VIRUS MERS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
KESEHATAN MASYARAKAT
KUPANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Virus Mers
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular program studi Kesehatan Masyarakat.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa saja yang
berhubungan dengan Virus Mers itu.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya
menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
HALAMAN SAMPUL......................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................
PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
4. MASA INKUBASI
Masa inkubasi MERS (waktu antara saat seseorang terinfeksi MERS hingga
timbul gejala) biasanya sekitar 5 atau 6 hari, namun bisa berkisar antara 2 sampai 14
hari.
5. GEJALA KLINIS
Sebagian besar kasus konfirmasi MERS mengalami sindrom Saluran
Pernapasan Akut yang berat dengan gejala awal yang paling sering ditemukan:
demam (98%), menggigil (87%), batuk (83%), dan sesak (72%).
Beberapa kasus juga mengalami gejala gastrointestinal seperti diare dan
mual/muntah. Kebanyakan kasus MERS disertai komplikasi yang parah, seperti
pneumoni dan gagal ginjal. Delapan subjek (pasien) dilaporkan oleh rumah sakit rata-
rata 5 hari setelah onset (berkisar antara 1-14 hari), 7 orang memiliki gejala batuk dan
demam dengan suhu sekitar ≥38°C (88%), 6 orang sesak napas (75%), 5 orang nyeri
dada (53%), dan 5 (53%) orang mengalami malaise. Gejala lain berupa menggigil
(38%),
6. PATOFISIOLOGI / PATOGENESIS
MERS menyerang sel makrofag, menyebabkan pelepasan sitokin
proinflamasi, dapat berakibat pneumonia berat dan kegagalan pernapasan. Sel endotel
pembuluh darah jaringan interstisial paru juga dapat terinfeksi oleh MERS. Karena
reseptor virus DPP4 juga terdapat pada sel dan jaringan tubuh manusia lainnya, dapat
terjadi penyebaran infeksi ke organ lain yang bisa berakibat fatal. Kebanyakan pasien
yang terinfeksi MERS mengalami penurunan jumlah sel limfosit seperti pada pasien
yang terinfeksi SARS. Hal ini akibat penyerapan sel imun yang diinduksi sitokin dan
pelepasan serta induksi monocyte chemotactic protein-1 (MCP-1) dan interferon
gamma-inducible protein-10 (IP-10), yang menekan proliferasi sel-sel progenitor
mieloid manusia. Pada hewan penelitian, diungkapkan ada lesi yang bermakna di
lobus paru yang bervariasi mulai dari 0-75%.
7. CARA PENULARAN
Virus MERS seperti virus corona yang lain menyebar dari sekresi saluran
pernafasan (droplet). Akan tetapi mekanisme penyebaran virus secara tepat belum
diketahui dengan pasti.
Penularan infeksi MERS dari manusia ke manusia hampir sebagian besar
terjadi di layanan kesehatan karena ada melalui kontak erat dengan kasus, seperti
merawat atau tinggal bersama orang yang terinfeksi. Penularan infeksi MERS dari
hewan ke manusia masih belum diketahui, hingga saat ini unta cenderung menjadi
reservoir utama untuk MERS, dan sumber hewan infeksi pada manusia. Masih
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan penyebaran lanjutan MERS
di masyarakat.
Penularan dari hewan ke manusia.
Mengingat strain Mers-Cov yang sesuai dengan strain manusia telah dapat
diisolasi dari unta di beberapa negara (Mesir, Oman, Qatar dan Arab Saudi).
Hal tersebut diyakini bahwa manusia dapat terinfeksi melalui kontak langsung
atau tidak langsung dengan unta yang terinfeksi di Timur Tengah.
- Pencegahan Sekunder
Upaya sekunder bertujuan deteksi dini dan pengobatan dini masalah kesehatan
yang muncul.
Contoh :
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan virus MERSCoV yang dilakukan untuk penegakkan diagnose
cairan dahak pada tenggorokan atau pada saluran pernafasan metode ini
dikenal dengan nama PCR.
- Pencegahan Tersier
Upaya tersier bertujuan mencegah komplikasi dan kematian pada populasi yang
sudah menderita penyakit
Isolasi
Orang yang dideteksi positif MERS harus mengisolasikan diri, baik di rumah
sakit maupun di rumah sendiri. Jika di rumah, pasien harus mengasingkan diri
dari keluarga seperti tidak berada dalam satu kamar, dan jika mungkin,
gunakan kamar mandi terpisah.
Memakai Masker
Penderita MERS harus senantiasa memakai masker. Jika bersin atau batuk,
wajib menutup mulut dengan tisu yang langsung dibuang ke tempat sampah.
Orang sehat yang berada dekat pasien seperti keluarga, perawat, dan dokter
juga harus senantiasa memakai masker jika ingin kontak atau berinteraksi
dengan pasien.
Menjaga Kebersihan Diri
Langkah pencegahan ini bukan hanya dilakukan oleh orang sakit, tetapi juga
oleh setiap orang yang ingin kontak dengan orang sakit; mencuci tangan
dengan benar sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Pasien juga harus
melakukan hal yang sama supaya senantiasa bersih dan tidak menyebabkan
penularan ke orang di sekitarnya.
9. PENGOBATAN
Vaksin MERS
Belum ditemukan obat yang bekerja melawan MERS sampai saat
ini. Dalam studi terbaru, para peneliti mengidentifikasi struktur molekul
papain seperti protease (PLpro) sebagai sebuah enzim yang beperan
penting. Enzim ini menghilangkan selinang di ubiquitin dan ISG15-protein
yang berperan dalam mengaktifkan respon imun secara efektif. Dengan
menggunakan Kristal ografisinar-X, para peneliti mampu melihat struktur
3D bagaimana enzim PLpro berinteraksi dengan protein ubiquitin dan
menentukan asam amino mana yang menggabungkan keduanya.
Selain itu, para peneliti menggunakan model komputer dan
simulasi untuk melihat asam amino mana yang mengikat PLpro dan ISG15
bersamasama. Setelah asam amino diidentifikasi, para peneliti
memutasikan asam amino tersebut sehingga enzim PLpro tidak mampu
berkomunikasi dengan ubiquitin dan ISG15, sehingga virus SARS
terdeteksi oleh sistem kekebalan tubuh. Tim kemudian menguji enzim
PLpro untuk memastikan enzim tersebut masih mampu memicu proses
replikasi virus.
Ini adalah langkah pertama ke depan untuk menciptakan virus
lemah dan aman untuk digunakan sebagai vaksin hidup yang dilemahkan.
Penemuan ini juga bisa berfungsi sebagai peta jalan molekul untuk
melakukan penelitian serupa pada corona virus lain, seperti MERS dan
SARS, karena enzim ini umumnya terdapat pada semua keluarga korona
virus.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
MERS adalah suatu penyakit yang baru dilaporkan dan dapat menimbulkan
komplikasi seperti pneumonia dan gagal ginjal akut yang dapat menyebabkan
kematian. Penelitian terhadap MERS sedang giat dilakukan untuk mencari tatalaksana
yang paling akurat. Sampai saat ini, pengobatan menggunakan ribavirin, interferon-
α2a, dan simptomatik. Langkah pencegahan harus dilakukan untuk menghalangi
penyebaran MERS dan menurunkan mortalitas.
B. SARAN
Dengan dibuatnya makalah ini,penulis menyarankan bagi para pembaca untuk
lebih memahami tentang apa itu virus MERS, bagaimana cara penularannya, cara
pencegahan dan cara pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Rampengan, Novie H. (2016). Middle East Respiratory Syndrome. Jurnal Biomedik (JBM).
Volume 8, Nomor 1, Maret 2016, hlm. 17-26
https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/middle-east-respiratory-syndrome-
mers /Diakses tanggal 18 Oktober 2021
Ronald Winardi Kartika, dkk. (2017). Pengelolaan dan Pencegahan Middle East Respiratory
Syndrome (MERS). Continuing Medical Education. CDK-251/ vol. 44 no. 4 th. 2017.
244-255