BAB 4
Metodologi
4.1. Pendekatan Penyusunan
KLHS adalah adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif
untuk memastikan bahwa prinsip Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau Kebijakan, Rencana,
dan/atau Program. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan. Oleh
karena siklus dan bentuk pengambilan keputusan dalam perencanaan tata ruang tidak
selalu gamblang, maka manfaat KLHS bersifat khusus bagi masing-masing RTRW.
KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses penyusunan dan
evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai instrumen metodologis pelengkap
(komplementer) atau tambahan (suplementer) dari penjabaran RTRW, atau
kombinasi dari beberapa atau semua fungsi-fungsi diatas. Keberadaannya yang
kontekstual menyebabkan pokok-pokok pikiran dalam Dokumen KLHS tidak bisa
dipahami sebagai sebuah aturan yang baku, melainkan sebagai sebuah arahan untuk
memilih alternatif-alternatif pemanfaatan yang sesuai dengan kebutuhan.
BAB 4 - 1
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Pokja KLHS RTRW Kota Lubuklinggau kemudian menyusun Kerangka Acuan Kerja
(KAK) sebagai acuan bersama agar proses pelaksanaan KLHS RTRW Kota
Lubuklinggau berjalan sesuai maksud, tujuan, maupun sasaran yang diinginkan.
BAB 4 - 2
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
BAB 4 - 3
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
f. Hasil KLHS dari KRP pada hierarki yang diatasnya yang harus diacu, sepura dan
berada pada wilayah yang berdekatan dan/atau memiliki keterkaitan dan/atau
relevansi langsung; Analisis dilaksanakan dengan cara menelaah sinkronisasi isu
dengan struktur pola ruang yang terdapat pada KLHS RTW dan KLHS RPJMD.
Isu PB Prioritas
Setelah didapatkan isu-isu PB strategis selanjutnya akan dirumuskan isu PB prioritas.
Dalam menentukan dan/atau merumuskan isu pembangunan berkelanjutan strategis
menjadi isu pembangunan berkelanjutan prioritas dilakukan dengan cara menelaah
hasil isu pembangunan berkelanjutan strategis dengan mempertimbangkan unsur-
unsur berikut yang tercantum pada Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.46
Tahun 2016:
a. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan
(DDDT);
b. Perkiraan dampak atau risiko lingkunan hidup (dampak lingkungan hidup);
c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem (jasa ekosistem);
d. Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam (cakupan wilayah);
e. status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
f. ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
g. kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
BAB 4 - 4
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Bobot
Isu PB
PB
No
Strategis
1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10)
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
1 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
2 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
3 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
4 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
5 ..................
X X X X X X X X X X
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
/ / / / / / / / / /
dst ..................
X X X X X X X X X X
Sumber: Diolah dari Peraturan Menteri LHK No. 69, 2017
Keterangan:
1) kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
2) perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup;
3) kinerja layanan atau jasa ekosistem;
4) intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;
5) status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
6) ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
7) kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
8) tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok masyarakat serta
terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;
9) risiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;
10) ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional yang dilakukan oleh
masyarakat dan masyarakat hukum adat.
BAB 4 - 5
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Identifikasi materi muatan KRP dilakukan dengan melakukan uji silang muatan-
muatan yang ada disusun dalam komponen-komponen materi serta pengaruhnya
dengan pertimbangan-pertimbangan berikut:
a. Perubahan Iklim;
b. Kerusakan, Kemerosotan, dan/atau Kepunahan biodiversity;
c. Peningkatan intensitas & cakupan wilayah banjir, longsor, kekeringan, dan/atau
kebakaran hutan dan lahan;
d. Penurunan mutu dan kelimpahan SDA;
e. Peningkatan alih fungsi Kawasan Hutan dan/atau lahan;
f. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan
g. Peningkatan resiko tehadap kesehatan dan keselamatan manusia.
BAB 4 - 6
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Analisis Pengaruh
Muatan KRP berdampak terhadap Lingkungan Hidup yang telah diidentifikasi pada
tahap sebelumnya kemudian dianalisis pengaruhnya dengan isu-isu PB prioritas yang
telah ditentukan. Pada model KLHS ex-post, materi muatan KRP yang masih
berbentuk konsep atau rancangan (draft) dianalisis secara literatif sesuai dengan
tahap kemajuannya. Contoh analisis pengaruh dapat dilakukan melalui matriks
terdapat pada tabel berikut:
Muatan KRP berdampak LH yang terkait dengan sebagian besar Isu PB Prioritas yang
kemudian akan dikaji mendalam pada tahap selanjutnya yaitu pada kajian muatan
atau kajian 6 (enam) muatan KLHS.
BAB 4 - 7
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
a. kapasitas daya dukung dan daya tampung Lingkungan Hidup untuk pembangunan;
b. perkiraan dampak dan risiko Lingkungan Hidup;
c. kinerja layanan atau jasa ekosistem;
d. efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
f. tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
Kajian muatan ini dilakukan pada masing-masing materi muatan KRP yang
didapatkan dari hasil tahapan Analisis Pengaruh. Penting dalam melakukan analisis
untuk memerhatikan lokus dan besaran untuk mendapatkan analisis yang lebih
bersifat kuantitatif. Penentuan lingkup, metode, teknik, dan kedalaman analisis kajian
muatan dilakukan berdasarkan:
a. Jenis dan tema KRP;
b. tingkat kemajuan penyusunan atau evaluasi KRP;
c. relevansi dan kedetilan informasi yang dibutuhkan;
d. input informasi KLHS dan kajian Lingkungan Hidup lainnya yang terkait dan relevan
untuk diacu; dan
e. ketersediaan data.
Bentuk dari analisis kajian muatan KLHS dapat berbentuk sub bab tersendiri maupun
dalam tabel seperti pada tabel berikut:
BAB 4 - 8
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
BAB 4 - 9
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Penjaminan Kualitas
Penjaminan kualitas KLHS dilakukan dengan penilaian mandiri oleh penyusun KRP.
Penilaian mandiri ini dilaksanakan dengan cara penilaian bertahap dan/atau penilaian
sekaligus yang dilaksanakan ditahapan akhir pembuatan dan pelaksanaan KLHS.
Pertimbangan dalam melaksanakan penilaian mandiri diantaranya:
BAB 4 - 10
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Pendokumentasian
Hasil pembuatan dan pelaksanaan KLHS, serta penjaminan kualitas KLHS
didokumentasikan ke dalam laporan KLHS. Laporan KLHS ini memuat informasi
tentang:
1. Dasar pertimbangan KRP sehingga perlu dilengkapi KLHS;
2. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil pengkajian pengaruh KRP
terhadap kondisi lingkungan hidup;
3. Metode, teknik, rangkaian langkah-langkah dan hasil perumusan alternatif muatan
KRP;
4. Pertimbangan, muatan dan konsekuensi rekomendasi perbaikan untuk
pengambilan keputusan KRP yang mengintergrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan;
5. Gambaran pengintegrasian hasil KLHS dalam KRP; dan
6. Pelaksanaan partisipasi masyarakat dan keterbukaan informasi KLHS.
BAB 4 - 11
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Dalam kajian ini data primer diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara
tidak terstruktur. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data kondisi
wilayah kajian baik kondisi fisik maupun kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
mengidentifikasi isu pembangunan berkelanjutan serta lokasi isu pembangunan
berkelanjutan. Wawancara dilakukan pada saat observasi lapangan dan identifikasi
isu dengan cara tidak terstruktur untuk memperoleh informasi lebih mendalam
mengenai kondisi wilayah kajian.
Selain data primer, pada kajian ini diperlukan data sekunder yang diperoleh dari
survey instansional. Instansi yang akan diperlukan datanya dalam kajian ini adalah:
a. Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah
(Bappeda) Kota Lubuklinggau;
b. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Lubuklinggau;
c. Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau;
d. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Lubuklinggau;
e. Dinas Lingkungan Hidup Kota Lubuklinggau;
f. Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perdagangan, dan Perindustrian
Kota Lubuklinggau;
g. Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan Kota Lubuklinggau;
h. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Lubuklinggau;
i. Dinas Perhubungan Kota Lubuklinggau;
j. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Lubuklinggau;
k. Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau;
l. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kota Lubuklinggau; dan
m. Dinas Ketahanan Pangan Kota Lubuklinggau.
BAB 4 - 12
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Daya tampung lingkungan hidup dapat diukur dari tingkat asimilasi media (ari, tanah,
udara) ketika menerima gangguan dari luar. Indikator yang digunakan dapat berupa
kombinasi antara beban pencemaran dengan kemampuan media mempertahankan
fungsinya sejalan dengan masuknya pencemaran tersebut.
Daya dukung dan daya tampung yang akan dikaji adalah klasifikasi kemampuan
lahan, perbandingan ketersediaan dan kebutuhan lahan serta perbandingan
ketersediaan dan kebutuhan air.
BAB 4 - 13
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Analisis kemampuan lahan ini terdiri dari 9 (sembilan) analisis satuan kemampuan
lahan yaitu:
1. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi;
2. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan;
3. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng;
4. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi;
5. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air;
6. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Untuk Drainase;
7. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi;
8. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Pembuangan Limbah; dan
9. Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam.
Tahapan analisis satuan kemampuan lahan ini meghasilkan peta kemampuan
lahan, peta kesesuaian lahan serta rekomendasi kesesuaian lahan dengan cara
yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
BAB 4 - 14
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
BAB 4 - 15
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
BAB 4 - 16
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
BAB 4 - 17
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak per penduduk
merupakan kebutuhan hidup layak per penduduk dibagi produktifitas beras
lokal.
Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan sebesar 1 ton setara
beras/kapita/tahun.
Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras lokal, dapat menggunakan
data rata-rata produktivitas beras nasional sebesar 2.400 kg/ha/tahun.
3. Penentuan Status Daya Dukung Lahan
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan
lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL) .
Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.
Bila SL < DL, daya dukung lahan dinyatakan defisit atau terlampaui.
BAB 4 - 18
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
BAB 4 - 19
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
No. DeskripsiPermukaan Ci
1 Kota, jalan aspal, atap genteng 0,7 – 0,9
2 Kawasan industri 0,5 – 0,9
3 Permukiman multi unit, pertokoan 0,6- 0,7
4 Kompleks perumahan 0,4 – 0,6
5 Villa 0,3 – 0,5
6 Taman, pemakaman 0,1 – 0,3
7 Pekarangan tanah berat:
a. >7% 0,25 – 0,35
b. 2-7% 0,18 – 0,22
c. <2% 0,13 – 0,17
8 Pekarangan tanah ringan:
a. >7% 0,15 – 0,2
b. 2-7% 0,10 – 0,15
c. <2% 0,05 – 0,10
9 Lahan berat 0,40
10 Padang rumput 0,35
11 Lahan budidaya pertanian 0,30
12 Hutan poduksi 0,18
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
BAB 4 - 20
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Koefisien
LuasLahan
No. DeskripsiPermukaan Limpasan (CixAi)
(Ai)
(Ci)
10 Padang rumput 0,35
11 Lahan budidaya pertanian 0,30
12 Hutan poduksi 0,18
∑(Ai) ∑(CixAi)
C ∑(CixAi) /
(kefisienlimpasanterimbang) ∑(Ai)
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
BAB 4 - 21
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Tabel 4.12. Air Virtual (Kebutuhan Air untuk Menghasilkan Satu Satuan Produk)
Produk Kebutuhan Air
1 kg padi 2.700-4.000 Liter
1 kg daging sapi 2.900-16.000 Liter
1 kg daging unggas (ayam) 2.800 Liter
1 kg telor 4.700 Liter
1 kg kentang 160 Liter
1 kg kedelai 2.300 Liter
1 kg gandum 1.200 Liter
1 bongkah roti 170 Liter
1 kaleng soda 90 Liter
Air minum dan RT 120 Liter/hari/kapita
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M/2007
Analisis risiko dan dampak lingkungan dilakukan dengan mengukur besar dan
pentingnya dampak dan/atau risiko suatu kebijakan, rencana dan/atau program
terhadap perubahan-perubahan lingkungan hidup dan kelompok masyrakat yang
terkena dampak dan/atau risiko.
BAB 4 - 22
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Layanan atau fungsi ekosistem dikategorikan dalam 4 (empat) jenis layanan, yaitu:
Layanan fungsional (provisioning services):
Jasa/produk yang didapat dari ekosistem, seperti misalnya sumber daya genetika,
makanan, air dan lain-lain.
Layanan regulasi (regulating services):
Manfaat yang didapatkan dari pengaturan ekosistem, seperti misalnya aturan
tentang pengendalian banjir, pengendalian erosi, pengendalian dampak perubahan
iklim dan lain-lain.
Layanan kultural (cultural services):
Manfaat yang tidak bersifat material/terukur dari ekosistem, seperti misalnya
pengkayaan spirit, tradisi, pengalaman batin, nilai-nilai estetika dan pengetahuan.
Layanan pendukung kehidupan (supporting services):
Jasa ekosistem yang diperlukan manusia, seperti misalnya produksi biomasa,
produksi oksigen, nutrisi, air, dan lain-lain.
Dalam konteks analisis pengaruh KRP terhadap kinerja layanan/ jasa ekosistem
terkait dengan KLHS RTRW Kota Lubuklinggau, pendekatan dan analisis dilakukan
dengan menggunakan layanan pendukung kehidupan, yakni layanan ekosistem
dalam produksi biomassa. Metode yang akan digunakan adalah pendekatan melalui
tutupan lahan dengan memanfaatkan data jasa ekosistem Provinsi Sumatera Selatan.
BAB 4 - 23
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021
Laporan Pendahuluan
Metode ini mengukur tingkat optimal pemanfaatan sumber daya alam yang dapat
dijamin keberlanjutannya, dilakukan dengan cara:
a. Mengukur kesesuaian antar tingkat kebutuhan dan ketersediaannya;
b. Mengukur cadangan yang tersedia, tingkat pemanfaatannya yang tidak
menggerus cadangan, serta perkiraan proyeksi penyediaan untuk kebutuhan di
masa mendatang; dan
c. Mengukur dengan nilai dan distribusi manfaat dari sumber daya alam tersebut
secara ekonomi.
BAB 4 - 24
DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2021