Anda di halaman 1dari 11

KESEHATAN &

KESELAMATAN
KERJA (K3) Kelompok 4:

 Faisal Damanik
 Hary Sandi
Jurusan Teknik Komputer dan Informatika, Hutabarat
Prodi Teknik Komputer 2016/2017
 Ifa Aldini S.
Pane
 Magdalena
Silitonga
 Meilissa Dewi
 M. Fitra
1. Penjelasan anatomi kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak direncanakan, tidak diduga dan
juga merupakan suatu kejadiaan yang tidak diinginkan bagi siapapun para pekerja.
Kecelakaan kerja dapat berakibat cedera/penderitaan pada fisik si pekerja. Kerusakan pada
alat ataupun mesin yang digunakan si pekerja dan terganggunya produksi yang sedang
berlangsung di perusahaan tersebut. Sehingga akan membuat kegiataan terhenti yang akan
mengeluarkan biaya atas kecelakaan yang terjadi.

Dengan begini, kita harus mengetahui anatomi kecelakaan kerja agar dapat menganalisa
kecelakaan yang terjadi serta menemukan penyebabnya dan mencegah terjadinya kecelakaan
lain. Ada 4 hal pokok yang harus diperhatikan, yaitu:

a) Penyebab Penunjang, disini diliat dari tindakan pengawasan yang dapat


menyebabkan terjadinya kecelakaan, kemudian kondisi fisik pekerja yang akan
berpengaruh besar terhadap terjadinya kecelakaan kerja dan kondisi mental pekerja
yang belum bisa selalu mengkondisikan dengan keadaan ataupun situasi yang terjadi.

b) Penyebab Langsung, dimana situasi atau keadaan selama jam kerja yang tidak aman
sehingga memicu terjadinya kecelakaan kerja tersebut yang dimana bisa berupa:
 Lantai kerja licin
 Lampu penerangan kurang
 Perkakas peralatan yang rusak

serta tindakan yang tidak aman yang diperbuat oleh si pekerja yang berujung
mengakibatkan kecelakaan, seperti:

 Tidak mengenakan APD


 Tidak mengikuti prosedur kerja
 Tidak mengikuti peraturan K3
 Bekerja sambil bergurau

c) Kecelakaan, akibat hal-hal tersebutlah maka terjadinya kecelakaan kerja yang tidak
diduga serta yang tidak diinginkan oleh bagi para pekerja. Maka akan ada biaya yang
diperlukan seperti:
 Biaya langsung yang berupa gaji karyawan, kompensasinya, pengobatannya
selama masa perawatan.
 Biaya tidak langsung yang berupa kehilangan waktu serta tenaga selama jam
kerja.

d) Akibat Kecelakaan, maka harus ada cara untuk mengatasi kecelakaan kerja yang
sudah terjadi tersebut, yang pasti akan berupa pertolongan baik dari segi obat-obatan
dan biaya seperti:
 Penderitaan (luka/mati)
 Produksi terganggu
 Citra perusahaan buruk apabila terlaly sering terjadi, konsumen tidak mau
membeli produk karena diketahui K3 di perusahaan tersebut buruk
 Kerugiaan ekonomi
Adapun hal-hal yang mendorong terjadinya kecelakaan kerja yaitu:

a) Pengawasan/tuntunan yang kurang


 Intruski kurang/ tidak memadai
 Peraturan K3 yang tidak ditekankan
 Bagian yang berbahaya tidak dikoreksi
b) Mental para karyawan
 Perhatian tentang K3 yang kurang
 Koordinasi yang kurang
 Reaksi ataupun respon yang lamban
 Emosional/gugup dll
c) Kondisi fisik
 Terlalu lelah
 Kurang pendengaran
 Pandangan/penglihatan kurang jelas
 Cacat jasmani, dll
2. Klasifikasi kecelakaan kerja

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor utama, yakni faktor fisik dan
faktor manusia. Oleh sebab itu, kecelakaan kerja juga merupakan bagian dari kesehatan kerja.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan akibat dari kerja.
Sumakmur (1989) membuat batasan bahwa kecelakan kerja adalah suatu kecelakaan yang
berkaitan dengan hubungan kerja dengan perusahaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan. Oleh sebab itu, kecelakaan akibat kerja ini mencakup dua permasalahan pokok,
yakni:
 Kecelakaan adalah akibat langsung pekerjaan.
 Kecelakaan terjadi pada saat pekerjaan sedang dilakukan.

Dalam perkembangan selanjutnya ruang lingkup kecelakaan ini diperluas lagi sehingga
mencakup kecelakaan–kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau
transpor ke dan dari tempat kerja. Dengan kata lain kecelakaan lalu lintas yang menimpa
tenaga kerja dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja atau dalam rangka menjalankan
pekerjaannya juga termasuk kecelakaan kerja.

Penyebab kecelakaan kerja pada umumnya digolongkan menjadi dua, yakni:

1) Perilaku pekerja itu sendiri (faktor manusia), yang tidak memenuhi keselamatan,
misalnya: karena kelengahan, kecerobohan, ngantuk, kelelahan, dan sebagainya. Menurut
hasil penelitian yang ada, 85% dari kecelakaan yang terjadi disebabkan karena faktor
manusia ini.
2) Kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan yang tidak aman atau “unsafety condition”,
misalnya: lantai licin, pencahyaan kurang, silau, mesin yang terbuka, dan sebagainya.
Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan akibat kerja ini
diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

 Klasifikasi menurut jenis kecelakaan


a. Terjatuh
b. Tertimpa benda
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

 Klasifikasi menurut penyebab


a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik, mesin penggerjajian kayu,
dan sebagainya.
b. Alat angkut, alat angkut darat, udara, dan alat angkut air.
c. Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas, instalasi pendingin,
alat-alat listrik, dan sebagainya.
d. Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalya : bahan peledak, gas, zat-zat kimia,
dan sebagainya.
e. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan dan di bawah tanah).
f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.
 Klasifikasi menurut luka atau kelainan
a. Patah tulang
b. Dislokasi (keseleo)
c. Regang otot (urat)
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka di permukaan
g. Gegar dan remuk
h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Pengaruh radiasi

 Klasifikasi menurut letak kelamin atau luka di tubuh


a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.

Klasifikasi-klasifikasi tersebut bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan


akibat kerja biasanya tidak hanya memiliki satu faktor, tetapi memiliki banyak faktor.
3. Teori Kecelakaan Kerja
Disini kami akan memaparkan beberapa teori kecelakaan kerja menurut para ahli,
antara lain:
a. Teori Heinrich ( Teori Domino), mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari
suatu rangkaian kejadian. Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian
tersebut yaitu : lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak
aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian ( Ridley, 1986 ).

b. Teori Multiple Causation, berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada


lebih dari satu penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan,
kondisi atau situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab
terjadinya kecelakaan kerja tersebut perlu diteliti.

c. Teori Gordon(1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban


kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang
tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang
terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab
terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.

d. Teori Domino Terbaru, setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang
suatu teori yang mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja
adalah ketimpangan manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori
Domino Heinrich untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan
terjadinya kecelakaan.

e. Teori Reason(1995-1997), menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat


“lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-
pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.

f. Teori Frank E. Bird Petersen, penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan.


Bird mengadakan modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan
teori manajemen, yang intinya sebagai berikut:
 Kurangnya manajamen kontrol.
 Sumber penyebab utama.
 Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar).
 Kontak peristiwa (kondisi di bawah standar).
 Kerugian gangguan (tubuh maupun harta benda).
4. Upaya untuk Mencegah Kecelakaan Kerja

Terjadinya kecelakaan kerja merupakan bentuk kerugian baik bagi korban maupun
Perusahaan/Organisasi. Upaya pencegahan kecelakaan kerja diperlukan untuk menghindari
kerugian-kerugian yang timbul serta untuk meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat
kerja.
Tenaga kerja dirugikan karena mengalami luka-luka baik kecil maupun besar dan
bahkan berakibat kematian, sedangkan perusahaan dirugikan karena dengan adanya
kecelakaan kerja maka asset yang berupa mesin, peralatan, bahan dan bangunan akan rusak,
serta perusahaan perlu mengeluarkan biaya untuk pengobatan korban. Dengan
menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja maka dapat menekan jumlah
kecelakaan kerja dan perusahaan tidak akan mengalami suatu kerugian.
Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaankerja H.W. Heinrich, maka
terdapat berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerjadi tempat kerja,antaralain :
1) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian bahaya di Tempat
kerja:
a. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
b. Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.

2) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pembinaan dan pengawasan:


a. Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
b. Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga kerja.
c. Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan dengan
peningkatan penerapan K3 di tempat kerja.

3) Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui sistem manajemen :


a. Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
b. Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat kerja.
c. Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja kepada
tengan kerja.

Tindakan pencegahan kecelakaan haruslah dilakukan, agar dapat menekan tingkat


kecelakaan tenaga kerja ditempat kerja. Umumnya kejadian kecelakaan kerja disebabkan
kesalahan manusia (human error).
Menurut Sedarmayanti (2011:129), dalam kecelakaan kerja dapat dikelompokkan
menjadi empat yaitu:
1. Kecelakaan kerja akibat langsung kerja.
2. Kecelakaan pada saat atau waktu kerja.
3. Kecelakaan diperjalanan (dari rumah ke tempat kerja dan sebaliknya, melalui jalan
yang wajar).
4. Penyakit akibat kerja.
Maka dari itu perusahaan perlu melakukan tindakan pencegahan kecelakaan
yang mungkin terjadi terhadap tenaga kerja. Tindakan pencegahan kecelakaan bertujuan
untuk mengurangi peluang terjadinya kecelakaan hingga mutlak minimum.
Menurut Sedarmayanti (2011:138), salah satu pencegahan kecelakaan dimulai
dengan pemeliharaan lingkungan kerja, lingkungan kerja yang buruk dapat menurunkan
derajat kesehatan dan daya kerja karyawan. Dengan demikian perlu ada upaya
pengendalian untuk mencegah, mengurangi bahkan menekan agar hal demikian tidak terjadi.
Menurut Ridley (2006:178), untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja perlu
dilakukan upaya menghilangkan bahaya yang ada pada tempat kerja, apabila tidak
dapat dihilangkan, tindakan pengendalian harus diimplementasikan untuk meminimalkan
resiko dari bahan-bahan kimia yang dihadapi pekerja. Tujuan utama tindakan-tindakan
pencegahan ini haruslah untuk melindungi seluruh karyawan perusahaan.
Ada beberapa prinsip pencegahan kecelakaan menurut Ridley (2006:113), yaitu:
1. Mengidentifikasi bahaya.
Dalam mengidentifikasi bahaya, meliputi teknik-teknik yang harus dilakukan, yaitu:
a. Melakukan inspeksi
b. Melalui patrol dan inspeksi keselamatan kerja
c. Laporan dari operator
d. Laporan dalam jurnal-jurnal teknis

2. Menghilangkan bahaya.
a. Dengan sarana-sarana teknis
b. Mengubah material
c. Mengubah proses

3. Mengurangi bahaya hingga seminim mungkin jika penghilangan bahaya tidak


dapat dilakukan.
a. Dengan saran teknis dan memodifikasi perlengkapan
b. Pemberian pelindung/kumbung
c. Pemberian alat pelindung diri (personal protective equipment)
d. Melakukan penelitian resiko residual.
e. Mengendalikan resiko residual.

Menurut Sedarmayanti (2011:133), tindakan pencegahan kecelakaan dapat dilakukan


diantaranya dengan program tri-E (program triple E) yang terdiri dari:

 Teknik (Engineering)
Adalah tindakan pertama yang melengkapi semua perkakas dan mesin dengan
alat pencegah kecelakaan (safety guards).

 Pendidikan (Education)
Adalah perlu memberikan memberikan pendidikan dan latihan kepada para
pegawai untuk menanamkan kebiasaan bekerja dan cara kerja yang tepat dalam
rangka mencapai keadaan yang aman (safety) semaksimal mungkin.
 Pelaksanaan (Enforcement)
Adalah tindakan pelaksanaan, yang memberi jaminan bahwa peraturan
pengendalian kecelakaan dilaksanakan. Selain itu upaya pencegahan kecelakaan
yaitu dengan memberikan pelatihan mengenai keselamatan dalam bekerja
kepada karyawan. Pelatihan dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan
kepada karyawan bahwa pentingnya keselamatan dalam bekerja sehingga tidak
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Menurut Moekijat (2010:76), Pelatihan adalah
sesuatu yang terusmenerus dilakukan, karena pendidikan seseorang itu pada
hakikatnya tidak pernah berakhir. Selalu ada sesuatu yang perlu dipelajari. Pelatihan
bagi karyawan dapat mendorong karyawan untuk bekerja terus dengan sebaik-
baiknya dan dapat membantu menambah hasil pekerjaannya.

Menurut Moekijat (2010:73), tujuan dari pelatihan karyawan adalah sebagai


berikut:
a. Karyawan baru diberi pelajaran mengenai apa yang diperlukan dalam jabatan tertentu
yang ia harus mengerjakannya sehingga ia dapat secepat-cepatnya memenuhi
standar hasil pekerjaan yang akan menambah nilainnya terhadap organisasi.
b. Pelatihan memungkinkan pegawai baru memperoleh pengetahuan lebih banyak dan
lebih luas, jadi berarti menambah kecakapan karyawan.
c. Jika karyawan telah diberi pelatihan sewajarnya, maka kecelakaan kerja yang tidak
baik dan kerusakan mesin-mesin dan perlengkapanperlengkapan lainnya dapat
diperkecil.
d. Pelatihan membantu karyawan menyesuaikan diri dengan metodemetode dan
proses-proses baru yang terus-terusan diadakan.
e. Pelatihan yang baik mengurangi rasa tidak puas, absensi dan perpindahan
karyawan, karena pelatihan membantu mempergunakan kecakapan seseorang
sepenuh-penuhnya, baik karyawan lama maupun karyawan baru.
Pelatihan karyawan tersebut tidak dapat dicapai apabila pemimpin tidak sadar akan
pentingnya pelatihan yang sistematis dan karyawan karyawan sendiri tidak sadar bahwa
mereka akan mendapat keuntungan dengan adanya pelatihan.
Beberapa upaya-upaya pencegahan kecelakaan juga dapat dilakukan dengan berbagai
cara, diantaranya adalah:

 Memberikan penanda dan isyarat keselamatan kerja Penanda dan isyarat.

Digunakan agar karyawan lebih mengetahui apa saja yang menjadi bahaya ditempat
kerja. Menurut Ridley (2006:98), untuk mencegah terjadinya kecelakaan maka
perusahaan perlu memberikan penanda dan isyarat keselamatan kerja. Penggunaan
papan penanda keselamatan yang benar di tempat kerja dapat:
a. Menggalakkan instruksi-instruksi dan aturan-aturan keselamatan kerja.
b. Memberikan informasi atas resiko dan tindakan pencegahan yang harus diambil.
Terdapat tiga kelompok penanda keselamatan yang dapat digunakan ditempat kerja
diantaranya yaitu:
a. Penanda keselamatan kerja yang digunakan untuk memberikan informasi
dalam kondisi kerja normal.
b. Penanda peringatan bahaya digunakan untuk mengidentifikasi beberapa
substansi berbahaya dan perlu dimasukkan sebagai bagian dari pelabelan
substansi-substansi berbahaya.
c. Papan Hazchem digunakan untuk memberikan peringatan dalam kondisi
darurat mengenai sifat substansi-substansi yang mungkin terlibat dalam
kebakaran atau kecelakaan di jalan raya. Untuk kendaraan transportasi
telah dilengkapi dengan sebuah kartu trem yang dipegang pengemudi.

 Memberikan pemahaman kepada karyawan untuk selalu berhati-hati dalam


bekerja,
Perusahaan harus memberikan pemahaman kepada karyawan bahwa pentingnya
bekerja dengan hati-hati agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Menurut Sedarmayanti (2011:125), untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
keselamatan kerja yaitu selalu berhati hati dalam bekerja dapat dilakukan dalam
beberapa cara yaitu:
a. Pengarahan singkat yang dilakukan oleh pihak perusahaan setiap hari sebelum
bekerja.
b. Memberi pengertian kepada karyawan mengenai cara bagaimana mereka harus
bekerja dengan benar, (tepat, cepat dan selamat).
c. Meyakinkan karyawan bahwa keselamatan kerja mempunyai dasar yang
sama pentingnya dengan kualitas/ mutu dan target.
d. Member pengertian kepada karyawan tentang cara pelaksanaan
pengamanan kerja tanpa disertai suatu peraturan.
e. Menginsyafkan diri sendiri beserta staf, bahwa kecelakaan kerja yang
mungkin dan telah terjadi, sebenarnya dapat dihindarkan. Jika karyawan
lebih dahulu mengetahuinya dan mau mencegah segera.
Perlu ditekankan bahwa cara kerja yang baik dan aman merupakan kebiasaan dan
dapat dikembangkan dengan kesadaran untuk selalu berhati-hati dalam bekerja.

 Memberikan Sanksi kepada karyawan yang melanggar peraturan keselamatan


dalam bekerja.

Sanksi diberikan kepada karyawan yang melanggar peraturan yang telah dibuat dan
disahkan perusahaan. Menurut Ridley (2006:74), beberapa langkah sanksi yang
diberikan kepada karyawan yang melanggar peraturan mengenai keselaman kerja
diantaranya adalah:
a. Memberikan peringatan lisan kepada pekerja dengan memberi kesempatan
untuk memperbaiki kesalahan, menawarkan pelatihan tambahan jika dipandang
perlu. Selain itu, berilah kesempatan pula kepada karyawan untuk
mengemukakan argumentasinya atau keluhannya.
b. Jika tidak ada perubahan dalam diri pekerja, perusahaan berhak mengeluarkan
surat peringatan pertama berikut pernyataan kemungkinan konsekuensinya jika
tidak diikuti, misalnya pemecatan.
c. Memberikan surat peringatan kedua yang mengulangi pernyataan yang diberikan
pada surat peringatan pertama.
d. Memberikan surat peringatan terakhir beserta pernyataan tentang kemungkinan
pemecatan.
e. Jika tidak juga ada perubahan, perusahaan dapat melakukan pemecatan
langsung kepada karyawan tersebut.

 Memberikan pemahaman agar karyawan mematuhi standar prosedur


keselamatan kerja
Perusahaan perlu memberikan pemahaman kepada karyawan agar karyawan dapat
lebih mengetahui dan memahami bahwa pentingnya mengikuti standar prosedur
keselamatan kerja agar dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja. UU No. 1
Tahun 1970 Bab VIII pasal 13 tentang Kewajiban dan Hak Kerja yang salah satunya
berbunyi: bahwa karyawan harus memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan.

 Memberikan perhatian lebih kepada karyawan yang kondisi tubuhnya


melemah
Perusahaan harus melindungi karyawannya dari masalah kondisi tubuh karyawan,
karena apabila karyawan kondisi tubuhnya sehat maka dapat bekerja dengan baik.
Menurut Sedarmayanti (2011:165), masalah kesehatan karyawan ada beraneka
ragam jenis dan sulit dihindari. Masalah tersebut dapat berkisar dari keadaan sakit
kecil sampai keadaan sakit serius berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
Beberapa karyawan memiliki masalah kesehatan emosional, masalah
alcohol/narkoba, masalah kronis, masalah yang tidak permanen, tetapi semua
masalah yang mempengaruhi operasi organisasional dan produktivitas karyawan.

Anda mungkin juga menyukai