Anda di halaman 1dari 14

ANGGARAN DASAR

BAB I

NAMA, WAKTU, DAN WILAYAH

PASAL 1

1. Organisasi ini bernama TOYOTA KIJANG CLUB INDONESIA yang selanjutnya disingkat TKCI;
2. TKCI dibentuk di Jakarta pada tanggal 25 November 2000;
3. Wilayah TKCI meliputi seluruh wiilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Cabang;

BAB II

ASAS, SIFAT, DAN TUJUAN

PASAL 2

TKCI berasaskan kemanusiaan, kekeluargaan, dan kemasyarakatan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.

PASAL 3

TKCI bersifat Otonom

PASAL 4

Tujuan TKCI adalah terbinanya manusia yang kokoh, kuat dan bertangung jawab, serta mengabdi
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui bidang Otomotif
dan Sosial.

PASAL 5

Untuk mencapai tujuan, melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:


1. Melakukan pembinaan Anggota TKCI menjadi manusia yang kokoh fisik dan membangun
persaudaraan dalam pengabdian kepada Negara Kesatuan Repbuplik Indonesia;
2. Menetapkan hari kumpul wajib;
3. Memupuk dan mengembangkan rasa kecintaan kepada bidang otomotif dan sosial;
4. Mengadakan forum diskusi dan studi banding mengenai Otomotif dengan Organisasi Otomotif
lainnya;
5. Menyelengarakan kerja Sosial dan usaha kemanusiaan serta bidang olahraga paling sedikit 2 (dua)
kali dalam setahun.

BAB III

KEANGGOTAAN DAN CABANG

PASAL 6

Keanggotaan
1. Anggota TKCI adalah Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mempedomani Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 dan dengan sukarela mengajukan permohonan menjadi anggota;
2. Keanggotaan TKCI terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu :
a. Anggota adalah seseorang yang memiliki kendaraan jenis Kijang.
b. Crew adalah seseorang yang memiliki kendaraan selain jenis Kijang.
3. Pengaturan lebih lanjut tentang keanggotaan TKCI sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatas, diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.

PASAL 7

CABANG

1. Cabang TKCI merupakan struktur Organisasi yang berdiri disebuah kabupaten/kota.


2. Penamaan Cabang yang berdiri di sebuah kabupaten dan kota yang bernama sama, maka Cabang
yang berdiri di kabupaten ditetapkan sesuai ibu kota kabupaten.
3. Cabang yang sudah lebih dahulu berdiri di kabupaten, maka Cabang yang akan berdiri di kota
ditambahkan kata “kota”.

BAB IV

KEWAJIBAN DAN HAK ANGGOTA

PASAL 8

Setiap Anggota dan Crew berkewajiban untuk :


1. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan TKCI.
2. Memegang teguh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga TKCI serta Peraturan-peraturan
perundang-undangan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Hadir pada hari kumpul wajib yang ditetapkan oleh BPH Cabang.
4. Aktif melaksanakan kebijakan dan kegiatan TKCI.

PASAL 9

Setiap Anggota dan Crew mempunyai hak:


a. Bicara dan memberikan suara.
b. Memilih dan dipilih dalam pengurusan Struktur Organisasi TKCI.
c. Membela diri.
d. Berkreasi.

BAB V

LARANGAN DAN SANKSI

PASAL 10

Larangan

Anggota TKCI dilarang :


a. Melakukan tindakan-tindakan yang dapat menciderai kepercayaan masyarakat kepada TKCI.
b. Melakukan kegiatan yang berlawanan dengan peraturan perundang-undangan NKRI.
PASAL 11

SANKSI

Sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap anggota Organisasi atas pelanggaran terdiri dari:
a. Peringatan.
b. Pembebastugasan dari jabatan Oraganisasi.
c. Pemberhentian sementara.
d. Pemberintian keanggotaan.

PASAL 12

1. Sanksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 huruf (a), huruf (b), dan huruf (c) ditujukan kepada
Anggota yang tidak mematuhi kewajiban sebagai Anggota TKCI.
2. Pengenaan Sanksi diberikan sesuai dengan muatan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota.
3. Anggota dapat mengajukan permohonan rehabilitas untuk membela diri secara tertulis.

PASAL 13

1. Sanksi sebagaimana dimaksud Pasal 11 huruf (d) ditujukan kepada anggota yang memalsukan
Lambang, Panji, Seragam, Stiker, dan/atau Label TKCI.
2. Anggota dikenakan sanksi sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 11 huruf (d) dijatuhkan apabila
terbukti melakukan kegiatan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 10 huruf (b).
3. Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat , Anggota tidak dapat mendaftarkan diri kembali
di Cabang manapun.

BAB VI

ORGANISASI, WEWENANG DAN KEWAJIBAN

PASAL 14

Organisasi

Dalam rangka melaksankan tujuan Organisasi, disusun jenjang kepengurusan sebagai berikut :
1. Dewan Pembina Nasional (DPN).
2. Dewan Pengurus Pusat (DPP).
3. Dewan Pengurus Cabang (DPC).
4. Badan Pengurus Harian (BPH).

PASAL 15

Dewan Pembina Nasional :


1. Dewan Pembina Nasional adalah Dewan tertinggi Oragnisasi TKCI yang merupakan pendiri
TKCI dan bersifat kolegtif koegial.
2. Dewan Pembina Nasional memiliki wewenang :
a. Memberikan pengarahan, petunjuk, pertimbangan, saran dan nasehat kepada pengurus DPP.
b. Menetapkan Lambang, Panji, Seragam, Stiker, dan Label TKCI.
c. Menghadiri kegiatan peresmian Cabang Organisasi, Rakerna, dan Munas.
d. Melakukan pembentukan kepengurusan DPP yang diputuskan dalam Musyawarah Nasional.
3. Kehadiran DPN dalam kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf (c) diwakili paling
banyak 2 (dua) orang.
PASAL 16
Dewan Pengurus Pusat
1. Dewan Pengurus Pusat adalah Dewan Pelaksana tertinggi Oraganisasi TKCI.
2. Masa kerja DPP berlaku selama 2 (dua) tahun.
3. Dewan Pengurus Pusat memiliki wewenang :
a. Memberikan pengarahan, petunjuk, pertimbangan, saran dan nasehat kepada BPH dalam hal
pembinaan keanggotaan Cabang.
b. Membuat program kerja tahunan organisasi TKCI di tingkat Nasional sesuai dengan anggaran
dasar anggaran rumah tangga dan dibahas bersama DPN dalam Rakernas.
c. Menetapkan formatur dan personalia pengurus organisasi tingkat DPP.
d. Mengesahkan pendirian cabang dan menetapkan jadwal peresmian Cabang dengan pedoman
pada persyaratan peresmian Cabang.
e. Mengesahkan kepengurusan BPH Cabang pada kegiatan peresmian Cabang.
f. Menyelengarakan Rakernas
g. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan pemerintah, perusahaan dan organisasi otomotif
lainnya yang selanjutnya dikoordinasi dengan dewan Pembina nasional.
4. Dewan Pengurus Pusat berkewajiban:
a. Melaksanakan program kerja tahunan organisasi TKCI di tingkat nasional dengan DPN dan
Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga.
b. Melaporkan kegiatan yang dilakukan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan kerja DPN.
c. Memberikan penghargaan kepada Cabang yang berprestasi dibidang otomotif.
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Pengurus Pusat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

PASAL 17
Dewan Pembina Cabang
1. Dewan Pembina Cabang merupakan Pendiri Cabang TKCI dan/atau pengurus pertama Cabang
TKCI.
2. Dewan Pembina Cabang memiliki wewewnang:
a. Memberikan pertimbangan, saran dan nasehat kepada BPH dan anggota Cabang.
b. Menyesesaikan perselisihan pada tingkat Cabang.
3. Dewan Pembina Cabang memiliki kewajiban menghadiri Musyawarah Cabang.

PASAL 18
Badan Pengurus Harian
1. Badan Pengurus Harian merupakan pelaksana harian ditingkat Cabang.
2. Masa kerja BPH berlaku selama 2 (dua) tahun.
3. Badan Pengurus Harian memiliki wewenang:
a. Menyelengarakan Musyawarah Cabang.
b. Menjalin hubungan dan kerjasama dengan pemerintah, dan Organisasi Otomotif lainnya, dan
perusahaan.
c. Melakukan pembinaan kepada anggota Cabang.
d. Menyelesaikan perselisihan antara anggota dan dengan organisasi lain di tingkat Cabang yang
dikoordinasi dengan DPC.
4. Badan Pengurus Harian berkewajiban:
a. Membuat program kerja tahunan yang diserahkan kepada DPP pada awal tahun kerja.
b. Melakukan pendataan keanggotaan Cabang pada akhir tahun.
c. Menghadiri Jamnas, Munas, Rakernas, dan Rakorwil dengan perwakilan minimal 3 (tiga) unsure
BPH.
d. Mengelolah keuangan Cabang.
e. Memberikan pertanggung jawaban pada rapat Demisioner.
5. Bagi Cabang yang baru berdiri, masa kerja BPH selama 2 periode.
BAB VII
HUBUNGAN DAN KERJASAMA
PASAL 19
1. TKCI dapat menjalin hubungan dan kerjasama dengan pemerintah dan organisasi otomotif lain
dalam segala bentuk kegiatan sesuai dengan asas dan sifat TKCI.
2. TKCI dapat menjalin hubungan dan kerjasama dengan perusahaan dalam segala bentuk kegiatan
sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan secara bersama.

BAB VIII
MUSYAWARAH DAN RAPAT
Bagian Kesatu
JAMBORE, MUSYAWARAH DAN RAPAT NASIONAL

PASAL 20
Jambore Nasional
1. Jambore Nasional merupakan kegiatan anggota TKCI yang diselengarakan dalam satu tahun sekali.
2. Jambore Nasional memuat kesenian, kebudayaan, dan objek wisata setempat.
3. Para peserta Jambore Nasional wajib berdoa dan menyayikan lagu Indonesia Raya.
4. Pemilihan pelaksaan Jambore Nasional dilakukan dengan system.

PASAL 21
Musyawarah Nasional
1. Musyawarah Nasional adalah forum pemegang kekuasaan tertinggi Organisasi yang diadakan setu
tahun sekali.
2. Musyawarah Nasional berwenang:
a. Menetapkan program kerja umum untuk 2 (dua) tahun.
b. Memilih dan menetapkan calon-calon Ketua Dewan Pengurus Pusat.
c. Menetapkan kebijakan dan keputusan Organisasi yang bersifat strategis.
d. Menetapkan pelaksanaan Jambore Nasional.
3. Panitia menyampaikan kepada DPP perihal tempat, waktu, dan biaya kepersertaan Jambore Nasional
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sebelum bulan November.
4. Penetapan keputusan Munas disetujui paling sedikit ½ (setengah) dari jumlah Cabang.
5. Peserta Munas paling banyak dihadiri oleh 3 (tiga) orang perwakilan dari setiap Cabang.
6. Musyawarah Nasional diselengarakan oleh DPP dengan berkerjasama dengan panitia Jambore
Nasional.

PASAL 22
Rapat Kerja Nasional
1. Rapat Kerja Nasional adalah rapat yang diadakan untuk menyusun dan mengevaluasi Program Kerja
tahunan.
2. Rapat Kerja Nasional dilaksanakan 6 (enam) bulan setelah penyelenggaraan Jambore Nasional
diselenggarakan oleh DPP yang dipimpin oleh korwil DPP.
3. Apabila ada cabang yang mengusulkan jadi panitia Rakernas secara sukarela, maka jadwal Rakernas
mengikuti usulan yang diajukan oleh cabang tersebut.
Bagian Kedua
MUSYAWARAH DAN RAPAT CABANG

PASAL 23
Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang adalah forum pemegang kekuasaan tertinggi di Cabang yang diadakan paling
sedikit sekali dalam setahun.
2. Musyawarah Cabang berwenang:
a. Menetapkan program kerja umum Cabang.
b. Menilai pertanggung jawaban Badan Pengurus Harian.
c. Memilih dan menetapkan calon-calon Ketua Badan Pengurus Harian Cabang.
d. Menetapkan keputusan-keputusan lain.
3. Musyawarah Cabang diselenggarakan oleh Badan Pengurus Harian.

Bagian Ketiga
KUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PASAL 24
1. Musyawarah dan rapat-rapat sebagaimana dimaksud BAB VIII adalah sah apabila dihadiri oleh lebih
dari separuh jumlah peserta.
2. Pengambilan keputusan pada dasarnya dilakukan secara musyawarah untuk mufakat dan apabila ini
tidak memungkinkan, maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.
3. Dalam hal musyawarah mengambil keputusan tentang pemilihan pimpinan, sekurang kurangnya
disetujui oleh lebih dari separuh jumlah peserta yang hadir sebagaimana dimaksud pada ayat 1 di
atas.

BAB IX
LAMBANG, PANJI, SERAGAM, STIKER, LABEL, DAN ATRIBUT
PASAL 25
Lambang
TKCI mempunyai lambing dan tulisan, yaitu:
1. Kepala Toyota Kijang warna merah dan list putih yang bermakna:
a. Kepala Kijang menandakan bahwa TKCI merupakan Organisasi otomotif pecinta mobil Toyota
Kijang.
b. Warna merah melambangkan berani menegakkan kedisplinan dan etika berlalu lintas.
c. Garis putih pada bagian dalam melambangkan terus bersinar.
d. Garis putih pada bagian luar melambangkan ikatan persaudaraan.
2. Tulisan “Toyota Kijang Club Indonesia” yang berjumlah 25 (dua puluh lima) buah huruf
menandakan berdirinya TKCI.

PASAL 26
Panji
1. TKCI mempunyai panji yaitu kain berwarna hitam yang berbentuk persegi panjang, menggunakan
bahan beludru, dan terdapat warna merah pada pinggiran kain, serta dibagian dalam terdapat lambing
TKCI dan tulisan “Toyota Kijang Club Indonesia” serta nama Cabang yang ditempatkan dibawah
tulisan “Toyota Kijang Club Indonesia”.
2. Pengadaan panji dilaksanakan oleh Dewan Pembina Pusat.
PASAL 27
Seragam
1. TKCI mempunyai seragam yaitu berbahan dasar hitam dan list merah putih pada lengan dan lintang
dada.
2. Pengadaan dan pendistribusian seragam sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditujukan kepada BPH
Cabang dan dilaksanakan oleh DPN serta dilakukan pendataan oleh DPP.

PASAL 28
Stiker
1. TKCI mempunyai stiker yang terdiri dari:
a. Stiker pada bagian depan kendaraan terdapat 2 (dua) jenis, yaitu:
 Lambing TKCI sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 26 ayat 1 dan tulisan “Toyota
Kijang Club Indonesia”.
 Tulisan “[TKCI]” berwarna putih.
b. Stiker pada bagian belakang kendaraan bertuliskan “Toyota Kijang Club Indonesia”
2. Ukuran huruf, bentuk dan ukuran lambing serta Tulisan sebagaimana terlampir.
3. Pengadaan dan pendistribusian stiker sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditujukan kepada BPH
cabang dan dilaksanakan oleh DPN serta dilakukan pendataan oleh DPP.
4. Apabila kendaraan Anggota dan Crew akan berpindah tangan kepada masyarakat umum, maka stiker
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib dicabut.

PASAL 29
Label
1. Label TKCI merupakan legalitas sebuah produk yang diperdagangkan oleh dan untuk anggota TKCI.
2. Setiap produk yang berlabel TKCI namun tidak memuat unsure lambing dan/atau tulisan Toyota
Kijang Club Indonesia (TKCI), maka dapat diperdagangkan diluar Organisasi.
3. Warna, bentuk dan ukuran label TKCI ditetapkan oleh keputusan Dewan Pembina Nasional.
4. Pengadaan label sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh Dewan Pembina Nasional.

PASAL 30
Atribut
1. Atribut adalah segala bentuk barang mencantumkan lambing dan/atau tulisan TKCI, selain yang
ditetapkan dalam pasal 27, pasal 28, pasal 29, dan pasal 30, diperjualbelikan oleh dan untuk anggota
TKCI.
2. Atribut sebagaimana yang dimaksud pada ayat 1 diperjualbelikan oleh:
a. Cabang yang telah berdiri selama 2 (dua) tahun.
b. Anggota yang telah terdaftar dan aktif menjalankan kewajiban sebagai anggota selama 3 (tiga)
tahun.
3. Desain dikirimkan terlebih dahulu ke DPP dan ditembuskan kepada DPN.

PASAL 31
Kartu Anggota
1. Kartu Anggota wajib dimiliki oleh anggota yang sesuai dengan nomor keanggotaan.
2. Pengadaan kartu anggota dilakukan oleh BPH.
3. Desain dan ukuran sebagimana terlampir.
BAB X
KETENTUAN KHUSUS
PASAL 32
1. Berkaitan dengan tidak berjalannya kepengurusan Dewan Pengurus Pusat selama satu tahun, maka
dewan Pembina Nasional berhak mengambil alih kepengurusan dalam jangka waktu paling lama 6
(enam) bulan samapai terlaksananya Rapat Kerja Nasional untuk menetapkan kepengurusan Dewan
Pengurus Pusat yang baru.
2. Dalam hal mengambil alihan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ketua DPP wajib
menyerahkan laporan keuangan yang kemudian disampaikan kepada Dewan Pembina Nasional
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum terlaksananya Rapat Kerja Nasional.

BAB XI
KEUANGAN
PASAL 32
1. Keuangan organisasi bersumber dari :
a. Iuran Anggota
b. Sumbangan dari pihak lain,
c. Usaha-usaha lain yang sah dan tidak bertentangan dengan AD/ART TKCI.
2. Keuangan pusat dikelola oleh Bendahara Dewan Pengurus Pusat.
3. Keuangan cabang dikelolah oleh Bendahara Badan Pengurus Harian Cabang.
4. Jumlah iuran Anggota kepada keuangan Pusat melalui Bendahara BPH Cabang sebanyak Rp. 50.000
(lima puluh ribu rupiah) yang dibayarkan satu kali selama menjadi anggota.
5. Pengaturan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat 1, ayat 2, dan ayat 3 diatas diatur dalam
Anggaran Rumah Tangga.
6. Cabang wajib memiliki rekening atas nama Cabang.

PASAL 33
Pengelolah dan pertangungjawaban keuangan Organisasi
1. Pengelolahan keuangan Organisasi dilakukan secara transparan dan akuntabel.
2. Bendahara disetiap tingkat adalah pejabat yang berwenang menjalankan pengelolahan keuangan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan wajib membuat laporan keuangan dengan persetujuan Ketua
Organisasi.

BAB XII
KETENTUAN PERUBAHAN
PASAL 34
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur lebih
lanjut melalui Surat Keputusan Dewan Pembina Nasiobal, yang kemudian akan dijadikan pedoman
sementara sampai dengan anggeda Rakernas selanjutnya.
2. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan dalam Rakernas
dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah suara utusan yang hadir.
BAB XIII
PENUTUP
PASAL 35
1. Apabila dapat perbedaan tafsir mengenai suatu ketentuan dalam Anggaran Dasar ini, tafsir yang sah
ditetapkan melalui Rapat Dewan Pembina Nasional dan Dewan Pengurus Pusat.
2. Anggaran Dasar ini mulai berlaku sejak di tetapkan.
ANGGARAN RUMAH TANGGA
BAB I
KEANGGOTAAN
Bagian kesatu
Syarat Keanggotaan
PASAL 1
Syarat menjadi anggota Toyota Kijang Club Indonesia (TKCI) adalah:
1. Warga Negara Republik Indonesia yang setia kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Telah memiliki surat ijin mengemudi (SIM) A atau telah dapat persetujuan orang tua.
3. Bersedia mematuhui Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga.
4. Bersedia menyatakan diri menjadi Anggota dan mengikutin ketentuan yang ditetapkan oleh Badan
Pengurus Harian.

Bagian Kedua
Kewajiban dan Hak Anggota
PASAL 2
Kewajiban Anggota dan Crew
Setiap Anggota dan Crew berkewajiban :
1. Mematuhi dan melaksanakan seluruh Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Mematuhi dan melaksanakan keputusan dan ketentuan Organisasi.
3. Membela kepentingan Organisasi dari setiap usaha dan merugikan Organisasi.
4. Menghadiri Rapat-rapat dan kegiatan Cabang.
5. Berpartisipasi dalam melaksanakan program Nasional dan/atau Cabang dan/atau Korwil.
6. Membayar Iuran.

PASAL 3
Hak Anggota
Setiap Anggota dan Crew berhak :
1. Mendapatkan sticker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) Anggaran Dasar.
2. Mengeluarkan pendapat baik lisan maupun tulisan.
3. Memilih dan dipilih.
4. Memperoleh perlindungan dan pembelaan.
5. Memperoleh penghargaan dan kesempatan mengembangkan diri.

Bagian Ketiga
Pemberhentian Sementara, Berakhirnya Keanggotaan, dan Mutasi Keanggotaan
PASAL 4
1. Anggota dikenakan pemberhentian sementara karena tidak membayar iuran anggota selama 3 (tiga)
bulan dan/atau absen pada hari kumpul wajib selama 4 (empat) bulan berturut-turut.
2. Pemberhentian sementara adalah :
a. Pencabutan hak pilih dan memilih.
b. Pencabutan sticker.
PASAL 5
1. Berakhirnya keanggotaan karena :
a. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis
b. Diberhentikan.
c. Meninggal dunia.
2. Anggota diberhentikan karena:
a. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota TKCI.
b. Melanggar Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga.
c. Melakukan perbuatan tercela.
3. Apabila Anggota diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b merupakan pejabat
Dewan Pengurus Pusat, maka pembelaan diri disampaikan ke Dewan Pembina Nasional.
4. Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat 2 juga berlaku bagi pengurus Organisasi di setiap
tingkatan.

PASAL 6
1. Pemberhentian sementara sebagimana dimaksud dalam pasal 4 ditetapkan melalui Surat Keputusan
Badan Pengurus Harian.
2. Pemberhentian Keanggotaan sebagiman dimaksud dalam pasal 5 ditetapkan melalui Surat Keputusan
Badan Pengurus Harian.

PASAL 7
1. Anggota yang berpindah domisili wajib mengajukan surat permohonan mutasi kepada Ketua BPH
Cabang awal.
2. Ketua BPHCabang awal mengajukan Surat Keputusan kepada Ketua BPH Cabang tujuan mutasi
paling lambat 14 (empat belas) hari setelah menerima Surat Permohonan Mutasi.
3. Ketua BPH Cabang tujuan mutasi memberikan jawaban paling lambat 14 (empat belas) hari setelah
menerima Surat Keputusan Ketua BPH Cabang awal.
4. Ketua BPH Cabang awal memberi keputusan kepada Anggota yang bersangkutan dengan
mengeluarkan Surat Keputusan Mutasi yang ditandatangan oleh Ketua BPH Cabang awal dan/atau
Wakil Ketua Cabang awal.
5. Anggota yang mengundurkan diri sebagiman dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a dan tidak
melakukan tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2, maka Anggota tersebut
diperbolehkan melakukan pendaftaran sebagai anggota kembali di Cabang anggota tersebut atau
pemindahan keanggotaan ke Cabang lain.
6. Apabila Anggota Cabang dikeluarkan oleh BPH Cabang dan tidak melakukan pelanggaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 2, anggota tersebut diperbolehkan mendaftarkan diri
kembali di Cabang anggota tersebut atau di Cabang lain.
7. Pemindahan keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat 5 dan ayat 6, BPH Cabang tujuan
melakukan koordinasi dengan BPH Cabang awal dengan tembusan kepada Korwil DPP.

BAB II
Cabang dan Prospek
PASAL 8
Cabang
1. Cabang TKCI diresmikan setelah memiliki Anggota paling sedikit 10 (sepuluh) orang, dan Crew
paling sedikit 2 (dua) orang serta telah berkumpul dalam kurun waktu 12 (dua belas) bulan sampai
dengan 24 (dua puluh empat) bulan.
2. Apabila Cabang TKCI belum memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat 1, maka Cabang
disebut sebagai “prospek”
PASAL 9
Prospek
1. Syarat pendirian prospek yaitu :
a. Memiliki Lembar Persetujuan dari 2 (dua) Cabang yang berkedudukan terdekat dari pusat kota
prospek dan dibubuhi tanda tangan Ketua BPH Cabang tersebut.
b. Mengirimkan Surat Permohonan kepada DPP yang ditandatangani oleh Ketua prospek dan
ditembuskan kepada DPN, serta melampirkan lembar Persetujuan sebagaimana dimaksud huruf
a.
c. Memiliki anggota dan/atau Crew minimal 5 (lima) orang.
d. Melaksanakan kegiatan paling sedikit 2 (dua) kegiatan dalam kurun waktu satu tahun.
2. Penetapan kepengurusan Prospek ditentukan secara aklamasi oleh seluruh anggota Prospek dan
ditetapkan oleh Pendiri Prospek.
3. Penetapan Nomor Urut Anggota merupakan urutan Pejabat Struktur Organisasi.
4. Anggota dan/atau Crew Cabang yang mendirikan Prospek, maka wajib melakukan Mutasi ke Cabang
terdekat dari wilayah Prospek.
5. Apabila Anggota dan/atau Crew sebagaimana dimaksud pada ayat 4 merupakan Anggota dan/atau
Crew dari Cabang terdekat, maka Anggota dan/atau Crew tersebut keanggotaannya menjadi
keanggotaan Prospek.
6. Apabila syarat pendirian Prospek pada ayat 1 huruf a tidak terpenuhi, maka salah satu Cabang
terdekat wajib melakukan pembinaan dengan membentuk Korwil didalam BPH Cabang.
7. Korwil BPH Cabang terdiri dari 2 (dua) orang Pendiri Prospek.
8. Korwil BPH Cabang wajib mengikuti kegiatan cabang selama 6 (enam) bulan.

PASAL 10
Dalam hal pengambilan keputusan pada Musyawarah Nasional dan Rapat Kerja Nasional,
kedudukan Prospek hanya sebatas menghadiri dan tidak memiliki hak mengeluarkan pendapat dalam
pengambilan keputusan strategis.

BAB III
Struktur dan Kepengurusan

PASAL 11
Dewan Pembina Nasional
Dewan Pembina nasional bersifat kolektif koleginal

PASAL 12
Dewan Pengurus Pusat
1. Susunan Pengurus Dewan Pengurus Pusat terdiri atas :
a. Ketua.
b. Wakil ketua.
c. Sekertaris.
d. Bendahara.
e. Coordinator Wilayah.
2. Calon Ketua dan Wakil Ketua DPP memiliki pengalaman menjadi pengurus BPH Cabang atau
pengurus DPP minimal 1 (satu) periode.
3. Pemilihan pengurus dan komposisi Struktur Organisasi DPP merupakan hak Prerogatif Ketua DPP.
PASAL 13
Dewan Pembina Cabang
Dewan Pembina Cabang bersifat kolektif kolegial.

PASAL 14
Badan Pengurus Harian :
1. Susunan Pengurus Badan Pengurus Harian terdiri atas :
a. Ketua.
b. Wakil Ketua.
c. Sekertaris.
d. Bendahara.
e. Keanggotaan.
2. Pemilihan Pengurus dan komposisi Struktur Organisasi BPH merupakan hak Prerogatif Ketua Badan
Pengurus Harian.

PASAL 15
Pengurus Organisasi
1. Kualifikasi menjadi Ketua Organisasi :
a. Mematuhi Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga.
b. Berstatus Anggota selama satu tahun.
c. Memiliki dedikasi, disiplin, loyalitas dan tidak tercela.
d. Memiliki kapabilitas (keterampilan/kemampuan) dan akseptabilitas (kepantasan).
e. Bersedia meluangkan waktu dan sanggup berkerjasama secara kolektif dalam Organisasi.
2. Kualifikasi menjadi Pengurus Organisasi :
a. Mematuhi Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga.
b. Menjadi Anggota atau Crew selama 6 (enam) bulan.
c. Memiliki dedikasi, disiplin, loyalitas dan tidak tercela.
d. Memiliki kapabilitas.
e. Bersedia meluangkan waktu dan sanggup berkerjasama secara kolektif dalam Organisasi.
3. Setiap Pengurus Organisasi dilarang merangkap jabatan dalam jenjang kepengurusan Struktur
Organisasi.
4. Setiap pengurus Organisasi dilarang merangkap jabatan dalam kepengurusan Club Otomotif lainnya
dan Organisasi Massa.

BAB IV
Pemilihan Pimpinan Struktural Organisasi

PASAL 16
Pendaftaran Pasanagan Calon
1. Pendaftaran Pasangan Calon dilakukan 90 (Sembilan puluh) hari sebelum tanggal pemungutan suara.
2. Bakal Pasangan Calon Ketua DPP diajukan kepada Dewan Pembina Nasional dan ditetapkan sebagai
Pasangan Calon Ketua DPP.
3. Bakal Pasangan Calon Ketua BPH diajukan kepada Dewan Pembina Cabang dan ditetapkan sebagai
Pasangan Calon Ketua BPH.

PASAL 17
Pemilihan Pemimpin
1. Pemungutan suara pemilihan Ketua DPP dan Ketua BPH dilakukan bertepatan dengan tanggal akhir
jabatan Ketua DPP dan Ketua BPH
2. Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua DPP dilaksanakan dalam Musyawarah Nasional.
3. Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua BPH dilaksanakan dalam Musyawarah Cabang.
4. Pemungutan suara dilaksanakan dengan cara memilih paling sedikit 2(dua) Pasangan Calon.

BAB V
Keuangan
PASAL 18
Dewan Pengurus Pusat
1. Sumber keuangan DPP berasal dari iuran Anggota yang dibayarkan oleh Bendahara BPH Cabang
kepada Bendahara DPP melalui rekening Organisasi masing-masing.
2. Jumlah iuran sebagaimana dimaksud ayat 1 ditetapkan dalam Musyawarah Nasional.
3. Pertanggungjawaban keuangan terlampir dalam Laporan Pertanggungjawaban Ketua DPP pada akhir
masa jabatan.

PASAL 19
Badan Pengurus Harian
1. Sumber keuangan BPH Cabang berasal dari :
a. Iuran Anggota yang diakumulasikan oleh Bendahara BPH Cabang.
b. Sisa hasil kerjasama dengan pihak luar organisasi.
2. Jumlah iuran sebagimana dimaksud ayat 1 huruf a ditetapkan dalam Musyawarah Cabang.
3. Pertanggungjawaban keuangan terlampir dalam Laporan Pertanggungjawaban Ketua BPH Cabang
pada akhir masa jabatan.

Anda mungkin juga menyukai