Anda di halaman 1dari 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pondasi Mesin

Pada dasarnya fungsi pondasi adalah untuk menyalurkan beban-beban yang

bekerja pada struktur diatasnya kestruktur yang ada dibawahnya dalam hal ini

adalah tanah dimana struktur berada, tanpa kerusakan yang dianggap

membahayakan struktur bangunan itu sendiri ataupun lingkungan sekitarnya.

Untuk pondasi yang menahan beban dinamis ini cara perhitungannya jelas

berbeda dengan pondasi yang hanya menahan beban statis, dimana harus

memperhatikan adanya beban dinamis akibat kerja mesin selain beban statis yang

ada. Meskipun gaya dinamis yang membebani pondasi mesin relative kecil

dibandingkan gaya statisnya, gaya dinamis ini tidak dapat diabaikan dalam

perhitungan karena gaya tersebut bekerja berulang dan beroperasi dalam waktu

cukup lama.

Dalam analsisi pondasi mesin, metode analisis yang umum digunakan

menganggap tanah masih berprilaku elastic. Asumsi tersebut sangat beralasan

mengingat tingkat getaran yang terjadi masih dalam rentang regangan kecil (small

strain). Respon getaran dari system pondasi-mesin-tanah diwakili oleh parameter

frekuesi system dan amplitude getaran. Kedua besaran tersebut merupakan

parameter terpenting yang harus ditentukan dalam perencanaan pondasi mesin.

Ditinjau dari jenis pendukung beban, pondasi mesin terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Pondasi Dangkal

2. Pondasi Dalam, didukung oleh satu atau sekelompok tiang

II - 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Pondasi Dangkal

Ditinjau dari segi bentuk, pondasi mesin terbagi menjadi :

a. Pondasi mesin tipe telapak (mat foundation)

Fleksibel slab beton yang diletakkan pada tanah dan digunakan untuk mendukung

mesin.

Gambar 2.1 Pondasi Mesin Tipe Telapak (Mat Foundation)

b. Pondasi mesin tipe pedestal (elevated foundation)

Pondasi mesin yang berupa struktur beton bertulang dengan ketinggian tertentu

yang terdiri dari balok dan kolom yang ditumpu oleh pondasi slab. Bagian atas

dari kolom dihubungkan dengan top slab sehingga membentuk lantai untuk

meletakkan mesin. Pondasi tipe ini iasanya didukung oleh beberapa pile.

Gambar 2.2 Pondasi Mesin Tipe Pedestal (Elevated Foundation)

II - 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

c. Pondasi mesin tipe blok (block foundation)

Pondasi mesin yang berupa blok beton rigid yang relatif tebal sehingga deformasi

struktur akibat beban-beban yang bekerja bisa diabaikan.

Gambar 2.3 Pondasi Mesin Tipe Blok (Block Foundation)

2.1.2 Pondasi Dalam

Pondasi dalam biasanya menggunakan tiang pancang atau bore pile, pondasi tiang

bisa tertanam seluruhnya atau tertanam sebagian. Pondasi tiang dibedakan

menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pondasi tiang yang digunakan untuk memikul beban struktur pondasi

diatasnya. Hal ini dilakukan jika daya dukung tanah tidak dapat memikul

seluruh beban yang ada, sehingga diperlukan bantuan tiang pancang.

2. Pondasi tiang yang digunakan untuk menambah kekakuan sehingga

menaikkan frekuensi natural dan memperkecil amplitudo.

2.1.3 Derajad Kebebasan Pondasi

Akibat gaya-gaya dan moment yang bekerja secara dinamis, maka pondasi blok

dapat bergetar dalam enam arah mode yaitu:

II - 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Translasi searah sumbu z (vertikal)

2. Translasi searah sumbu x (lateral)

3. Translasi searah sumbu y (longitudinal)

4. Rotasi terhadap sumbu x (pitching)

5. Rotasi terhadap sumbu y (rocking)

6. Rotasi terhadap sumbu z (yawing/torsi)

Setiap gerakan dari pondasi blok dapat dipecah kedalam enam displacement

secara terpisah. Oleh karena pondasi blok mempunya enam derajat kebebasan

dengan enam natural frekuensi.

Gambar 2.4 Derajat Kebebasan Pondasi Mesin Tipe Blok

Dari keenam mode getaran, translasi arah sumbu z dan rotasi terhadap sumbu z

dapat terjadi secara independent terpisah dari mode lainnya. Sedangkan translasi

arah sumbu x dengan rotasi terhadap sumbu y atau translasi arah sumbu y dengan

rotasi terhadap sumbu x selalu terjadi secara simultan dan saling mempengaruhi

sehingga disebut couple mode. Jadi pada kenyataannya pondasi blok memiliki

II - 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

empat mode getaran yaitu dua mode tunggal (vertikal dan yawing) dan dua mode

couple (rocking + lateral dan pitching + longitudinal).

2.1.4 Metode Analisa Akibat Beban Dinamis

Ada 3 metode yang dapat digunakan dalam perhitungan amplitudo dan frekuensi

pada mesin (Novak, 1977) yaitu:

1. Metode Linear Elastic Weightless Spring Method.

2. Metode Elastic Half - Space.

3. Metode Lumped Parameter System.

Pada metode Linear Elastic Weightless Spring Method, tanah dianggap pegas.

Redaman dimasukkan sebagai nilai yang belum dicari (diabaikan), walaupun

redaman tidak begitu mempengaruhi terhadap frekuensi resonansi dari sistem,

tetapi redaman memberi pengaruh yang cukup signifikan pada amplitudo saat

terjadi resonansi. Selama zona resonansi dapat dihindarkan dalam perencanaan

pondasi, pengaruh redaman pada amplitudo saat frekuensi kerja juga kecil bila

dibandingkan dengan amplitudo yang ada saat resonansi.

Metode Elastic Half-Space menggunakan teori elastisitas, terlihat lebih rasional

tetapi lebih rumit. Dalam pemakaiannya untuk efek penanaman, kerusakan tanah

yang terjadi akibat penggalian dan penimbunan, banyak massa tanah yang turut

menyebabkan getaran dan ketidaklinieran dari tanah akan membuat perhitungan

makin rumit. Pada teori ini pondasi dianggap homogen isotropik. Teori ini hanya

untuk amplitudo yang kecil.

Metode Lumped Parameter System merupakan hasil penelitian dan

pengembangan dari metode Elastic Half-Space, dimana untuk mendapatkan harga

II - 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

suatu parameter dengan menggunakan cara atau rumus dari teori Elastic Half-

Space. Teori Lump Parameter System adalah sistem yang digunakan untuk

memperkaku blok pondasi dengan menggunakan massa, pegas dan dashpot.

Sistem ini menerapkan semua komponen massa, pegas dan redaman. Metode ini

dikembangakan oleh Lysmer dan Richart (1966) yang bersumber dari "Dynamic

Boussinesq Problems". Metode ini dikembangkan untuk pondasi lingkaran dengan

radius r0. Dimana pondasi berada diatas tanah (tidak tertanam). Dalam teori

Lumped Parameter System, respon dinamis tanah terhadap pondasi dan beban

dinamis dapat dimodelkan sebagai:

Pegas/spring dengan harga kekakuan "k"

Dashpot/damping/redaman dengan harga koefisien damping "c"

Model pegas dan damping tersebut bisa untuk memodelkan baik respons vertikal,

horizontal, torsi, maupun rocking. Berikut adalah pemodelan sistem pondasi

mesin dan tanah pada metode Lumped Parameter System:

Gambar 2.5 Model Lumped Parameter System (Sumber: Wood 1997)

II - 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Teori Getaran

Berbicara mengenai pondasi mesin yang merupakan bagian dari pondasi beban

dinamis maka tidak lepas dari teori mengenai getaran harmonik. Getaran

harmonik didefinisikan sebagai pemindahan bolak balik suatu titik didalam suatu

garis sedemikian rupa sehingga percepatan dari titik tersebut proporsional

terhadap jarak dari suatu posisi setimbang dan selalu mengarah menuju posisi

setimbang tersebut (Bowles, 1977). Hal ini digambarkan pada gambar dibawah

ini.

Gambar 2.6 Kurva Getaran Harmonik (Sumber: Bowles, 1977)

Jika suatu sistem massa-pegas digetarkan oleh suatu gaya external sehingga

mengalami getaran harmonik, kemudian gaya external tersebut dihilangkan maka

sistem akan bergetar secara harmonik terus menerus dengan amplitudo dan

frekuensi getaran yang sama. Getaran tersebut akan berkurang sedikit demi sedikit

yang pada akhirnya akan berhenti jika pada sistem tersebut terdapat peredam yang

berfungsi sebagai pereduksi getaran.

II - 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Persyaratan Pondasi Mesin

Agar mesin yang ditopang bisa berfungsi sebagaimana mestinya dan getarannya

tidak membahayakan maka setiap pondasi mesin harus memenuhi beberapa

kriteria sebagai berikut (Prakash, 1981).

Untuk beban statis:

1. Mampu menahan atau memikul beban statis yang ditimbulkan oleh mesin

tanpa menyebabkan keruntuhan geser atau keruntuhan total.

2. Penurunan pondasi akibat beban harus berada dalam batas-batas yang

diijinkan.

Untuk beban dinamis:

1. Tidak boleh terjadi resonansi, yaitu frekuensi natural sistem tanah-pondasi-

mesin tidak boleh sama dengan frekuensi operasi mesin.

2. Amplitudo pada frekuensi operasi tidak boleh melebihi amplitudo batas yang

umumnya ditentukan oleh pembuat mesin tersebut.

3. Bagian-bagian mesin yang bergerak atau bergetar harus sedapat mungkin

setimbang untuk mengurangi ketidakseimbangan dari gaya-gaya dan momen.

4. Getaran yang terjadi tidak boleh mengganggu orang-orang yang bekerja atau

merusak mesin-mesin lainnya.

kegagalan pondasi mesin terjadi ketika getaran telah melampaui batas yang telah

ditentukan. Batasan pondasi mesin biasanya merujuk pada amplitudo dan

II - 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kecepatan dari getaran pada operasi kerja mesin. Berikut adalah grafik yang berisi

batasan-batasan amplitudo pada pondasi mesin.

Gambar 2.7 Batasan Amplitudo Vertikal (Sumber: Richart, 1962)

Batasan amplitudo vertikal: maksimal masuk zona "Troublesome to Persons"

II - 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Explanation of Cases
E Dangerous Shut It Down Now To Avoid Danger
D Failure Is Near, Correct Within Two Days To Avoid Breakdown
C Faulty, Correct Within 10 Days To Save Maintenance Dollars
B Minor Faults Correction Wastes Dollars
A No Faults, Typical New Equipment

Gambar 2.8 Batasan Kecepatan dan Percepatan Amplitudo

(Sumber: Blake, 1964)

Batasan kecepatan amplitudo: maksimal masuk zona B

Kecepatan amplitudo dirumuskan dengan v = 2f(cps) x A (in/sec). Sedangkan

percepatan amplitudo a = 42 f2 x A (in/sec2).

II - 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.9 Respon spektrum untuk limit getaran (Sumber: Richart, 1962)

Karena tingkat kepentingan dari setiap mesin berbeda-beda maka diperlukan

angka keamanan untuk menjaga keberlangsungan mesin dan pondasinya. Istilah

angka keamanan dalam pondasi mesin lebih dikenal dengan sebutan service

factor. Penggunaan angka keamanan ini dengan cara mengalikannya dengan

amplitudo dan hasilnya digunakan untuk pembacaan pada grafik sebagai

amplitudo.

pondasi mesin yang telah direncanakan harus sesuai dengan kriteria-kriteria atau

batasan-batasan yang terdapat dalam Tabel 2.3 sehingga pondasi tersebut

dianggap layak dan efisien.

II - 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.1 Kriteria Kecepatan Amplitudo

(Sumber: After Baxter and Bernhard, 1967)

Horizontal Peak Velocity (in./sec.) Machine Operation

< 0.005 Extremly smooth

0.005 0.010 Very smooth

0.010 0.020 Smooth

0.020 0.040 Very good

0.040 0.080 Good

0.080 0.160 Fair

0.160 0.315 Slightly rough

0.315 0.630 Rough

0.630 Very rough

Tabel 2.2 Kriteria Cek Keamanan Pondasi Mesin

(Sumber: J.E. Bowles, 1996 dan Arya et al, 1981)

Item Kriteria

Daya dukung statis 50% ijin

Daya dukung statis + dinamis 75% ijin

Amplitudo vertikal < Troublesome (gambar 2.14)

Amplitudo horizontal Masuk A atau B (gambar 2.15)

Pembesaran dinamis vertikal < 1,5

Resonansi < 0.8 atau > 1.2

Kecepatan Amplitudo < Good (table 2.1)

II - 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Perhitungan Struktur Beton Bertulang

Perhitungan elemen-elemen struktur yang berupa struktur beton bertulang

dilakukan berdasarkan SNI 03-2847-2002 Metode Alternatif (Pasal 25) dimana

perhitungan direncanakan berdasarkan beban kerja (tanpa faktor beban), atau

dengan kata lain, bahwa faktor beban dan faktor reduksi kekuatan harus diambil =

1,0. Khusus untuk komponen struktur lentur, harus memenuhi ketentuan untuk

kontrol retak akibat lendutan yang terdapat pada Pasal 11.5 dan 12.4 - 12.7 dari

SNI 03-2847-2012 tersebut. Ada dua tipe penulangan utama yaitu penulangan

lentur dan penulangan geser sebagai berikut:

2.4.1 Penulangan Lentur

Kebutuhan tulangan tarik untuk menahan lentur, As, pada dasarnya dihitung

sebagai berikut:

As = perlu x b x d (2.1)

Dimana:

perlu = rasio luas tulangan tarik yang dibutuhkan

b = lebar dari elemen struktur (mm)

d = tinggi efektif dari elemen struktur = D (tinggi total) - selimut beton - tul.

sengkang - 1/2 tul. lentur (mm)

Adapun penentuan rasio luas tulangan tarik yang dibutuhkan (perlu) adalah

sebagai berikut:

Es
n = (2.2)
Ec

fs
m = (2.3)
0,85 fc

II - 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

fs 600
balance = (2.4)
fc 600 fs

max = 0, 75 balance (2.5)

1, 4
min = (2.6)
fs

M
Rn = (2.7)
b d2

1 2 m Rn
perlu = 1 1 (2.8)
m fs

min max

Khusus untuk struktur yang luas dan masif, dapat dicoba:

alt = 1,3 x perlu (SNI 03-2847-2002 Ps.12.5.3) (2.9)

Dimana:

Es = modulus elastisitas tulangan baja non prategang (Mpa)

= 200.000 Mpa (SNI 03-2847-2002 Ps.10.5.2)

Ec = modulus elastisitas normal

4700 fc ' Mpa (SNI 03-2847-2002 Ps.10.5.1) (2.10)

fc' = mutu beton berdasarkan benda uji silinder (Mpa)

fc = tegangan ijin dari beton dalam kondisi lentur (Mpa)

0.45 fc' (SNI 03-2847-2002 Ps.25.3.1) (2.11)

fy = kuat leleh dari baja tulangan (Mpa)

fs = tegangan tarik yang diperbolehkan tergantung mutu baja (Mpa),

untuk tulangan mutu 300 atau mutu 350, fs = 140 Mpa;

untuk tulangan mutu 400 atau lebih dan wiremesh, fs = 170 Mpa.

(SNI 03-2847-2002 Ps.25.3.2)

II - 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

M = momen lentur akibat beban kerja

Sedangkan kebutuhan luas tulangan tekan (As') untuk komponen lentur dapat

diambil sama dengan luas tulangan tarik atau setidaknya 50% dari luas tulangan

tarik (As' = 50% As).

2.4.2 Penulangan Geser

untuk struktur balok, pelat satu arah, maupun pondasi telapak, dimana geser hanya

dipikul oleh beton saja, maka tegangan geser rencana (v) harus dihitung dengan:

V
v (SNI 03-2847-2002 Ps.25) (2.12)
Bw D

Dimana :

V = gaya geser akibat beban kerja yang terjadi pada struktur (kN)

Bw = lebar badan dari elemen struktur (mm)

D = tinggi total elemen struktur (mm)

1
Adapun tegangan geser ijin, Vc fc ' .
11

Apabila v > 0.5 Vc, maka perlu dipasang tulangan geser minimum dengan luas,

Av (mm2) dihitung dengan :

75 fc ' bw S
Av (SNI 03-2847-2002 Ps.25.7.5.4c) (2.13)
1200 fy

Av 1200 fy
S (2.14)
75 fc ' bw

1 Bw S
tetapi Av tidak boleh kurang dari , dengan Bw dan S (jarak antar
3 fy

tulangan geser) dalam millimeter.

II - 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Apabila v > Vc, maka jarak antar tulangan geser yang tegak lurus sumbu

komponen struktur diambil sebesar :

Av fs
S (SNI 03-2847-2002 Ps.25.7.5.6b) (2.15)
(v Vc ) B

2.5 Parameter Dinamis Tanah

Analisis permasalahan tanah yang menerima beban dinamis seperti stabilitas

timbunan terhadap beban gempa, interaksi tanah dengan struktur pada saat gempa,

dan respon dinamis dari pondasi mesin membutuhkan input parameter dinamis

tanah. Secara umum, masalah-masalah geoteknik tersebut dapat dibagi menjadi

dua katagori, yaitu respon amplitude regangan besar dan regangan kecil. Kasus

gempa dan ledakan berkaitan dengan amplitude regangan besar, sedangkan kasus

pondasi mesin berkaitan dengan permasalahan amplitude regangan kecil.

Beberapa parameter yang dibutuhkan dalam permasalahan dinamis diantaranya

adalah :

1. Modulus Dinamis, G

2. Redaman (Damping), D

3. Angka Poisson (Poissons Ratio)

Parameter dinamis tanah yang penting dalam permasalahan pondasi mesin

meliputi berat isi tanah, modulus dinamis berupa modulus geser tanah, dan

redaman tanah. Diperlukan untuk melakukan analisis pada masssa tanah yang

mengalami beban dinamik seperti misalnya getaran akibat mesin, gelombang laut,

ledakan kuat dan gempa.

II - 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Adapun parameter lain diantaranya :

1. Lokasi muka air tanah

2. Derajat kejenuhan

3. Distribusi ukuran butir yang menyebabkan terjadi atau tidaknya

liquefaction.

2.5.1 Modulus Geser Tanah

Modulus geser tanah maksimum, Gmax adalah salah satu parameter tanah yang

sangat penting dalam menganalisa pondasi yang menerima beban dinamis.

Parameter tanah ini bisa didapat dari uji tanah di lapangan atau pengujian di

laboratorium. Dilapangan Gmax ini bisa didapat dari berbagai macam pengetesan,

salah satunya adalah pengujian cepat rambat gelombang dilapangan (field wave

propagation tests). Ini adalah cara untuk mengukur kecepatan geser gelombang

didalam tanah, Vs dan pengukuran ini biasanya memberikan hasil yang akurat.

Korelasi antara kecepatan gelombang geser dengan konstanta elastic tanah

menurut Teori Elastisitas adalah sebagai berikut:

Gmax Vs2 (2.16)

d
(2.17)
g

Dimana:

Gmax = modulus geser tanah modulus (kN/m2)

Vs = kecepatan geser gelombang (m/s)

= kepadatan tanah (kN.s2/m4)

d = berat isi tanah (kN/m3)

II - 17




BAB II TINJAUAN PUSTAKA

g = 9.81 m/s2 (2.18)

Jika data kecepatan geser gelombang tidak tersedia, nilai modulus geser tanah bisa

dihitung menggunakan rumus korelasi antara Gmax atau Vs dengan nilai N-SPT

dari (Barros, 1994).

Tabel 2.3 Rumus Korelasi Gmax atau Vs dengan N-SPT (Sumber: Barros, 1994)

Korelasi Gmax Korelasi Vs


Referensi Angka Koefisien Jenis Tanah
2
(kN/m ) (m/s)

Ohsaki & Lempung dan


Gmax = 11500N0,8 0,888
Iwasaki (1973) Pasir (Jepang)

Lempung dan
Imai (1977) Vs = 91N0,337 0,72
Pasir (Jepang)

Ohta & Goto Lempung dan


Vs = 85,3N0,341
(1978) Pasir (Jepang)

Imai & Tonouchi Lempung dan


0,68
Gmax = 14070N 0,867
(1982) Pasir (Jepang)

Vs = 96,9N0,314 0,868

Seed et al (1983) Gmax = 6220N Pasir (USA)

Sykora & Stokoe


Vs = 101N0,29 0,84 Pasir (USA)
(1983)

II - 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5.2 Redaman Tanah

Tanah dapat dianggap memiliki perilaku elastic sempurna dalam rentang regangan

amplitude yang cukup rendah. Diluar hal tersebut, perilaku tanah menjadi elastis.

Perilaku elastis tanah dalam menerima beban siklis ditunjukkan dengan terjadinya

disipasi energi redaman tanah (soil damping).

Pondasi mesin yang didesain dengan baik berkaitan dengan permasalahan

tinggkat regangan rendah, yaitu dalam orde 10-3 maupun 10-4. Secara umum

redaman yang terjadi dapat dikategorikan menjadi dua jenis redaman yaitu

redaman material/internal (material damping) dan redaman geometric/disperse

(geometrical damping).

1. Redaman Material/Internal

Redaman material berkaitan dengan penyerapan energy oleh massa tanah.

Terjadinya disipasi energy pada saat menerima beban siklis. Redaman material

dalam tanah dapat juga diidentifikasikan sebagai specific damping yang

merupakan perbandingan dari energy yang teredam dalam siklus getaran dengan

energy potensial pada amplitude maksimum.

Beberapa metode dapat digunakan untuk memperoleh nilai redaman material

tanah, diantaranya :

a. Decay Curve (resonant column test)

b. Responese Curve

c. Kurva hysteretic tegangan geser regangan geser (cyclic triaxial

compression test)

II - 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Redaman Geometrik/Dispersi

Energy dihasilkan oleh sebuah getaran dirambatkan kedalam tanah melalui

gelombang P, S, dan R. Ketiga jenis gelombang tersebut akan tersebar kedalam

tanah secara radial dari sumber getaran. Sehingga media penyebaran setiap

gelombang tersebut akan semakin membesar dan kepadatan energy setiap

gelombang akan berkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber getaran.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Redaman Tanah

a. Tingkat Regangan (stain level)

b. Tekanan Kekang (Confining Pressure)

c. Indeks Plastisitas

d. Angka Pori

Gambar 2.10 Grafik korelasi antara redaman (damping ratio) dan shear strain

II - 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5.3 Angka Poisson / Poissons Ratio

Pada material elastis yang mengalami gaya satu arah, disamping terjadi regangan

pada arah gaya juga terjadi regangan dalam setiap arah tegak lurus gaya. Rasio

antara tegangan tegak lurus arah gaya dengan regangan searah gaya tersebut

merupakan angka Poisson yang umumnya dilambangkan dengan notasi atau .

Perlu diketahui bahwa pada material yang memiliki Poisson sebesar 0,5 berarti

material ini tidak mengalami perubahan volume.

Tabel 2.4 Nilai Angka Poisson untuk beberapa Jenis Material

(Sumber: Fang, 1995)

Jenis Poissons ratio,

Saturated clays dan sand, dibawah muka air 0,5

Nearly saturated clays, diatas muka air 0,4

Wet silty sand (S = 50-90%) 0,35

Nearly dry sand, stiff clas dan rocks 0,25

Angka poisson untuk tanah jenuh dapat diekspresikan dalam persamaan :

0,5 3 2Gmax C1 B
(2.19)
3 Gmax C1 B

Dalam tugas akhir ini, angka poisson ratio didapat dari tabel korelasi nilai

modulus tanah berdasarkan masing-masing jenis tanah dibawah ini.

II - 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.5 Nilai modulus young dan angka poisson berdasarkan jenis tanah

(Sumber: Braja M. Das, 1996)

Youngs Modulus, Es Poissons Ratio


Type of soil
MN/m2 Lb/in2

Loose sand 10,35 24,15 1500 3500 0,20 0,40

Medium dense sand 17,25 27,60 2500 4000 0,25 0,40

Dense sand 34,50 55,20 5000 8000 0,30 0,45

Silty sand 10,35 17,25 1500 2500 0,20 0,40

Sand and gravel 69,00 172,25 10000 25000 0,15 0,35

Soft clay 2,07 10,35 300 750

Medium clay 5,18 10,35 750 1500 0,20 0,50

Stiff clay 10,35 24,15 1500 - 3500

2.6 Daya Dukung Tanah

2.6.1 Daya Dukung Statis Tanah

Analisis kapasitas daya dukung statis (static bearing capacity) mempelajari

kemampuan tanah dalam mendukung beban fondasi dari struktur yang terletak

diatasnya. Kapasitas dukung menyatakan tahanan geser tanah untuk melawan

penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh

tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya.

Analisis-analisis kapasitas dukung, dilakukan dengan cara pendekatan untuk

memudahkan hitungan. Persamaan persamaan yang dibuat, dikaitkan dengan

sifat-sifat tanah dan bentuk bidang geser yang terjadi saat keruntuhan.

II - 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.11 Bentuk Keruntuhan dalam Analisis Kapasitas Dukung Terzaghi

Persamaan umum kapasitas dukung Terzaghi dapat dituliskan :

qu c2 N c D f 1 N q 0,5 2 BN (2.20)

Dimana :

qu = kapasitas dukung ultimate untuk fondasi memanjang (kN/m2)

c2 = kohesi tanah dibawah dasar fondasi (kN/m2)

Df = kedalaman fondasi (m)

1 = berat volume tanah diatas dasar fondasi (kN/m3)

2 = berat volume tanah dibawah dasar fondasi (kN/m3)

N, Nc, Nq = factor kapasitas dukung yang nilainya didasarkan pada sudut

gesek dalam () dari tanah dibawah dasar fondasi.

II - 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 2.6 Terzaghis Bearing Capacity Factors Nc, Nq, dan N (Terzaghi, 1949)

2.6.2 Analisa Daya Dukung Dinamis Tanah

Daya dukung statis tanah pada pondasi dangkal telah dipelajari secara luas dan

telah ditulis dalam beberapa literatur. Tidak hanya daya dukung akibat beban

statis, pondasi juga dapat menerima beban dinamis baik arah vertical maupun

horizontal. Beban dinamis akibat ledakan nuklir umumnya terjadi pada arah

vertical dan beban dinamis arah horizontal umumnya terjadi akibat beban gempa.

Defenisi yang mendasar dari analisa daya dukung dinamis tanah sampai saat ini

belum ditemukan (Das, 1993). Namun, salah satu yang harus tetap diingat bahwa

II - 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

saat melaklukan analisa pondasi yang menerima beban dinamis, beberapa factor

harus dipertimbangkan antara lain :

1. Respon nilai regangan (strain-rate) tanah pada saat deformasi berlangsung.

2. Sifat alami dari perubahan pembesaran tekanan

3. Lamanya tekanan

Nilai minimum kemampuan batas daya dukung dinamis tanah (ultimate dynamic

bearing capacity) pada pondasi dangkal diatas pasir padat yang diperoleh antara

rentang pembebanan statis dan tumbukan dapat diperkirakan dengan

menggunakan sudut gesek dalam dinamis dy (Vesic, 1973).

dy = 2o (2.21)

Nilai dy dapat menggantikan angka sudut gesek dalam, pada persamaan (2.20).

Akan tetapi, jika parameter kekuatan tanah dengan nilai regangan yang tepat

didapat dari hasil pengetesan di labolatorium, maka perhitungan kemampuan

batas daya dukung dinamis tanah harus menggunakan data-data tersebut bukan

dari perkiraan dari persamaan (2.21).

2.7 Angka Keamanan

Angka keamanan (n) berfungsi untuk memperkecil tingkat kesalahan dalam

perhitungan, mengatasi ketidakseragaman tanah dan memperkecil penurunan yang

akan terjadi.

Nilai angka keamanan dapat diambil 2 3.

II - 25

Anda mungkin juga menyukai