Kota dan Provinsi dapat menyelesaikan permasalahan
transportasi dengan disiplin ilmunya, serta mengantisipasi Ketua tunggal tanpa Wakil
MTI Sumatera Barat: Anggota MTI nantinya agar diberikan pelatihan
MTI Lampung: Diharapkan kegiatan berikutnya melibatkan daerah ke pusat
MTI Kalimantan Barat: untuk mengkaji dan brainstorming tentang transportasi
MTI Sulawesi Selatan: AD harus ditetapkan agar mempunyai kepastian hukum
MTI Sulawesi Utara: Kepengurusan MTI agar dibatasi menjadi 2 periode saja dan
memberikan kesempatan kepada generasi muda
MTI Maluku: agar berkonsultasi terkait kepengurusan Organisasi
Kongres diberhentikan sementara karena sudah memasuki waktu istirahat, sholat dan makan
(ishoma). Setelah ishoma kongres dilanjutkan dengan membedah satu persatu pasal AD/ART
dan fokus pasal-pasal serta aturan yang dianggap krusial.
Transportasi berperan sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan
pertahanan keamanan, sehingga perlu diarahkan sedemikian rupa guna terwujudnya sistem
transportasi nasional yang handal dan berkesinambungan, yang disertai dengan peningkatan
kualitas sumber daya manusia. Perwujudan sistem transportasi nasional tersebut di atas
memerlukan partisipasi dari setiap pemegang kepentingan, termasuk masyarakat profesional
yang berkecimpung di bidang transportasi.
Menyadari dengan sesungguhnya bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki hak dan
tanggung jawab serta kewajiban yang sama untuk mewujudkan tujuan nasional sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki dalam bidang pengabdiannya, maka masyarakat profesional dalam
bidang transportasi perlu dihimpun kedalam suatu wadah organisasi guna menyalurkan
aspirasi, menyumbangkan kemampuan dan keahliannya, serta pengabdiannya di segala bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang berhubungan dengan transportasi.
Organisasi tersebut selanjutnya diharapkan menjadi organisasi profesi yang mandiri dan
berperan secara aktif dalam mewujudkan sistem transportasi yang handal dan efisien sesuai
dengan tuntutan perkembangan kehidupan masyarakat.” Disepakati tanpa adanya perubahan.
BAB I tentang Nama, Waktu dan Tempat Kedudukan terdapat perubahan yaitu:
Pasal 3 terkait Tempat Kedudukan, yang semula berisi “MTI berkedudukan di Ibukota Negara
Republik Indonesia” berubah menjadi “MTI berkedudukan di Jakarta) dan disepakati.
BAB III tentang Visi, Misi dan Tujuan terdapat perubahan yaitu:
Pasal 5 terkait Visi Organisasi yang berisi “Terwujudnya MTI sebagai organisasi yang menjadi
acuan profesional bidang transportasi, menuju terbentuknya sistem transportasi yang
berkelanjutan dan sesuai dengan aspirasi segenap pemangku kepentingan”. Disepakati tanpa
adanya perubahan.
Terdapat penambahan satu poin, yaitu poin d yang berisi “menjalin semua pihak”. Dan
disepakati oleh seluruh peserta kongres.
Terdapat penambahan satu poin, yaitu poin d yang berisi “Meningkatnya kegiatan bidang
transportasi yang berbasis IPTEK). Dan disepakati oleh seluruh peserta kongres.
Terdapat perubahan yakni penghapusan poin d) dan penambahan nama pada poin c)
yang kemudian berubah menjadi:
(1) Pengurus Pusat terdiri atas Ketua yang dibantu oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Wakil
Ketua, 1 (satu) Sekretaris Jenderal yang dibantu oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) Wakil
Sekjen, dan 1 (satu) Bendahara.
(2) Ketua diangkat dan diberhentikan oleh Kongres untuk sebanyak-banyaknya dua kali
periode kepengurusan berturut-turut.
(3) Pengurus Pusat selain Ketua, diangkat dan diberhentikan oleh Ketua.
(4) Pengurus Pusat bertanggung jawab untuk mengelola organisasi ditingkat nasional.
(5) Pengurus Pusat berkewajiban melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan
oleh Kongres.
(6) Pengurus Pusat dapat menyusun struktur organisasi untuk menangani urusan-urusan
tertentu, termasuk forum dan urusan keanggotaan.
(7) Forum merupakan wadah untuk pengembangan profesi transportasi dalam bidang
tertentu yang spesifik.
(8) Forum dibentuk untuk melakukan kajian dan kegiatan-kegiatan lain dalam bidang
transportasi yang bersifat spesifik sesuai minat tertentu dan/atau untuk memenuhi
kebutuhan.
(9) Pengurus Pusat dapat dilengkapi dengan Dewan Penasihat, yang berfungsi untuk
memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Pengurus Pusat.
(10) Dewan Penasihat dapat beranggotakan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah,
akademisi, dan pakar transportasi.
(11) Dewan Penasihat diangkat dan diberhentikan oleh Ketua.
(12) Masa jabatan Pengurus Pusat selama 3 (tiga) tahun.
(13) Pengaturan hak dan kewajiban, tugas, serta pengangkatan dan pemberhentian
pengurus pusat, termasuk pembentukan forum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Terdapat perubahan pada ayat (1), (7), (10), (11) dan (12) menjadi:
(1) Pengurus Wilayah terdiri atas Ketua Wilayah yang dibantu sekurang-kurangnya 1 (satu)
Wakil Ketua Wilayah, 1 (satu) Sekretaris Wilayah dan 1 (satu) Bendahara.
(2) Ketua Wilayah diangkat dan diberhentikan oleh Musyawarah Wilayah untuk sebanyak-
banyaknya dua kali periode kepengurusan berturut-turut.
(3) Pengurus Wilayah selain Ketua Wilayah, diangkat dan diberhentikan oleh Ketua
Wilayah.
(4) Pengurus Wilayah bertanggung jawab untuk mengelola organisasi ditingkat wilayah.
(5) Ketua Wilayah dan Seluruh Pengurus Wilayah dipilih dan diangkat dari anggota yang
berdomisili di wilayah masing-masing.
(6) Pengurus Wilayah berkewajiban melaksanakan keputusan-keputusan yang ditetapkan
oleh Musyawarah Wilayah dan membantu pelaksanakan program kerja Pengurus Pusat.
(7) Pengurus Wilayah dapat menyusun struktur organisasi untuk menangani urusan-urusan
tertentu, termasuk peningkatan jumlah anggota sesuai kebutuhan.
(8) Pengurus Wilayah dapat dilengkapi dengan Dewan Penasihat Wilayah, yang berfungsi
untuk memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Pengurus Wilayah.
(9) Dewan Penasihat Wilayah dapat beranggotakan tokoh masyarakat, pejabat pemerintah
daerah, akademisi, dan pakar transportasi yang berdomisili di wilayah.
(10) Dewan Penasihat Wilayah diangkat dan diberhentikan oleh Pengurus Wilayah.
(11) Masa jabatan Pengurus Wilayah 3 (tiga) tahun.
(12) Prosedur tata cara pembentukan MTI Wilayah Baru dan pemberhentian pengurus
wilayah, hak dan kewajiban, serta pengangkatan dan pemberhentian Ketua Wilayah
diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 12 terkait Majelis Profesi terdapat perubahan nama dan perubahan isi ayat yang
semula:
(1) Majelis Profesi merupakan perangkat organisasi yang bertujuan untuk mengembangkan
kompetensi ketrampilan dan keahlian bidang transportasi dalam rangka mendukung
sistem transportasi berkelanjutan.
(2) Majelis Profesi berfungsi untuk:
a. Menetapkan arah dan kebijakan pengembangan profesi bidang transportasi
b. Memberikan rekomendasi kepada pengurus pusat terkait program pengembangan
profesi
c.Menyusun tata laku profesi dan menegakkan kode etik profesi
(3) Majelis Profesi terdiri atas Ketua yang dibantu oleh Ketua Komisi dan Sekretaris Majelis
Profesi.
(4) Ketua Majelis Profesi dapat membentuk komisi sesuai dengan kebutuhan dan
ditetapkan dalam rapat Majelis Profesi
(5) Anggota Majelis Profesi terdiri atas perwakilan pengurus pusat, perwakilan pengurus
wilayah, perwakilan pendiri, mantan pengurus pusat dan wilayah serta pakar bidang
transportasi yang merupakan anggota.
(6) Keputusan Majelis Profesi ditetapkan berdasarkan musyawarah-mufakat.
(7) Prosedur pengangkatan anggota Majelis Profesi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Terdapat perubahan pada ayat (1), (2), (3), dan (5) menjadi:
(1) Majelis Profesi dan Etik merupakan perangkat organisasi yang menjalankan fungsi
pengawasan organisasi.
(2) Majelis Profesi dan Etik menjalankan fungsi:
a. Menetapkan arah dan kebijakan pengembangan profesi bidang transportasi
b. Memberikan rekomendasi kepada pengurus pusat terkait program pengembangan
profesi
c.Menyusun tata laku profesi dan menegakkan kode etik profesi
(3) Majelis Profesi dan Etik terdiri atas Ketua yang dibantu oleh Wakil Ketua dan anggota
dengan jumlah sebanyak-banyaknya sesuai kebutuhan. Ketua Majelis Profesi dan Etik
diangkat dalam Kongres
(4) Ketua Majelis Profesi dan Etik dapat membentuk komisi sesuai dengan kebutuhan dan
ditetapkan dalam rapat Majelis Profesi dan Etik.
(5) Anggota Majelis Profesi dan Etik terdiri atas pakar, perwakilan pengurus pusat,
perwakilan pengurus wilayah, perwakilan pendiri, mantan pengurus pusat dan wilayah
serta pakar bidang transportasi yang merupakan anggota dengan anggota sekurang-
kurangnya 10 orang.
(6) Keputusan Majelis Profesi dan Etik ditetapkan berdasarkan musyawarah-mufakat.
(7) Prosedur pengangkatan anggota Majelis Profesi diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 13 terkait Dewan Pakar terdapat penghapusan pada Pasal tersebut. Sehingga Pasal
berikutnya Pasal 14 terkait Larangan Rangkap Jabatan berubah menjadi Pasal 12.
(1) Ketua Umum, Ketua Majelis Profesi, Ketua Dewan Pakar, Sekretaris Jenderal, dan
Pengurus Pusat dilarang merangkap jabatan sebagai Pengurus Wilayah.
(2) Pengurus Wilayah yang terpilih sebagai Ketua Umum, Ketua Majelis Profesi, Ketua
Dewan Pakar wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah ditetapkan
dalam Kongres.
(3) Pengurus Wilayah yang dipilih sebagai Sekretaris Jenderal dan atau Pengurus Pusat
wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah penetapan pengurus
pusat.
(4) Ketua Majelis Profesi dan Ketua Dewan Pakar sesuai ketetapan kongres yang terpilih
sebagai Pengurus Wilayah wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah
penetapan pengurus wilayah.
(5) Ketentuan larangan rangkap jabatan wajib ditaati oleh Pengurus dan Anggota MTI.
(6) Pengurus Pusat berwenang menetapkan pelanggaran rangkap jabatan dan
mengembalikan mandat Ketua Majelis Profesi dan Ketua Dewan Pakar pada
penyelenggaraan Kongres berikutnya.
Terdapat perubahan pada ayat (1), (2), (4) dan (6) menjadi:
(1) Ketua, Ketua Majelis Profesi dan Etik, Sekretaris Jenderal, dan Pengurus Pusat dilarang
merangkap jabatan sebagai Pengurus Wilayah.
(2) Pengurus Wilayah yang terpilih sebagai Ketua, Ketua Majelis Profesi dan Etik, wajib
mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah ditetapkan dalam Kongres.
(3) Pengurus Wilayah yang dipilih sebagai Sekretaris Jenderal dan atau Pengurus Pusat
wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah penetapan pengurus
pusat.
(4) Ketua Majelis Profesi dan Etik sesuai ketetapan kongres yang terpilih sebagai Pengurus
Wilayah wajib mengundurkan diri sekurang-kurangnya 30 hari setelah penetapan
pengurus wilayah.
(5) Ketentuan larangan rangkap jabatan wajib ditaati oleh Pengurus dan Anggota MTI.
(6) Pengurus Pusat berwenang menetapkan pelanggaran rangkap jabatan dan
mengembalikan mandat Ketua Majelis Profesi dan Etik pada penyelenggaraan Kongres
berikutnya.
(1) Kongres
(2) merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi.
(3) Kongres mempunyai wewenang:
a. menetapkan dan mengesahkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART);
b. menetapkan dan mengesahkan pertanggungan jawab Pengurus Pusat serta laporan
Majelis Profesi dan laporan Dewan Pakar;
c. menetapkan dan mengesahkan garis besar Program Kerja Organisasi;
d. memilih dan menetapkan Ketua Umum, Ketua Majelis Profesi, dan Ketua Dewan
pakar; dan
e. menetapkan keputusan lainnya untuk pengembangan organisasi.
(1) Kongres
(2) merupakan lembaga kekuasaan tertinggi organisasi.
(3) Kongres mempunyai wewenang:
a. menetapkan dan mengesahkan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga
(ART);
b. menetapkan dan mengesahkan pertanggungan jawab Pengurus Pusat serta laporan Ma-
jelis Profesi dan Etik;
c. menetapkan dan mengesahkan garis besar Program Kerja Organisasi;
d. memilih dan menetapkan Ketua, Ketua Majelis Profesi dan Etik, dan
e. menetapkan keputusan lainnya untuk pengembangan organisasi.
(1) Kongres diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun pada kuartal Pertama. (tiga tahun sekali)
(2) Tempat penyelenggaraan Kongres ditetapkan dalam Kongres sebelumnya.
(3) Pemberitahuan Acara Kongres diberitahukan pada kuartal pertama tahun Kongres.
(4) Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Wilayah, Majelis Profesi, dan
Dewan Pakar .
(5) Kongres dapat dihadiri undangan terbatas sesuai kebutuhan.
(6) Untuk ketertiban organisasi dalam penyelenggaraan Kongres maka disusun Tata Tertib
Kongres yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar.
Terdapat perubahan isi pada ayat (1), (4) dan (6) menjadi:
(1) Pimpinan Sidang terdiri dari Pimpinan Sidang Sementara dan Pimpinan Sidang
(2) Pimpinan Sidang Sementara bertugas untuk memimpin Sidang Pleno Pertama
(3) Pimpinan Sidang Sementara dilaksanakan oleh Pengurus Pusat
(4) Pimpinan Sidang Sementara pada Sidang Pleno Pertama menetapkan dan
mengesahkan kredensial dan kuorum sidang, serta melaksanakan pemilihan Pimpinan
Sidang.
(5) Pimpinan Sidang terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) orang
Wakil Ketua.
(6) Pimpinan Sidang dipilih dari Peserta Kongres kecuali Ketua Umum, Ketua Majelis
Profesi, dan Ketua Dewan Pakar pada tahun Kongres.
Terdapat perubahan pada ayat (6) menjadi: (Nantinya Pembahasan dilanjutkan dalam
ART)
(1) Pimpinan Sidang terdiri dari Pimpinan Sidang Sementara dan Pimpinan Sidang
(2) Pimpinan Sidang Sementara bertugas untuk memimpin Sidang Pleno Pertama
(3) Pimpinan Sidang Sementara dilaksanakan oleh Pengurus Pusat
(4) Pimpinan Sidang Sementara pada Sidang Pleno Pertama menetapkan dan
mengesahkan kredensial dan kuorum sidang, serta melaksanakan pemilihan Pimpinan
Sidang.
(5) Pimpinan Sidang terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu 1 (satu) orang Ketua dan 2 (dua) orang
Wakil Ketua.
(6) Pimpinan Sidang dipilih dari Peserta Kongres kecuali Ketua dan Ketua Majelis Profesi
dan Etik pada tahun Kongres.
(1) Kongres Luar Biasa adalah Kongres yang diselenggarakan diluar jadwal Kongres
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (1).
(2) Kongres Luar Biasa diselenggarakan untuk memutuskan permasalahan penting dan
mendesak :
a. Perubahan terhadap ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga.
b. Perubahan terhadap ketetapan kongres terakhir
c.Ketua Umum atau Ketua Majelis Profesi atau Ketua Dewan Pakar berhalangan tetap
dan/atau mengundurkan diri.
Terdapat perubahan pada ayat (1) dan (2) pada poin a dan c menjadi:
(1) Kongres Luar Biasa adalah Kongres yang diselenggarakan diluar jadwal Kongres
sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1).
(2) Kongres Luar Biasa diselenggarakan untuk memutuskan permasalahan penting dan
mendesak :
a. Perubahan terhadap ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga tidak dapat dilaksanakan
b. Perubahan terhadap ketetapan kongres terakhir
c. Ketua atau Ketua Majelis Profesi dan Etik berhalangan tetap dan/atau
mengundurkan diri.
(1) Muswil diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun pada kuartal Pertama tahun Kongres
(2) Tempat penyelenggaraan Muswil ditetapkan dalam Muswil sebelumnya.
(3) Pemberitahuan mengenai Agenda Muswil harus telah diberikan sekurang-kurangnya
waktu 30 (tiga puluh) hari kalender sebelumnya.
(4) Peserta Muswil terdiri dari Pengurus Wilayah dan anggota.
(5) Muswil wajib dihadiri oleh Pengurus Pusat dan dapat dihadiri oleh undangan terbatas.
(6) Untuk ketertiban organisasi dalam penyelenggaraan Kongres maka disusun Tata Tertib
Muswil yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar.
Terdapat penghapusan pada ayat (3) dan (5) serta perubahan pada ayat (6) menjadi:
(1) Muswil diselenggarakan setiap 3 (tiga) tahun pada kuartal Pertama tahun Kongres
(2) Tempat penyelenggaraan Muswil ditetapkan dalam Muswil sebelumnya.
(3) Peserta Muswil terdiri dari Pengurus Wilayah dan anggota.
(4) Untuk ketertiban organisasi dalam penyelenggaraan Kongres maka disusun Tata Tertib
Muswil yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 24 terkait Musyawarah Luar Biasa terdapat penghapusan pada Pasal tersebut. Se-
hingga Pasal berikutnya Pasal 25 terkait Rapat Kerja pada BAB VII berubah menjadi Pasal 24
BAB VII tentang Rapat Kerja dan Pengurus terdapat perubahan yaitu:
(1) Rapat Kerja terdiri dari Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja Wilayah
(2) Rapat Kerja bertujuan untuk mengkoordinasikan program kerja organisasi
(3) Rapat Kerja Wilayah diselenggarakan pada kuartal Pertama setiap tahun
(4) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan pada kuartal Pertama setiap tahun
(5) Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh Pengurus Wilayah, perwakilan Pengurus Pusat, dan
undangan terbatas.
(6) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, perwakilan Pengurus Wilayah, dan
undangan terbatas.
(1) Rapat Kerja terdiri dari Rapat Kerja Nasional dan Rapat Kerja Wilayah
(2) Rapat Kerja bertujuan untuk mengkoordinasikan program kerja organisasi
(3) Rapat Kerja Wilayah diselenggarakan pada setiap tahun
(4) Rapat Kerja Nasional diselenggarakan pada setiap tahun
(5) Rapat Kerja Wilayah dihadiri oleh pengurus dan undangan
(6) Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, perwakilan Pengurus Wilayah, dan
undangan terbatas.
Rapat Majelis Profesi dan Dewan Pakar -> Rapat Majelis Profesi dan Etik
Pasal 26 terkait Rapat Majelis Profesi berubah menjadi Rapat Majelis Profesi dan Etik,
kemudian yang semula berisi:
(1) Rapat Majelis Profesi bertujuan untuk menetapkan kebijakan terkait pengembangan
profesi.
(2) Rapat Majelis Profesi diselenggarakan sekurang-kurangnya setahun sekali.
(3) Rapat Majelis Profesi dihadiri oleh Ketua, dan anggota Majelis Profesi dan Etik.
Terdapat perubahan isi pada ayat (3) menjadi:
(1) Rapat Majelis Profesi bertujuan untuk menetapkan kebijakan terkait pengembangan
profesi.
(2) Rapat Majelis Profesi diselenggarakan sekurang-kurangnya setahun sekali.
(3) Rapat Majelis Profesi dihadiri oleh Ketua, Wakil Ketua dan anggota Majelis Profesi dan
Etik.
Pasal 27 terkait Rapat Dewan Pakar terdapat penghapusan pada Pasal tersebut. Sehingga
Pasal berikutnya Pasal 28 terkait Definisi Keanggotaan pada BAB IX berubah menjadi Pasal 27.
(1) Keanggotaan MTI terbuka bagi setiap warga negara Indonesia yang memiliki profesi,
praktisi, minat, kepedulian dan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi transportasi.
(2) Anggota Reguler adalah anggota perorangan yang melakukan pendaftaran secara
mandiri dan memenuhi ketentuan persyaratan keanggotaan.
(3) Anggota Kehormatan adalah anggota perorangan yang diusulkan dan ditetapkan secara
khusus oleh Pengurus Pusat dan/atau Pengurus Wilayah
(4) Ketentuan untuk menjadi anggota MTI diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
(1) Keanggotaan MTI terbuka bagi setiap warga negara Indonesia yang memiliki profesi
dan/atau praktisi dan/atau minat, kepedulian dan kontribusi dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi transportasi.
(2) Keanggotaan MTI terdiri dari anggota reguler dan anggota kehormatan.
(3) Anggota Reguler adalah anggota perorangan yang melakukan pendaftaran secara
mandiri dan memenuhi ketentuan persyaratan keanggotaan.
(4) Anggota Kehormatan adalah anggota perorangan yang diusulkan dan ditetapkan secara
khusus oleh Pengurus Pusat dan/atau Pengurus Wilayah
(5) Ketentuan untuk menjadi anggota MTI diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah
Tangga.
(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres yang khusus diadakan un-
tuk maksud tersebut.
(2) Kongres tersebut pada ayat (1) harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perem-
pat) dari anggota dan disetujui sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
anggota yang mempunyai hak suara, yang hadir dalam Kongres tersebut.
(3) Apabila Organisasi dinyatakan bubar, maka seluruh aset dan harta kekayaan organisasi
harus diserahkan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perbaikan kese-
jahteraan masyarakat yang pelayanan transportasinya masih terbelakang dan atau dis-
erahkan kepada yayasan sosial dibidang transportasi.
(4) Untuk pelaksanaan ayat (3) diatas, Kongres mengangkat Tim 5 (lima) orang diantara
anggota Majelis Profesi dan dewan pakar yang pengaturan tugas dan tanggung jawab-
nya di nota riilkan berdasarkan keputusan-keputusan Kongres tersebut.
(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Kongres yang khusus diadakan un-
tuk maksud tersebut.
(2) Kongres tersebut pada ayat (1) harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perem-
pat) dari anggota dan disetujui sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah
anggota yang mempunyai hak suara, yang hadir dalam Kongres tersebut.
(3) Apabila Organisasi dinyatakan bubar, maka seluruh aset dan harta kekayaan organisasi
harus diserahkan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perbaikan kese-
jahteraan masyarakat yang pelayanan transportasinya masih terbelakang dan atau dis-
erahkan kepada yayasan sosial dibidang transportasi.
(4) Untuk pelaksanaan ayat (3) diatas, Kongres mengangkat Tim beranggotakan 5 (lima)
orang diantara anggota Majelis Profesi dan Etik yang pengaturan tugas dan tanggung
jawabnya di nota riilkan dibuat akta notaries berdasarkan keputusan-keputusan Kongres
tersebut.
Pasal 33 terkait Ketentuan Penutup terdapat perubahan yaitu penambahan ayat yang
semula berisi:
(1) Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga, yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.
(2) Untuk Pertama kalinya Anggaran Dasar ini ditetapkan pada Rapat Pendirian Organisasi
yang berfungsi sebagai Kongres Pertama dilakukan pada tanggal 21 Desember 1995 di
Jakarta. Anggaran Dasar pada saat pendirian terdiri atas 8 bab dan 27 pasal.
(3) Perubahan Anggaran Dasar yang pertama kali ditetapkan dalam Kongres ke II pada
tanggal 6 Desember 1999 di Jakarta
(4) Perubahan Anggaran Dasar untuk kedua kali ditetapkan dalam Kongres ke III pada
tanggal 28 Februari 2004 di Yogyakarta
(5) Perubahan Anggaran Dasar yang ketiga kali ditetapkan dalam Kongres ke V pada tang-
gal 25 Februari 2010 di Jakarta
(6) Perubahan Anggaran Dasar yang keempat kali ditetapkan dalam Kongres ke VIII pada
tanggal 27 april 2019 di Jakarta.
(1) Hal-hal yang belum atau tidak diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga, yang tidak boleh bertentangan dengan Anggaran Dasar.
(2) Untuk Pertama kalinya Anggaran Dasar ini ditetapkan pada Rapat Pendirian Organisasi
yang berfungsi sebagai Kongres Pertama dilakukan pada tanggal 21 Desember 1995 di
Jakarta. Anggaran Dasar pada saat pendirian terdiri atas 8 bab dan 27 pasal.
(3) Perubahan Anggaran Dasar yang pertama kali ditetapkan dalam Kongres ke II pada
tanggal 6 Desember 1999 di Jakarta
(4) Perubahan Anggaran Dasar untuk kedua kali ditetapkan dalam Kongres ke III pada
tanggal 28 Februari 2004 di Yogyakarta
(5) Perubahan Anggaran Dasar yang ketiga kali ditetapkan dalam Kongres ke V pada tang-
gal 25 Februari 2010 di Jakarta
(6) Perubahan Anggaran Dasar yang keempat kali ditetapkan dalam Kongres ke VIII pada
tanggal 27 april 2019 di Jakarta.
(7) (Perubahan Anggaran Dasar yang kelima kali ditetapkan dalam Kongres Luar Biasa
tanggal 29 Januari 2022 di Jakarta)
BAB I Anggaran Rumah Tangga tentang Keanggotaan terdapat perubahan isi yaitu:
(2) Persyaratan keanggotaan dalam organisasi internasional yang berafiliansi dengan MTI
adalah :
a) aktif sebagai anggota reguler MTI dan telah membayar iuran keanggotaan MTI
b) membayar iuran tambahan yang digunakan untuk memenuhi persyaratan afiliasi dan
administrasi keanggotaan.
c) besarnya iuran tambahan ditentukan oleh MTI Pusat
(3) Anggota yang sudah memenuhi kewajiban sebagaimana ayat 1f dan 2c berhak mendap-
atkan anggota.
Terdapat perubahan pada ayat 1 (d), (e) dan (f). Ayat 2 dan ayat 3 menjadi:
(2) Persyaratan keanggotaan dalam organisasi internasional yang berafiliansi dengan MTI
ditentukan oleh Pusat.
(3) Anggota yang sudah memenuhi kewajiban sebagaimana ayat 1 berhak mendapatkan
keanggotaan.
Kongres Luar Biasa hari pertama berakhir. Perubahan BAB I ART belum disepakati oleh
seluruh peserta Kongres dan akan dilanjutkan pada Kongres Luar Biasa hari kedua pada
30 Januari.