Organisasi Profesi Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia
(ART APKLI)
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Pengertian Umum (1) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia disingkat APKLI adalah sebuah organisasi profesi dan gerakan sosial ekonomi yang bersifat independen dan bernafaskan ekonomi kerakyatan, yang merupakan wadah berhimpun dan berjuang bagi seluruh pedagang kaki lima di Indonesia serta menjadi induk organisasi para Pedagang Kaki Lima disingkat PKL, yang merupakan bagian dari pelaku usaha dan perekonomian di Indonesia. (2) Pedagang Kaki Lima adalah setiap orang atau sekelompok orang yang melakukan usaha ekonomi mikro, yang menjalankan usahanya di pinggir jalan, fasilitas umum, fasilitas sosial dan tempat-tempat keramaian lainnya. (3) Usaha Pedagang Kaki Lima adalah setiap tindakan, perbuatan dan atau kegiatan di bidang usaha dan perekonomian yang di lakukan oleh pelaku ekonomi mikro dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan atau manfaat dan atau laba sesuai dengan azas yang berlaku. (4) Organisasi Pedagang Kaki Lima dengan sebutan paguyuban, himpunan, asosiasi, kelompok, gabungan kelompok, atau nama lain apapun yang serupa yang didirikan secara sah berdasarkan ketentuan yang berlaku atas dasar kesamaan jenis usaha, mata dagangan atau jasa, adalah anggota APKLI. (5) Anggota Biasa, yang di singkat AB, adalah Pedagang Kaki Lima, paguyuban dan atau organisasi PKL sejenis lainnya yang masih aktif melakukan kegiatannya maupun tidak yang telah tercatat di APKLI. (6) Anggota Luar Biasa, yang disingkat ALB, adalah Pedagang Kaki Lima Pedagang Kaki Lima, paguyuban dan atau organisasi PKL sejenis lainnya yang masih aktif melakukan kegiatannya maupun tidak, yang belum tercatat di APKLI. (7) Anggota Kehormatan adalah orang perorang dan atau kelompok yang peduli atau berjasa kepada PKL maupun APKLI yang ditetapkan melalui rapat pleno pengurus APKLI disemua tingkatan organisasi.
BAB II KEANGGOTAAN
Pasal 2 (1) Setiap Pedagang Kaki Lima yang masih aktif melakuan usahanya. (2) Anggota biasa disingkat AB, adalah Pedagang Kaki Lima, paguyuban dan atau organisasi PKL yang telah mendaftarkan diri dan tercatat sebagai anggota APKLI. (3) Anggota Luar biasa yang disingkat ALB adalah Pedagang Kaki Lima Pedagang Kaki Lima, paguyuban dan atau organisasi PKL sejenis lainnya yang masih aktif melakukan kegiatanya maupun tidak, belum terdaftar dan belum tercatat menjadi anggota APKLI dan selanjutnya akan mendaftarkan diri. (4) Anggota Kehormatan adalah orang perseorang dan atau kelompok peduli berjasa ditunjuk oleh pleno penggurus APKLI karena : a. Alasan kepedulian terhadap Pedagang Kaki Lima. b. Jasanya yang besar dalam pengembangan organisasi APKLI. c. Diangkat oleh Rapat Pengurus Harian masing masing tingkatan. (5) Anggota Dewan Penasehat adalah seseorang tokoh berpengaruh dan atau pejabat- pejabat pemerintahan di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota yang banyak peduli, berjasa dan bersimpati kepada APKLI dan Pedagang Kaki Lima. (6) Anggota Dewan Pertimbangan adalah seseorang tokoh berpengaruh dan atau pejabat- pejabat pemerintahan ditingkat Pusat yang banyak peduli, berjasa dan bersimpati kepada APKLI dan Pedagang Kaki Lima. (7) Anggota Dewan Pembina adalah Kepala Daerah, Pejabat Tentara Nasional Indonesia (TNI), Pejabat Kepolisian Republik Indonesia (POLRI), dan Pejabat Kejaksaan di tingkat Propinsi, Kabupaten, dan Kota.
Pasal 3 Syarat-Syarat Menjadi Anggota (1) Warga Negara Republik Indonesia yang berprofesi Pedagang Kaki Lima yang masih aktif menjalankan usahanya maupun yang sudah tidak aktif karena telah sukses, baik orang perseorangan, paguyuban, himpunan, asosiasi, kelompok, gabungan kelompok, atau nama lain apapun yang serupa, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri. (2) Setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. (3) Menerima dan menyetujui Anggaran Dasar dam Anggaran Rumah Tangga APKLI. (4) Mematuhi segala peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam APKLI. (5) Mengisi formulir anggota.
Pasal 4 Mekanisme pemberhentian anggota dilakukan dengan melalui proses : (1) Tiga kali peringatan secara tertulis. (2) Pemberhentian anggota dilakukan melalui rapat harian pimpinan daerah dan diusulkan ke Dewan Pusat secara tertulis dengan dilampiri surat rekomendasi dari Dewan Pimpinan Wilayah. (3) Dewan Pimpinan Pusat atas pertimbangan tim verifikasi mengeluarkan Surat Keputusan tentang pemberhentian anggota.
BAB III ORGANISASI
Pasal 5 Pembentukan Organisasi (1) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia dirumuskan pendiriannya dalam acara Musyawarah Nasional I Asosiasi Pedagang Kaki Lima Se-Indonesia (Munas I APKLI) di Yogyakarta pada tanggal 27 - 29 Januari 1993. (2) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia dideklarasikan pada tanggal 29 Januari 1993 di Yogyakarta sampai dengan waktu yang tidak terbatas.
<p>BAB IV</p> KEPENGURUSAN ORGANISASI
Pasal 6 Dewan Pimpinan Pusat (1) Dewan Pimpinan Pusat adalah perangkat organisasi profesi APKLI dan merupakan pimpinan tertinggi, mewakili organisasi keluar dan kedalam, yang diangkat dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional berkedudukan diwilayah Ibu Kota Negara Republik Indonesia. (2) Masa bakti Dewan Pimpinan Pusat adalah lima tahun (5) tahun. (3) Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat demisioner hanya dapat dipilih kembali untuk masa bakti yang kedua. (4) Dewan Pimpinan Pusat diangkat dan dipilih melalui pemilihan Ketua Umum pada Musyawarah Nasional yang sekaligus merangkap sebagai Ketua Formateur, dan dilanjutkan dengan memilih anggota formateur dengan memperhatikan anggota formateur dari unsur tuan rumah Musyawarah Nasional dan perwakilan wilayah. (5) Dewan Pimpinan Pusat bertugas menetapkan kebijakan pelaksanaan fungsi dan tugas Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia, keputusan-keputusan Musyawarah Nasional dan Rapat Pimpinan Nasional, serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional. (6) Dewan Pimpinan Pusat memiliki wewenang: a. Menetapkan kebijakan dan rencana kerja nasional. b. Membentuk lembaga-lembaga, badan-badan, komite-komite khusus/teknis, dan yayasan- yayasan dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. c. Menetapkan, mensahkan dan mengukuhkan Dewan Pimpinan Wilayah, Dewan Pembina Wilayah, dan Dewan Penasehat Wilayah. d. Menetapkan, mensahkan dan mengukuhkan Dewan Pimpinan Daerah, Dewan Pembina Daerah, dan Dewan Penasehat Daerah. e. Menetapkan sanksi organisasi terhadap Dewan Pertimbangan Nasional, Dewan Penasehat Nasional, dan Dewan Pimpinan Pusat yang melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan organisasi lainnya yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. f. Menetapkan sanksi organisasi terhadap Dewan Pembina Wilayah, Dewan Penasehat Wilayah, Dewan Pimpinan Wilayah yang melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan organisasi lainnya yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. g. Menetapkan sanksi organisasi terhadap Dewan Pembina Daerah, Dewan Penasehat Daerah, Dewan Pimpinan Daerah yang melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan organisasi lainnya yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. h. Dapat mengangkat sesepuh, anggota kehormatan, dan anggota luar biasa sesuai dengan kebutuhan organsasi yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (7) Dewan Pimpinan Pusat mengadakan Rapat Dewan Pimpinan Pusat dan rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu. (8) Dewan Pimpinan Pusat menerima pertimbangan dari Dewan Pertimbangan Nasional, baik diminta maupun tidak. (9) Dewan Pimpinan Pusat menerima nasehat dari Dewan Pertimbangan Nasional, baik diminta maupun tidak. (10) Dewan Pimpinan Pusat terdiri atas seorang Ketua Umum yang bekerja secara kolektif dengan Kepengurusan Presidium terdiri atas: A. KETUA UMUM a. Wakil Ketua Umum. b. Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi. c. Ketua Bidang Advokasi, Penataan, dan Pemberdayaan. d. Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga. e. Ketua Bidang Sistem Usaha, Lembaga Keuangan, dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. f. Ketua Bidang Informasi, Komunikasi, dan Jaringan. g. Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial h. Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan B. SEKRETARIS JENDERAL a. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi. b. Wakil Sekretaris Jenderal Advokasi, Penataan, dan Pemberdayaan. c. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Hubungan Antar Lembaga. d. Wakil Sekretaris Jenderal Sistem Usaha, Lembaga Keuangan, dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. e. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Informasi, Komunikasi, dan Jaringan. f. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Kesejahteraan Sosial g. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Penelitian dan Pengembangan C. BENDAHARA UMUM a. Wakil Bendahara Umum b. Wakil Bendahara Umum c. Wakil Bendahara Umum d. Wakil Bendahara Umum e. Wakil Bendahara Umum f. Wakil Bendahara Umum g. Wakil Bendahara Umum (11) Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat adalah Pengurus Presidium Dewan Pimpinan Pusat ditambah dengan: 1. Departemen Keanggotaan dan Kaderisasi. 2. Departemen Pembinaan Aparatur Organisasi. 3. Departemen Penataan, Advokasi, dan Pemberdayaan. 4. Departemen Hubungan Antar Lembaga 5. Departemen Sistem Usaha dan Lembaga Keuangan 6. Departemen Informasi dan Komunikasi 7. Departemen Jaringan 8. Departemen Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. 9. Departemen Penelitian dan Pengembangan. 10. Ketua atau Kepala atau Direktur Lembaga-lembaga, Badan-badan, Komite-komite khusus/teknis, dan Yayasan-yayasan. (12) Pengurus Pleno Dewan Pimpinan Pusat adalah Pengurus Harian Dewan Pimpinan Pusat ditambah dengan Ketua-Ketua Dewan Pimpinan Wilayah.
Pasal 7 Dewan Pimpinan Wilayah (1) Dewan Pimpinan Wilayah adalah perangkat organisasi profesi APKLI dan merupakan pimpinan organisasi di tingkat Propinsi, mewakili organisasi keluar dan kedalam, yang diangkat oleh Musyawarah Wilayah dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat berkedudukan diwilayah Ibu Kota Propinsi. (2) Masa bakti Dewan Pimpinan Wilayah adalah empat (4) tahun. (3) Ketua Dewan Pimpinan Wilayah demisioner hanya dapat dipilih kembali untuk masa bakti yang kedua. (4) Dewan Pimpinan Wilayah diangkat dan dipilih melalui pemilihan Ketua pada Musyawarah Wilayah yang sekaligus merangkap sebagai Ketua formateur, dan dilanjutkan dengan memilih anggota formateur dengan memperhatikan anggota formateur dari unsur tuan rumah Musyawarah Wilayah dan dari perwakilan daerah, yang selanjutnya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat. (5) Dewan Pimpinan Wilayah bertugas menetapkan kebijakan pelaksanaan fungsi dan tugas Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia, keputusan-keputusan Musyawarah Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, Keputusan-keputusan Musyawarah Wilayah, serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Wilayah. (6) Dewan Pimpinan Wilayah memiliki wewenang: a. Menetapkan kebijakan dan rencana kerja di tingkat Propinsi. b. Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan Dewan Pimpinan Daerah sesuai dengan wilayah Propinsi. c. Mengusulkan sanksi organisasi terhadap Dewan Pembina Wilayah, Dewan Penasehat Wilayah, dan Dewan Pimpinan Wilayah kepada Dewan Pimpinan Pusat yang melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dan peraturan organisasi lainnya yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. d. Mengusulkan sanksi organisasi terhadap Dewan Pembina Daerah, Dewan Penasehat Daerah, dan Dewan Pimpinan Daerah kepada Dewan Pimpinan Pusat yang melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga, dan ketentuan organisasi lainnya yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. e. Mengusulkan mengangkat sesepuh, anggota kehormatan, dan anggota luar biasa di tingkat Propinsi kepada Dewan Pimpinan Pusat sesuai dengan kebutuhan organsasi yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (7) Dewan Pimpinan Wilayah mengadakan Rapat Dewan Pimpinan Wilayah dan rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (8) Dewan Pimpinan Wilayah menerima pembinaan dari Dewan Pembina Wilayah, baik diminta maupun tidak. (9) Dewan Pimpinan Wilayah menerima nasehat dari Dewan Pertimbangan Wilayah, baik diminta maupun tidak. (10) Dewan Pimpinan Wilayah terdiri atas seorang Ketua yang bekerja secara kolektif dengan Kepengurusan Presidium terdiri atas: A. KETUA a. Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi. b. Wakil Ketua Bidang Advokasi, Penataan, dan Pemberdayaan. c. Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga. d. Wakil Ketua Bidang Sistem Usaha, Lembaga Keuangan, dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. e. Wakil Ketua Bidang Informasi, Komunikasi, dan Jaringan. f. Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial g. Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan B. SEKRETARIS a. Wakil Sekretaris b. Wakil Sekretaris c. Wakil Sekretaris C. BENDAHARA a. Wakil Bendahara b. Wakil Bendahara c. Wakil Bendahara (11) Susunan Pengurus Harian Dewan Pimpinan Wilayah adalah Pengurus Presidium ditambah dengan : a. Departemen Kenaggotaan dan Kaderisasi. b. Departemen Pembinaan Aparatur Organisasi. c. Departemen Penataan, Advokasi, dan Pemberdayaan. d. Departemen Hubungan Antar Lembaga e. Departemen Sistem Usaha dan Lembaga Keuangan f. Departemen Informasi dan Komunikasi g. Departemen Jaringan h. Departemen Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. i. Departemen Penelitian dan Pengembangan (12) Susunan Pengurus Pleno Dewan Pimpinan Wilayah adalah Pengurus Harian ditambah dengan Ketua-Ketua Dewan Pimpinan Daerah.
Pasal 8 Dewan Pimpinan Daerah (1) Dewan Pimpinan Daerah adalah perangkat organisasi profesi APKLI dan merupakan pimpinan organisasi di tingkat Kabupaten atau Kota, mewakili organisasi keluar dan kedalam, yang diangkat oleh Musyawarah Daerah dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat berkedudukan di wilayah Ibu Kota Kabupaten atau Kota. (2) Masa bakti Dewan Pimpinan Daerah adalah tiga (3) tahun. (3) Ketua Dewan Pimpinan Daerah demisioner hanya dapat dipilih kembali untuk masa bakti yang kedua. (4) Dewan Pimpinan Daerah diangkat dan dipilih melalui pemilihan Ketua pada Musyawarah Daerah yang sekaligus merangkap sebagai Ketua Formateur, dan dilanjutkan dengan memilih anggota formateur dengan memperhatikan anggota formateur dari unsur tuan rumah Musyawarah Daerah dan dari perwakilan kecamatan, yang selanjutnya ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat. (5) Dewan Pimpinan Daerah bertugas menetapkan kebijakan pelaksanaan fungsi dan tugas Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia, keputusan-keputusan Musyawarah Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, Keputusan-keputusan Musyawarah Daerah, serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah. (6) Dewan Pimpinan Daerah memiliki wewenang: a. Menetapkan kebijakan dan rencana kerja tingkat Kabupaten atau Kota. b. Menetapkan, mensahkan dan mengukuhkan Dewan Pimpinan Cabang, Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan Kelompok Kerja, dan Pimpinan Paguyuban yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. c. Memberikan sanksi organisasi kepada Dewan Pimpinan Cabang, Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan Kelompok Kerja, dan Pimpinan Paguyuban yang melakukan pelanggaran terhadap Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dan peraturan organisasi lainnya yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. d. Mengusulkan mengangkat sesepuh, anggota kehormatan, dan anggota luar biasa ditingkat Kabupaten atau Kota kepada Dewan Pimpinan Pusat sesuai dengan kebutuhan organsasi yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (7) Dewan Pimpinan Daerah mengadakan Rapat Dewan Pimpinan Daerah dan rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Organisasi lainnya. (8) Dewan Pimpinan Daerah menerima pembinaan dari Dewan Pembina Daerah, baik diminta maupun tidak. (9) Dewan Pimpinan Daerah menerima nasehat dari Dewan Pertimbangan Daerah, baik diminta maupun tidak. (10) Dewan Pimpinan Daerah terdiri atas seorang Ketua yang bekerja secara kolektif dengan Kepengurusan Presidium terdiri atas: A. KETUA a. Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi. b. Wakil Ketua Bidang Advokasi, Penataan, dan Pemberdayaan. c. Wakil Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga. d. Wakil Ketua Bidang Sistem Usaha, Lembaga Keuangan, dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. e. Wakil Ketua Bidang Informasi, Komunikasi, dan Jaringan. f. Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial g. Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan B. SEKRETARIS a. Wakil Sekretaris b. Wakil Sekretaris c. Wakil Sekretaris C. BENDAHARA a. Wakil Bendahara b. Wakil Bendahara c. Wakil Bendahara (11) Susuanan Pengurus Harian Dewan Pimpinan Daerah adalah Pengurus Presidium ditambah dengan : a. Departemen Keanggotaan dan Kaderisasi. b. Departemen Pembinaan Aparatur Organisasi. c. Departemen Penataan, Advokasi, dan Pemberdayaan. d. Departemen Hubungan Antar Lembaga e. Departemen Sistem Usaha dan Lembaga Keuangan f. Departemen Informasi dan Komunikasi g. Departemen Jaringan h. Departemen Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. i. Departemen Penelitian dan Pengembangan (12) Susuanan Pengurus Pleno Dewan Pimpinan Daerah adalah Pengurus Harian ditambah dengan Ketua-Ketua Dewan Pimpinan Cabang.
Pasal 9 Dewan Pimpinan Cabang (1) Dewan Pimpinan Cabang adalah perangkat organisasi profesi APKLI dan merupakan pimpinan organisasi ditingkat Kecamatan, mewakili organisasi keluar dan kedalam, yang diangkat oleh Musyawarah Cabang dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Daerah yang berkedudukan di wilayah Kecamatan. (2) Masa Bakti Dewan Pimpinan Cabang adalah tiga (3) tahun. (3) Ketua Dewan Pimpinan Cabang demisioner hanya dapat dipilih kembali untuk masa bakti yang kedua. (4) Dewan Pimpinan Cabang diangkat dan dipilih melalui pemilihan Ketua pada Musyawarah Cabang yang sekaligus merangkap sebagai Ketua formateur, dan dilanjutkan dengan memilih anggota formateur dengan memperhatikan anggota formateur dari unsur tuan rumah Musyawarah Cabang. (5) Dewan Pimpinan Cabang bertugas menetapkan kebijakan pelaksanaan fungsi dan tugas Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia, keputusan-keputusan Musyawarah Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, Keputusan-keputusan Musyawarah Daerah, Keputusan-keputusan Musyawarah Cabang serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Cabang. (6) Dewan Pimpinan Cabang memiliki wewenang: a. Menetapkan kebijakan dan rencana kerja tingkat Kecamatan. b. Mengkoordinasikan serta mensinkronisasikan Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan Kelompok Kerja, dan Pimpinan Paguyuban. c. Mengusulkan mengangkat sesepuh, anggota kehormatan, dan anggota luar biasa ditingkat Kecamatan kepada Dewan Pimpinan Daerah sesuai dengan kebutuhan organsasi yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (7) Dewan Pimpinan Cabang mengadakan Rapat Dewan Pimpinan Cabang dan rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (8) Dewan Pimpinan Cabang terdiri atas seorang Ketua yang bekerja secara kolektif dengan Kepengurusan Presidium terdiri atas: A. KETUA a. Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Kaderisasi. b. Wakil Ketua Bidang Penataan, Advokasi, dan Pemberdayaan. c. Wakil Ketua Bidang Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. d. Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial e. Wakil Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan B. SEKRETARIS a. Wakil Sekretaris b. Wakil Sekretaris C. BENDAHARA a. Wakil Bendahara b. Wakil Bendahara (9) Susunan Pengurus Harian Dewan Pimpinan Cabang adalah Pengurus Presidium ditambah dengan : a. Departemen Kenaggotaan dan Kaderisasi. b. Departemen Pembinaan Aparatur Organisasi. c. Departemen Penataan, Advokasi, dan Pemberdayaan. d. Departemen Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. e. Departemen Penelitian dan Pengembangan (10) Susunan Pengurus Pleno Dewan Pimpinan Cabang adalah Pengurus Harian ditambah Ketua-Ketua Pimpinan Unit Kerja / Pimpinan Kelompok Kerja / Pimpinan Paguyuban.
Pasal 10 Pimpinan Unit Kerja (1) Pimpinan Unit Kerja adalah perangkat organisasi profesi APKLI dan merupakan pimpinan organisasi di tingkat Desa/Kelurahan/Nagari, mewakili organisasi keluar dan kedalam, yang diangkat oleh Musyawarah Unit Kerja dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang yang berkedudukan di wilayah Desa/Kelurahan/Nagari. (2) Masa bakti Pimpinan Unit Kerja adalah tiga (3) tahun. (3) Ketua Pimpinan Unit Kerja demisior hanya dapat dipilih kembali untuk masa bakti yang kedua. (4) Pimpinan Unit Kerja diangkat dan dipilih melalui pemilihan Ketua pada Musyawarah Unit Kerja yang sekaligus merangkap sebagai Ketua formateur, dan dilanjutkan dengan memilih anggota formateur dengan memperhatikan anggota formateur dari unsur tuan rumah Musyawarah Unit Kerja. (5) Pimpinan Unit Kerja bertugas menetapkan kebijakan pelaksanaan fungsi dan tugas Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia, keputusan-keputusan Musyawarah Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, Keputusan-keputusan Musyawarah Daerah, Keputusan-keputusan Musyawarah Cabang, Musayawarah Unit Kerja, serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Unit Kerja. (6) Pimpinan Unit Kerja memiliki wewenang: a. Menetapkan kebijakan dan rencana kerja di tingkat Desa/Kelurahan/Nagari. b. Mengkoordinasikan serta mensinkronisasikan Pimpinan Unit Kerja dan anggota-angoota biasa Pedagang Kaki Lima. c. Mengusulkan mengangkat sesepuh, anggota kehormatan, dan anggota luar biasa di tingkat Desa/Kelurahan/Nagari kepada Dewan Pimpinan Cabang sesuai dengan kebutuhan organsasi. (7) Pimpinan Unit Kerja mengadakan Rapat Pimpinan Unit Kerja dan rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (8) Pimpinan Unit Kerja terdiri atas seorang Ketua yang bekerja secara kolektif dengan Kepengurusan Presidium terdiri atas: A. KETUA a. Wakil Ketua Keanggotaan dan Kaderisasi. b. Wakil Ketua Bidang Penataan, Advokasi dan Pemberdayaan c. Wakil Ketua Bidang Pengembangan EKonomi Kerakyatan B. SEKRETARIS a. Wakil Sekretaris C. BENDAHARA a. Wakil Bendahara (9) Susunan Pengurus Harian Pimpinan Unit Kerja adalah Pengurus Presidium ditambah dengan : 1. Departemen Keanggotaan dan Kaderisasi. 2. Departemen Penataan, Advokasi, dan Pemberdayaan. 3. Departemen Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Pasal 11 Pimpinan Kelompok Kerja (1) Pimpinan Kelompok Kerja adalah perangkat organisasi Profesi APKLI dan merupakan pimpinan organisasi ditingkat Kelompok Usaha/Pasar, mewakili organisasi keluar dan kedalam, yang diangkat oleh Musyawarah Kelompok Kerja dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang yang berkedudukan di wilayah Kelompok Usaha/Pasar. (2) Masa Bakti Pimpinan Kelompok Kerja adalah tiga (3) tahun. (3) Ketua Pimpinan Kelompok Kerja demisior hanya dapat dipilih kembali untuk masa bakti yang kedua. (4) Pimpinan Kelompok Kerja diangkat dan dipilih melalui pemilihan Ketua pada Musyawarah Kelompok Kerja yang sekaligus merangkap sebagai Ketua formateur, dan dilanjutkan dengan memilih anggota formateur dengan memperhatikan anggota formateur dari unsur tuan rumah Musyawarah Kelompok Kerja. (5) Pimpinan Kelompok Kerja bertugas menetapkan kebijakan pelaksanaan fungsi dan tugas Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia, keputusan-keputusan Musyawarah Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, Keputusan-keputusan Musyawarah Daerah, Keputusan-keputusan Musyawarah Cabang, Musayawarah Kelompok Kerja, serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Kelompok Kerja. (6) Pimpinan Kelompok Kerja memiliki wewenang: a. Menetapkan kebijakan dan rencana kerja tingkat Kelompok Usaha/Pasar. b. Mengkoordinasikan serta mensinkronisasikan Pimpinan Kelompok Kerja dan Anggota- angoota biasa pedagang kaki lima. c. Mengusulkan mengangkat sesepuh, anggota kehormatan, dan anggota luar biasa di tingkat Kelompok Usaha/Pasar kepada Dewan Pimpinan Canang sesuai dengan kebutuhan organsasi. (7) Pimpinan Kelompok Kerja mengadakan Rapat Pimpinan Kelompok Kerja dan rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (8) Pimpinan Kelompok Kerja terdiri atas seorang Ketua yang bekerja secara kolektif dengan Kepengurusan Presidium terdiri atas: A. KETUA a. Wakil Ketua Keanggotaan dan Kaderisasi. b. Wakil Ketua Bidang Penataan, Advokasi dan Pemberdayaan c. Wakil Ketua Bidang Pengembangan EKonomi Kerakyatan B. SEKRETARIS Wakil Sekretaris C. BENDAHARA Wakil Bendahara (9) Susunan Pengurus Harian Pimpinan Kelompok Kerja adalah Pengurus Presidium ditambah dengan : a. Departemen Keanggotaan dan Kaderisasi. b. Departemen Penataan, Advokasi, dan Pemberdayaan. c. Departemen Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Pasal 12 Pimpinan Paguyuban (1) Pimpinan Pagutuban adalah perangkat organisasi profesi APKLI dan merupakan pimpinan organisasi di tingkat Paguyuban, mewakili organisasi keluar dan kedalam, yang diangkat oleh Musyawarah Paguyuban dan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Cabang yang berkedudukan di wilayah Paguyuban. (2) Masa Bakti Pimpinan Paguyuban adalah tiga (3) tahun. (3) Ketua Pimpinan Paguyuban demisior hanya dapat dipilih kembali untuk masa bakti yang kedua. (4) Pimpinan Paguyuban diangkat dan dipilih melalui pemilihan Ketua pada Musyawarah Paguyuban yang sekaligus merangkap sebagai Ketua formateur, dan dilanjutkan dengan memilih anggota formateur dengan memperhatikan anggota formateur dari unsur tuan rumah Musyawarah Paguyuban. (5) Pimpinan Paguyuban bertugas menetapkan kebijakan pelaksanaan fungsi dan tugas Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia, keputusan-keputusan Musyawarah Nasional, Rapat Pimpinan Nasional, Keputusan-keputusan Musyawarah Daerah, Keputusan-keputusan Musyawarah Cabang, Musayawarah Paguyuban, serta bertanggung jawab kepada Musyawarah Paguyuban. (6) Pimpinan Paguyuban memiliki wewenang: a. Menetapkan kebijakan dan rencana kerja di tingkat Paguyuban. b. Mengkoordinasikan serta mensinkronisasikan Pimpinan Paguyuban dan Anggota-angoota biasa Pedagang Kaki Lima. c. Mengusulkan mengangkat sesepuh, anggota kehormatan, dan anggota luar biasa di tingkat Paguyuban kepada Dewan Pimpinan Canang sesuai dengan kebutuhan organsasi. (7) Pimpinan Paguyuban mengadakan Rapat Pimpinan Kelompok Kerja dan rapat-rapat lainnya yang dianggap perlu yang selanjutnya diatur dalam peraturan organisasi lainnya. (8) Pimpinan Paguyuban terdiri atas seorang Ketua yang bekerja secara kolektif dengan Kepengurusan Presidium terdiri atas: A. KETUA a. Wakil Ketua Keanggotaan dan Kaderisasi. b. Wakil Ketua Bidang Penataan, Advokasi dan Pemberdayaan c. Wakil Ketua Bidang Pengembangan EKonomi Kerakyatan B. SEKRETARIS Wakil Sekretaris C. BENDAHARA Wakil Bendahara (9) Susunan Pengurus Harian Paguyuban adalah Pengurus Presidium ditambah dengan : a. Departemen Keanggotaan dan Kaderisasi. b. Departemen Penataan, Advokasi, dan Pemberdayaan. c. Departemen Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Pasal 13 Dewan Pertimbangan Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia di tingkat Pusat memiliki Dewan Pertimbangan Nasional ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dengan masa jabatan lima (5) tahun sesuai dengan masa jabatan Dewan Pimpinan Pusat. a. Dewan Pertimbangan Nasional terdiri dari tokoh-tokoh nasional, tokoh berpengaruh ditingkat Nasional dan atau pejabat-pejabat Pemerintahan ditingkat Pusat yang banyak peduli, berjasa dan bersimpati kepada APKLI dan Pedagang Kaki Lima. b. Dewan Pertimbangan Nasional bersifat kolektif yang dipimpin oleh seorang Ketua dengan susunan dan jumlah anggota sesuai dengan kebutuhan organisasi. c. Dewan Pertimbangan Nasional dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat. d. Dewan Pertimbangan Nasional memiliki tugas dan wewenang adalah memberikan masukan, saran dan arahan seputar advokasi kebijakan dan kepastian hukum kesempatan usaha Pedagang Kaki Lima kepada Dewan Pimpinan Pusat, baik diminta maupun tidak diminta kepada Dewan Pimpinan Pusat. e. Dewan Pertimbangan Nasional mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan dan dapat mengundang Dewan Pimpinan Pusat pada forum rapat Dewan Pertimbangan Nasional. f. Dewan Pertimbangan Nasional dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat strategis dan mengikat organisasi dan anggota APKLI.
Pasal 14 Dewan Penasehat (1) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia di tingkat Pusat memiliki Dewan Penasehat Nasional ditetapkan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dengan masa jabatan lima (5) tahun sesuai dengan masa jabatan Dewan Pimpinan Pusat. a. Dewan Penasehat Nasional terdiri dari tokoh-tokoh nasional, tokoh berpengaruh di tingkat Nasional dan atau pejabat-pejabat Pemerintahan ditingkat Pusat yang banyak peduli, berjasa dan bersimpati kepada APKLI dan Pedagang Kaki Lima. b. Dewan Penasehat Nasional bersifat kolektif yang dipimpin oleh seorang Ketua dengan susunan dan jumlah anggota sesuai dengan kebutuhan organisasi. c. Dewan Penasehat Nasional dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat. d. Tugas dan wewenang Dewan Penasehat Nasional adalah memberikan masukan, saran dan arahan seputar penataan, pembinaan dan pemberdayaan usaha Pedagang Kaki Lima kepada Dewan Pimpinan Pusat, baik diminta maupun tidak diminta. e. Dewan Penasehat Nasional mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan dan dapat mengundang Dewan Pimpinan Pusat pada forum rapat Dewan Penasehat Nasional. f. Dewan Penasehat Nasional dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Pusat dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat strategis dan mengikat organisasi dan anggota APKLI. (2) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia di tingkat Propinsi memiliki Dewan Penasehat Wilayah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat atas usulan Dewan pimpinan Wilayah dengan masa jabatan empat (4) tahun sesuai dengan masa jabatan Dewan Pimpinan Wilayah. a. Dewan Penasehat Wilayah terdiri dari tokoh-tokoh regional, tokoh berpengaruh di tingkat Propinsi dan atau pejabat-pejabat Pemerintahan di tingkat Propinsi yang banyak peduli, berjasa dan bersimpati kepada APKLI dan Pedagang Kaki Lima. b. Dewan Penasehat Wilayah bersifat kolektif yang dipimpin oleh seorang Ketua dengan susunan dan jumlah anggota sesuai dengan kebutuhan organisasi. c. Dewan Penasehat Wilayah dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pimpinan Wilayah. d. Tugas dan wewenang Dewan Penasehat Wilayah adalah memberikan masukan, saran dan arahan seputar penataan, pembinaan dan pemberdayaan usaha Pedagang Kaki Lima kepada Dewan Pimpinan Wilayah, baik diminta maupun tidak diminta. e. Dewan Penasehat Wilayah mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan dan dapat mengundang Dewan Pimpinan Pusat pada forum rapat Dewan Penasehat Wilayah. f. Dewan Penasehat Wilayah dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat strategis dan mengikat organisasi dan anggota APKLI. (3) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia di tingkat Kabupaten atau Kota memiliki Dewan Penasehat Daerah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat atas usulan Dewan Pimpinan Daerah dengan masa jabatan tiga (3) tahun sesuai dengan masa jabatan Dewan Pimpinan Daerah. a. Dewan Penasehat Daerah terdiri dari tokoh-tokoh berpengaruh ditingkat Kabupaten atau Kota dan atau pejabat-pejabat Pemerintahan ditingkat Kabupaten atau Kota yang banyak peduli, berjasa dan bersimpati kepada APKLI dan Pedagang Kaki Lima. b. Dewan Penasehat Daerah bersifat kolektif yang dipimpin oleh seorang Ketua dengan susunan dan jumlah anggota sesuai dengan kebutuhan organisasi. c. Dewan Penasehat Daerah dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah melalui Ketua Dewan Pimpinan Daerah. d. Tugas dan wewenang Dewan Penasehat Daerah adalah memberikan masukan, saran dan arahan seputar penataan, pembinaan dan pemberdayaan usaha Pedagang Kaki Lima kepada Dewan Pimpinan Daerah, baik diminta maupun tidak diminta. e. Dewan Penasehat Daerah mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan dan dapat mengundang Dewan Pimpinan Daerah pada forum rapat Dewan Penasehat Daerah. f. Dewan Penasehat Daerah dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat strategis dan mengikat organisasi dan anggota APKLI.
Pasal 15 Dewan Pembina (1) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia di tingkat Propinsi memiliki Dewan Pembina Wilayah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat atas usulan Dewan Pimpinan Wilayah dengan masa jabatan empat (4) tahun sesuai dengan masa jabatan Dewan Pimpinan Wilayah. a. Dewan Pembina Wilayah terdiri dari Gubernur, Ketua DPRD Propinsi, Panglima Komando Daerah Militer (PANGDAM) atau Panglima TNI sejenisnya, Kepala Kepolisian Daerah (KAPOLDA), Kepala Kejaksaan Tinggi (KAJATI), dan atau pejabat-pejabat Pemerintahan lainnya di tingkat Propinsi yang peduli, berjasa dan bersimpati kepada APKLI dan Pedagang Kaki Lima. b. Dewan Pembina Wilayah bersifat kolektif yang dipimpin oleh seorang Ketua dengan susunan dan jumlah anggota sesuai dengan kebutuhan organisasi. c. Dewan Pembina Wilayah dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pimpinan Wilayah. d. Dewan Pembina Wilayah memiliki tugas dan wewenang adalah memberikan pembinaan kepada Dewan Pimpinan Wilayah, baik diminta maupun tidak diminta. e. Dewan Pembina Wilayah mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan dan dapat mengundang Dewan Pimpinan Wilayah pada forum rapat Dewan Pembina Wilayah. f. Dewan Pembina Wilayah dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat strategis dan mengikat organisasi dan anggota APKLI. (2) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia di tingkat Kabupaten atau Kota memiliki Dewan Pembina Daerah ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat atas usulan Dewan Pimpinan Daerah dengan masa jabatan tiga (3) tahun sesuai dengan masa jabatan Dewan Pimpinan Daerah. a. Dewan Pembina Daerah terdiri dari Bupati, Walikota, Ketua DPRD Kab/Kota, Komandan Rayon Militer (DANRAMIL), Komandan Distrik Militer (DANDIM), Kepala Kepolisian Resor (KAPOLRES), Kepala Kepolisian Resor Kota (KAPOLRESTA), Kepala Kejaksaan Negeri (KAJARI) dan atau pejabat-pejabat Pemerintahan di tingkat Kabupaten atau Kota yang peduli, berjasa dan bersimpati kepada APKLI dan Pedagang Kaki Lima. b. Dewan Pembina Daerah bersifat kolektif yang dipimpin oleh seorang Ketua dengan susunan dan jumlah anggota sesuai dengan kebutuhan organisasi. c. Dewan Pembina Daerah dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Ketua Dewan Pimpinan Daerah. d. Dewan Pembina Daerah memiliki tugas dan wewenang adalah memberikan pembinaan kepada Dewan Pimpinan Daerah, baik diminta maupun tidak diminta. e. Dewan Pembina Daerah mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan dan dapat mengundang Dewan Pimpinan Daerah pada forum rapat Dewan Pembina Daerah. f. Dewan Pembina Daerah dapat menghadiri rapat-rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah dalam rangka pengambilan keputusan yang bersifat strategis dan mengikat organisasi dan anggota APKLI.
BAB V PENDELEGASIAN WEWENANG DAN PERGANTIAN ANTAR WAKTU
Pasal 15 Pendelegasian Wewenang Pendelegasian wewenang dalam organisasi profesi APKLI adalah: (1) Dewan Pimpinan Pusat Apabila Ketua Umum berhalangan sementara dan atau karena suatu sebab tidak dapat menjalankan kewajibannya untuk waktu tertentu, maka salah satu seorang Ketua Bidang yang bersangkutan ditunjuk oleh Ketua Umum bertindak dan atas nama Ketua Umum untuk jangka waktu tertentu. (2) Dewan Pimpinan dibawahnya Apabila Ketua berhalangan sementara dan atau karena suatu sebab tidak dapat menjalankan kewajibannya untuk waktu tertentu, maka salah satu seorang Wakil Ketua yang bersangkutan ditunjuk oleh Ketua bertindak dan atas nama Ketua untuk jangka waktu tertentu.
Pasal 16 Pergantian Antar Waktu Pergantian antar waktu dalam organisasi profesi APKLI adalah: (1) Pengurus Dewan Pimpinan : a. Apabila Ketua Umum berhalangan tetap dan atau karena suatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatan kepengurusan berakhir, maka Rapat Pleno Dewan Pimpinan Pusat menetapkan Pejabat Sementara Ketua Umum untuk menyiapkan diselenggarakannya Musyawarah Nasional atau Musyawarah Nasional Luar Biasa untuk menetapkan Ketua Umum defenitif yang selanjutnya bertindak dan atas nama Ketua Umum. b. Apabila Ketua berhalangan tetap dan atau karena suatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatan kepengurusan berakhir, maka Rapat Pleno Dewan Pimpinan ditingkatannya menetapkan Pejabat Sementara Ketua untuk menyiapkan diselenggarakannya Musyawarah atau Musyawarah Luar Biasa ditingkatannya untuk menetapkan Ketua defenitif yang selanjutnya bertindak dan atas nama Ketua. c. Apabila karena sesuatu sebab terjadi lowongan dalam keanggotaan Dewan Pimpinan, maka pergantian untuk mengisi lowongan tersebut dilakukan dan ditetapkan oleh Ketua Umum / Ketua dengan memperhatikan masukan dari Rapat Presidium Dewan Pimpinan yang diagendakan untuk keperluan itu dalam waktu selambat-lambatnya tiga bulan. d. Ketua umum Dewan Pimpinan Pusat dapat melakukan pergantian dan atau penyegaran kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Presidium Dewan Pimpinan Pusat. e. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan pergantian dan atau penyegaran kepengurusan Dewan Pimpinan Wilayah dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Presidium Dewan Pimpinan Wilayah kepada Dewan Pimpinan Pusat untuk disahkan dan ditetapkan. f. Ketua Dewan Pimpinan Daerah dapat mengusulkan pergantian dan atau penyegaran kepengurusan Dewan Pimpinan Daerah dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Presidium Dewan Pimpinan Daerah kepada Dewan Pimpinan Pusat untuk disahkan dan ditetapkan. g. Ketua Dewan Pimpinan Cabang dapat mengusulkan pergantian dan atau penyegaran kepengurusan Dewan Pimpinan Cabang dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Presidium Dewan Pimpinan Cabang kepada Dewan Pimpinan Daerah untuk disahkan dan ditetapkan. h. Ketua Pimpinan Unit Kerja, Kelompok Kerja atau Paguyuban dapat mengusulkan pergantian dan atau penyegaran kepengurusan Pimpinan Unit Kerja, Kelompok Kerja atau Paguyuban dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Pimpinan Unit Kerja, Kelompok Kerja atau Paguyuban kepada Dewan Pimpinan Cabang untuk disahkan dan ditetapkan. (2) Pergantian Antar Waktu Dewan Penasehat a. Apabila Ketua dan atau jajaran Dewan Penasehat Nasional berhalangan tetap dan atau karena suatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatannya berakhir, maka Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dapat melakukan pergantian dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Presidium Dewan Pimpinan Pusat dan Rapat Dewan Penasehat Nasional yang diagendakan untuk keperluan itu. b. Apabila Ketua dan atau jajaran Dewan Penasehat Wilayah / Dewan Penasehat Daerah berhalangan tetap dan atau karena suatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatannya berakhir, maka Ketua Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah dapat mengusulkan pergantian dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Presidium Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah dan Rapat Dewan Penasehat Wilayah / Dewan Penasehat Daerah yang diagendakan untuk keperluan itu kepada Dewan Pimpinan Pusat untuk disahkan dan ditetapkan. (3) Pergantian Antar Waktu Dewan Pertimbangan Nasional Apabila Ketua dan atau jajaran Dewan Pertimbangan Nasional berhalangan tetap dan atau karena suatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatannya berakhir, maka Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat dapat melakukan pergantian dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Presidium Dewan Pimpinan Pusat dan Rapat Dewan Pertimbangan Nasional yang diagendakan untuk keperluan itu. (4) Pergantian Antar Waktu Dewan Pembina Apabila Ketua dan atau jajaran Dewan Pembina Wilayah / Dewan Pembina Daerah berhalangan tetap dan atau karena suatu sebab tidak dapat menjalankan dan atau menyelesaikan kewajibannya sampai masa jabatannya berakhir, maka Ketua Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah dapat mengusulkan pergantian dengan mempertimbangkan masukan dan saran Rapat Presidium Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah dan Rapat Dewan Pembina Wilayah / Dewan Pembina Daerah yang diagendakan untuk keperluan itu kepada Dewan Pimpinan Pusat untuk disahkan dan ditetapkan.
BAB VI MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT
Pasal 17 Musyawarah Nasional (1) Musyawarah Nasional disingkat Munas adalah perangkat organisasi APKLI yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam organisasi. (2) Munas diselenggarakan satu (1) kali dalam lima (5) tahun oleh Dewan Pimpinan Pusat. (3) Munas diikuti oleh peserta utusan dan peserta peninjau.
Pasal 18 Peserta Musyawarah Nasional (1) Peserta utusan Munas terdiri atas: a. Peserta utusan Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah masing-masing sebanyak dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah. b. Peserta utusan Dewan Pertimbangan Nasional diwakili sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pertimbangan Nasional. c. Peserta utusan Dewan Penasehat Nasional diwakili sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Penasehat Nasional. d. Peserta utusan Dewan Pimpinan Pusat yang diwakili sebanyak-banyaknya tiga (3) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. (2) Peserta peninjau Munas terdiri atas: a. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah masing-masing sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah. b. Peserta peninjau Dewan Pertimbangan Nasional diwakili sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pertimbangan Nasional. c. Peserta peninjau Dewan Penasehat Nasional diwakili sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Penasehat Nasional. d. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Pusat yang diwakili sebanyak-banyaknya tiga (3) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. (3) Hak peserta Musyawarah Nasional: a. Setiap peserta utusan Musyawarah Nasional mempunyai hak suara, hak bicara, hak dipilih, dan hak memilih. b. Setiap peserta peninjau Musyawarah Nasional mempunyai hak bicara dan hak dipilih. c. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musyawarah Nasional, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (4) Kewajiban peserta Musyawarah Nasional adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peratutan Organisasi Lainnya, serta Tata Tertib lainnya mengenai penyelenggaraan Musyawarah Nasional, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Musyawarah Nasional.
Pasal 19 Kuorum Musyawarah Nasional (1) Musyawarah Nasional dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua (1/2) dari jumlah peserta utusan dan keputusannya dianggap sah serta mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musyawarah Nasional. (2) Jika kuorum tidak tercapai, maka Musyawarah Nasional ditunda selama-lamanya satu jam. (3) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 kuorum belum juga tercapai tetapi sekurang-kurangnya sepertiga dari peserta Musyawarah Nasional hadir, maka Musyawarah Nasional tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara hadir dalam Musyawarah Nasional. (4) Jika penundaan pada ayat 3 masih belum tercapai, maka Musyawarah Nasional ditunda selambat-lambatnya tiga bulan, dan Dewan Pimpinan Pusat segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Musyawarah Nasional dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Musyawarah Nasional kepada peserta utusan dan Peninjau Musyawarah Nasional. (5) Khusus untuk penyempurnaan atau perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Musyawarah Nasional dinyatakan mencapai kuorum dan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah utusan dan keputusan dianggap sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau oleh suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara dalam Musyawarah Nasional.
Pasal 20 Musyawarah Nasional Luar Biasa (1) Musyawarah Nasional Luas Biasa, disingkat Munaslub, adalah Munas yang diselenggarakan di luar jadwal berkala Munas untuk meminta pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Pusat mengenai pelanggaran-pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau tidak berfungsinya Dewan Pimpinan Pusat, sehingga ketentuan- ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan keputusan-keputusan Munas tidak terlaksana sebagaimana mestinya. (2) Munaslub diselenggarakan berdasarkan permintaan sekurang-kurangnya dua per tiga (2/3) dari jumlah Dewan Pimpinan Wilayah melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Dewan Pimpinan Wilayah telah memberikan penilaian kinerja Dewan Pimpinan Pusat melanggar aturan sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) dengan terlebih dahulu memberikan peringatan tertulis dengan batasan waktu selambat-lambatnya sembilan puluh hari untuk memperbaikinya. b. Jika peringatan pertama sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak diindahkan oleh Dewan Pimpinan Pusat, maka peringatan tertulis kedua dengan memberikan batas waktu enam puluh hari untuk memperbaikinya. c. Jika setelah waktu yang ditentukan sebagaimana huruf b, Dewan Pimpinan Pusat belum memperbaikinya, maka mengajukan permintaan untuk mengadakan Munaslub. (3) Dewan Pimpinan Wilayah dapat menarik kembali keputusannya jika dalam penilaian terhadap Dewan Pimpinan Pusat terjadi kesalahan, serta tidak dibenarkan bagi Dewan Pimpinan Wilayah meminta kembali Munaslub pada pelanggaran dan kasus yang sama. (4) Dewan Pimpinan Wilayah yang meminta Munaslub menjadi penyelenggara dan penanggung jawab Munaslub. (5) Penyelenggara dan penanggung jawab Munaslub mempersiapkan tata tertib yang juga memuat tata cara penyampaian pendapat dan penilaian atas hal-hal yang telah dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat yang dianggap telah melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau tidak berfungsinya Dewan Pimpinan Pusat sebagaimana mestinya. (6) Keputusan-keputusan Munaslub mengikat organisasi dan anggota. (7) Peserta utusan Munaslub terdiri atas: a. Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah masing-masing sebanyak dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah / Dewan Pimpinan Daerah. b. Dewan Pimpinan Puat yang diwakili sebanyak-banyaknya tiga (3) orang yang ditunjuk untuk itu sesuai dengan surat mandat dari Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. c. Dewan Penasehat Nasional diwakili sebanyak dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Penasehat Nasional. d. Dewan Pertimbangan Nasional diwakili sebanyak dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pertimbangan Nasional. (8) Munaslub tidak ada peninjau. (9) Hak Peserta Munaslub: a. Setiap peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara, hak memilih dan hak dipilih. b. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Munaslub, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (10) Kewajiban peserta Munaslub adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta tata tertib lain mengenai penyelenggaraan Munaslub, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Munaslub. (11) Munaslub mempunyai wewenang: a. Menilai, menerima dan mensahkan atau menolak pertanggung jawaban dan atau kinerja Dewan Pimpinan Pusat. b. Jika pertanggung jawaban dan atau kinerja Dewan Pimpinan Pusat ditolak atau tidak diterima, maka Munaslub dapat memberhentikan Dewan Pimpinan Pusat. (12) Dalam hal terjadi seperti huruf b, maka Munaslub segera melaksanakan pemilihan Dewan Pimpinan Pusat yang baru melalui sistem pemilihan Ketua Umum yang sekaligus merangkap Ketua Formateur dan Pemilihan Anggota Formateur. (13) Munaslub dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua dari jumlah peserta utusan, dan keputusannya dianggap sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang punya hak suara yang hadir dalam Munaslub. (14) Jika kuorum tidak tercapai, maka Munaslub ditunda selama-lamanya dua jam. (15) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat empat belas (14) kuorum belum juga tercapai, maka munaslub dinyatakan batal dan permintaan untuk mengadakan Munaslub dinyatakan gugur.
Pasal 21 Musyawarah Wilayah (1) Musyawarah Wilayah disingkat Muswil adalah perangkat musyawarah organisasi profesi APKLI di tingkat Propinsi. (2) Muswil diselenggarakan satu (1) kali dalam empat (4) tahun oleh Dewan Pimpinan Wilayah. (3) Muswil diikuti oleh peserta utusan dan peserta peninjau.
Pasal 22 Peserta Musyawarah Wilayah (1) Peserta utusan Musyawarah Wilayah terdiri atas: a. Peserta utusan Dewan Pimpinan Daerah sebanyak dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah. b. Peserta utusan Dewan Pimpinan Wilayah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah. c. Peserta utusan Dewan Penasehat Wilayah sebanyak-banyaknya satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Dewan Penasehat Wilayah. d. Peserta utusan Dewan Pembina Wilayah diwakili sebanyak-banyaknya satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Dewan Pembina Wilayah. e. Peserta utusan Dewan Pimpinan Pusat yang diwakili sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. (2) Peserta peninjau Musyawarah Wilayah terdiri atas: a. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Daerah masing-masing sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah. b. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Wilayah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah. c. Peserta peninjau Dewan Penasehat Wilayah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Dewan Penasehat Wilayah. d. Peserta peninjau Dewan Pembina Wilayah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Dewan Pembina Wilayah. e. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Pusat sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. (3) Hak peserta Musyawarah Wilayah: a. Setiap peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara, hak dipilih dan hak memilih. b. Setiap peserta peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih. c. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musyawarah Wilayah, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (5) Kewajiban peserta Musyawarah Wilayah adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peratutan Organisasi Lainnya, serta Tata Tertib lainnya mengenai penyelenggaraan Musyawarah Wilayah, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Musyawarah Wilayah.
Pasal 23 Kuorum Musyawarah Wilayah (1) Musyawarah Wilayah dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua (1/2) dari jumlah peserta utusan dan keputusannya dianggap sah serta mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musyawarah Wilayah. (2) Jika kuorum tidak tercapai, maka Musyawarah Wilayah ditunda selama-lamanya satu jam. (3) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 kuorum belum juga tercapai tetapi sekurang-kurangnya sepertiga dari peserta Musyawarah Wilayah hadir, maka Musyawarah Wilayah tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara hadir dalam Musyawarah Wilayah. (4) Jika penundaan pada ayat 3 masih belum tercapai, maka Musyawarah Wilayah ditunda selambat-lambatnya tiga bulan, dan Dewan Pimpinan Wilayah segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Musyawarah Wilayah dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Musyawarah Wilayah kepada peserta utusan dan Peninjau Musyawarah Wilayah. (5) Khusus untuk usulan penyempurnaan atau perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Musyawarah Wilayah dinyatakan mencapai kuorum dan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua pertiga dari jumlah utusan dan keputusan dianggap sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau oleh suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara dalam Musyawarah Wilayah.
Pasal 24 Musyawarah Daerah (1) Musyawarah Daerah disingkat Musda adalah perangkat musyawarah organisasi profesi APKLI di tingkat Kabupaten atau Kota. (2) Musda diselenggarakan satu (1) kali dalam tiga (3) tahun oleh Dewan Pimpinan Daerah. (3) Musda diikuti oleh peserta utusan dan peserta peninjau.
Pasal 25 Peserta Musyawarah Daerah (1) Peserta utusan Musyawarah Daerah terdiri atas: a. Peserta utusan Dewan Pimpinan Cabang sebanyak dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. b. Peserta utusan Dewan Pimpinan Daerah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah. c. Peserta utusan Dewan Penasehat Daerah sebanyak-banyaknya satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Dewan Penasehat Daerah. d. Peserta utusan Dewan Pembina Daerah diwakili sebanyak-banyaknya satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Dewan Pembina Daerah. e. Peserta utusan Dewan Pimpinan Wilayah yang diwakili sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah. (2) Peserta peninjau Musyawarah Daerah terdiri atas: a. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Cabang masing-masing sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. b. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Daerah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah. c. Peserta peninjau Dewan Penasehat Daerah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketu Dewan Penasehat Daerah. d. Peserta peninjau Dewan Pembina Daerah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua Dewan Pembina Daerah. e. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Wilayah sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah. (3) Hak peserta Musyawarah Daerah: a. Setiap peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara, hak dipilih, dan hak memilih. b. Setiap peserta peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih. c. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musyawarah Daerah, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (4) Kewajiban peserta Musyawarah Daerah adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peratutan Organisasi Lainnya, serta Tata Tertib lainnya mengenai penyelenggaraan Musyawarah Daerah, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Musyawarah Daerah.
Pasal 26 Kuorum Musyawarah Daerah (1) Musyawarah Daerah dinyatakan mencapai Kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua (1/2) dari jumlah peserta utusan dan keputusannya dianggap sah serta mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musyawarah Daerah. (2) Jika Kuorum tidak tercapai, maka Musyawarah Daerah ditunda selama-lamanya satu jam. (3) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 kuorum belum juga tercapai tetapi sekurang-kurangnya sepertiga dari peserta Musyawarah Daerah hadir, maka Musyawarah Daerah tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara hadir dalam Musyawarah Daerah. (4) Jika penundaan pada pasal ayat 3 masih belum tercapai, maka Musyawarah Daerah ditunda selambat-lambatnya tiga bulan, dan Dewan Pimpinan Daerah segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Musyawarah Daerah dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Musyawarah Daerah kepada peserta utusan dan Peninjau Musyawarah Daerah.
Pasal 27 Musyawarah Cabang (1) Musyawarah Cabang disingkat Muscab adalah perangkat musyawarah organisasi profesi APKLI ditingkat Kecamatan. (2) Muscab diselenggarakan satu (1) kali dalam tiga (3) tahun oleh Dewan Pimpinan Kecamatan. (3) Muscab diikuti oleh peserta utusan dan peserta peninjau.
Pasal 28 Peserta Musyawarah Cabang (1) Peserta utusan Musyawarah Cabang terdiri atas: a. Peserta utusan Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan Kelompok Kerja, dan Pimpinan Paguyuban sebanyak dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Unit Kerja / Pimpinan Kelompok Kerja / Pimpinan Paguyuban. b. Peserta utusan Dewan Pimpinan Cabang sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. c. Peserta utusan Dewan Pimpinan Daerah sebanyak-banyaknya satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah. (2) Peserta peninjau Musyawarah Cabang terdiri atas: a. Peserta peninjau Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan Kelompok Kerja, dan Pimpinan Paguyuban sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Unit Kerja / Pimpinan Kelompok Kerja / Pimpinan Paguyuban. b. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Cabang sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. c. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Daerah sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah. (5) Hak peserta Musyawarah Cabang: a. Setiap peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara, hak dipilih dan memilih. b. Setiap peserta peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih. c. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musyawarah Cabang, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (6) Kewajiban peserta Musyawarah Cabang adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peratutan Organisasi Lainnya, serta Tata Tertib lainnya mengenai penyelenggaraan Musyawarah Cabang, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Musyawarah Cabang.
Pasal 29 Kuorum Musyawarah Cabang (1) Musyawarah Cabang dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua (1/2) dari jumlah peserta utusan dan keputusannya dianggap sah, serta mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musyawarah Cabang. (2) Jika kuorum tidak tercapai, maka Musyawarah Cabang ditunda selama-lamanya satu jam. (3) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 kuorum belum juga tercapai tetapi sekurang-kurangnya sepertiga dari peserta Musyawarah Cabang hadir, maka Musyawarah Cabang tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara hadir dalam Musyawarah Cabang. (4) Jika penundaan pada pasal ayat 3 masih belum tercapai, maka Musyawarah Cabang ditunda selambat-lambatnya tiga bulan, dan Dewan Pimpinan Cabang segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Musyawarah Cabang dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Musyawarah Cabang kepada peserta utusan dan Peninjau Musyawarah Cabang.
Pasal 30 Musyawarah Unit Kerja (1) Musyawarah Unit Kerja disingkat Musnik adalah perangkat musyawarah organisasi profesi APKLI di tingkat Desa/Kelurahan/Nagari. (2) Musnik diselenggarakan satu (1) kali dalam tiga (3) tahun oleh Pimpinan Unit Kerja. (3) Musnik diikuti oleh peserta utusan dan peserta peninjau.
Pasal 31 Peserta Musyawarah Unit Kerja (1) Peserta utusan Musyawarah Unit Kerja terdiri atas: a. Peserta utusan Pimpinan Unit Kerja (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Unit Kerja. b. Anggota Pelaku Pedagang Kaki Lima. c. Peserta utusan Dewan Pimpinan Cabang sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. (2) Peserta peninjau Musyawarah Unit Kedrja terdiri atas: a. Peserta peninjau Pimpinan Unit Kerja sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Unit Kerja. b. Anggota Pelaku Pedagang Kaki Lima. c. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Cabang sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. (3) Hak peserta Musyawarah Unit Kerja: a. Setiap peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara, hak dipilih dan memilih. b. Setiap peserta peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih. c. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musyawarah Unit Kerja, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Organisasi lainnya. (4) Kewajiban peserta Musyawarah Unit Kerja adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peratutan Organisasi Lainnya, serta Tata Tertib lainnya mengenai penyelenggaraan Musyawarah Unit Kerja, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Musyawarah Unit Kerja.
Pasal 32 Kuorum Musyawarah Unit Kerja (1) Musyawarah Unit Kerja dinyatakan mencapai Kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua (1/2) dari jumlah peserta utusan dan keputusannya dianggap sah serta mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musyawarah Unit Kerja. (2) Jika kuorum tidak tercapai, maka Musyawarah Unit Kerja ditunda selama-lamanya satu jam. (3) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 kuorum belum juga tercapai tetapi sekurang-kurangnya sepertiga dari peserta Musyawarah Unit Kerja hadir, maka Musyawarah Unit Kerja tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara hadir dalam Musyawarah Unit Kerja. (4) Jika penundaan pada pasal ayat 3 masih belum tercapai, maka Musyawarah Unit Kerja ditunda selambat-lambatnya tiga bulan, dan Pimpinan Unit Kerja segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Musyawarah Unit Kerja dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Musyawar Unit Kerja kepada peserta utusan dan Peninjau Musyawarah Unit Kerja.
Pasal 33 Musyawarah Kelompok Kerja (1) Musyawarah Kelompok Kerja disingkat MKK adalah perangkat musyawarah organisasi profesi APKLI di tingkat Kelompok Kerja. (2) MKK diselenggarakan satu (1) kali dalam tiga (3) tahun oleh Pimpinan Kelompok Kerja. (3) MKK diikuti oleh peserta utusan dan peserta peninjau.
Pasal 34 Peserta Musyawarah Kelompok Kerja (1) Peserta utusan Musyawarah Kelompok Kerja terdiri atas: a. Peserta utusan Pimpinan Kelompok Kerja (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Kelompok Kerja. b. Anggota Pelaku Pedagang Kaki Lima. c. Peserta utusan Dewan Pimpinan Cabang sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. (2) Peserta peninjau Musyawarah Kelompok Keja terdiri atas: a. Peserta peninjau Pimpinan Kelompok Kerja sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Kelompok Kerja. b. Anggota Pelaku Pedagang Kaki Lima. c. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Cabang sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. (3) Hak peserta Musyawarah Kelompok Kerja: d. Setiap peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara, hak dipilih dan memilih. e. Setiap peserta peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih. f. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musyawarah Kelompok Kerja, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Organisasi lainnya. (4) Kewajiban peserta Musyawarah Kelompok Kerja adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peratutan Organisasi Lainnya, serta Tata Tertib lainnya mengenai penyelenggaraan Musyawarah Kelompok Kerja, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Musyawarah Kelompok Kerja.
Pasal 35 Kuorum Musyawarah Kelompok Kerja (1) Musyawarah Kelompok Kerja dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua (1/2) dari jumlah peserta utusan dan keputusannya dianggap sah serta mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musyawarah Kelompok Kerja. (2) Jika kuorum tidak tercapai, maka Musyawarah Kelompok Kerja ditunda selama-lamanya satu jam. (3) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 kuorum belum juga tercapai tetapi sekurang-kurangnya sepertiga dari peserta Musyawarah Kelompok Kerja hadir, maka Musyawarah Kelompok Kerja tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara hadir dalam Musyawarah Kelompok Kerja. (4) Jika penundaan pada pasal ayat 3 masih belum tercapai, maka Musyawarah Kelompok Kerja ditunda selambat-lambatnya tiga bulan, dan Pimpinan Kelompok Kerja segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Musyawarah Kelompok Kerja dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Musyawarah Kelompok Kerja kepada peserta utusan dan Peninjau Musyawarah Kelompok Kerja
Pasal 36 Musyawarah Paguyuban (1) Musyawarah Paguyuban disingkat Musgab adalah perangkat musyawarah organisasi profesi APKLI ditingkat Paguyuban. (2) Musgab diselenggarakan satu (1) kali dalam tiga (3) tahun oleh Pimpinan Paguyuban. (3) Musgab diikuti oleh peserta utusan dan peserta peninjau.
Pasal 37 Peserta Musyawarah Paguyuban (1) Peserta utusan Musyawarah Paguyuban terdiri atas: a. Peserta utusan Pimpinan Paguyuban (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Paguyuban. b. Anggota Pelaku Pedagang Kaki Lima. c. Peserta utusan Dewan Pimpinan Cabang sebanyak-banyaknya dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. (2) Peserta peninjau Musyawarah Paguyuban terdiri atas: a. Peserta peninjau Pimpinan Paguyuban sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Pimpinan Paguyuban. b. Anggota Pelaku Pedagang Kaki Lima. c. Peserta peninjau Dewan Pimpinan Cabang sebanyak satu (1) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. (3) Hak peserta Musyawarah Paguyuban: a. Setiap peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara, hak dipilih dan memilih. b. Setiap peserta peninjau mempunyai hak bicara dan hak dipilih. c. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Musyawarah Paguyuban, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Organisasi lainnya. (4) Kewajiban peserta Musyawarah Paguyuban adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peratutan Organisasi Lainnya, serta Tata Tertib lainnya mengenai penyelenggaraan Musyawarah Paguyuban, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Musyawarah Paguyuban.
Pasal 38 Kuorum Musyawarah Paguyuban (1) Musyawarah Paguyuban dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua (1/2) dari jumlah peserta utusan dan keputusannya dianggap sah serta mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara yang hadir dalam Musyawarah Paguyuban. (2) Jika kuorum tidak tercapai, maka Musyawarah Paguyuban ditunda selama-lamanya satu jam. (3) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 kuorum belum juga tercapai tetapi sekurang-kurangnya sepertiga dari peserta Musyawarah Paguyuban hadir, maka Musyawarah Paguyuban tetap dilangsungkan, dan semua keputusan yang diambil adalah sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah atau suara terbanyak dari peserta yang mempunyai hak suara hadir dalam Musyawarah Paguyuban. (4) Jika penundaan pada pasal ayat 3 masih belum tercapai, maka Musyawarah Paguyuban ditunda selambat-lambatnya tiga bulan, dan Pimpinan Paguyuban segera menjadwalkan kembali penyelenggaraan Musyawarah Paguyuban dan mengirimkan pemberitahuan dan undangan kembali menghadiri Musyawarah Paguyuban kepada peserta utusan dan Peninjau Musyawarah Paguyuban.
Pasal 39 Musyawarah Wilayah / Daerah / Cabang Luar Biasa (1) Musyawarah Wilayah / Daerah / Cabang Luar Biasa disingkat Muswilub / Musdalub / Muscablub adalah Muswil / Musda / Muscab yang diselenggarakan di luar jadwal berkala Muswil / Musda / Muscab untuk meminta pertanggung jawaban Dewan Pimpinan ditingkatannya mengenai pelanggaran-pelanggaran prinsip atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau tidak berfungsinya Dewan Pimpinan ditingkatannya, sehingga ketentuan-ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan keputusan-keputusan Muswil / Musda / Muscab tidak terlaksana sebagaimana mestinya. (2) Muswilub / Musdalub / Muscablub sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan berdasarkan permintaan sekurang-kurangnya dua pertiga (2/3) jumlah pengurus ditingkat bawahnya melalui tahap-tahap sebagai berikut: a. Dewan Pimpinan dibawahnya telah memberikan penilaian kinerja Dewan Pimpinan diatasnya melanggar aturan sebagaimana dimaksud pada ayat satu (1) dengan terlebih dahulu memberikan peringatan tertulis dengan batasan waktu selambat-lambatnya sembilan puluh hari untuk memperbaikinya. b. Jika peringatan pertama sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak diindahkan oleh Dewan Pimpinan diatasnya, maka peringatan tertulis kedua dengan memberikan batas waktu enam puluh hari untuk memperbaikinya. c. Jika setelah waktu yang ditentukan sebagaimana huruf b Dewan Pimpinan diatasnya belum memperbaikinya, maka dapat mengajukan permintaan untuk mengadakan Muswilub / Musdalub / Muscablub. (3) Dewan Pimpinan dibawahnya dapat menarik kembali keputusannya jika dalam penilaian terhadap Dewan Pimpinan diatasnya terjadi kesalahan, serta tidak dibenarkan lagi Dewan Pimpinan dibawahnya meminta kembali Muswilub / Musdalub / Muscablub pada pelanggaran dan kasus yang sama. (4) Dewan Pimpinan dibawahnya yang meminta Muswilub / Musdalub / Muscablub menjadi penyelenggara dan penanggung jawab Muswilub / Musdalub / Muscablub. (5) Penyelenggara dan penanggung jawab Muswilub / Musdalub / Muscablub mempersiapkan tata tertib yang juga memuat tata cara penyampaian pendapat dan penilaian atas hal-hal yang telah dilakukan Dewan Pimpinan diatasnya yang dianggap telah melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dan atau tidak berfungsinya Dewan Pimpinan diatasnya sebagaimana mestinya. (6) Keputusan-keputusan Muswilub / Musdalub / Muscablub mengikat organisasi dan anggota. (7) Peserta utusan Muswilub / Musdalub / Muscablub terdiri atas: a. Utusan dibawahnya masing-masing sebanyak dua (2) orang sesuai dengan surat mandat yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris di tingkatannya masing-masing. b. Dewan Penasehat dan Dewan Pembina ditingkatannya diwakili sebanyak dua (2 )orang yang dipilih dalam Rapat Dewan Penasehat tingkatannya lengkap yang diagendakan untuk itu. c. Dewan Pimpinan ditingkatannya yang diwakili 3 (tiga) orang yang ditunjuk untuk itu sesuai dengan surat mandat dari yang disahkan oleh Ketua dan Sekretaris. (8) Muswilub / Musdalub / Muscablub tidak ada peninjau. (9) Hak peserta Muswilub / Musdalub / Muscablub : a. Setiap peserta utusan mempunyai hak suara, hak bicara, hak dipilih dan hak memilih. b. Serta hak-hak lainnya yang ditetapkan dalam tata tertib dan ketentuan-ketentuan lain mengenai penyelenggaraan Muswilub / Musdalub / Muscablub, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (10) Kewajiban peserta Muswilub / Musdalub / Muscablub adalah mentaati dan melaksanakan semua Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta tata tertib lain mengenai penyelenggaraan Muswilub / Musdalub / Muscablub, sepanjang tidak melanggar Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, setelah memperoleh persetujuan Muswilub / Musdalub / Muscablub. (11) Muswilub / Musdalub / Muscablub mempunyai wewenang: a. Menilai, menerima dan mensahkan atau menolak pertanggung jawaban dan atau kinerja Dewan Pimpinan ditingkat atasnya. b. Jika pertanggung jawaban dan atau kinerja Dewan Pimpinan ditingkatannya ditolak atau tidak diterima, maka Muswilub / Musdalub / Muscablub dapat memberhentikan Dewan Pimpinan diatasnya. c. Dalam hal terjadi seperti huruf b, maka Muswilub / Musdalub / Muscablub segera melaksanakan pemilihan Dewan Pimpinan ditingkat atasnya yang baru melalui sistem pemilihan Ketua sekaligus merangkap Ketua Formateur dan anggota formateur. (12) Muswilub / Musdalub / Muscablub dinyatakan mencapai kuorum dan sah jika dihadiri oleh lebih dari satu perdua dari jumlah peserta utusan dan keputusannya dianggap sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat atau suara terbanyak dari peserta yang punya hak suara yang hadir dalam Muswilub / Musdalub / Muscablub. (13) Jika kuorum tidak tercapai, maka Muswilub / Musdalub / Muscablub ditunda selama- lamanya dua jam. (14) Jika sesudah penundaan sebagaimana dimaksud ayat tigabelas (13) kuorum belum juga tercapai, maka Muswilub / Musdalub / Muscablub dinyatakan batal dan permintaan untuk mengadakan Muswilub / Musdalub / Muscablub dinyatakan gugur.
Pasal 40 Bentuk Persidangan dalam Permusyawaratan (1) Sidang Pleno meliputi: a. Sidang pleno I membahas : 1. Pengesahan jadwal acara permusyawaratan. 2. Pengesahan tata tertib permusyawaratan. 3. Pemilihan pimpinan sidang pleno permusyawaratan. b. Sidang pleno II membahas : 1. Laporan pertanggung jawaban pengurus. 2. Tanya jawab peserta terhadap laporan pertanggung jawaban pengurus. 3. Penilaian dan pandangan umum peserta permusyawaratan. c. Sidang pleno III membahas : 1. Pembagian sidang-sidang komisi. 2. Pemilihan ketua sidang komisi. 3. Pelaksanaan sidang-sidang komisi. 4. Pleno sidang-sidang komisi. d. Sidang pleno IV membahas : 1. Tahap pencalonan kandidat Ketua Umum / Ketua yang merangkapkap Ketua Formateur. 2. Tahap penyampaian visi dan misi kandidat Ketua Umum / Ketua yang merangkapkap Ketua Formateur. 3. Tahap pemilihan Ketua Umum / Ketua yang merangkapkap Ketua Formateur. 4. Tahap pengesahan hasil pemilihan Ketua Umum / Ketua yang merangkapkap Ketua Formateur. (2) Sidang-sidang komisi meliputi: a. Komisi A tentang AD/ART, Keorganisasian dan Keadministrasian APKLI. b. Komisi B tentang Program Kerja Umum Nasional dan Garis-Garis Besar Haluan Program Kerja Organisasi (GBHO). c. Komisi C tentang Rekomendasi Organisasi yang bersifat Internal dan Eksternal.
Pasal 41 Bentuk Ketukan Palu Persidangan dan Interupsi (1) Bentuk ketukan palu sidang meliputi: a. Pembukaan dan penutupan persidangan menggunakan 3 kali ketukan. b. Kesepakatan tiap-tiap butir pasal dalam persidangan menggunakan 1 kali ketukan. c. Pembacaan kesepakatan akhir keseluruhan butir pasal dalam persidangan menggunakan 2 kali ketukan. d. Kesepakatan skorsing dan pencabutan skorsing persidangan menggunakan 2 kali ketukan. e. Pengambilan dan penerimaan palu sidang ke pimpinan sidang lainnya menggunakan 1 kali ketukan. f. Mengendalikan forum persidangan dalam kondisi chaos/ribut menggunakan1 kali ketokan dengan ritme yang cepat dan tegas. (2) Derajat interupsi persidangan meliputi: a. Interupsi for Justification, mempunyai derajat tertinggi untuk di utamakan karena berisi pengungkapan kebenaran yang legal beserta alat buktinya yang akan disampaikan. b. Interupsion for Clarification, mempunyai derajat menengah untuk di utamakan karena berisi klarifikasi terhadap ketidakbenaran informasi yang disampaikan. c. Interupsion for Problem Solving, mempunyai derajat menengah untuk di utamakan karena berisi pemecahan persoalan karena pertikaian interprestasi masalah dalam persidangan. d. Interupsion for Information, mempunyai derajat bawah untuk di utamakan karena berisi informasi terhadap kondisipersoalan atau kondisi eksternal forum yang kebenarannya perlu dibuktikan.
Pasal 42 Pengambilan Keputusan (1) Semua keputusan yang diambil dalam setiap musyawarah atau rapat dilakukan atas dasar musyawarah mufakat, atau dengan cara pemungutan suara. (2) Dalam setiap pemungutan suara yang tidak menyangkut pemilihan seseorang, maka setiap anggota mempunyai hak suara yang sama dengan pemungutan suara yang dilakukan secara lisan maupun tertulis. (3) Pemilihan Ketua Umum / Ketua yang sekaligus merangkap Ketua formateur dapat dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat atau dilakukan dengan cara pemungutan suara dengan azas langsung, bebas dan rahasia dari peserta musyawarah yang bersangkutan yang memiliki hak suara.
Pasal 43 Mekanisme Pemilihan Ketua umum / Ketua Organisasi (1) Proses pemilihan Ketua Umum / Ketua APKLI dari DPP hingga Pimpinan Unit Kerja / Pimpinan Kelompok Kerja / Pimpinan Paguyuban mengikuti satu mekanisme system yang seragam dan baku secara nasional. (2) Pemilihan Ketua Umum / Ketua dari seluruh tingkatan melalui 2 mekanisme tahapan: a. Tahapan Pencalonan. b. Tahapan Pemilihan. (3) Syarat batas dukungan suara untuk kelolosan Kandidat Ketua Umum / Ketua dari tahap pencalonan menuju tahap pemilihan disesuaikan dengan tata tertib pemilihan yang disepakati tingkatan di institusi tempat dilaksanakannya tahapan tersebut. (4) Pemilihan menggunakan dua (2) kali proses pemilihan: a. Proses pemilihan pertama adalah Pemilihan Ketua Umum / Ketua yang sekaligus merangkap Ketua Formateur. b. Proses pemilihan pertama adalah pemilihan anggota formateur yang meperhatikan Tuan Rumah Musyawarah dan keterwakilan berdasarkan kewilayahan. (5) Sistem pemberian suara pada tahap pencalonan menggunakan mekanisme 1 intitution 2 vote atau 1 (satu) suara tingkatan institusi adalah dua (2) suara dalam pencalonan. (6) Sedangkan sistem pemberian suara pada tahap pemilihan menggunakan mekanisme 1 man 1 vote atau satu (1) peserta utusan bernilai satu (1) suara dukungan terhadap kandidat yang telah di tentukan. (7) Ketua Umum / Ketua yang merangkap Ketua Formateur bersama Formateur menyusun kepengurusan difinitif selama masa bakti yang telah di tentukan. (8) Ketua Umum / Ketua diberi waktu maksimal dua (bulan) sesudah pelaksanaan musyawarah organisasi telah menetapkan Kepengurusan Organisasi yang defenitif.
Pasal 44 Rapat Pimpinan Nasional (1) Rapat Pimpinan Nasional disingkat Rapimnas adalah rapat pimpinan jajaran organisasi dalam rangka koordinasi, sinkronisasi dan upaya-upaya sinergistik dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program antar jajaran ditingkat Nasional. (2) Dewan Pimpinan Pusat menyelenggarakan Rapimnas sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun. (3) Rapimnas diikuti oleh peserta yang terdiri dari : A. Peserta utusan Rapimnas terdiri : 1. Dewan Pertimbangan Nasional. 2. Dewan Penasehat Nasional. 3. Dewan Pimpinan Pusat. 4. Ketua-Ketua Dewan Pimpinan Wilayah. B. Peserta peninjau Rapimnas terdiri : 1. Dewan Pertimbangan Nasional. 2. Dewan Penasehat Nasional. 3. Dewan Pimpinan Pusat. 4. Sekretaris-sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah. (4) Hak dan kewajiban peserta utusan dan peserta peninjau: a. Setiap peserta utusan Rapimnas mempunyai hak yang sama, yaitu hak bicara dan hak suara. b. Kewajiban peserta Rapimnas adalah mentaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan lainnya mengenai penyelenggaraan Rapimnas, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga. c. Hak peninjau diatur dalam tata tertib Rapimnas, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga. (5) Rapimnas mempunyai wewenang: a. Menetapkan sasaran dan program kerja tahunan serta pembagian tugas kerja setiap jajaran. b. Melakukan evaluasi terhadap koordinasi, sinkronisasi dalam upaya sinergistik perencanaan dan pelaksanaan program-program antar jajaran. c. Membantu Dewan Pimpinan Pusat dalam hal yang tidak dapat diputuskan sendiri dan dipertanggung jawabkan dalam Musyawarah Nasional. (6) Rapimnas dianggap mencapai kuorum jika dihadiri lebih dari satu perdua dari jumlah peserta utusan, dan keputusannya dianggap sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat dan atau suara terbanyak.
Pasal 45 Rapat Pimpinan Wilayah (1) Rapat Pimpinan Wilayah, yang disingkat Rapimwil adalah rapat pimpinan jajaran organisasi dalam rangka koordinasi, sinkronisasi dan upaya-upaya sinergistik dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program antar jajaran sesuai dengan kewilayahan propinsi. (2) Dewan Pimpinan Wilayah menyelenggarakan Rapimwil sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, satu diantaranya pada setiap awal tahun. (3) Rapimnwil dihadiri oleh peserta yang terdiri dari: A. Peserta utusan Rapimnwil terdiri: 1. Dewan Pembina Wilayah. 2. Dewan Penasehat Wilayah. 3. Dewan Pimpinan Wilayah. 4. Ketua-Ketua Dewan Pimpinan Daerah. B. Peserta peninjau Rapimwil terdiri : 1. Dewan Pembina Wilayah. 2. Dewan Penasehat Wilayah. 3. Dewan Pimpinan Wilayah. 4. Sekretaris-sekretaris Dewan Pimpinan Daerah. (4) Hak dan kewajiban peserta utusan dan peserta peninjau: a. Setiap peserta utusan Rapimwil mempunyai hak yang sama, yaitu hak bicara dan hak suara. b. Kewajiban peserta Rapimwil adalah mentaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan lainnya mengenai penyelenggaraan RAPIMWIL, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga. (5) Hak peninjau diatur dalam tata tertib Rapimwil, sepanjang tidak bertentangan dengan Aanggran Dasar / Anggaran Rumah Tangga. (6) Rapimwil mempunyai wewenang: a. Menetapkan sasaran dan program kerja tahunan serta pembagian tugas kerja setiap jajaran sesuai dengan kewilayahan propinsi. b. Melakukan evaluasi terhadap koordinasi, sinkronisasi dalam upaya sinergistik perencanaan dan pelaksanaan program-program antar jajaran sesuai dengan kewilayahan propinsi. c. Membantu Dewan Pimpinan Wilayah dalam hal yang tidak dapat diputuskan sendiri dan dipertanggung jawabkan dalam Musyawarah Wilayah. d. Rapimwil dianggap mencapai kuorum jika dihadiri lebih dari satu perdua dari jumlah peserta utusan, dan keputusannya dianggap sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat dan atau suara terbanyak.
Pasal 46 Rapat Pimpinan Daerah (1) Rapat Pimpinan Daerah disingkat Rapimda adalah rapat pimpinan jajaran organisasi dalam rangka koordinasi, sinkronisasi dan upaya-upaya sinergistik dalam perencanaan dan pelaksanaan program-program antar jajaran sesuai dengan kewilayahan Kabupaten atau Kota. (2) Dewan Pimpinan Daerah menyelenggarakan Rapimda sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun, satu diantaranya pada setiap awal tahun. (3) Rapimda diikuti oleh peserta yang terdiri dari : A. Peserta utusan Rapimda terdiri: 1. Dewan Pembina Daerah. 2. Dewan Penasehat Daerah. 3. Dewan Pimpinan Daerah. 4. Ketua-Ketua Dewan Pimpinan Cabang. B. Peserta peninjau Rapimda terdiri : 1. Dewan Pembina Daerah. 2. Dewan Penasehat Daerah. 3. Dewan Pimpinan Daerah. 4. Sekretaris-sekretaris Dewan Pimpinan Cabang. (4) Hak dan kewajiban peserta utusan: a. Setiap peserta utusan Rapimda mempunyai hak yang sama, yaitu hak bicara dan hak suara. b. Kewajiban peserta Rapimda adalah mentaati dan melaksanakan semua ketentuan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan lainnya mengenai penyelenggaraan Rapimda, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga. (5) Hak peninjau diatur dalam tata tertib Rapimda, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga. (6) Rapimda mempunyai wewenang : a. Menetapkan sasaran dan program kerja tahunan serta pembagian tugas kerja setiap jajaran sesuai dengan kewilayahan Kabupaten atau Kota. b. Melakukan evaluasi terhadap koordinasi, sinkronisasi dalam upaya sinergistik perencanaan dan pelaksanaan program-program antar jajaran sesuai dengan kewilayahan Kabupaten atau Kota. c. Membantu Dewan Pimpinan Daerah dalam hal yang tidak dapat diputuskan sendiri dan dipertanggung jawabkan dalam Musyawarah Daerah. d. Rapimda dianggap mencapai kuorum jika dihadiri lebih dari satu perdua dari jumlah peserta utusan, dan keputusannya dianggap sah dan mengikat organisasi dan anggota jika disepakati secara musyawarah mufakat dan atau suara terbanyak.
Pasal 47 Rapat Kerja (1) Rapat Kerja Nasional disingkat Rakernas adalah Rapat Kerja yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat yang dilaksanakan minimal 2 (kali) kali selama masa bakti kepengurusan yang diikuti oleh pengurus Dewan Pimpinan Pusat serta Ketua dan Sekertaris Dewan Pimpinan Wilayah dan atau yang dimandatkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dalam rangka merumuskan serta mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program organisasi. (2) Rapat Kerja Wilayah dsingkat Rakerwil adalah Rapat Kerja yang di lakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah yang di laksanakan minimal 2 (dua) kali selama masa bakti kepengurusan yang diikuti oleh pengurus Dewan Pimpinan Wilayah serta Ketua dan Sekertaris Dewan Pimpinan Daerah dan atau yang dimandatkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dalam rangka merumuskan dan mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program organisasi. (3) Rapat Kerja Daerah disingkat Rakerda adalah Rapat Kerja yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah yang dilaksanakan minimal 2 (kali) kali selama masa bakti kepengurusan yang diikuti oleh pengurus Dewan Pimpinan Daerah serta Ketua dan Sekertaris Dewan Pimpinan Cabang dan atau yang dimandatkan oleh Dewan Pimpinan Cabang dalam rangka merumuskan serta mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program organisasi. (4) Rapat Kerja Cabang disingkat Rakercab adalah Rapat Kerja yang di lakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang yang dilaksanakan minimal 2 (kali) kali selama masa bakti kepengurusan yang di hadiri oleh pengurus Dewan Pimbanan Cabang dan minimal dihadiri Ketua dan Sekertaris Pimpinan Unit Kerja, Pimpinan Kelompok Kerja, Pimpinan Paguyuban dalam rangka merumuskan dan mengevaluasi kebijakan organisasi. (5) Rapat Kerja Unit kerja adalah rapat kerja yang dilakukan oleh Pimpinan Unit kerja yang dilaksanakan minimal 2 (kali) kali selama masa bakti kepengurusan yang diikuti oleh pengurus Pimpinan Unit kerja dan dan perwakilan anggota-anggota biasa Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia dalam rangka merumuskan serta mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program organisasi. (6) Rapat Kerja Kelompok Kerja adalah Rapat Kerja yang dilakukan oleh Kelompok kerja yang dilaksanakan minimal 2 (kali) kali selama masa bakti kepengurusan yang di hadiri oleh pengurus Pimpinan Kelompok Kerja dan perwakilan anggota–anggota biasa Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia dalam rangka merumuskan serta mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program organisasi. (7) Rapat Kerja Paguyuban adalah Rapat Kerja yang dilakukan oleh Paguyuban yang dilaksanakan minimal 2 (kali) kali selama masa bakti kepengurusan yang di hadiri oleh pengurus Pimpinan Paguyuban dan perwakilan anggota–anggota biasa Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia dalam rangka merumuskan serta mengevaluasi kebijakan dan pelaksanaan program organisasi.
Pasal 48 Rapat Harian, Rapat Presidium dan Rapat Pleno (1) Rapat Harian adalah rapat yang dihadiri oleh seluruh fungsionaris Dewan Pimpinan / Pimpinan, Badan-badan, Lembaga-lembaga, Komite-Komite Teknis, Yayayasan, dan atau yang sejenisnya dalam organisasi profesi APKLI. a. Rapat harian dilaksanakan setidak-tidaknya dua kali dalam satu bulan. b. Fungsi dan wewenang rapat harian : 1. Membahas dan menjabarkan kebijaksanaan yang diambil dan ditetapkan oleh Rapat Pleno. 2. Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan yang diambil atau ditetapkan oleh Rapat Presdium dan untuk kemudian mengambil dan mempertimbangkan keputusan selanjutnya. 3. Mendengar laporan dari seluruh fungsionaris Dewan Pimpinan / Pimpinan dan para Kepala atau Ketua atau Direktur Badan-badan, Lembaga-Lembaga, Komite-komite Teknis, Yayasan-yayasan, dan atau sejenisnya. (2) Rapat Presidium adalah rapat yang dihadiri oleh Ketua Umum / Ketua, Ketua / Wakil Ketua Bidang, Sekretaris Jenderal / Sekretaris, Wakil Sekretaris Jenderal / Wakil Sekretatis, Bendahara Umum / Bendahara, dan Wakil Bendahara Umum / Wakil Bendahara. a. Rapat presidium dilaksanakan setidak-tidaknya dua kali dalam satu bulan. b. Fungsi dan wewenang rapat presidium : 1. Mengambil keputusan tentang organisasi sehari-hari baik intern maupun ekstern. 2. Mendengarkan informasi tentang perkembangan dari berbagai aspek organisasi baik intern maupun ekstern. 3. Mengevaluasi perkembangan eksternal organisasi dan dampaknya bagi perkembangan organisasi. (3) Rapat Pleno adalah rapat organisasi yang dihadiri seluruh Dewan Pimpinan / Pimpinan, seluruh aparatur Kepala atau Ketua atau Direktur Badan-badan, Lembaga-Lembaga, Komite- komite Teknis, Yayasan-yayasan, dan atau sejenisnya, serta Ketua Dewan Pimpinan / Pimpinan dibawahnya. a. Rapat Pleno dilaksanakan setidak-tidaknya satu kali dalam enam bulan. b. Fungsi dan wewenang rapat pleno : 1. Mengambil keputusan dan kebijakan yang bersifat khusus dan strategis. 2. Mengevaluasi perkembangan organisasi baik secara internal maupun eksternal, serta dampaknya bagi perkembangan organisasi.
BAB VII KEKAYAAN ORGANISASI
Pasal 49 Bentuk Kekayaan Organisasi (1) Benda tak bergerak. (2) Benda bergerak. (3) Badan Usaha dan Penanaman Modal. (4) Keuangan dalam bentuk dana kas. (5) Dan kekayaan dalam bentuk lainnya.
Pasal 50 Sumber Benda Tak Bergerak (1) Wakaf dan Hibah. (2) Pembelian dengan persetujuan Rapat Dewan Pimpinan dan atau Rapat Pimpinan diseluruh tingkatan organisasi.
Pasal 51 Pelepasan Hak Atas Benda Tak Bergerak (1) Barang yang tak bergerak yang diperoleh melalui wakaf dan hibah tidak di perkenankan untuk pelepasan hak. (2) Apabila terpaksa pelepasan hak atas barang tak bergerak dapat di laksanakan, digantialihkan dengan nilai yang sama.
Pasal 52 Benda Bergerak (1) Benda bergerak dapat diperoleh dari sumbangan yang tidak mengikat. (2) Pembelian barang bergerak dapat di laksanakan dengan persetujuan rapat Dewan Pimpinan dan atau Rapat Pimpinan diseluruh tingkatan organisasi.
Pasal 53 Pelepasan Hak Atas Benda Bergerak Benda yang bergerak dapat dilaksanakan pelepasan dengan persetujuan rapat Dewan Pimpinan dan atau Rapat Pimpinan diseluruh tingkatan organisasi.
Pasal 54 Badan Usaha Dan Penanaman Modal (1) Pembentukan badan usaha dapat di laksanakan atas dasar pertimbangan kepentingan anggota. (2) Badan usaha dibentuk berdasarkan keputusan Rapat Dewan Pimpinan dan atau Rapat Pimpinan diseluruh tingkatan organisasi. (3) Penanaman modal sebagai pernyataan modal pada badan usaha di luar kebijakan organisasi dapat di laksanakan atas keputusan Rapat Dewan Pimpinan dan atau Rapat Pimpinan diseluruh tingkatan organisasi.
Pasal 55 Keuangan (1) Laporan keuangan dilaksanakan secara transparan dan akuntabel. (2) Prinsip pemeriksaan keuangan dapat dilaksanakan setiap waktu melalui tim verifikasi bila perlu memakai akuntan publik. (3) Laporan keuangan dilaporkan secara periodik minimal 1(satu) kali dalam 6 bulan.
BAB VIII ATRIBUT, BENDERA DAN PATAKA
Pasal 56 (1) Atribut terdiri atas: a. Papan Nama. b. Stempel. c. Kop Surat. d. Bendera. e. Pataka. f. Jaket organisasi dan asesoris lainnya. (2) Ketentuan tentang atribut organisasi diatur dalam Peraturan Organisasi APKLI lainnya.
BAB IX PENUTUP
Pasal 57 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini dapat diatur kemudian dalam Peraturan Organisasi lainnya. (2) Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak di tetapkan dalam Musyawarah Nasional IV APKLI (Munas IV APKLI) pada tanggal 13 Maret 2011 di Semarang, Jawa Tengah.