Anda di halaman 1dari 5

1.

Regosol
Menurut empu-nya USDA, regosol merupakan tanah yang termasuk ordo entisol. Secara umum,
tanah entisol adalah tanah yang belum mengalami perkembangan yang sempurna, dan hanya
memiliki horizon A yang marginal. Contoh yang tergolong entisol adalah tanah yang berada di
sekitar aliran sungai, kumpulan debu vulkanik, dan pasir. Umur yang masih
muda menjadikan entisol masih miskin sampah organik sehingga
keadaannya kurang menguntungkan bagi sebagian tumbuhan.

Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna kelabu sampai
kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah yang demikian membuat
tanah tidak dapat menampung air dan mineral yang dibutuhkan tanaman
dengan baik.

Dengan kandungan bahan organik yang sedikit dan kurang subur, regosol
lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman palawija, tembakau, dan buah-
buahan yang juga tidak terlalu banyak membutuhkan air. Regosol banyak
tersebar di Jawa, Sumatera, dan Nusa Tenggara yang kesemuanya memiliki
gunung berapi.

2. Latosol

Dalam USDA jenis tanah latosol ini masuk dalam golongan inseptisol. Inseptisol berkembang pada
daerah yang lembab. Perkembangan horizon inseptisol berlangsung lambat sampai sedang.
Perkembangan yang lambat terjadi karena tanah berada pada ligkungan yang lembab, dingin, dan
mungkin terdapat genangan-genangan air.

Secara spesifik, latosol merupakan tanah yang berwarna merah hingga coklat sehingga banyak
yang menamainya sebagai tanah merah, memiliki profil tanah yang dalam, mudah menyerap air,
memiliki kandungan bahan organik yang sedang, dan pH netral hingga asam. Kadar humus latosol
mudah menurun, dan memiliki fosfat yang mudah bersenyawa dengan besi dan almunium. Latosol
banyak dijumpai di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bali, Jawa, Minahasa, Papua, dan Sulawesi.
Saat ini, jenis tanah latosol banyak digunakan untuk pertanaman palawija, padi, kelapa, karet, dan
kopi.

3. Organosol
Organosol merupakan jenis tanah yang terbentuk akibat adanya pelapukan-pelapukan bahan
organik. Sebagai hasil pelapukan bahan organik, tanah jenis ini subur untuk hampir semua jenis
tanaman. Organosol dibedakan menjadi dua yaitu tanah humus dan tanah gambut.

Tanah humus adalah tanah hasil pelapukan dan pembusukan bahan organik khususnya dari
tanaman yang sudah mati. Humus sangat subur untuk pertanian. Kandungan bahan organik yang
tinggi membuat tanah humus berwarna kehitam-hitaman. Humus banyak dimanfaatkan untuk media
tanama kelapa, nanas, dan padi. Persebarannya banyak terdapat di pulau Sumatra, Sulawesi, Jawa
Barat, Kalimantan, dan Papua.

Tanah gambut adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan organik. Akan tetapi, tanah gambut
kurang subur untuk pertanian. Pembusukan pada tanah gambut berlangsung dalam keadaan
tergenang air sehingga tanah menjadi anaerob dan terlalu masam. Bahan organik yang tidak lapuk
sempurna juga menyebabkan tanah gambut tidak subur untuk tanaman. Gambut banyak terdapat di
pantai timur Sumatra, Kalimantan Barat, dan pantai selatan Papua. Saat ini gambut baru
dikembangkan untuk pertanian kelapa sawit.

4. Alluvial
Menurut USDA, jenis tanah Alluvial tergolong dalam ordo inseptisol.
Ciri umum sama dengan pada tanah latosol. Alluvial merupakan tanah
muda hasil pengendapan material halus aliran sungai. Ciri utama
tanah alluvial adalah berwarna kelabu dengan struktur yang sedikit
lepas-lepas. Kesuburan tanah alluvial sangat bergantung pada sumber
bahan asal aliran sungai.

Jenis tanah Alluvial terdapat hampir di seluruh wilayah Indonesia yang


memiliki sungai-sungai besar seperti di pulau jawa, Sumatra,
Kalimantan, dan papua. Alluvial banyak dgunakan untuk tanaman
padi, palawija, tebu, kelapa, tembakau, dan buah-buahan.

5. Podsolik Merah Kuning


Podsolik merah kuning merupakan bagian dari tanah Ultisol.
Menurut USDA, ultisol adalah tanah yang sudah mengalami pencucian pada iklim tropis dan sub
tropis. Karakter utama tanah ultisol adalah memiliki horizon A yang tipis, akumulasi lempung pada
horizon B dan bersifat agak masam. Tanah ultisol bersifat agak lembab dengan kadar lengas
tertinggi pada ultisol yang berbentuk bongkah.

Tanah podsolik merah kuning sendiri merupakan tanah yang terbentuk karena curah hujan yang
tinggi dan suhu yang rendah. Tanah podzolik merah kuning berwarna merah sampai kuning dengan
kesuburan yang relatif rendah karena pencucian-pencucian. Podsolik merah kuning banyak
digunakan untuk tanaman kelapa, jambu mete, karet, dan kelapa sawit. Podsolik merah kuning
banyak dijumpai di daerah pegunungan Sumatra, Jawa Barat, Sulawesi, Maliku, Kalimantan, Papua,
dan Nusa Tenggara.

6. Laterit
Laterit hampir sama dengan podzolik meah kuning. Hanya saja jenis tanah ini terbentuk pada
suhu yang lebih tinggi. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah laterit memiliki kandungan hara
yang rendah sehingga kurang cocok untuk berbagai jenis tanaman. Laterit banyak dijumpai pada
pegunungan yang hutannya sudah gundul seperti pada Jawa Tengah, Lampung, Jawa Barat,
Kalimantan Barat, dan Sulawesi Tenggara. Laterit bayak digunakan untuk pertanaman jambu mete
dan kelapa.

7. Litosol
Dalam USDA, litosol termasuk dalam ordo Entisol, sama dengan tanah
regosol. Lebih spesifik, tanah litosol merupakan tanah muda yang berasal
dari pelapukan batuan yang keras dan besar. Litosol belum mengalami
perkembangan lebih lanjut sehingga hanya memiliki lapisan horizon yang
dangkal. Sebagai tanah muda, latosol memiliki struktur yang besar-besar
dan miskin akan unsure hara.

Litosol banyak terdapat di Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa


Tenggara, Maluku Selatan, dan Papua. Latosol baru bisa dimanfaatkan
untuk palawija.

8. Rendzina
Rendzina merupakan tanah organik diatas bahan berkapur yang memiliki tekstur lempung seperti
vertisol. Tanah rendzina memiliki kadar lempung yang tinggi, teksturnya halus dan daya
permeabilitasnya rendah sehingga kemampuan menahan air dan mengikat air tinggi. Tanah
rendzina berasal dari pelapukan batuan kapur dengan curah hujan yang tinggi. Tanah jenis ini
memiliki kandungan Ca dan Mg yang cukup tinggi, bersifat basa, berwarna hitam, serta hanya
mengandung sedikit unsur hara.

Rendzina banyak terdapat di Maluku, Papua, Aceh, Sulawesi Selatan, Lampung dan pegunungan
kapur di selatan Pulau Jawa. Rendzina digunakan untuk budidaya tanaman keras semusim dan juga
tanaman palawija.

9. Tanah Mediteran

Dalam USDA, tanah mediteran merupakan tanah ordo alfisol. Alfisol berkembang pada iklim lembab
dan sedikit lembab. Curah hujan rata-rata untuk pembentukan tanah alfisol adalah 500 sampai 1300
mm tiap tahunnya. Alfisol banyak terdapat di bawah tanaman hutan dengan karakteristik tanah:
akumulasi lempung pada horizon Bt, horizon E yang tipis, mampu menyediakan dan menampung
banyak air, dan bersifat asam. Alfisol mempuyai tekstur lempung dan bahan induknya terdiri atas
kapur sehingga permeabilitasnya lambat.

Tanah mediteran merupakan hasil pelapukan batuan kapur keras dan batuan sedimen. Warna tanah
ini berkisar antara merah sampai kecoklatan. Tanah mediteran banyak terdapat pada dasar-dasar
dolina dan merupakan tanah pertanian yang subur di daerah kapur daripada jenis tanah kapur yang
lainnya.  Tanah mediteran ini banyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa
Tenggara, Maluku, dan Sumatra. Mediteran cocok untuk tanaman palawija, jati, tembakau, dan
jambu mete.

10. Grumosol

Dalam USDA, grumosol tergolong dalam ordo vertisol. Vertisol merupakan tanah dengan
kandungan lempung yang sangat tinggi. Vertisol sangat lekat ketika basah, dan menjadi pecah-
pecah ketika kering. Vertisol memiliki keampuan menyerap air yang tinggi dan juga mampu
menimpan hara yang dibutuhkan tanaman. Grumosol sendiri merupakan tanah dengan warna
kelabu hingga hitam serta memiliki pH netral hingga alkalis. Di Indonesia, jenis tanah ini terbentuk
pada tempat-tempat yang tingginya tidak lebih dari 300 m di atas permukaan laut dengan topografi
agak bergelombang hingga berbukit, temperatur rata-rata 25oC, curah hujan <2.500 mm, dengan
pergantian musim hujan dan kemarau yang nyata.

Grumosol banyak terdapat di Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Nusa
Tenggara Timur. Grumosol banyak dimanfaatkan untuk pertanian jenis rumput-rumputan atau
pohon-pohon jati.

Anda mungkin juga menyukai