Anda di halaman 1dari 40

Perumkim dalam Pendekatan Wilayah;

Fenomena, Masalah, dan Kebijakan


PENDEKATAN WILAYAH
PENGGUNAAN LAHAN DAN
PEMBANGUNAN
PERUMKIM KOTA



FENOMENA, MASALAH,
DAN KEBIJAKAN

Fenomena
Pertumbuhan
Perumkim

Permasalahan dalam
Pertumbuhan
Perumkim Kota

Kebijakan Perumkim
dengan Pendekatan
Wilayah

FENOMENA PERTUMBUHAN PERUMKIM
Fenomena di Asia
Asia merupakan wilayah dengan tingkat urbanisasi
paling tinggi (karena dari segi wilayah masih
didominasi wilayah rural)
1 juta orang tinggal di kawasan kumuh kota
Dua puluh tahun ke depan akan meningkat dua kali
lipat
Tantangan utama : affordable housing provision di
perkotaan terutama untuk MBR serta memperhatikan
dampak lingkungan
Kebijakan bervariasi : penyediaan social housing secara
terpusat, penyediaan lahan kota untuk private-led-
development, hingga perbaikan kualitas informal
housing yang telah ada.
Fenomena di Indonesia
Pembangunan perumahan diaktifkan lagi
sejak tahun 1960an karena adanya kebijakan
investasi sebagai modal pembangunan
Termasuk lamban dibandingkan dengan
negara-negara ain di Asia
Jenis permukiman berdasarkan proses
Permukiman formal
Merupakan bagian dari perencanaan pembangunan
pemerintah pusat maupun daerah untuk memenuhi
kebutuhan perumahan di suatu wilayah.
Ciri utama dari permukiman formal ini adalah didahului
perhitungan terhadap kebutuhan serta analisis
terhadap kesesuaian fungsi lahan serta daya dukung
lahan. Karena membutuhkan proses dan birokrasi,
maka seringkali penyediaan permukiman jenis ini kalah
cepat dengan penyediaan jenis permukiman yang
kedua, yaitu permukiman informal.
Jenis permukiman berdasarkan proses
Permukiman informal
Permukiman ini merupakan cerminan dari
kekuatan masyarakat dalam menyediakan
kebutuhannya sendiri dengan segala
keterbatasan yang dimiliki.
permukiman informal cenderung kurang
diawali dengan perhitungan dan analisis
tersebut bahkan terhadap faktor kelayakan
hidupnya.

housing as what it is
Secara proses terbagi menjadi formal dan
informal
Fenomena persepsi yang bergeser pada
permukiman informal (tampak pada pergeseran
makna dalam istilah)
Contoh : Kampung diakui atas kebenaran dan
manfaat, bukan lagi sebagai fitur kota yang
dianggap mengganggu karena kemampuannya
memberikan alternatif sebagai affordable housing
untuk 60-70% kota.


PERMASALAHAN DALAM
PERTUMBUHAN PERUMKIM KOTA
Permasalahan Utama
1. Pertumbuhan penduduk, terutama dalam hubungan dengan
kecepatan pertumbuhan dan penyebarannya;
2. Ketidakseimbangan kepadatan dalam kaitan dengan pulau
yang padat (Jawa) dan pulau yang lengang;
3. Kondisi permukiman akibat keterlambatan pembangunan
maupun proses pembangunan itu sendiri;
4. Permukiman kota dalam hubungan dengan konsentrasi
penduduk dan spekulasi lahan, serta pertumbuhan yang
pesat dari perkampungan buruk (slums);
5. Permukiman desa dalam kaitannya dengan daya dukung
sistem ekologi pedesaan.

Isu Permasalahan
Dalam proses pembanguna formal :
proses dan birokrasi yang membutuhkan waktu
membuat proses ini menjadi kalah cepat dengan
proses pertumbuhan permukiman informal yang
ada di lapangan
ketidakseimbangan kebutuhan dan pengadaan
perumahan yang akhirnya diselesaikan melalui
pendekatan numeristik dari rumah
kurangnya penyediaan atau akses terhadap
rumah bagi masyarakat dengan segmen tertentu
Isu Permasalahan
Dalam proses informal :
fenomena perluasan daerah permukiman baru
dikawasan non permukiman (permasalahan dari
sisi zonasi)
Pola pengaturan dari tata letak bangunan yang
umumnya berdempetan tanpa pemisah sehingga
menurunkan kualitas peredaran udara dan
paparan cahaya matahari (konsep tata ruang)
Fungsi RTH sebagai amenity permukiman secara
ekologis maupun secara fungsi sosial seringkali
diabaikan.



Permasalahan dalam Prasarana
Lingkungan Perumahan
Pembangunan prasarana lingkungan tidak
sejalan dengan permukiman sehingga
menimbulkan masalah lingkungan seperti
pencemaran dan banjir
Permasalahan dalam Sarana RTH di
Lingkungan Permukiman
Penyediaan lahan terhadap ruang hijau (fungsi
ekologis) dan ruang sosial komunal (fungsi
sosial)
KEBIJAKAN PERUMKIM DENGAN
PENDEKATAN WILAYAH
Kebijakan terkait Perumkim
1. PEMINTAKATAN/ZONASI:
Konsep Zonasi terhadap pembangunan
suatu kawasan perumahan sebenarnya
bergantung pada Master plan kawasan
perkotaan yang memiliki konsep pembangunan
berkelanjutan.
Tantangan dalam kebijakan zonasi
perumkim
Hampir seluruh lahan di perkotaan merupakan hak milik sah dari
masyarakat. Hanya sebagian kecil saja merupakan aset Negara,
itupun hanya berupa property seperti kantor pemerintah dan
bangunan bersejarah.
Seringnya terjadi konflik antar sektor dan antar wilayah administrasi
pemerintahan setempat atas penggunaan dan pemanfaatan suatu
lahan yang secara tidak langsung menyangkut perebutan
pemasukan APBD setiap perbatasan wilayah
Belum terarahnya penyebaran kawasan pertumbuhan
perekonomian di daerah perkotaan yang cenderung hanya terpusat
pada satu wilayah saja sehingga mengakibatkan penumpukan
kawasan perumahan yang berdekatan dengan pusat perekonomian
Belum adanya peraturan yang jelas dan tegas yang mengatur
pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
atas tanah
Kebijakan terkait perumkim
2. Konsep Tata Ruang dalam Area Perumahan
- Konsep Tata ruang dalam areal perumahan
saat ini sering mengesampingkan konsep
bangunan dan pengaturan tata letak serta
kelengkapan fasilitas yang ramah terhadap
lingkungan dan menjamin lingkungan yang sehat
bagi penghuninya.
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan
Budidaya PU : Kawasan Permukiman
kawasan peruntukan permukiman
kawasan yang diperuntukan untuk tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung bagi peri kehidupan
dan penghidupan
KASIBA (Kawasan Siap Bangun)
sebidang tanah yang fisiknya telah disiapkan
untuk pembangunan perumahan dan
permukiman skala besar yang terbagi dalam
satu lingkungan siap bangun atau lebih.
pelaksanaannya dilakukan secara bertahap
dengan lebih dahulu dilengkapi dengan
jaringan primer dan sekunder prasarana
lingkungan sesuai dengan rencana tata ruang
lingkungan yang ditetapkan
LISIBA (Lingkungan Siap Bangun)
Sebidang tanah yang merupakan bagian dari
kasiba ataupun berdiri sendiri yang telah
dipersiapkan dan dilengkapi dengan prasarana
lingkungan sesuai dengan persyaratan
pembakuan tata lingkungan tempat tinggal
atau hunian dan pelayanan lingkungan untuk
membangun kavling tanah matang
Permen PU No. 41/PRT/M/2007
Lingkungan/kawasan perumahan
kelompok rumah yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan
hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan
Kawasan Peruntukan Permukiman
1. Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan:
2. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);
3. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh
penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai
air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;
4. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi,
abrasi);
5. Drainase baik sampai sedang;
6. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai /waduk
/danau /mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah
aman penerbangan;
7. Tidak berada pada kawasan lindung;
8. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;
9. Menghindari sawah irigasi teknis.
Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru
40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-
kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya
dukung lingkungan;
Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan
baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan
rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang
memadai;
Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di
kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan
menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana
alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai
bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;
Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan:
Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03 - 1733 -
2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di
Perkotaan;
Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung
yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan.
Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan
frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah.
Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi
Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun
kualitasnya. Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/
orang/hari dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari;
Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03 - 3242 -
1994 tentang Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman.

Acuan
Johan Silas dalam Eko Budihardjo; Masalah
permukiman di perkotaan.
Quick Guides, UNHabitat. Modul 1- Urbanization.
Affordable Land and Housing in Asia. UNHabitat.
Zuingli Santo Bandaso. Koran Harian Media
Indonesia 31 Maret 2010: Mengatur Perumahan
Berdasarkan RTRW.
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
41/PRT/M/2007. Departemen PU Dirjen
Penataan Ruang.

Anda mungkin juga menyukai