Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN ANALISIS INVESTIGASI KECELAKAAN

DI INDUSTRI TEKSTIL

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Investigasi Kecelakaan

Disusun oleh : Kelompok 3

Ratumas Rizki Septiawati N1A118010


M. Ichbat Fadli Azim N1A118027
Puji Lestari N1A118034
Yuanita Maulani N1A118035
Annisa Aryani N1A118042
Ratna Sari N1A118118
Vera Yunika Marpaung N1A118147
Dosen Pengampu:

Bapak Budi Aswin, S.K.M., M.Kes.


Peminatan: Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang mana telah
memberikan kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah
mata kuliah “Investigasi Kecelakaan” yang berjudul “Job Safety
Analysis (JSA) di Industri Tekstil” dapat selesai seperti waktu yang
telah kami rencanakan.

Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta


berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan
spiritual, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
Kami mengucapkan terima kasih kepada  Bapak/Ibu dosen pembimbing
mata kuliah ini.

Tak ada gading yang tak retak, untuk itu Kami pun menyadari
bahwa makalah yang telah Kami susun dan Kami kemas masih memiliki
banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis
maupun non-teknis. Untuk itu kami membuka pintu yang selebar-lebarnya
kepada semua pihak agar dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan
apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak
berkenan di hati mohon dimaafkan.

Jambi, Maret 2021

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan...............................................................................................................2

1.4 Manfaat.............................................................................................................3

BAB II................................................................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................4

2.1 Industri Tekstil..................................................................................................4

2.2 Tahap-tahap Melaksanakan Job Safety Analysis.......................................5

2.3 Kerangaka Teori..............................................................................................9

2.4 Kerangka Pemikiran......................................................................................11

BAB III.............................................................................................................................12

METODOLOGI PENELITIAN......................................................................................12

3.1 Jenis Penelitian..............................................................................................12

3.2 Objek Penelitian.............................................................................................12

3.3 Lokasi Penelitian............................................................................................12

3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................................12

3.5 Teknik Pengumpulan Data...........................................................................12

3.6 Sumber data Penelitian.................................................................................13

3.7 Analisis Data..................................................................................................13

iii
BAB IV............................................................................................................................14

PEMBAHASAN..............................................................................................................14

4.1 Analisis faktor bahaya di Industri Tekstil....................................................14

4.2. Hasil.................................................................................................................16

4.3. Pembahasan..................................................................................................17

BAB III.............................................................................................................................21

PENUTUP......................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................21

3.2 Saran...............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................23

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), pada
tahun 2012 ILO mencatat angka kematian yang diakibatkan karena
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sebanyak 2 juta kasus setiap
tahun. Sedangkan data pada tahun 2013 disebutkan bahwa setiap 15
detik terdapat 1 tenaga kerja yang meninggal dunia akibat kecelakaan
kerja dan 160 tenaga kerja mengalami sakit akibat kerja (Kemenkes RI,
2014 dalam Reisita, 2017).
Data dari Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga Kemenkes
RI 2014, jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia mengalami
peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Tercatat sebanyak 9.891
kasus pada tahun 2011, kemudian tahun 2012 angka kecelakaan kerja
yang terjadi sebanyak 21.735 kasus, dan pada tahun 2013 terdapat
35.917 kasus kecelakaan kerja. Data terakhir yang didapat pada tahun
2014 tercatat sebanyak 24.910 kasus kecelakaan kerja, dan pada akhir
tahun 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sejumlah 105.182 kasus dengan
korban meninggal dunia sebanyak 2.375 orang. Demikian pula dengan
jumlah kasus penyakit akibat kerja pada tahun 2011 sebanyak 57.929
kasus, tahun 2012 tercatat angka penyakit akibat kerja yang terjadi 60.322
kasus, tahun 2013 sebanyak 97.144 kasus penyakit akibat kerja dan data
terakhir yang didapat pada tahun 2014 terjadi 40.694 kasus (Safetyshoe,
2016 dalam Reisita, 2017).
Di Indonesia pernah terjadi kecelakaan kerja di industri tekstil yaitu
pada tanggal 20 Desember 2011 di PT. Embee Plumbon Textile Cirebon
seorang karyawan mengalami kecelakaan kerja pada saat memperbaiki
kelahar mesin drawing. Kelahar pecah, serpihan besi bearing masuk ke
bagian mata dan dikeluarkan lewat operasi (Lion Indonesia, 2012 dalam

1
Reisita, 2017). Kecelakaan kerja juga terjadi di pabrik tekstil PT Budi
Agung Sentosa kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung pada tanggal
19 Januari 2017. Seorang karyawan pabrik tersebut meninggal dengan
kondisi mengenaskan akibat kaki terpeleset saat hendak memasukan kain
ke dalam mesin pengering pembuat kain hingga badannya terseret dan
masuk ke dalam mesin spin (Pikiran Rakyat, 2017 dalam Reisita, 2017).
Dikarenakan masalah tersebut, dirasa penting untuk mempelajari
investigasi bagaimana kecelakaan dapat terjadi dan bagaimana analisis
pemecahan masalahnya sesuai dengan Job Safety Analysis sehingga
makalah ini dibuat untuk bisa menambah kemampuan dan kapasitas
mahasiswa calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja supaya mampu
menguasai materi dengan baik.

1.2 Rumusan masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam meteri ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan industri tekstil dan pekerjaan apa saja
yang ada dalam industri tersebut?
2. Bagaimana tahap-tahap melakukan Job Safety Analysis?
3. Bagaimana analisis faktor bahaya yang ada di Industri Tekstil?
4. Bagaimana contoh laporan Job Safety Analysis di Industri Tekstil?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan dari pembahan ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu industri tekstil dan
pekerjaan-pekerjaan apa saja yang ada di dalam industri tersebut.
2. Untuk memahami tahap-tahap cara melakukan Job Safety Analysis
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menganalisis faktor bahaya
yang ada di industri tekstil

2
4. Untuk mengetahui dan memahami cara membuat laporan Job
Safety Analysis

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi mahasiswa: Untuk menambah pengetahuan tentang


bagaimana cara melakukan Job Safety Analysis di Industri Tekstil
2. Bagi guru/dosen: dapat dijadikan sebagai evaluasi hasil
pembelajaran mahasiswa
3. Bagi institusi : dapat dijadikan sebagai sumber referensi dan bahan
bacaan untuk penulisan kedepannya

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Tekstil
Tekstil berasal dari bahasa latin yaitu “textiles” yang berarti
menenun atau tenunan. Namun secara umum tekstil diartikan sebagai
sebuah barang/benda yang bahan bakunya berasal dari serat (umumnya
adalah kapas, polyester, rayon) yang dipintal (spinning) menjadi benang
dan kemudian dianyam/ ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi
kain yang setelah dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk
bahan baku produk tekstil.
Sementara produk tekstil adalah hasil pengolahan lebih lanjut dari
tekstil, baik yang setengah jadi maupun yang telah jadi. Yang termasuk
produk tekstil ini adalah:
1. Pakaian jadi/clothing/garment, berbagai jenis pakaian yang siap
pakai dalam berbagai ukuran standar.
2. Tekstil rumah tangga/household seperti: bed linen, table linen, toilet
linen, kitchen linen, curtain, dan lain-lain.
3. Kebutuhan industri/industrial use, antara lain canvas, saringan,
tekstil rumah sakit, keperluan angkatan perang termasuk ruang
angkasa, dan lain-lain.
Industri tekstil dan produk tekstil di Indonesia secara teknis dan
struktur terbagi dalam tiga sektor industri yang lengkap, vertical dan
terintegrasi yaitu sebagai berikut.
1. Sektor industri Hulu (Upstream) adalah industri yang memproduksi
serat/fiber (natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan
proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang (unblended
dan blended yarn). Industrinya bersifat modal, full automatic
berskala besar, jumlah tenaga kerja relative kecil dan output
pertenaga kerja nya besar.

4
2. Sektor Industri Menengah Hilir (midstream) meliputi proses
pengenyaman (interlacing) benang menjadi kain mentah lembaran
(grey fabric) melalui proses pertenunan (weaving) dan rajut
(knitting) yang kemudian diolah lebih lanjut melalui proses
pengolahan pencelupan (dyeing), penyempurnaan (finishing) dan
pencapan (printing) menjadi kain jadi. Sifat dan industrinya semi
padat modal, teknologi madya dan modern berkembang terus dan
jumlah tenaga kerja nya lebih besar daripada dari sektor industri
hulu.
3. Sektor Industri Hilir (Downstream), adalah industri manufaktur
pakaian jadi (garment) termasuk proses cutting, sewing, washing,
dan finishing yang menghasilkan garment siap pakai. Pada sektor
inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat
industrinya padat karya.
2.2 Tahap-tahap Melaksanakan Job Safety Analysis
JSA merupakan salah satu sistem penilaian resiko dan
identifikasi bahaya yang pelaksanaannya ditekankan pada identifikasi
bahaya yang muncul pada tiap-tiap tahapan pekerjaan/tugas yang
dilakukan oleh tenaga kerja atau analisa keselamatan pekerjaan,
merupakan suatu cara atau metode yang digunakan untuk memeriksa
metode kerja dan menemukan bahaya-bahaya yang sebelumnya
diabaikan dalam merancang tempat kerja, fasilitas kerja/alat kerja,
mesin yang digunakan dan proses kerja (Prasetyo, 2009).
Pelaksanaan program JSA dapat digunakan untuk mereduksi
kondisi tenaga bahaya yang terdapat dalam suatu proses pekerjaan,
selain itu JSA dapat digunakan sebagai alat kontrol/pengawas dari
manajemen yang praktis untuk memastikan suatu pekerjaan dilakukan
dengan cara yang aman.
Didalam melaksanakan program JSA, terdapat beberapa tahap
yang harus dilakukan, yaitu :
1. Menentukan jenis pekerjaan

5
Menentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa merupakan
langkah awal membuat JSA. Semua tim dalam pembuatan Job
Safety Analysis berdasarkan jenis pekerjaannya karena setiap
pekerjaan mempunyai langkah pekerjaan dan tingkat resiko yang
berbeda-beda. Setiap jenis pekerjaan menganalisa setiap aspek
dan dampak pekerja serta lingkungan kerjanya masing-masing.
Untuk menganalisa pekerjaan, maka dapat mengacu pada faktor-
faktor berikut ini:

a. Frekuensi kecelakaan
Suatu pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan yang
berulang-ulang merupakan suatu pekerjaan yang harus
dilakukan analisa keselamatan pekerja/JSA.
b. Tingkat kecelakaan
Setiap kecelakaan yang mengakibatkan kecacatan
seharusnya dilakukan analisa keselamatan pekerja/JSA karena
dengan kecacatan tersebut dapat membuktikan bahwa yang
dilakukan belum sepenuhnya berhasil.
c. Potensi kecelakaan
Beberapa pekerjaan mungkin tifdak mempunyai laporan
kecelakaan tetapi kemungkinan kecelakaan potensial dapat
menyebabkan cidera yang serius.
d. Pekerjaan baru
Sebuah analisa keselamatan pekerjaan untuk setiap jenis
pekerjaan baru atau perubahan peralatan baru mungkin
dilakukan analisa dan tidak ditunda sampai adanya kecelakaan
atau nearmiss terlebih dahulu.
2. Menguraikan Pekerjaan menjadi langkah-langkah dasar
Setelah menentukan jenis pekerjaan, kemudian dilakukan
observasi ketempat kerja sehingga dapat melakukan pengamatan
proses kerja dari awal sampai akhir untuk memudahkan
pembuatan JSA, dilakukan wawancara dengan EHS. Dengan

6
melakukan observasi diharapkan dapat memberi gambaran
mengenai tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kerja
dan mengetahui kondisi llingkungan serta bahaya yang mungkin
timbul.
3. Mengidentfikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan

Proses pembuatan JSA yang berikutnya adalah proses


identifikasi terhadap potensibahaya untuk menentukan paparan
dan kerugian yang ada disetiap tahapan pekerjaan. Sehingga
dengan dilakukan identifikasi maka dapat menentukan tindakan
pengendalian bahaya untuk mencegah kecelakaan kerja.

4. Mengendalikan bahaya
Dari penerapan analisa keselamatan kerja atau Job Safety
Analysis (JSA) tersebut dapat mengendalikan bahaya dan resiko
kecelakaan dapat diminimalisir dan dicegah. Dengan
meninggalkan langkah kerja yang berbahaya dan memperbaiki
sistem kerja yang beresiko tinggi.
5. Hubungan Pembuatan dan penerapan Job Safety Analysis
sebagai langkah awal pencegahan.
Tempat kerja merupakan ruangan/lapangan baik tertutup
atau terbuka, dimana terdapat berbagai macam usaha yang
dilakukan oleh tenaga kerja melakukan proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa. Proses produksi berhubungan
dengan beberapa faktor yaitu : manusia, peralatan, mesin dan
lingkungan kerja yang mengandung factor bahaya dan potensi
bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan PAK.,
untuk menimilkan dilakukan identifikasi dan penilaian resiko
dengan cara JSA yang lebih menekankan pada tahap-tahap kerja.
Jika risiko dapat terkendali maka dapat menurunkan angka
kecelakaan, hal ini akan menguntungkan perusahaan jika
rekomendasi kontrol yang diberikan tidak terkendali akan

7
menyebabkan kerugian bagi perusahaan bahkan kecelakaan bagi
tenaga kerja, maka JSA harus ditinjau ulang kembali.
Adapun contoh lembar JSA pada industri tekstil dapat dilihat
pada tabel berikut.

JOB TITLE JSA no.1 Date z.new


Proses Weaving z.revi
  sed
Title of Person Supervis Analysis by:
Who Does Job or: Rendra Kukuh P.
JOB SAFETY Petugas -
ANALYSIS Weaving
Departe Reviewed by:
Instructions on Location: men:
riverse side Ruang Weaving Weaving
REQUIRED Approved by:
AND/OR Ear Plug Safety
RECOMMENDED Goggles
PERSONAL Dust Masker
PROTECTIVE Safety Gloves
EQUIPMENT: (Kain)  
Sequences of Basic Recommended
Job Steps Potential Hazards Action or Procedure
- Pengaturan beban
Melakukan proses yang sesuai dan
pemindahan - Back pain jika waktu
benang dari pemindahan manual Istirahat
departemen spinning - Tertabrak forklift  - Berada di area
kerja
yang benar 
- Melengkapi mesin
dengan SOP
Menyalakan mesin - Tersengat listrik - Menggunakan
- Kebisingan PPE
- Melakukan sesuai
Melakukan proses - Tertimpa gulungan SOP
wapping benang - Jarak aman
Melakukan proses - Iritasi mata - Pemakaian
sizing - Masuknya debu kacamata
- Iritasi kulit - Pemakaian

8
masker
- Pemakaian sarung
tangan
- Kelelahan mata
Melakukan proses - Penurunan ketajaman - Pencahayaan
pada mesin loon mata cukup
- Pandangan kabur - Waktu istirahat
- Pegal disekitar mata
Selama proses weaving - Pemakaian Ear
- Kebisingan  Plug

2.3 Kerangaka Teori


1. Tempat Kerja
Menurut UU No. 01 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja,
yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan atau
lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja atau sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Menurut
pasal 1 ayat 1 lingkup tempat kerja ada tiga unsur yaitu :
a. Tempat dimana dilakukan pekerjaan.
b. Adanya tenaga kerja yang bekerja disana.
c. Adanya bahaya kecelakaan di tempat tersebut.
2. Insiden
Critical incident adalah setiap luka atau kecelakaan kerja yang
menyebabkan :
a. Masuk rumah sakit
b. Kematian karyawan
c. Kematian pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan dana tau
karyawan yang terlibat ketika menjalankan tugass pekerjaan
d. Permulaan penuntutan
e. Persoalan perbaikan atau pengumuman larangan
3. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang
kedatangannya jelas tidak dikehendaki dan sering kali tak terduga

9
yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda
atauproperti maupun korban jiwa yang terjadi didalam suatu proses
kerja industry.
4. Investigasi Kecelakaan
Investigasi kecelakaan merupakan pencarian fakta secara
berhati-hati dengan pemeriksaan yang terperinci serta sistematik
yang akhirnya dapat mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan.
(OHS Officer PT Coca-cola Bottling Indonesia Central Java, 2008).
Investigasi kecelakaan kerja merupakan bagian dari program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara keseluruhan ditempat
kerja.

10
2.4 Kerangka Pemikiran

Tempat Kerja

Tempat Kerja

Tenaga kerja
Bahan atau
Material
Potensi
Bahaya

Lingkungan kerja

Unsafe Action Potensi bahaya Unsafe Condition

Tidak ada program Program pencegahan


pencegahan bahaya kecelakaan

Kecelakaan Kerja

Investigasi Kecelakaan Pelaporan Kecelakaan

11
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian menggunakan metode deskriptif analitik dengan
menelaah kasus untuk menemukan akar masalah dan memberikan
solusi.
3.2 Objek Penelitian
Objek studi adalah kecelakaan kerja yang terjadi pada industri
tekstil pada bagian spinning. Spinning merupakan tahap awal dimana
pada proses ini bahan baku berupa kapas dan polyester di pintal
menjadi benang.
3.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di sebuah industri tekstil yaitu PT.
EMBEE PLUMBON TEXTILE di Cirebon Jawa Barat.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan laporan dari kasus nyata
yang terjadi di PT. EMBEE PLUMBON TEXTILE di Cirebon Jawa
Barat pada tahun 2012 dengan menggunakan sumber literatur.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu;
1. Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh tinjauan teoritis
terkait literatur-literatur yang berhubungan dengan investigasi
kasus kecelakaan di tempat kerja.
2. Dokumen
Dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis
atau dicetak. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah laporan investigasi kecelakaan yang diperoleh secara
daring.

12
3.6 Sumber data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tersier yang
diperoleh dari laporan investigasi kecelakaan PT. EMBEE PLUMBON
TEXTILE di Cirebon Jawa Barat.
3.7 Analisis Data

Analisis data menggunakan metode analisis Job Safety Analysis


(JSA) yang mana pada metode ini terlebih dahulu akan di analisis
bahaya-bahaya apa saja yang dapat terjadi pada suatu proses
pekerjaan, kemudian menemukan solusi yang tepat guna mencegah hal
serupa dapat terjadi. Kemudian dilakukan analisis SCAT untuk
melakukan investigasi kecelakaan.

13
BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Analisis faktor bahaya di Industri Tekstil

Industri tekstil merupakan industri penghasil kain yang di dalam


prosesnya terdapat beberapa tahapan. Salah satu bagian dari tahapan
itu yaitu spinning (pemintalan), yang di dalamnya terdapat 10 unit yaitu
blowing, carding, pre drawing, lap former, combing, drawing, roving, ring
frame, winding dan packing. Kesepuluh unit tersebut mempunyai potensi
bahaya yang berbeda-beda yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Adapun pekerjaan yang dilakukan pada tahap-tahap tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Blowing, pada tahap ini dilakukan pembukaan serat, pembersihan
dan pencampuran serat menjadi lap. Pada mesin ini yang pertama
dilalui oleh material serat gumpalan-gumpalan serat mengalami
pembukaan dan pembersihan.
b. Carding, pada tahap ini terjadi pembersihan, penguraian serat, dan
pemisahan serat menjadi panjang atau pendek kemudian merubah
lap menjadi sliver. Pada mesin ini massa fibre diuraikan menjadi
serat-serat tunggal dengan cara penggarukan antara wire yang
berbentuk gerigi kecil dan jarum-jarum yang disebut dengan top flat.
Serat yang telah mengalami proses penggarukan kemudian akan
menjadi sejajar satu dengan yang lainnya.
c. Roving, pada tahap ini terjadi proses penarikan, pemberian antihan,
dan penggulungan. Roving adalah suatu mesin yang memproses
sliver hasil mesin drawing menjadi roving ukuran tertentu.
d. Spinning, terjadi proses penarikan, pemberian antihan, dan
penggulungan benang dalam bentuk cop. Spinning adalah suatu
mesin yang memproses material roving yang dihasilkan menjadi
benang tunggal dengan nomor tertentu.

14
e. Winding, pada tahap ini dilakukan penggulungan menjadi bentuk
gulungan lebih besar dan menghilangkan benang yang lemah dan
tidak rata. Winding adalah suatu mesin yang memproses atau
merubah gulungan dari bobbing ring spinning menjadi gulungan
besar yang berbentuk cones. Benang yang di proses di ring spinning
berukuran 56-76 gr/bobbin, ketika dilakukan proses winding,
gulungan kecil dipindhkan menjadi gulungan besar dengan berat 1,9-
30 kg/cones.
Potensi bahaya yang terdapat di departemen spinning yaitu unit
blowing dan blendomart potensi bahaya yang mungkin terjadi yaitu,
tangan terpelintir pada waktu mencabik-cabik kapas. Tangan terjepit
mesin blendomart terutama saat mekanik servis. Unit carding potensi
bahaya yang mungkin terjadi yaitu, terjepit can (alat yang digunakan
sebagai tempat wadah sliver, berbentuk seperti tabung), tangan terjepit
mesin carding. Unit pre drawing potensi bahaya yang mungkin terjadi
yaitu, terjepit mesin drawing, terjepit can. Unit combing potensi bahaya
yang mungkin terjadi yaitu, tangan terjepit mesin combing. Unit drawing
potensi bahaya yang mungkin terjadi yaitu, terjepit mesin drawing,
terjepit can, tangan terkilir akibat membawa can dengan muatan sliver
yang banyak. Unit Roving potensi bahaya yang mungkin terjadi yaitu,
tangan bisa masuk ke dalam putaran mesin roving, terjepit di tube
silinder, kalo sedang masang roving, atau kepala terantuk. Unit ring
frame potensi bahaya yang mungkin terjadi yaitu, tangan terjepit mesin
ring frame. Jilbab atau rambut tertarik oleh mesin ring frame, panas,
bising, kejatuhan roving yang berada di atas mesin ring frame. Unit
winding potensi bahaya yang mungkin terjadi yaitu, tangan bisa masuk
ke dalam lubang mesin winding, tersayat pada waktu menarik benang
yang akan dimasukkan ke dalam mesin winding.
Pekerja yang kurang tinggi, saat mengganti paper cone posisi pekerja
memaksa atau tidak ergonomi. Unit packing potensi bahaya yang
mungkin terjadi yaitu, tenaga kerja yang bertugas mengambil paper

15
cone dengan kereta dorong bisa terpeleset. Tenaga kerja yang
menyusun tumpukan benang secara manual bisa terjatuh dari tangga.
Kaki terkilir pada waktu memasukkan benang ke plastik.
4.2. Hasil
4.2.1. Laporan Kecelakaan 1
Sayeni, Perempuan kelahiran 7 Maret 1988, Karyawati PT.
EMBEE, Telah meninggal karena kerudung yang terjerat putaran mesin
dari depan. Sayeni meninggal pada hari rabu, 28 Desember 2011,
pukul 17:30. Meningal karena kecelakaan kerja di mesin spinning no
12, spindel 300, di gedung Embee IV.
Dibawa ke Rumah Sakit MITRA PLUMBON. Dipulangkan ke desa
Pesanggrahan, blok Karang Anyar, kec. Plumbon, kab. Cirebon pada
pukul 20:30. Selesai dikebumikan di Pekuburan Pesanggrahan pukul
09:30 keesokan harinya.
Pada saat kecelakaan kerja terjadi Sayeni baru sembuh dari sakit
diare. Dan baru saja melangsungkan pesta pernikahan 2 minggu
sebelumnya.
Pihak keluarga Sayeni mendapatkan santunan dari JAMSOSTEK,
sebesar 52 Juta, dan santunan dari pabrik sebesar 3 Juta rupiah. Pihak
keluarga, terutama suami tidak terima dengan kejadian ini, dan
mengajukan tuntutan terhadap PT. EMBEE ke pengadilan.
4.2.2. Laporan Kecelakaan 2
Marwah Komaladewi, Perempuan, kelahiran 15 Oktober 1991,
warga Desa Plumbon, Blok Kemuning, Kec. Plumbon, Kab. Cirebon.
Karyawan Training PT. EMBEE PLUMBON TEXTILE ini mengalami
kecelakaan kerja, pada hari jumat, 6 januari 2012, di mesin spinning 12,
di gedung pabrik Embee III. Kerudungnya terjerat seperti kasus Sayeni.
Mulutnya sobek, ditemukan pecahan dari dua gigi di tempak kejadian
perkara. Jari-jari tangan kanan ada yang remuk. Dilarikan ke RS MITRA
PLUMBON, dirawat di ruang 125. Pipi kiri mendapatkan 7 jahitan.

16
4.3. Pembahasan
4.3.1. Job Safety Analysis
JOB JSA no.1 Date z.new
TITLE 28 April z.revise
Proses 2021 d
Spinning

JOB SAFETY Title of Supervisor: Analysis by:


ANALYSIS Person Bapak Budi Kelompok 3
Who Does Aswin,
Job S.K.M.,
Petugas M.Kes.
Spinning
Instructions on Location: Departeme Reviewed by:
riverse side Ruang n:
Spinning Spinning
REQUIRED Ear Plug Approved by:
AND/OR Safety
RECOMMENDED Goggles
PERSONAL Dust
PROTECTIVE Masker
EQUIPMENT: Safety
Gloves
(Kain)
Sequences of Basic Potential Hazards Recommended Action
Job Steps or Procedure
Tahap Blowing - tangan terpelintir saat - melengkapi mesin
mencabik-cabik kapas dengan SOP
- kapas terhirup - menggunakan APD
- penglihatan terganggu berupa masker dan
akibat kapas yang sarung tangan
beterbangan - menggunakan
kacamata
Tahap Blendomart - Tangan terjepit mesin - Melengkapi mesin
blendomart dengan SOP
- Meningkatkan
pencahayaan di
ruangan
Tahap Carding - Terjepit can (alat - Melakukan sesuai
berbentuk tabung yang SOP

17
digunakan sebagai - Menggunakan
tempat wadah sliver) sarung tangan
- Tangan terjepit mesin
carding
Tahap pre drawing - Terjepit mesin drawing - Pemakaian sarung
- Terjepit can tangan
- Melakukan
peekrjaan sesuai
dengan SOP

Tahap combing - Tangan terjepit mesin - Melakukan


combing pekerjaan sesuai
dengan SOP
- Penggunaan sarung
tangan
Tahap drawing - Terjepit mesin drawing - Melakukan
- Terjepit can pekerjaan sesuai
- Tangan terkilir akibat dengan SOP
membawa can dengan - Penggunaan sarung
muatan sliver yang tangan
banyak. - Menerapkan prinsip
ergonomic
Tahap Roving - Tangan masuk ke - Melakukan
putaran mesin roving pekerjaan sesuai
- Tangan terjepit tube dengan SOP
silinder - Penggunaan sarung
- Kepala terantuk saat tangan
sedang memasang - Waktu istirahat
roving cukup
Tahap Ring Frame - Tangan terjepit mesin - Penggunaan sarung
ring frame tangan
- Jilbab atau rambut - Melakukan
tertarik mesin ring pekerjaan sesuai
frame dengan SOP
- Kondisi lingkungan - Memasukkan
panas jilbab/rambut ke
- Kebisingan dalam pakaian serta
- Tertimpa roving yang menggunakan
berada di atas mesin jarring rambut
ring frame maupun helm
- Jarak aman

18
- Penggunaan ear
plug
Tahap winding - Tangan masuk ke - Melakukan
lubang mesin winding pekerjaan sesuai
- Tersayat ketika dengan SOP
menarik benang - Penggunaan sarung
- Bagi pekerja yang tangan
tingginya kurang dapat - Penerapan desain
menyebabkan posisi stasiun kerja yang
tidak ergonomi saat ergonomi
mengganti paper cone
Tahap packing - Terpeleset saat - Melakukan
mengambil paper cone pekerjaan sesuai
- Terjatuh dari tangga dengan SOP
saat menyusun - Berada di area kerja
- Kaki terkilir saat yang benar
memasukkan benang ke - Waktu istirahat
plastik - Pemberian beban
kerja yang tidak
berlebihan

4.3.2. Analisis Kecelakaan metode SCAT


SCAT (Systematic Cause Analysis Technique) adalah
sebuah alat yang dibuat oleh International Loss Control Institute
dan digunakan untuk mengevaluasi serta menyelidiki penyebab
sebuah kecelakaan kerja lewat sebuah bagan yang dikenal dengan
bagan SCAT.
Berdasarkan hasil dari Job Safety Analysis dan kasus
kecelakaan diatas, didapatkanlah analisis kejadian sebagai berikut.
a. Description of incident Kerudung pekerja terjebak di
mesin Spinning.
b. Categories of Contact that could have led to the
incident mesin yang digunakan untuk memutar
benang-benang menjadi gulungan.

19
c. Immediate cause  Unsafe Act: Pekerja tidak fokus
dalam bekerja, Unsafe Condition: Mesin terus berputar
tanpa henti.
d. Basic Cause  Personal Factor: Pekerja tidak
menggunakan APD dan tidak berpakaian sesuai standar.
Job Factor: tidak adanya pengawas yang berada di lokasi
tersebut.
e. Activities for successful loss control program
menempatkan pengawas yang mengawasi setiap
pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja sehingga pekerja
tidak melakukan kegiatannya sendirian, dan memberi
pelatihan terhadap pentingnya penggunaan APD serta
memberikan peraturan ketat tentang cara berpakaian di
tempat kerja.
Bagan SCAT dapat dilihat sebagai berikut.

Activiti
Basic es for a
Cause: succesfu
l loss
Categor Personal control
ies of Immedi factor progra
contact ate m:
that Cause: Pekerja
could tidak Adanya
Unsafe menggu pengawa
Descrip led to
Act nakan s
tion: the
incident APD lapagan,
Pekerja
Kerudun dan dan
s: tidak
g tidak pelatiha
fokus
pekerja Mesin berpakai n
terjebak yang Unsafe an tentang
di mesin digunak Conditio sesuai arti
spinning an untuk n standar penting
meminta APD
l benang Mesin Job
Factor serta
menjadi terus
peratura
gulunga berputar
Tidak n ketat
n tanpa
adanya tentang
henti
pengaw aturan
as di berpkaia
lokasi n di
20 kerja tempat
kerja
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tekstil berasal dari bahasa latin yaitu “textiles” yang berarti
menenun atau tenunan. Namun secara umum tekstil diartikan sebagai
sebuah barang/benda yang bahan bakunya berasal dari serat
(umumnya adalah kapas, polyester, rayon) yang dipintal (spinning)
menjadi benang dan kemudian dianyam/ ditenun (weaving) atau dirajut
(knitting) menjadi kain yang setelah dilakukan penyempurnaan
(finishing) digunakan untuk bahan baku produk tekstil.
Salah satu bagian dari tahapan itu yaitu spinning (pemintalan),
yang di dalamnya terdapat 10 unit yaitu blowing, carding, pre drawing,
lap former, combing, drawing, roving, ring frame, winding dan packing.
Kesepuluh unit tersebut mempunyai potensi bahaya yang berbeda-
beda yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Tahap-tahap dalam melaksanakan program JSA yaitu menentukan
jenis pekerjaan, menguraikan pekerjaan menjadi langkah-langkah
dasar, Mengidentfikasi bahaya pada masing-masing pekerjaan,
mengendalikan bahaya, dan Hubungan Pembuatan dan penerapan
Job Safety Analysis sebagai langkah awal pencegahan.
Salah satu contoh kasus JSA adalah Anita Yuniarti, Perempuan
kelahiran Cirebon, 29 Mei 1989, warga Desa Serang, Kec.
Kalangenan, Kab. Cirebon. Mengalami kecelakaan kerja. Pergelangan
tangan kegulung mesin pemintal sampai putus.
3.2 Saran
1) Budayakan JSA dan cara kerja yang aman dalam setiap aktivitas
pekerjaan.
2) Perlu dibuat prosedur JSA di dalam industri tekstil.

21
3) Perlu adanya tindak lanjut dari penerapan JSA.
4) Perlu adanya sosialisasi prosedur JSA kepada setiap pekerja.
5) Dilaksanakan pemeriksaan sebelum dan sesudah pelaksanaan
pekerjaan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Gunadi, HA (nd) Tekstil dan Produk Tekstil dalam
http://pdfcoffe.com/tekstil-dan-produk-tekstil-pdf-free.html diakses
pada 21 April 2021
OHS Officer, 2008. Penanganan Insiden, Kecelakaan dan Investigasi.
Ungaran : PT. Coca-cola Bottling Indonesia Central Java
Prasetyo, J. E. (2009). Penerapan Job Safety Analysis Sebagai Langkah
Awal Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kerja Di Pt. Astra
Internasional Tbk. Hso Cabang Denpasar Bali.
Reisita, Y. I. (2017). Analisis Faktor Dan Potensi Bahaya Yang Dapat
Menyebabkan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja Di Bagian
Produksi Industri Garmen Cv. Akurat Mojolaban Sukoharjo.
Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Manajemen dan
implementasi K3 di tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 : Tentang Keselamatan Kerja

23

Anda mungkin juga menyukai