Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH VIROLOGI

MERS (Middle-East Respiratory Syndrome)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Virologi

Dosen Pengampu Hj. Djoko Priyatno, SP., MSi

Disusun Oleh :

Ramadhan Rizki Al Ghani ( P1337434116061 )

Semester V Regular B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah Virologi yang berjudul “MERS (Middle-East
Respiratory Syndrome)” ini dapat terselesaikan dengan baik. Ucapan terimakasih kami
berikan kepada rekan-rekan Tingkat II Reguler B yang telah membantu dan
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa terimakasih kami bagi dosen
Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Semarang.
Harapan dibuatnya makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan tentang
virus yang dapat menyebabkan penyakit MERS. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan ilmu
pengetahuan kami. Maka dengan senang hati kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi pembaca. Sekian dan terimakasih.

Semarang, November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
I. Latar Belakang ............................................................................................................ 4
II. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
III. Tujuan ...................................................................................................................... 5
IV. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
BAB II ...................................................................................................................................... 6
1. Virus MERS-CoV ....................................................................................................... 6
2. Taksonomi ................................................................................................................... 6
3. Klasifikasi .................................................................................................................... 7
4. Pembentukan Virus .................................................................................................... 7
5. Penularan ..................................................................................................................... 8
6. Patogenesis Virus MERS-CoV ................................................................................... 9
7. Gejala dari infeksi virus MERS-CoV...................................................................... 10
8. Deteksi dan Tata Laksana Dini................................................................................ 10
9. Pemeriksaan Laboratorium ..................................................................................... 12
BAB III................................................................................................................................... 14
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 16

3
BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sindrom respirasi Timur Tengah, atau Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS), belakangan ini marak dibicarakan berbagai media.
Penyakit ini diketahui disebabkan oleh beta coronavirus MERSCoV
berdasarkan temuan sampel dahak penderita radang paru pada saat wabah
flu tahun 2012 di Arab Saudi. Seseorang yang terjangkit virus ini dapat
mengalami sakit setelah masa inkubasi sekitar 12 hari. Gejala yang timbul
dari MERS seperti demam, batuk berdahak, dan sesak biasanya
berlangsung selama 7 hari. Komplikasi berat penyakit ini adalah gagal
ginjal dan juga gagal multiorgan sehingga berisiko menyebabkan
kematian. Gejala-gejala ini serupa dengan wabah penyakit pernapasan
berat akut (severe acute respiratory syndrome atau SARS) yang juga
disebabkan oleh golongan coronavirus (Pratomo Irandi, 2014).
Menurut data European Centre for Disease Prevention and Control
(ECDC) jumlah kasus MERS seluruh dunia sejak September 2012 hingga
saat ini adalah 537 kasus, dengan jumlah kematian 148 (28%). Angka-
angka tersebut menggambarkan jumlah penderita yang tinggal di wilayah
Timur Tengah atau penderita yang pernah bepergian ke wilayah Timur
Tengah.
Penyebaran virus hingga saat ini telah mencapai berbagai negara selain
Arab Saudi seperti Emirat Arab, Yordania, Qatar, Inggris, Kuwait,
Tunisia, Oman, Perancis, Jerman, Malaysia, Yaman, Mesir, Yunani, Italia,
Libanon, Filipina, Spanyol, dan Amerika Serikat. Indonesia sendiri
mengalami dua kasus diduga MERS terhadap dua orang Jemaah umrah
dari Medan dan Bali dan hanya sempat dirawat beberapa jam sebelum
akhirnya meninggal dunia.

4
II. Rumusan Masalah
a. Taksonomi beta coronavirus MERSCoV
b. Klasifikasi beta coronavirus MERSCoV
c. Patogenesis infeksi beta coronavirus MERSCoV
d. Metode pemeriksaan beta coronavirus MERSCoV
e. Gejala Klinis dari MERS
III. Tujuan
a. Mengetahui taksonomi dari virus beta coronavirus MERSCoV
b. Mengetahui klasifikasi virus beta coronavirus MERSCoV
c. Mengetahui patogenesis dari virus beta coronavirus MERSCoV
d. Mengetahui metode pemeriksaan dari penyakit MERS
e. Mengetahui gejala-gejala klinis dari penyakit MERS
IV. Manfaat Penelitian
1. Penulis
Menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang analisa
elektrolit (Natrium dan Kalium)
2. Universitas
Sebagai sumbangan pemikiran dalam mengkaji tentang analisa
elektrolit (Natrium dan Kalium)

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Virus MERS-CoV
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) merupakan penyakit
saluran napas yang disebabkan oleh Corona virus tipe baru (MERS-CoV).
Virus ini pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di Arab Saudi dan sejauh
ini terkait dengan negara-negara di Semenanjung Arab dan sekitarnya (Uni
Emirat Arab, Qatar, Oman, Yordania, Kuwait, Yaman dan Lebanon) (Rha B,
Rudd J, 2015). MERS biasanya dimulai dengan batuk, demam dan sesak
napas. Tampilan klinis MERS berkisar dari asimtomatik sampai sindrom
distres pernapasan akut dan kegagalan multi organ yang menyebabkan
kematian, khususnya pada individu dengan komorbi-ditas sebelumnya
(McNeil DG, 2015).

2. Taksonomi
MERS merupakan Genus dari Coronavirus yang masuk dalam
ordo Nidovirales, famili Coronaviridae dan subfamili Coronavirinae,
yang mana terdiri dari empat genus yakni Alphacoronavirus,
Betacoronavirus, Deltacoronavirus dan Gammacoronavirus.
Taksonomi tersebut didasarkan pada hubungan antigen dan sekuensing
gen. Sementara untuk coronavirus pada manusia masuk dalam dua
genera: Alphacoronavirus dan Betacoronavirus. HCoV-229E dan
HCoV-NL63 masuk dalam genera Alphacoronavirus. Sementara
genera Betacoronavirus terdiri dari empat jalur yakni CoV, HCoV-
OC43 dan HCoV-HKU1, dan BtCoV.
MERS-CoV berbentuk bulat (spherical particles) dan memiliki
enveloved dengan ukuran diameter 118-136 nm, memiliki spike yang
panjangnya 16-21 nm dari amplop virion. Terdapat sebuah
nukleokapsid heliks fleksibel yang membentuk kumparan yang melipat
kembali pada diri mereka sendiri. Virus ini memiliki asam nukleat RNA

6
dengan panjang asam nukleatnya 26-32 kb dan ini merupakan yang
terbesar dari semua genom RNA. MERS-CoV sensitive terhadap
deterjen dan bahan kimia organic seperti eter dan kloroform. Stabilitas
pH dan suhu bervariasi antara coronavirus, tetapi sebagian besar
sensitive terhadap panas, deterjen non-ionik, formaldehid, oksidator,
dan radiasi sinar UV.

3. Klasifikasi
Group Group IV ((+)ssRNA)

Ordo Nidovirales

Famili Coronaviridae

Subfamili Coronavirinae

Genus Betacoronavirus

Spesies Middle East Respiratory


Syndrome Coronavirus (MERS-
CoV)

4. Pembentukan Virus
Peneliti belum mengetahui secara pasti cara virus MERS
ditularkan ke manusia, namun virus ini sudah ditemukan pada kelelawar
dan unta. Para pakar mengatakan unta kemungkinan besar menjadi
binatang pembawa, yang kemudian menularkannya pada manusia.
Akan tetapi setelah dilakukan sebuah penelitian terbaru kesimpulan
yang dicapai adalah adanya kecocokan genetik 100 persen pada virus
yang menginfeksi kelelawar jenis tersebut dengan manusia pertama
yang terinfeksi.

7
5. Penularan
a. Penularan hewan-manusia
Kementerian Arab Saudi p ada tanggal 11 November 2012
mengumumkan bahwa MERS-CoV telah terdeteksi di hewan unta yang
berhubungan dengan manusia. Penemuan ini konsisten dengan laporan
publikasi sebelumnya tentang antibodi reaktif terhadap MERS-CoV
pada hewan unta yang menambah informasi penting untuk mengetahui
ekologi virus ini. Namun, temuan ini tidak selalu melibatkan unta dalam
rantai penularannya kepada manusia. Hal ini masih belum jelas apakah
unta, berperan dalam transmisi ke manusia pada kasus-kasus positif
MERS-CoV.1 Baru-baru ini virus MERS-CoV ditemukan secara
genetik terkait dengan virus yang diidentifikasi pada kelelawar dari
Afrika Selatan. Tetapi tidak ditemukan adanya bukti definitif bahwa
MERS-CoV berasal dari kelelawar.4 Demikian pula sampai saat ini
belum diketahui bagaimana virus MERS-CoV dapat bertahan dalam
lingkungan.

b. Penularan antar manusia


Menurut Kemenkes RI dalam pedoman umum kesiapsiagaan menghadapi
MERS-CoV, Virus ini dapat menular antar manusia secara terbatas, dan tidak
terdapat transmisi penularan antar manusia secara luas dan bekelanjutan.
Mekanisme penularan belum diketahui. Berdasarkan informasi yang ada pada
saat ini , MERS-CoV dapat disebarkan dari orang ke orang melalui hubungan
langsung. Sejak april 2014, banyak kasus muncul menjadi kasus sekunder
yang sebagai akibat terinfeksi dari pasien yang dinyatakan positif. Kasus
sekunder ini terutama terdapat pada para petugas kesehatan yang merawat
pasien MARS-CoV. Virus corona biasanya menyebar seperti infeksi
pernapasan lainnya seperti influenza melalui percikan dahak (droplet) pada
saat pasien batuk atau bersin.

8
6. Patogenesis Virus MERS-CoV
Patogenesis dari virus Middle East Respiratory Syndrome
Coronavirus (MERS-CoV) hingga saat ini tidak dipahami secara baik
Meskipun penelitian intensif selama lima tahun terakhir, sangat
sedikit yang diketahui tentang patogenesis MERS-CoV, hal ini
dikarenakan adanya pembatasan otopsi di daerah endemik MERS-CoV.
Hingga kini hanya ada satu laporan antemortem yang telah diterbitkan,
dan tidak ada laporan otopsi dari wabah penyakit ini di tempat lain.
Dengan tidak adanya data antemortem yang kuat dari manusia, banyak
upaya yang telah dilakukan oleh para peneliti, yaitu contohnya
menggunakan model primate non-human yang telah diinfeksikan virus
MERS-CoV lalu dilihat penyakit berat apa yang terjadi. Meskipun
metode ini hanya berhasil sebagian, namun hingga saat ini telah
membantu memberi penjelasan tentang jenis kerusakan dan respons
inflamasi yang ditimbul dan muncul pada saluran pernapasan.
Hasil laporan otopsi yang berasal dari kasus di Uni Emirat Arab
pada april tahun 2014 mengidentifikasi terdapat dua tipe alveolar
pneumocytes dan sel-sel multinuklear syncytial yang berasal tidak jelas
yang menjadi target utama dari virus MERS-CoV. Patologis utama yang
diamati adalah kerusakan pada alveolar, pada area paru paru juga terjadi
penurunan kekebalan tubuh. Tidak ditemukan diseminasi sistemik yang
diakibatkan oleh virus MERS-CoV, tetapi data dari seorang pasien tidak
dapat mengesampingkan kemungkinan dapat terjadinya penyebaran
diseminasi sistemik pada jalur pernapasan. pemeriksaan menggunakan
model hewan tidak dapat menjawab apakah virus MERS-CoV dapat
menyebabkan infeksi sistemik, tetapi untuk gagal ginjal merupakan
komplikasi yang terjadi pada kasus atau penyakit berat pada manusia

9
7. Gejala dari infeksi virus MERS-CoV
Gambaran klinis untuk sebagian besar yang terinfeksi Mers CoV
diantaranya adalah :
 ISPA
 Seperti infeksi pernafasan akut berat (severe acute respiratory
infection/SARI)
 Pneumonia
 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), disertai
gagal ginjal, perikarditis dan Disseminated Intravascular
Coagulation (DIC).
 Pada pasien immunocompromise ditemukan gejala awal demam
dan diare

8. Deteksi dan Tata Laksana Dini


Sebelum menentukan pasien suspek MERS CoV dilakukan :
- Anamnesis: demam suhu > 38 C, batuk dan sesak, ditanyakan
pula riwayat bepergian dari negara timur tengah 14 hari sebelum
onset
- Pemeriksaan fisis: sesuai dengan gambaran pneumonia
- Radiologi: Foto toraks dapat ditemukan infiltrat, konsolidasi
sampai gambaran ARDS
- Laboratorium: ditentukan dari pemeriksaan PCR dari swab
tenggorok dan sputum

Klasifikasi :

 Kasus dalam penyelidikan/suspek


a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
dengan tiga gejala di bawah ini:
- Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam
- Batuk

10
- Pneumonia, ARDS berdasarkan gejala klinis atau
gambaran radiologis yang membutuhkan perawatan di
rumah sakit.

Perlu waspada pada pasien dengan gangguan sistem


kekebalan tubuh (immunocompromised) karena gejala tanda
tidak jelas dan salah satu dari kriteria berikut :

- Adanya klaster penyakit yang sama dalam periode 14


hari, tanpa memperhatikan tempat tinggal atau riwayat
bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab
penyakit lain.
- Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama
setelah merawat pasien ISPA berat (SARI / Severe Acute
Respiratory Infection), terutama pasien yang
memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan
tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan
etiologi/penyebab penyakit lain.
- Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur
Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum
sakit kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak
meskipun dengan pengobatan yang tepat, tanpa
memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian,
kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
b. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah
atau negara terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit
selain ISPA (Pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh
kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas)
c. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai
tingkat keparahan (ringan – berat) yang dalam waktu 14 hari

11
sebelum mulai sakit, memiliki riwayat kontak erat dengan kasus
konfirmasi atau kasus probable infeksi MERS-CoV yang sedang
sakit

9. Pemeriksaan Laboratorium
Bahan pemeriksaan :
- Spesimen dari saluran napas atas (hidung, nasofaring dan/atau
swab tenggorokan)
- Spesimen saluran napas bagian bawah (sputum, aspirat
endotracheal, kurasan bronkoalveolar)

Ambil spesimen serial dari beberapa tempat dalam waktu beberapa


hari (setiap 2-3 hari) untuk melihat Viral shedding

Jenis pemeriksaan:

1) Kultur mikroorganisme sputum dan darah


2) Pemeriksaan virus influenza A dan B, virus influenza A
subtipe H1, H3, dan H5 (di negara-negara dengan virus
H5N1 ditemukan pada unggas), RSV, virus parainfluenza,
rhinoviruses, adenoviruses, metapneumoviruses manusia,
dan corona virus baru

Pemeriksaan spesimen coronavirus baru dilakukan dengan


menggunakan reverse transcriptase polymerase chain reaction
(RT-PCR).

Dilakukan juga:

- Pemeriksaan darah untuk menilai viremia


- Swab konjungtiva jika terdapat konjungtivitis
- Urin
- Tinja

12
- Cairan serebrospinal jika dapat dikerjakan

Data selama ini menunjukkan bahwa spesimen saluran napas


bawah cenderung lebih positif daripada spesimen saluran napas
atas.

10. Pencegahan dan Pengobatan


- Belum ada vaksin yang tersedia.
- Pengobatan yang bersifat spesifik belum ada, dan pengobatan
yang dilakukan tergantung dari kondisi pasien.
- Pencegahan dengan PHBS, menghindari kontak erat dengan
penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan tangan
dengan sering mencuci tangan dengan sabun dan menerapkan
etika batuk ketika sakit.

13
BAB III

KESIMPULAN
Sindrom respirasi Timur Tengah, atau Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS) adalah penyakit yang diakibatkan oleh virus beta
coronavirus MERSCoV, virus ini memiliki ordo Nidovirales, famili
Coronaviridae, sub-famili Coronavirinae dan genus Beta coronavirus. Virus
ini pertama dilaporkan pada tahun 2012 di arab saudi dan menyebar di daerah
Timur Tengah. Hostpest yang dicurigai membawa virus MERS ini adalah unta
dan kelelawar, meskipun kebenarannya belum pasti tetapi kedua hewan ini
yang paling besar kemungkinannya membawa virus MERS. Virus MERS
yang menyerang manusia hanya berasal dari genus alfa dan beta. Struktur dari
virus MERS sendiri memiliki asam nukleat RNA dengan double strand.
Para peneliti hingga sekarang belum mengetahui pembentukan dari
virus ini. Adapan dalam proses penularannya dibagi menjadi dua kelompok,
secara langsung yaitu kontak dengan hewan unta atau kelelawar yang
membawa virus tersebut, sementara secara tidak langsung dimana manusia
yang sehat tertular oleh manusia yang telah terinfeksi. Gejala yang
ditimbulkan dari infeksi virus MERS tidak ada yang secara spesifik umumnya
gejala yang ditimbulkan seperti demam, infeksi pernapasan, dan pneumonia.
Deteksi dini dari infeksi virus MERS demam dengan suhu > 38 C lebih
dari 14 hari disertai batuk dan sesak nafas, pada pemeriksaan feses ditemui
gambaran seperti pada penyakit pneumonia, foto rongen toraks ditemukan
infiltrat, konsolidasi hingga gambaran ARDS.
Upaya pemeriksaan yang dilakukan adalah mengambil sampel dari
saluran napas guna melihat viral shedding, bisa juga dengan kultur
mikroorganisme sputum, pemeriksaan virus influenza A dan B virus influenza
A subtipe H1, H3, dan H5 (di negara-negara dengan virus H5N1 ditemukan
pada unggas), RSV, virus parainfluenza, rhinoviruses, adenoviruses,
metapneumoviruses manusia, dan corona virus baru. Tetapi yang menjadi goal

14
standar dari pemeriksaan virus MERS ini adalah dengan Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
Hingga saat ini ketika makalah ini dibuat, obat dari infeksi virus MERS
belum ditemukan. Sementara untuk pencegahan dengan cara menghindari
kontak langsung dengan penderita, menggunakan masker, menjaga
kebersihan tangan dan badan, dan menerapkan etika ketika batuk.

15
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan


Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus (Mers-
Cov).

Pratomo IP. 2014. MERS: Penyakit PernapasanAkibat Infeksi Virus Jazirah Arab.
Hiroshima University

Nassar MS. 2018. Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV)


infection: epidemiology, pathogenesis and clinical characteristics. King
Abdulaziz City for Science and Technology (KACST), Riyadh, Saudi
Arabia

Murniati Dewi. Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV).


Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso

Fitrianingsih SP. 2015. Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Bandung.


Universitas Islam Bandung

16

Anda mungkin juga menyukai