Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

BAB 4
Metodologi
4.1. Pendekatan Penyusunan
KLHS adalah adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh
karena siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang tidak
selalu gamblang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing RTRW.
KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan
evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap
(komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau
kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas. Keberadaannya yang
kontekstual menyebabkan pokok-pokok pikiran dalam Dokumen KLHS tidak bisa
dipahami sebagai sebuah aturan yang baku, melainkan sebagai sebuah arahan untuk
memilih alternatif-alternatif pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan.

Adapun nilai-nilai yang dianggap penting dalam aplikasi KLHS adalah :


a. Keterkaitan (interdependency); digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS
dengan maksud agar dalam penyelenggaraan KLHS mempertimbangkan
keterkaitan antara satu komponen dengan komponen lain, antara satu unsur
dengan unsur lain, atau antara satu variabel biofisik dengan variabel biologi, atau
keterkaitan antara lokal dan global, keterkaitan antar sektor, antar daerah, dan
seterusnya. Dengan membangun pertautan tersebut maka KLHS dapat
diselenggarakan secara komprehensif atau holistik.
b. Keseimbangan (equilibrium); digunakan sebagai nilai penting dalam KLHS dengan
maksud agar penyelenggaraan KLHS senantiasa dijiwai atau dipandu oleh nilai-

BAB 4 - 1
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

nilai keseimbangan seperti keseimbangan antara kepentingan sosial ekonomi


dengan kepentingan lingkungan hidup, keseimbangan antara kepentingan jangka
pendek dan jangka panjang, keseimbangan kepentingan pembangunan pusat dan
daerah, dan lain sebagainya. Implikasinya, forum-forum untuk identifikasi dan
pemetaan kedalaman kepentingan para pihak menjadi salah satu proses dan
metode yang penting digunakan dalam KLHS.
c. Keadilan (justice); digunakan sebagai nilai penting dengan maksud agar melalui
KLHS dapat dihasilkan kebijakan, rencana dan program yang tidak mengakibatkan
marginalisasi sekelompok atau golongan masyarakat tertentu karena adanya
pembatasan akses dan kontrol terhadap sumber- sumber alam atau modal atau
pengetahuan.

KLHS dibangun melalui pendekatan pengambilan keputusan berdasarkan masukan


berbagai kepentingan. Makna pendekatan tersebut adalah bahwa penyelenggaraan
KLHS tidak ditujukan untuk menolak atau sekedar mengkritisi kebijakan, rencana
dan/atau program, melainkan untuk meningkatkan kualitas proses dan produk
kebijakan, rencana dan/atau program, khususnya dari perspektif pembangunan
berkelanjutan.

4.2. Metode Pelaksanaan


Persiapan
Pada tahap persiapan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota
Lubuklinggau mengadakan rapat untuk melakukan identifikasi para pemangku
kepentingan dan menyusun Kelompok Kerja (Pokja) KLHS RTRW Kota Lubuklinggau.

Pokja KLHS RTRW Kota Lubuklinggau kemudian menyusun Kerangka Acuan Kerja
(KAK) sebagai acuan bersama agar proses pelaksanaan KLHS RTRW Kota
Lubuklinggau berjalan sesuai maksud, tujuan, maupun sasaran yang diinginkan.

Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan (PB)


Identifikasi dan perumusan isu pembangunan berkelanjutan dilakukan melalui telaah
literatur dan curah pendapat Pokja KLHS. Selanjutnya dilakukan diskusi dengan
pemangku kepentingan melalui konsultasi publik untuk mendapatkan pemusatan dari
hasil telaah literatur dan curah pendapat. Hasil dari diskusi tersebut menjadi dasar

BAB 4 - 2
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

dalam mengidentifikasi isu pembangunan berkelanjutan stategis. Berikut adalah


contoh tabel pemusatan isu PB.

Tabel 4.1. Contoh Pemusatan Isu PB

No. Nama Isu


A Isu Lingkungan
1.
2.
3.
B Isu Ekonomi
1.
2.
3.
C Isu Sosial
1.
2.
3.
Sumber : Peraturan Menteri LHK No. 69, 2017

Identifikasi Isu PB Paling Strategis


Identifikasi isu PB paling strategis dilakukan dengan cara menelaah hasil isu
pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan unsur-unsur pada Pasal 9
ayat (1) Peraturan Pemerintah No.46 tahun 2016 yaitu:
a. Karakteristik wilayah, analisis isu PB strategis terhadap karakteristik wilayah
dilakukan dengan cara menumpangsusunkan isu PB dengan Peta Topografi dan
Peta Tutupan Lahan yang selanjutnya ditelaah sesuai dengan aturan yang berlaku;
b. Tingkat Pentingnya Potensi Dampak, analisis isu PB terhadap tingkat pentingnya
potensi dampak dilaksanakan dengan cara mencari informasi dari pemangku
kepentingan terhadap luas dan frekuensi isu PB strategis yang dituangkan dalam
peta sebaran dan ditelaah sesuai dengan aturan yang berlaku;
c. Keterkaitan antar isu PB strategis, analisis isu PB strategis dilaksanakan dengan
cara mencari informasi sebab akibat dan telaah sesuai dengan aturan yang
berlaku;
d. Keterkaitan dengan materi muatan KRP berupa KRP awal yang ditinjau oleh KLHS;
e. Keterkaitan dengan muatan RPPH, analisis isu PB strategis terhadap materi
muatan RPPLH dilaksanakan dengan cara menumpangsusunkan isu PB strategis
dengan peta RPPLH;

BAB 4 - 3
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

f. Hasil KLHS dari KRP pada hierarki yang diatasnya yang harus diacu, sepura dan
berada pada wilayah yang berdekatan dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau
relevansi langsung; Analisis dilaksanakan dengan cara menelaah sinkronisasi isu
dengan struktur pola ruang yang terdapat pada KLHS RTW dan KLHS RPJMD.

Tabel 4.2. Contoh Pemilihan Isu PB Strategis


Unsur-Unsur Pasal 9 (1) PP 46/2016
No Isu PB Ket.
1) 2) 3) 4) 5) 6)
1 Isu Lingkungan ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Strategis/tidak
/X /X /X /X /X /X
2 Isu Ekonomi ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Strategis/tidak
/X /X /X /X /X /X
3 Isu Sosial ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Strategis/tidak
/X /X /X /X /X /X
4 Dst ... ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ Strategis/tidak
/X /X /X /X /X /X
Sumber: Diolah dari Peraturan Menteri LHK No. 69, 2017
Keterangan:
1) karakteristik wilayah
2) tingkat pentingnya potensi dampak
3) keterkaitan antar isu PB strategis
4) keterkaitan dengan materi muatan KRP
5) kuatan RPPLH
6) keterkaitan dengan KRP pada hierarki diatasnya yang harus diacu, serupa dan
berada pada wilayah yang berdekatan, dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau
relevansi langsung KLHS yang harus diacu

Isu PB Prioritas
Setelah didapatkan isu-isu PB strategis selanjutnya akan dirumuskan isu PB prioritas.
Dalam menentukan dan/atau merumuskan isu pembangunan berkelanjutan strategis
menjadi isu pembangunan berkelanjutan prioritas dilakukan dengan cara menelaah
hasil isu pembangunan berkelanjutan strategis dengan mempertimbangkan unsur-
unsur berikut yang tercantum pada Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.46
Tahun 2016:
a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan
(DDDT);
b. Perkiraan dampak atau risiko lingkunan hidup (dampak lingkungan hidup);
c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem (jasa ekosistem);
d. Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam (cakupan wilayah);
e. status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
g. kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;

BAB 4 - 4
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

h. tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok


masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;
i. risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan
j. ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional
yang dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Tabel 4.3. Contoh Perumusan Isu PB Prioritas

Ranking Isu Prioritas


dan total skoring
PP No. 46 Tahun 2017

Bobot
Isu PB

PB
No
Strategis
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)

✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
1 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
2 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
3 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
4 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
5 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
dst ..................
X X X X X X X X X X
Sumber: Diolah dari Peraturan Menteri LHK No. 69, 2017
Keterangan:
1) kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
2) perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup;
3) kinerja layanan atau jasa ekosistem;
4) intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;
5) status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
6) ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
7) kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
8) tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok masyarakat serta
terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;
9) risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;
10) ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional yang dilakukan oleh
masyarakat dan masyarakat hukum adat.

Keterkaitan dari masing-masing isu PB strategis dengan parameter kemudian


diakumulasikan ke dalam skoring dan diurutkan untuk mendapatkan ranking isu PB
paling prioritas. Tidak ada batasan maksimal yang diatur dalam peraturan

BAB 4 - 5
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

perundangan untuk jumlah isu PB prioritas tetapi dalam praktisnya ditentukan


sebanyak 5-10 isu PB prioritas.

Analisis Muatan RTRW Berdampak Lingkungan Hidup


Identifikasi materi muatan KRP dilakukan dengan menelaah dasar-dasar
penyusunannya (visi, misi, tujuan, sasaran, latar belakang), konsepnya (konsep
makro, desain besar, peta jalan), dan/atau muatan arahannya (strategi, skenario,
desain, struktur, teknis pelaksanaan) sesuai dengan tingkat kemajuan penyusunan
Kebijakan, Rencana, dan Program pada saat mulai dilakukan KLHS.

Identifikasi materi muatan KRP dilakukan dengan melakukan uji silang muatan-
muatan yang ada disusun dalam komponen-komponen materi serta pengaruhnya
dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Perubahan Iklim;
b. Kerusakan, Kemerosotan, dan/atau Kepunahan biodiversity;
c. Peningkatan intensitas & cakupan wilayah banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan;
d. Penurunan mutu dan kelimpahan SDA;
e. Peningkatan alih fungsi Kawasan Hutan dan/atau lahan;
f. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan
g. Peningkatan resiko tehadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Tabel 4.4. Contoh Analisis Muatan KRP Berdampak Lingkugan Hidup


Kebijakan, Rencana Berdampak
No 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
dan Program LH
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
1 ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
2 ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
3 ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
4 ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
+/- +/- +/- +/- +/- +/- +/-
dst ....................... YA/TIDAK
/0 /0 /0 /0 /0 /0 /0
Sumber: Diolah dari Peraturan Menteri LHK No. 69, 2017
Keterangan:
1) ( +/1) : KRP berpengaruh positif terhadap kriteria

BAB 4 - 6
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

2) ( -/-1 ): KRP berpengaruh negatif terhadap kriteria


3) ( 0 ): KRP tidak berpengaruh terhadap kriteria
4) YA : jika bobot yang didapat bernilai lebih dari dua (-)
5) TIDAK: jika semua (+) atau bernilai hanya satu (-)

Analisis Pengaruh
Muatan KRP berdampak terhadap Lingkungan Hidup yang telah diidentifikasi pada
tahap sebelumnya kemudian dianalisis pengaruhnya dengan isu-isu PB prioritas yang
telah ditentukan. Pada model KLHS ex-post, materi muatan KRP yang masih
berbentuk konsep atau rancangan (draft) dianalisis secara literatif sesuai dengan
tahap kemajuannya. Contoh analisis pengaruh dapat dilakukan melalui matriks
terdapat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Contoh Matriks Analisis Pengaruh


Materi Isu PB Prioritas
Muatan
No KRP Prioritas Prioritas Prioritas Ket.
Dst..
Berdampak 1 2 3
LH
Kajian
1 KRP 1 ✓ ✓ ✓ ✓ muatan
/X /X /X /X
KLHS/tidak
Kajian
2 KRP 2 ✓ ✓ ✓ ✓ muatan
/X /X /X /X
KLHS/tidak
Kajian
3 KRP 3 ✓ ✓ ✓ ✓ muatan
/X /X /X /X
KLHS/tidak
Kajian
4 Dst .... ✓ ✓ ✓ ✓ muatan
/X /X /X /X
KLHS/tidak
Sumber: Diolah dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 69, 2017

Muatan KRP berdampak LH yang terkait dengan sebagian besar Isu PB Prioritas yang
kemudian akan dikaji mendalam pada tahap selanjutnya yaitu pada kajian muatan
atau kajian 6 (enam) muatan KLHS.

Analisis Kajian Muatan


Tahap pengkajian muatan atau biasa disebut dengan Kajian 6 (enam) Muatan KLHS
merupakan inti kajian yang dilakukan dalam KLHS. Sebagaimana diatur dalam Pasal
13 dari PP 46/2016, hasil analisis paling sedikit memuat kajian:

BAB 4 - 7
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

a. kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.

Kajian muatan ini dilakukan pada masing-masing materi muatan KRP yang
didapatkan dari hasil tahapan Analisis Pengaruh. Penting dalam melakukan analisis
untuk memerhatikan lokus dan besaran untuk mendapatkan analisis yang lebih
bersifat kuantitatif. Penentuan lingkup, metode, teknik, dan kedalaman analisis kajian
muatan dilakukan berdasarkan:
a. Jenis dan tema KRP;
b. tingkat kemajuan penyusunan atau evaluasi KRP;
c. relevansi dan kedetilan informasi yang dibutuhkan;
d. input informasi KLHS dan kajian Lingkungan Hidup lainnya yang terkait dan relevan
untuk diacu; dan
e. ketersediaan data.

Analisis dalam kajian muatan KLHS memerhatikan:


a. peraturan perundangan;
b. keberadaan pedoman, acuan, standar, contoh praktek terbaik, dan informasi
tersedia yang diakui secara ilmiah;
c. keberadaan hasil penelitian yang akuntabel; dan/atau
d. kesepakatan antarahli.

Bentuk dari analisis kajian muatan KLHS dapat berbentuk sub bab tersendiri maupun
dalam tabel seperti pada tabel berikut:

BAB 4 - 8
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Tabel 4.6. Contoh Analisis Kajian Muatan KLHS


Materi Muatan Kajian KLHS Pasal 13(1) PP 46/2016
Muatan
No KRP Hasil
1) 2) 3) 4) 5) 6)
Analisis
Pengaruh
1 KRP 1 Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
2 KRP 2 Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
3 KRP 3 Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
4 Dst ... Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis Analisis
Sumber: Diolah dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 69, 2017
Keterangan:
1) kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan
2) perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup
3) kinerja layanan atau jasa ekosistem
4) efisiensi pemanfaatan sumber daya alam
5) tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim
6) tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati

Perumusan Alternatif Penyempurnaan RTRW


Dalam perumusan alternatif penyempurnaan RTRW didasari oleh hasil analisis dari
kajian muatan. Maksud dari perumusan alternatif ini adalah memberikan opsi-opsi
rekomendasi perbaikan/penyempurnaan RTRW berdasarkan hasil kajian muatan
sebelumnya yang menggunakan data-data valid, kajian ilmiah serta pendapat pakar
pada bidangnya. Bentuk dari rumusan alternatif penyempurnaan KRP dapat berupa:
a. perubahan tujuan atau target;
b. perubahan strategi pencapaian target yang lebih memenuhi pertimbangan
pembangunan berkelanjutan;
c. perubahan atau penyesuaian ukuran skala, dan lokasi yang lebih memenuhi
pertimbangan pembangunan berkelanjutan;
d. perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih memenuhi
pertimbangan pembangunan berkelanjutan;
e. penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan prioritas pelaksanaan;
f. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk mempertahankan atau meningkatkan
fungsi ekosistem; dan/atau
g. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak dan risiko lingkungan hidup.

Alternatif penyempurnaan dipilih berdasarkan:

BAB 4 - 9
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

a. manfaat yang lebih besar;


b. risiko yang lebih kecil;
c. kepastian keselamatan dan kesejahteraan masyarakat yang rentan terkena
dampak;
d. mitigasi dampak dan risiko yang lebih efektif dengan mempertimbangkan:
a) mandat, kepentingan, atau kebijakan nasional yang harus diamankan;
b) situasi sosial-politik;
c) kapasitas kelembagaan pemerintah;
d) kapasitas dan kesadaran masyarakat;
e) kesadaran, ketaatan dan keterlibatan dunia;
f) kondisi pasar dan potensi investasi;

Perumusan Rekomendasi Perbaikan RTRW


Berdasarkan hasil perumusan alternatif penyempurnaan RTRW, rekomendasi
perbaikan disusun untuk pengambilan keputusan KRP yang mengintegrasikan prinsip
Pembangunan Berkelanjutan (PB) yang memuat:
a. materi perbaikan RTRW; dan
b. informasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui daya dukung dan
daya tampung Lingkungan Hidup beserta tindak lanjutnya.

Rekomendasi perbaikan dapat juga ditambahkan muatan:


a. usulan KRP lain yang relevan untuk disusun agar mendukung tercapainya tujuan
pembangunan berkelanjutan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
b. tindak lanjut yang relevan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.

Penjaminan Kualitas
Penjaminan kualitas KLHS dilakukan dengan penilaian mandiri oleh penyusun KRP.
Penilaian mandiri ini dilaksanakan dengan cara penilaian bertahap dan/atau penilaian
sekaligus yang dilaksanakan ditahapan akhir pembuatan dan pelaksanaan KLHS.
Pertimbangan dalam melaksanakan penilaian mandiri diantaranya:

BAB 4 - 10
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

1. Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang


relevan; dan
2. Laporan KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang terkait dan
relevan.

Untuk kasus dimana Dokumen Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hdiup belum tersusun, maka penialain mandiri dilakukan dengan mempertimbangkan
hasil kajian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Hasil penjaminan
kualitas dituangkan kedalam berita acara yang disahkan oleh pejabat penyusun KRP.

Pendokumentasian
Hasil pembuatan dan pelaksanaan KLHS, serta penjaminan kualitas KLHS
didokumentasikan ke dalam laporan KLHS. Laporan KLHS ini memuat informasi
tentang:
1. Dasar pertimbangan KRP sehingga perlu dilengkapi KLHS;
2. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil pengkajian pengaruh KRP
terhadap kondisi lingkungan hidup;
3. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil perumusan alternatif muatan
KRP;
4. Pertimbangan, muatan dan konsekuensi rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan KRP yang mengintergrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan;
5. Gambaran pengintegrasian hasil KLHS dalam KRP; dan
6. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dan keterbukaan informasi KLHS.

4.3. Metode Pengumpulan Data


Data yang dibutuhkan dalam kajian ini meliputi data primer dan data sekunder.
Informasi yang merupakan data dan dikumpulkan langsung dari sumbernya disebut
sebagai data primer, sedangkan informasi yang dikumpulkan pihak lain untuk
dimanfaatkan dalam penelitian disebut data sekunder. Data primer dan sekunder
dibedakan dari cara memperolehnya.

BAB 4 - 11
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Dalam kajian ini data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara
tidak terstruktur. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data kondisi
wilayah kajian baik kondisi fisik maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
mengidentifikasi isu pembangunan berkelanjutan serta lokasi isu pembangunan
berkelanjutan. Wawancara dilakukan pada saat observasi lapangan dan identifikasi
isu dengan cara tidak terstruktur untuk memperoleh informasi lebih mendalam
mengenai kondisi wilayah kajian.

Selain data primer, pada kajian ini diperlukan data sekunder yang diperoleh dari
survey instansional. Instansi yang akan diperlukan datanya dalam kajian ini adalah:
a. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
(Bappeda) Kota Lubuklinggau;
b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Lubuklinggau;
c. Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau;
d. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Lubuklinggau;
e. Dinas Lingkungan Hidup Kota Lubuklinggau;
f. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan, dan Perindustrian
Kota Lubuklinggau;
g. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan Kota Lubuklinggau;
h. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lubuklinggau;
i. Dinas Perhubungan Kota Lubuklinggau;
j. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Lubuklinggau;
k. Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau;
l. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Lubuklinggau; dan
m. Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau.

Perangkat survey yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari:


1. Surat Tugas yang dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kota Lubuklinggau
2. Daftar kebutuhan data
3. Daftar Isu PB dan lokasi
4. Alat tulis
5. Kamera
6. GPS

BAB 4 - 12
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Tabel 4.7. Daftar Kebutuhan Data


INSTANSI/KANTOR
NO DATA DAN INFORMASI KETERANGAN
SUMBER DATA
1 DINAS  Dokumen dan peta DDDT LH Prov.
LINGKUNGAN Sumatera Selatan
HIDUP  Dokumen DDDT LH Kota Lubuklinggau
 IKPLHD Kota Lubuklinggau 5 tahun
terakhir
 Rencana Induk Persampahan Kota
Lubuklinggau
2 DINAS KESEHATAN  Profil Kesehatan 2019
 Data sanitasi
3 DINAS  Data jumlah, jenis, lokasi industri (Besar,
PERINDUSTRIAN & menengah, kecil)
PERDAGANGAN
4 BAPPEDA  Buku Putih Sanitasi 2019 atau yang
terakhir
 SSK (Strategi Sanitasi Kota) tahun 2019
atau yang terakhir
 Rencana Induk SPAM (RISPAM)
5 DINAS  Data Kawasan hutan lindung, cagar
KEHUTANAN/ alam
PERHUTANI  Data Kawasan hutan produksi

4.4. Metode Analisis


4.4.1. Metode Analisis Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung untuk
Pengembangan
Kajian ini mengukur kemampuan suatu ekosistem untuk mendukung suatu/rangkaian
aktivitas dan ambang batas kemampuannya berdasarkan kondisi yang ada.
Kepentinan kajian ini terutama adalah untuk menentukan apakah intensitas
pembangunan masih dapat dikembangkan atau ditambahkan.

Daya tampung lingkungan hidup dapat diukur dari tingkat asimilasi media (ari, tanah,
udara) ketika menerima gangguan dari luar. Indikator yang digunakan dapat berupa
kombinasi antara beban pencemaran dengan kemampuan media mempertahankan
fungsinya sejalan dengan masuknya pencemaran tersebut.

Daya dukung dan daya tampung yang akan dikaji adalah klasifikasi kemampuan
lahan, perbandingan ketersediaan dan kebutuhan lahan serta perbandingan
ketersediaan dan kebutuhan air.

BAB 4 - 13
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

a. Klasifikasi kemampuan lahan

Klasifikasi kemampuan lahan digunakan untuk menemukenali berbagai


karakterisrik sumber daya alam melalui telaah kemampuan dan kesesuaian lahan,
agar penggunaan lahan dalam perencanaan pengembangan wilayah/kawasan
dapat dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan
ekosistem untuk keberlanjutan wilayah/kawasan tersebut.

Analisis kemampuan lahan ini terdiri dari 9 (sembilan) analisis satuan kemampuan
lahan yaitu:
1. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi;
2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan;
3. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng;
4. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi;
5. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air;
6. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase;
7. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi;
8. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah; dan
9. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam.
Tahapan analisis satuan kemampuan lahan ini meghasilkan peta kemampuan
lahan, peta kesesuaian lahan serta rekomendasi kesesuaian lahan dengan cara
yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.

BAB 4 - 14
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Gambar 4.1. Rangkaian Analisis SKL


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

b. Perbandingan ketersediaan dan kebutuhan lahan

Metode daya dukung lahan berdasarkan perbandingan antara ketersediaan dan


kebutuhan lahan bagi penduduk yang hidup di suatu wilayah untuk mengetahui
gambaran umum apakah daya dukung lahan suatu wilayah dalam keadaan surplus
atau defisit. Keadaan surplus menunjukkan bahwa ketersediaan lahan setempat di
suatu wilayah masih dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah
tersebut, sedangkan keadaan defisit menunjukkan bahwa ketersediaan lahan
setempat sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan akan produksi hayati di wilayah
tersebut.

Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahan masukan/


pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan evaluasi pemanfaatan
ruang, terkait dengan penyediaan produk hayati secara berkelanjutan melalui
upaya pemanfaatan ruang yang menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan
dan kebutuhan lahan seperti digambarkan pada gambar berikut ini.

BAB 4 - 15
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Gambar 4.2. Diagram Penentuan Daya Dukung Lahan


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total produksi aktual setempat


dari setiap komoditas di suatu wilayah, dengan menjumlahkan produk dari semua
komoditas yang ada di wilayah tersebut. Untuk penjumlahan ini digunakan harga
sebagai faktor konversi karena setiap komoditas memiliki satuan yang beragam.
Sementara itu, kebutuhan lahan dihitung berdasarkan kebutuhan hidup layak.
Perhitungan dilakukan dengan tahapan berikut:

1. Perhitungan Ketersediaan (Supply) Lahan


Rumus:
Σ (Pi x Hi) 1
SL =___________ X ____ (1)
Hb Ptvb
Keterangan:
SL = Ketersediaan lahan (ha)
Pi = Produksi aktual tiap jenis komoditi (satuan tergantung kepada jenis
komoditas) Komoditas yang diperhitungan meliputi pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan.
Hi = Harga satuan tiap jenis komoditas (Rp/satuan) di tingkat produsen
Hb = Harga satuan beras (Rp/kg) di tingkat produsen
Ptvb = Produktivitas beras (kg/ha)

Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan


produk non beras dengan beras adalah harga. Untuk memudahkan
penghitungan, dapat digunakan contoh tabel berikut ini dalam menghitung total
nilai produksi {Σ (Pi x Hi)}.

BAB 4 - 16
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Tabel 4.8. Contoh Perhitungan Nilai Produksi Total


HARGA NILAI
PRODUKSI
NO KOMODITAS SATUAN PRODUKSI
(Pi)
(Hi) (Pi x Hi)
1 Padi dan palawija, antara
lain:
a. Padi
b. Jagung
2 Buah-buahan, antara lain:
a. Mangga
b. Jeruk
3 Sayur mayur, antara lain:
a. Padi
b. Jagung
4 Tanaman obat-obatan,
antara lain:
a. Jahe
b. Lengkuas
5 Produksi daging, antara
lain:
a. Sapi
b. Kambing
6 Produksi telur, antara lain:
a. Ayamkampung
b. Ayamras
7 Poduksi susu, antara lain:
Sapi
8 Perikanan
9 Perkebunan, antara lain:
a. Kelapa
b. Kopi
10 Kehutanan, antara lain:
a. Kayu
b. Non kayu
TOTAL {Σ (Pi x Hi)}
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Lahan


Rumus:
DL = N x KHLL (2)
Keterangan:
DL = Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
N = Jumlah penduduk (orang)
KHLL = Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk:

BAB 4 - 17
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

 Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktifitas beras
lokal.
 Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara
beras/kapita/tahun.
 Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat menggunakan
data rata-rata produktivitas beras nasional sebesar 2.400 kg/ha/tahun.
3. Penentuan Status Daya Dukung Lahan
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan
lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL) .
Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.

c. Perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air

Metode perbandingan ketersediaan dan kebutuhan air menunjukan cara


penghitungan daya dukung air di suatu wilayah, dengan mempertimbangkan
ketersediaan dan kebutuhan akan sumber daya air bagi penduduk yang hidup di
wilayah itu. Dengan metode ini, dapat diketahui secara umum apakah sumber daya
air di suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit. Keadaan surplus
menunjukkan bahwa ketersediaan air di suatu wilayah tercukupi, sedangkan
keadaan defisit menunjukkan bahwa wilayah tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan akan air. Guna memenuhi kebutuhan air, fungsi lingkungan yang terkait
dengan sistem tata air harus dilestarikan.

Hasil perhitungan dengan metode ini dapat dijadikan bahan


masukan/pertimbangan dalam penyusunan rencana tata ruang dan evaluasi
pemanfaatan ruang dalam rangka penyediaan sumber daya air yang berkelanjutan.
Penentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan
kebutuhan air seperti pada gambar dibawah ini.

BAB 4 - 18
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Gambar 4.3. Diagram Penentuan Daya Dukung Air


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan


berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data curah hujan tahunan.
Sementara itu, kebutuhan air dihitung dari hasil konversi terhadap kebutuhan hidup
layak. Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Perhitungan Ketersediaan (Supply) Air
Perhitungan dengan menggunakan Metode Koefisien Limpasan yang
dimodifikasi dari metode rasional.
Rumus:
C = Σ (Ci x Ai) / ΣAi (3)
R = Σ Ri / m (4)
SA = 10 x C x R x A (5)
Keterangan:
SA = ketersediaan air (m3/tahun)
C = koefisien limpasan tertimbang
Ci = Koefisien limpasan penggunaan lahan i (lihat Tabel 9)
Ai = luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau Daerah Dalam Angka, atau
dari data Badan Pertanahan Nasional (BPN)
R = rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah (mm/tahunan) dari data BPS
atau BMG atau dinas terkait setempat.
Ri = curah hujan tahunan pada stasiun i
m = jumlah stasiun pengamatan curah hujan
A = luas wilayah (ha)
10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m3

BAB 4 - 19
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Tabel 4.9. Koefisien Limpasan

No. DeskripsiPermukaan Ci
1 Kota, jalan aspal, atap genteng 0,7 – 0,9
2 Kawasan industri 0,5 – 0,9
3 Permukiman multi unit, pertokoan 0,6- 0,7
4 Kompleks perumahan 0,4 – 0,6
5 Villa 0,3 – 0,5
6 Taman, pemakaman 0,1 – 0,3
7 Pekarangan tanah berat:
a. >7% 0,25 – 0,35
b. 2-7% 0,18 – 0,22
c. <2% 0,13 – 0,17
8 Pekarangan tanah ringan:
a. >7% 0,15 – 0,2
b. 2-7% 0,10 – 0,15
c. <2% 0,05 – 0,10
9 Lahan berat 0,40
10 Padang rumput 0,35
11 Lahan budidaya pertanian 0,30
12 Hutan poduksi 0,18
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

Untuk memudahkan, penghitungan koefisien limpasan tertimbang dapat


menggunakan tabel berikut:

Tabel 4.10. Contoh Perhitungan Koefisien Limpasan Tertimbang


Koefisien
LuasLahan
No. DeskripsiPermukaan Limpasan (CixAi)
(Ai)
(Ci)
Kota, jalan aspal, atap
1 0,7 – 0,9
genteng
2 Kawasan industri 0,5 – 0,9
Permukiman multi unit,
3 0,6- 0,7
pertokoan
4 Kompleks perumahan 0,4 – 0,6
5 Villa 0,3 – 0,5
6 Taman, pemakaman 0,1 – 0,3
Pekarangan tanah berat:
d. >7% 0,25 – 0,35
7
e. 2-7% 0,18 – 0,22
f. <2% 0,13 – 0,17
Pekarangan tanah ringan:
d. >7% 0,15 – 0,2
8
e. 2-7% 0,10 – 0,15
f. <2% 0,05 – 0,10
9 Lahanberat 0,40

BAB 4 - 20
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Koefisien
LuasLahan
No. DeskripsiPermukaan Limpasan (CixAi)
(Ai)
(Ci)
10 Padang rumput 0,35
11 Lahan budidaya pertanian 0,30
12 Hutan poduksi 0,18
∑(Ai) ∑(CixAi)
C ∑(CixAi) /
(kefisienlimpasanterimbang) ∑(Ai)
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

2. Perhitungan Kebutuhan (Demand) Air


Rumus:
DA = N x KHLA (6)
Keterangan:
DA = Total kebutuhan air (m3/tahun)
N = Jumlah penduduk (orang)

KHLA = Kebutuhan air untuk hidup layak = 1600 m3 air/kapita/tahun, = 2 x 800


m3 air/kapita/tahun, dimana:800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air
untuk keperluan domestik dan untukmenghasilkan pangan (lihat Tabel total
kebutuhan air dan Tabel tentang “Air Virtual” ) di bawah ini.

2.0 merupakan faktor koreksi untuk memperhitungkan kebutuhan hidup layak


yang mencakup kebutuhan pangan, domestik dan lainnya. Catatan: Kriteria
WHO untuk kebutuhan air total sebesar 1000–2000 m3/orang/tahun.

Tabel 4.11. Total Kebutuhan Air


Konsumsi Jumlah Kebutuhan Setara Air
Beras 120 kg/tahun 324.000 m3/tahun
Air minum dan rumah tangga 120 L/h 43.20 m3/tahun
Telor 1 kg berisi 16 telor; 1 butir/hari 105.75 m3/tahun
Buah 1 kg jeruk = 5 buah;
3.84 m3/tahun
1/5 kg tiap 3 hari
Daging 1/10 kg/5 hari 20.16 m3/tahun
Salad 5.40 m3/tahun
Kedelai 276.00 m3/tahun
Total 778.35 m3/tahun
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

BAB 4 - 21
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Tabel 4.12. Air Virtual (Kebutuhan Air untuk Menghasilkan Satu Satuan Produk)
Produk Kebutuhan Air
1 kg padi 2.700-4.000 Liter
1 kg daging sapi 2.900-16.000 Liter
1 kg daging unggas (ayam) 2.800 Liter
1 kg telor 4.700 Liter
1 kg kentang 160 Liter
1 kg kedelai 2.300 Liter
1 kg gandum 1.200 Liter
1 bongkah roti 170 Liter
1 kaleng soda 90 Liter
Air minum dan RT 120 Liter/hari/kapita
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007

3. Penentuan Status Daya Dukung Air


Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan air
(SA) dan kebutuhan air (DA).
Bila SA > DA , daya dukung air dinyatakan surplus.
Bila SA < DA , daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui.

4.4.2. Perkiraan Mengenai Dampak dan Risiko Lingkungan Hidup


Kajian ini mengukur besar dan pentingnya dampak dan/atau risiko suatu kebijakan,
rencana dan/atau program terhadap perubahan-perubahan lingkungan idup dan
kelompok masyarakat yang terkena dampak dan/atau risiko.

Analisis risiko dan dampak lingkungan dilakukan dengan mengukur besar dan
pentingnya dampak dan/atau risiko suatu kebijakan, rencana dan/atau program
terhadap perubahan-perubahan lingkungan hidup dan kelompok masyrakat yang
terkena dampak dan/atau risiko.

4.4.3. Kinerja Layanan Jasa/Ekosistem


Ekosistem mampu menyediakan manfaat baik secara fisik yang dapat langsung
dirasakan oleh manusia, seperti bahan pangan, air, dan sebagainya, maupun tidak
langsung misalnya untuk mengatur iklim global. Penyusunan kebijakan dan
program pembangunan seharusnya tidak mengganggu lingkungan yang
mengakibatkan jasa ekosistem berkurang.

BAB 4 - 22
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

Tingginya permintaan terhadap layanan/jasa ekosistem akan berlangsung sejalan


dengan peningkatan degradasi lingkungan dan munculnya pertukaran antarjasa
lingkungan. Untuk itu, dalam menelaah kinerja layanan/jasa ekosistem perlu
memperhatikan perkiraan permintaan dan konsumsi sumber daya alam, jumlah
populasi manusia yang menggunakan ekosistem, dan dampak pemanfaatan suatu
ekosistem terhadap ekosistem lainnya.

Layanan atau fungsi ekosistem dikategorikan dalam 4 (empat) jenis layanan, yaitu:
 Layanan fungsional (provisioning services):
Jasa/produk yang didapat dari ekosistem, seperti misalnya sumber daya genetika,
makanan, air dan lain-lain.
 Layanan regulasi (regulating services):
Manfaat yang didapatkan dari pengaturan ekosistem, seperti misalnya aturan
tentang pengendalian banjir, pengendalian erosi, pengendalian dampak perubahan
iklim dan lain-lain.
 Layanan kultural (cultural services):
Manfaat yang tidak bersifat material/terukur dari ekosistem, seperti misalnya
pengkayaan spirit, tradisi, pengalaman batin, nilai-nilai estetika dan pengetahuan.
 Layanan pendukung kehidupan (supporting services):
Jasa ekosistem yang diperlukan manusia, seperti misalnya produksi biomasa,
produksi oksigen, nutrisi, air, dan lain-lain.

Dalam konteks analisis pengaruh KRP terhadap kinerja layanan/ jasa ekosistem
terkait dengan KLHS RTRW Kota Lubuklinggau, pendekatan dan analisis dilakukan
dengan menggunakan layanan pendukung kehidupan, yakni layanan ekosistem
dalam produksi biomassa. Metode yang akan digunakan adalah pendekatan melalui
tutupan lahan dengan memanfaatkan data jasa ekosistem Provinsi Sumatera Selatan.

4.4.4. Effisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam


Sumber daya alam sebagai salah satu modal dasar pembangunan harus
dimanfaatkan sepenuhnya dengan cara yang tidak merusak. Oleh karena itu,
pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara efisien. Apalagi di negara

BAB 4 - 23
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan

Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)


Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Lubuklinggau Tahun 2022-2042

berkembang, terdapat cukup banyak hambatan dalam proses pengelolaan dan


pemanfaatan sumber daya alam tersebut.

Metode ini mengukur tingkat optimal pemanfaatan sumber daya alam yang dapat
dijamin keberlanjutannya, dilakukan dengan cara:
a. Mengukur kesesuaian antar tingkat kebutuhan dan ketersediaannya;
b. Mengukur cadangan yang tersedia, tingkat pemanfaatannya yang tidak
menggerus cadangan, serta perkiraan proyeksi penyediaan untuk kebutuhan di
masa mendatang; dan
c. Mengukur dengan nilai dan distribusi manfaat dari sumber daya alam tersebut
secara ekonomi.

4.4.5. Tingkat Kerentanan dan Kepastian Adaptasi terhadap Perubahan Iklim


Analisis dilakukan dengan cara:
a. Mengkaji kerentanan dan risiko perubahan iklim sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
b. Menyusun pilihan adaptasi perubahan iklim
c. Menentukan prioritas pilihan adaptasi

4.4.6. Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati


Analisis dilakukan dengan cara:
a. Mengkaji pemanfaatan dan pengawetan spesies/jenis tumbuhan dan satwa yang
meliputi
 Penetapan dan penggolongan yang dilindungi atau tidak dilindungi
 Pengelolaan tumbuhan dan satwa serta habitatnya
 Pemeliharaan dan pengembangbiakan
 Pendayagunaan jenis atau bagian-bagian dari tumbuhan dan satwa lainnya
 Tingkat keragaman hayati dan keseimbangannya
b. Mengkaji ekosistem yang meliputi
 Interaksi jenis tumbuhan dan satwa
 Potensi jasa yang diberikan dalam konteks daya dukung dan daya tampung
c. Mengkaji genetik yang meliputi
 Keberlanjutan sumber daya genetik
 Keberlanjutan populasi jenis tumbuhan dan satwa.

BAB 4 - 24
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021

Anda mungkin juga menyukai