Anda di halaman 1dari 87

DAFTAR I S I

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I. SAFETY
A. PENGERTIAN UMUM……………………………………… I - 1 - 12
B. PRINSIP KESELAMATAN KERJA…………..….………….I - 2 - 12
C. MODEL TOTAL LOSS CONTROL………………………… I - 10 - 12
D. SISTEM MANAJEMEN K3………………………………….I - 11 - 12

BAB II. ALAT PELINDUNG DIRI


A. KETENTUAN DAN PERATURANNYA……………………II- 2 - 10
B. ALAT – ALAT PELINDUNG………………………………. II - 4 - 10
C. KARAKTERISTIK KEBISINGAN…………..….…………. II - 8 - 10

BAB III. MATERIAL HANDLING


A. PENGERTIAN UMUM……………….…………………….. III - 1 - 42
B. TALI DAN SLING……………….………………………….. III - 8 - 42
C. PENGEPAKAN……………….……………………………... III - 21 - 42
D. PELENGKAP PERALATAN PENGANGKATAN………… III - 23 - 42
E. PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN KEBAKARAN
PENDAHULUAN……………….……………………………III - 27 - 42

BAB IV. LINGKUNGAN HIDUP


A. PERATURAN DAN PERUNDANGAN
LINGKUNGAN HIDUP…………………………………….. IV- 1 - 17
B. AIR DAN LIMBAHNYA……………………………………. IV- 2 - 17
C. BEBERAPA KASUS LINGKUNGAN HIDUP…………….. IV- 5 - 17
D. 6 R PROGRAM ASTRA……………………………………. IV- 12 - 17
E. ENVIRONMENTAL MANAGEMENT SYSTEM MODEL.. IV- 15 - 17
F. POLICY STATEMENT……………………………………... IV- 17 - 17
SAFETY BAB I

Berbagai macam kecelakaan kecelakaan di area kerja.


SAFETY I - 1 - 12

A. PENGERTIAN UMUM

Safe menurut kamus terjemahan bahasa Indonesia adalah aman, atau kebebasan daripada
bahaya atau kecelakaan. Dalam hubungannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebenarnya Safety adalah :

• Suatu usaha untuk dapat melaksanakan pekerjaan tanpa kecelakaan.


• Memberikan suasana kerja atau lingkungan yang aman, sehingga
• Dapat dicapai hasil yang menguntungkan dan bebas dari segala macam bahaya.

Beberapa hal yang menunjang diberlakukannya Safety di perusahaan perusahaan pada


umumnya

I. UNDANG-UNDANG NO. 01 TAHUN 1970

• Tenaga Kerja ditempat kerja harus sehat dan selamat


• Proses Produksi harus aman dan efisien
• Pengusaha menyediakan tempat dan lingkungan kerja yang aman

II. UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 1992

• Kesehatan Kerja diwujudkan guna mencapai produktivitas


• Kesehatan Kerja meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit dan
menyediakan syarat kerja
• Setiap pekerja harus bekerja dengan sehat dan tidak bahaya

III. SK MENTAMBEN NO. 555. K / 26 / M.PE / 1995

• Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum.

Keselamatan kerja bertujuan :

• Untuk mencegah atau menyedakan pencegahan agar karyawan tidak mendapat cedera
atau celaka, dan
• Tidak terjadi kerusakan atau kerugian pada alat-alat atau material produksi.

Tuntunan agama

Agama pun mengajarkan tuntunan kepada umat pemeluknya untuk selalu mengutamakan
keselamatan.

Tujuan hidup manusia : “ Selamat dan Bahagia di Dunia maupun Akhirat “.


SAFETY I - 2 - 12

Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja :

1. Mencegah terjadinya kecelakaan ( Zero Accident ).


2. Menjamin tempat kerja yang sehat, nyaman, dan aman sehingga dapat menimbulkan
semangat kerja.
3. Mencegah timbulnya penyakit akibat pekerjaan.
4. Mencegah atau mengurangi cacat tetap akibat pekerjaan.
5. Mengurangi biaya operasional ( Reduce Operational Cost ) atau mencegah pemborosan
terhadap tenaga kerja, modal, peralatan dan sumber-sumber produksi lainnya.
6. Mengamankan, menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana pendukung
kegiatan perusahaan dari kerusakan akibat kecerobohan clan kelalaian kerja.
7. Memperlancar, mengamankan dan meningkatkan produtivitas serta mutu dari
produktivitas kerja.

B. PRINSIP KESELAMATAN KERJA

1. Manusia Lingkungan Tidak ada kece-


kerja yang aman Lakaan manusia
2. Mesin
Pengawasan Kondisi kerja
Terhadap 4 M yang aman
AMAN
3. Material

Tindakan kerja Tidak ada keru-


4. Metode
yang aman gian barang

Jadi Prinsip Keselamatan Kerja mengadakan pengawasan terhadap 4 M, yakni : Manusia,


Mesin, Material dan Metode. Dimana dapat memberikan lingkungan atau suasana kerja
yang baik dan aman.

Hubungan Keselamatan Kerja dengan Produksi

Keselamatan kerja adalah salah satu bagian dari pada produksi dan bagian-bagian
produksi lainnya adalah jumlah ( Kuantitas ) dan mutu barang ( Kualitas ). Jadi

Produksi = Kuantitas + Kualitas + Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah Kunci dari Produksi


SAFETY I - 3 - 12

Manfaat Keselamatan Kerja

1. Mengecilkan ongkos pengeluaran perusahaan.


2. Menjamin suatu hasil yang balk.
3. Menjamin pekerjaan.
4. Menguntungkan masyarakat.

Keuntungan-keuntungan lain

1. Menyelamatkan Pegawai dari


• Kesakitan / penderitaan sakit, cacat.
• Kehilangan waktu berharga.
• Kehilangan mencari nafkah.

2. Menyelamatkan Keluarga dari


• Kesedihan/ kesusahan.
• Masa depan yang tidak sempurna.

3. Menyelamatkan Perusahaan dari


• Kehilangan tenaga kerja.
• Kehilangan biaya ( langsung maupun tak langsung ).
• Kehilangan waktu ( melatih / mengganti pegawai ).

Tanggung Jawab

Keselamatan Kerja adalah mutlak menjadi tanggung Jawab bersama


• Pimpinan perusahaan
• Pengawas lapangan
• Karyawan

“ Jadi setiap orang bertanggung Jawab terhadap Keselamatan Kerja “

Keselamatan Kerja dilaksanakan saat melakukan pekerjaan dan juga diluar pekerjaan,
dengan kata lain Keselamatan Kerja diterapkan setiap detik, setiap waktu kapan saja dan
dimana saja kita berada.
SAFETY I - 4 - 12

Kecelakaan Kerja

Adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak diduga, tidak diinginkan terjadi
secara tiba-tiba dan bersifat merugikan manusia, alat-alat dan material.

• Tidak direncanakan
KECELAKAAN • Tidak diingini
• Tidak diduga

Disebabkan • Tindakan tidak aman


• Kondisi tidak aman

Mengakibatkan Produktivitas terhenti


• Cedera pada manusia
• Kerusakan alat / mesin
• Produksi terganggu
• Penderitaan keluarga

Sebab-sebab Kecelakaan

1. Karena Tidak Tahu : yang bersangkutan tidak mengetahui bagaimana


menjalankan mesin dengan benar dan tidak tahu
bahaya - bahaya sehingga terjadi kecelakaan.

2. Karena Tidak Mampu : yang bersangkutan sebenarnya telah mengetahui


cara yang aman akan tetapi karena belum atau
kurang terampil, ia akhirnya melakukan
kesalahan.

3. Karena Tidak Mau : walaupun yang bersangkutan telah mengetahui


dengan jelas cara kerja atau peraturan dan yang
bersangkutan dapat melaksanakan, tetapi karena
tidak punya kemauan akhirnya melakukan
kesalahan yang mengakibatkan kecelakaan.
SAFETY I - 5 - 12

Secara Garis Besar Kecelakaan Disebabkan :

1. 88 % Faktor Manusia : Tindakan tidak aman ( unsafe action )


2. 10 % Faktor Peralatan : Kondisi tidak aman ( unsafe condition )
3. 2 % Faktor Takdir : Diluar kemampuan manusia ( God act )

Pengontrolan Tingkat Resiko

1. Eliminasi / Hilangkan
2. Subtitusi / Penggantian
3. Separasi / Isolasi
4. Engineering Control / Konstruksi
5. Adoption of Safe practices
6. Administrative Control
7. Personal Protective Equipment / APD

Kerugian Akibat Kecelakaan

Setiap terjadinya kecelakaan selalu ticlak menguntungkan, melainkan mengakibatkan


kerugian yang berdampak buruk terhadap manusia, harta bencla clan lingkungan.

Dampak -dampak buruk tersebut secara ekonomis dapat dihitung dalam bentuk kerugian,
kehilangan (LOSS).

Kerugian Kecelakaan Diklasifikasikan atas :

1. Kerugian Finansial ( Financial Loss )


2. Kerugian Sosial ( Social Loss )

Kerugian Dapat Menimpa :

1. Karyawan : Kesakitan, cedera, cacat, waktu dan uang.


2. Keluarga : Kesedihan, pemasukan uang terhambat dan masa depan tidak
sempurna.
3. Perusahaan : Kehilangan tenaga kerja, kehilangan biaya kecelakaan langsung
maupun tak langsung, kerusakan alat atau mesin dan melatih dan
mengganti karyawan baru.
SAFETY I - 6 - 12

Biaya Kecelakaan

Sebagaimana dijelaskan diatas, baik kerugian finansial dan kerugian sosial dapat dihitung
atau dinilai dalam satuan mata uang tertentu dan disebut sebagai biaya. Biaya-biaya
kerugian akibat kejadian kecelakaan ini masih dapat kita klasifikasikan lagi menjadi :

1. Biaya Langsung ( Direct Cost ) antara lain :

• Gaji, upah dan kompensasi


• Biaya perawatan pengobatan
• Kerugian kerusakan alat/mesin, material dan perlengkapan lain

2. Biaya Tak Langsung ( Indirect Cost ) antara lain :

• Kehilangan waktu karena pekerjaan terhenti


• Menolong karyawan yang mendapat kecelakaan
• Mempersoalkan apa yang baru saja terjadi
SAFETY I - 7 - 12

Kecelakaan Tambang

Kecelakaan yang terjadi pada penyelidikan kecelakaan pada pekerjaan pertambangan


dalam waktu antara “ mulai masuk dan mengakhiri bekerja “ digolongkan dalam
kecelakaan tambang.

Klasifikasi Kecelakaan Tambang di Indonesia

1. Luka Ringan.
Korban dalam waktu kurang dari 3 minggu telah dapat bekerja kembali seperti biasa
atau kembali kepada pekerjaan semula.

2. Luka Berat.
Korban dalam waktu lebih dari 3 minggu baru dapat bekerja kembali seperti biasa.

3. Mati.
Korban meninggal dalam waktu 24 jam sesudah terjadinya kecelakaan.

Safety atau Safe mencerminkan keselamatan dan keamanan suatu tempat, tetapi
sebenarnya tidak satu tempat pun aman secara 100%

“ Nothing absolutely free from risk or nothing absolutely safe “

Kecelakaan kerja di Indonesia semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari
gambaran keluaran dari JAMSOSTEK, sebagai berikut :

No Tahun Jumlah Klaim yang dibayar


Kecelakaan ( dalam Milyar Rupiah )
1 1995 69.971 44.292

2 1996 89.542 57.610

3 1997 8.629 149.500


SAFETY I - 8 - 12

Teori Kecelakaan Kerja

Penelitian mengenai kecelakaan dan faktor-faktor penyebabnya telah melahirkan


beberapa teori dan model-model penyebab kecelakaan diantaranya :

1. Model Domino Heinrich. 1931.


2. Model Domino Bird & Loftus. 1985.
3. Model Domino NOSA Revisi 1997.
4. Model Damaging Energy. Gibson & Haddon 1961.
5. Model Task Demand. Waller & Klein 1973.

1. Teori Heinrich 1931.

2. Teori Epidemiologi Gordon 1949.


SAFETY I - 9 - 12

3. Teori Wigglesworth 1972.

ERROR ACCIDENT

Hazard

Injury

4. Teori Domino ( up dated ) Bird and Loftus 1976

1 2 3 4 5
L B I
A A M T
M
C S E
H T
K I D E H
C I E
O A
F T A
E
C
C C C L
O A C I O
N U A D S
T S U E S
S
R E E
N
O S S T
L
SAFETY I - 10 - 12

C. MODEL TOTAL LOSS CONTROL

1. Incident Triangle

Berdasarkan hasil penelitian Frank E. Bird dan tim pada tahun 1969 terhadap
1.753.498 kejadian kecelakaan yang dilaporkan di Amerika Serikat, didapat suatu
fakta yang digambarkan sebagai “ Segitiga Kejadian ( Incident Triangle ) sebagai
berikut :

Cidera / kecelakaan berat

Cidera / kecelakaan ringan

Kerusakan harta benda


( Property Damage )

Hampir celaka
( Near Miss )

2.
SAFETY I - 11 - 12

D. SISTEM MANAJEMEN K3

Salah satu perubahan yang nyata dalam tatanan ekonomi dunia saat ini adalah terjadinya
proses globalisasi disegala aspek kehidupan ekonomi yang membentuk clunia baru
dengan batas-batas antar negara yang yang semakin transparan dan kabur.

Globalisasi saat ini bukan saja terbatas pada terbentuknya pasaran produk dan jasa yang
berskala global, tetapi terjacli pula pada berkembangnya sistem produksi yang
berwawasan global.

Hasil produksi yang diekspor tentunya harus dapat memenuhi standar yang berlaku
dipasaran Internasional ISO ( International Standard Organizatioan ).

Mutu produksi, mutu lingkungan dan manusia yang terlibat didalam produksi tersebut,
aman dipakai, aman untuk lingkungan dan mempunyai nilai tambah secara ekonomi.

UUD 1945 Pasal 27 Mengisyaratkan, bahwa :

“ Setiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan ".

Pemerintah Indonesia secara proaktif melalui Peraturan Menteri


Tenaga Kerja Nomor : Per – 05 / Men / 1996 telah mengeluarkan

“ Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


( SMK3 ) “.

Hiperkes dan keselamatan kerja ( Occupational Healt and Safety )

“ Sehat dan selamat bukanlah segalanya,


tetapi tanpa itu segalanya tidak ada artinya.”

“ Health and Safety is not everything,


but without it everything is nothing.”

Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan manusiawi
apabila

“ Standard - standard berlaku didunia dapat pula berlaku disetiap tempat kerja di
Indonesia ”
SAFETY I - 12 - 12

Program

1. Identifikasi
2. Penilaian clan pengukuran ( Assessment and Measurement )
3. Evaluasi
4. Desain
5. Monitoring
6. Pengontrolan Tingkat Resiko

~ Eliminasi / Hilangkan
~ Subtitusi / Penggantian
~ Separasi / Isolasi
~ Engineering Control
~ Adoption of Safe practices
~ Administrative Control
~ Personal Protective Equipment / APD
ALAT PELINDUNG DIRI BAB II
ALAT PELINDUNG DIRI II - 1 - 10

Dalam program pencegahan kecelakaan, alat pelindung diri merupakan usaha pertahahan
terakhir. Apabila dengan usaha engineering bahaya tidak dapat dihilangkan, barulah usaha
terakhir ini yaitu alat pelindung diri dipakai.

Alasannya ialah pada umunya orang lebih sukar untuk disuruh bekerja dengan menggunakan
alat pelindung diri. Bagaimana harus disadari bahwa bahaya baik pada kesehatan ataupun
pada keselamatan akan lebih merugikan dengan ketidaknyamanan memakai alat pelindung.

Perusahaan harus memberikan alat - alat pelindung diri pada pegawai sesuai pada yang ada
dalam pekerjaan / departemen masing masing. Alat pelindung ini ialah : topi keselamatan
( helmet ), respirator / gas masker,kop las, penutup muka, sarung tangan, kaca mata, sepatu
keselamatan, schort, sabuk keselamatan dan lain-lain.

Pegawai diwajibkan memakai bila pekerjaannya memerlukan perlindungan diri dengan alat
- alat pelindung diri, karena dengan cara engineering bahaya tersebut tidak dapat
dihilangkan.

HARUS DIPAKAI
SESUAI DENGAN MACAM
BAHAYA YANG ADA DI TEMPAT

Ear Muff

Ear Plug
ALAT PELINDUNG DIRI II - 2 - 10

A. KETENTUAN DAN PERATURANNYA

Beberapa Ketentuan didalam Pemakaian APD

1. Memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya - bahaya spesifik yang dihadapi
oleh tenaga kerja.
2. Berat alat seringan mungkin, tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang
berlebihan.
3. Alat dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya menarik.
5. Tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
7. Memenuhi standar yang ada.
8. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
9. Suku cadang mudah didapat.

Undang-undang yang Mendukung Pemakaian APD

1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

~ Pasal 9 ayat 12 dan Pasal 9 ayat 1 sub C :


“ Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan kepada tenaga kerja baru
tentang alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan “.

~ Pasal 9 ayat 2 :
“ Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia
yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas “.

~ Pasal 12 sub C :
“ Dengan peraturan perundang-undangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan".

~ Pasal 12 sub E
“ Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerja dimana syarat -
syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat - alat perlindungan diri yang
diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal - hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas yang masih dapat dipertanggung jawabkan “.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01 / MEN / 1981

tentang kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja.


~ Pasal 4 ayat 3 :
“ Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri
yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja “.
ALAT PELINDUNG DIRI II - 3 - 10

~ Pasal 5 ayat 2
“ Tenaga Kerja harus memakai alat - alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk
pencegahan penyakit akibat kerja “.

Klasifikasi Alat Pelindung Diri

Menurut fungsinya alat pelindung diri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Pelindung kepala
A. Topi keselamatan
B. Pelindung rambut
C. Pelindung telinga

2. Pelindung muka dan mata


A. Hood
B. Kaca mata dan
C. Perisai muka
D. Kedok (helmet pengelas)

3. Pelindung pernapasan.
A. Alat pernapasan pembawa oksigen atau udara ( self contained breathing aparatus
ACBA ).
B. Respirator penyuplai udara.
C. Respirator kanister dan kartrids.
D. Respirator filter dispersed

4. Pelindung tangan, kaki, telapak kaki


A. Sarungtangan
B. Sepatu keselamatan
C. Pelindung kaki

5. Baju pelindung / pakaian kerja khusus


ALAT PELINDUNG DIRI II - 4 - 10

B. ALAT – ALAT PELINDUNG

1. Pelindung Kepala / Safety Helmet


ALAT PELINDUNG DIRI II - 5 - 10

2. Pelindung Muka dan Mata / Masker and Safety Goggless

3. Pelindung Telinga / Ear Muff and Ear Plug

Ear Muff

Ear Plug
ALAT PELINDUNG DIRI II - 6 - 10

4. Pelindung Tangan

5. Pelindung Kaki / Safety Shoes


ALAT PELINDUNG DIRI II - 7 - 10

6. Alat Pelindung Lainnya

Rompi Reflektor
ALAT PELINDUNG DIRI II - 8 - 10

C. KARAKTERISTIK KEBISINGAN

Definisi
Bising adalah suara-suara yang tidak dikehendaki atau suara - suara yang
menimbulkan gangguan terhadap pendengaran.

Kehilangan Pendengaran
Ketulian dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis dasar, yaitu :

1.Conductive ( bersifat menghantar / menyalurkan )


2.Functional
3.Perceptive atau sensory neural.

1. Conductive
Kehilangan pendengaran conductive ( bersifat mengantar ) disebabkan oleh suatu
gangguan atau penyakit didalam telinga luar atau telinga tengah. Penyakit ini
mencegah jumlah normal energi untuk mencapai telinga bagian dalam.

Kehilangan patologis ini dapat bervariasi mulai dari zat Min ( wax ) yang dibentuk
berlebihan didalam kanal telinga luar sampai sklerosis ( pengerasan tulang kurus )
atau pengerasan jaringan sekeliling pelataran kaki stapes dalam jendela oval.
Kebanyakan ketidakberesan jenis conductive masih dapat diperbaiki.

2. Functional
Kehilangan pendengaran atau ketulian functional adalah suatu kehilangan
pendengaran yang tidak mempunyai dasar organik. Si pemilik telinga tidak
memanfaatkan sepenuhnya kapasitas pendengarannya walaupun terdapat fakta
bahwa tidak ada kerusakan yang sesungguhnya pada mekanisme pendengarannya .

3. Perceptive
Ketulian perceptive ( mampu memahami ) adalah ketidakberesan di telinga dalam
dan atau disepanjang syaraf cranical ( tengkorak kedelapan ). Jenis kehilangan ini
tidak dapat diperbaiki melalui pembedahan atau dengan cara-cara medis lainnya.
ALAT PELINDUNG DIRI II - 9 - 10

Jenis – jenis Kebisingan

Jenis atau type dari kebisingan dapat kita bedakan dengan alat pendengaran, yaitu :

A. Kebisingan kontinyu, yaitu seperti suara / kebisingan yang kita dengar sepanjang hari
pada tempat dimana kita bekerja.
B. Kebisingan impact, yaitu jenis kebisingan jika kita membanting sebuah pintu mobil
atau seseorang memukul plat besi / metal dengan sebuah martil.
C. Kebisingan impulsive, yaitu kebisingan seperti suara peledakan atau suara bedil.

Sumber-sumber Kebisingan di Tambang

Secara umum dapat kita ketahui sumber - sumber kebisingan didalam kegiatan tambang,
yaitu :

A. Power station, genset


B. Unit Crusher
C. Belt conveyor
D. Dumping point, loading point.
E. Alat-alat berat (dozer, dump truck, back hoe, loader, scrapper, dan lain-lain )
F. Pemboran
G. Peledakan
H. Shearer Drum

Teknik Pengendalian Kebisingan

A. Teknik Konstruksi
Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan cara perbaikan pada
sumber getaran, tetapi umumnya hal ini dilakukan dengan penelitian dan perencanaan
terhadap mesin mesin baru. Untuk itu sangat tergantung pada permintaan para
pengguna sebagai pembeli mesin-mesin kepada pabrik pembuatnya dengan
memajukan persyaratan kebisingan dari mesin yang sebelumnya.

B. Administrasi
Yaitu penempatan penghalang pada jalan transmisi dengan isolasi tenaga kerja atau
mesin. Untuk perencanaan ini harus sempurna clan bahan yang dipakai harus mampu
menyerap suara. Bahan- bahan, penutup harus cukup berat dan berlapis dalam
terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih berat.
ALAT PELINDUNG DIRI II - 10 - 10

Alat Pelindung Diri

Pengurangan kebisingan dengan cara melengkapi alat pelindung diri berupa :


A. Ear plug
B. Semi insert plug
C. Ear mulfs
D. Helmets

Tutup telinga umumnya lebih efektif dibandingkan penyumbat telinga dan lebih enak
dipakainya. Didalam penggunaan alat ini harus seleksi sehingga tepat / cocok didalam
penggunaannya

Intensitas dan Jam Kerja Yang Diperkenankan

Intensitas Waktu Kerja


( dB ) ( Jam )

85 ( 90 ) 8
92 6
95 4
97 3
100 2
105 1
110 0,5
115 0,25

*) Di Indonesia nilai ambang batas kebisingan adalah 85 dB.


MATERIAL HANDLING BAB III
MATERIAL HANDLING III - 1 - 42

A. PENGERTIAN UMUM

Material Handling (pemindahan barang) adalah bagian pekerjaan yang sering dilakukan
di lingkungan perusahaan, khususnya mekanik, baik di Workshop maupun di Field.
Keselamatan didalam proses ini menjadi sangat penting artinya, mengingat banyak kasus
kecelakaan kerja yang kita dengar, berasal dari adanya kesalahan prosedur pemilihan
peralatan maupun prosedur pengoperasian peralatan angkat.

Tujuan

Meyakinkan bahwa pemindahan barang ( Material Handling ) dalam kondisi aman (Safe)
baik dari segi peralatan maupun sistem pengoperasian.

Sasaran

1. Meningkatkan kesadaran karyawan / mekanik tentang Material Handling - Safety.


2. Menjamin bahwa peralatan yang ada dalam kondisi aman dan layak pakai.
3. Menjamin barang yang diangkat dalam kondisi baik dan tetap utuh.

Jenis - jenis alat angkat

1. Forklift
2. Mobile Crane
3. Overhead Crane

1. Forklift

 Dilarang mengoperasikan Forklift selain operator atau orang yang telah memiliki
SIM.
~ Periksa kondisi Forklift.
~ Saat mengoperasikan Forklift
• Jangan meninggalkan Forklift engine kondisi hidup.
• Jangan mengangkut orang berdiri diantara fork yang terangkat.
• Jangan mengangkat muatan tinggi-tinggi
• Perhatikan Counter Weight saat membelok.
• Jangan mengeluarkan anggota bagan saat jalan.
• Perhatikan ukuran clan berat barang yang diangkat.

2. Mobil Crane

 Dilarang mengoperasikan Mobile Crane selain Operator / pemilik SIM.


 Operator wajib di bantu oleh satu orang pembantu yang tahu tata - cara memberi
aba - aba.
~ Periksa Kondisi Mobile Crane
MATERIAL HANDLING III - 2 - 42

~ Periksa kondisi lingkungan


• Yakinkan beroperasi pada tanah atau pondasi yang kuat, gunakan papan atau
balok - balok untuk menahan jack dari kemungkinan meleset atau amblas.
• Pastikan daerah ayunan Mobile Crane (360 derajat) dalam kondisi aman dan
tidak ada orang / barang yang ada di area tsb.
~ Saat mengoperasikan Crane
• Jangan mengangkat muatan melebihi kapasitas Crane, perhatikan standard
Working Radius / Lifting Height Chart.
• Pasanglah sling atau rantai betul-betul ditengah hook dan jaga keseimbangan
beban untuk masing-masing sling / rantai saat akan mengangkat barang.
• Jangan melambungkan boom dengan muatan diatas pekerja atau peralatan
lain.
• Orang lain/pembantu operator Crane dilarang berada diatas lantai bak Mobile
Crane sewaktu pemuatan / pembongkaran ataupun dalam perjalanan menuju
lokasi kerja.
• Jaga posisi tangan dari kemungkinan - kemungkinan terjepitnya tangan sling-
sling pengikat.
• Hentikan proses pengangkatan barang dan segera turunkan barang saat Mobile
Crane mulai bergeser atau mulai amblas.

3. Overhead Crane

 Pengangkatan Manual

~ Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengangkatan Manual


• Periksa dengan teliti, bagaimana bentuk tepinya, apakah tajam, berlubang,
bergerigi, kondisi basah / kotor / licin.
• Cengkeram dengan kokoh dan erat.
• Jaga jari dan tangan dari meleset atau tergulir
• Bersihkan terlebih dahulu kotoran/licin sebelum diangkat.
• Tangan bersih dan gunakan sarung tangan.

Mengangkat benda seharusnya dengan tumpuan berat badan pada kedua kaki.
Jangan mengandalkan berat badan dan memporsir bagian pinggang dan punggung.

Penyakit Hernia dan Pinggang adalah akibat cara-cara mengangkat yang tidak
benar.
MATERIAL HANDLING III - 3 - 42

CARA MENGANGKAT MANUAL


MATERIAL HANDLING III - 4 - 42

CARA MENGANGKAT MANUAL

GAMBAR URAIAN CATATAN

Pastikan beban yang akan di


angkat tidak melebihi kekuatan
anda.Bila dirasakan tidak kuat
mengangkat sendiri, cari
bantuan.

Gunakan selalu sepatu


keselamatan ( safety shoes )
karena kaki akan selalu
terlindungi.

Mengangkat beban berat harus


dengan kekuatan otot kaki,
bukan dengan keutaan tulang
punggung

Jaga pungung tetap pada posisi


tegak / lurus pada waktu
mengangkat
MATERIAL HANDLING III - 5 - 42

CARA MENGANGKAT MANUAL

GAMBAR URAIAN CATATAN

Mengangkat barang pada posisi


jongkok dan lengan menempel
pada beban.

Pada waktu mengangkat jaga


posisi beban yang diangkat
dekat / rapat dengan tubuh

Bila mengangkat barang yang


dapat melukai tangan gunakan
sarung tangan kulit
MATERIAL HANDLING III - 6 - 42

SAFETY OPERASI

(1) (2) (3)

(4) (5) (6)

(7)
MATERIAL HANDLING III - 7 - 42

BAHASA ISYARAT
MATERIAL HANDLING III - 8 - 42

B. TALI DAN SLING

Tali Berserat Alami dan Sintetis


Kelebihan dan Kelemahan dari tali Alami dan Sintetis

Tali Berserat Alami Tali Sintetis


Kelebihan : Kelebihan :
• Dapat menahan simpul dan ikatan dengan • Memiliki kekuatan yang lebih besar
baik dibandingkan dengan tali serat alami
• Dapat menahan sambungan dengan tepat dengan ukuran yang sama
• Tidak banyak terpengaruh oleh sinar • Lebigh elastis dan kuat
matahari • Lebih tahan terhadap hentakan
• Lebih tahan terhadap jamur
• Lebih tahan terhadap gesekan
• Beberapa jenis tahan terhadap asam dan
basa
Kelemahan : • Memiliki fleksibiltas yang lebih besar
• Tidak tahan terhadap larutan asam dan
basa
• Sulit digunakan bila basah Kelemahan :
• Kelenturannya kurang • Jeratan, simpul dan ikatan cenderung
• Tidak tahan terhadapa hentakan yang keras mudah terlepas karena permukaannya
• Mudah berjamur dan berlumut licin sebaiknya ujungnya harus
diamankan
• Sambungan – sambungan mudah
merosot bila tidak dipintal dengan baik
• Terpengaruh sinar matahari.
MATERIAL HANDLING III - 9 - 42

Simpul - Simpul

Simpul Busur ( Bowline )

Digunakan untuk membuat gelung lingkar sementara diujung tali ( Gelung Longgar )

Simpul Becket ( Becket Hitch )

Digunakan untuk mengikat ketat ke benda – benda seperti cincin pengait, dan lain –
lain.

Simpul Klaver ( Clove Hitch )

Cara sederhana dan cepat untuk mengencangkan tali pengikat diting atau pipa.
Tidak aman bila ujungnya tidak ditambah degan setengah simpul tambahan
MATERIAL HANDLING III - 10 - 42

Simpul No. 8 ( Pigure Eight )

Digunakan sebagai penahan ujung tali agar tidak mudah terlepas dari jaringan
simpulannya.

Wire Rope

Penyimpanan Wire Rope


• Simpan pada tempat yang dingin can keying.
• Letakan diatas balok kayu agar tidak kena tanah.
• Apabila menyimpan Wire Rope bekas, bersihkan dn lumasi dengan oli baru.

Pelumasan Wire Rope


• Gunakan pelumas pada permukaan Wire Rope.
• Pelumas pada Wire Rope akan memperpanjang umur 2 - 3 kali.
• Secara berkala selalu dilumasi.
• Gunakan pelumas yang direkomondasikan oleh Pabrik Wire Rope. Jangan gunakan
pelumas bekas.
• Bila menggunakan kain untuk melumasi Wire Rope, hati-hati jangan sampai tangan
terluka kena ujung – ujung kawat.
• Jangan gunakan oli special pencuci untuk membersihkan kotoran Wire Rope.

Umur Wire Rope


• Wire Rope baru akan merentang keras sekali dan akan stabil setelah beberapa saat
digunakan.
• Bila Wire Rope sudah lama besar kemungkinan akan memanjang karena seringnya
tertarik oleh beban yang akhirnya akan putus.
• Wire Rope perlu diganti sebelum mencapai batas umurnya.

Menentukan batas umur Wire Rope


• Melihat kawat yang putus,
• Keausan pada bagian permukaanya,
• Pemakaian dan karat yang terjadi dan dengan
• Melihat pengalaman penggunaan Wire Rope sebelumnya.
MATERIAL HANDLING III - 11 - 42

Pemeriksaan

Contoh-contoh jenis Wire Sling yang tidak boleh digunakan :

1. Terentang atau Meregang

2. Tertekuk

3. Diameter Mengecil

• Diameter Wire Rope sudah mengecil lebih dar 7% dari diameter asli.
• Sudah terdapat / terjadi kusut dan patah - patah.
• Terjadi cacat atau karat yang berlebihan.
MATERIAL HANDLING III - 12 - 42

4. Bentuk Pilinan Berubah

5. Sangkar Burung, Kawat Mencuat

6. Keretakan

7. Berkarat

8. Keausan > 33 % Pada tiap – tiap Pilinan

9. Kawat – kawat Putus


MATERIAL HANDLING III - 13 - 42

• Dalam satu lilitan terdapat lebih dari 10% dari jumlah kawatnya putus.
• Tidak lebih dari 10% dalam 8 kali diameter tali

Sling Rantai

Umum

Secara umum tersedia berbagai jenis sling rantai yang dapat digunakan dan masing -
masing memiliki keistimewaan tersendiri, sehingga dapat dibedakan satu sama lain.

Jenis - jenis tersebut antara lain :

1. Hercaloy dengan tanda CM ( Columbus Mckinnon )


2. Hercaloy dengan tanda PWB ( Pitt Waddell Bennett )
3. Kuplex dengan tanda T
4. Kito dengan tanda NO. 8
5. Serrafini dengan tanda SAB
6. Thiel dengan tanda 08
7. Fram dengan tanda Polar Bear

Grade atau Ukuran

• Hercaloy memiliki grade 80


• Baja Alloy ( campuran ) memiliki grade 60 dan 70
• Baja lunak dengan kekuatan meregang agak tinggi memiliki grade 40.
• Baja / besi lunak memiliki grade 30.

Semakin tinggi grade sling rantai, makin besar kekuatan daya angkatnya .
Tingkatan grade rantai sling dapat diketahui dari “ Tag Instruction “ yang terpasang di
sling tersebut atau melalui referensi sertifikat pembelinya.
Sling rantai yang tidak memiliki “ Tag Instuction “ tidak boleh digunakan.
Rantai yang kurang dari 8 mm (diameter ) tidak boleh digunakan, kecuali bila sling-
sling rantai tersebut dilengkapi dengan buku katalog dan sertifikat.

Pemeliharaan

1. Lakukan pemeriksaan teratur pada sambungan atau fiting dan keseluruhan untaian
mata rantai, serta pengaitnya ( hook ).
2. Setiap untaian mata rantai yang cacat, bengkok, retak, aus harus dilaporkan ke
supervisor.
3. Kebersihan peralatan harus dipelihara.
MATERIAL HANDLING III - 14 - 42

Penyimpanan

1. Disimpan diting pancang atau rak yang cocok diruang tertutup ( beratap )
2. Dijauhkan dari besi berkarat dan diberi cairan pelumas tipis - tipis

Contoh contoh jenis slip rantai yang tidak boleh digunakan.

1. Bengkok

2. Retak

3. Aus
MATERIAL HANDLING III - 15 - 42

Pengaruh S.W.L ( Safe Working Load ) Sling Pada Pengangkatan

1. Sling Tunggal ( Straight Load )


Bila benda diangkat lurus vertical, menggunakan sling tunggal, maka S.W.L sling
tersebut tidak berubah.

Contoh gambar
Berat beban = 1000 kg
S.W.L = 1000 kg

2. Sling Ganda
Bila benda diangkat dengan lurus vertical, menggunakan sling ganda, maka S.W.L tiap
sling tersebut akan menahan setengah dari berat benda yang diangkat.

Contoh gambar
Berat beban = 1000 kg
S.W.L Sling A = 500 kg
S.W.L Sling B = 500 kg

3. Single Round Chocke


Bentuk angkatan S.W.L sling harus dilakukan sebanyak 33% dari S.W.L yang telah
ditetapkan karena adanya titik jepitan (NIP).

Contoh gambar
S.W.L Sling = 1000 kg
Berat beban yang = 670 kg
boleh diangkat
MATERIAL HANDLING III - 16 - 42

4. Single Square Chocke


Pengurangan S.W.L sling harus dilakukan sebanyak 50% dari S.W.L yang telah
ditetapkan karena adanya tekukan disetiap sudut benda tersebut.

Contoh gambar
S.W.L Sling = 1000 kg
Berat beban yang = 500 kg
boleh diangkat

5. Bentuk Angkatan Keranjang Pada Benda Bundar


S.W.L Sling akan bertambah 2 kali lipat dari S.W.L yang ditentukan, tetapi harus hati -
hati jangan sampai sudut “ included “ nya melebihi 90°.

Contoh gambar ( 1 )
S.W.L Sling = 1000 kg
Berat beban yang = 2000 kg
dapat diangkat

6. Bentuk Angkatan Keranjang Pada Benda Persegi


S.W.L Sling akan tetap oleh karena adanya tekukan di setiap sudut benda tersebut.

Contoh gambar ( 1 )
S.W.L Sling = 1000 kg
Berat beban yang = 1000 kg
dapat diangkat
MATERIAL HANDLING III - 17 - 42

7. Angkatan Sling Berkaki Dua Dengan Sudut “Included “ 60º

Berat beban = 1000 kg


S.W.L Sling yang dibutuhkan berapa ?

Berat Beban x Faktor Perhitungan


Rumus :
Jumlah Sling Yang Menyanggah Beban

1000 kg x 1.15
S.W.L Sling = = 575 kg
2

S. W. L Sling 575 kg sebanyak 2 lembar

8. Angkatan Sling Berkaki Tiga Dengan Sudut “ Included “ 60º

Berat beban = 1000 kg


S.W.L Sling yang dibutuhkan berapa ?

1000 kg x 1.15
S.W.L Sling = = 383 kg
3

S. W. L Sling 383 kg sebanyak 3 lembar


MATERIAL HANDLING III - 18 - 42

9. Angkatan Sling Berkaki Empat Dengan Sudut “Included “ 60º

Berat beban = 1000 kg


S.W.L Sling yang dibutuhkan berapa ?

1000 kg x 1.15
S.W.L Sling = = 287.5 kg
4

S. W. L Sling 287.5 kg sebanyak 4 lembar

Contoh Beberapa Pengangkatan dan Pengepakan

Metode Pemasangan Sling - Simpul Serat


Simpul Jerat Tunggal
• Berbentuk buhul yang mengencangkan pada saat beban diangkat.
• Tidak cocok untuk benda yang tidak seimbang atau beban yang bahan atau
materialnya terpisah - pisah.

Simpul Jerat Ganda


• Dua simpul jerat dipasang pada beban dan direnggangkan untuk menjaga
kestabilan.
• Lebih balk daripada pengait tunggal untuk menangani material yang terpisah-pisah.
MATERIAL HANDLING III - 19 - 42

Simpul Jerat Dengan Pelapis Ganda


• Sling dililitkan sepenuhnya disekeliling beban sebelum beban itu dikaitkan pada
bagian vertikal dari sling.
• Pada saat bersentuhan sepenuhnya dengan beban, simpul jerat ini mengikat beban
menjadi satu dengan kuat.
• Simpul ini dapat digunakan secara tunggal atau berpasangan.

Simpul Keranjang Tunggal


• Tidak cocok untuk beban yang tidak seimbang karena beban itu akan terjungkal
dan lepas dari sling.
• Periksalah apakah beban tidak bergerak atau bergeser sepanjang sling pada saat
pengangkatan.

Simpul Keranjang Ganda


• Pengait dengan dua buah keranjang tunggal dipasang pada beban.
• Pengait harus dipasang sedemikian rupa sehingga beban berada dalam
keseimbangan.
• Jangan merenggangkan kaki-kaki sling jika tidak diperlukan.
MATERIAL HANDLING III - 20 - 42

Simpul Keranjang Pembebat Ganda


• Dapat digunakan berpasangan.
• Sangat baik untuk menangani material yang terpisah - pisah seperti pipa - pipa atau
beban silinder yang halus lainnya.

Beberapa Larangan Dalam Pengangkatan

Jangan melilitkan sling pada berat dan lebar.

Jangan melilitkan sling pada benda yang potongan ujung - ujungnya tajam.

Jangan memasang sling dengan sudut melebar lebih dari 120º ke pangait karena
berbahaya. Sling mudah loncat lepas gunakan Shackle busur agar pengaitnya
MATERIAL HANDLING III - 21 - 42

C. PENGEPAKAN

Untuk Melindungi sling dan beban


• Pelindung yang cocok harus dipasang pada setiap sisi atau sudut muatan yang
tajam.
• Material yang cocok adalah papan berkayu halus, pipa belah, bahan ban konveyor
tua, karet atau papan kayu yang ditutup dengan berbagai lapis lenan atau karung.
• Saat beban mulai diangkat pada ketinggian tertentu, kemasan harus melekat pada
beban sehingga apabila tekanan pada sling dikendorkan, keinasan tidak akan jatuh
atau lepas.

Titik Berat ( titik pusat )


• Beban yang mantap atau stabil adalah beban yang tidak beratnya berada tepat
dibawah pengait utama dan dibawah titik terendah dari perangkat tambahan pada
sling.
• Pada saat mengangkat beban yang bentuknya beraturan, titik berat dari beban itu
mudah untuk diketahui pusat berat biasanya diperoleh berdasarkan pengalaman.
• Angkatan percobaan : perkiraan pusat bebannya angkatlah sedikit dari tanah untuk
menguji keseimbangan, turunkan lagi dan atur kembali posisinya bila perlu.
• Waspadalah terhadap beban yang berisi cairan atau benda yang dapat bergerak, hal
ini akan mempengaruhi keseimbangan beban.

Tidak stabil : pengait tidak berada diatas titik berat beban.


MATERIAL HANDLING III - 22 - 42

Tidak stabil : Beban akan bergerak samapai titik beratnya berada teapt dibawah
pengait.

Stabil : Pengait berada diatas titik berat.

0 menunjukkan titik berat


MATERIAL HANDLING III - 23 - 42

D. PELENGKAP PERALATAN PENGANGKATAN

Shackle
Terdapat dua jeni utama : “ D “ dan “ Busur “

Penggunaan yang tidak baik yang akan mengakibatkan kaki – kaki shackle akan
terbuka

Rantai Berengsel Ganda


Digunakan untuk menghubungkan rantai besi dengan cincin besi, pengait dan lain -
lain
MATERIAL HANDLING III - 24 - 42

Baut bermata yang tidak berleher hanya boleh digunakan untuk pengangkatan vertikal
saja. ( Baut-baut bermata yang tidak berskrup / mur bisa berbahaya sebab baut-baut itu
dapat lepas atau ulirannya kendor ).

Salah
Jika mata baut yang tak berbahu dan baut cincin ditarik miring seperti dalam gambar.
Baut itu bisa bengkok atau putus.

Akan berakibat seperti dibawah ini

Beberapa Contoh Pemasangan Sling Pada Baut Bermata Yang Salah Dan Benar
MATERIAL HANDLING III - 25 - 42

Mengangkat Dengan Baut-baut Bermata

Bulldog Grip
• Cocok untuk pemasangan atau penggunaan yang permanen.
• Harus menggunakan lebih dari tiga grip.
• Grip-grip harus dipasang pada jarak tidak kurang dari enam kali diameter tali yang
gunakan.
• Grip harus dilengkapi dengan bantalan pada sisi tali yang dibebani.
• Bulldog Grip tidak boleh digunakan menyambung dua utas tali secara langsung.
• Bila grip dipasang terlalu kuat pada tali akan mudah hancur, sebaliknya grip yang
dipasang terlalu longgar akan menyebabkan tali mudah lepas.
• Bulldog Grip yang dipasang dengan benar dapat membentuk mata yang mampu
meningkatkan kekuatan tali sebesar 80 %
• Grip harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan tali yang digunakan.

Bulldog Grips hanya dapat digunakan untuk 80%. Dari Batas kapasitas tegangan tali
kawat tersebut.
MATERIAL HANDLING III - 26 - 42

Penjepit Pelat
• Periksa apakah penjepit kondisinya baik dan ukurannya sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilakukan.
• Sebelum menaikan beban, periksa apakah penjepit sudah terpasang dengan balk.
• Bila menggunakan sepasang penjepit pada pipa pengait yang sama, sudut yang
terbentuk tidak boleh mencapai lebih dari 60°
• Penjepit pelat harus dijepitkan pada satu kaki sling dan lubang sling harus ditempatkan
diatas kait - beban.
• Shackle dapat digunakan untuk memasang sling pada kait beban.
• Jaga pelat berada pada posisi serenclah mungkin pada saat pengangkatan.
• Penjepit pelat tidak boleh dipasang terlalu kencang dan juga tidak boleh diberi beban
terlalu berat.
MATERIAL HANDLING III - 27 - 42

E. PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN KEBAKARAN PENDAHULUAN

Pendahuluan

Kebakaran adalah sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan. Jika kebakaran terjadi di
perusahaan, akan merugikan semua pihak baik perusahaan maupun, teriaga kerja. Bagi
tenaga kerja merupakan penderitaan dan malapetaka terutama mereka yang mengalami
cedera karena dan dapat mengakibatkan kehilangan pekerjaan.

Sering kebakaran terjadi diluar jam kerja. Hal ini tentunya tidak menimbulkan korban
manusia tetapi dapat menyebabkan kehilangan lapangan pekerjaan yang berarti
kerugian di bidang sosial dan ekonomi.

Kebakaran dapat dicegah dengan aneka upaya yang ditujukan kepada pengamanan
bangunan dan proses produksi di perusahaan. Namun yang tidak kalah pentingnya
adalah peranan tenaga kerja dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

Mencegah kebakaran adalah lebih balk daripada memadamkannya, hampir semua


kebakaran besar terjadi karena diabaikannya dasar dasar yang sering sangat
sederhana dan mudah dikerjakan. Maka tiap karyawan perlu diberikan pengetahuan
tentang dasar - dasar terjadinya kebakaran, sehingga dapat membantu usaha mencegah
kebakaran. Mencegah kebakaran menjadi tanggung jawab semua karyawan.

Bahaya Kebakaran Umum

Timbulnya kebakaran disebabkan tiga unsur yaitu oksigen, bahan bakar dan papas.

Yang terlibat dalam reaksi itu disebut sebagai unsur - unsur SEGITIGA API yang
terdiri dari :
• Angin = oksigen
• Panas = panas
• Intl = bahan bakar
Memisahkan salah satu unsur dari segitiga api akan memadamkan atau mencegah
terjadi kebakaran.
MATERIAL HANDLING III - 28 - 42

Panas
Panas yang dapat menimbulkan kebakaran dapat berasal dari berbagai macam sumber
antara lain :
• Tenaga mekanis
Dapat berupa benturan atau gesekan.
• Sumber api terbuka
Dapat disebabkan karena
~ Kecerobohan / kelalaian ( merokok, kompor, lilin, las dll)
~ Kesengajaan / sabotase ( kenakalan remaja, menghilangkan jejak, balas dendam,
asuransi ).
• Listrik ( termasuk listrik statis )
• Reaksi eksothermal

Perpindahan panas yang terjadi dari sumber panas ke tempat lain dengan cara :
• Kontak langsung
• Konduksi
• Konveksi
• Radiasi

Bahan Bakar
Bahan bakar bisa berupa benda padat, cair, yang mempunyai titik penyalaan yang
berbeda-beda.
Suatu bahan bakar akan terbakarjika konsentrasinya berada pada daerah bisa terbakar
( flammable range / combustible range ).
Daerah bisa terbakar adalah batas konsentrasi campuran antara uap bahan bakar
dengan udara yang dapat terbakar jika diberi sumber panas.

Contoh : Daerah bisa terbakar minyak mentah adalah seperti dibawah ini :

SKEMA UNTUK MINYAK MENTAH


MATERIAL HANDLING III - 29 - 42

Cara Penyebaran Api

KONTAK

KONDUKSI

KONVEKSI

RADIASI
MATERIAL HANDLING III - 30 - 42

Secara singkat terjadinya api/kebakaran dapat digambarkan seperti pada diagram


dibawah ini :

BAGAN TERJADINYA API

BAHAN BAKAR TITIK


( BENTUK UAP ) NYALA
DAERAH
BISA
TERBAKAR
UDARA OKSIGEN
A
P
I
PANAS ENERGI PENYALAAN YANG CUKUP

Kebakaran
Kebakaran adalah bencana yang ditimbulkan karena api yang tidak dikehendaki dan
tidak terkendali.
Penyebab terjadinya bahaya kebakaran umum ialah api rokok, cairan mudah terbakar,
penataan ruangan yang tidak sempurna ( poor housekeeping ), mesin - mesin yang
terlalu panas karena kurangnya perawatan, instalasi listrik, listrik statis, peralatan las
dan lain-lain. Beberapa industri antara lain industri kimia, minyak dan cat mempunyai
potensi bahaya kebakaran khusus.

Kelas Kebakaran
Berdasarkan permenakertans No. 4 tahun 1980 kebakaran dibagi menjadi empat kelas
yaitu :

Kelas A : yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh benda padat seperti kayu, kertas,
kain, plastik dll.
Kelas B : yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh benda cair termasuk gas seperti
bensin, solar, oli, LPG dll.
Kelas C : yaitu kebakaran yang clitimbulkan oleh adanya sumber listrik.

Kelas D : yaitu kebakaran yang disebabkan logam seperti magnesium, titanium,


sodium dll.
MATERIAL HANDLING III -3 1 - 42

Kelas kebakaran dan media yang digunakan dalam pemadaman kebakaran dapat
dilihat seperti dalam tabel dibawah ini :

BAHAN PEMADAM KEBAKARAN


NO KELAS KEBAKARAN
AIR FOAM CO2 HALON DRY
POWDER
1 Kelas A
Jenis padat (Kayu, kertas, plastik, BAIK BOLEH BOLEH BOLEH BOLEH
dll)
2 Kelas B
Jenis Cair & Gas (minyak, oli, cat, BAHAYA BAIK BAIK BAIK BAIK
genuk, dll )
3 Kelas C
Jenis peralatan listrik yang BAHAYA BAHAYA BAIK BAIK BOLEH
bertegangan
4 Kelas D
Jenis kebakaran logam (mag- BAHAYA BAHAYA BOLEH BAHAYA BAIK
nesium, titanium, sodium, dll )

Media Pemadam Kebakaran


• Media pemadam paclat
~ Pasir
~ Tepung
• Media pemadam cair
~ Air
~ Busa
• Media pemadam gas
~ C02
• Media pemadam cairan mudah menguap
~ Halon

Alat Pemadam Kebakaran


Adalah media yang digunakan untuk memadamkan kebakaran.
Jenis peralatan pemadam kebakaran antara lain :
1. Alat Pemadam Api Ringan
Alat pemadam api ringan adalah alat pemadam api yang mudah dilayani oleh satu
orang untuk memadamkan api pada mula terjadi kebakaran dan mempunyai berat
tidak lebih dari 32 Ibs ( 16 kg ).
• Air bertekanan
• Dry chemical
• Busa
• C02
• Halon
2. Hidran
MATERIAL HANDLING III - 32 - 42

Penempatan Alat Pemadam Api Ringan


• Di jalur keluar ruangan.
• Dekat dengan pintu keluar.
• Tidak boleh kena sinar matahari langsung.
• Mudah dilihat, cepat diambil dan digunakan.
• Sesuai dengan kebakaran yang mungkin terjadi.
• Jarak APAR satu dengan APAR lain tidak boleh melebihi 15 m.
• Digantung pada dinding atau tiang.
• Bila disimpan dalam Box (lemari) bagian depan diberi kaca tebal 2 mm.
• Tinggi bagian atas APAR dengan lantai 1,2 m.
• C02 atau dry chemical boleh lebih rendah dari tinggi dasar APAR dengan lantai
minimum 15 cm.
• Di beri tanda / rambu yang mudah terlihat.
• Suhu ruangan tertinggi 49 derajat.
• APAR tempat terbuka harus dilindungi clan bebas dari halangan.
• Tidak akan memungkinkan si pemakai terjebak bila kebakaran meluas
• Penyebaran merata , sedapat mungkin pada tempat yang sejenis ( homogen ).

Pemeriksaan Alat Pemadam Api Ringan


Secara umum setiap alat pemadam api ringan harus diperiksa 4 kali dalam setahun.
Pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan sekali ditandai dengan menggunakan tag standar
Astra . Tag tersebut adalah :
• Januari - Maret : tag warna putih
• April - Juni : tag warna biru
• Juli - September : tag warna kuning
• Oktober - Desember : tag warna merah

Setiap cacat pada alat perlengkapan APAR yang di temui sewaktu pemeriksaan, harus
segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat.

Cara Pengunaan Peralatan Pemadam Kebakaran

A. Pedoman Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan Secara Umum


1. Gunakan alat pemadam api ringan secara umum.
2. Pemadam api dari sisi depan, dimulai dari dasar api dengan cara gerakkan menyapu
kedepan dari bends yang terbakar.
3. Menggunakan alat pemadam api ringan secukupnya, siapkan sisanya untuk menjaga
api menyala kembali.
4. Jika yang terbakar cairan, semprotkan alat pemadam api ringan pada permukaan zat
cair yang terbakar dengan gerakkan menyapu, hati-hati bila api mendadak menyala
kembali.
5. Pada kebakaran dengan sumber api diatas, lakukan pemadaman dari atas kebawah
( dari pangkal api ).
6. Pada kobaran api yang besar, padamkan api yang besar bersama - sama dengan kerja
yang sama balk.
7. Alat pemadam api yang sudah habis di pakai harus segera diisi kembali.
MATERIAL HANDLING III - 33 - 42

B. Alat Pemadam Api Ringan Dry Powder


1. Turunkan APAR dari gantungannya
2. Lepaskan nozzle dari jepitannya
3. Putuskan segel pengaman
4. Cabut pin pengaman
5. Pegang nozzle kearah atas
6. Coba ditempat APAR tersebut dipasang
7. Bawa APAR ketempat kebakaran
8. Pilih semprotan yang terbesar dari dry chemical yang keluar dari nozzle ( ±3 - 4
meter )
9. Semprotkan kedaerah kebakaran dengan mengibaskan nozzle sebaik mungkin

Bagaimana Mencegah Kebakaran ?


Jawabannya

“ JANGAN MEMBERI KESEMPATAN TERJADI “

Dengan cara
1. Usahakanlah seluruh tempat bersih dan teratur .
2. Simpan bahan yang mudah terbakar ditempat aman .
3. Pergunakanlah tempat untuk bahan bakar yang aman .
4. Pergunakanlah selalu penghubung listrik yang baik .
5. Pasanglah alat pemadam api yang sesuai dengan luas dan kondisi setempat .
6. Pastikan alat pemadam api dalam kondisi baik .
7. Yakinkan anda dapat mempergunakan alat pemadam api dengan tepat .

Bagaimana Menghadapi Kebakaran ?


1. Jangan panik, berpikir dan tenangkan diri.
2. Beritahukan ada kebakaran.
3. Mereka yang tidak berkepentingan segera meninggalkan tempat.
4. Usahakan menelpon Dinas kebakaran.
5. Selalu berada antara pintu keluar dan api.
6. Pergunakanlah alat pemadam api yang cocok.
7. Mintalah orang lain membantu dengan alat pemadam.
8. Padamkanlah api dengan cepat dan tepat.
9. Bila api telah menjadi besar untuk jenis pemadam tangan, keluarlah dari bangunan
dan tutuplah semua pintu.
10. Yakin akan kemampuan kita memakai alat pemadam
MATERIAL HANDLING III - 34 - 42

PEMADAM APAR DRY POWDER


MATERIAL HANDLING III - 35 - 42

Peralatan Pemadam Api


1. AIR ~ Air sungai .
~ Air laut .
~ Air hujan .
~ Air selokan .
~ Lumpur dan lain - lain .

2. Air Bertekanan : Hidran.


Bentuk pancaran air melalui Hidran
a. Pancaran Lurus (Solid Stream)
b. Pancaran Pengabutan . (FOG)
~ Untuk mengurangi nyala api .
~ Untuk membuat tabir air .
~ Untuk Pendinginan ruangan .

3. Alat Pemadam Api Bahan Busa ( Foam ).


Bahan kimia yang ada didalam tabung :
~ NATRIUM BICARBONAT
~ ALMUNIUM SULFAT
~ AIR
Ketiga bahan tersebut diatas bercampur akan menjadi busa. Hasil campuran 10 x
bahan asal.

4. Bahan Pemadam Api CO2 ( Carbon Dioksida ).


Dapat digunakan dengan baik bila ticlak ada angin atau arus udara .

Keuntungan :
~ Bahan gas yang ticlak dapat mengalirkan arus listrik .
~ Dapat disimpan dalam tabung baja .

Kerugian :
~ Pada konsetrasi tertentu gas COZ sangat barbahaya bagi manusia .
~ Tidak efektif digunakan diruang terbuka .

5. Bahan Pemadam Api Jenis Dry Chemical .


Juga dapat digunakan pada kebakaran kelas A dan D. ( Alat pemadam berfungsi
ganda / multipurpose ).
Bahan kimia menggunakan :
~ Serbuk sodium Bicarbonat atau
~ Serbuk Natrium Bicarbonat .
~ Gas CO2 atau Nitrogen .

6. Gas Halon adalah pemadam api yang terdiri dari beberapa bahan kimia antara lain :
~ CARBON ~ BROMIDE
~ FLUORINE ~ IODINE
~ CLORINE
MATERIAL HANDLING III - 36 - 42

BCF dari campuran bahan kimia CARBON + FLOURINE + CLOURINE + BROMIDE .


( Bromoclorodifluormethane ) atau HALON 1211 .
HALON 1311 : menunjukkan unsur kimia :
~ 1 : unsur carbon ( c )
~ 2 : unsur flourine ( Fl )
~ 0 : unsur clorine ( tidak menggunakan )
~ 1 : unsur bromide ( Br ) .
( Bromotrifluoromethane atau B . T . M . )

MEMBATASI SEBAB KEBAKARAN

KONTROL BAHAN BAKAR

KONTROL PANAS

KONTROL OXIGEN

Lap Berminyak disimpan


dalam tong besi bertutup
rapat
MATERIAL HANDLING III - 37 - 42

MEMBATASI PENYEBARAN API

PINTU PENAHAN API

APING – AMPING
PENAHAN API

PENAHAN API
DILUAR GEDUNG

TANGGUL

LUBANG TEGAK DALAM


GEDUNG ( ELEVATOR )
1. Turnkan APAR dari 2. Lepas Nozzle dari jepitannya 3. Pegang Nozzle kearah atas
gantungannya dan Putuskan segel pengaman coba APAR ditempat
MATERIAL HANDLING

TEKNIK PEMADAMAN MENGGUNAKAN APAR

5. Semprotkan kearah api searah angin jarak


semprotan 3-4 m ( untuk DRY CHEMICAL )
4. Bawa APAR ketempat sambil bergerak maju, Gerakkan dengan
III - 38 - 42

kebakaran menyapu pada dasar api


MATERIAL HANDLING III - 39 - 42

TEKNIK PEMADAMAN MENGGUNAKAN HIDRAN

1. Buka Keran air


2. Tarik selang dari raknya

3. Air akan keluar bila selang telah lurus.


Arahkan semprotan ke dasar api

PENGGUNAAN SELANG SIAGA

POSISI DUA ORANG YANG SEDANG MEMADAMKAN


DENGAN SELANG KEBAKARAN
MATERIAL HANDLING

DENAH EVAKUASI

KETERANGAN TELEPON PENTING

 Push Button Alarm Security 4502 4504


 Alat Pemdam Api Ringan DENAH EVAKUASI
Hutan Safety Kebakaran 1375
TRAINING CENTER LANTAI 2
Rute Evakuasi
III - 40 - 42

Maintenance 1014 1015


MATERIAL HANDLING III - 41 - 42

KERJA SAMA / PARITISIPASI TERPADU

KONSEP BARU KONSEP LAMA


• Tanggung jawab perorangan Terbatas • Tanggung jawab bersama Sangat
Tanggung jawab bersama Luas Terbatas

• Kemaunan untuk berbuat lebih Banyak • Berorientasi Pembatasan

• Kesadaran Berkelompok • Menonjolkan Perorangan

• Perbedaan antara Klas tidak Tampak • Pemisahan Nyata Antar Klas


MATERIAL HANDLING III - 42 - 42

4. HUMAN ASPECT
MEMPERHATIKAN ASPEK – ASPEK MANUSIA

A. Saling Menghargai Sesama

B. Jangan Menyalahkan Orang Lain

C. Kerjasama Kelompok :
• Berorientasi pada Tanggung Jawab Kelompok
• Gandrung akan Kelompok

D. Partispasi Total
PARTISIPASI TOTAL

PARTISIPASI KERJASAMA

PARTISIPASI KERJASAMA

PARTISIPASI KERJASAMA

• Keinginan untuk berbuat lebih banyak / partisipasi dalam yang saling


berhubungan.
• Saling mneghargai diantara Lapisan Manajemen.
LINGKUNGAN HIDUP BAB IV
LINGKUNGAN HIDUP IV - 1 - 17

A. PERATURAN DAN PERUNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

Undang-Undang
• UU No. 23 Tahun 1997
~ Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah
• Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1995
~ Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Keputusan Presiden
• Kep-Pres No. 77 Tahun 1994
~ Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup


1. No. Kep. 39/MENLH/8/1996
~ Jenis Usaha Atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
2. No. Kep. 45/MENLH/11/1996
~ Program Pantai Lestari
3. No. Kep.46/MENLH/11/1996
~ Penetapan Pembentukkan Tim Pengarah dan. Tim Teknis Program Pantai Lestari
4. Kep.47/MENLH/11/1996
~ Penetapan Prioritas Propinsi Daerah Tingkat I Program Pantai Lestari

Keputusan Menteri Dalam Negeri


• No. Kep. 98 Tahun 1996
~ Pedoman Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja BAPEDALDA

Keputusan Kepala BAPEDAL


• No. Kep 136/1994
~ Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah

Pencemaran Udara
Dapat berupa asap hitam yang mengepul dari kegiatan industri yang menimbulkan
dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan.

Pencemaran Akibat Kegiatan Alam


1. Letusan gunung berapi
2. Penyebaran virus penyakit

Pencemaran Air
Telah terkontaminasinya bahan pencemar yang berasal dari limbah cair akibat dari
aktivitas manusia, baik rumah tangga ataupun industri.
LINGKUNGAN HIDUP IV - 2 - 17

B. AIR DAN LIMBAHNYA


Berdasarkan Sumbernya Air Dapat di Klasifikasikan Menjadi :
1. Air tanah
2. Air permukaan
3. Air Laut

Standar Kualitas Air


Merupakan batasan ukuran banyaknya senyawa yang dikandung air yang dinyatakan
dalam satuan konsentrasi, beban atau satuan yang sesuai dengan parameter yang
dinyatakan. Kita mengenal beberapa standar kualitas air, diantaranya
1. Standar kualitas air minum ( drinking water )
2. Standar kualitas air buangan industri ( effluent standard )
3. Standar kualitas air sungai/air permukaan ( stream standard )

Penggolongan Air Permukaan Menurut Peruntukkannya


Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum langsung tanpa diolah
terlebih dahulu
Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
Golongan C : Air yan dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan
Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
digunakan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga
air

Parameter Kualitas Air


1. Fisika : Suhu, warns, rasa, bau, kekeruhan
2. Kimia : BOD/COD, Ion+/-, logam berat dan bahan beracun yang larut diair
3. Biologi : Mikroorganisme pathogen / non pathogen seperti salmonela, alga,
protozoa, coli cill.
4. Radiologi : Bahan-bahan yang bersifat radioaktif

Self Purification Sungai

DEGRADASI DEKOMPOSISI PEMULIHAN PENJERNIHAN

Metode Pendekatan Pengelolaan Lingkungan


• Cost Reduction Program
• Carryng Capacity
• End of Pipe Treatment
• Cleaner Production
• Zero Emission
LINGKUNGAN HIDUP IV - 3 - 17

Limbah B3
Buangan yang sudah tidak dimanfaatkan oleh industri, yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai
nilai ekonomi serta mengandung bahan pencemar yang bersifat racun berbahaya,
korosif, radio aktif, iritatif dan membahayakan ekosistem.
LINGKUNGAN HIDUP IV - 4 - 17

Ciri Lembah B3

Limbah :
Bahaya B3 yang dibuiang
Sisa pada keemasan
Tumpahan
Sisa proses

Masuk Daftar
Limbah 1, 2, 3
Tidak Ya

Evaluasi Karakteristik
PROSES
Limbah

Korosif Ya

Tidak
Ya
Reaktif

Tidak
Ya
Mudah Terbakar

Tidak
Ya
Mudah Meledak

Tidak
Ya
Infeksi

Tidak
Ya
Sifat Racun TCLP

Tidak
Ya
Tes Teksikologi

Tidak

Bukan Limbah B3 Limbah B3


LINGKUNGAN HIDUP IV - 5 - 17

C.BEBERAPA KASUS LINGKUNGAN HIDUP

• Minamata ( Jepang ) • Prokasih I


• Hokkaichi Asma (Jepang) • Kayu Indonesia di ITTO
• Lubang Ozon di Stratosfer • Pembungkus Tekstil
• Bhopal (India) • Blue Jeans Bandung
• Chernobil (Rusia) • Bahan Baku Pulp dan
• Issue Bahan Baku Beef Burger Paper
(Amerika) • Cheil Samsung Indonesia
• Love Canal • Freeport
• Kebocoran PCB (Canada) • Pabrik Sumpit Lampung
• Tuna (Mexico) • Pengolahan Aki Bekas
• Burung (Madagaskar) • Pabrik Tapioka
• Asap (Asean) • Kebakaran Hutan
• Pengiriman Container B3 • Ekspor Sepeda ke Eropa
• Limbah Nuklir • Bungkus Sepatu
• Pencemaran Laut Akibat • Penambangan Emas
Perang Rakyat
• Mad Cow • Polusi Udara Jakarta
• Dan Lain-lain • Pencurian Kayu di Singkil
• Pencemaran Air Tanah di
Ciracas
• Ikan Asin
• dan Lain-lain

ISU LOKAL ISU GLOBAL

1. Penipisan Lapisan
1. Pencemaran Udara Ozon
2. Pencemaran Air 2. Efek Rumah Kaca
3. Kontaminasi 3. Hujan Asam
Tanah 4. Gundulnya hutan
4. Kebisingan 5. Isu Negara
5. Getaran Berkembang
6. Amblesnya Tanah Permukaan 6. Pencemaran Laut
7. Bau 7. Transfer Hardware
8. Gurun
9. Penurunan Jumlah Satwa Liar
LINGKUNGAN HIDUP IV - 6 - 17

DAMPAK GLOBAL LINGKUNGAN

I. ISU LINGKUNGAN

MANUSIA TRANSPORTASI
INDUSTRIALISASI
ACTIVITAS–ACTIVITAS YANG LAIN

ISU LOKAL PENCEMARAN AIR


PENCEMARAN UDARA
PENCEMARAN TANAH,
BISING, BAU, DLL

ISU GLOBAL PENIPISAN LAPISAN OZON


EFEK RUMAH KACA
HUJAN ASAM

DAMPAK GLOBAL
LINGKUNGAN HIDUP IV - 7 - 17

2. MEKANISME PENIPISAN LAPISAN OZON

INDUSTRI :

GAS BUANG CFC ( SENYAWA : C, F, CL )


SINAR
MATAHARI

ULTRAVIOLET

CL

O3 STATOSFER

CLO + O2

PENIPISAN LAPISAN O3 ( OZON )

BERTAMBAHNYA SINAR ULTRAVIOLET


DIPERMUKAAN BUMI

KANKER KULIT
MENURUNNYA KEKEBALAN TUBUH

MATERIAL Faktor O. D. P Pemakaian

CFC’S 0.8 ~ 1.0 Forming, Cleaning


Halon 3~8 Fire Fighting
I.I.I TCA 0.1 Cleaning

CCL4 1.1
LINGKUNGAN HIDUP IV - 8 - 17

3. MEKANISME PEMANASAN GLOBAL

INDUSTRI, TRANSPORTASI :

GAS BUANG CO2, CFC’S, METANA, NOX, DLL

ABSORBSI SINAR INFRA MERAH

PANAS DARI PERMUKAAN BUMI


TIDAK DAPAT DI RADIASIKAN

TEMPERATUR PERMUKAAN BUMI


NAIK

PERMUKAAN AIR LAUT NAIK

BANJIR
LINGKUNGAN HIDUP IV - 9 - 17

4. MEKANISME HUJAN ASAM ( DEPOSISI ASAM )

ATMOSFER
BAHAN BAKAR FOSIL NOX, SOX, CO

~ TRANSPORTASI
~ INDUSTRI H2O
~ RUMAH TANGGA

H NO3, H2, SO4, HCO3

HUJAN ASAM

AKIBAT :
~ KOROSI
~ GANGGUAN KESEHATAN
~ GANGGUAN HASIL
~ PERTANIAN
~ ASIDIFIKASI TANAH DAN AIR

5. MEKANISME PERUSAKAN / KONTAMINASI TANAH

• EROSI TANAH OLEH HUJAN

• RUSAKNYA STRUKTUR TANAH KARENAPEMADATAN

• KONTAMINASI TANAH OLEH LOGAM BERAT ATAU BAHAN BAHAN


KIMIA

• KONTAMINASI AIR TANAH KARENA KEBOCORAN LANDFILL ( LIMBAH )

• EROSI TANAH OLEH ANGIN


LINGKUNGAN HIDUP IV - 10 - 17

6. BERKURANGNYA POTENSI PLASMA NUFTAH OLEH PENGGUNDULAN


HUTAN

HUTAN : PARU - PARU BUMI

HABITAT HEWAN &TANAMAN

PENYANGGA AIR TANAH

7. PERLINDUNGAN TERHADAP KEHIDUPAN MANUSIA

~ TAKUT KE UDARA BEBAS ( KELUAR RUMAH )


~ ORANG-ORANG KE GUNUNG ➔ KOTA PINDAH KE ATAS
~ HARUS PAKAI MASKER ATAU TABUNG OKSIGEN
~ SEPERTI HIDUP DI BULAN

8. BERKURANG JENIS/SPECIES : ➔ TANAMAN SULIT TUMBUH

~ TERNAK BERKURANG
~ TANAMAN PANGAN BERKURANG
~ MANUSIA BEREBUT PANGAN

9. PROBLEM GLOBAL ENVIRONMENT

• AKUMULASI C02 : ( EFEK RUMAH KACA )

OBSERVATION BUREAU DI RUMAH LOA, HAWAI :

DATA : ~1960 = 316 ppm LAJU KENAIKAN =


~1970 = 325 ppm 2 ppm / TAHUN
~1980 = 338 ppm

• PENURUNAN HUTAN TROPIS

UNEP SURVEY :

1981 ~ 1985 1.100 Ha /TAHUN


( pengurangan areal hutan )
LINGKUNGAN HIDUP IV - 11 - 17

10.DAMPAK PENCEMARAN UDARA

• PENGARUH TERHADAPKESEHATAN MANUSIA

1 ( SATU ) ORGAG BERNAPAS 20.000 KALI PER HARI

11 ~ 12 Kg > MAKAN DAN MINUM

MANUSIA BISA BERTAHAN HIDUP

5 MINGGU TANPA MAKAN


5 HARI TANPA MINUM
5 MENIT TANPA UDARA

PENCEMARAN UDARA ORGAN PERNAPASAN


LANGSUNG KENA

IRITASI MATA &


LAPISAN LENDIR
LINGKUNGAN HIDUP IV - 12 - 17

D. 6 R PROGRAM ASTRA

ASTRA mengenalkan program pengurangan limbah dan pemanfaatan kembali sumber


yang tersisa melalui 6 R Program ASTRA

REFINE REDUCE REUSE RECYCLE RECOVER RETRIEVE


ENERGY

Benefit Menerapkan 6 R Program

• Meningkatkan Effisiensi
• Penghematan atau Menurunkan Biaya
• Menurunkan Tingkat Pencemaran Sampai Nol
• Menurunkan Jumlah Limbah Sampai Nol
• Menurunkan Tingkat Bahaya Terhadap Karyawan
• Jalan Menuju Sertifikasi ISO series 14000
• Meningkatkan Moral Karyawan
• Meningkatkan Citra Perusahaan

ISO
(International Organization of Standardisation)
ISO menjamin diterapkannya setiap sister pengawasan mutu dari suatu produk, yang
merupakan hal yang diperhatikan dipasaran international.
ISO adalah sistem Manajement mutu yang diakui oleh dunia, terutama negara - negara
yang tergabung dalam Europend Free Trade Area ( EFTA ) sejak 1992 bagi industri
Indonesia, pemberlakuan ISO dampaknya sangat besar sekali, karena mutu produk export
selalu berdasarkan ISO.

Contoh :

1. ISO 9000
Menyangkut standard manajement mutu dan jaminan mutu pedoman seleksi dan
penggunaan.

2. ISO 9001
Sistem mutu model untuk jaminan mutu dalam desain / pengembangan, produksi,
instansi, dan pelayanan.

3. ISO 9002
Sistem mutu model untuk jaminan mutu dalam produksi

4. ISO 14.000
Menyangkut mutu lingkungan.Adalah stratifikasi proses produksi produk dengan
sistem Manajement Lingkungan Hidup (Environmental Management System = EMS )
LINGKUNGAN HIDUP IV - 13 - 17

HISTORY of ISO 14000

Environmental Issue
• Global Warning
• Forestry
• Accident

Regional Standard
Take Action • BS 7750
• EMS

• ISO – TC 207

International Standard
ISO 14000 Series

NO SC SECRETARY
1 Environmental Management System United Kingdom

2 Environmental Auditing Netherlands

3 Environmental Labeling Australia

4 Life Cycle Analysis France

5 Environmental Performance Evaluation USA

6 Term and Definition Norwegia

WG1 Environmental Aspect in Product Standard Germany


LINGKUNGAN HIDUP IV - 14 - 17

MAPING of ISO 14000 SERIES


Evaluation & Audit Tools

EPE
Environmental Performance Evaluation
14031 – Guidelines
EA
Environmental Auditing
14010 – Prinsip Umum
14011 – Prosedur
14012 – Kriteria Auditor

MANAGEMENT SYSTEM
( ORGANIZATION ORIENTED )

EMS
Environmental Management System
14001 – Spesifikasi
14004 – Guidelines

SUPPORTING
( PRODUCT ORIENTED )
LCA
Life Cylce Analysis
14040 – Prinsip Umum
14041 – Inventory Analysis
14042 – Impact Assessment
14043 – Improvement Assessment
EL
Environmental Labeling
14020 – Prinsip Dasar
14021 – Self Declaration ( Istilah & Definisi )
14022 – Self Declaration ( Symbol )
14023 – Self Declaration ( Symbol )
14022 – Self Declaration
( Metodologi Pengujian & Vertifikasi )
14024 – Practioner & Programmes
( Kriteria & Prosedur Sertifikasi )

14050 - Istilah dan Definisi


14060 – Aspek Lingkunhgan Dalam Standar Produk
LINGKUNGAN HIDUP IV - 15 - 17

E. ENVIRONMENTAL MANAGEMENT SYSTEM MODEL

ENVIRONMENTAL POLICY

PLANNING
• Environmental Aspect
• Legal & Other Requirement
• Objectives and Target
• Environmental Management Program

IMPLEMENTATION AND OPERATION


• Structure & Responsibility
• Training Awareness & Competence
• Communication
• EMS Documentation
• Document Control
• Operational Control
• Emergency Preparedness & Response

CHECKING AND CORRECTIVE ACTION


• Monitoring & Measurement
• Non Conformance and Corrective
and Prevention Action
• Records
• EMS Audit

MANAGEMENT REVIEW

CONTINUAL IMPROVEMENT
LINGKUNGAN HIDUP IV - 16 - 17

ENVIRONMENTAL MANAGEMENT

LEGISLATION AND ENFORCEMENT

STAKE HOLDER PRESSURE


• Financial Intitution
• Shareholders, Employees
• Environmental Interest groups
• Consumers, General Public

AWARENESS, IMAGE, REPUTATION


• Responsible Care
• Corporate Image
• Impact on Business, Lialibility, Cost, Business Interruption,
• Negative Publicity, Damage to Image

COMPETITIVENESS
• Awareness for Impact on Competitive of Environmental Aspect of Product and
Processes
• Trade Barriers caused by Different Standards for Environmental Performance

FINANCIAL
• Economic Instruments ( Taxes, Levies ) to stimulate decrease in pollution
• Incentives from Government, Banking and Insurance Companies
LINGKUNGAN HIDUP IV - 17 - 17

F. POLICY STATEMENT

Pernyataan perusahaan atas tujuan dan prinsip yang berkaitan dengan kinerja lingkungan
secara keseluruhan yang menyediakan kerangka untuk bertindak dan menetapkan
objektive dan target lingkungan

Risk
1. Loss of Access to Markets
2. Loss of Competitive Position
3. Loss of Reputation
4. Government Penalties and Controls

Opportunities
1. Commercial
2. Cost Savings
3. Company Image

Key Components
• Be appropriate to nature, scale and environmental impacts of it's activities, products
or services
• Include commitment for
~ Continual Improvement
~ Compliance with legal & other requirements
~ Prevent pollution
• Provide framework for environmental objectives and target
• Be communicated to all employees
• Be available publicly

Anda mungkin juga menyukai