Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

VIRUS MERS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. Shalma Faizza Putri NIM : 2177700111


2. Sepriyadi Robeth Kamaleng NIM : 2007010208
3. Stefani Anggreni Putri Fanggi NIM : 2007010125
4. Rita Fitriyani Sereh NIM : 2007010020
5. Sona Mariana Hage NIM : 2007010124

KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN AJARAN 2020/2021

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Virus Mers
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular program studi Kesehatan Masyarakat.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa saja yang
berhubungan dengan Virus Mers itu.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Honey I. Ndoen, S.Km.,M.Kes


selaku dosen mata kuliah Epidemilogi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan tentang Virus Mers.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 18 Oktober 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................

PEMBAHASAN

1. Pengertian Virus MERS...........................................................


2. Epidemiologi Virus MERS.......................................................
3. Penyebab Virus MERS ...........................................................
4. Masa Inkubasi Virus MERS.....................................................
5. Gejala Klinis MERS.................................................................
6. Patofisiologi/Patogenesis Virus MERS....................................
7. Cara Penularan Virus MERS....................................................
8. Pencegahan Virus MERS.........................................................
9. Pengobatan Virus MERS..........................................................
PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................
B. Saran .......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN VIRUS MERS


Menurut Kemenkes, Middle East Respiratory Syndrome  (MERS) adalah suatu
subtipe baru dari virus corona yang belum pernah ditemukan menginfeksi manusia
sebelumnya. Virus corona merupakan keluarga besar dari virus yang dapat
menimbulkan kesakitan maupun kematian pada manusia dan hewan. Virus ini dapat
menimbulkan kesakitan pada manusia dengan gejala ringan sampai berat seperti
selesma (common cold), Sindroma Saluran Pernapasan Akut yang berat (SARS/
Severe Acute Respiratory Syndrome).
Awalnya, virus ini dinamakan Human Coronavirus-EC, tapi kemudian oleh
konsensus global diubah menjadi MERSCoV. Virus ini merupakan spesies beta
Coronavirus garis keturunan C yang baru MERS-CoV pertama kali dilaporkan di
Arab Saudi. Asal virus ini masih belum diketahui. Studi awal menunjukkan bahwa
MERS-CoV mungkin berhubungan dengan virus Zoonosis yang ditemukan di
kelelawar, tetapi bukti yang terbaru menunjukkan bahwa virus ini mungkin lebih
banyak ditemukan pada unta.
MERS adalah penyakit yang biasa dikenal sebagai Middle East Respiratory
Syndrome (MERS), penyakit ini umumnya menyerang sistem pernapasan manusia
menyebabkan batuk, sesak napas, dan demam, gejala lainnya adalah diare, mual, dan
muntah. MERS, seperti coronavirus lainnya, diduga menyebar dari sekret pernapasan
orang terinfeksi, seperti melalui batuk. Namun, cara penyebaran yang pasti belum
diketahui. National Institute of Health (USA) menyatakan bahwa sumber penyebaran
primer MERS-CoV pada manusia adalah dari unta yang telah terinfeksi. MERS dapat
menyebabkan beberapa komplikasi yang berbahaya, seperti pneumonia dan gagal
ginjal. Menurut Center of Disease Control (CDC), dari 10 pasien MERS, 3 hingga 4
akan meninggal akibat komplikasi. Ribavirin dan interferon-α2a digunakan untuk
mengobati MERS, namun kedua obat ini kurang berhasil karena efek samping dan
memerlukan penanganan khusus.
2. EPIDEMIOLOGI
Virus ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi dan sejauh
ini terkait dengan negara-negara di Semenanjung Arab dan sekitarnya (Uni Emirat
Arab, Qatar, Oman, Yordania, Kuwait, Yaman dan Lebanon). MERS biasanya
dimulai dengan batuk, demam dan sesak napas. Tampilan klinis MERS berkisar dari
asimtomatik sampai sindrom distres pernapasan akut dan kegagalan multi organ yang
menyebabkan kematian, khususnya pada individu dengan komorbiditas sebelumnya.
Kebanyakan individu dengan MERS yang terkonfirmasi laboratorium telah
berkembang menjadi penyakit pernapasan akut dan di antara 536 kasus yang
dilaporkan pada 12 Mei 2014, angka kematiannya mencapai 30%. Jumlah kasus dan
kematian yang dilaporkan di Arab Saudi baru-baru ini telah revisi karena adanya
dugaan kasus yang tidak dilaporkan. Jumlah kasus terbaru di negara tersebut telah
meningkat menjadi 688 dan jumlah kematian meningkat menjadi 282 kasus dari 190
kasus, dengan angka kematian lebih dari 40%. WHO melaporkan bahwa sampai 31
Mei 2015 terdapat 1180 kasus yang telah terkonfirmasi laboratorium positif MERS
dengan 483 pasien meninggal (mortalitas 40%), terdiri dari kasus community
acquired, hospital acquired dan transmisi human-to-human di masyarakat.
Sampai Juni 2015 terdapat 1.334 kasus MERS-CoV yang dikonfirmasi dengan
laboratorium dan 471 kematian telah dilaporkan ke WHO. Terdapat 26 negara yang
melaporkan kasus MERS, yaitu: Saudi Arabia, Iran, Yordania, Kuwait, Lebanon,
Oman, Qatar, Uni Emirat Arab, Yaman (Timur Tengah); Austria, Perancis, Jerman,
Yunani, Italia, Belanda, Turki, Inggris (Eropa); Aljazair, Tunisia, Mesir (Afrika);
Cina, Malaysia, Republik Korea, Thailand, Filipina (Asia); dan Amerika Serikat.
Sebagian besar dari kasus ini terjadi di Arab Saudi. Sebuah pernyataan dari WHO
pada bulan April 2014 menunjukkan bahwa 75% dari kasus MERS yang dilaporkan
tampaknya merupakan kasus sekunder yang diperoleh dari orang lain yang terinfeksi.
Pada tahun 2015 ini dan masih berlanjut, wabah MERS telah melanda Korea Selatan
dan pada tingkat lebih rendah di China, terdapat 172 kasus yang dikonfirmasi dan 27
kematian terkait telah dilaporkan.
3. PENYEBAB
Kemenkes mengungkapkan bahwa MERS disebabkan oleh penularan infeksi
MERS dari manusia ke manusia hampir sebagian besar terjadi di layanan kesehatan
karena ada melalui kontak erat dengan kasus, seperti merawat atau tinggal bersama
orang yang terinfeksi. Penularan infeksi MERS dari hewan ke manusia masih belum
diketahui, hingga saat ini unta cenderung menjadi reservoir utama untuk MERS, dan
sumber hewan infeksi pada manusia. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai factor risiko penularan MERS dari hewan ke manusia dan dari manusia ke
manusia.

4. MASA INKUBASI
Masa inkubasi MERS (waktu antara saat seseorang terinfeksi MERS hingga
timbul gejala) biasanya sekitar 5 atau 6 hari, namun bisa berkisar antara 2 sampai 14
hari.

5. GEJALA KLINIS
Sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom Saluran
Pernapasan Akut yang berat dengan gejala awal yang paling sering ditemukan:
demam (98%), menggigil (87%), batuk (83%), dan sesak (72%).
Beberapa kasus juga mengalami gejala gastrointestinal seperti diare dan
mual/muntah. Kebanyakan kasus MERS disertai komplikasi yang parah, seperti
pneumoni dan gagal ginjal. Delapan subjek (pasien) dilaporkan oleh rumah sakit rata-
rata 5 hari setelah onset (berkisar antara 1-14 hari), 7 orang memiliki gejala batuk dan
demam dengan suhu sekitar ≥38°C (88%), 6 orang sesak napas (75%), 5 orang nyeri
dada (53%), dan 5 (53%) orang mengalami malaise. Gejala lain berupa menggigil
(38%),

6. PATOFISIOLOGI / PATOGENESIS
MERS menyerang sel makrofag, menyebabkan pelepasan sitokin
proinflamasi, dapat berakibat pneumonia berat dan kegagalan pernapasan. Sel endotel
pembuluh darah jaringan interstisial paru juga dapat terinfeksi oleh MERS. Karena
reseptor virus DPP4 juga terdapat pada sel dan jaringan tubuh manusia lainnya, dapat
terjadi penyebaran infeksi ke organ lain yang bisa berakibat fatal. Kebanyakan pasien
yang terinfeksi MERS mengalami penurunan jumlah sel limfosit seperti pada pasien
yang terinfeksi SARS. Hal ini akibat penyerapan sel imun yang diinduksi sitokin dan
pelepasan serta induksi monocyte chemotactic protein-1  (MCP-1) dan interferon
gamma-inducible protein-10  (IP-10), yang menekan proliferasi sel-sel progenitor
mieloid manusia. Pada hewan penelitian, diungkapkan ada lesi yang bermakna di
lobus paru yang bervariasi mulai dari 0-75%.

7. CARA PENULARAN
Virus MERS seperti virus corona yang lain menyebar dari sekresi saluran
pernafasan (droplet). Akan tetapi mekanisme penyebaran virus secara tepat belum
diketahui dengan pasti.
Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia hampir sebagian besar
terjadi di layanan kesehatan karena ada melalui kontak erat dengan kasus, seperti
merawat atau tinggal bersama orang yang terinfeksi. Penularan infeksi MERS dari
hewan ke manusia masih belum diketahui, hingga saat ini unta cenderung menjadi
reservoir utama untuk MERS, dan sumber hewan infeksi pada manusia. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan penyebaran lanjutan MERS
di masyarakat.
 Penularan dari hewan ke manusia.
Mengingat strain Mers-Cov yang sesuai dengan strain manusia telah dapat
diisolasi dari unta di beberapa negara (Mesir, Oman, Qatar dan Arab Saudi).
Hal tersebut diyakini bahwa manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung
atau tidak langsung dengan unta yang terinfeksi di Timur Tengah.

 Penularan dari manusia ke manusia


Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak terdapat
transmisi penularan antar manusia yang berkelanjutan. Kemungkinan
penularannya dapat melalui :
- Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau
bersin.
- Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
8. PENCEGAHAN
Upaya pencegahan dibagi menjadi 3 yaitu :
- Pencegahan Primer
Upaya primer bertujuan mencegah orang-orang tersensitisasi menjadi sakit dengan
minimalisasi risiko.
Contoh :
 Sering mencuci tangan jika kontak dengan hewan atau jika berada di tempat-
tempat ada hewan seperti pasar, terutama pasien gagal ginjal, diabetes, dan
immunocompromised.
 Produk dari hewan, seperti daging dan susu, harus dipastikan dimasak dengan
sempurna, bukan separuh masak. Susu harus dipasteurisasi.
 Pekerja di pertanian dan tempat penyembelihan unta harus menjaga higiene
seperti mencuci tangan, memakai masker, dan pakaian pelindung yang
dibuang setelah bekerja atau dicuci setiap hari.
 Menjaga kebersihan diri, seperti selalu mencuci tangan sehabis melakukan
aktiviatas
 Istirahat cukup, asupan gizi yang baik dan tidak merokok.
 Selalu mengkonsumsi makanan dan minuman yang dimasak dengan baik.
 Tidak menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum
dibersihkan.
 Meningkatkan kesadaran tentang MERS di kalangan wisatawan dari dan ke
negara-negara yang terkena dampak sebagai praktek kesehatan masyarakat
yang baik.
 Bagi jemaah Haji dan Umroh  disarankan menghindari kontak erat dengan
hewan penular.

- Pencegahan Sekunder
Upaya sekunder bertujuan deteksi dini dan pengobatan dini masalah kesehatan
yang muncul.
Contoh :
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan virus MERSCoV yang dilakukan untuk penegakkan diagnose
cairan dahak pada tenggorokan atau pada saluran pernafasan metode ini
dikenal dengan nama PCR.

- Pencegahan Tersier
Upaya tersier bertujuan mencegah komplikasi dan kematian pada populasi yang
sudah menderita penyakit
 Isolasi
Orang yang dideteksi positif MERS harus mengisolasikan diri, baik di rumah
sakit maupun di rumah sendiri. Jika di rumah, pasien harus mengasingkan diri
dari keluarga seperti tidak berada dalam satu kamar, dan jika mungkin,
gunakan kamar mandi terpisah.
 Memakai Masker
Penderita MERS harus senantiasa memakai masker. Jika bersin atau batuk,
wajib menutup mulut dengan tisu yang langsung dibuang ke tempat sampah.
Orang sehat yang berada dekat pasien seperti keluarga, perawat, dan dokter
juga harus senantiasa memakai masker jika ingin kontak atau berinteraksi
dengan pasien.
 Menjaga Kebersihan Diri
Langkah pencegahan ini bukan hanya dilakukan oleh orang sakit, tetapi juga
oleh setiap orang yang ingin kontak dengan orang sakit; mencuci tangan
dengan benar sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Pasien juga harus
melakukan hal yang sama supaya senantiasa bersih dan tidak menyebabkan
penularan ke orang di sekitarnya.

9. PENGOBATAN
 Vaksin MERS
Belum ditemukan obat yang bekerja melawan MERS sampai saat
ini. Dalam studi terbaru, para peneliti mengidentifikasi struktur molekul
papain seperti protease (PLpro) sebagai sebuah enzim yang beperan
penting. Enzim ini menghilangkan selinang di ubiquitin dan ISG15-protein
yang berperan dalam mengaktifkan respon imun secara efektif. Dengan
menggunakan Kristal ografisinar-X, para peneliti mampu melihat struktur
3D bagaimana enzim PLpro berinteraksi dengan protein ubiquitin dan
menentukan asam amino mana yang menggabungkan keduanya.
Selain itu, para peneliti menggunakan model komputer dan
simulasi untuk melihat asam amino mana yang mengikat PLpro dan ISG15
bersamasama. Setelah asam amino diidentifikasi, para peneliti
memutasikan asam amino tersebut sehingga enzim PLpro tidak mampu
berkomunikasi dengan ubiquitin dan ISG15, sehingga virus SARS
terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Tim kemudian menguji enzim
PLpro untuk memastikan enzim tersebut masih mampu memicu proses
replikasi virus.
Ini adalah langkah pertama ke depan untuk menciptakan virus
lemah dan aman untuk digunakan sebagai vaksin hidup yang dilemahkan.
Penemuan ini juga bisa berfungsi sebagai peta jalan molekul untuk
melakukan penelitian serupa pada corona virus lain, seperti MERS dan
SARS, karena enzim ini umumnya terdapat pada semua keluarga korona
virus.
PENUTUP

A. KESIMPULAN
MERS adalah suatu penyakit yang baru dilaporkan dan dapat menimbulkan
komplikasi seperti pneumonia dan gagal ginjal akut yang dapat menyebabkan
kematian. Penelitian terhadap MERS sedang giat dilakukan untuk mencari tatalaksana
yang paling akurat. Sampai saat ini, pengobatan menggunakan ribavirin, interferon-
α2a, dan simptomatik. Langkah pencegahan harus dilakukan untuk menghalangi
penyebaran MERS dan menurunkan mortalitas.

B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini,penulis menyarankan bagi para pembaca untuk
lebih memahami tentang apa itu virus MERS, bagaimana cara penularannya, cara
pencegahan dan cara pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA

World Health Organization. Frequently asked questions on Middle East Respiratory


Syndrome Corona-virus (MERS‐CoV). [cited 2015 June 22]. Available from:
http://www.who.int/ csr/disease/ corona virus_infections/faq/en/

Rampengan, Novie H. (2016). Middle East Respiratory Syndrome. Jurnal Biomedik (JBM).
Volume 8, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 17-26

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/middle-east-respiratory-syndrome-
mers /Diakses tanggal 18 Oktober 2021

Ronald Winardi Kartika, dkk. (2017). Pengelolaan dan Pencegahan Middle East Respiratory
Syndrome (MERS). Continuing Medical Education. CDK-251/ vol. 44 no. 4 th. 2017.
244-255

Anda mungkin juga menyukai