Anda di halaman 1dari 181

Bab

III

PROFIL KAWASAN PERDESAAN


DI WILAYAH KAJIN

3.1 PROVINSI JAWA TIMUR


Provinsi Jawa Timur berada diantara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi
Bali. Luas wilayah Jawa Timur 147.130,15 km2 terbagi atas kawasan
hutan 12.261,64 km2 (26,02%), persawahan seluas 12.286,71 km2
(26,07%), pertanian tanah kering mencapai 11.449,15 km2 (24,29%),
pemukiman/kampung seluas 5.712,15 km2 (12,12%), perkebunan
seluas 1.581,94 km2 (3,36%), tanah tandus/rusak seluas 1.293,78 km2
(2,75%), tambak / kolam mencapai 737,71 km2 (1,57%), kebun
campuran

seluas

605,65

km2

(1,29%)

selebihnya

terdiri

dari

rawa/danau, padang rumput dan lain-lain seluas 1.201,42 km2 (2,55%).


Dua pertiga daratan Jawa Timur terdiri dari daerah pegunungan.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2000 mulai membaik
setelah adanya krisis ekonomi di tahun 1999. Pertumbuhan ekonominya
positif dan naik sebesar 3,19%. Pertumbuhan ini ternyata membawa
dampak pada seluruh sektor usaha dan perdagangan yang mulai pulih
kembali. Namun, dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,2% dan
angkatan kerja 2,3%, pertumbuhan ekonomi tersebut belum dapat
meningkatkan taraf hidup rakyat secara merata.
Dalam hal pembangunan di tahun 2009-2014, Jawa Timur memiliki
sasaran, visi, misi, strategi dan agenda khusus untuk meningkatkan
kesejahteraan

seluruh

rakyat

Jawa

Timur.

Adapun

sasaran

dari

pembangunan di Provinsi Jawa Timur antara lain :

Terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat Jawa Timur


yang maju dan mandiri.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-1

Memiliki basis ekonomi yang kuat berdasarkan diversifikasi sektor


unggulan dan mengglobal serta berdaya saing.

Partisipasi aktif masyarakat pada berbagai bidang pembangunan .

Tertatanya kondisi sosial budaya masyarakat.

Pelaksanaan otonomi daerah yang nyata , luas utuh dan bertanggung


jawab

Visi

dari

pembangunan

daerah

Jawa

Timur

adalah

terwujudnya

masyarakat Jawa Timur yang makmur dan berakhlak mulia dalam


wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan misinya adalah
untuk mewujudkan kemakmuran bersama wong cilik melalui APBD
untuk rakyat. Strategi yang digunakan untuk mewujudkan visi dan misi
tersebut antara lain :

Pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat (people centered


development), yang mengedepankan partisipasi rakyat (participatory
based

development)

dalam

merencanakan,

melaksanakan

dan

mengawasi program pembangunan yang menyangkut hajat hidup


mereka sendiri;

Keberpihakan kepada masyarakat miskin (pro poor);

Pengarusutamaan gender;

Keseimbangan

pemerataan

pembangunan

dan

pertumbuhan

ekonomi, terutama melalui pengembangan agroindustri/agrobisnis.


Berdasarkan pada visi, misi dan strategi pembangunan tersebut,
disusun 9 agenda utama pembangunan daerah Jawa Timur Tahun 20092014 sebagai berikut:

Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan


pendidikan, terutama bagi masyarakat miskin;

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-2

Memperluas

lapangan

kerja,

meningkatkan

efektivitas

penanggulangan kemiskinan dan memberdayakan ekonomi rakyat,


terutama wong cilik;

Meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas


dan

berkelanjutan,

agroindustri/agrobisnis,

terutama
serta

melalui

pembangunan

pengembangan
dan

penyediaan

infrastruktur pertanian dan pedesaan;

Memelihara kualitas dan fungsi lingkungan hidup, serta meningkatkan


perbaikan pengelolaan sumber daya alam dan penataan ruang;

Mewujudkan

percepatan

reformasi

birokrasi

dan

meningkatkan

pelayanan publik menuju pelayanan prima;

Meningkatkan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni


sosial;

Meningkatkan kualitas kehidupan dan peran perempuan, serta


terjaminnya kesetaraan gender;

Meningkatkan keamanan dan ketertiban, supremasi hukum dan


penghormatan hak asasi manusia;

Mewujudkan percepatan penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi


social ekonomi dampak lumpur panas Lapindo.

3.1.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Ponorogo


A. Kondisi Fisik Dasar
Kabupaten Ponorogo terletak di sebalah barat Propinsi Jawa Timur,
dengan luas 1.371,78 Km2. Terletak diantara 11152 Bujur Timur
dan 749 - 820 Lintang Selatan. Kabupaten ini berada pada
ketinggian 92 sampai 2.563 meter di atas permukaan laut.
a. Geografis

Secara

administratif

Kabupaten

Ponorogo

berbatasan :

Sebelah Utara

: Kabupaten Magetan, Kabupaten

Madiun, dan Kab. Ngajuk

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-3

Sebelah Timur

Kabupaten

Tulungagung

dan

Kabupaten Trenggalek

Sebelah Barat

: Kabupaten Pacitan dan Kabupaten

Wonogiri (Jawa Tengah)

Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan

Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi


atas 303 desa dan kelurahan.

Kecamatan yang ada dalam

lingkup administrasi Kabupaten Ponorogo adalah:


1. Kecamatan

8. Kecamatan

15. Kecamatan

Babadan

Kauman

Sambit

2. Kecamatan

9. Kecamatan

16. Kecamatan

Jenangan

Badegan

Sampung

3. Kecamatan Balong

10. Kecamatan

17. Kecamatan

Ngebel

Ponorogo

4. Kecamatan

11. Kecamatan

18. Kecamatan Pudak

Bungkal

Sukorejo

5. Kecamatan Jetis

12. Kecamatan

19. Kecamatan Pulung

Slahung
6. Kecamatan Jambon

13. Kecamatan

20. Kecamatan Sawo

Siman
7. Kecamatan Mlarak

14. Kecamatan

21. Kecamatan

Sooko

Ngrayun

b. Topografi
Ketinggian tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan
jenis kegiatan penduduk. Kabupaten Ponorogo terletak pada
ketinggian antara 25 - > 1.000 m di atas permukaan laut, dengan
ketinggian terbanyak berada di antara 100- 500 m di atas
permukaan laut. Kondisi lahan bertopografi datar sampai berbukit.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-4

Gambar 3.1. Keadaan Topografi Di Kabupaten Ponorogo


Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan
bidang horizontal yang dinyatakan dalam prosen (%). Kondisi
kelerengan di wilayah Kabupaten Ponorogo cukup beragam dari
kemiringan yang relatif datar (0 2 %) hingga kemiringan yang
tajam (di atas 40%).

Tabel : 3.1
Kelerengan Tanah di Kabupaten Ponorogo
KELERENGAN TANAH
LUAS
Ha
%
0
2%
15.391
11,22
2 15%
16.736
12,20
15 40%
22.374
16,31
> 40%
82.677
60,28
JUMLAH
137.178
100,00
Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2014
1. Tanah dengan kemiringan 0 2%
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-5

Daerah ini merupakan daerah genangan air, juga baik untuk


digunakan sebagai usaha pertanian tanaman semusim. Tanah
dengan kemiringan 0 2% di Kabupaten Ponorogo mencapai
luasan sekitar 15.391 Ha (11,22%).
2. Tanah dengan kemiringan 2 15%
Tanah dengan kemiringan 2 15% di wilayah Kabupaten
Ponorogo mencapai luasan 16.736 Ha (12,20% dari seluruh
wilayah kabupaten). Daerah ini masih baik untuk digunakan
sebagai

usaha

pertanian

semusim

dengan

tetap

memperhatikan usaha-usaha pengawetan tanah dan air untuk


kelestariannya.
3. Tanah dengan kemiringan 15 40%
Daerah ini sebaiknya digunakan untuk usaha penanaman
tanaman tahunan/keras. Luasan wilayah denga kemiringan 15
40% mencapai 22.374 ha (16,31%)
4. Tanah dengan kemiringan diatas 40%
Tanah

dengan

kemiringan

yang

cukup

tajam

ini

pada

umumnya berada di areal pegunungan. Luasan tanah dengan


kemiringan > 40% mencapai 82.677 ha (60,28%).
Tabel 3.2.
Letak Ketingggian Dari Permukaan Laut
No

Klasifikasi
Jumlah Desa
Lereng
1
< 500 m
241 Desa
2
500 700 m
44 Desa
3
> 500 m
18 Desa
Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2014
c. Iklim
Wilayah Kabupaten Ponorogo termasuk beriklim tropis dengan
suhu rata-rata 27,8 C. Pada tahun 1998, bulan Maret mempunyai
rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 462 dengan hari hujan 20

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-6

dan bulan Agustus mempunyai rata-rata curah hujan terendah


sebesar 21 dengan hari hujan 2.
d. Hidrologi
Keadaan Hidrologi di Kabupaten Ponorogo terdiri atas sumber
sumber air yang berasal dari air tanah , air permukaan dan curah
hujan . Sebagian daerah yang mempunyai permukaan bergunung
, air tanah pada umumnya di dapat dari mata air yang berasal
dari

kawasan

pegunungan

yang

masih

mempunyai

kondisi

jenisdari tumbuhan pepohonanyang cukup rapat. Dalam sub-sub


hidrologi atau tata air akan dibahas tentang hal-hal yang
menyangkut curah hujan, pola air sungai dan irigasi.

1.

Curah hujan
Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat
besar perannya terhadap berbagai kegiatan usaha khususnya
pertanian. Curah hujan baik langsung maupun tak langsung
akan mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas
penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan. Curah hujan
di Kabupaten Ponorogo tidak terlalu tinggi. Perhatikan table II.13
dan II.14 serta peta 2.15 dan 2.16 berikut ini. Dari table
tersebut terlihat bahwa jumlah hari hujan rata-rata dan curah
hujan rata-rata mempunyai kecenderungan menurun dari tahun
1996 hingga 1998.
Berdasarkan table tersebut terlihat bahwa rata-rata hari hujan
terbanyak berada di bulan Maret (20 hari) dan yang paling
sedikit adalah di bulan Agustus (2 hari). Sedangkan rata-rata
curah hujan terbanyak berada di bulan Maret (463 mm/detik)
dan

yang

paling

sedikit

berada

di

bulan

Agustus

(921

mm/detik).
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-7

2.

Pola Air Sungai dan Irigasi


Wilayah Kabupaten Ponorogo dilalui oleh beberapa sungai.
Sungai ini belum sepenuhnya digunakan sebagai sumber air
pengairan, kecuali beberapa wilayah di tepi sungai yang telah
memanfaatkannya. Sungai-sungai tersebut adalah :
1. Sungai Keyang, arah aliran air dari tenggara menuju ke arah
barat.
2. Sungai Asin, arah aliran dari timur menuju kea rah barat.
3. Sungai Slahung, arah aliran air dari selatan menuju ke arah
utara.
4. Sungai Sungkur dan Sungai Galak, arah aliran air dari barat
menuju ke timur.
5. Sungai Nglerep, arah aliran air dari timur menuju ke selatan.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-8

LAPORAN AKHIR
III-9
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

LAPORAN AKHIR
III-10
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.

Gambar 3.2. Sungai Di Kabupaten Ponorogo


O.

B. Karakter Fisik Binaan


a.

Pola Perkembangan Kawasan Permukiman.


P.

Dalam pembahasan perkembangan kawasan permukiman,

akan dibahas terlebih dahulu perkembangan lahan untuk fungsi


pekarangan (pekarangan tanah untuk bangunan dan halaman).
Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa areal permukiman
merupakan bagian dari lahan pekarangan (kawasan terbangun
Built Up Area)
Q.

Perkembangan

fungsi

pekarangan

sebagai

kawasan

terbangun akan berkembang sejalan dengan meningkatnya


kegiatan manusia. Beberapa pembukaan lahan baru untuk ruang
kegiatan manusia. Serta pengalihan fungsi ruang / kawasan
tertentu

mengindikasikan

adanya

gejala

tersebut.

Fungsi

pekarangan sebagai kawasan terbangun di wilayah Kabupaten


Ponorogo

mencapai

15,25

dari

total

luasan

wilayah.

perkembangan lahan pekarangan hingga tahun 2011 mengalami

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-11

perubahan

yang

relative

kecil

menurut

rata

rata

1,47

%/tahun.Pengembangan permukiman terdiri dari dua pola, yaitu :


R.
S.

1. Pola Pemukiman Pedesaan.


T. Pola

pemukiman

pedesaan

yang

terletak

di

wilayah

perdesaan merupakan permukiman tradisional yang tetap


eksis

untuk

kurun

waktu

yang

lama.

Perkembangan

pemukiman perdesaan sangat lambat, tidak direncanakan dan


tumbuh secara alami.
U.

2. Pola Pemukiman Perkotaan.


V. Pemukiman perkotaan terletak diwilayah kota (Urban) atau
pinggiran (Sub Urban). Perkembangan kawasan pemukiman
di perkotaan berjalan dengan sangat cepat, terencana ataupun
tidak

dan

cenderung

mempunyai

kepadatan

tinggi

Perkembangan kawasan pemukiman yang paling cepat terjadi


pada daerah daerah perkotaan (khususnya pusat kota), pusat
pusat kegiatan (ekonomi, industri , sosial budaya) dan lain
lain.

Sampai

dengan

tahun

2011

terjadi

pembangunan

perumahan di wilayah perkotaan yang dipacu dengan cepat,


oleh pihak pihak Pemerintah dan para pengembang swasta.
Pengadaan pemukiman untuk masyarakat dapat di lakukan
melalui KPR BTN, Perumnas dan ASABRI. Srdangkan untuk
pemukiman pedesaan, peningkatannya di lakukan oleh P2LDT
( Pemugaran Permukiman Lingkungan Desa Terpadu ).
b.

Kawasan Industri
W.

Kabupaten Ponorogo memiliki beragam jenis industri yang

memiliki peranan penting dalam mendukung perekonomian


wilayah kabupaten. Jenis industri yang ada di Kabupaten
Ponorogo antara lain : industri tapioka, industri tenun mesin,
industri rokok klobot, industri meubel, industri tegel beton,

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-12

industri oven tembakau, industri furniture, dan industri rokok


kretek.
X.
Y.
Z.
AA.
AB.
AC.
AD.
AE.

Gambar 3.3 Industri Meubel dan pipa beton

c.

Kawasan Pariwisata
AF.

Kabupaten Ponorogo ternyata memiliki banyak obyek wisata

yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten, obyek tersebut


diantaranya adalah :
1.

Obyek Wisata Alam


Di Kabupaten Ponorogo obyek wisata alam yang ada sangat
banyak

dan

pariwisata,

ini

dapat

oleh

sebab

dimanfaatkan
itu

sebagai

diharapkan

kawasan

perlu

adanya

pengembangan hal ini mengingat pendapatan di sektor


pariwisata ini dapat meningkatkan devisa negara maupun
pendapatan daerah. Obyek tersebut adalah sebagai berikut :
Wisata bangunan peninggalan sejarah/purbakala :

Kawasan Telaga Ngebel di Kecamatan Ngebel

Kawasan Mata Air Ngembak di Kecamatan Siman

Kawasan Beji Pager di Kecamatan Bungkal

Kawasan Air Terjun Plethuk di Kecamatan Sooko

Kawasan Hutan Wisata Kucur di Kecamatan Badegan

Kawasan Gua Lowo di Kecamatan Sampung

Kawasan Belik Bacin di Kecamatan Sambit

Kawasan Sirah Peteng di Kecamatan Sambit

Wisata Hiburan / Pertunjukan


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-13

Kegiatan atraksi wisata di Kabupaten Ponorogo adalah


pertunjukan Reog Ponorogo.

AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
AL.
AM.
AN.

Gambar 3.4.Pertunjukan Seni Reog Ponorogo

Wisata Rekreasi Umum

Kawasan

wisata

buatan

yang

ada

di

Kabupaten

Ponorogo adalah sarana rekreasi di Telaga Ngebel


AO.
AP.
AQ.
AR.
AS.
AT.
AU.
AV.

Gambar 3.5 Wisata Telaga Ngebel


AW.

Wisata Tetirah / Perkemahan

Kawasan

Situs

Purbakala

terdapat

di

Kecamatan

terdapat

di

Kecamatan

Sukorejo

Kawasan

Makam

Srandil

Badegan

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-14

C. Kependudukan
AX. Pembahasan kondisi kependudukan akan berhubungan langsung
dengan

masyarakat/penduduk.

Peran

serta

penduduk

dalam

pembangunan wilayah mempunyai ikatan yang cukup kuat sesuai


dengan tempat tinggalnya. Karakteristik sosial yang dimaksud disini
adalah karakter dari masing-masing penduduk.
a. Jumlah Dan Pertumbuhan Penduduk
AY.

Jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo dalam tahun 2007

adalah 940.565 Jiwa terdiri dari laki-laki sejumlah 464.137 jiwa


dan perempuan sejumlah 476.428 jiwa. Sedangkan pada tahun
2006

jumlah

penduduk

sebesar

919.390

jiwa

dengan

perkembangan penduduk pertahun di Kabupaten Ponorogo


sebesar 0.68 %.
AZ. Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah
Kecamatan Ponorogo dengan penduduk sebanyak 75.502 jiwa,
sedangkan kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Pudak, dengan penduduk sebanyak 9.177 jiwa.
Jelasnya lihat Tabel 3.3
BA. Tabel 3.3
BB. Jumlah Penduduk Kab. Ponorogo Tahun 2002-2007
BE. RAT
ARAT
A
BF.
PER
TUM
BUH
AN
PEN
DUD
BC. KE
BD. JUMLAH PENDUDUK TAHUN
UK
CA
MA
BH.
BI.
BJ.
BK.
BL.
BM.
TA
200
200
200
200
200
200
N
BN.
BO. NG
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT.
BU.
RAY
579
584
586
589
591
605
UN
BV. 1.77
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-15

BW.

CE.
CM.
CU.
DC.
DK.
DS.
EA.

EI.
EQ.
EY.
FG.
FO.
FW.

GE.

SL
AH
UN
G
BU
NG
KAL
SA
MBI
T
SA
WO
O
SO
OK
O
PU
DA
K
PUL
UN
G
ML
AR
AK
SIM
AN
JETI
S
BAL
ON
G
KA
UM
AN
JAM
BO
N
BA
DE
GA
N
SA
MP

BX.
521

BY.
526

BZ.
528

CA.
530

CB.
533

CC.
545

CF.
363

CG.
366

CH.
368

CI.
369

CJ.
371

CK.
379

CN.
384

CO.
387

CP.
389

CQ.
391

CR.
392

CS.
401

CV.
600

CW.
605

CX.
608

CY.
610

CZ.
613

DE.
235

DF.
236

DG.
237

DH.
238

DI.
244

DL.
878

DM.
885

DN.
889

DO.
893

DP.
897

DQ.
917

DU.
535

DV.
538

DW.
540

DX.
542

EC.
357

ED.
359

EE.
360

EF.
362

EG.
370

EJ.
390

EK.
393

EL.
395

EM.
397

EN.
398

EO.
407

ER.
317

ES.
320

ET.
321

EU.
322

EV.
324

EW.
331

EZ.
447

FA.
450

FB.
452

FC.
454

FD.
456

FE.
467

FP.
392

FI.
426
FQ.
396

FJ.
428
FR.
398

FK.
430
FS.
399

FL.
431
FT.
401

CL.

2.37

CT.

0.54

DB.

1.43

DJ.

0.58

DR.

1.66

DZ.

1.17

EH.

0.18

EP.

0.76

EX.

0.53

FF.

0.77

FN.

1.84

FV.

0.43

GD.
GL.

0.18
0.97

DY.
555

EB.
354

FH.
422

1.77

DA.
627

DD.
233

DT.
531

CD.

FM.
441
FU.
410

FX.
310

FY.
313

FZ.
314

GA.
315

GB.
317

GC.
324

GF.
388

GG.
392

GH.
394

GI.
395

GJ.
397

GK.
406

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-16

GM.

GU.

HC.

HK.

HS.

IA.
LAH

GN.
515
GV.
722
HD.
654

GO.
520
GW.
728
HE.
660

GP.
522
GX.
732
HF.
663

GQ.
524
GY.
734
HG.
666

GR.
526
GZ.
738
HH.
668

GS.
538

HN.
573

HO.
576

HP.
578

HQ.
591

HT.
213

HU.
215

HV.
216

HW.
217

HX.
218

HY.
223

ID.
911

IE.
915

IF.
919

2.77

HB.

3.30

HJ.

1.38

HR.

0.69

HZ.

1.98

HI.
684

HM.
571

IC.
907

GT.
HA.
755

HL.
566

IB.
900

JUM
II.

A.

UN
G
SU
KO
REJ
O
PO
NO
RO
GO
BA
BA
DA
N
JEN
AN
GA
N
NG
EB
EL

IG.
940

IH.
Sumber: Kabupaten Ponorogo Dalam Angka 2008

0.68

IJ.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
IK. Jumlah

penduduk

menurut

kelompok

umur

di

Kabupaten

Ponorogo terbagi 2 yaitu kelompok pendidikan (0 - >19 tahun) dan


kelompok tenaga kerja (20 - > 45 tahun), dimana penduduk
terrendah yang terdapat pada kelompok pendidikan pada usia 1519 tahun sejumlah 191.247 jiwa sedangkan penduduk terendah
untuk kelompok kerja pada usia > 45 tahun sejumlah 176.640 jiwa.
B.

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan


IL. Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten
Ponorogo dibagi atas 5 yaitu tingkatan tidak tamat SD 171.464
tingkatan tamat SD sebesar 149.109 tingkatan tamat SLTP sebesar
110.458 jiwa, tamat SLTA sebesar 106.945 jiwa, tamat AK/PT
sebesar 13.268 jiwa.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-17

C.

Penduduk Menurut Mata Pencaharian


IM.

Mata pencaharian penduduk Kabupaten Ponorogo berbeda-

beda, hal ini disebabkan karena potensi wilayah di Kabupaten


Ponorogo bermacam-macam, secara geografis merupakan daerah
pegunungan, dan dataran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap
kegiatan

perekonomian

utama

masyarakat

yang

disesuaikan

dengan kondisi daerah tempat tinggalnya.


IN.mata pencaharian terrendah berada di sektor pertanian hal ini
disebabkan karena sebagian besar wilayah Kabupaten Ponorogo
merupakan daerah agraris dan kemudian disusul oleh bidangbidang mata pencaharian lainnya.
IO.
IP.
IQ.
IR.
IS.
IT.
IU.
IV.

Gambar 1.6 Aktivitas Penduduk Perdesaan


IW.
IX.

1.4.1 Wilayah Peka Bencana Alam dan Wilayah Kritis/Daerah


Rawan Bencana
IY.

Wilayah bencana alam dan wilayah kritis di Kabupaten Ponorogo


merupakan wilayah yang terkena bencana banjir tahunan dan
wilayah yang terkena erosi akibat lahan yang kritis. Wilayah
banjir tersebut adalah sebagian kecil di Kabupaten Ponorogo
yaitu di Kecamatan Kauman, Kec. Siman, Kec. Balong, Kec. Jetis,
Kec. Sukorejo, dan Kec. Slahung.

IZ.

Sedangkan daerah kritis di Kabupaten Ponorogo meliputi lahan


lahan kering yang tersebar di seluruh Kabupaten Ponorogo .
Lahanlahan kritis tersebut merupakan areal yang tengah

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-18

mengalami

erosi

dan

harus

segera

ditangani

agar

tidak

menimbulkan dampak yang berkepanjangan.


A. Kawasan Rawan Longsor
JA. Kawasan rawan longsor terdapat hampir di semua kecamatan di
Kabupaten Ponorogo, khususnya di Kecamatan kecamatan yang
berada di areal perbukitan yaitu Kecamatan

Ngrayun, Sambit,

Sawooo, dan Kecamatan Sooko. Pada bagian barat terdiri dari


Kecamatan

Badegan,

Sampung,

Bungkal

dan

Slahung

serta

diperbatasan Kecamatan Purwantoro (Kabupaten Wonogiri) dan


Kabupaten Ponorogo, merupakan daerah rawan longsor perlu
dikelola bersama.
B. Kawasan Rawan Banjir
JB. Beberapa kawasan di Kabupaten Ponorogo merupakan kawasan
rawan banjir khususnya di kecamatan yang berada di lereng
bukit/gunung. Kawas.an rawan banjir di Kabupaten Ponorogo berada
di sekitar DAS Tempuran. Beberapa penyebab terjadinya banjir
antara lain disebabkan oleh semakin berkurangnya kawasan resapan
air, dan semakin rusaknya hutan dan kawasan konservasi di wilayah
hulu misalnya pada kawasan hutan di gunung Wilis dan gunung
Sigogor dan sekitarnya. Dan pada kawasan sekitar Das terutama
pada DAS Tempuran yang merupakan daerah pertemuan dari 3
sungai sehingga luapan air akan besar pada daerah ini, pada
kawasan ini diperlukan sudetan.
C. Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi
JC. Berdasarkan

kriteria

dari

Pusat

Vulkanologi

dan

Mitigasi

Bencana, kawasan rawan letusan gunung berapi Gunung Wilis,


Liman dan Limas (Kabupaten Nganjuk, Trenggalek), dibagi menjadi
tiga kategori:

Kawasan terlarang, adalah kawasan yang berada di puncak Wilis,


Liman dan Gunung Limas yaitu kawasan disekitar kawah.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-19

Kawasan bahaya 1 adalah kawasan lahar panas, pada saat terjadi


letusan yaitu kawasan yang berada di bawah kawasan terlarang.

Kawasan bahaya 2 yaitu kawasan sepanjang jalur yang dilalui


lahar dingin.

1.4.2 Potensi Sumber Daya Alam


A. Pola Perkembangan Pertanian.
JD. Untuk mengamati perkembangan kawasan pertanian di wilayah
Kabupaten

Ponorogo

dapat

dilihat

dengan

mengamati

perkembangan luasan lahan pertanian sebagai lahan yang produktif.


Berikut ini, dari peta dapat terlihat bahwa sebagian besar sawah di
Kabupaten Ponorogo merupakan sawah dengan menggunakan
system irigasi ( 95,40 % dari seluruh luasan sawah yang ada).
Sedangkan sebagian lagi merupakan sawah tadah hujan seluas 4,6
% dari total luasan sawah yang ada. Dari seluruh luasan sawah ber
irigasi, sawah dengan system irigasi teknis merupakan sawah terluas
di wilayah Kabupaten Ponorogo (mencapai 30.713 Ha atau 87,802 %
dari seluruh luasan sawah di Kabupaten).
JE.
JF.
JG.
JH.
JI.
JJ.
JK.
JL.
JM.
JN.
JO.

Gambar 1.7. Permukiman Perkotaan dan Perdesaan

JP.
B. Kawasan Pertanian
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-20

JQ. Kawasan pertanian yang terdapat di Kabupaten Ponorogo secara


keseluruhan seluas 65.736 Ha dengan rincian : pertanian sawah
seluas 34.572 Ha, tegalan seluas 30.804 Ha dan dimana untuk
kawasan jenis ini keberadaannya tersebar diseluruh kecamatan di
Kabupaten Ponorogo. Dari kondisi tersebut diharapkan kawasan ini
mampu

menciptakan

swasembada

pangan

terutama

melalui

program-program yang ada yaitu melalui ekstensifikasi, intensifikasi,


diversifikasi serta rehabilitasi dan tidak menutup kemungkinan
pembukaan lahan-lahan baru yang diperuntukkan bagi pertanian
daerah.
JR.
JS.
JT.
JU.
JV.
JW.
JX.
JY.
KA.

JZ.
Gambar 1.8. Komoditas Pertanian Berupa jagung dan
Padi
KB.

C. Kawasan Perkebunan
KC. Di Kabupaten Ponorogo, kawasan perkebunan tersebar secara
tidak merata pada setiap kecamatan. Jenis komoditi perkebunan
yang ada dan cukup dominan di beberapa wilayah adalah cengkeh,
kopi, tembakau, jenggelan, vanili, lada, kakou, cabe jamu. Sehingga
nilai ekonomisnya menjadi lebih rendah maka sebaiknya komoditi
yang ada dapat ditingkatkan dan pengolahan diperhatikan karena
perkebunan ini tidak ada pada setiap kecamatan. Wilayah yang
menghasilkan perkebunan ini umumnya merupakan kawasan yang
memiliki kondisi topografi perbukitan dan sebagian kecil pada

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-21

daerah dataran rendah dengan jenis tanaman yang ditanam adalah


termasuk jenis tanaman keras.
D. Kawasan Pertambangan
KD. Potensi pertambangan yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo
adalah galian B dan golongan C. Gologan B terdiri dari Emas,
Mangan dan Tembaga. Sedangkan golongan C terdiri dari Kaolin,
Felspot, Bentonit, Marmer, Trass, Pasir/batu kali, Tanah liat dan batu
kapur/gamping. Sedangkan cadangan bahan tambang golongan C
yang masih tersedia adalah :

Batu gamping, dengan jumlah cadangan sebesar 450.000


m3 , berada di Kecamatan Sampung, Sawoo dan Slahung

Bentonit, dengan jumlah cadangan sebesar 450.000 m 3 ,


berada di Kecamatan Slahung dan Ngrayun.

Gipsun, dengan jumlah cadangan sebesar 10.000 m3 ,


berada di Kecamatan Pulung dan Slahung

Kaolin , dengan jumlah cadangan sebesar 40.000 m 3 ,


berada di Kecamatan Slahung.

Batuab Beku, dengan jumlah cadangan sebesar 350.000


m3 , berada di Kecamatan Sawoo dan Ngebel.

Sirtu/Pasir, Kerikil dan Kerakal, dengan jumlah cadangan


sebesar 200.000 m3 , berada di Kecamatan Jenangan, slahung,
siman, Kauman dan Badegan.

Trass terdapat dikecamatan Pulung, Ngebel, Sawoo dan


Slahung dengan jumlah cadangan cukup banyak dan kondisi yang
baik.

KE.

Rijang/chert/batu api berada di Kecamatan Slahung.

E. Kawasan Hutan
KF. Kabupaten Ponorogo memiliki kawasan hutan yang tersebar.
Untuk saat ini kawasan Hutan yang ada (tetap dipertahankan hingga
akhir tahun 2009-2010) yaitu seluas 46.079,9 Ha, yang terdiri dari
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-22

Hutan lindung seluas 15.895 Ha (11,587 %), hutan produksi seluas


29.966,5 Ha (21,845 %) dan Cagar alam seluas 218,4 Ha (0,165 %).
KG.
KH.
KI.
KJ.
KK.
KL.
KM.
KN.

KQ.

KO.
KP.
Gambar 3.9. Kondisi Hutan Yang Gundul

KR.
1.4.3 Karakteristik Perekonomian Wilayah
A. PBRB Kabupaten Ponorogo
KS. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan oleh
Kabupaten Ponorogo atas dasar harga berlaku tahun 2005 sebesar
3.684.693 juta rupiah bila dibandingkan dengan tahun 2004 sebesar
3.105.089 juta rupiah mengalami kenaikan. Kondisi tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut ini :

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-23

KT.

LAPORAN AKHIR
III-24
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

N
o

KU. Tabel 3.4


Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha,
Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2006
Sektor / Sub
Sektor
2003
%
2004
%
2005
%

Pertanian

Pertambangan dan
penggalian

Industri pengolahan

Listrik, gas dan air bersih

Bangunan ( konstruksi )

6
7
8
9

Perdagangan, hotel &


restoran
Pengangkutan dan
komunikasi
Keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan
Jasajasa

Produk Domestik Regional Bruto

868102120

31.09

940171610

30.28

1,100,628,60
0

70372720

2.52

75205720

2.42

84,557,720

231488560

8.29

272478270

8.78

334,499,517

32852050

1.18

41231660

1.33

55,014,486

252200310

9.03

288725890

9.30

344,434,640

708150180

25.36

792818760

25.53

951,549,216

150238620

5.38

171131590

5.51

206,590,380

145794520

5.22

160454360

5.17

188,691,184

332839670
279203875
0

11.92
100.0
0

362871748
310508960
8

11.69

418,727,684

29,
87
2,
29
9,
08
1,
49
9,
35
25,
82
5,
61
5,
12
11,
36

100.00

3684693427

100,00

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

Dari sekian sektor yang ada, kontribusi terbesar terhadap PDRB


adalah sektor pertanian disusul dengan perdagangan, bangunan/
kontruksi, jasa-jasa dan industri pengolahan.
B. Gambaran Sektor Perekonomian Wilayah
1.

Sektor Pertanian
Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah penyangga
pangan di Jawa Timur, yang mempunyai luas lahan sawah 34.867
Ha, terdiri dari daerah irigasi teknis seluas 30.158 Ha, setengah
teknis seluas 625 Ha, non teknis seluas 2.228 Ha dan tadah hujan
seluas 1.856 Ha. Adapun produksi pertanian di

Kabupaten

Ponorogo antara lain :


-

Tanaman Padi

Sebaran wilayah komoditi padi di Kabupaten Ponorogo hampir


merata di semua kecamatan akan tetapi luas areal panen dan
produksi yang terbesar dari 21 kecamatan antara lain berada di
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-25

Sukorejo, Balong, Babadan, Pulung, Jenangan, Kauman. Rata-rata


luas panen padi dalam 6 tahun terakhir sebesar 59.468 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 3.662.467 Kw yang berarti
bahwa rata-rata produksi padi sebesar 61.60 Kw/Ha, dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel: 1.5
Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi
Komoditi Padi di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
TAHUN

Luas Panen
Ha

Produksi
Kw

Rata-2 Produksi
Kw/Ha

2000
2001

59039
60512

4332928
3922014

73.39
64.81

2002
2003

58370
57849

3524847
3385079

60.39
58.52

2004
61694
3491412
2005
59342
3318524
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

56.59
55.92

Komoditi Jagung

Sebaran wilayah komoditi jagung di Kabupaten Ponorogo di lihat


dari luas areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di
kecamatan Sawoo, Pulung, Jambon, Bungkal, Sambit. Rata-rata
luas panen jagung dalam 6 tahun terakhir sebesar 27.511
Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 1.439.3846 Kw yang
berarti rata-rata produksi jagung sebesar 52,54 Kw/Ha.
Adapun luas lahan dan produksi komoditi jagung di Kabupaten
Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 1.6
Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi
Komoditi Jagung di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
TAHUN

Luas Panen
Ha

Produksi
Kw

Rata-2 Produksi
Kw/Ha

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-26

2000
23590
1507071
2001
25097
1203255
2002
29638
1540291
2003
25444
1238389
2004
29318
1494223
2005
31979
1655847
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

63.89
47.94
51.97
48.67
50.97
51.78

Komoditi Ubi Kayu


Sebaran wilayah komoditi ubi kayu di Kabupaten Ponorogo
di lihat dari luas areal panen dan produksi yang terbesar
terpusat di kecamatan Ngrayun, Sawoo, Sambit, Pulung,
Jambon. Rata-rata luas panen ubi kayu

dalam 6 tahun

terakhir sebesar 25.866 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi


sebesar 4.875.266 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi
ubi kayu sebesar 188,27 Kw/Ha.
Adapun luas lahan dan produksi komoditi ubi kayu di
Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel : 1.7
Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi
Komoditi Ubi Kayu di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
Luas Panen
Produksi
Ha
Kw
2000
22059
3748217
2001
23597
4588033
2002
27305
5288341
2003
25118
4954712
2004
27862
5568739
2005
29257
5103555
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka
TAHUN

Rata-2 Produksi
Kw/Ha
169.92
194.43
193.68
197.26
199.87
174.44

Komoditi Ubi Jalar


Sebaran wilayah komoditi ubi jalar di Kabupaten Ponorogo di
lihat dari luas areal panen dan produksi yang terbesar

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-27

terpusat di kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, Sambit,


Pudak. Rata-rata luas panen ubi jalar dalam 6 tahun terakhir
sebesar 121 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar
12.154 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi ubi jalar
sebesar 113,81 Kw/Ha. Adapun luas lahan dan produksi
komoditi ubi jalar di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.8
Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi
Komoditi Ubi Jalar di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
Luas Panen
Produksi
Rata-2 Produksi
TAHUN
Ha
Kw
Kw/Ha
2000
225
24525
109
2001
90
981
109
2002
101
11009
109
2003
55
6668
121.24
2004
105
12729
121.23
2005
150
17011
113.41
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

2.

Sektor Perkebunan
- Komoditi Cengkeh
Sebaran wilayah komoditi cengkeh di Kabupaten Ponorogo di lihat
dari luas areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di
kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung dan Ngebel. Rata-rata luas
panen cengkeh dalam 6 tahun terakhir sebesar 1.664,78 Ha/Tahun
dengan rata-rata produksi sebesar 3.499,16 Kw yang berarti
bahwa rata-rata produksi cengkeh

sebesar 2,11

Kw/Ha. Dapat

dilihat pada tabel berikut :


Tabel: 3.9
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-28

Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Cengkeh


di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
Luas Panen
Produksi
Rata-2 Produksi
TAHUN
Ha
Kw
Kw/Ha
2000
1735.63
3498.06
2.02
2001
1735.62
3498.06
2.02
2002
1743.92
3506.91
2.01
2003
1557.35
3632.60
2.33
2004
1608.25
3643.90
2.27
2005
1607.91
3215.40
2.00
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka
- Komoditi Kopi
Sebaran wilayah komoditi kopi di Kabupaten Ponorogo di lihat dari
luas areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di
kecamatan Ngrayun, Pulung dan Ngebel. Rata-rata luas panen
kopi dalam 6 tahun terakhir sebesar 211,70 Ha/Tahun dengan
rata-rata produksi sebesar 571,84 Kw yang berarti bahwa ratarata produksi kopi sebesar 2,76 Kw/Ha. Dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel: 1.10
Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Komoditi Kopi
di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
TAHUN

Luas Panen
Ha

Produksi
Kw

2000
189.12
567.35
2001
207.55
622.69
2002
208.27
627.30
2003
203.39
931.40
2004
229.92
265.40
2005
231.92
416.90
Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

Rata-2 Produksi
Kw/Ha
3.00
3.00
3.01
4.58
1.15
1.80

- Komoditi Jambu Mente


Sebaran wilayah komoditi jambu mente di Kabupaten Ponorogo
di lihat dari luas areal panen dan produksi yang terbesar
terpusat di kecamatan Sampung dan Ngrayun. Rata-rata luas
panen jambu mente dalam 6 tahun terakhir sebesar 720,06
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-29

Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 1.669,20 Kw yang


berarti bahwa rata-rata produksi jambu mente sebesar 2,32
Kw/Ha.
Adapun luas lahan dan produksi komoditi jambu mente di
Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel : 1.11
Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Komoditi Jambu
Mente
di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
Luas Panen

Produksi

Rata-2 Produksi

Ha

Kw

Kw/Ha

2000

684.72

1629.93

2.38

2001

790.44

1777.16

2.25

2002

703.34

1593.42

2.27

2003

664.73

1683.07

2.53

2004

736.06

1666.14

2.26

2005

741.06

1665.5

2.25

TAHUN

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Tebu
Sebaran wilayah komoditi tebu di Kabupaten Ponorogo di lihat
dari luas areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di
kecamatan Babadan, Jenangan, Ponorogo, Siman, Slahung dan
Bungkal. Rata-rata luas panen tebu dalam 6 tahun terakhir
sebesar 1.896,39 Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-30

87.170,01 Kw yang berarti bahwa rata-rata produksi tebu


sebesar 46,08 Kw/Ha. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 1.12
Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Komoditi Tebu
di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
Luas Panen

Produksi

Rata-2 Produksi

Ha

Kw

Kw/Ha

2000

1944.00

104050.90

53.52

2001

1944.00

104050.90

53.52

2002

1699.58

93476.90

55.00

2003

1916.32

60375.87

31.51

2004

1916.27

60378.86

31.51

2005

1958.16

100686.60

51.42

TAHUN

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Panili
Sebaran wilayah komoditi panili di Kabupaten Ponorogo di lihat
dari luas areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di
kecamatan Sawoo, Ngrayun, Pulung, Sooko dan Ngebel. Ratarata luas panen panili dalam 6 tahun terakhir sebesar 13,22
Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 13,20 Kw yang
berarti bahwa rata-rata produksi panili sebesar 0,77 Kw/Ha.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-31

Adapun luas lahan dan produksi komoditi panili di Kabupaten


Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut
:

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-32

LAPORAN AKHIR
III-33
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Tabel : 1.13
Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi Komoditi Panili
di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
Luas Panen

Produksi

Rata-2 Produksi

Ha

Kw

Kw/Ha

2000

8.90

2.67

0.30

2001

8.90

2.67

0.30

2002

8.90

2.67

0.30

2003

13.48

2.45

0.18

2004

18.24

34.56

1.89

2005

20.88

34.20

1.64

Tahun

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Kakao
Sebaran wilayah komoditi kakao di Kabupaten Ponorogo di lihat
dari luas areal panen dan produksi yang terbesar terpusat di
kecamatan Ngebel, Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Jenangan. Ratarata luas panen kakao dalam 6 tahun terakhir sebesar 45,94
Ha/Tahun dengan rata-rata produksi sebesar 189,83 Kw yang
berarti bahwa rata-rata produksi kakao sebesar 4,13 Kw/Ha.
Adapun luas lahan dan produksi komoditi kakao di Kabupaten
Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel: 1.14
Luas Panen, Produksi, Rata-rata Produksi
Komoditi Kakao di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-34

Luas Panen

Produksi

Rata-2 Produksi

Ha

Kw

Kw/Ha

2000

44.12

182.65

4.14

2001

45.95

188.76

4.11

2002

45.95

188.76

4.11

2003

35.87

150.60

4.20

2004

51.04

204.50

4.01

2005

52.71

223.70

4.24

TAHUN

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

- Komoditi Sawo
Sebaran wilayah komoditi sawo di Kabupaten Ponorogo di lihat dari
produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sukorejo, Sawoo,
dan Siman. Rata-rata produksi sawo dalam 6 tahun terakhir
sebesar 25866 Kw per tahun.
Adapun produksi sawo di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel : 1.15
Produksi Produksi Komoditi Sawo
di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
TAHUN

Produksi
Kw

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-35

2000

3030

2001

3756

2002

7512

2003

3088

2004

3082

2005

3219
Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Alpokat
Sebaran wilayah komoditi apokat di Kabupaten Ponorogo di lihat
dari produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sooko, Pulung
dan Ngebel. Rata-rata produksi apokat dalam 6 tahun terakhir
sebesar 17.723,50 Kw per tahun
Adapun produksi komoditi apokat di Kabupaten Ponorogo dalam 6
tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel: 1.16
Produksi Produksi Apokat
di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
TAHUN

Produksi
Kw

2000

12661

2001

12550

2002

24129

2003

18827

2004

18827

2005

19347

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-36

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Blimbing
Sebaran wilayah komoditi blimbing di Kabupaten Ponorogo di lihat
dari produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel,
Jenangan, Kauman dan Sambit. Rata-rata produksi blimbing dalam
6 tahun terakhir sebesar 1.635,17 Kw per tahun. Adapun produksi
blimbing di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel : 1.17
Produksi Produksi Komoditi Blimbing
di Kabupaten Ponorogo, Tahun 2000-2006
TAHUN

Produksi
Kw

2000

2020

2001

2180

2002

1281

2003

1281

2004

1281

2005

1768

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006


- Komoditi Manggis
Sebaran wilayah komoditi manggis di Kabupaten Ponorogo di lihat
dari produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Sooko,
Pulung, Jenangan dan Babadan. Rata-rata produksi manggis dalam
6 tahun terakhir sebesar 4.970,17 Kw per tahun.
Adapun produksi manggis di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun
terakhir dapat dilihat pada tabel berikut :
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-37

Tabel : 1.18
Produksi Komoditi Manggis di Kabupaten Ponorogo, Tahun 20002006
Produksi

% Pertumbuhan

Kw

Produksi

2000

4580

2001

1185

-74.13

2002

9299

684.73

2003

4908

-47.22

2004

4908

0.00

2005

4941

0.67

TAHUN

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006


- Komoditi Nangka
Sebaran wilayah komoditi nangka di Kabupaten Ponorogo di lihat
dari produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Sambit,
Jenangan dan Sawoo. Rata-rata produksi nangka dalam 6 tahun
terakhir sebesar 25.853,17 Kw per tahun. Dapat dilihat 1.25
Tabel : 1.19
Produksi Komoditi Nangka di Kabupaten Ponorogo, Tahun 20002006
TAHUN

Produksi (Kw)

2000

16971

2001

26266

2002

30818

2003

24845

2004

25642

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-38

2005

30577

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Jeruk Kepruk


Sebaran wilayah komoditi jeruk keprok di Kabupaten Ponorogo di
lihat dari produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Jambon,
Sooko dan Pulung. Rata-rata produksi jeruk keprok dalam 6 tahun
terakhir sebesar 196.541,50 Kw per tahun. Adapun produksi jeruk
keprok di Kabupaten Ponorogo dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel: 1.20
Produksi Komoditi Jeruk Keprok di Kabupaten Ponorogo, Tahun
2000-2006
Produksi

% Pertumbuhan

Kw

Produksi

2000

76524

2001

99715

30.31

2002

175352

75.85

2003

174189

-0.66

2004

174189

0.00

2005

479280

175.15

TAHUN

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

- Komoditi Durian
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-39

Sebaran wilayah komoditi durian di Kabupaten Ponorogo di lihat


dari produksi yang terbesar terpusat di kecamatan Ngebel, Sooko,
Jenangan dan

Pulung. Rata-rata produksi durian dalam 6 tahun

terakhir sebesar 50.254 Kw per tahun. Lihat pada tabel berikut :

Tabel: 1.21
Produksi dan Pertumbuhan Komoditi Durian Di Kabupaten
Ponorogo, Tahun 2000-2006
Produksi

% Pertumbuhan

Kw

Produksi

2000

43497

2001

13729

-68.44

2002

67040

388.31

2003

59033

-11.94

2004

59033

0.00

2005

59192

0.27

TAHUN

Sumber : Hasil Rencana, Tahun 2006

2.

Sektor Peternakan
Sektor

peternakan

merupakan

salah

satu

sektor

unggulan

Kabupaten Ponorogo khususnya unggas buras dan kambing, hal ini


terlihat dari tingkat produksi Kabupaten yang berada pada peringkat
10 terbesar di Jawa Timur. Hal ini juga didukung oleh Relatif
stabilnya harga pakan unggas mempengaruhi produksi daging yang
relatif mengalami kenaikan begitu pula produksi telur naik.
3.

Sektor Kehutanan
Sektor

kehutanan

merupakan

salah

satu

sektor

yang

juga

diandalkan oleh Kabupaten Ponorogo hal itu terlihat dari jumlah


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-40

produksi dan ikutannya yang cukup memberikan pemasukan


pendapatan asli daerah seperti pada tabel berikut
Tabel : 3.22
Jumlah Produksi Hutan dan Ikutannya di Kabupaten Ponorogo,
Tahun 2005
Komoditas

Satuan

Nilai ( 000.-

Produksi

Kayu Untuk Pertukangan :


a Kayu Jati

M-3

864

1445472

b Kayu Non Jati

M-3

7940

3739740

a Kayu Jati

Sm

170

6767

b Kayu Non Jati

Sm

2889

23655

Bahan Terpentyn

Ton

1354

3046500

Bahan Gondorukem

Ton

6750

22275000

Minyak Kayu Putih

Kg

38476

1692174

Getah Pinus

Ton

10286

7765930

Kayu

Untuk

Bahan

Kayu

Bakar :

Lain - lain

Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka


Pembangunan sektor kehutanan sebagai salah satu kawasan
pelestarian alam yang dilakukan oleh Kabupaten Ponorogo adalah
pembangunan sektor kehutanan secara terpadu yaitu pengelolaan
ekologi kawasan pelestarian alam dan pengelolaan sosial-ekonomi
pada daerah sekitar hutan dengan model Social Forestry. Kondisi
tersebut

diharpkan

pembangunan

sektor

kehutanan

dapat

memberikan manfaat langsung maupun manfaat secara tidak

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-41

langsung

yang

mempunyai

tujuan

dalam

rangka

menunjang

pembangunan Kabapaten Ponorogo secara keseluruhan.


4.

Sektor Pariwisata
Sarana penginapan yang memadai sangat menunjang sub sektor
kepariwisataan. Di Kabupaten Ponorogo terdapat 12 hotel maupun
losmen yang siap menerima tamu baik wisatawan dalam maupun
luar negeri dengan jumlah kamar sebanyak 314 kamar dengan 525
tempat tidur. Banyaknya tamu yang menginap sejumlah 33.734
orang/tahun.

3.2

GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


Propinsi Kalimantan Selatan secara geografis, terletak di antara 114
19' 13'' - 116 33' 28'' Bujur Timur dan 1 21' 49'' 4 10' 14'' Lintang
Selatan. Secara administratif, Propinsi Kalimantan Selatan terletak di
bagian selatan Pulau Kalimantan dengan batas-batas : Sebelah barat
dengan Propinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat
Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa dan sebelah utara dengan
Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan letak tersebut, luas wilayah
Propinsi Kalimantan Selatan hanya 6,98 persen dari luas Pulau
Kalimantan secara keseluruhan.
Secara administratif wilayah Propinsi Kalimantan Selatan dengan kota
Banjarmasin sebagai ibukotanya, meliputi 11 kabupaten dan 2 kota.
Kabupaten

terbaru

adalah

Kabupaten

Tanah

Bumbu

(pecahan

Kabupaten Kotabaru) dan Kabupaten Balangan (pecahan Kabupaten


Hulu Sungai Utara). Persentase luas tertinggi adalah Kabupaten
Kotabaru (25,11%); Kabupaten Tanah Bumbu (13,50%) dan terendah
adalah Kota Banjarmasin (0,19%) dan Kota Banjarbaru (0,98%).
Bentuk geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa
Aluvium Muda dan formasi Berai.
Kemiringan tanah dengan 4 kelas klasifikasi menunjukkan bahwa
sebesar 43,31 persen wilayah Propinsi Kalimantan Selatan mempunyai

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-42

kemiringan tanah 0-2%. Rincian luas menurut kemiringan adalah


sebagai berikut :

0 - 2% : 1 625 384 Ha (43,31%)

>2-15% : 1 182 346 Ha (31,50%)

>15-40% : 714 127 Ha (19,02%)

>40%

: 231 195 Ha (6,16%)

Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian


yang

dibagi

menjadi

kelas

ketinggian

menunjukkan

wilayah

Kalimantan Selatan sebagian besar berada pada kelas ketinggian >25


-100 m di atas permukaan laut yakni 31,09 persen.
Tanah di wilayah Propinsi Kalimantan Selatan sebagian besar berupa
hutan ( 43 persen).
Wilayah Kalimantan Selatan juga banyak dialiri sungai. Sungai tersebut
antara lain Sungai Barito, Sungai Riam Kanan, Sungai Riam Kiwa,
Sungai Balangan, Sungai Batang Alai, Sungai Amandit, Sungai Tapin,
Sungai Kintap, Sungai Batulicin, Sungai Sampanahan dan sebagainya.
Umumnya

sungai-sungai

tersebut

berpangkal

pada

pegunungan

Meratus dan bermuara di Laut Jawa dan Selat Makasar.


Iklim
Temperatur udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi
rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jaraknya
dari pantai. Temperatur rata-rata di daerah Kalimantan Selatan pada
tahun 2004 berkisar antara 23,30C sampai 32,70C. Sedangkan
kelembaban udara rata-ratanya berkisar antara 47%-s.d 98% tiap
bulan.
Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan
iklim, keadaan geografi dan perputaran/ pertemuan arus udara.
Catatan curah hujan tahun 2004 disajikan pada Tabel 1.2.2. Curah
hujan tertinggi di daerah ini terjadi pada bulan Januari yaitu 626,1 mm
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 0,0
mm. Jumlah hari hujan selama tahun 2004 adalah 181 hari dengan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-43

hari terbanyak hujan terjadi pada bulan Januari yaitu 27 hari. Rata-rata
tekanan udara di daerah ini berkisar antara 1.009,3 mm-1.013,6 mm
selama tahun 2004. Antara curah hujan dan keadaan angin biasanya
ada hubungan erat satu sama lain. Walaupun demikian di beberapa
tempat, hubungan tersebut agaknya tidak selalu ada. Keadaan angin
pada musim hujan biasanya lebih kencang dan angin bertiup dari
barat dan barat laut. Oleh karena itu musim tersebut dikenal juga
dengan musim barat. Pada musim kemarau angin bertiup dari benua
Australia, keadaan angin saat itu bisa juga kencang Keadaan angin di
Kalimantan Selatan pada tahun 2004 yang dipantau dari Stasiun
Meteorologi Syamsuddin Noor menunjukkan kecepatan angin pada
tahun 2004 rata-rata 4 knot. Untuk penyinaran matahari dipantau
pada jam 06.00-18.00 terlihat intensitas yang beragam tiap bulannya.
Penyinaran matahari dengan intensitas tertinggi terjadi pada bulan
Agustus yaitu rata-rata 6,9 jam/hari dan intensitas terendah terjadi
pada

bulan

Desember

yaitu

rata-rata

2,0

jam/hari.

Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan terbentuk berdasarkan


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1956. Saat ini secara administrasi
wilayah Propinsi Kalimantan Selatan terdiri dari 11 Kabupaten dan 2
kota yaitu Kabupaten Tanah Laut, Kotabaru, Banjar, Tapin, Hulu Sungai
Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Tanah
Bumbu, dan Balangan serta Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru.
dengan jumlah kecamatan sebanyak 119 kecamatan dan 1.947
desa/kelurahan pada Tahun 2004, dan terdapat 5 unit pemukiman
transmigrasi. Unit pemukiman transmigrasi terdapat di Kabupaten
Batola, Balangan, Tanah Bumbu, Banjar dan Kotabaru. Secara rinci
jumlah kabupaten/kota, kecamatan dan desa sbb :

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-44

Kabupat

Hari

en/ Kota

Jadi

Dasar
Hukum/Pembent

2/19/196

UU. No.8 Tahun

Laut

1965

Baru
Banjar
Barito
Kuala
Tapin

HSS

HST

HSU
Tanah
Bumbu
Balangan

Tabalong
Kota
Banjarma
sin
Kota

1/6/1950

Juml

Kecam

ah

atan

Desa

Pelaihari

194

Kotabaru

15

135

12

288

16

198

10

131

10

148

Barabai

10

164

Amuntai

13

373

Batulicin

118

Paringin

160

Tanjung

11

131

50

Ibukota

ukan

Tanah

Kota

Jumlah

UU. No.27 Tahun


1959

14-08-

UU. No.27 Tahun

Martapur

1950

1959

UU. No.27 Tahun

Marabah

1959

an

4/1/1960
30-11-

UU. No.8 Tahun

1965

1965

2/12/195

UU. No.27 Tahun

Kendang

1959

an

24-12-

UU. No.27 Tahun

1959

1959

2/5/1952

8/4/2003

8/4/2003

Kep Mendagri No
Pem. 20-01-1947
UU. No.10 Tahun
2002
UU. No.11 Tahun
2002

Rantau

1/12/196

UU. No.8 Tahun

1965

24-09-

UU. No.27 Tahun

Banjarm

1926

1959

asin

24-04-

UU. No.9 Tahun

Banjarba

14-08-

UU. No.5 Tahun

Banjarm

1950

1956

asin

LAPORAN
AKHIR
Banjarba
3
2000
1999
ru Kota
Penyusunan Strategi
Pengelolaan
Sarana dan Prasarana Kawasan
Perdesaan Berbasis
ru
Kemandirian
Daerah

Kalsel

119

III-45
12

1.947

Perwilayahan Pembanguan Menurut Satuan Wilayah


Pembangunan
Wilayah
Pembanguan
Kayu Tangi
1. Kota

Pusat

Pusat

Pengembanga

Pelayanan

n Wilayah

Komunikasi

Pusat
Industri

Pusat
Pelayana
n Wilayah

Banjarmasin
dan sekitarnya

Banjarmasin

Banjarmasin

Banjarma
sin

2. Kota

Banjarbaru

Banjarbaru

Banjarbar
u

3. Kab. Banjar

Martapura

Martapur
a

4. Kab. Barito

Marabahan

Kuala

Marabaha
n

5. Kab. Tanah

Pelaihari

Laut

Pelaihari,
Bati-Bati

Kintapura
Banua Lima
1. Kab. Tapin

Kandangan
dan sekitarnya

Rantau,

Margasari

Margasari
2. Kab. HSS

Kandangan,

Negara

Negara
3. Kab. HST

Barabai

Pantai
Hambawa
ng

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-46

4. Kab. HSU

Amuntai

Paringin,
Alabio

5. Kab.

Tanjung,

Tabalong

Kelua

Tanah Bumbu

Kelua

Batulicin dan
sekitarnya

1. Kab. Kota
Baru

Batulicin,

Batulicin,

Manggalau

Pagatan,
Kintapura

1.1

Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Kotabaru

1.1.1 Fisik Wilayah


Kabupaten Kotabaru merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Kalimantan Selatan yang terdiri dari daratan, banyak pulau-pulau kecil
dan laut yang cukup luas. Secara geografis Kabupaten Kotabaru
terletak antara 2018' 4056 Lintang Selatan dan 115029'117027' Bujur
Timur. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Kotabaru, adalah
sebagai berikut:
1. sebelah Utara

Provinsi Kalimantan Timur;

2. sebelah Selatan

Laut

3. sebelah Timur

Selat Makasar; dan

4. sebelah Barat

Kabupaten

Jawa,

Kabupaten

Tanah Bumbu;

Balangan,

Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Hulu


Sungai Selatan, Kabupaten Banjar dan Kabupaten
Tanah Bumbu.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-47

Sedangkan jarak Ibukota Kabupaten Kotabaru dengan Ibukota


Provinsi adalah sejauh 300 km Jarak Ibukota Kabupaten Kotabaru
dengan kecamatan lain di lihat pada Tabel 2.1 dan Gambar 2.1.
Tabel

Jarak dari Ibukota Kecamatan Tahun 2010

2.1
Kotabaru
10
0
13
7
22
15
0

Sebanti

37 Tjg.Seloka
12 15
4

50 13

Berangas
17
2

40 60 97 62

80

Tj. Lalak Utara


11
0

10 13 10 15
0

12 14 18 14 19
6

Mekarpura

40 Serongga

86 46 Bungkukan

23 25 28 25 30 19 15 10
1

21 23 26 23 28 17 13
1

10 12 15 12 17
2
91

11 14 11 16
1

Pudi

85 22 Tjg.Batu

62 22 66

51 11 35

18 15
0

14 11
0

Pantai

40 Sei Kupang

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-48

23 25 28 25 30 19 15 10 20 17 18 14
1

24 25 29 26 30 20 16 11
0

14 16 20 17 21 10
9

62 69

Bakau

13 12 17
8

69 23 82 60 98 58

2
11
8

Tjg. Semalantakan

54 Gn.Batu Besar

15 36 38 17 37 11 23 27 38 36 25 24 38 39 29
0
47

14 18
7

2
12

4
19
7

0
87

12 14 17 14 19
1

0
81

17 19 23 20 24 13
8

Marabatuan

12 17 27 14 14 13 27 28 19 19
7

13 15 18 15 29 18 14
2

0
13
0

3
94

84

98 52

Sei.Bali

28 25 15 14 28 16 19 38 26
1

Sengayam

25 23 13 11 25 14 17 27 16 16
9

14 12 12
7

87 20 98 65

Hampang

32 22 22 18 Sei.Du
8

6 rian

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru/KDA Kabupaten Kotabaru Tahun


2011

Administrasi
Kabupaten Kotabaru memiliki ibukota kabupaten yang terletak
di kecamatan Pulau Laut Utara. Kabupaten Kotabaru terdiri dari 20
kecamatan dengan 201 desa dan 4 kelurahan. Kelurahan tersebut
meliputi kelurahan Kotabaru Tengah, Kotabaru Hulu, Kotabaru Hilir,
dan

Baharu

Selatan

yang

keseluruhannya

juga

terdapat

di

kecamatan Pulau Laut Utara. Di tahun 2008, Kabupaten Kotabaru


hanya terdiri dari 191 desa dan 4 kelurahan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-49

Jumlah desa terbanyak berada di kecamatan Pulau Laut Utara


dan

Pulau

Laut

Barat

(masing-masing

21

desa),

sedangkan

kecamatan Pulau Sembilan terbagi atas 5 desa yang merupakan


kecamatan dengan jumlah desa terkecil.
Berdasarkan klasifikasinya, 190 desa di kabupaten Kotabaru
tercatat sebagai desa dengan klasifikasi swasembada, 7 desa
sebagai

desa

dengan

klasifikasi

swakarsa

dan

desa

diklasifikasikan sebagai desa swadaya.


Dari 20 Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kotabaru,
Kecamatan Hampang merupakan kecamatan yang paling luas
dengan luas wilayah 17,88% dari luas Kabupaten Kotabaru;
sedangkan kecamatan yang memiliki luas paling kecil adalah
Kecamatan Pulau Sembilan yang luasnya hanya 0,05% dari luas
wilayah Kabupaten Kotabaru.

Tabel 2.12. Luas Daerah dan Jumlah Desa/Kelurahan Tahun 2010


Ibukota
Kecamatan

Kecamatan

1
1

P. Sembilan

2
Marabatuan
Lontar

P. Laut Barat

P. Laut Selatan
P. Laut

Tanjung Lalak

ase (%)

476

Desa/
Kelurah
an
5

0,05

4,23

21

4,01

1,14

6,82

14

39.88

37.80

10.71
2

Berangas
P. Laut Timur

(Ha)

4 Kepulauan

Persent

2
Tanjung Seloka

Luas

64.28
1

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-50

Sungai Bali
6

P. Sebuku

0
Dirgahayu

P. Laut Utara

P. Laut Tengah
Kelumpang

9 Selatan

10

Kelumpang Hilir
Kelumpang

11 Hulu
Kelumpang
12 Barat

13

Hampang

14

Sungai Durian
Kelumpang

15 Tengah
Kelumpang
16 Utara
Pamukan
17 Selatan

Samalantakan
Sampanahan

18

Sampanahan

19

Pamukan Utara

5,87

10

6,25

17,88

11,06

13

3,71

2,97

4,16

11

5,19

10

6,78

13

39.18
7
48.88
9

Bakau

27.94
5

Tg.

2,98

34.92
9

Pudi

104.2
38

Tanjung Batu

2,97

168.4
64

Sungai Durian

58.91
5

Hampang

3,58

55.34
4

Bungkukan

21

28.12
0

Cantung

1,69

27.96
6

Serongga

33.76
4

Pantai

2,39

15.93
0

Mekarpura
8

22.55

63.86
3

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-51

2
0

Sengayam
Pamukan Barat

58.98
4

6,26

100,00

201

942.2
Kotabaru

46

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011(Kabupaten Kotabaru


Dalam Angka Tahun 2011)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-52

Gambar 2.5. Peta Administrasi Kabupaten Kotabaru

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-53

Sumber : Bappeda Kabupaten Kotabaru

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-54

Grafik 2.1 Persentase Luas Wilayah Setiap Kecamatan


di Kabupaten Kotabaru
P. Sembilan

P. Laut Timur

P. Laut Barat

P. Laut Selatan

P. Laut Kepulauan

6.82
P. Sebuku 6.260.054.23
P. Laut
4.01Utara
6.78
2.39
5.19
1.14
4.16
1.69

2.97
Kelumpang Selatan
3.71

Kelumpang Hilir

Kelumpang Hulu

11.06

P. Laut Tengah

3.58
Kelumpang Barat
2.97
2.98

6.25 5.87
Hampang

Sungai Durian17.88 Kelumpang Tengah

Kelumpang Utara

Pamukan Selatan

Sampanahan

Pamukan Barat

Pamukan Utara

Visi & Misi Kabupaten Kotabaru


Visi :
Berdasarkan kondisi saat ini dan isu-isu strategis pada 5 tahun
mendatang, serta penggalian aspirasi dan persepsi masyarakat yang
telah dilakukan, maka Visi Pemerintah Kabupaten Kotabaru pada Tahun
2011-2015 adalah :
madani,

yaitu

Terwujudnya masyarakat Kotabaru yang

masyarakat

yang

mandiri

penuh

kreativitas,

kesejahteraan, tertib, aman dan damai


Penetapan visi tersebut disamping dilandasi oleh ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004, juga mempertimbangkan berbagai aspirasi politik yang
berkembang di kalangan stakeholders yang ada di Kabupaten Kotabaru.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-55

Visi tersebut menjadi arah pembangunan 5 (lima) ke depan menuju


kondisi ideal yang diinginkan.
Makna dari visi Pemerintah Kabupaten Kotabaru dapat di jelaskan
sebagai berikut:

Masyarakat yang madani mengandung makna masyarakat yang


sopan santun, disiplin dan beradab serta berbudaya tinggi (civilized),
dimana

masyarakat

tersebut

dalam

menghadapi

berbagai

permasalahan baik yang rumit maupun yang mudah selalu dihadapi


dengan sopan santun dan beradab serta dalam mencari jalan keluar
melalui musyawarah.

Masyarakat yang mandiri dan sejahtera mengandung makna: (1)


Mandiri: mampu untuk mewujudkan kehidupan sejajar dengan
daerah lain yang telah maju dengan bertumpu pada kemampuan dan
kekuatan sendiri, oleh karena itu untuk membangun kemandirian
mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi. Kemandirian suatu daerah
dapat tercermin melalui kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat

bahkan

dapat

mengekspor

produk-produknya

dan

ketergantungan terhadap daerah lain maupun pemerintah pusat yang


semakin berkurang khususnya dalam hal pembiayaan pembangunan;
(2) sejahtera: menunjukkan kondisi kemakmuran suatu masyarakat,
yaitu masyarakat yang terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil)
maupun

sosial

(spirituil);

dengan

kata

lain

kebutuhan

dasar

masyarakat telah terpenuhi secara lahir bathin secara adil dan


merata. Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai ukuran
tercapainya
perekonomian
tercapainya

kondisi
yang

sejahtera
kokoh

pertumbuhan

berkesinambungan;

adalah

terbangunnya

berlandaskan
ekonomi

tingginya

tingkat

keunggulan

yang

struktur
kompetitif;

berkualitas

pendapatan

dan

perkapita

penduduk; turunnya tingkat pengangguran terbuka; tersedianya


infrastruktur yang memadai; turunnya jumlah penduduk miskin;
tingginya kualitas sumber daya manusia; terpenuhinya hak sosial
masyarakat atas akses pada pelayanan dasar; tingginya tingkat

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-56

Indeks

Pembangunan

Manusia;

tertatanya

perlindungan

dan

kesejateraan sosial, keluarga kecil berkualitas, pemuda dan olah raga;


tingginya kualitas kehidupan beragama; tingginya peranan perempuan
dalam pembangunan.
Visi diatas menempatkan masyarakat Kabupaten Kotabaru sebagai subyek
dan sekaligus obyek pembangunan, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
Kotabaru berperan sebagai fasilitator dan dinamisator pembangunan.
Misi :
Dalam rangka mewujudkan visi maka perlu disusun misi yang
merupakan

rumusan

umum

mengenai

upaya-upaya

yang

akan

dilaksanakan untuk mewujudkan bayangan kondisi tentang masa depan.


Sesuai dengan visi di atas maka dirumuskan misi dalam pemerintahan
Kabupaten Kotabaru untuk periode 2011 2015, sebagai berikut :
1. Menata pemerintahan dan profesionalisme personal dalam
sistem Pelayanan Publik guna Efektifitas Kerja Pemerintah
Misi ini bertujuan untuk mewujudkan lembaga Pemerintah Kabupaten
Kotabaru

yang

Kabupaten

efektif

Kotabaru

dan

efesien

dan

aparatur

yang

bersih,

berwibawa

Pemerintah

dan

memiliki

kompetensi dan profesionalisme.


2. Mendorong iklim demokrasi yang berwawasan dan integritas
kebangsaan dalam lingkup iklim reformasi pembangunan dan
globalisasi.
Misi ini bertujuan untuk menciptakan hubungan yang harmonis,
serasi, selaras, seimbang antara eksekutif, legislatif, masyarakat dan
sektor swasta serta membina hubungan dengan Pemerintah Pusat,
Propinsi, Daerah lain dan Internasional.
3. Memberdayakan setiap potensi dan peluang yang ada baik
fisik maupun non fisik untuk kesejahteraan rakyat.
Misi

ini

bertujuan

untuk

mewujudkan

peran

serta

komponen

masyarakat Kabupaten Kotabaru dalam proses pembuatan keputusan

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-57

dan

memecahkan

masalah

dalam

kerangka

penyelenggaraan

pemerintahan, pembangunan dan layanan masyarakat.


4. Memfasilitasi setiap masyarakat dan tuntutan perubahan
dalam pembangunan dengan memperhatikan skala prioritas.
Misi ini bertujuan untuk : (1) Meningkatkan kemampuan keuangan
daerah dengan menciptakan iklim investasi baik lokal, regional
maupun internasional dan mendorong laju pertumbuhan ekonomi
guna optimalisasi pelayanan publik dan proses pembangunan dalam
skala-skala, dan (2) Meningkatkan pembangunan terutama sarana
umum dengan memperhatikan aspek lingkungan dan kontinyuitas
serta nilai kedaerahan yang bermartabat.

Sejalan dengan prinsip-prinsip good governance, nilai-nilai yang


dijadikan acuan dalam pelaksanaan visi misi pembangunan Kabupaten
Kotabaru secara berkelanjutan, mencakup beberapa prinsip sebagai
berikut:
(1)

Efektivitas dan efisiensi, dimana proses produksi dilaksanakan sesuai


dengan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan dan dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.

(2)

Fasilitasi

kepentingan

publik

untuk

berpartisipasi

dalam

pembangunan, dimana setiap warga masyarakat dan pemangku


kepentingan pembangunan mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik langsung maupun melalui intermediasi institusi yang
mewakili kepentingannya.
(3)

Transparansi, dimana ada kebebasan (yang bertanggungjawab)


dalam menerima dan mengirim informasi secara langsung, terutama
informasi yang menjadi kepentingan publik.

(4)

Akuntabilitas, dimana para pembuat keputusan, baik di lemabaga


pemerintahan maupun di masyarakat, bertanggungjawab kepada
publik dan lembaganya secara legitimate.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-58

(5)

Supremasi hukum, dimana hukum diterapkan secara adil dan


dilaksanakan tanpa perbedaan, berkenaan dengan pemenuhan hakhak dasar dan hak asasi manusia.

(6)

Sikap

yang

responsif,

bertanggungjawab

dimana

terhadap

semua

proses

warga

masyarakat

pembangunan,

mulai

dari

perencanaan hingga ke evaluasi.


(7)

Visi strategis, dimana para pemimpin dan warga masyarakat


mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan dalam
pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada sesuai
dengan kebutuhan pembangunan daerah.

(8)

Pemberdayaan masyarakat, pembangunan fokus pada kegiatan untuk


menghasilkan pemberdayaan masyarakat.

(9)

Penyediaan cadangan dalam bentuk tabungan masyarakat, dimana


semua warga masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dalam
memanfaatkan

cadangan

yang

tersimpan

untuk

meningkatkan

kesejahteraannya.
Melalui penerapan nilai-nilai diatas, pengembangan potensi dan
kapasitas ekonomi Kabupaten Kotabaru dalam pelaksanaan visi dan misi
diatas akan menjadi langkah yang strategis. Hal ini yang hanya mungkin
dicapai bila nilai-nilai diatas terserap sebagai pola budaya lokal (local
culture), sedemikian rupa sehingga dapat menjadi kekuatan moral bagi
masyarakat

dan

seluruh

pemangku

kepentingan

pembangunan

di

Kabupaten Kotabaru. Kekuatan ini selanjutnya menjadi modal dasar bagi


pemerintah

daerah

dalam

menghadapi

dinamika

perkembangan

masyarakat secara arif dan berkelanjutan.

1.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk kabupaten Kotabaru berdasarkan Sensus Penduduk
2010 adalah 290.142 jiwa dengan jumlah rumahtangga sebanyak 77.167
rumahtangga yang tersebar di 205 desa/kelurahan dengan rata-rata
banyaknya anggota rumah tangga 4 orang. Seperti tahun lalu, jumlah
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-59

penduduk terbesar masih berada di kecamatan Pulau Laut Utara dengan


79.639 jiwa disusul kecamatan Kelumpang Hilir dengan jumlah penduduk
20.089 jiwa. Jumlah penduduk terkecil berada di kecamatan Kelumpang
Utara yang hanya tercatat sebesar 5.299 jiwa.

a) Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk


Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru Tahun 2010 tercatar sebanyak
290.142 jiwa, terdiri dari 151.586 jiwa penduduk laki-laki dan 138.556
jiwa

penduduk

perempuan.

Pertumbuhan

penduduk

dari

tahun

ketahun berdasarkan data dari BPS tahun 2005-2010 sebesar rata-rata


2,21 % per tahun. Selengkapnya perkembangan penduduk menurut
kecamatan di Kabupaten Kotabaru dari tahun 2005 sampai tahun 2010
dapat dilihat pada tabel 2.13.

Sementara proyeksi pertumbuhan

penduduk selama 5 tahun kedepan berdasarkan angka pertumbuhan


penduduk dapat dilihat pada tabel 2.14.

Tabel. 2.13. Jumlah Penduduk Per kecamatan Kabupaten Kotabaru

N
o

Kecamatan

Jumlah Penduduk
2005

P. Sembilan

P. Laut Barat

18.362

P. Laut Selatan

17.715

P. Laut
Kepulauan

P. Laut Timur

P. Sebuku

5.545

2006
5.626

2007

2008

2009

2010

5.911

6.011

5.794

5.649

19.12

18.74

18.66

8.137

8.391

8.792

10.51

10.57

10.80

14.09

13.38

12.79

6.785

6.960

7.212

18.275 18.807
7.898

8.003

-*)

9.861 10.338

12.874

12.879 13.865

6.219

6.267

6.673

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-60

P. Laut Utara

P. Laut Tengah

9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4

Kelumpang
Selatan

1
8
1
9
2
0

79.63

8.621

8.766

9.006

9.385

8.536

8.475

9.739

9.903

9.492

9.187

15.85

17.73

20.08

13.00

13.62

14.41

Kelumpang Hulu

12.000

12.009 12.788

Kelumpang Barat

4.741

4.734

4.734

4.814

9.600

Hampang

8.278

8.376

7.891

9.237

9.123

Sungai Durian

8.892

9.457 12.347

8.024

Tengah

77.50

9.314

15.890 15.596

76.69

9.247

15.905

Kelumpang

74.217 75.430

Kelumpang Hilir

73.884

11.468

12.639

9.084

Kelumpang Utara

5.877

5.431

6.182

Pamukan Selatan

11.162

Sampanahan

8.758

12.992 13.841

8.505

9.603

8
10.40
0

12.44

12.49

5.034

5.343

6.286

5.767

5.299

14.07

13.41

12.88

9.765

9.740

9.884

17.48

17.64

18.07

12.55
4

Pamukan Utara

20.630

Pamukan Barat

-*)

5.038

5.347

5.436

7.144

8.980

260.0

263.8

272.0

276.5

281.1

290.1

Jumlah

15.959 17.200

10.15

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-61

93

42

00

74

20

42

Sumber : Kecamatan Dalam Angka dan Kabupaten Kotabaru Dalam Angka


Tahun 2005-2011
-*) sebelum pemekaran kecamatan
Grafik 2.2. Perkembangan Penduduk di Kabupaten Kotabaru
295000
290000
285000
280000
275000

Perkembangan Penduduk di Kabupaten Kotabaru

270000
265000
260000
255000
250000
245000

tahun 2005 tahun 2006 tahun 2007 tahun 2008 tahun 2009 tahun 2010

Tabel 2.14. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten


Kotabaru
Tahun 2011 2016

N
O
1

KECAMATAN
P. Sembilan

JUMLAH PENDUDUK tahun (Jiwa)


2011

P. Laut

2013

2014

2015

2016

5,666

5,684

5,701

5,718

5,736

5,753

18,719

18,77

18,821

18,872

18,923

18,974

P. Laut Barat
3

2012

0
8,971

9,150

9,328

9,507

9,686

9,865

10,989

11,17

11,365

11,553

11,741

11,929

Selatan
4

P. Laut
Kepulauan

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-62

12,783
P. Laut Timur

P. Sebuku

12,77

12,757

12,744

12,731

12,718

0
7,378

7,543

7,709

7,874

8,040

8,205

80,598

81,55

82,517

83,476

84,435

85,394

P. Laut Utara

P. Laut Tengah

9,408

9,431

9,454

9,477

9,500

9,523

Kelumpang

9,296

9,404

9,513

9,621

9,730

9,838

20,786

21,48

22,181

22,878

23,576

24,273

15,621

16,023

16,426

16,828

12,867

13,769

14,672

15,575

11,461

11,815

12,168

12,522

14,297

14,897

15,498

16,098

Selatan
10

Kelumpang
Hilir

11

Kelumpang

4
14,816

Hulu
12

Kelumpang

9
11,061

Barat
13
Hampang
13,096

Kelumpang

11,10
7

Sungai Durian
15

11,96
4

10,754

14

15,21

13,69
6

5,622

5,901

6,180

6,459

6,738

7,017

5,203

5,106

5,010

4,914

4,817

4,721

13,168

13,45

13,741

14,027

14,314

14,600

10,447

10,635

10,822

11,010

19,337

19,759

20,181

20,603

Tengah
16

Kelumpang
Utara

17

Pamukan
Selatan

18

4
10,072

Sampanahan
19

Pamukan
Utara

10,25
9

18,492

18,91
4

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-63

20

Pamukan

9,768

Barat

10,55

11,345

12,134

12,922

13,710

jumlah

296,6

303,1

309,6

316,1

322,6

329,1

44

47

49

52

54

56

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011, Data Pokok Kabupaten


Kotabaru dan Hasil Analisis (Kabupaten Kotabaru Dalam Angka
Tahun 2011)

Grafik 2.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kotabaru


330,000
325,000
320,000
315,000
310,000
305,000
300,000
295,000
290,000
285,000
280,000

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Kotabaru

tahun 2011 tahun 2012 tahun 2013 tahun 2014 tahun 2015 tahun 2016

2.3.2. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan


Luas wilayah Kabupaten Kotabaru 942.246 ha kepadatan penduduk
tahun

2010 sebesar

0,31 jiwa/ha., besarnya

jumlah penduduk di

kecamatan Pulau Laut Utara sebagai Ibukota Kabupaten Kotabaru


menyebabkan kepadatan penduduk kecamatan tersebut menjadi tinggi
yaitu 5 penduduk per ha. Disisi lain, kepadatan penduduk kecamatan
Hampang sebagai kecamatan dengan wilayah terluas hanya sebesar 0,06
penduduk per ha.
.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-64

Tabel 2.15. Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut


Kecamatan
Tahun 2010

No

Kecamatan

1 P. Sembilan

Luas (Ha)

Jumlah

Kepadatan

Pendudu

Penduduk

k (jiwa)

(jiwa/ha)

476

5.649

11.87

2 P. Laut Barat

39.882

18.668

0.47

3 P. Laut Selatan

37.807

8.792

0.23

4 P. Laut Kepulauan

10.712

10.801

1.01

5 P. Laut Timur

64.281

12.796

0.20

6 P. Sebuku

22.550

7.212

0.00

7 P. Laut Utara

15.930

79.639

5.00

8 P. Laut Tengah

33.764

9.385

0.28

9 Kelumpang Selatan

27.966

9.187

0.33

10 Kelumpang Hilir

28.120

20.089

0.71

11 Kelumpang Hulu

55.344

14.414

0.26

12 H a m p a n g

58.915

10.158

0.06

13 Sungai Durian

168.464

10.400

0.10

14 Kelumpang Tengah

104.238

12.495

0.36

15 Kelumpang Barat

34.929

5.343

0.09

16 Kelumpang Utara

27.945

5.299

0.19

17 Pamukan Selatan

39.187

12.881

0.33

18 Sampanahan

48.889

9.884

0.20

19 Pamukan Utara

63.863

18.070

0.28

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-65

No

Kecamatan

20 Pamukan Barat

Luas (Ha)

Jumlah

Kepadatan

Pendudu

Penduduk

k (jiwa)

(jiwa/ha)

58.984

8.980

0.15

2010

942.246

290.142

0.31

2009

942.246

281.120

0.30

Jumla

2008

942.246

276.574

0.29

2007

942.246

272.000

0.29

2006

942.246

263.842

0.28

2005

942.246

260.093

0.28

Sumber : Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun 2011

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-66

Gambar 2.6. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Kotabaru Tahun 2010

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-67

Sumber : Bappeda Kabupaten Kotabaru

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-68

Grafik 2.4. Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)


12.00
10.00
8.00
6.00
Kepadatan Penduduk (jiwa/ha)
4.00
2.00
0.00

2.3.3. Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur


Umur
Jumlah penduduk Kabupaten Kotabaru berdasarkan struktur usia
terdiri atas penduduk kelompok usia muda (0-14) yaitu sebanyak 81.735
jiwa, kelompok usia dewasa / produktif (15-59) yaitu sebanyak 187.355
jiwa serta kelompok usia tua (>60) yaitu sebanyak 12.050 jiwa. Jika
melihat

tabel

komposisi

jumlah

penduduk

Kabupaten

Kotabaru

berdasarkan Struktur Umur, maka dapat disimpulkan bahwa penduduk


Kabupaten Kotabaru di dominasi oleh penduduk usia muda dengan jumlah
penduduk terbesar berasal dari golongan usia balita 31.667 anak.

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-69

Rasio jenis kelamin penduduk Kotabaru sudah diatas 100. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki di kabupaten Kotabaru
lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin
penduduk kabupaten Kotabaru adalah 109,4 seperti ditunjukkan pada
tabel 2.16.

Tabel

Banyaknya Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio

2.16.

Tahun 2010

Jenis Kelamin
Kecamatan

Laki-Laki

Perempua
n

Rasio Jenis
Jumlah

Kelamin

1 P. Sembilan

2.857

2.792

5.649

102.33

2 P. Laut Barat

9.493

9.175

18.668

103.47

3 P. Laut Selatan

4.499

4.293

8.792

104.80

4 P. Laut Kepulauan

5.355

5.446

10.801

98.33

5 P. Laut Timur

6.795

6.001

12.796

113.23

6 P. Sebuku

3.743

3.469

7.212

107.90

40.954

38.685

79.639

105.87

7 P. Laut Utara

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-70

8 P. Laut Tengah

4.923

4.462

9.385

110.33

4.821

4.366

9.187

110.42

10 Kelumpang Hilir

10.620

9.469

20.089

112.16

11 Kelumpang Hulu

7.592

6.822

14.414

111.29

12 H a m p a n g

5.452

4.706

10.158

115.85

13 Sungai Durian

5.610

4.790

10.400

117.12

6.446

6.049

12.495

106.56

15 Kelumpang Barat

2.820

2.523

5.343

111.77

16 Kelumpang Utara

2.726

2.573

5.299

105.95

17 Pamukan Selatan

6.807

6.074

12.881

112.07

18 Sampanahan

5.241

4.643

9.884

112.88

19 Pamukan Utara

9.839

8.231

18.070

119.54

20 Pamukan Barat

4.993

3.987

8.980

125.23

14

Kelumpang
Selatan

Kelumpang
Tengah

Kotabaru
2010

151.586

138.55

290.14

109,40

2009

139.023

97,84

2008

143.639

142.09

281.12

108,05

2007

135.766

132.93

276.57

136.23

272.00

128.79

263.84

2006

135.048

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

99,66
104,86

III-71

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011 (Kabupaten Kotabaru


Dalam Angka Tahun 2011)

Tabel

2.17.

menunjukkan

bahwa

penduduk

kabupaten

Kotabaru

didominasi oleh penduduk usia muda. Jumlah penduduk terbesar berasal


dari golongan usia balita sebesar 32.931 anak.

Tabel

Penduduk Kabupaten Kotabaru Menurut Kelompok Umur dan

2.17.

Jenis Kelamin Tahun 2010

Jenis Kelamin
Kelompok Umur

Laki-laki
2

Perempua

Jumlah

n
3

0-4

16.609

15.474

32.083

5-9

17.188

15.743

32.931

10-14

14.180

13.201

27.381

15-19

12.391

11.581

23.972

20-24

12.351

12.253

24.604

25-29

14.586

14.827

29.413

30-34

14.494

13.424

27.918

35-39

13.653

11.734

25.387

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-72

40-44

10.928

9.039

19.967

45-49

7.983

6.657

14.640

50-54

5.817

4.918

10.735

55-59

3.990

3.161

7.151

60-64

2.954

2.500

5.454

65-69

1.743

1.598

3.341

70-74

1.140

1.214

2.354

990

1.203

2.193

150.997

138.527

289.524

75+
Kotabaru

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru, SP2010 Data Penduduk Tetap


(Kabupaten Kotabaru Dalam Angka Tahun 2011)

Grafik

Penduduk Kabupaten Kotabaru Menurut Kelompok Umur dan

2.5.

Jenis Kelamin Tahun 2010

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-73

75 +
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
Perempuan
Laki-laki

35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
0

5,000

10,000

15,000

20,000

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-74

2.3.4. Struktur Penduduk Pencari Kerja Berdasarkan Tingkat


Pendidikan
Jumlah pencari kerja tertinggi adalah laki laki/ SLTA sebanyak 4.420
orang

dan

yang

terendah

sebanyak

305

tingkat

pendidikan

SD.

Sedangkan Jumlah pencari kerja perempuan menurut tingkat pendidikan,


yang tertinggi yaitu sebanyak 1.522 orang

tingkat pendidikan Sarjana,

dan yang terendah adalah tingkat pendidikan SD sebanyak 63 orang.

Tabel

Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun

2.18.

1998 - 2010
SD

Tahu

SMP

SMU

D III

Sarjana

Jumlah

10

11

12

13

31
1998

24
88

19
1999

2000

55

63

13
2001

2003

40

73

32

12

922

411

11

10

3.10

1.09

13
24

38
2002

1.50

284

26

21

80

40

45

15

81

32

14
52

40

97

15

16

11

506

88

905

639

3.46

1.32

1.76
573

21

21

1.37

45

3
1.54

1.42

36

36

833

53

60

10
417

512

23

161

17

136

96

723

2.25
99

675

11

1.37

1.02

22

1.03

2004

96

14

390

314

27

49

40

78

567

2005

39

27

17

16

1.14

268

303

1.38

31

31

2.32

2.40

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-75

45
2006

2007

30

42

21

46

19

29

99

672

469

1.96

1.24

65

150

32

17

887

276

191

577

358

2023

571

624

62

622

39

37

3.39

2.07

23

26

1.86

51

45

50

57

291

1.73
30

89

134

369

43
14

1.60

51

41
2010

27

57
2009

32

28
2008

708

850
1.45

3694

2
187

4027

Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten


Kotabaru dan BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011 (Kabupaten Kotabaru
Dalam Angka Tahun 2011)

2.3.5

Sosial Masyarakat

a) Jumlah Penduduk berdasarkan mata Pencaharian


Jumlah Penduduk berdasarkan mata pencaharian secara terperinci
belum didata untuk Kabupaten Kotabaru, yang ada adalah jumlah
penduduk berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja menurut Kecamatan
dan Lapangan Usaha Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 2.36 berikut :

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-76

Tabel 2.47. Jumlah Penduduk berumur 15 Tahun ke atas yang bekerja menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha
Tahun 2010
N Kecamat
o

an

Jumlah penduduk Berdasarkan mata Pencaharian


A

P.
Sembila

147

10

25

n
2
P. Laut
Barat
3

P. Laut
Selatan

1,7
20

54

488

803

11

188

653

123

1,8

14

2,2

P. L.
Kepulau
an

P. Laut

JUML
AH

10

12

13

1
1

1,2
30

3
0
1

1,5

62

76

98
6
92

8
5

1
4
1

13
9

10

10

80

15
5

46

29

37

47

21

18

15

11
4
15
1
11

215

703

340

41

46

21

360

441

24
4
91

LAPORAN ANTARA
III-77
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

18

20

21

13

22

88

38

40

20

23

12

20

26

21

26

74

39

11

20

1,91
0

6,53
9
3,18
5
3,14
7
6,80

Timur
6

P.
Sebuku

7
P. Laut
Utara
8

57

32

33

15

743

1,2

57

98

P. Laut

2,0

Tengah

15

Kelp.
Selatan

Kelp.

Hilir

Kelump

ang
Hulu

Kelp.

Barat

Hamp

ang

531

887

2,1
08

972
3,2
66

30

0
7

4
1,1
37

31

26

2,5

41

37

17

2,4

16

48

2,6
74

67

45

44

333

97

20

1,0

79

21

1,0
16

4,1
19

8
66

1,1

93

11

8
6
1
8
6

66

230

2,2

7,2

91

03

80

294

49

36

95

1,0

69

00

16

32

14

54

49

27

221

15

101

73
1

11
1
41
8

84

357

792

650

2
1
3
4
3

56

2,4
58

15

11
7

18

17

1
6
0

97

1,6
34

8
2

17
8

2
27

3,00
4

6,3

48

30,5

39

40

29

19

10

28

74

17

8,12

21

20

2
5

64

77

21

65

LAPORAN ANTARA
III-78
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

11

1
5

1
1
1
7

26

70

90

53

10

29

20

3,92
1
4,72
6

7,14
4
2,86
1
5,31
2

Sungai

1,5

13

2,4

Durian

15

01

Kelp.

Tengah

Kelp.

1,1

Utara

00

Pam.

1,0

Selatan

Sampan

ahan

Pamuka

1,0

n Utara

80

Pamuka

1,7

n Barat

73

Jumlah

24

1,1
79

16
513

46
6

26

22

68

18

16
51

35

15

86

19

10

1,2

22

50

515

25
4

2,6

98

01

1,5

61

19

6,9
39
2,3
30
31
53
8

65

131
51

1
1

4
4

319

93

26

46

161

49

451

29

89

370

96

26

17

550

82

65

31

61

54

68

31

44

80

88

21

11

356

19

88

34

25

17
9

3
2
8

44
41

285

2
4

14

39

10
5

49
53

12

17

10

18

17

16

14

19

77

48
08

2
1
9
2
6

88

17

83

78

46

26

98

42

8
4,56
9
2,53
5
5,82
6
3,90
7
9,79
2
4,91

78

28

95

13

124,

98

04

278

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Dan Data Dinas Tenaga kerja Kabupaten KotabaruTahun 2011

LAPORAN ANTARA
III-79
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

46

5,51

Keterangan :
A :

Pertanian tanaman

F : Pertanian lainnya

pada dan palawija

K : Perdagangan

Pertambangan dan

B : Holtikultura

G :

C : Perkebunan

H : Industri Pengolahan

M :

D : Perikanan

: Listrik dan Gas

N :

E : Peternakan

: Kontruksi

O :

Penggalian

P : Jasa Pendidikan

Hotel dan Rumah

Q : Jasa Kesehatan

Makan
Transportasi dan

R : Jasa Kemasyarakatan,

pergudangan
Informasi dan

Pemerintahan dan

Komunikasi

Perorangan

Keuangan dan

S : Lainnya

Asuransi

b) Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 2.48. Jumlah Penduduk 5 Tahun keatas berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Kotabaru Tahun
2010
No

Kecamatan

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Belu

Tidak/

Tamat

Tamat

Tamat

SM

Diplo

LAPORAN ANTARA
III-80
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

Diplo

Tama

Tama

Jumla

1
1

2
P. Sembilan

2
P. Laut Barat

Belum

SD/MI

sekol

tamat

seder

ah

SD

ajat

SLTP/

SLTA/

MTs

MA

seder

seder

ajat

ajat

ma

I/II

t
ma III DIV/S
1
9

10

t
S2/S3

11

12

754

1,588

1,948

378

146

30

26

2,820

4,416

5,680

1,726

1,205

60

141

44

124

4,875
16,22
3

P. Laut Selatan

1,197

2,330

2,567

856

477

21

113

10

70

7,641

P. Laut Kepulauan

1,029

2,916

3,749

967

352

112

15

46

9,195

1,149

3,368

4,420

1,539

674

75

124

27

104

531

1,785

2,225

1,199

586

60

42

14

42

4,394

15,017

19,384

12,534

14,020

961

854

821

2,669

208

916

2,510

3,535

828

430

25

56

16

36

8,355

760

2,050

3,117

1,341

719

39

75

35

92

8,237

5
P. Laut Timur
6

P. Sebuku

7
P. Laut Utara
8

P. Laut Tengah

Kelumpang
Selatan

LAPORAN ANTARA
III-81
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

11,48
4
6,484
70,86
2

10
Kelumpang. Hilir
11
Kelumpang Hulu

1,272

3,512

5,628

3,363

3,009

351

164

150

392

18

1,451

3,105

4,843

1,884

1,166

60

120

57

143

17,85
9
12,83
6

12

Kelumpang Barat

1,844

3,045

3,001

749

215

27

33

13

25

8,954

13

Hampang

1,449

2,644

2,947

1,233

724

52

58

41

102

9,252

796

2,849

4,231

1,909

1,086

112

75

32

82

670

1,633

1,530

564

302

23

44

11

28

4,805

425

1,532

2,067

429

207

11

38

22

30

4,764

1,783

3,033

4,471

1,191

610

51

125

23

79

1,216

2,698

3,061

1,031

632

21

77

40

72

1,444

4,416

6,343

2,359

1,168

192

166

50

137

1,079

1,685

2,962

1,302

748

27

50

30

65

14
Sungai Durian
15

Kelumpang
Tengah

16

Kelumpang Utara

17
Pamukan Selatan
18

Sampanahan

19
Pamukan Utara
20

Pamukan Barat

LAPORAN ANTARA
III-82
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

11,17
3

11,36
8
8,849
16,27
7
7,948

Jumlah

26,97
9

66,132

87,709

37,382

28,476

2,17
9

2,497

1,451

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011 (Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010)

LAPORAN ANTARA
III-83
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

4,364

272

257,4
41

c) Jumlah Penduduk berdasarkan Tingkat Kemiskinan


d)
e)

Tabel

f) Banyaknya Kepala Keluarga Menurut Tingkat

2.49.

Sejahtera Tiap Kecamatan Tahun 2010

g)

i) Pr

j) Se

ja

Sej

ht

aht

er

era

al

h) K e c a m a
tan

m)

k) Se
ja

l) Sej

Sejah

ah

ter

ter

ml

III

ah

III

PL

ht
er
a
II

n) Ju

US

o)

v)
p) 1

q) 2

w) x)

y)

ae) af) P.
1

Sembilan

am)an)
2

ag)

P.

Laut Barat
av)

P.

au)

Laut

Selatan
bd)

P.

bc)

Laut

Kepulauan

bk) bl) P. Laut


5

r) 3
z)

aa)

ah)

51
ao)

.528
aw)

1
19

bm)

Timur

bs) bt) P. Sebuku bu)

ap)

ai)

ax)

t) 6
ab)

aj)

65
aq)

.014

ak)

ar)

08

ad)
1

6
as)

94

al)

4
0

at)

az)

ba)

86

528
7
86

bg)

bh)

.252
bo)

bp)

bi)

bx)

.183

.101

1
87

53

.454
bw)

.684
bb)

ay)

.560

bj)

bf)

bv)

ac)

.251

bn)

u) 8

6
15

17
4

3
48

be)

s) 5

br)
bq)

by)

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

.644
bz)

III-84

ca) cb)
7

P.

Laut Utara

ci) cj) P. Laut


8

cc)

.807
ck)

Tengah
cr)

cq)

Kelumpan

g Selatan

cy) cz)
1

Kelumpan

Kelumpan

cs)

Kelumpan

da)

dx)

Ha

di)

ef) Sungai

6
72

dq)

3
21

dy)

8
35

mpang
ee)

4
41

g Barat
dw)

2
51

g Hulu
do) dp)

4
3

g Hilir
dg) dh)

eg)

7
89

Durian
em)en)
1

Kelumpan eo)

g Tengah
eu) ev)
1

Kelumpan
g Utara

ew)

1
27

352
cd)
5.053
cl)

.004
ce)

.388
cm)

1.318
ct)
339

db)
2.795

dj)
1.492

dr)
656

dz)
1.388

eh)
1.325

ep)
1.321

ex)
387

88
cf)

cn)

cv)

.505

dk)

dl)

dt)

co)

cw)

6
6

de)

7
85

cx)

27

df)

dn)

dv)
0

eb)

ec)

ej)

ek)

er)

es)

ez)

8
3

.590

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

.551

el)

et)

.028

4
1

.172

fa)

.024

99

.445

du)

.738

dm)

.695

ed)

.614

ey)

48

eq)

2.719

3
23

ei)

ch)

cp)

16

67

ea)

86

77

.201

ds)

38

dd)

.215

5
52

.744

dc)

cg)

.885

75

cu)

fb)

.468
III-85

fc)
1

fd) Pamukan

fe)

15

Selatan
fk) fl)
1

Sampanah

fm)

ft) Pamukan

fu)

gb)

Pam

1
57

Utara
ga)

2
14

an
fs)

gc)

ukan Barat

gx)

fv)
282

gd)
943

fh)

.050

fo)

.653

ge)

gs)

2009 gy)

gt)

2008

gu)

2007 gz) 9
.199
2006
ha) 9

.962

.408
9

.571

fi)

30

fp)

78

fw)

8
94

fx)

1.085

fq)

fy)

4
39

hd)
03
he)

hf)

hg)

hh)

hq)

2.55

hr)

1.45

1.49

hm) 2

gg)

.119

hs)

hv)

ia)
1

.670

ib)

9.86
3

hw) 1
.692
hx)

ic)

id)

.703

2.70

.870
hz)

6.41

.297
hy)

ie)

8.03

0.46

9.90

20.1
18

hp)

1.08

19.2
64

hl)

gh)

hu)

21.1
33

ho)

1.95

hk)

fz)

go)

2.45

23.6

.452

gp)

hi)
hj)

.435

6
9

fr)

.904

gf)

fj)

.040

gm)

2010 0.186

hb)

366

hc)

gr)

gv)

fn)

fg)

gn)

Kotab gw)
aru

1.295

gl)

gk)

gi) gj)
gq)

ff)

hn)

3.78

ht)

.812

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

if)

5.47
III-86

20.6

04
ig)
ih)

Sumber : Badan KB, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan


Anak Kabupaten Kotabaru dan BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011

ii)
ij)
ik)
il)
1.1.3 Kebijakan Pengembangan Wilayah
im)

Tata

Ruang

(Rencana

Wilayah/Pengembangan

Ruang

Tata

Ruang

Kabupaten

dan

Kotabaru

Berdasarkan Satuan Wilayah)


in)

Pengembangan

ruang/wilayah

berdasarkan

satuan

wilayah

pembangunan adalah menentukan fungsi tiap satuan pembangunan


sesuai dengan potensinya. Penentuan satuan wilayah pembangunan
diambil berdasarkan : (1) Kesamaan karakteristik perkembangan wilayah
terbangun dan kesatuan unit wilayah, (2) Kesamaan potensi sumber daya
alam dan sumber daya manusia, dan (3) Kesamaan jenis produksi dari
potensi sumber daya alam wilayah.
io)

Berdasarkan pertimbangan di atas Kabupaten Kotabaru terdapat

empat satuan wilayah pembangunan yaitu :


1.

Wilayah Pembangunan Pamukan, meliputi Kecamatan Pamukan


Selatan, Kecamatan Pamukan Utara, Kecamatan Sampahanan, dan
Kecamatan

Sungai

Durian

berdasarkan

potensi

wilayah

ini

dikembangkan dengan fungsi pusat pengembangan produksi hutan


dan hasil hutan, perkebunan, peternakan, pertambangan dan galian.
Pusat

wilayah

sebaiknya

berada

di

jaringan

jalan

Sengayam-

Kalimantan Timur dan di pusat pengembangan dikembangkan industri


LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-87

yang menunjang perkebunan, serta pengolahan kayu dan hasil hutan.


Untuk lokasi pelabuhan disarankan pada daerah KIN pamukan dan
Gunung Batu Besar.
2.

Satuan

Wilayah

Pembangunan

Kelumpang

I,

meliputi

Kecamatan Kelumpang Utara, Kelumpang Tengah, dan Kelumpang


barat. Berdasarkan potensi yang menonjol maka sebaiknya wilayah ini
difungsikan sebagai pusat pengembangan pertambangan dan galian,
perkebunan, peternakan serta kehutanan. Pusat pengembangan
wilayah di Kota Tanjung Batu.

Kota Tanjung batu ini sebaiknya

dikembangkan sebagai kota pelabuhan menjadi pintu keluar produksi


batubara dan produksi tambang lainnya.
3.

Satuan
Kecamatan

Wilayah

Pembangunan

Kelumpang

II,

meliputi

Kelumpang Hulu, Kelumpang Barat, dan Hampang.

Berdasarkan potensi yang menonjol maka sebaiknya wilayah ini


difungsikan sebagai pusat pengembangan pertambangan dan galian,
perkebunan, serta kehutanan. Pusat pengembangan wilayah di
Cantung dan Serongga. Sedangkan, lokasi Pelabuhan pada kelompok
pengembangan wilayah ini berada di Tanjung Keramat dan Tarjun.
4.

Satuan Wilayah Pembangunan Pulau Laut, meliputi Kecamatan


Pulau Laut Utara, Kecamatan Pulau Laut Barat, Kecamatan Pulau Laut
Selatan, kecamatan Pulau Laut Timur, Kecamatan Pulau Sebuku, dan
Kecamatan

Pulau

Sembilan.

Pusat

utama

satuan

wilayah

pembangunan ini adalah Kotabaru, pusat kedua Mekar Putih, dan


pusat ketiga Tanjung Seloka. Sedangkan Pulau Sebuku dan Pulau
Sembilan termasuk kecamatan yang tingkat perkembangannya relatif
rendah maka perlu peningkatan hirarki dari hirarki IV menjadi
hirarki III untuk menghindari terjadinya kesenjangan perkembangan
dengan kecamatan lainnya. Berdasarkan potensi yang menonjol
satuan wilayah ini merupakan fungsi pusat pengembangan produksi
perikanan, pada pusat utama sebaiknya dikembangkan industri yang
menunjang produksi perikanan. Ditinjau dari posisi geografisnya serta
peran di masa mendatang utuk mengembangkan kabupaten Kotabaru,
LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-88

kota-kota baru yang terletak ditengah-tengah Kabupaten Kotabaru


dengan fasilitas yang ada sementara ini cukup untuk dikembangkan
sebagai pusat pemasaran barang grosir/kebutuhan sandang dan
pangan. Disamping itu juga cocok untuk tempat pusat pendidikan.
Kalau perlu didirikan Perguruan Tinggi yang sesuai dengan kebutuhan
pasar

tenaga

kerja

dan

pusat

penelitian,

pengembangan

dan

pembinaan wilayah Kotabaru.


ip)

Tiap satu wilayah mempunyai fungsi dengan pengembangan sektor

masing-masing namun sektor lain tetap dikembangkan sebagai sektor


yang akan muncul sebagai sektor dominan tetapi tidak diprioritaskan
dalam program pembangunan.
iq)

Pembagian satuan wilayah tersebut lebih cenderung ke pembagian

wilayah yang berfungsi ekonomi untuk lebih mendayagunakan dan


menghasil gunakan produksi secara sektoral.
ir)
is) Kebijaksanaan Pengembangan Kota-Kota
it)

Pengembangan sistem kota-kota secara umum diarahkan untuk

mencapai

keseimbangan

perkembangan

ruang

antar

pusat-pusat

permukiman atau pusat pertumbuhan. Adanya peningkatan hirarki serta


pengembangan
sarana

dan

fungsi memberikan
prasarana

perkotaan

implikasi
untuk

terhadap kebutuhan

mendukungnya.

Untuk

mengembangkan kota-kota di Kabupaten Kotabaru baik hirarki maupun


fungsinya, maka diperlukan kebijaksanaan pengembangan menurut skala
pelayanan, yaitu sebagai berikut :
1.

Pengembangan

kota-kota

yang

mempunyai

pelayanan

regional Kotabaru diarahkan pada:


Pemantapan keterkaitan antar-wilayah dengan kota-kota utama di
Propinsi

Kalimantan

Selatan,

baik

melalui

peningkatan

sarana/prasarana perhubungan darat, laut maupun udara.

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-89

Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota


dilakukan dengan pendekatan Program Pembangunan Prasarana
Kota Terpadu (P3KT).
Peningkatan

peranan

swasta

dalam

pembangunan

sarana/prasarana perkotaan
Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri dan jasa) untuk
memacu pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan
kerja.
Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian tata ruang kota.
2.

Pengembangan kota-kota yang mempunyai skala pelayanan


sub regional, diarahkan pada :
Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian tata ruang kota.
Penyediaan prasarana perkotaan dengan pendekatan Program
Pembangunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT).

3.

Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayani


melalui pengembangan jaringan jalan. Pengembangan kota dengan
skala pelayanan lokal, diarahkan pada :
Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian tata ruang kota.
Pengembangan prasarana perkotaan dengan pendekatan Program
Pelaksanaan Pembangunan Kota Terpadu (P3KT).
Peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya
melalui pengembangan jaringan jalan.
iu)
iv)Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru

iw)

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan kerangka

tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat


LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-90

kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem
jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi.
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial,
budaya,

ekonomi,

dan/atau

administrasi

masyarakat

di

wilayah

kabupaten, yang terdiri atas:


ix) a. PKN (pusat kegiatan nasional) yang berada di wilayah kabupaten;
iy) b. PKW (pusat kegiatan wilayah) yang berada di wilayah kabupaten;
iz) c. PKL (pusat kegiatan lingkungan) yang berada di wilayah kabupaten;
ja) d. PKSN (pusat kegiatan strategis nasional) yang berada di wilayah
kabupaten; dan
jb) e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang
penentuannya ada pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
jc) 1)

Pusat

perkotaan

Pelayanan
yang

Kawasan

berfungsi

(PPK)

untuk

merupakan

melayani

kawasan

kegiatan

skala

kecamatan atau beberapa desa; dan


jd) 2)

Pusat

Pelayanan

Lingkungan

(PPL)

merupakan

pusat

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar


desa.
je)
jf)

Sistem

jaringan

prasarana

wilayah

kabupaten

meliputi

sistem

prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang


mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang
ada di wilayah kabupaten. Lihat Tabel 2.63. Pusat-pusat Pelayanan dan
Fungsi Kegiatan, Gambar 2.10. Peta Satuan Wilayah Pembangunan
Kabupaten Kotabaru dan Gambar 2.11. Peta Hirarki Pusat Permukiman
Kabupaten Kotabaru.
1. Pusat-pusat Pelayanan dan Fungsi Pelayanan
jg)

Hirarki pusat-pusat pelayanan kabupaten Kotabaru ditinjau

dari segi kependudukan terbagi 5 pusat pelayanan, yaitu :

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-91

Tabel 2.63. Pusat-pusat Pelayanan dan Fungsi Kegiatan

jh)

ji)

Pusat-

pusat

Pelayanan

jl)

jm)

Pusat

Hirarki

jj)

Pus
at

jk)

Permuki

Fungsi Kegiatan

man
jn)

Kota

baru

Permukiman I

Pusat Pemerintahan

Pusat Pendidikan Tinggi

Pusat Koleksi dan distribusi


(perdagangan) bagi satuan wilayah
Pulau Laut

jq)

Sero

ngga

Pusat koleksi dan distribusi produksi


satu wilayah Kelumpang

Pusat perdagangan eceran bagi


satuan wilayah Kelumpang

Pusat pengembangan
pertambangan dan galian
Kabupaten Kotabaru

Pusat Industri Semen Kalimantan


Selatan

jr)

js)

Pusat

Hirarki

jt)

Lont

ar

Pusat budidaya laut dan budidaya


air tawar

Permukiman II

Pusat koleksi dan distribusi


perikanan laut

jw)

Sun

Pelabuhan nelayan

jx)

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-92

jh)

ji)

Pusat-

pusat

Pelayanan

jj)

Pus
at

jk)

Permuki

Fungsi Kegiatan

man
gai
Kupang
ka)

Mag

alau

Pusat koleksi dan distribusi untuk


satuan wilayah Pamukan Selatan,
Sampanahan dan Sungai Durian

Pusat Industri Perkayuan dan


Perkebunan Kabupaten Kotabaru

Pusat Perdagangan Eceran

Pusat Pengembangan hutan


produksi dan perkebunan
Kabupaten Kotabaru

kd)

Gun

Sebagai salah satu pelabuhan hasil

ung Batu

hutan dan perkebunan dan

Besar

pertambangan untuk ke luar atau


masuk Kabupaten kotabaru

Sebagai pusat perdagangan kayu,


perkebunan dan perdagangan

kg)

Tanj

ung Batu

kh)

Pelabuhan (pintu keluar)

produksi batu bara dari satuan


wilayah Kelumpang

ki) kj)
3

Hirarki

Pusat

kk)

Salin

Permukiman III

Kota transit
Perkembangan sebagai pusat
perdagangan eceran

kn)
ung

Tanj

Pusat budidaya laut dan budidaya


air tawar

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-93

jh)

ji)

Pusat-

pusat

Pelayanan

jj)

Pus
at

jk)

Permuki

Fungsi Kegiatan

man
Seloka

Pusat koleksi dan distribusi


perikanan laut

kq)

Sun

Pelabuhan nelayan

kr)

Pusat koleksi distribusi wilayah

gai Bali

sekitarnya

ku)

kv)

Pula

Pusat koleksi distribusi wilayah

sekitarnya

Sembilan
ky)

Baka kz)

u
lc)

Pusat koleksi distribusi wilayah

sekitarnya
Lont

ar

Pusat budidaya laut dan budidaya


air tawar

Pusat koleksi dan distribusi


perikanan laut

lf)

Pant

ai
lh) li)
4

Hirarki

lj)

Pelabuhan nelayan

lg)

Pusat koleksi distribusi wilayah

sekitarnya
Ibuk

Pusat

ota

Permukiman IV

Kecamata

lk)

lo)

n
ll)

lm)

pusat pertanian

lp)

Desa-desa

ln)

Sumber : RTRW Kabupaten Kotabaru 2006 2016

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-94

lq)

LAPORAN ANTARA
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-95

lr)

Gambar 2.10. Peta Satuan Wilayah Pembangunan Kabupaten Kotabaru

ls)

LAPORAN ANTARA
III-96
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

lt)

Gambar 2.11. Peta Hirarki Pusat Permukiman Kabupaten Kotabaru

LAPORAN AKHIR
III-97
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

2. Pengembangan Sistem Kota-kota


lu) Pengembangan sistem kota-kota secara umum di arahkan
untuk mencapai keseimbangan perkembangan ruang antar pusatpusat permukiman atau pusat pertumbuhan. Adanya peningkatan
hirarki

serta

pengembangan

fungsi

memberikan

implikasi

terhadap kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan untuk


mendukungnya. Maka kebijaksanaan pengembangan menurut
skala pelayanan adalah :
a. Pengembangan

kota-kota

dengan

pelayanan

Regional

Kotabaru diarahkan pada:


Pemantapan keterkaitan anat wilayah dengan kota-kota
utama

di

Propinsi

Kalimantan

Selatan,

baik

melalui

peningkatan sarana/prasarana perhubungan darat, laut


maupun udara.
Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota
dilakukan

dengan

pendekatan

Program

Pembangunan

dalam

pembangunan

Prasarana Kota Terpadu (P3KT).


Peningkatan

peranan

swasta

sarana/prasarana perkotaan
Pengembangan kegiatan ekonomi kota (industri dan jasa)
untuk memacu pertumbuhan daerah serta

memperluas

kesempatan kerja.
Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian tata ruang kota
b. Pengembangan kota-kota yang mempunyai skala pelayanan
sub regional, diarahkan pada :
Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian tata ruang kota

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-98

Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota


dilakukan

dengan

pendekatan

Program

Pembangunan

Prasarana Kota Terpadu (P3KT).


c. Peningkatan aksesbilitas ke wilayah belakang yang dilayani
melalui pengembangan jaringan jalan, diarahkan pada :
Penataan ruang kota melalui perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian tata ruang kota
Penyediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota
dilakukan

dengan

pendekatan

Program

Pembangunan

Prasarana Kota Terpadu (P3KT).


Peningkatan

aksesbilitas

ke

wilayah

belakang

yang

dilayaninya melalui pengembangan jaringan jalan.


lv)Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru
lw) Rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota adalah
rencana

distribusi

peruntukan

ruang

wilayah

kabupaten/kota

yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju
sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten/kota yang
memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20
(dua puluh) tahun mendatang. Terdiri dari rencana kawasan lindung dan
kawasan budidaya

Lihat

Tabel 2.53. Pola Ruang Wilayah Kabupaten

Kotabaru Gambar 2.12. Peta Kawasan Lindung Kabupaten Kotabaru dan


Gambar 2.13. Peta Kawasan Budidaya dan Non Budidaya Kabupaten
Kotabaru.
lx)

Dasar desain pola pemanfaatan ruang adalah berbasiskan

Daerah Aliran Sungai, penggunaan ruang eksisting, kualitas dan kuantitas


ruang eksisting, pola dan struktur ruang eksisting, integritas dan
keamanan wilayah dan kecenderungan pembangunan kabupaten di masa
yang akan datang. Berdasarkan kajian, hasil disain alokasi ruang
dituangkan ke dalam Rancangan Peta Tata Tuang Wilayah Kabupaten
Tahun 2006-2016. Secara umum, komponen-komponen ruang yang
terbentuk adalah Kawasan Lindung dan Budidaya.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-99

Kawasan lindung adalah kawasan lindung yang secara ekologis


merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten,
kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan
bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasankawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah
kabupaten.

Kawasan budi daya adalah kawasan budi daya yang ditetapkan


dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan.
ly)
lz)
ma)
mb)

Tabel 2.53.

Pola Ruang Wilayah Kabupaten Kotabaru


mc)

md)
No

mf)
me) Fungsi

mj)

Lu

mn)

mo)

mk) (%)

ms)

mv)

mp)

Lindung

mq) mr)
1

Lokasi

as (Ha)

ml) mm) Kawasan


A

mi)

Pemanfaatan Ruang

Kawasan

Hutan lindung

mt)

mw)

mu)
mx) my)
2

Kawasan

mz)

wilayah sekitar

yang

pegunungan

memberikan

Meratus, Gunung

perlindungan

Sebatung, Gunung

terhadap

Kusambi, Gunung

na)

168
.095

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

nb)
17.84
%

III-100

kawasan di

Salino, Gunung

bawahnya

Jambangan,
Kawasan Karst yang
di dalamnya
terdapat sungai
bawah tanah di
Kecamatan
Hampang, Pamukan
Utara, sungai
Durian, Pulau Laut
Utara, Pulau Laut
Timur, Pulau Laut
Selatan, Kelumpang
dan Pulau Laut Barat

nc) nd)
3

ne)

Kecamatan

perlindungan

Kelumpang Hulu dan

setempat

Hampang

nh) nk)
4

Kawasan

nf)

12.
871

Ruang

1.37%
nn)

terbuka Hijau

ni) Kota (RTH)


(Khusus untuk
nj)
Kota )

ng)

30

% luas
nl)

Ibukota

nm)

Kabupaten

keseluruh
an
permukim
an

no) np)
5

Kawasan

nq)

Kecamatan

suaka alam dan

Kelumpang Hulu,

cagar budaya

Kelumpang Barat,

nr)

70.
569

ns)
7.49%

Kelumpang Tengah,
Kelumpang Selatan,
Kelumpang Hilir,
Pulau Laut Utara,
Pulau Sebuku, Pulau
Laut Tengah, Pulau
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-101

Laut Timur, Pulau


Laut Utara dan Pulau
laut Selatan
nt) nu)
6

Kawasan

nv)

rawan bencana

nw)

alam
oa) ob)
7

ny)

nz)

of)

og)

om)

on)

ot)

ou)

oz)

pa)

nx)
Kawasan

oc)

lindung geologi

od)
oe)

oh) oi)

Kawasan

lindung lainnya

oj)
ok)
ol)

oo)
op)

OQ) JUMLAH

or)
os)

ov) ow) Kawasan

ox)

B-

Budidaya

oy)

(Untuk
kabupaten)

pb) pc)
1

Kawasan

Hutan produksi

pd)

Kecamatan

Pulau Laut Timur,

pe)

305

pf) 32.

.469

42

Pulau Laut Tengah,

Pulau Laut Barat,


Pulau Laut Selatan,
Pulau Sebuku,
Kelumpang Hulu,
Hampang, Sungai
Durian, Pamukan
Utara, Kelumpang
Barat, Kelumpang
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-102

Utara, Kelumpang
Tengah, Kelumpang
Hilir dan
Sampanahan
pg) ph)
2

Kawasan

hutan rakyat

pi)
pj)

pl)

pm)

pk)
pn) po)
3

Kawasan

pertanian

pp)

Kawasan

budidaya pertanian
lahan kering pada
Kecamatan Sungai
Durian, Pamukan
Utara, Pamukan
Selatan,
Sampanahan,
Kelumpang Hulu,
Kelumpang Hilir dan
Kelumpang Selatan
pq)

Kawasan

pertanian lahan

pr)46.
344

ps)
4.92%

basah tersebar pada


kecamatan Pulau
Laut Utara, Pulau
Laut Timur, Pulau
Laut Utara, Pulau
Sebuku, Kelumpang
Hilir, Kelumpang
Utara, Kelumpang
Tengah,
Sampanahan dan
Pamukan Selatan

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-103

pt) pu)
4

Kawasan

perkebunan

pv)

seluruh

kecamatan yang ada


di Kabupaten

pw)

Kotabaru, kecuali

px)

325

34.50

.055

Kecamatan Pulau
Sembilan
py) pz)
5

Kawasan

perkikanan

qa)

kawasan

perikanan darat
tersebar di
Kecamatan Pulau
Laut Utara, Pulau

qb)

67.

qc)

245

Laut Selatan, Pulau

7.14%

Laut Barat, Pulau


Sebuku dan
Pamukan Selatan
qd) qe)
6

Kawasan

pertambangan

qf)

terdapat

qg)

tida

hampir di seluruh

ruang di Kabupaten

dialokasik

Kotabaru

an secara

qh)

khusus
qi) qj)
7

Kawasan

industri

qk)

Kecamatan

Pulau Laut Selatan,


Pulau Laut Barat,
Pulau Laut Utara,
Kelumpang hilir,

ql)

8.1

qm)

39

Kelumpang Hulu,

0.86%

Kelumpang Tengah,
Sampanahan dan
Sungai Durian
qn) qo)
8

Kawasan

pariwisata

Kawasan

wisata qp)

diat

qq)

pantai terletak di ur secara


Kecamatan

Pulau khusus

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-104

Laut Utara, Pulau


Laut Selatan, Pulau
Laut Barat, Pulau
Sebuku, dan Pulau
Sembilan
Kawasan
alam

wisata
terletak

di dalam

Kecamatan

tata

Kelumpang

Hulu, ruang

Hampang,

Pulau mikro

Laut

Utara, dan tidak

Kelumpang Selatan dialokasik


dan Hilir

an dalam

wisata rencana
tata
sejarah/makam

Kawasan

raja-raja dan ulama ruang


terletak
di kabupate
Pulau n

Kecamatan
Laut

Utara,

Pamukan

Utara,

Kelumpang Tengah,
Sampanahan,
Sungai Durian, dan
Kelumpang Hulu.
qr) qs)
9

Kawasan

permukiman

qv)

tersebar di

seluruh kabupaten

qt)

qw)

8.7

qx)

91

kotabaru

0.93%

qu)
qy) qz)
10

Kawasan

lainnya

rc)

re)

rf)

rd)

ra)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-105

rb)
rg)
rh)

ri)

rj)

JUMLAH

rl)

rk)

rm)

rn)
ro)

Sumber : RTRW Kabupaten Kotabaru 2006 - 2016

rp)
rq)
rr)

Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas

Kawasan prioritas adalah kawasan yang mempunyai potensi dan

permasalahan

yang

memerlukan

pemecahan

dan

penanganan

secepatnya. Sasaran yang diharapkan dari penanganan wilayah prioritas


ini adalah :
a.

Dapat memacu laju pertumbuhan ekonomi dan wilayah


Kabupaten.

b.

Dapat

menyelesaikan

permasalahan

tanpa

menimbulkan

dampak-dampak negatif
c.

Memanfaatkan
kawasan

untuk

seoptimal

meningkatkan

mungkin

potensi

pertumbuhan

dan

yang

dimiliki

perkembangan

daerah.
rs)

Pengembangan wilayah prioritas pada dasarnya mengacu

pada kepentingan sektor/sub-sektor atau permasalahan yang mendesak


penanganannya. Wilayah prioritas di Kabupaten Kotabaru yang perlu
mendapat perhatian untuk ditangani adalah:
a. Kawasan yang terbelakang karena keterbatasan prasarana, terletak di
Kecamatan Pamukan Utara, Pamukan Selatan, Sampanahan, Sungai
Durian, dan Pulau Sebuku serta Pantai Timur Tanjung SamalantakanTanjung Batu;
b. Kawasan Kritis yang perlu diperlihara fungsi lindungnya, untuk
menghindarkan kerusakan lingkungan, terletak di Kecamatan Pulau
Laut Utara, Pulau Laut Timur.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-106

c. Kawasan

yang

berperan

menunjang

kegiatan

sektor-sektor

strategis/unggul, terletak di kecamatan Pulau Laut Barat (Mekar Putih)


dan Tanjung Pemancingan (Pulau Laut Utara).
d. Kawasan yang pertumbuhannya cepat, terletak di kecamatan Pulau
Laut Utara dan Pulau Laut Barat, Kelumpang Hilir.
e. Kawasan terpencil, terletak di kecamatan Pulau Sembilan.
rt)

Selain kawasan kritis, kawasan prioritas lainnya yang akan

dikembangkan dirinci menurut jenis kegiatan yang akan dikembangkan


dan karakteristik potensi dan masalahnya. Perincian kegiatan di wilayah
prioritas tersebut adalah sebagai berikut:
a.

Kawasan yang menunjang kegiatan sektor strategis dan


kawasan yang pertumbuhannya cepat, yaitu:
Jaringan jalan Banjarmasin Serongga Kaltim
Jalur penyeberangan Kotabaru Stagen Tarjun.
Jalan Lingkar Pulau Laut.
Kawasan industri di Tanjung Pemancingan Pulau Laut Utara
Pelabuhan ekspor batubara di Mekar Putih
Pembangunan PLTA Sampanahan di Sungai Durian
ru)

Kawasan

yang

terpencil

dan

terbelakang,

yakni

Pulau

Sembilan dan Pulau Sebuku. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 2.15. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kotabaru dan Gambar 2.16. Peta Rencana Kawasan Prioritas
Kabupaten Kotabaru.
rv)
1.2

Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan di K

abupaten Kotabaru
1.2.1 Klasifikasi desa menurut statusnya (mandiri, tertinggal d
sb)
rw)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-107

rx)
ry)
rz)
sa)
1.2.2 Sektor Unggulan Kawasan Perdesaan
sb)
sc)

Secara

umum,

menunjukkan

perekonomian

aktivitas

yang

Kotabaru

membanggakan.

di

tahun

Semua

2010
sektor

ekonomi mampu membukukan kinerja positif. Adanya beberapa


kendala

yang

sempat

menghadang

laju

ekonomi

di

tahun

sebelumnya, mulai bisa diatasi sehingga mampu meningkatkan


akselerasi produksi.
sd)
se)

Struktur ekonomi suatu daerah diukur dari peran

masing-masing sektor/lapangan usaha terhadap total PDRB. Semakin


besar nilai tambah yang tercipta disuatu sektor ekonomi akan
membuat peran sektor tersebut semakin penting. Struktur ekonomi
suatu daerah menjadi indikator penentu apakah daerah tersebut
didominasi oleh sektor primer, sekunder ataupun tersier. Sektor
primer adalah sektor yang masih banyak mengandalkan peran
sumber daya alam dalam proses produksi, yaitu: sektor pertanian
dan sektor pertambangan dan penggalian.
sf)

Sampai

dengan

tahun

2010

struktur

Kabupaten

Kotabaru masih didominasi oleh empat sektor utama, yaitu: sektor


pertanian

(35,31%),

pertambangan

dan

penggalian

(21,56%),

perdagangan, hotel dan restoran (17,60%), dan sektor pengangkutan


dan komunikasi (7,60%).
sg)

Pertumbuhan

ekonomi

suatu

daerah

adalah

perbandingan pencapaian kinerja perekonomian suatu daerah pada


suatu periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-108

Pertumbuhan

ekonomi

suatu

daerah

dinyatakan

dalam

nilai

persentase, dihitung dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga


konstan tahun tertentu dengan PDRB atas dasar harga konstan tahun
sebelumnya,

mengurangkannya

dengan

satu,

kemudian

mengalikannya dengan seratus persen.


sh)

Berdasarkan

metode

tersebut,

penghitungan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah semata-mata menyandarkan


pada besaran PDRB atas dasar harga konstan. Dengan demikian
terjadinya pertumbuhan ekonomi yang tinggi di suatu daerah tidak
selalu berarti terjadinya peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
tinggi

juga

di

pertumbuhan

daerah

ekonomi

tersebut.
berorientasi

Hal

ini

pada

disebabkan
pendekatan

karena
wilayah,

sedangkan kesejahteraan masyarakat berorientasi pada pelaku


kegiatan

ekonomi.

Untuk

itu

diperlukan

kehati-hatian

dalam

menginterpretasikan makna angka pertumbuhan ekonomi.


si)

Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Kotabaru dengan pertambangan adalah 6,54 persen, mengalami


percepatan dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 5,36
persen.

Sedangkan

pertumbuhan

ekonomi

tanpa

sub

sektor

pertambangan pada tahun 2010 adalah 6,62 persen, lebih tinggi dari
tahun 2008 yang sebesar 6,22 persen. Peningkatan pertumbuhan ini
didorong oleh adanya perbaikan aktivitas beberapa sektor yang
sempat terjatuh di tahun sebelumnya, seperti sektor pertambangan.
sj)

Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Berlaku

Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Kotabaru Tahun 2005 2010,


dapat dilihat pada tabel 2.51 dan tabel 2.52 berikut :

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-109

sk)Tabel 2.51. Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga Berlaku


Menurut Lapangan Usaha (dalam rupiah) Kabupaten Kotabaru Tahun
2005 2010
sl)

sm)
N

sn)

sp)

sq)

200

200

200

S
ektor

td)
tc)

so)

sr) 2

ss)2

st) 2

sz)(

ta) (

tb)(

sw)

sx)

sy)

(Rp)

(Rp)

(Rp)

p)

ektor
Prime

te)

tf)

tg)

th)

ti)

tj)

r
tk)
1

tl) Pertan
ian,

tr) 3.

Petern

akan,

tm)

Kehut

.815.70 .153.70 .396.70 .651.12 .946.75

8.

anan

1 tn)

2 to)
3

2 tp)
6

2 tq)
8

&

Perika

nan
ts)
2

tt) Perta
mban
gan &

tu)

1 tv)

tz) 2.

.097.33 .283.32 .512.02 .697.71 .785.93

1 tw)
0

1 tx)
0

1 ty)
1

Pengg

8.

alian

8
1

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-110

9
ub)
ua)

ektor

uc)

Seku

ud)

ue)

uf)

ug)

uh)

nder
ui)
3

uj) Indust
ri
pengol
ahan

up)
uk)

3 ul)

73.568

3 um)

80.628

4 un)

40.510

4 uo)

79.623

574.
6

23.264

5
4

uq) ur)Listrik,
4

gas &

ux)
us)

air

9 ut)

.960

minu

1 uu)

1.269

1 uv)

3.727

1 uw)

4.474

16.3

4.932

6
5

m
uy) uz)
5

vf) 5

angun
an

2
va)

2 vb)

35.828

2 vc)

78.773

3 vd)

24.506

3 ve)

79.231

6.

64.342

5
0
8

vh)
vg)

ektor

vi)

vj)

P vq)

8 vr)

Tersie

vk)

vl)

vm)

vn)

r
vo) vp)
6

erdag
angan,

38.765

9 vs)

69.373

1 vt)

1 vu)

.132.41 .287.31 .472.14


5

vv)
1.66
4.

hotel

&

restor

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-111

an
vw) vx)
7

ngkuta
n&
komun

wd)
vy)

3 vz)

63.971

4 wa)

28.168

4 wb)

69.964

5 wc)

37.642

718.

32.882

ikasi
we) wf)
8

8
B

ank

wl)1

dan
Lemba
ga
Keuan

4
wg)

6 wh)

5.589

7 wi)

0.826

9 wj)

1.465

1 wk)

12.646

2.

29.503

0
3

gan

Lainny
a
wm) wn)
9

asa-

wt)
wo)

jasa

2 wp)

32.572

2 wq)

48.829

2 wr)

71.835

3 ws)

38.513

436.

92.508

8
7

wu) wv)

roduk
Dome
stik

ww)

5 wx)

5 wy)

6 wz)

7 xa)

Region .033.29 .824.88 .653.14 .498.28 .362.26


al

xb)

9.

455.743

Bruto
(PDRB
)
xc) xd)
DRB

P xe)

3 xf)

4 xg)

5 xh)

5 xi)

6 xj)

7.

.960.31 .572.42 .179.12 .844.14 .623.82 468.812

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-112

tanpa
Sub
Sektor
Perta

mban

gan
tanpa
Migas
xk)

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011

xl)
xm)

Tabel 2.52. Laju Pertumbuhan PDRB atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Lapangan Usaha (persen) Kabupaten Kotabaru


Tahun 2005 2010
xn)
xq)

xr) 2

xs)

20

20

xo)
N

ye)

xp)

yf)

Sektor

Primer

ym) yn)
1

Sektor

xt)

xu)

Kehutanan &

xy)

xz)

ya)

yb)

yc)

yd)

yg)

yh)

yi)

yj)

yk)

yo)

3 yp)

3 yq)

3 yr)

ys)

yl)

Pertanian,

Peternakan,

xv)

6,07

6,97

6,02

yt)

35,36 35,24

Perikanan
yu) yv)
2

Pertamban

gan &
Penggalian

zc)

zd)

Sektor

yw)
1,80
ze)

2 yx)
2,03
zf)

2 yy)
2,73
zg)

2 yz)

zb)

za)

22,64 21,36
zh)

zi)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

zj)
III-113

Sekunder
zk)

zl) Industri

pengolahan

zs)

zt) Listrik, gas & air

minum

aaa) aab)

Bangunan

zm)
,42

zu)
,20

aac)
,69

aai)

aaj)

Tersier

aaq) aar)
6

Sektor

Perdagang

an, hotel &


restoran

aay) aaz)
7

Angkutan

& komunikasi

abg) abh)
8

7 zn)
,53

0 zv)
,19

4 aad)
,79

aak)

aal)

aas)

1 aat)

6,66

aba)
,23

6,64

7 abb)
,35

6 zo)

6 zp)

,62

0 zw)

6,40

0 zx)

,21

4 aae)

0,19

4 aaf)

,88

5,06

aam)

1 aau)

7 abc)

6,

6,26

zz)

zy)

0,

0,18

aah)

aag)

5,

5,55

aan)

aao)

1 aav)

aaw)

7,02

zr)

zq)

aap)
aax)

17,17 17,60

7 abd)

,06

7,17

abf)

abe)

7,

7,57

Bank dan

Lembaga
Keuangan

abi)
,30

1 abj)
,22

1 abk)

1 abl)

,37

1,50

abn)

abm)

1,

1,55

Lainnya
abo) abp)

Jasa-jasa

abq)
,62

abw) abx)

4 abr)
,27

4 abs)

4 abt)

,09

4,51

Produk

Domestik
Regional Bruto

aby)
00,00

1 abz)
00,00

1 aca)
00,00

acb)

abv)

abu)

4,

4,69

acc)

acd)

100,0 100,0
0

00

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-114

(PDRB)
ace)

100,

Sumber : BPS Kabupaten KotabaruTahun 2011

acf)
Grafik 2.6. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Kotabaru
Tahun 2010
Primer; 57%

Tersier; 31%

Sekunder; 12%

acg)

Peningkatan

aktivitas

ekonomi

subsektor

perkebunan.

Membaiknya harga komoditas perkebunan serta permintaan pasar yang


terus melonjak, disinyalir sebagai penyebab meningkatnya perekonomian
sektor ini. Seperti yang sudah diketahui, perkebunan (sawit dan karet)
menjadi primadona bagi para petani Kotabaru. Banyak lahan baru
bermunculan. Kondisi ini akan lebih baik lagi jika ke depannya dibangun
industri-industri hilir yang berbahan baku perkebunan lokal, sehingga
akan menghasilkan multiplier effect

yang besar bagi perekonomian

Kotabaru. Sektor perkebunan dan industri akan berkembang dengan baik


dan tenaga kerja lokal banyak terserap.
ach)
aci)

Tabel 2.53. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotabaru Atas Dasar


Harga Konstan Tahun 2006 2010 (persen)
acj)

ack) Sektor

acq) [1]

acl) 2 acm) 2
006

007

acn)

2 aco) 2 acp) 2

008

009*) 010**)

acr) [ acs) [ act) [ acu) [ acv) [


2]

3]

4]

5]

6]

acw)
acx) Pertanian

acy)

acz)

ada)

adb)

adc)

5.3

5.6

5,3

5,7

5,9

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-115

.
add)
ade) Pertambangan
2
Penggalian
.

dan

adf)

adg)

adh)

adi)

adj)

2.4

8.4

7,4

2,2

6,2

adk)
3 adl)

Industri Pengolahan

adm)

adn)

ado)

adp)

adq)

1.8

5.5

4,2

5,2

5,7

adr)

adt)

adu)

adv)

adw)

adx)

4 ads) Listrik dan Air Bersih

1.2

5.8

3,0

0,1

5,6

ady)

aea)

aeb)

aec)

5 adz) Konstruksi

7.6

7.3

7,3

7
aed)
14,
5

6
aee)
8,2

aef)
aeg) Perdagangan, Hotel dan
6
Restoran
.

aeh)

aei)

aej)

aek)

ael)

5.9

6.5

6,6

5,4

7,7

aem)
aen) Pengangkutan
7
Komunikasi
.

aeo)

aep)

aeq)

aer)

aes)

5.9

6.0

7,2

7,4

7,6

dan

aet)
aeu) Bank dan Lembaga
8
Keuangan Lain
.
afa)
9 afb)

Jasa jasa

aev)

aew)

13.

18.

PDRB

Pertambangan

dengan

aex)

aey)

aez)

7,2

5,8

6,4

afc)

afd)

afe)

aff)

afg)

6.4

4.8

5,5

5,1

5,7

.
afh)
afi)

afj)

afk)

afl)

4,

6,

6,

0
afm)
5,

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

1
afn)
6,

3
III-116

afp) PDRB
afo)
Pertambangan

tanpa

afv)
afw) Kalimantan Selatan

afq)

afr)

afs)

aft)

afu)

5,

6,

5,

6,

6,

afx)

afy)

***

***

agc)
agd) Indonesia

agj)

*) Angka sementara

agk)

**) Angka sangat sementara

agl)

***) Data Tidak tersedia


agm)

6,

age)

agf)

***

***

afz)

aga)
5,

agb)
5,

agg)
6,

agh)
4,

agi)
6,

Sumber : BPS Kabupaten Kotabaru Tahun 2011

agn)
ago)
agp)
agq)
agr)
ags)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-117

1.2.3 Kelembagaan Pemerintah Desa


agt)
agu)
agv)
1.2.4 Pengelolaan Sarana dan Prasarana Desa
agw)

agx)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-118

agy)
agz)
aha)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-119

ahb)

3.3 KABUPATEN KONAWE PROVINSI SULAWESI

TENGGARA
1. Karakteristik dan Geografi Wilayah
ahc) Kabupaten Konawe ibukotanya Unaaha, 73 km dari Kota
Kendari, secara geografis terletak di bagian selatan Khatulistiwa,
melintang dari Utara ke Selatan antara 02o45 dan 04o1 5 lintang
Selatan, membujur dari Barat ke Timur antara 121o15 dan 123o30
Bujur Timur Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Sulawesi
Tengah. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Kendari.Sebelah
Selatan

berbatasan

dengan

Kabupaten

Konawe

Selatan

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kolaka. Permukaan


tanah pada umumnya bergunung dan berbukit yang diapit dataran
rendah yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian.
ahd)

Selain jazirah tenggara Pulau Sulawesi, terdapat juga

pulau-pulau

kecil

yaitu

Pulau

Wawonii

yang

sudah menjadi

Kabupaten Konawe Kepulauan, Pulau Bokori, Pulau Saponda Laut,


dan Pulau Saponda Darat, sedangkan Pulau Campada dan Pulau
Hari sudah menjadi bagian Kabupaten Konawe Selatan dan Pulau
Labengki, Pulau Bawulu, Pulau Karama sudah menjadi bagian dari
Kabupaten Konawe Utara.
ahe)

Kabupaten Konawe mempunyai beberapa sungai besar

yang cukup potensial untuk pengembangan pertanian, irigasi dan


pembangkit tenaga
Konaweeha

dan

listrik seperti

Sungai

Lahumbuti.

Sungai
Sedangkan

Sungai

Lapoa

sekarang termasuk wilayah Kabupaten Konawe Selatan. Sungai


Lasolo; Kokapi; Toreo; Andumowu; dan Sungai Molawe menjadi
bagian wilayah Kabupaten Konawe Utara. Sungai Konaweeha
mempunyai debit air + 200 M3 per detik. Dari sana telah dibangun
bendungan air Wawotobi yang mampu mengairi sawah seluas +
18.000 hektar. Selain sungai-sungai yang telah disebutkan di atas
terdapat

pula

Rawa Aopa

yang

sangat

potensial

untuk

pengembangan usaha perikanan darat.


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-120

ahf)

Beberapa jenis ikan dari hasil perairan Kabupaten Konawe

seperti Cakalang, Tongkol, Ikan Teri, Ikan Layang, Udang dan hasilhasil laut lainnya seperti : Teripang, Jampingjamping, Lola, Mutiara
dan Agaragar/Rumput Laut. Seperti daerah-daerah

lain

di

Indonesia, di Kabupaten Konawe dikenal dua musim yaitu musim


Kemarau

dan

musim

Penghujan.

Keadaan

musim

banyak

dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas kebiasaan


ahg)
ahh)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-121

ahi)
ahj)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-122

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-123

ahk)
ahl)
ahm)
ahn)
aho)
ahp)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-124

ahq)
ahr)
ahs)
aht)
ahu)
ahv)
ahw)
ahx)
ahy)
ahz)
aia)
aib)
aic)
aid)
aie)
aif)
aig)
aih)
aii)
aij)
aik)
ail)
aim)
ain)
aio)
aip)
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-125

aiq)
air)
ais)
ait)
aiu)
aiv)
aiw)
aix)
aiy)
aiz)
aja)

Pereko

no

mian

1.1.
Pertanian
ajb)

Tujuan pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yaitu untuk

meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat


khususnya petani di pedesaan dan juga untuk memperluas kesempatan
kerja.

Penggunaan

lahan

di

Kabupaten

Kabupaten Konawe

dibedakan menjadi: lahan sawah, lahan untuk bangunan dan halaman


sekitarnya, tegal/kebun/ladang/huma, padang rumput, tambak/ kolam/
empang, lahan untuk tanaman kayu-kayuan rakyat, hutan negara,
perkebunan, lahan yang sementara tidak diusahakan, rawa yang
tidak ditanami dan lain sebagainya. Selama ini produksi tanaman
bahan makanan yang diusahakan oleh penduduk Kabupaten Konawe
digunakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat akan bahan
makanan, selain itu Badan Urusan Logistik (BULOG) Propinsi
Sulawesi Tenggara setiap saat juga berusaha mengadakan
beberapa jenis bahan makanan pokok yang meliputi: beras, gula
pasir dan tepung terigu. Pada umumnya jenis tanaman sayursayuran
yang diusahakan di Kabupaten Konawe hanya disajikan 18 jenis
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-126

tanaman yaitu: bawang merah, bawang putih, bawang daun, kubis,


sawi, Lobak, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, terung,
buncis,

ketimun,

labu,

bayam,

semangka dan kangkung. Secara


umum

jenis tanaman buah-buahan yang


diusahakan di Kabupaten Konawe
meliputi

21

sebagaimana
tabel

jenis

tanaman

dijelaskan

pada

5.1.11.

Gb.Persawahan Desa Durasi.


ajc)
ajd)
aje)
ajf)
ajg)
ajh)
aji)
ajj)
ajk)
ajl)
ajm)
ajn)
ajo)
ajp)
ajq)
ajr)Irigasi atau Pengairan sawah di Kabupaten konawe dari 27 Kecamatan
hanya 1 (satu) Kecamatan yang kurang baik Irigasinya. Desa Duriaasi
contoh desa pertanian terdapat lumbung Swadaya Masyarakat, padi

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-127

dikeluarkan pada saat musim paceklik untuk dipinjamkan kepada


masyarakat baik umum atau anggota kelompok tani.
ajs)
ajt)
aju)
ajv)
ajw)
ajx)
ajy)
ajz)

Gb. Irigasi Pertanian Desa Duriaasi

aka)
akb)
akc)
akd)
ake)
akf)
akg)

Gb. Lumbung Padi


Swadaya Desa Duriaasi

akh)
1.2.
aki)

Sayuran
Luas panen adalah luas tanaman sayuran, buah buahan,

biofarmaka dan tanaman hias yang yang diambil hasilnya/dipanen pada


perode pelaporan. Luas panen untuk tanaman sayuran: luas tanaman
yang dipanen sekaligus/habis/dibongkar dan luas tanaman yang
dipanen berkali-kali (lebih dari satu kali)/belum habis. Tanaman yang
panen sekaligus/habis/ dibongkar adalah tanaman yang sehabis
panen langsung dibongkar/ dicabut, terdiri dari bawang merah, bawang
putih, bawang daun, kentang, kol/kubis, kembang kol, petsai/sawi,
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-128

wortel, lobak dan kacang merah. Tanaman yang dipanen berkali-kali


(lebih dari satu kali)/belum habis adalah tanaman yang pemanenannya
lebih dari satu kali dan biasanya dibongkar apabila panenan terakhir
sudah tidak memadai lagi, terdiri dari: kacang panjang, cabe besar,
cabe, rawit, jamur, tomat, terung, buncis, ketimun, labu siam,
kangkung, bayam, melon, semangka dan blewah.
akj)
akk)
akl)
akm)
akn)
ako)
akp)
akq)
akr)

Gb.

Tanaman

Sayuran
aks)
1.3.
akt)

Perikanan

Data statistik perikanan merupakan data sekunder yang

bersumber

dari

Dinas

Perikanan

Kabupaten

Konawe.

Statistik

perikanan dibedakan atas data Perikanan Tangkap dan Perikanan


Budidaya. Perikanan Tangkap diklasifikasikan atas penangkapan ikan
di laut dan penangkapan ikan di perairan umum. Perikanan
Budidaya diklasifikasikan atas jenis budidaya yaitu budidaya laut,
tambak, kolam, karamba, jaring apung dan sawah.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-129

aku)
akv)
akw)
akx)

Gb. Lumbung Padi Swadaya Desa Duriaasi Kecamatan

Wongguduku
aky)
akz)
ala)
alb)
alc)

ald)

ale)

alf)

alg)

alh)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-130

ali)

Gb. Irigasi Pertanian Desa Duriaasi

alj)
alk)
all)
alm)
aln)
alo)
alp)

Penetapan Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara

(Sultra) sebagai Kawasan Industri Nasional (KIN) menyalahi Rencana


Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sultra. Hal itu terjadi karena pemerintah
pusat yang mengambil kebijakan tersebut tidak berkoordinasi
dengan Pemerintah Provinsi Sultra.
alq)

Lokasi Industri smalter di Konawe yang saat ini sudah

ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Industri Nasional, menyalahi


RTRW yang diusulkan Pemerintah Provinsi Sultra kepada Pemerintah
Pusat. Dalam RTRW Provinsi, wilayah Kabupaten Konawe merupakan
sentra pengembangan produksi beras.
alr)

Setiap penetapan suatu kawasan untuk kepentingan tertentu,

harus disesuaikan dengan RTRW Provinsi yang bersangkutan. Jika


penetapan suatu kawasan untuk kepentingan tertentu bertentangan
dengan RTWR, maka pejabat berwenang yang memberikan izin bisa
dikatagorikan melanggar undang-undang dan dapat dipindana.
als)

Dalam Undang undang tentang Minerba mengatur, jelas

disebutkan bahwa siklus koordinasi penetapan KIN mesti melibatkan


tujuh institusi terkait. Namun, kenyataan yang terjadi di daerahdaerah, penetapan KIN diketahui setelah pihak perusahaan sudah
menggali potensi tambang atau melakukan ekspor tambang.
alt)

Pengelolaan sumber daya alam yang merujuk pada undang-

undang, bisa lebih optimal. Dampaknya yang lebih jauh, bisa


meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-131

Pemerintah Provinsi Sultra sendiri saat ini telah meentapkan


kebijakan

pengelolaan

sumber

daya

alam

terutama

potensi

pertambangan hanya akan diberikan izin kepada investor nasional


maupun lokal. Kebijakan tersbeut diambil.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-132

alu)

LAPORAN AKHIR
III-133
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

3.4

Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat

alv)
alw)

3.4.1 Geografis, Topografis dan Geohidrologi

alx)
aly)

Geografis

alz)
ama) Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu dari 10
Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang keadaan
georgrafisnya menguntungkan, pemandangan alam yang indah, tanah
yang subur, serta cadangan air yang melimpah menjadi potensi yang
dimanfaatkan dengan baik oleh Kabupaten ini. Keberadaan Ibu kota
Kabupaten Lombok Barat sebagai pintu masuk utama jalur pelabuhan
(Pelabuhan Lembar) yang berseberangan dengan pulau Bali di bagian
Barat. Gambar 2.1 Peta Kontur Kabupaten Lombok Barat.
amb)

Secara geografis Wilayah Kabupaten Lombok Barat terletak

antara 115o ,46 dan 116o .28 Bujur Timur dan dan 8 o 12 - 8 o .55
Lintang Selatan, dengan batasbatas wilayah sebagai berikut :
o Sebelah Utara

: Kabupaten Lombok Utara

o Sebelah Timur

: Kabupaten Lombok Tengah

o Sebelah Selatan : Kabupaten Samudra Indonesia


o Sebelah Barat

: Selat lombok dan Kota Mataram

amc)
amd)

Ibu Kota Kabupaten Lombok Barat terletak di Gerung,

sekaligus sebagai pusat Pemerintahan, mempunyai luas wilayah


2.215,11 Km yang terdiri dari daratan seluas 862,62 Km dan lautan
seluas 1.352 Km. Dan ditinjau dari keadaan geografisnya, Kabupaten
Lombok Barat dibagi menjadi :
1. Daerah

Pegunungan,

yaitu

gugusan

pegunungan

yang

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-134

membentang

dari

Kecamatan

Lingsar

sampai

Kecamatan

Narmada, gugusan pegunungan ini merupakan sumber air sungai


yang mengalir ke wilayah bagian tengah dan bermuara di pantai
barat.
2. Daerah berbukit-bukit yang terletak di bagian selatan meliputi
Kecamatan Sekotong dan Kecamatan Lembar di bagian selatan.
3. Daerah Dataran Rendah, yang terdapat di bagian tengah yang
membentang dari perbatasan ujung Timur dengan ujung Barat.
ame)
amf) Topografis
amg)
amh) Wilayah Kabupaten Lombok Barat sebagian besar berada pada
ketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut, yaitu sebesar
74,33%, sedangkan yang ketinggian melebihi 1.000 meter sebesar
7,91% dari luas wilayah Kabupaten Lombok Barat. Data ketinggian
wilayah Kabupaten Lombok Barat dapat dilihat pada tabel berikut
dibawah.
ami)
amj)

Tabel 2.1 Ketinggian Wilayah Kabupaten Lombok Barat

amk)
aml)amm)
N

Ketinggi

an

amn) Luas

amo) Persen

Wilayah (ha)

tase (%)

o
amp)amq)
1

amr) 55.163,00

ams) 32,99

100 500

amv) 69.297,00

amw) 41,44

500 1.000 m

amz) 29.531,00

ana) 17,66

dpl

amt)amu)
2

0 100

dpl

amx)amy)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-135

dpl

anb) anc)
4

and) 13.224,00

ane) 7,91

m dpl

anf)

anj)

> 1.000

ang) Total

anh)

ani)

167.215,00

100,00

Sumber data : BPN Lombok Barat 2008

ank)
anl)
anm)
ann)
ano)
anp)
anq)
anr)
ans)
ant)
anu)
anv)
anw)
anx)
any)
anz)

Gambar 2.1. Diagram 1. Tofografi proporsi ketinggian

Kabupaten Lombok Barat


aoa)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-136

Topografi proporsi ketinggian


Kabupaten Lombok Barat

aob)
aoc)
aod)
aoe)
aof)

Kemiringan tanah merupakan suatu factor yang sangat perlu

dipertimbangkan di dalam segala kegiatan pembangunan, terutama


pembangunan yang bersifat fisik. Hal ini mengingat lereng atau
kemiringan tanah sangat berpengaruh terhadap erosi permukaan tahan.
Semakin besar kemiringan tanah, akan semakin cepat aliran permukaan
dan semakin besar daya angkut dari aliran tersebut.
aog) Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Lombok Barat sangat
bervariasi dan diklasifikasikan dalam 4 (empat) kemiringan. Tingkat
kemiringan yang paling luas 0 5% mencapai sekitar 30.660 ha atau
35,54% dari luas Kabupaten Lombok Barat, kemiringan 2 15% seluas
15.759 ha atau 18,27% dari luas Kabupaten Lombok Barat, kemiringan
lahan 40% seluas 13.693 ha atau 15,87% dari luas wilayah Kabupaten
Lombok Barat.
aoh)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-137

aoi)

Tabel 2.2. Tingkat kemiringan tahan di wilayah Kabupaten Lombok

Barat
aoj)
aok)
N

aom) Luas Peringkat Kemiringan (ha)


aol)

Keca

matan

ngsari

apd)ape) Batul
2

ayar

apk)apl)
3

Narm

ada

ar

apy)apz) Kediri
5
aqf) aqg) Kurip
6

pi

aqt) aqu) Gerun


8

ara) arb) Lemb


9

aou) >

2%

15%

- 40%

40%

aoy) 2

aoz) 9 apa) 1.0

.946

85

75

apg) 8

aph) 55

.968

91

apf)

apm) 2

apt) 3

apn) 2 apo) 2.8

mlah
aoo) (

ar

arh) ari)
10 ong

aro) Jumlah

apc) 8

.968

.974

api)

apj)

.411
apq) 1

98

.475

0.762

apu) 2 apv) 2.9

apw) 0

apx) 9

.562

.835

.838

85

aqa) 1

aqb) 1

aqc) 15

aqd) 3

aqe) 2

.565

34

07

.164

89

aqk) 2

86

71

.156

aqo) 1

aqp) 9

aqq) -

aqr) -

aqs) 2

.858

75

aqv) 4

aqw) 1

aqx) 72

aqy) 3

aqz) 6

.120

.072

16

.230

arg) 7

aqh) -

arc)

.595
Sekot

apb) 3

app) 2

aqi)

an

aqm)aqn) Labua
7

aot) 15

.827

apr) aps) Lings


4

aos) 2

ha)

aow)aox) Gunu
1

aor) 0

aon) Ju

arj)

.946
arp) 3

aqj)

aql)

.833

ard) 2 are) 2.2


.149
ark)

.658

3 arl)

.167
arq) 1 arr)

arf)

85

.029

14.

arm) 6

arn) 3

576

.356

3.045

26.

ars)

art)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

8
III-138

aru) Persenta

0.660

5.759

150

3.693

6.262

arv) 3

arw) 1

arx) 30

ary) 1

arz) 1

5,54

8,27

,31

5,87

00,00

se (%)

asa) Sumber Data : BPN Kabupaten Lombok Barat tahun 2008


asb)
asc)

Geohidrologi

asd)
ase)

Wilayah Kabupaten Lombok Barat dilalui oleh banyak aliran

sungai dan anak sungai, namun tidak semua sungai berair


sepanjang tahun. Mata air yang ada di wilayah Kabupaten Lombok
Barat terdapat sekitar 146 sumber mata air yang airnya mengalir
ke sungai-sungai Meniting, Dodokan, Jangkuk, Babak dan
Sekotong.
asf)

Tabel 2.3. Banyaknya Sungai di Lombok Barat di rinci

menurut Kecamatan
asg) ash)
N

Kec

amatan

asi)

Bany

asj)

aknya

Nama
Sungai

Sungai
ask) asl)
1

Kelep

Pelangan

Le

asp)

Jelateng

Ger

ass)

Dodokan

Lab

asv)

Babak

Ked

asy)

Paku Keling

uapi

asw) asx)
5

ung

ast) asu)
4

mbar

asq) asr)
3

asm)

otong

asn) aso)
2

Sek

iri

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-139

asz) ata)
6

Kuri

atb)

pan

Sulin/Lendang
Lekong

Dalem/Batu
Kumbung

atc) atd)
7

Nar

ate)

Jangkok

Lin

ath)

Midang

Jangkok

Ancar

Meninting

Midang

Meninting

mada

atf) atg)
8

gsar

ati) atj)
9

Gu

atk)

nung Sari

atl) atm)
1

Bat

atn)

u Layar

ato)
atr)

Jumlah

atp)

15

atq)

Sumber Data : Kecamatan dalam Angka Lombok Barat,

2010
ats)

Potensi air baku di Kabupaten Lombok Barat untuk

pengembangan Sistim Pengelolaan Air Minum (SPAM) selama


sepulu tahun kedepan pada umumnya tersedia. Air permukaan
yang dapat dimanfaatkan adalah ; Sungai Meninting, Jangkok dan
Sungai Babak. Yang memerlukan upaya khusus untuk air baku
serta air minumnya adalah Kecamatan Gerung, Kediri, Narmada
dan kecamatan Lembar.
att)

Sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari ait

tanah (akifer) termasuk mata air dan air permukaan. Berdasarkan


atas besaran curah hujan per tahun, hujan lebih dan
evapotranspirasi tahunan yang akan berpengaruh terhadap air

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-140

metropologis sesuai dengan gradasi sebaran curah hujan, maka


makin ke selatan wilayah Kabupaten Lombok Barat makin sedikit
ketersediaan air metrologisnya.
atu)

Berdasarkan data yang tersedia jumlah mata air di

Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2008 berjumlah 146 buah


yang tersebar di kecamatan Batulayar (7 buah), Gunungsari (23
buah), Narmada (81 buah). Dari 146 buah mata air tersebut,
sebanyak 138 mata air mempunyai debit sebesar 1-50 lt/detik,
sebanyak 5 mata air mempunyai debit sebesar 51-100 lt/detik dan
debit diatas 100 lt/detik sebanyak 3 mata air. Dari sejumlah 146
buah, yang sudah dimanfaatkan sebanyak 30 mata air oleh PDAM
maupun Desa. Dengan memperhatikan kondisi terjadinya
penebangan hutan secara liar dan adanya kenversi lahan dari
lahan kebun, hutan, pertanian ke lahan pemukiman maka jumlah
mata air cendrung akan berkurang jika tidak dilakukan
perlindungan sumber mata air.
atv)
atw)
atx)

2.2. Administratif

aty)
atz)

Luas wilayah Kabupaten Lombok Barat adalah 2.215,11

Km2, yang terdiri dari daratan seluas 862,62 Km dan lautan


seluas 1.352,49 Km. Secara administrasi berdasarkan
ketetapan Undang-undang No. 26 Tahun 2008 tentang
pembentukan Daerah Otonomi Baru tertanggal 30 Desember
2008 Kabupaten Lombok Barat terbagi dalam 10 kecamatan, 88
Desa dan 671 Dusun, dimana Kecamatan Sekotong memiliki
wilayah terbesar dengan luas wilayah 330,45 Km dan terkecil
Kecamatan Kuripan dengan luas wilayah 21,56 Km. Luas
wilayah Administrasi Kabupaten Lombok Barat terlihat pada tabel
berikut ini.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-141

aua)
aub)

Tabel 2.4. Pembagian Wilayah Administrasi


Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009.
auf)

aug)

aui)

Ju

Lua

Lu

m
auc) aud)
N

ecam

aue)

Ib

ukota

atan

auh)

(Km

auj)

(%)

)
D
e
s
a

auk) aul)
1

aum)

ekoto

ekotong

ng

Tengah

aun)

auo)

aup)

529

50,

8
auq) aur)
2

emba

aus)

Le

mbar

aut)

auu)

auv)

10

62,

5,9

6
auw) aux)
3

erung

auy)

erung

auz)

ava)

avb)

14

62,

5,9

0
avc) avd)
4

abua
pi

ave)
buapi

La

avf)

avg)

avh)

12

28,

2,6

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-142

3
avi) avj)
5

ediri

avk)

ediri

avl)

avm)

avn)

10

21,

2,0

4
avo) avp)
6

uripa

avq)

uripan

avr)
6

avs)

avt)

21,

2,0

6
avu) avv)
7

arma

avw)

armada

avx)

avy)

avz)

21

107

10,

da

2
awa) awb)
8

ingsar

awc)

Li

ngsar

awd)

awe)

awf)

15

96,

9,1

8
awg) awh)
9

awi)

unun

unung

g Sari

Sari

awj)

awk)

awl)

16

89,

8,5

4
awm)awn)
1

atula

awo)

atulayar

awp)

awq)

awr)

34,

3,2

yar

1
aws)

Tot
al

awt)

awu)
12
2

awv)
1.0

aww)
10

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-143

2
awx)

Sumber : Badan Pusat Statistik Lombok Barat

awy)
awz) Wilayah Kabupaten Lombok Barat yang terdiri dari 10
Kecamatan, dengan masing-masing kecamatan terdiri dari beberapa
Desa, rincian jumlah Desa dapat terlihat pada tabel berikut ini.
axa)

Tabel 2.5. Nama Kecamatan dan Desa di Kabupaten


Lombok Barat Tahun 2009.

axb)
axc) axd)
N

axe)

Nama Desa

ama
Kecam
atan

axf) axg)
1

S 1. Sekotong Tengan

ekoton 2. Sekotong Barat


g
3. Pelangan
4. Cendi Manik

6. Buwun Mas
7. Kedaro
8. Batu Putih
9. Gili Gede

Indah
axh)
axi) axj)
2

5. Taman Sari

L 1. Lembar

embar

6. Sekotong

Timur
2. Mareja

7. Labuhan

Tereng
3. Jembatan Kembar

8. Jembatan

Gantung

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-144

axk) 4. Lembar Selatan

9.

Mareje Timur
axl) 5. Jembatan Kembar Timur

10.

Eyat Mayang
axm)axn)
3

G 1. Gerung Utara

erung

8.

Babusalam
2. Kebon Ayu

9. Dasan

Tapen
3. Gapuk
4. Dasan Geres
5. Suka Makmur

10. Beleke
11. Tempos
12. Gerung

Selatan
6. Banyu Urip

13. Mesanggok

7. Giri Tembesi

14. Taman Ayu

axo)
axp) axq)
4

L 1. Bengkel

abuapi

7. Bagik Polak

Barat
2. Merembu

8. Terong

Tawah
3. Bagik Polak
4. Telaga Waru

9. Kuranji
10. Karang

Bongkot
5. Perampuan
6. Bajur

11. Labuapi
12. Kuranji

Dalang
axr) axs)
5

ediri

K 1. Kediri

6. Kediri

Selatan

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-145

2. Montong Are

7.

Banyumulek
3. Jagerage Indah

8. Ombe

Baru
4. Gelogor
5. Rumak
axt) axu)
6

K 1. Kuripan

uripan 2. Jagerage

9. Dasar Baru
10. Lelede
4. Giri Sasak
5. Kuripan

Selatan
3. Kuripan Utara

6. Kuripan

Timur
axv) axw)
7

N 1. Lembuak

armad 2. Nyiur Lembang


a
Sempaga
3. Peresak
4. Keru

12. Selat
13. Lembah

14. Sesaot
15. Dasan

Tereng
5. Batu Kuta

16. Badrain

6. Tanak Beak

17. Sembung

7. Sedau

18. Krama Jaya

8. Suranadi

19. Gerimak

Indah
9. Narmada
10.

Pakuan

20. Golong
21. Buwun

Sejati
axx)
axy) axz)

11. Mekar Sari

L 1. Lingsar

9. Langko

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-146

ingsar

2. Batu Kumbung

10. Dasan

Geria
3. Duman

11. Peteluan

Indah
4. Segerongan

12. Gegerung

5. Karang Bayan

13. Batu Mekar

6. Giri Madia

14. Saribaye

7. Genggelang

15. Gontoran

8. Bug-Bug
aya) ayb)
9

unung
Sari

ayc)

1.Gunung Sari

9. Mambalan
ayd)

2. Midang

10. Dopang
aye)

3. Kekait

11. Penimbung
ayf)

4. Kekeri

12.Taman Sari
ayg)

5. Sesela

13

Jati Sele
ayh)

6. Guntur Macan

14. Mekarsari
ayi)

7. Ranjok

15. Gelangsar
ayj)

8. Bukit Tinggi

16. Jeringo
ayk) ayl)
1

B 1. Batu Layar

atulay

6. Lembah

Sari

ar
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-147

2. Meninting
3. Sandik
4. Batu Layar Barat

7. Senteluk
8. Senggigi
9. Pusuk

Lestari
5. Bengkaung
aym)

Sumber Data : Data Olahan Bappeda Kabupaten Lombok


Barat, Tahun 2012

ayn)
ayo)
ayp)
ayq) Batas-batas administrasi wilayah Kabupaten Lombok Barat
dapat terlihat pada gambar sebagai berikut :
ayr)
ays)

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Lombok

Barat

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-148

ayt)
ayu)

LAPORAN AKHIR
III-149
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis Kemandirian Daerah

ayv)

3.4.2 Kependudukan

Pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya


melalui pengendalian kuantitas penduduk dan peningkatan kualitas
insane dan sumber daya manusia. Karakteristik pembangunan sumbaer
daya manusia dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan
penduduk dan pengembangan kualitas penduduk melalui perwujudan
keluarga kecil yang berkualitas.
Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Barat sebesari 611.704 jiwa
(2009). Dengan luas wilayah 1.053,92 Km 2. kepadatan penduduk
Kabupaten Lombok Barat mencapai 580 jiwa/Km 2, dimana Kecamatan
Kediri merupakan Kecamatan tertinggi kepadatan penduduknya yakni
2.673 jiwa/Km2 disusul Kecamatan Labuapi

2.283 jiwa/Km2 dan

terendah Kecamatan Sekotong sebesar 99 jiwa/Km2.

Tabel 2.6. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk


dirinci

menurut Kecamatan di Kabupaten Lombok Barat

Tahun 2009

Luas

Jumlah

Kepadatan

Wilayah

Penduduk

Penduduk

(Km)

(Jiwa )

(Jiwa/km)

529,38

52.271

99

Lembar

62,66

48.508

774

Gerung

62,30

76.588

1.229

Labuapi

28,33

64.673

2.283

Kediri

21,64

57.843

2.673

Kuripan

21,56

34.626

1.606

Kecamatan

Sekotong

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-150

Narmada

107,62

90.764

843

Lingsar

96,58

68.998

714

Gunung Sari

89,74

78.218

872

Batu Layar

34,11

39.215

1.150

Jumlah

1.053,92

611.704

580

Sumber : Kabupaten Lombok Barat dalam Angka 2009

Perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan akan


menghasilkan suatu ukuran yang disebut Sex Ratio (SR). Untuk
keperluan perencanaan, SR merupakan informasi yang dapat
menggambarkan perbandingan penduduk menurut jenis kelamin
sehingga pemenuhan berbagai aspek pelayanan untuk laki-laki dan
perempuan dapat terpenuhi.
Tabel 2.7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin di
Kabupaten Lombok Barat, 2009
No

Kecamata

Laki-

Perempu

Jumla

Rasio Jenis

laki

an

Kelamin

Sekotong

25.664

26.607

52.27

96,45

1
2

Lembar

23.944

24.564

48.50

97,48

8
3

Gerung

37.277

39.361

76.58

94,58

8
4

Labuapi

31.317

33.356

64.67

93,89

3
5

Kediri

28.068

29.775

57.84

94,27

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-151

Kuripan

17.147

17.479

34.62

98,10

6
7

Narmada

44.374

46.390

90.76

95,65

4
8

Lingsar

33.816

35.182

68.99

96,12

8
9

Gunungsar

38.278

39.940

i
10

78.21

95,84

Batu Layar

19.240

19.795

39.21

98,10

5
Total

299.2

312.449

55

611.7

95,78

04

Sumber data : Lombok Barat Dalam Angka 2010


Rasio jenis kelamin selama kurun waktu tahun 2005-2009 terjadi
fluktuasi perubahan namun relative stabil. Tahun 2005 rasio jenis
kelamin sebesar 93,15 berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 93 penduduk laki-laki dan pada tahun 2009 sebesar 95,78 atau
untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki.

Tabel 2.8. Rasio Jenis Kelamin di Kabupaten Lombok Barat Tahun 20052009.
Dalam Profil Kabupaten Lombok Barat Tahun 2009
No

Kecamatan

Rasio Jenis Kelamin/Tahun


2005

2006

2007

2008

2009

Sekotong

93,71

94,47

94,47

89,33

96,46

Lembar

9,.42

95,48

95,47

90,28

97,48

Gerung

91,71

92,63

92,64

87,60

94,58

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-152

Labuapi

90,93

91,96

91,96

86,96

93,89

Kediri

91,94

92,33

92,33

87,31

94,27

Kuripan

95,23

96,09

96,09

90,86

98,10

Narmada

93,58

93,69

93,69

88,59

95,65

Lingsar

93,39

94,15

94,15

89,02

96,12

Gunungsari

93,43

93,87

93,87

88,76

95,84

Batulayar

95,34

96,09

96,09

90,87

98,11

Jumlah

93,15

93,81

93,81

88,71

95,78

10

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat

Klp.
Umu
r
0-4

5-

Kecamatan
Sekot

Lem

Geru

Labua

Kedi

Kurip

Narm

Lings Gn.

Bt.

ong

bar

ng

pi

ri

an

ada

ar

Layar

5.081

4.878

9
10 -

5.627

14
15 -

5.669

19
20 -

4.826

24
25 -

4.229

29
30 -

4.601

4.71

7.44

4.52

7.14

5.22

8.23

5.26

8.30

4.47

7.07

3.92

6.20

4.26

6.74

6.284

6.029

6.951

7.013

5.975

5.238

5.697

5.62

3.36

5.39

3.23

6.21

3.73

6.27

3.75

5.34

3.19

4.68

2.80

5.09

3.04

8.822

Sari

6.70

7.603

3.813

7.297

3.662

8.417

4.226

8.483

4.254

7.223

3.619

6.330

3.171

6.886

3.450

7
8.467

6.43
8

9.766

7.42
6

9.843

7.48
3

8.382

6.37
1

7.346

5.58
3

7.991

6.07

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-153

34
35 -

3.687

3.42

5.40

2.75

4.34

2.32

3.66

1.88

2.98

1.78

2.82

1.33

2.10

2.60

4.11

39
40 -

2.967

44
45 -

2.502

49
50 -

2.037

54
55 -

1.927

59
60 -

1.436

64
65+

2.803

Jumla 52.27
h

48.5
07

4.560

3.667

3.094

2.326

2.390

1.775

4.07

2.44

3.28

1.96

2.76

1.65

2.25

1.34

2.13

1.27

1.58

952

4
6.401

4.86

76.5 64.67

5.150

3.91

89

1.85

843

4.438

2.277

3.744

1.878

3.050

1.526

2.886

1.444

2.148

1.078

4.198

2.101

5
4.344

3.30
3

3.539

2.69
0

3.349

2.54
5

2.492

1.89
5

3.10

57.

2.766

7
3.476

5.516

4.872

34.6 90.76
26

3.70

68.9 78.21 39.21


98

Tabel 2.9. Distribusi Penduduk Menurut kelompok Umur di Kabupaten Lombok


Barat tahun 2005-2009.

Kabupaten Dalam Angka 2009/2010

Tabel 2.10 Distribusi Penduduk Kabupaten Lombok Barat Menurut


kelompok umur dan Jenis Kelamin Tahun 2009.
Kelompok

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Umur (Thn)

(jiwa)

(jiwa)

(jiwa)

<1

7.547

5.268

12.815

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-154

1-4

24.397

20.946

45.343

5 - 14

56.461

64.705

121.166

15 44

142.143

172.903

315.046

45 - 64

42.558

45.383

87.941

>=65

10.460

10.461

20.921

283.566

319.666

603.232

Jumlah

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat 2009

Bila dibandingkan antar jenis kelamin, di Kabupaten Lombok


Barat penduduk perempuan usia 5-14 tahun lebih banyak jumlahnya
daripada penduduk laki-laki, yaitu 64.705 jiwa (53,4%) perempuan dan
56.461 jiwa (46,60%) laki-laki. Pada kelompok usia produktif yaitu usia
1564 tahun, penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk
laki-laki dimana jumlah penduduk perempuan pada kelompok ini adalah
218.286 jiwa (54,16%) sementara laki-laki berjumlah 184.701 jiwa
(45,83%), sedangkan pada kelompok usia lanjut jumlah penduduk
perempuan dan penduduk laki-laki hampir sama.
Kepadatan dan Penyebaran Penduduk di Kabupaten Lombok Barat
Tahun 2005 2009 dapat disajikan dalam table dibawah ini.

Tabel 2.11. Kepadadatan dan Penyebaran Penduduk Menurut Kecamatan


di Kabupaten Lombok Barat Tahun 2005 2009.
Luas
N

Kecamat

Wilaya

an

h
(km)

Jumlak

Kepadatan

Penyebaran

Penduduk

Penduduk

Penduduk

(jiwa)

Per Km

(%)

2005

2009

200

200

2005 2009

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-155

Sekotong

529,38

48.130

52.27

91

99

8,75

8,55

699

774

7,96

7,93

76.58 1.11 1.22

12,5

12,5

64.67 2.02 2.28

10,4

10,5

57.84 2.43 2.67

9,57

9,46

5,63

5,66

15,0

14,8

10,5

11,2

12,9

12,7

6,53

6,41

100,

100,

00

00

1
2

Lembar

62,66

43.800

48.50
8

Gerung

62,3

69.311

8
4

Labuapi

28,33

57.341

3
5

Kediri

21,64

52.673

3
6

Kuripan

Narmada

21,56

107,62

30.994

82.796

34.62 1.43 1.60


6

90.76

769

843

4
8

Lingsar

96,58

58.073

68.99

601

714

8
9

Gunungs

89,74

71.251

ari
1

Batulaya

r
Jumlah

78.21

794

872

8
34,11

35.947

39.21 1.05 1.15


5

522

580

1.053,

550.3

611.7

92

16

04

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat 2009

Berdasarkan analisis kependudukan, laju pertumbuhan rata-rata


penduduk Kabupaten Lombok Barat sampai dengan tahun 2009
sebesar 1,41%. Proyeksi penduduk Kabupaten Lombok Barat sampai
tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 2.12. di bawah ini.
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-156

Tabel 2.12. Proyeksi Penduduk dirinci per kecamatan, 2005 2009

Kecamat

an

Sekoton
g

Lembar

Gerung

Labuapi

Kediri

Kuripan

Narmad
a

Lingsar

Gunungs
ari

Batulaya

r
Jumlah

Jumlah Penduduk/Tahun

Laju

2005

2006

2007

2008

2009

43.52

44.03

44.57

45.13

45.67

38.01

38.32

38.66

38.99

39.31

65.06

65.64

66.28

66.92

67.54

57.85

58.93

60.06

61.22

62.38

51.10

51.70

52.34

52.99

53.63

31.09

31.60

32.15

32.70

33.25

85.15

86.44

87.83

89.23

90.66

57.72

58.38

59.10

59.82

60.53

65.63

66.71

67.86

69.03

70.19

37.57

38.75

39.37

40.31

41.27

532.7

540.5

548.2

556.3

564.4

58

31

66

88

69

Pertumbu
han (%)
1,42

1,44

1,38

1,37

1,38

1,45

1,40

1,41

1,41

1,45

1,41

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-157

Sumber data : BPS Kabupaten Lombok Barat (Kecamatan Dalam Angka


2010)

Perkembangan penduduk miskin Kabupaten Lombok Barat dari


tahun 2003 2007 tergambar pada grafik di bawah ini. Angka
kemiskinan pada tahun 2003 berjumlah 32,75% bergerak menurun
menjadi 30,23% pada tahun 2007. Rata-rata penurunan angka
kemiskinan dari tahun 2003 2007 sebesar 0,63% per tahunnya.

Tabel 2.13. Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lombok Barat Th.


2008-2009

Tahun

Penduduk Miskin

Persentase

2008

156.657

25,87

2009

146.931

24,02

Sumber data : Dinas Sosial, Tenaga Kerja&Transmigrasi Kab. Lombok


Barat 2009

3.4.

Pendidikan

Sumber daya manusia yang mampu bersaing dalam era


globalisasi adalah yang berkualitas. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas intelegensi dan intelektual manusia adalah
melalui pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal diharapkan

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-158

mampu membangun moral dan kualitas bangsa. Selain peningkatan


sarana dan prasarana berupa fisik, peningkatan sumber daya manusia
juga penting. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten
Lombok Barat diarahkan maju dan modern namun tetap berakar pada
akar budaya dan religi. Sebagaimana tertuang dalam visinya yakni
Terwujudnya masyarakat Lombok Barat yang maju, mandiri dan
bermartabat dengan dilandasi nilai-nilai Patut Patuh Patju dengan salah
satu misi yakni Meningkatkan Optimalisasi Pelayanan Pendidikan dan
Kesehatan secara Berkeadilan, Berkualitas dan berkelanjutan.
Pendidikan bertujuan meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan
penduduk secara maksimal. Dengan demikian, penduduk baik sebagai
perorangan maupun sebagai kelompok masyarakat merupakan sasaran
kegiatan pembangunan pendidikan. Oleh karena itu, dinamika
masyarakat dengan permasalahan yang ada akan sangat mempengaruhi
pendidikan secara menyeluruh.

Tabel 2.14. Jumlah Siswa Usia Sekolah menurut Kecamatan di


Kabupaten Lombok Barat

Kecamata

Jumlah Siswa/Kelompok Usia Sekolah


7 12

13 15

16 18

Tahun

Tahun

Tahun

Sekotong

8.102

1.962

240

Lembar

5.342

1.380

985

Gerung

7.415

4.064

2.674

Labuapi

6.858

2.474

1.333

Kediri

5.985

3.745

2.535

Kuripan

3.875

1.737

2.107

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-159

Narmada

9.861

3.661

1.998

Lingsar

6.636

2.424

1.766

7.893

4.311

2.014

4.831

1.401

828

66.795

27.195

35.71

Gunungsar
i
Batulayar
Jumlah

Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten


Lombok Barat (Lombok Barat Dalam Angka 2010)

Berdasarkan Jumlah siswa usia sekolah, Kecamatan Narmada


menduduki peringkat terbesar untuk kelompok usia sekolah 7-12
tahun ,terendah kecamatan Kuripan, pada kelompok usia 13-17 tahun
terbesar di kecamatan Gunungsari dan terendah kecamatan Lembar
sedangkan untuk kelompok usia 16-18 tahun peringkat tertinggi
Kecamatan Gerung peringkat terkecil pada kecamatan Sekotong.
Jumlah siswa putus sekolah dari tingkat SMP sederajat sampai dengan
SMA sederajat menurut jenis kelamin per kecamatan di kabupaten
Lombok Barat terlihat pada table berikut.

Tabel 3.15.
Jumlah Siswa putus sekolah di kabupaten Lombok Barat tahun ajaran
2009/2010

Kecamat
an
Sekoton

SD/MI

SMP/MTs

SMA/SMK/MA

Laki-

Perempu

Laki-

Perempu

Laki-

Perempu

laki

an

laki

an

laki

an

93

52

49

39

10

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

13

III-160

g
Lembar

24

13

Gerung

30

16

17

23

Labuapi

22

41

18

Kediri

13

11

13

11

Kuripan

17

17

87

15

Narmada

19

11

51

24

13

Lingsar

28

21

53

43

40

32

Gunungs

47

34

37

27

11

11

251

155

264

230

193

115

ari
Batulaya
r
Jumlah

Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten


Lombok Barat
Ketersediaan tenaga guru yang dapat mempengaruhi daya
tangkap murid terhadap pelajaran di kabupaten Lombok Barat dapat
terlihat dari rasio murid/guru, dapat tersajikan dalam table berikut ini.
Tabel 2.15.
Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Lombok
Barat menurut Jenis Sekolah dan Jenis Kelamin,
2009/2010.
Jenis
Sekolah
TK
SD
SLB
SLTP
SPDT
SMA

Sekolah
Negeri
Swasta

322
1
34
29
12

85
6
15
1
8

Guru
LakiPerempuan
Laki
6
316
1.890
1.814
7
10
725
589
145
89
411
320

Murid
Laki- Laki
Perempuan
2.114
35.312
41
9.636
740
3.887

2.037
33.260
32
8.074
755
3.566

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-161

SMK
Jumlah

10
413

12
127

463
3.64
7

189
3.327

3.984
55.71
4

1.910
49.634

Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten


Lombok Barat

Gambaran kondisi pendidikan untuk Angka Partisipasi Sekolah (APS)


sebagai

indikator

umum

pelaksanaan

Program

Wajib

Belajar

di

Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Angka Partisipasi Sekolah penduduk untuk SD/MI/SDLB sebesar


107,28%.

Angka Partisipasi Sekolah penduduk untuk SMP/MTs sebesar 85,06%.

Angka Partisipasi Sekolah penduduk untuk SMA/SMK/MA sebesar


51,25%.

Berikut adalah perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan


Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan berdasarkan masing-masing
jenjang sekolah pada tahun 2009 di Kabupaten Lombok Barat.

Tabel 2.14. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni
(APM)

Jenjang Sekolah

APK Tahun 2009

APM Tahun 2009

107,28

94,83

SMP/MTs

85,06

64,71

SMA/MA/SMK

51,25

57,71

SD/MI

Sumber data : Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan


Olahraga Kabupaten Lombok Barat, 2009

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-162

2.5 Kesehatan

Meningkatnya kemajuan tehnologi dan pembangunan diharapkan


mampu meningkatkan kualitas kesehatan penduduk secara signifikan
dan mampu menurunkan angka kematian. Pemerintah Kabupaten
Lombok Barat telah berusaha semasimal mungkin untuk menyediakan
sarana kesehatan secara merata, penyediaan sarana kesehatan meliputi
rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling,
posyandu, polindes dan pelayanan kesehatan swasta. Banyaknya
sarana dan prasarana kesehatan ini mengalami penurunan karena
sarana kesehatan seperti puskesmas keliling, balai pengobatan dan took
obat mengalami kerusakan dan tidak dapat beroperasi. Banyaknya
sarana dan prasarana kesehatan di Kabupaten Lombok Barat terlihat
pada table berikut.

Tabel 2.15. Banyaknya Rumah Sakit dan Unit Pelayanan Kesehatan


Lainnya di Kabupaten Lombok Barat, 2009

Kecamat
an

Rumah

Puskesm

Puskesm

Puskesm

Polind

Sakit

as

as

as

es

Keliling

Pembant

Umum

u
Sekotong

Lembar

Gerung

10

Labuapi

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-163

Kediri

Kuripan

Narmada

12

Lingsar

Gunungs

10

15

17

57

66

ari
Batulaya
r
Jumlah

Sumber data : Kabupaten Lombok Barat Dalam angka 2009/2010

Tingkat derajat kesehatan di Kabupaten Lombok Barat dapat


dilihat dari beberapa indicator, antara lain : angka kematian bayi per
1.000 kelahiran hidup, angka kematian ibu melahirkan per 100.000
kelahiran hidup, rata-rata usia harapan hidup penduduk dan status giji
masyarakat. Perkembangan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten
Lombok Barat dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 mengalami
penurunan.
Usia harapan hidup meningkat dari 58,1 tahun pada tahun 2004
menjadi 59,41 tahun pada tahun 2007 atau rata-rata kenaikan sebesar
0,35% per tahun. Hal ini menunjukkan kualitas kesehatan masyarakat
secara umum telah meningkat, namun penduduk yang bertempat
tinggal pada daerah terpencil perlu mendapat perhatian yang lebih
besar mengingat daerah ini memiliki resiko sarana sarana kesehatan
terhadap penduduk masih kecil. Angka kematian bayi menurun dari 19
per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi 16,29 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2008. Angka kematian Ibu per 100.000

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-164

kelahiran hidup menurun dari 287 pada tahun 2004 menjadi 137,85
pada tahun 2008.

Tabel 2.16. Derajat Kesehatan Penduduk Kabupaten Lombok Barat

Uraian

Satuan

o
1

Usia Harapan

thn

Hidup
2

Angka

Per

Kematian

1.000

Bayi

Kelahir

200

200

200

58,1 58,4 59,1


0

- 19,0

2007 2008

59,4

59,8

15,3

16,29

an
Hidup
3

Jumlah
Kematian Ibu

Kasus
Per

33

22

22

20

22

287

194

191

116,

137,8

88

634

687

761

100.00
0
Kelahir
an
Hidup
4

Bayi dengan

org

597

586

Berat Badan
Lahir Rendah
5

Status Gizi
Balita
Gizi Lebih

2,40 2,88 1,37

1,19

1,42

Gizi Baik

77,9 70,3 69,8

70,5

73,08

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-165

Gizi Kurang

16,8 21,2 25,1


5

Gizi Buruk

24,4

2,83 5,49 3,67

3,87

22,39

3,11

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun


2008
Data Proyeksi (Kab. Lombok Barat Gabung KLU)

Tabel 2.17. Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi per Kecamatan,


2009

No

Kecamat
an

Sekotong

Kelahir
an
Total

Bayi Lahir
Hidup

Bayi
Masih
Hidup

Kemati
an Bayi

1.115

1.106

1.115

Lembar

945

936

933

12

Gerung

1.392

1.382

1.373

19

Labuapi

1.199

1.194

1.184

15

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-166

Kediri

1.056

1.049

1.048

Kuripan

685

679

678

Narmada

1.848

1.837

1.822

26

Lingsar

1.164

1.163

1.151

13

1.539

1.532

1.532

893

886

884

11.764

11.720

116

Gunungs

ari

10

Batulaya
r
Jumlah

11.83
6

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat


(Kabupaten Dalam Angka 2009/2010

Tabel 2.18. Jumlah Balita dan Kematian Balitan, per Kecamatan,


2009
N

Kecamatan

Jumlah Balita

Jumlah Kematian
Balita

Sekotong

5.345

Lembar

6.660

Gerung

6.665

10

Labuapi

6.805

Kediri

4.905

Kuripan

3.715

Narmada

9.545

Lingsar

9.064

Gunungsari

8.030

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-167

Batulayar

5.185

0
Jumlah

65.909

23

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat


(Kabupaten Dalam Angka 2009/2010

Tabel 2.19. Jumlah Kematian Ibu Maternal per Kecamatan, 2009


No Kecamat
an

Kematian Kematian

Kematian

Saat

Saat

saat masa

Hamil

Bersalin

Nifas

Jumlah

Sekotong

Lembar

Gerung

Labuapi

Kediri

Kuripan

Narmada

Lingsar

Gunungs

13

18

ari
10

Batulaya
r
Jumlah

Sumber data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat (Kabupaten


Dalam Angka 2009/2010

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-168

Tenaga kesehatan di Kabupaten Lombok Barat terdiri dari Dokter,


perawat, apoteker, baik yang ada di Dinas Kesehatan, RSUD maupun di
Puskesmas, dan guna meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, sangat diperlukan peningkatan banyaknya tenaga
kesehatan yang mempunyai kopetensi tinggi dibidang masing-masing.
Tabel 2.20. Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Lombok
Barat menurut jenis kelamin tahun 2008 2009

Tenaga

Kesehatan

Dokter Spesialis

Dokter Umum

Dokter Gigi

Sarjana

2008

2009

Laki-

Perempu

laki

an

Laki-

Perempua

laki

10

14

15

19

18

13

10

43

72

41

74

126

226

145

236

62

29

76

33

Kesehatan
Masyarakat
5

Paramedis
a. Sarjana
b. Sarjana Muda
c. Pembantu
Paramedis

Apoteker

Tata Usaha

Sumber Data : Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat


(Kabupaten Dalam Angka 2009/2010)

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-169

2.6.

Sosial Masyarakat

Di Kabupaten Lombok Barat pemeluk agama Islam memang


menjadi mayoritas namun hal tersebut tidak menimbulkan adanya
suatu konflik dengan pemeluk agama lain. Gambaran komposisi
penduduk menurut agama di Kabupaten Lombok Barat adalah sebagai
berikut :

Tabel.2.21. Banyaknya Pemeluk Agama di Kabupaten Lombok Barat


dirinci menurut Kecamatan, 2009

Kecama
tan
Sekotong

Islam
48.21

Protest

Katol

Hind

Budh

Jumla

an

ik

12

5.297

9
Lembar

40.66

0
-

1.108

2.266

2
Gerung

68.78

55.78

39

39

82.68

55.68

59

59

1.266

42.03

3.293

71.83
2

58.98
0

40

2.379

8
Narmada

57.16
6

7
Kuripan

77.12
9

2
Kediri

44.03
6

3
Labuapi

53.53

44.45
7

92

18

10.26
7

82.20
9

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-170

Lingsar

54.51

13

2.423

56.94

2
Gunungs
ari
Batulaya
r
Jumlah

69.10

8
24

49

ase

71.43

4
37.22

9
123

31

1.926

39.30

0
543.8

0
402

198 38.48 2.266

39
Persent

2.262

92,93

585.1

9
0,069 0,024

6,58

94
0,39

100,0

Sumber Data : Kantor Departemen Agama Kabupaten Lombok Barat

Diagram 2.3. Proporsi Pemeluk Agama di Kabupaten Lombok Barat

Jumlah
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Budha

Kehidupan beragama dalam hal kesadaran melaksanakan ritual


ibadah telah berkembang di Lombok Barat sebagai daerah yang religious,
sebagaimana sebutan popular bagi pulau seribu masjid. Begitu pula
dengan keharmonisan antar umat beragama masih tetap terjaga dan
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-171

terjalin dengan penuh toleransi. Namun demikian permasalahan


kehidupan intern seperti berkembangnya aliran yang dianggap
sesat/menyimpang dari ajaran yang sesungguhnya dan hal ini sering
menimbulkan konflik social dan bahkan berpotensi menimbulkan konflik
horizontal.

Untuk mendukung aktivitas keagamaan terdapat sarana ibadah


berupa masjid, mushalla, gereja, pura dan wihara, dengan jumlah pada
masing-masing kecamatan sebagai berikut.

Tabel. 2.22. Tempat Ibadah menurut golongan Agama di


Kabupaten Lombok Barat dirinci menurut Kecamatan,
2009.

Kecamat

Masji

Mushal

an

la

104

Lembar

Wihar

Gereja

Pura

111

39

74

117

Gerung

78

123

33

Labuapi

52

52

Kediri

33

54

Kuripan

37

52

Narmada

87

40

24

Lingsar

74

165

16

Gunungsari

85

93

Batulayar

53

109

12

677

916

153

Sekotong

Jumlah

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-172

Sumber Data : Kantor Departemen Agama Kabupaten Lombok


Barat

Komposisi penduduk Kabupaten Lombok Barat menurut penduduk asli,


pendatang, asal daerah dan etnis tergolong heterogen, terdiri dari
berbagai suku daerah, etnis dan golongan masyarakat yang hidup
dalam kerukunan, keharmonisan dan saling toleransi.
Komposisi tersebut dominan adalah suku Sasak, Samawa, Mbojo, Bugis
dan Bali serta etnis Melayu, Arab dan Tionghoa selebihnya adalah dari
Jawa, Sumatra dan Nusa Tenggara Timur. Warga Negara Asing yang
menetap hanya sebagian kecil saja dari adanya hubungan perkawinan
dengan penduduk setempat.
Indek Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan Indikator untuk
mengukur tingkat keberhasilan komulatif pembangunan, dimana IPM
Kabupaten Lombok Barat masih berada pada posisi yang tidak
menggembirakan, yakni berada pada urutan ke 8 di antara 9
kabupaten/kota se propinsi NTB.

Tabel 2.23. Percepatan Nilai Indek Pembangunan Manusia (IPM)


Kabupaten Lombok Barat 2005-2009

Nilai IPM
Indeks

Indeks

Pendidik

Kesehata

an

(AMH/Th

(UHH/Th

n)

n)

2005

60,90

2006

61,80

Tahun

Indeks

IPM

Daya Beli

Komposit

(Perkapit

(Partisipa

a)

si)

55,70

56,80

57,80

56,80

57,50

58,70

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-173

2007

61,83

57,63

58,60

59,34

2008

63,67

58,28

59,64

60,53

2009

63,96

59,00

60,83

61,27

Sumber Data : BPS Kabupaten Lombok Barat

Tabel 2.24. Komponen Pembentuk IPM Komposit Kabupaten


Lombok Barat Tahun 2009

Pendidikan

Tahun

Angka

Rata-rata

Melek

Lama

Huruf

Sekolah

(AMH)/Th

(%)

Kesehata
n

Ekonomi

(UHH)/Th

(Rp)

n
2005

73,70

5,30

58,40

606,100

2006

73,70

5,70

59,10

609,300

2007

73,80

5,66

59,54

614,000

2008

76,40

5,73

59,97

618,100

2009

76,41

5,87

60,40

623,210

Sumber Data : BPS Kabupaten Lombok Barat 2010

Perkembangan nilai IPM Kabupaten Lombok Barat secara agregatif pada


setiap komponen menunjukan kecendrungan kenaikan yang cukup berarti
dari tahun ke tahun, dengan komponen pengukuran pembangunan
manusia yakni Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi dan dijabarkan dalam
empat indicator teknis yaitu Usia Harapan Hidup (UHH), Angka Melek
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-174

Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) serta kemampuab Daya
Beli.
Pariwisata
Terdapat beberapa jenis obyek pariwisata yang potensial di Kabupaten
Lombok Barat dimana kesemuanya memiliki potensi yang tinggi bila
dikembangkan dan dikelola secara optimal. Potensi pariwisata tersebut
meliputi wisata alam, wisata religius, wisata sejarah dan budaya.
Jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke obyek obyek wisata di
Kabupaten Lombok Barat pada saat ini masih didominasi oleh obyekobyek wisata yang sudah lebih dulu maju dan relatif didukung oleh
sarana prasara yang cukup memadai seperti pantai Senggigi, pantai
Meninting, pantai Mangsit, taman Narmada, taman Suranadi, Batu
Bolong, Pura Lingsar, Hutan Sasaot.
Pertanian
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumberdaya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan-bahan
industri

atau

sumber

energi,

serta

untuk

mengelola

lingkungan

hidupnya. Tanah pertanian di Lombok Barat sebagian besar termasuk


jenis tanah Regosol dan sebagian lagi termasuk jenis tanah Aluvial yaitu
didaerah aliran sungai. Potensi / penggunaan lahan di Kabupaten
Lombok Barat tahun 2012 seluas 86.182 Ha, meliputi : lahan sawah
seluas 17.001 Ha; Lahan bukan sawah seluas 42.774 Ha; dan Lahan
bukan pertanian seluas 26.407 Ha.
Tanaman Pangan
Produksi tanaman pangan di Lombok Barat meliputi komoditas Padi
Sawah dan Padi Ladang. Selama 5 (lima) tahun terakhir rata rata
Produksi komoditas Padi Sawah mencapai naik dari 157.557 ton, pada
tahun 2013 produksi padi sawah mencapai 166.717 ton atau mengalami
peningkatan sebesar 11.847 ton dibandingkan tahun 2009 yang
mencapai 154.870 ton. Sementara itu untuk produksi padi ladang rata

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-175

rata produksi mencapai 5.855 ton selama kurun waktu 2009 2013,
dimana pada tahun 2009 produksi mencapai 5.568 ton mengalami
peningkatan pada tahun 2013 yakni sebesar 6.889 ton.
Holtikultura
Produksi Pertanian unggulan lainnya di Kabupaten Lombok Barat yakni
Holtikultura seperti Sayursayuran dan Buah-buahan. Produksi sayur
sayuran di Kabupaten Lombok Barat didominasi oleh Kangkung, Terung,
Tomat dan Cabe Rawit, selain itu terdapat juga Sawi, Bawang Merah,
Kacang Panjang dan Ketimun. Sementara itu untuk produksi buahbuahan didominasi oleh Mangga, Durian, Manggis dan Rambutan.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-176

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-177

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-178

Kelautan dan Perikanan


Wilayah Kabupaten Lombok Barat sebagian berbatasan langsung
dengan laut, oleh karena itu produk perikanan yang dihasilkan cukup
melimpah, namun dengan terbatasnya sarana dan prasarana
mengakibatkan peningkatan produksi yang tidak signifikan sehingga
perlu terus dilakukan peningkatan baik sarana dan prasarana juga
sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat agar dapat meningkatkan
produksi perikanan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Lahan budidaya perikanan sebagai tempat utama produksi perikanan
terdiri dari Budidaya Air Tawar, Budidaya Tambak, Budidaya Laut dan

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-179

Usaha Pembenihan. Luas lahan budidaya perikanan di Kabupaten


Lombok Barat pada tahun 2011 - 2013 rata rata mencapai 5.959,36
Ha, lahan terluas yakni budidaya laut yang rata rata mencapai
3.517,22 Ha selama kurun waktu 2011 2013.
Sementara itu, produksi perikanan di Kabupaten Lombok Barat meliputi
Budidaya, Penangkapan, Rumput Laut dan Mutiara. Pada tahun 2013
produksi perikanan masing masing capaiannya yakni 32,769,231 ton
produksi budidaya, 9,995,800 ton penangkapan, 50,115,000 ton Rumput
Laut dan 149 ton dari Mutiara. Walaupun luas lahan perikanan yang
semakin berkurang, produksi perikanan ternyata menunjukkan angka
yang terus meningkat tajam. Dari 79,450,080 ton tahun 2011 menjadi
92,880,180 ton pada tahun 2013. Hal ini dapat diartikan semakin
intensifnya pengelolaan usaha perikanan.

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-180

LAPORAN AKHIR
Penyusunan Strategi Pengelolaan Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan Berbasis
Kemandirian Daerah

III-181

Anda mungkin juga menyukai