Oleh :
Nama : M. Raihan Rakhadary
NRP : 0520040085
Kelas : K3-3C
Metode Prevention and Recovery Information System for Monitoring and Analysis
(PRISMA) adalah metoe yag dikembangkan untuk mengelola human error dalam kimia
industri proses, namun dalam dekade terakhir ini juga diterapkan di sektor transportasi,serta
di bidang Kesehatan. Tujuan metode PRISMA adalah untuk membangun database kuantitatif
insiden dan penyimpangan proses, untuk memfasilitasi pengembangan dan evaluasi strategi
pencegahan berbasis sistem. Tiga langkah utama yang dapat diidentifikasi dalam metode
PRISMA adalah pohon sebab akibat metode deskripsi insiden; klasifikasi akar masalah
dengan model klasifikasi Eindhoven (ECM); dan perumusan langkah struktural untuk
perbaikan
Sangat disayangkan kecelakaan tersebut bisa terjadi karena kekurangan dari pihak
manajemen PT Wilmar Nabati Indonesia. Pasalnya mereka sebagai pelaksanaan
pekerjaan kepada perusahaan lain tidak melaporkan perusahaan sub kontraktornya ke
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kota Dumai yang merupakan
pelanggaran terhadap Permenaker No. 19 Tahun 2012. Pihak manajemen baru
melaporkan setelah ada insiden kecelakaan kerja yang menimpa kedua pekerja
tersebut. Apalagi terkait dengan ketidakhadiran pengawas K3 yang memadai untuk
pekerjaan ketinggian dan absennya alat pengaman bagi para pekerja yang bekerja di
ketinggian tersebut yang diatur dalam Permenaker No. 9 Tahun 2016 tentang K3
Pekerjaan di Ketinggian.
CV Dwina Utama mengurus korban dan memenuhi hak bagi ahli waris sesuai
ketentuan yang berlaku dan dalam waktu secepatnya. Meskipun nyawa tidak bisa
ditukar dengan uang, setidaknya mereka harus meringankan beban keluarga yang
ditinggalkan oleh para korban. Sebanyak 10 saksi sudah diperiksa termasuk dari pihak
Wilmar Group sendiri. Pihak Wilmar Group Dumai terancam sanksi pidana karena
mengabaikan peraturan dan K3 yang berlaku, berupa sanksi kurungan atau denda.
Kecelakaan adalah suatu kejadian tidak terduga dan tidak di kehendaki yang
mengganggu suatu aktivitas atau pekerjaan yang telah diatur. Kecelakaan kerja
adalah suatu kejadian yang tidak dikendaki dan tidak terduga yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban
jiwa. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan,
karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, apalagi dalam
bentuk perencanaan. Kecelakaan adalah suatu kejadian tidak diinginkan, datang
secara langsung dan tidak terduga, yang dapat menyebabkan kerugian pada
manusia, perusahaan, masyarakat dan lingkungan.
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi dan
menyebabkan kerugian pada manusia dan harta benda, dimana ada tiga jenis
tingkatan kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan yaitu :
a. Accident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang bisa
menimbulkan kerugian baik manusia, maupun terhadap harta benda.
b. Incident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum
menimbulkan kerugian.
c. Near miss adalah kejadian hambir celaka, atau kejadian ini hampir
menimbulkan kejadian incident ataupun accident.
- Umur
Masa kerja adalah sesuatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja
bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif
maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja bila dengan
semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam
melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif
apabila dengan semakin lamanya masa kerja akan timbul kebiasaan pada
tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat
monoton atau berulang-ulang. Masa kerja dikategorikan menjadi tiga yaitu:
1. Masa Kerja baru : < 6 tahun
c. Tingkat pendidikan
Selain itu upaya pencegahan kecelakaan kerja juga perlu disediakan sarana
untuk menanggulangi kecelakaan di tempat kerja seperti penyediaan P3K,
penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat.
Menurut Smits, M., Groenewegen, P. P., Timmermans, D. R., van der Wal, G.,
& Wagner, C. (2009) Pendekatan sistem metode PRISMA mengasumsikan sistem
untuk kesalahan manusia dan model perilaku berbasis Keterampilan-Aturan-
Pengetahuan Rasmussen. Oleh karena itu, pendekatan sistem berfokus pada kondisi di
mana individu bekerja dan mencoba membangun pertahanan untuk mencegah
terjadinya kesalahan atau untuk mengurangi dampak buruknya, dan melindungi
pekerja dari bahaya lokal. Menurut Reason (2000) dalam Van der Schaaf, T. W., &
Habraken, M. M. P. (2005) Perbedaan lapisan pertahanan dapat dilihat sebagai model
‘Swiss Cheese’ yang memiliki banyak lubang. Metode ini menggambarkan sebuah
sistem dengan gambar keju Swiss yang berlubang – lubang dan ditaruh berjejer setelah
dipotong potong. Setiap lubang dari keju menggambarkan kelemahan manusia atau
sistem dan terus – menerus berubah bervariasi besar dan posisinya. Berbagai
kelemahan yang terkumpul akhirnya suatu saat bila membuat beberapa lubang yang
berada di garis lurus sehingga transparan yang menggambarkan sebuah kecelakaan
2.3 Komponen Preventive Recovery Information System For Monitoring
Analysis (PRISMA)
Menurut Van der Schaaf, T. W., & Habraken, M. M. P. (2005) Pendekatan
metode Preventive Recovery Information System For Monitoring Analysis
(PRISMA) terdiri dari tiga komponen utama, yaitu sebagai berikut:
Menurut Van Vuuren & Van der Schaaf (1995) Causal Tree berasal dari fault
tree. Causal tree digunakan untuk menampilkan aktivitas dan keputusan kritis
yang terjadi selama pengembangan peristiwa. Kegiatan dan keputusan ini
disajikan dalam urutan kronologis, dan menunjukkan perbedaan-perbedaan yang
muncul.Metode causal tree mirip dengan metode RCA (root cause Analysis).
Keduanya merupakan metode paling tua dan luas yang digunakan untuk
menganalisis penyebab dari kejadian buruk di sebuah industri.
Menurut Smits, M., Janssen, J., De Vet, R., Zwaan, L., Timmermans, D.,
Groenewegen, P., & Wagner, C. (2009) Model Eindhoven Classification Model
(ECM) of System Failure merupakan metode untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasi akar penyebab masalah kegagalan aktif dan kondisi laten
(teknis, organisasi, dan manusia).
Menurut Smits, M., Janssen, J., De Vet, R., Zwaan, L., Timmermans, D.,
Groenewegen, P., & Wagner, C. (2009) The Classification/ Action Matrix
merupakan keseluruhan klasifikasi dari urutan peristiwa yang tidak diinginkan
dan ditambahkan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan.
The Classification/ Action Matrix berupa grafis (misalnya, plot batang) yang
merepresentasikan dari kontribusi relatif file kategori faktor penyebab ECM.
Strategi pencegahan dapat diarahkan pada yang paling sering terjadi (kombinasi
dari) akar penyebab.
2.4 Langkah-langkah Preventive Recovery Information System For
Monitoring Analysis (PRISMA)
- Pada ‘failure side’ dapat menggunakan and gate (menampilkan sesuatu yang
benar-benar terjadi dan seluruh penyebab dibawah gate dibutuhkan untuk
menyebabkan event diatasnya) dan or gate (menampilkan sesuatu yang
mungkin terjadi dan jika salah satu penyebab hilang maka mungkin dapat
menyebabkan event).
- Pengerjaan dapat dimulai dari primary action kemudian mencari root cause
lalu menemukan root cause code.
- Dalam mengisi root cause code dibutuhkan tabel kategori ECM.
- Kemudian bagan tersebut dibagi menjadi 2 bagian yaitu planned (hal- hal
yang telah dilaksanakan tetapi kecelakaan kerja tetap terjadi) dan not planned
(hal- hal yang tidak ada dalam perencanaan dan menyebabkan terjadinya
kecelakaan)
- Kemudian membuat recovery side yang merupakan rangkuman dari root cause
Langkah ini dibuat dengan Causal Tree (Pohon Penyebab). Causal tree ini
digunakan untuk menyajikan aktivitas dan keputusan kritis yang terjadi selama
pengembangan insiden. Pada aktivitas ini menyajikan urutan kronologi dan
menunjukkan bagaiman aktivitas dan keputusanyang berbeda secara logis terkait
satu sama lain. Pohon penyebab menyatakan bahwa hampir semua nsiden
memiliki lebih dari satu penyebab dan meeka mengelompokkannya. Di bawah top
event dalam pohon penyebab terdapat 2 bagian yaitu failur side dan recovery side.
Failure side adalah kegagalan yang dialami suatu sistem dan recovery adalah
perbaikan sebuah kegagalan. Untuk mengetahui penyebab paling dasar dapat
dilakukan cara sebagai berikut :
1. Berhenti memperpanjang pohon bila tidak ada lagi fakta objektif yang
dapat dikemukakan.
- Bila failure side dan recovery side telah dibuat, maka langkah selanjutnya
yaitu membuat bagan ECM.
- Bagan ECM dibuat sesuai dengan kasus kecelakaan kerja yang dibahas Akar
masalah yang telah diidentifikasi pada step 1 selanjutnya diklasifikasikan
dengan menghubungkannya ke salah satu kategori model klasifikasi ECM.
Metode PRISMA didasarkan pada pendekatan sistem, yang membedakan dua
jenis eror yaitu active failure dan laten condition.
1. Kegagalan aktif
Kegagalan aktif adalah tindakan tidak aman yang diakukan oleh seorang
pekerja dengan kontak langsung terhadap sistem.
2. Kondisi yang tersembunyi
- Bila bagan ECM telah dibuat sesuai dengan kasus kecelakaan kerja yang
dibahas, bagan tersebut dimasukkan ke dalam klasifikasi matriks. Dalam
action matrix yang paling diminati dalam hal efektivitas yang diharapkan
untuk masing-masing tindakan kategori klasifikasi ditunjukkan dengan `X '.
Secara khusus, kolom terakhir adalah `tidak!' tindakan pengelolaan yang
tidak efektif, yang sering ditemui dalam praktik. Selain itu, kami menilai
validitas wajah dari rekomendasi yang dihasilkan dari matriks tindakan
klasifikasi, dengan mewawancarai seorang karyawan manajer risiko dari
perusahaan asuransi tentang kesesuaian rekomendasi kami dalam praktik.
Kode klasifikasi yang sudah didapat dari langkah ke 2 dapat dimasukkan ke dalam
data base. Tindakan perbaikan ada 7 yaitu :
1. Teknologi/Equipment: melakukan desain ulang hardware, software atau bagian
alat penghubung dari mesin.
2. Prosedur : melengkapi atau menngkatkan prosedur formal atau informa
KONTRATIMES.COM – RIAU/Dumai
Humas PT.Wilmar Bungkam terkait insiden meninggal dunia keDua orang pekerja Di PT
Wilmar Nabati Indonesia Pelintung Dumai, pada hari Jumat kemarin,hingga kini Marwan
selaku Humas tanpa ada kejelasan tentang bagaimana atau penyebab kedua pekerja nya telah
meninggal dunia,pada Sabtu (17/07/21).
Insiden kecelakaan kerja (laka kerja) di pabrik pengolahan CPO milik PT Wilmar Nabati
Indonesia (Wina), di Kawasan Industri Dumai (KID), Pelintung, Dumai, Jum’at , tanggal 16
Juli 2021,Kejadian sekira pukul 15 45 Wib., kemarin.
Belum di ketahui nasib keDua orang pekerja tersebut, apakah insiden kala itu ada pengawasan
atau mengunakan alat Sefty pekerja,– Red.
Seperti yang di langsir media detik12.com, kronologi awal pekerja,Akibat insiden laka kerja
itu, dinyatakan dua pekerja telah meninggal dunia, Salah seorang nya meninggal dunia
ditempat lokasi kejadian dan seorang korban sempat dilarikan ke rumah sakit akan tetapi nyawa
korban tidak sempat tertolong.
Hingga Informasi dari hasil yang diterima media ini, berawal pekerja,kedua korban terjatuh
dari ketinggian sekitar 30 meter saat hendak melakukan pekerjaan cleaning atau pembersihan
corong Splitter pabrik CPO PT Wina di KIP Medang Kampai, Kota Dumai tanpa ada
pengawasan dan alat sefty yang memadai.
Saat di konfirmasi Marwan selaku Humas melalui Via headphone Seluler belum ada jawaban
pasti tentang peryataan nya atau pun Relies nya terkait insiden kedua pekerja yang telah
meninggal dunia tersebut.
TIM media pun ,mencari Fakta kebenaran insiden kedua pekerja terkait data lengkap atas
kecelakaan kerja di areal perusahaan PT.Wilmar ,di bidang perusahaan minyak CPO itu ,pihak
Humas hingga kini belum juga ,ada penjelasan resmi soal kronologi atau penyebab kejadian
mewakili suaranya dipihak perusahaan bahwasanya kedua pekerja ada yang meninggal dunia di
lokasi pabrik PT.Wilmar Nabati Indonesia.
Marwan Selaku Humas PT.Wilmar Bungkam tanpa penjelasan sempat di hubunggi via
headphone seluler nya, tidak menjawab.
Tim media ini mencoba kembali menghubungi Humas Via WhatsApp, Siang tadi, Sabtu (17/7-
2021), humas Wilmar Group, Marwan,belum juga menjawab alias bungkam,diminta pihak
kepolisian Polres dumai untuk mengusut ,menyelidiki peristiwa dan penyebab kedua pekerja
hingga meregang nyawa atas kejadian insiden tersebut.
Hingga berita ini di terbitkan belum ada penjelasan resmi tentang peryataan humas setelah
meninggal dunia kedua pekerja nya
2. Jumlah Kerusakan
Secara umum jumlah kerusakan dapat didefinsikan sebagai kerusakan pada 3 hal
di tempat kerja yaitu sisi manusia, sisi mesin dan sisi lingkungan sekitar:
a. Sisi manusia : Kecelakaan tersebut menimbulkan dua pekerja tewas
karena keduanya terjatuh dari ketinggian 30m. Satu korban meninggal di
tempat, dan satu lagi sempat dibawa ke rumah sakit tapi nyawanya tidak
tertolong
b. Sisi mesin : Tidak ada kerusakan mesin
c. Sisi lingkungan : Tidak ada kerusakan lingkungan
3. Tipe Kecelakaan
Tipe kecelakaan karena terjatuh dari ketinggian.
4. Bahan Berbahaya
Lantai yang keras, platform untuk pekerjaan ketinggian yang kurang aman
4.1.2 ECM
Berdasarkan analisis dan investigasi kecelakaan menggunakan metode PRISMA,
berikut klasifikasi penyebab kecelakaan dengan menggunakan model klasifikasi
Eindhoven:
4.1.3 Klasifikasi Pemulihan
Dalam kasus faktor pemulihan yang hampir selesai juga dapat diidentifikasi. Kode
identifikasi yang digunakan untuk klasifikasi faktor pemulihan pada kasus kecelakaan
terjatuhnya dua pekerja PT WILMAR di Dumai adalah sebagai berikut:
4.2.2 Rekomendasi
Berdasarkan direct, indirect, dan basic cause:
a. Direct
Melakukan inspeksi alat yang kemungkinan rusak, memperbaiki bagian yang
rusak dan tidak layak pakai
b. Indirect
Manajemen memberikan safety patrol secara rutin
Memastikan pekerja bekerja sesuai kompetensi mereka
Memastikan pekerja bekerja dalam kondisi terbaik mereka dan tidak dalam
keadaan sakit
c. Basic Cause
Supervisor melakukan safety briefing sebelum pekerjaan dimulai
Supervisor melakukan inspeksi secara rutin
Memastikan pekerja bekerja sesuai SOP
Memastikan pekerja bekerja dengan menggunakan APD lengkap
Rekomendasi berdasarkan klasifikasi matriks tindakan ada beberapa hal antara lain:
1. Technical Factors
TM: Ada bagian scaffolding yang rusak
TC: Pemasangan scaffolding kurang tepat
a. Teknologi/Peralatan: Mengganti bagian scaffolding yang rusak dan tidak
layak pakai, memasang scaffolding sesuai ketentuan dan prosesdur yang benar
2. Organizational Factors
OC: Minimya budaya K3
a. Eskalasi: Melakukan evaluasi terhadap petinggi perusahaan agar lebih
mengerti penting K3 di tempat kerja dan kenapa supervisor dibutuhkan
OM: Tidak ada supervisor dan pengawas
a. Pelatihan: Memberikan pelatihan K3 secara rutin
b. Motivasi: Memberikan motivasi untuk melakukan pekerjaan dengan budaya
K3
c. Refleksi: Evaluasi dan selalu mengingatkan untuk melakukan pekerjaan
dengan aman
3. Human Factors
HKK: Pekerja tidak bekerja sesuai SOP
a. Prosedur: Memastikan pekerja bekerja sesuai SOP dengan melakukan
briefing dan safety patrol secara rutin
b. Informasi dan Komunikasi: Selalu mengingkatkan penting bekerja dengan
aman dan sesuai prosedur yang ada
HRQ: Pekerja tidak memiliki kompentensi untuk bekerja di ketinggian
a. Pelatihan: Memberikan pelatihan sertifikasi untuk pekerjaan di ketinggian
4. Other Factors
PRF: pekerja tidak bekerja dalam kondisi prima
a. Prosedur: Memberikan waktu istirahat sesuai ketentuan
b. Motivasi: Memberikan motivasi pekerja untuk bekerja dengan baik dan
semangat
Menurut hierarki pengendalian risiko, rekomendasi yang dapat diberikan antara lain:
a. Eliminasi
Tahap eliminasi tidak dapat dilakukan karena tidak ada sumber bahaya yang bisa
dihilangkan dalam kasus ini
b. Subtitusi
Penggantian alat yang sudah rusak, dan APD yang kurang memenuhi syarat untuk
diganti dengan yang lebih baik dan dalam kondisi siap pakai
c. Rekayasa Teknik
Pemasangan safety net untuk menahan pekerja yang mungkin saya terpeleset dan
jatuh dari ketinggian sehingga tidak langsung jatuh dan menghantam tanah
d. Pengendalian Administrasi
Waktu kerja dan istirahat pekerja harus lebih diperhatikan. Serta memastikan adanya
supervisor dan safety patrol selama pekerjaan berlangsung untuk memastikan para
pekerja sudah menggunakan APD dan melakukan pekerjaan sesuai SOP yang benar
agar terhindar dari risiko kecelakaan
e. APD
Menggunakan APD yang sesuai untuk pekerjaan di ketinggian seperti safety helmet,
body harness, safety shoes, safety gloves dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abaikan K3, Wilmar Group Dumai Pelintung Terancam Sanksi. (2021, Agustus 23). Retrieved
Agustus 31, 2021, from halloriau.com: https://www.halloriau.com/read-dumai-151486-2021-
08-23-abaikan-k3-wilmar-group-dumai-pelintung-terancam-sanksi.html
Ahmad, M., & Pontiggia, M. (2015). Modified Swiss Cheese Model to Analyse the Accidents.
Disnakertrans Dumai, Kasus Kecelakaan Kerja, PT Wilmar Abaikan Permenaker. (2021, Juli 19).
Retrieved Agustus 30, 2021, from SeRiau:
https://seriau.com/mobile/detailberita/43302/daerah/dumai/disnakertrans-dumai-kasus-
kecelakaan-kerja-pt-wilmar-abaikan-permenaker
Dua Orang Pekerja Meninggal di PT Wilmar Nabati Indonesia Pelintung Dumai, Humas Pilih Diam.
(2021, Juli 17). Retrieved Agustus 30, 2021, from KontrasTimes.com:
https://kontrastimes.com/dua-orang-pekerja-meninggal-di-pt-wilmar-nabati-indonesia-
pelintung-dumai-humas-pilih-diam/amp/
Primadewi, T., Widjasena, B., & Wahyuni, I. (2014). Faktor-Faktor Utama Penyebab Human Error
Dalam Kecelakaan Pada Operator Alat Berat Bergerak di Tambang Bawah Tanah PT.
Freeport Indonesia.
Putroadi, P., Nugroho, A., & Dhani, M. R. (2017). Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan
Metode Human Factor Analysis and Classification System di perusahaan Fabrikator Pipa.
The HFACS Framework. (2014). Retrieved 08 30, 2021, from HFACS Inc.: https://hfacs.com/
Wiegmann, D. A., & Shappell, S. A. (2000). A Human Error Approach to Aviation Accident Analysis.
Burlington: Ashgate Publishing Limited.