KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. SAFETY
A. PENGERTIAN UMUM……………………………………… I - 1 - 12
B. PRINSIP KESELAMATAN KERJA…………..….………….I - 2 - 12
C. MODEL TOTAL LOSS CONTROL………………………… I - 10 - 12
D. SISTEM MANAJEMEN K3………………………………….I - 11 - 12
A. PENGERTIAN UMUM
Safe menurut kamus terjemahan bahasa Indonesia adalah aman, atau kebebasan daripada
bahaya atau kecelakaan. Dalam hubungannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebenarnya Safety adalah :
• Untuk mencegah atau menyedakan pencegahan agar karyawan tidak mendapat cedera
atau celaka, dan
• Tidak terjadi kerusakan atau kerugian pada alat-alat atau material produksi.
Tuntunan agama
Agama pun mengajarkan tuntunan kepada umat pemeluknya untuk selalu mengutamakan
keselamatan.
Keselamatan kerja adalah salah satu bagian dari pada produksi dan bagian-bagian
produksi lainnya adalah jumlah ( Kuantitas ) dan mutu barang ( Kualitas ). Jadi
Keuntungan-keuntungan lain
Tanggung Jawab
Keselamatan Kerja dilaksanakan saat melakukan pekerjaan dan juga diluar pekerjaan,
dengan kata lain Keselamatan Kerja diterapkan setiap detik, setiap waktu kapan saja dan
dimana saja kita berada.
SAFETY I - 4 - 12
Kecelakaan Kerja
Adalah suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak diduga, tidak diinginkan terjadi
secara tiba-tiba dan bersifat merugikan manusia, alat-alat dan material.
• Tidak direncanakan
KECELAKAAN • Tidak diingini
• Tidak diduga
Sebab-sebab Kecelakaan
1. Eliminasi / Hilangkan
2. Subtitusi / Penggantian
3. Separasi / Isolasi
4. Engineering Control / Konstruksi
5. Adoption of Safe practices
6. Administrative Control
7. Personal Protective Equipment / APD
Dampak -dampak buruk tersebut secara ekonomis dapat dihitung dalam bentuk kerugian,
kehilangan (LOSS).
Biaya Kecelakaan
Sebagaimana dijelaskan diatas, baik kerugian finansial dan kerugian sosial dapat dihitung
atau dinilai dalam satuan mata uang tertentu dan disebut sebagai biaya. Biaya-biaya
kerugian akibat kejadian kecelakaan ini masih dapat kita klasifikasikan lagi menjadi :
Kecelakaan Tambang
1. Luka Ringan.
Korban dalam waktu kurang dari 3 minggu telah dapat bekerja kembali seperti biasa
atau kembali kepada pekerjaan semula.
2. Luka Berat.
Korban dalam waktu lebih dari 3 minggu baru dapat bekerja kembali seperti biasa.
3. Mati.
Korban meninggal dalam waktu 24 jam sesudah terjadinya kecelakaan.
Safety atau Safe mencerminkan keselamatan dan keamanan suatu tempat, tetapi
sebenarnya tidak satu tempat pun aman secara 100%
Kecelakaan kerja di Indonesia semakin hari semakin meningkat, hal ini dapat dilihat dari
gambaran keluaran dari JAMSOSTEK, sebagai berikut :
ERROR ACCIDENT
Hazard
Injury
1 2 3 4 5
L B I
A A M T
M
C S E
H T
K I D E H
C I E
O A
F T A
E
C
C C C L
O A C I O
N U A D S
T S U E S
S
R E E
N
O S S T
L
SAFETY I - 10 - 12
1. Incident Triangle
Berdasarkan hasil penelitian Frank E. Bird dan tim pada tahun 1969 terhadap
1.753.498 kejadian kecelakaan yang dilaporkan di Amerika Serikat, didapat suatu
fakta yang digambarkan sebagai “ Segitiga Kejadian ( Incident Triangle ) sebagai
berikut :
Hampir celaka
( Near Miss )
2.
SAFETY I - 11 - 12
D. SISTEM MANAJEMEN K3
Salah satu perubahan yang nyata dalam tatanan ekonomi dunia saat ini adalah terjadinya
proses globalisasi disegala aspek kehidupan ekonomi yang membentuk clunia baru
dengan batas-batas antar negara yang yang semakin transparan dan kabur.
Globalisasi saat ini bukan saja terbatas pada terbentuknya pasaran produk dan jasa yang
berskala global, tetapi terjacli pula pada berkembangnya sistem produksi yang
berwawasan global.
Hasil produksi yang diekspor tentunya harus dapat memenuhi standar yang berlaku
dipasaran Internasional ISO ( International Standard Organizatioan ).
Mutu produksi, mutu lingkungan dan manusia yang terlibat didalam produksi tersebut,
aman dipakai, aman untuk lingkungan dan mempunyai nilai tambah secara ekonomi.
“ Setiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan ".
Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan manusiawi
apabila
“ Standard - standard berlaku didunia dapat pula berlaku disetiap tempat kerja di
Indonesia ”
SAFETY I - 12 - 12
Program
1. Identifikasi
2. Penilaian clan pengukuran ( Assessment and Measurement )
3. Evaluasi
4. Desain
5. Monitoring
6. Pengontrolan Tingkat Resiko
~ Eliminasi / Hilangkan
~ Subtitusi / Penggantian
~ Separasi / Isolasi
~ Engineering Control
~ Adoption of Safe practices
~ Administrative Control
~ Personal Protective Equipment / APD
ALAT PELINDUNG DIRI BAB II
ALAT PELINDUNG DIRI II - 1 - 10
Dalam program pencegahan kecelakaan, alat pelindung diri merupakan usaha pertahahan
terakhir. Apabila dengan usaha engineering bahaya tidak dapat dihilangkan, barulah usaha
terakhir ini yaitu alat pelindung diri dipakai.
Alasannya ialah pada umunya orang lebih sukar untuk disuruh bekerja dengan menggunakan
alat pelindung diri. Bagaimana harus disadari bahwa bahaya baik pada kesehatan ataupun
pada keselamatan akan lebih merugikan dengan ketidaknyamanan memakai alat pelindung.
Perusahaan harus memberikan alat - alat pelindung diri pada pegawai sesuai pada yang ada
dalam pekerjaan / departemen masing masing. Alat pelindung ini ialah : topi keselamatan
( helmet ), respirator / gas masker,kop las, penutup muka, sarung tangan, kaca mata, sepatu
keselamatan, schort, sabuk keselamatan dan lain-lain.
Pegawai diwajibkan memakai bila pekerjaannya memerlukan perlindungan diri dengan alat
- alat pelindung diri, karena dengan cara engineering bahaya tersebut tidak dapat
dihilangkan.
HARUS DIPAKAI
SESUAI DENGAN MACAM
BAHAYA YANG ADA DI TEMPAT
Ear Muff
Ear Plug
ALAT PELINDUNG DIRI II - 2 - 10
1. Memberikan perlindungan yang kuat terhadap bahaya - bahaya spesifik yang dihadapi
oleh tenaga kerja.
2. Berat alat seringan mungkin, tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang
berlebihan.
3. Alat dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya menarik.
5. Tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
7. Memenuhi standar yang ada.
8. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
9. Suku cadang mudah didapat.
~ Pasal 9 ayat 2 :
“ Pengurus hanya dapat memperkerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia
yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas “.
~ Pasal 12 sub C :
“ Dengan peraturan perundang-undangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga
kerja untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan".
~ Pasal 12 sub E
“ Tenaga kerja berhak menyatakan keberatan kerja pada pekerja dimana syarat -
syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat - alat perlindungan diri yang
diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal - hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas yang masih dapat dipertanggung jawabkan “.
~ Pasal 5 ayat 2
“ Tenaga Kerja harus memakai alat - alat perlindungan diri yang diwajibkan untuk
pencegahan penyakit akibat kerja “.
1. Pelindung kepala
A. Topi keselamatan
B. Pelindung rambut
C. Pelindung telinga
3. Pelindung pernapasan.
A. Alat pernapasan pembawa oksigen atau udara ( self contained breathing aparatus
ACBA ).
B. Respirator penyuplai udara.
C. Respirator kanister dan kartrids.
D. Respirator filter dispersed
Ear Muff
Ear Plug
ALAT PELINDUNG DIRI II - 6 - 10
4. Pelindung Tangan
Rompi Reflektor
ALAT PELINDUNG DIRI II - 8 - 10
C. KARAKTERISTIK KEBISINGAN
Definisi
Bising adalah suara-suara yang tidak dikehendaki atau suara - suara yang
menimbulkan gangguan terhadap pendengaran.
Kehilangan Pendengaran
Ketulian dapat diklasifikasikan dalam tiga jenis dasar, yaitu :
1. Conductive
Kehilangan pendengaran conductive ( bersifat mengantar ) disebabkan oleh suatu
gangguan atau penyakit didalam telinga luar atau telinga tengah. Penyakit ini
mencegah jumlah normal energi untuk mencapai telinga bagian dalam.
Kehilangan patologis ini dapat bervariasi mulai dari zat Min ( wax ) yang dibentuk
berlebihan didalam kanal telinga luar sampai sklerosis ( pengerasan tulang kurus )
atau pengerasan jaringan sekeliling pelataran kaki stapes dalam jendela oval.
Kebanyakan ketidakberesan jenis conductive masih dapat diperbaiki.
2. Functional
Kehilangan pendengaran atau ketulian functional adalah suatu kehilangan
pendengaran yang tidak mempunyai dasar organik. Si pemilik telinga tidak
memanfaatkan sepenuhnya kapasitas pendengarannya walaupun terdapat fakta
bahwa tidak ada kerusakan yang sesungguhnya pada mekanisme pendengarannya .
3. Perceptive
Ketulian perceptive ( mampu memahami ) adalah ketidakberesan di telinga dalam
dan atau disepanjang syaraf cranical ( tengkorak kedelapan ). Jenis kehilangan ini
tidak dapat diperbaiki melalui pembedahan atau dengan cara-cara medis lainnya.
ALAT PELINDUNG DIRI II - 9 - 10
Jenis atau type dari kebisingan dapat kita bedakan dengan alat pendengaran, yaitu :
A. Kebisingan kontinyu, yaitu seperti suara / kebisingan yang kita dengar sepanjang hari
pada tempat dimana kita bekerja.
B. Kebisingan impact, yaitu jenis kebisingan jika kita membanting sebuah pintu mobil
atau seseorang memukul plat besi / metal dengan sebuah martil.
C. Kebisingan impulsive, yaitu kebisingan seperti suara peledakan atau suara bedil.
Secara umum dapat kita ketahui sumber - sumber kebisingan didalam kegiatan tambang,
yaitu :
A. Teknik Konstruksi
Pengurangan kebisingan pada sumbernya dapat dilakukan dengan cara perbaikan pada
sumber getaran, tetapi umumnya hal ini dilakukan dengan penelitian dan perencanaan
terhadap mesin mesin baru. Untuk itu sangat tergantung pada permintaan para
pengguna sebagai pembeli mesin-mesin kepada pabrik pembuatnya dengan
memajukan persyaratan kebisingan dari mesin yang sebelumnya.
B. Administrasi
Yaitu penempatan penghalang pada jalan transmisi dengan isolasi tenaga kerja atau
mesin. Untuk perencanaan ini harus sempurna clan bahan yang dipakai harus mampu
menyerap suara. Bahan- bahan, penutup harus cukup berat dan berlapis dalam
terbuat dari bahan yang menyerap sinar, agar tidak terjadi getaran yang lebih berat.
ALAT PELINDUNG DIRI II - 10 - 10
Tutup telinga umumnya lebih efektif dibandingkan penyumbat telinga dan lebih enak
dipakainya. Didalam penggunaan alat ini harus seleksi sehingga tepat / cocok didalam
penggunaannya
85 ( 90 ) 8
92 6
95 4
97 3
100 2
105 1
110 0,5
115 0,25
A. PENGERTIAN UMUM
Material Handling (pemindahan barang) adalah bagian pekerjaan yang sering dilakukan
di lingkungan perusahaan, khususnya mekanik, baik di Workshop maupun di Field.
Keselamatan didalam proses ini menjadi sangat penting artinya, mengingat banyak kasus
kecelakaan kerja yang kita dengar, berasal dari adanya kesalahan prosedur pemilihan
peralatan maupun prosedur pengoperasian peralatan angkat.
Tujuan
Meyakinkan bahwa pemindahan barang ( Material Handling ) dalam kondisi aman (Safe)
baik dari segi peralatan maupun sistem pengoperasian.
Sasaran
1. Forklift
2. Mobile Crane
3. Overhead Crane
1. Forklift
Dilarang mengoperasikan Forklift selain operator atau orang yang telah memiliki
SIM.
~ Periksa kondisi Forklift.
~ Saat mengoperasikan Forklift
• Jangan meninggalkan Forklift engine kondisi hidup.
• Jangan mengangkut orang berdiri diantara fork yang terangkat.
• Jangan mengangkat muatan tinggi-tinggi
• Perhatikan Counter Weight saat membelok.
• Jangan mengeluarkan anggota bagan saat jalan.
• Perhatikan ukuran clan berat barang yang diangkat.
2. Mobil Crane
3. Overhead Crane
Pengangkatan Manual
Mengangkat benda seharusnya dengan tumpuan berat badan pada kedua kaki.
Jangan mengandalkan berat badan dan memporsir bagian pinggang dan punggung.
Penyakit Hernia dan Pinggang adalah akibat cara-cara mengangkat yang tidak
benar.
MATERIAL HANDLING III - 3 - 42
SAFETY OPERASI
(7)
MATERIAL HANDLING III - 7 - 42
BAHASA ISYARAT
MATERIAL HANDLING III - 8 - 42
Simpul - Simpul
Digunakan untuk membuat gelung lingkar sementara diujung tali ( Gelung Longgar )
Digunakan untuk mengikat ketat ke benda – benda seperti cincin pengait, dan lain –
lain.
Cara sederhana dan cepat untuk mengencangkan tali pengikat diting atau pipa.
Tidak aman bila ujungnya tidak ditambah degan setengah simpul tambahan
MATERIAL HANDLING III - 10 - 42
Digunakan sebagai penahan ujung tali agar tidak mudah terlepas dari jaringan
simpulannya.
Wire Rope
Pemeriksaan
2. Tertekuk
3. Diameter Mengecil
• Diameter Wire Rope sudah mengecil lebih dar 7% dari diameter asli.
• Sudah terdapat / terjadi kusut dan patah - patah.
• Terjadi cacat atau karat yang berlebihan.
MATERIAL HANDLING III - 12 - 42
6. Keretakan
7. Berkarat
• Dalam satu lilitan terdapat lebih dari 10% dari jumlah kawatnya putus.
• Tidak lebih dari 10% dalam 8 kali diameter tali
Sling Rantai
Umum
Secara umum tersedia berbagai jenis sling rantai yang dapat digunakan dan masing -
masing memiliki keistimewaan tersendiri, sehingga dapat dibedakan satu sama lain.
Semakin tinggi grade sling rantai, makin besar kekuatan daya angkatnya .
Tingkatan grade rantai sling dapat diketahui dari “ Tag Instruction “ yang terpasang di
sling tersebut atau melalui referensi sertifikat pembelinya.
Sling rantai yang tidak memiliki “ Tag Instuction “ tidak boleh digunakan.
Rantai yang kurang dari 8 mm (diameter ) tidak boleh digunakan, kecuali bila sling-
sling rantai tersebut dilengkapi dengan buku katalog dan sertifikat.
Pemeliharaan
1. Lakukan pemeriksaan teratur pada sambungan atau fiting dan keseluruhan untaian
mata rantai, serta pengaitnya ( hook ).
2. Setiap untaian mata rantai yang cacat, bengkok, retak, aus harus dilaporkan ke
supervisor.
3. Kebersihan peralatan harus dipelihara.
MATERIAL HANDLING III - 14 - 42
Penyimpanan
1. Disimpan diting pancang atau rak yang cocok diruang tertutup ( beratap )
2. Dijauhkan dari besi berkarat dan diberi cairan pelumas tipis - tipis
1. Bengkok
2. Retak
3. Aus
MATERIAL HANDLING III - 15 - 42
Contoh gambar
Berat beban = 1000 kg
S.W.L = 1000 kg
2. Sling Ganda
Bila benda diangkat dengan lurus vertical, menggunakan sling ganda, maka S.W.L tiap
sling tersebut akan menahan setengah dari berat benda yang diangkat.
Contoh gambar
Berat beban = 1000 kg
S.W.L Sling A = 500 kg
S.W.L Sling B = 500 kg
Contoh gambar
S.W.L Sling = 1000 kg
Berat beban yang = 670 kg
boleh diangkat
MATERIAL HANDLING III - 16 - 42
Contoh gambar
S.W.L Sling = 1000 kg
Berat beban yang = 500 kg
boleh diangkat
Contoh gambar ( 1 )
S.W.L Sling = 1000 kg
Berat beban yang = 2000 kg
dapat diangkat
Contoh gambar ( 1 )
S.W.L Sling = 1000 kg
Berat beban yang = 1000 kg
dapat diangkat
MATERIAL HANDLING III - 17 - 42
1000 kg x 1.15
S.W.L Sling = = 575 kg
2
1000 kg x 1.15
S.W.L Sling = = 383 kg
3
1000 kg x 1.15
S.W.L Sling = = 287.5 kg
4
Jangan melilitkan sling pada benda yang potongan ujung - ujungnya tajam.
Jangan memasang sling dengan sudut melebar lebih dari 120º ke pangait karena
berbahaya. Sling mudah loncat lepas gunakan Shackle busur agar pengaitnya
MATERIAL HANDLING III - 21 - 42
C. PENGEPAKAN
Tidak stabil : Beban akan bergerak samapai titik beratnya berada teapt dibawah
pengait.
Shackle
Terdapat dua jeni utama : “ D “ dan “ Busur “
Penggunaan yang tidak baik yang akan mengakibatkan kaki – kaki shackle akan
terbuka
Baut bermata yang tidak berleher hanya boleh digunakan untuk pengangkatan vertikal
saja. ( Baut-baut bermata yang tidak berskrup / mur bisa berbahaya sebab baut-baut itu
dapat lepas atau ulirannya kendor ).
Salah
Jika mata baut yang tak berbahu dan baut cincin ditarik miring seperti dalam gambar.
Baut itu bisa bengkok atau putus.
Beberapa Contoh Pemasangan Sling Pada Baut Bermata Yang Salah Dan Benar
MATERIAL HANDLING III - 25 - 42
Bulldog Grip
• Cocok untuk pemasangan atau penggunaan yang permanen.
• Harus menggunakan lebih dari tiga grip.
• Grip-grip harus dipasang pada jarak tidak kurang dari enam kali diameter tali yang
gunakan.
• Grip harus dilengkapi dengan bantalan pada sisi tali yang dibebani.
• Bulldog Grip tidak boleh digunakan menyambung dua utas tali secara langsung.
• Bila grip dipasang terlalu kuat pada tali akan mudah hancur, sebaliknya grip yang
dipasang terlalu longgar akan menyebabkan tali mudah lepas.
• Bulldog Grip yang dipasang dengan benar dapat membentuk mata yang mampu
meningkatkan kekuatan tali sebesar 80 %
• Grip harus mempunyai ukuran yang sesuai dengan tali yang digunakan.
Bulldog Grips hanya dapat digunakan untuk 80%. Dari Batas kapasitas tegangan tali
kawat tersebut.
MATERIAL HANDLING III - 26 - 42
Penjepit Pelat
• Periksa apakah penjepit kondisinya baik dan ukurannya sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilakukan.
• Sebelum menaikan beban, periksa apakah penjepit sudah terpasang dengan balk.
• Bila menggunakan sepasang penjepit pada pipa pengait yang sama, sudut yang
terbentuk tidak boleh mencapai lebih dari 60°
• Penjepit pelat harus dijepitkan pada satu kaki sling dan lubang sling harus ditempatkan
diatas kait - beban.
• Shackle dapat digunakan untuk memasang sling pada kait beban.
• Jaga pelat berada pada posisi serenclah mungkin pada saat pengangkatan.
• Penjepit pelat tidak boleh dipasang terlalu kencang dan juga tidak boleh diberi beban
terlalu berat.
MATERIAL HANDLING III - 27 - 42
Pendahuluan
Kebakaran adalah sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan. Jika kebakaran terjadi di
perusahaan, akan merugikan semua pihak baik perusahaan maupun, teriaga kerja. Bagi
tenaga kerja merupakan penderitaan dan malapetaka terutama mereka yang mengalami
cedera karena dan dapat mengakibatkan kehilangan pekerjaan.
Sering kebakaran terjadi diluar jam kerja. Hal ini tentunya tidak menimbulkan korban
manusia tetapi dapat menyebabkan kehilangan lapangan pekerjaan yang berarti
kerugian di bidang sosial dan ekonomi.
Kebakaran dapat dicegah dengan aneka upaya yang ditujukan kepada pengamanan
bangunan dan proses produksi di perusahaan. Namun yang tidak kalah pentingnya
adalah peranan tenaga kerja dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
Timbulnya kebakaran disebabkan tiga unsur yaitu oksigen, bahan bakar dan papas.
Yang terlibat dalam reaksi itu disebut sebagai unsur - unsur SEGITIGA API yang
terdiri dari :
• Angin = oksigen
• Panas = panas
• Intl = bahan bakar
Memisahkan salah satu unsur dari segitiga api akan memadamkan atau mencegah
terjadi kebakaran.
MATERIAL HANDLING III - 28 - 42
Panas
Panas yang dapat menimbulkan kebakaran dapat berasal dari berbagai macam sumber
antara lain :
• Tenaga mekanis
Dapat berupa benturan atau gesekan.
• Sumber api terbuka
Dapat disebabkan karena
~ Kecerobohan / kelalaian ( merokok, kompor, lilin, las dll)
~ Kesengajaan / sabotase ( kenakalan remaja, menghilangkan jejak, balas dendam,
asuransi ).
• Listrik ( termasuk listrik statis )
• Reaksi eksothermal
Perpindahan panas yang terjadi dari sumber panas ke tempat lain dengan cara :
• Kontak langsung
• Konduksi
• Konveksi
• Radiasi
Bahan Bakar
Bahan bakar bisa berupa benda padat, cair, yang mempunyai titik penyalaan yang
berbeda-beda.
Suatu bahan bakar akan terbakarjika konsentrasinya berada pada daerah bisa terbakar
( flammable range / combustible range ).
Daerah bisa terbakar adalah batas konsentrasi campuran antara uap bahan bakar
dengan udara yang dapat terbakar jika diberi sumber panas.
Contoh : Daerah bisa terbakar minyak mentah adalah seperti dibawah ini :
KONTAK
KONDUKSI
KONVEKSI
RADIASI
MATERIAL HANDLING III - 30 - 42
Kebakaran
Kebakaran adalah bencana yang ditimbulkan karena api yang tidak dikehendaki dan
tidak terkendali.
Penyebab terjadinya bahaya kebakaran umum ialah api rokok, cairan mudah terbakar,
penataan ruangan yang tidak sempurna ( poor housekeeping ), mesin - mesin yang
terlalu panas karena kurangnya perawatan, instalasi listrik, listrik statis, peralatan las
dan lain-lain. Beberapa industri antara lain industri kimia, minyak dan cat mempunyai
potensi bahaya kebakaran khusus.
Kelas Kebakaran
Berdasarkan permenakertans No. 4 tahun 1980 kebakaran dibagi menjadi empat kelas
yaitu :
Kelas A : yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh benda padat seperti kayu, kertas,
kain, plastik dll.
Kelas B : yaitu kebakaran yang ditimbulkan oleh benda cair termasuk gas seperti
bensin, solar, oli, LPG dll.
Kelas C : yaitu kebakaran yang clitimbulkan oleh adanya sumber listrik.
Kelas kebakaran dan media yang digunakan dalam pemadaman kebakaran dapat
dilihat seperti dalam tabel dibawah ini :
Setiap cacat pada alat perlengkapan APAR yang di temui sewaktu pemeriksaan, harus
segera diperbaiki atau alat tersebut segera diganti dengan yang tidak cacat.
Dengan cara
1. Usahakanlah seluruh tempat bersih dan teratur .
2. Simpan bahan yang mudah terbakar ditempat aman .
3. Pergunakanlah tempat untuk bahan bakar yang aman .
4. Pergunakanlah selalu penghubung listrik yang baik .
5. Pasanglah alat pemadam api yang sesuai dengan luas dan kondisi setempat .
6. Pastikan alat pemadam api dalam kondisi baik .
7. Yakinkan anda dapat mempergunakan alat pemadam api dengan tepat .
Keuntungan :
~ Bahan gas yang ticlak dapat mengalirkan arus listrik .
~ Dapat disimpan dalam tabung baja .
Kerugian :
~ Pada konsetrasi tertentu gas COZ sangat barbahaya bagi manusia .
~ Tidak efektif digunakan diruang terbuka .
6. Gas Halon adalah pemadam api yang terdiri dari beberapa bahan kimia antara lain :
~ CARBON ~ BROMIDE
~ FLUORINE ~ IODINE
~ CLORINE
MATERIAL HANDLING III - 36 - 42
KONTROL PANAS
KONTROL OXIGEN
APING – AMPING
PENAHAN API
PENAHAN API
DILUAR GEDUNG
TANGGUL
DENAH EVAKUASI
4. HUMAN ASPECT
MEMPERHATIKAN ASPEK – ASPEK MANUSIA
C. Kerjasama Kelompok :
• Berorientasi pada Tanggung Jawab Kelompok
• Gandrung akan Kelompok
D. Partispasi Total
PARTISIPASI TOTAL
PARTISIPASI KERJASAMA
PARTISIPASI KERJASAMA
PARTISIPASI KERJASAMA
Undang-Undang
• UU No. 23 Tahun 1997
~ Pengelolaan Lingkungan Hidup
Peraturan Pemerintah
• Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1995
~ Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Keputusan Presiden
• Kep-Pres No. 77 Tahun 1994
~ Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Pencemaran Udara
Dapat berupa asap hitam yang mengepul dari kegiatan industri yang menimbulkan
dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan.
Pencemaran Air
Telah terkontaminasinya bahan pencemar yang berasal dari limbah cair akibat dari
aktivitas manusia, baik rumah tangga ataupun industri.
LINGKUNGAN HIDUP IV - 2 - 17
Limbah B3
Buangan yang sudah tidak dimanfaatkan oleh industri, yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai
nilai ekonomi serta mengandung bahan pencemar yang bersifat racun berbahaya,
korosif, radio aktif, iritatif dan membahayakan ekosistem.
LINGKUNGAN HIDUP IV - 4 - 17
Ciri Lembah B3
Limbah :
Bahaya B3 yang dibuiang
Sisa pada keemasan
Tumpahan
Sisa proses
Masuk Daftar
Limbah 1, 2, 3
Tidak Ya
Evaluasi Karakteristik
PROSES
Limbah
Korosif Ya
Tidak
Ya
Reaktif
Tidak
Ya
Mudah Terbakar
Tidak
Ya
Mudah Meledak
Tidak
Ya
Infeksi
Tidak
Ya
Sifat Racun TCLP
Tidak
Ya
Tes Teksikologi
Tidak
1. Penipisan Lapisan
1. Pencemaran Udara Ozon
2. Pencemaran Air 2. Efek Rumah Kaca
3. Kontaminasi 3. Hujan Asam
Tanah 4. Gundulnya hutan
4. Kebisingan 5. Isu Negara
5. Getaran Berkembang
6. Amblesnya Tanah Permukaan 6. Pencemaran Laut
7. Bau 7. Transfer Hardware
8. Gurun
9. Penurunan Jumlah Satwa Liar
LINGKUNGAN HIDUP IV - 6 - 17
I. ISU LINGKUNGAN
MANUSIA TRANSPORTASI
INDUSTRIALISASI
ACTIVITAS–ACTIVITAS YANG LAIN
DAMPAK GLOBAL
LINGKUNGAN HIDUP IV - 7 - 17
INDUSTRI :
ULTRAVIOLET
CL
O3 STATOSFER
CLO + O2
KANKER KULIT
MENURUNNYA KEKEBALAN TUBUH
CCL4 1.1
LINGKUNGAN HIDUP IV - 8 - 17
INDUSTRI, TRANSPORTASI :
BANJIR
LINGKUNGAN HIDUP IV - 9 - 17
ATMOSFER
BAHAN BAKAR FOSIL NOX, SOX, CO
~ TRANSPORTASI
~ INDUSTRI H2O
~ RUMAH TANGGA
HUJAN ASAM
AKIBAT :
~ KOROSI
~ GANGGUAN KESEHATAN
~ GANGGUAN HASIL
~ PERTANIAN
~ ASIDIFIKASI TANAH DAN AIR
~ TERNAK BERKURANG
~ TANAMAN PANGAN BERKURANG
~ MANUSIA BEREBUT PANGAN
UNEP SURVEY :
D. 6 R PROGRAM ASTRA
• Meningkatkan Effisiensi
• Penghematan atau Menurunkan Biaya
• Menurunkan Tingkat Pencemaran Sampai Nol
• Menurunkan Jumlah Limbah Sampai Nol
• Menurunkan Tingkat Bahaya Terhadap Karyawan
• Jalan Menuju Sertifikasi ISO series 14000
• Meningkatkan Moral Karyawan
• Meningkatkan Citra Perusahaan
ISO
(International Organization of Standardisation)
ISO menjamin diterapkannya setiap sister pengawasan mutu dari suatu produk, yang
merupakan hal yang diperhatikan dipasaran international.
ISO adalah sistem Manajement mutu yang diakui oleh dunia, terutama negara - negara
yang tergabung dalam Europend Free Trade Area ( EFTA ) sejak 1992 bagi industri
Indonesia, pemberlakuan ISO dampaknya sangat besar sekali, karena mutu produk export
selalu berdasarkan ISO.
Contoh :
1. ISO 9000
Menyangkut standard manajement mutu dan jaminan mutu pedoman seleksi dan
penggunaan.
2. ISO 9001
Sistem mutu model untuk jaminan mutu dalam desain / pengembangan, produksi,
instansi, dan pelayanan.
3. ISO 9002
Sistem mutu model untuk jaminan mutu dalam produksi
4. ISO 14.000
Menyangkut mutu lingkungan.Adalah stratifikasi proses produksi produk dengan
sistem Manajement Lingkungan Hidup (Environmental Management System = EMS )
LINGKUNGAN HIDUP IV - 13 - 17
Environmental Issue
• Global Warning
• Forestry
• Accident
Regional Standard
Take Action • BS 7750
• EMS
• ISO – TC 207
International Standard
ISO 14000 Series
NO SC SECRETARY
1 Environmental Management System United Kingdom
EPE
Environmental Performance Evaluation
14031 – Guidelines
EA
Environmental Auditing
14010 – Prinsip Umum
14011 – Prosedur
14012 – Kriteria Auditor
MANAGEMENT SYSTEM
( ORGANIZATION ORIENTED )
EMS
Environmental Management System
14001 – Spesifikasi
14004 – Guidelines
SUPPORTING
( PRODUCT ORIENTED )
LCA
Life Cylce Analysis
14040 – Prinsip Umum
14041 – Inventory Analysis
14042 – Impact Assessment
14043 – Improvement Assessment
EL
Environmental Labeling
14020 – Prinsip Dasar
14021 – Self Declaration ( Istilah & Definisi )
14022 – Self Declaration ( Symbol )
14023 – Self Declaration ( Symbol )
14022 – Self Declaration
( Metodologi Pengujian & Vertifikasi )
14024 – Practioner & Programmes
( Kriteria & Prosedur Sertifikasi )
ENVIRONMENTAL POLICY
PLANNING
• Environmental Aspect
• Legal & Other Requirement
• Objectives and Target
• Environmental Management Program
MANAGEMENT REVIEW
CONTINUAL IMPROVEMENT
LINGKUNGAN HIDUP IV - 16 - 17
ENVIRONMENTAL MANAGEMENT
COMPETITIVENESS
• Awareness for Impact on Competitive of Environmental Aspect of Product and
Processes
• Trade Barriers caused by Different Standards for Environmental Performance
FINANCIAL
• Economic Instruments ( Taxes, Levies ) to stimulate decrease in pollution
• Incentives from Government, Banking and Insurance Companies
LINGKUNGAN HIDUP IV - 17 - 17
F. POLICY STATEMENT
Pernyataan perusahaan atas tujuan dan prinsip yang berkaitan dengan kinerja lingkungan
secara keseluruhan yang menyediakan kerangka untuk bertindak dan menetapkan
objektive dan target lingkungan
Risk
1. Loss of Access to Markets
2. Loss of Competitive Position
3. Loss of Reputation
4. Government Penalties and Controls
Opportunities
1. Commercial
2. Cost Savings
3. Company Image
Key Components
• Be appropriate to nature, scale and environmental impacts of it's activities, products
or services
• Include commitment for
~ Continual Improvement
~ Compliance with legal & other requirements
~ Prevent pollution
• Provide framework for environmental objectives and target
• Be communicated to all employees
• Be available publicly