Anda di halaman 1dari 12

MODUL PERKULIAHAN

Perancangan
Sistem Kerja dan
Ergonomi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

07
Teknik Teknik Industri 190541004 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M

Abstract Kompetensi
Modul 7 ini menjelaskan tentang Mahasiswa diharapkan dapat
konsep K3, jenis-jenis kecelakaan menerangkan tentang konsep K3,
kerja, dan bagaimana tindakan jenis-jenis kecelakaan kerja, dan
preventif dari kecelakaan kerja bagaimana tindakan preventif dari
kecelakaan kerja
Pendahuluan

Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan mereka secara
efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan banyak terdapat
bahaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan
bagi pekerja dan produktivitas berkurang bagi perusahaan. Meskipun kenyataannya, para
pengusaha di seluruh dunia telah secara hati-hati merencanakan strategi bisnis mereka,
banyak yang masih mengabaikan masalah penting seperti keselamatan, kesehatan dan kondisi
kerja. Biaya untuk manusia dan finansial dianggap besar.
Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 374 juta kecelakaan di tempat kerja dan terlebih
lagi, 2,78 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Angka
menunjukkan, biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi. Dalam istilah ekonomi,
diperkirakan bahwa kerugian tahunan akibat kecelakaan kerja dan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan di beberapa negara dapat mencapai 4 persen dari produk
nasional bruto (PNB).

Biaya yang dikeluarkan akibat kecelakaan kerja dapat dilihat dalam paradigma biaya dalam teori
gunung es seperti pada Gambar 1. Teori gunung es merupakan sebuah teori yang menyampaikan
bahwa kerugian tidak terlihat yang timbul karena kecelakaan kerja lebih besar daripada kerugian
yang terlihat. Jenis kerugian diibaratkan gunung es, yang mana kerugian yang jelas atau dapat
dihitung merupakan hanya puncak gunung es yang terlihat dipermukaan laut, sedangkan kerugian
yang tidak tampak atau dampaknya tidak langsung berupa kerugian material layaknya seperti
badan gunung yang tersembunyi dalam air, yang besar justru melebihi puncaknya dan terus
membesar sampai dasar gunung.

Gambar 1. Teori Gunung Es

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


2 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
Kerugian yang timbul akibat adanya kecelakaan ada yang terlihat jelas atau berdampak jelas
berupa kehilangan material atau jiwa manusia dan kerugian lain yang dapat dihitung secara pasti.
Ada juga kerugian yang tidak jelas terlihat atau terasa dampaknya bahkan dampak kecelakaan
dirasakan setelah lama kejadian kecelakaan itu sendiri. Kerugian yang terbesar yang merupakan
kerugian yang tidak tergantikan adalah dampak atau kerugian yang tak jelas terlihat namun
berbeda, karena jenis kerugian ini adalah sesuatu resiko yang tidak dapat dialihkan ke perusahaan
asuransi. Seperti hilangnya kepercayaan masyarakat dan pencemaran nama baik akibat terjadinya
kegagalan atau kesalahan yang menimbulkan kecelakaan yang fatal.
Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Oregon Amerika (OREGONOSHA) membuat
model perhitungan biaya kecelakaan untuk menjual keselamatan dan kesehatan kerja kepada
perusahaan berdasarkan teori gunung es dalam K3. Perhitungan biaya kecelakaan dibagi menjadi
biaya langsung (indirect cost/insured cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost/uninsured
cost).
1. Biaya Langsung
Biaya langsung dari sebuah kecelakaan meliputi:
 Biaya-biaya yang diasuransikan oleh perusahaan
 Biaya perawatan di rumah sakit
 Biaya pengobatan
 Santunan Kematian
 Biaya kompensasi lain yang tidak diasuransikan
2. Biaya tidak langsung
 Biaya kerusakan peralatan, mesin, material dan fasilitas
 Hilangnya waktu produksi (akibat tindakan gawat darurat, kerusakan, kegagalan dalam
proses, produksi berhenti karena ditutup)
 Biaya kebakaran, biaya tindakan gawat darurat
 Keterlambatan dalam pengiriman produksi
 Biaya investigasi kecelakaan dan administrasi oleh petugas keselamatan yang meliputi
inspeksi, rapat, pembuatan laporan
 Waktu yang hilang selama kecelakaan berlangsung (waktu untuk melihat kejadian
kecelakaan, melakukan tindakan pertolongan pertama, pembersihan dari bekas-bekas
kecelakaan, perbaikan)
 Biaya lembur untuk menggantikan waktu produksi yang hilang
 Biaya training atau pelatihan pegawai baru
 Biaya pemeriksaan kesehatan pegawai baru
 Kerusakan bangunan

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


3 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
 Biaya dan waktu administratif
 Pengeluaran sarana/prasarana darurat
 Sewa mesin sementara
 Pembayaran gaji untuk waktu yang hilang karena kecelakaan
 Waktu administratif
 Biaya ekstra pengawasan
 Penurunan kemampuan tenaga kerja yang kembali karena cidera
 Kerugian bisnis dan nama baik

Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


“Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Edwin B. Flippo (1995), adalah
pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik), penentuan
kebijakan pemerintah atas praktek-praktek perusahaan di tempat-tempat kerja dan
pelaksanaan melalui surat panggilan, denda dan hukuman-hukuman lain.”

“Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenaga kerja, pada khususnya,
dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur.
Sedangkan secara keilmuan K3 diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

“Keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk pencegahan kecelakaan seperti cacat dan
kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam hubungannya dengan
perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja.
“Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa iklim yang aman dan
tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja dan manajemen.
(Suma’mur, 1992)”

“Pengertian keselamatan dan kesehatan kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I.
No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya perlindungan
yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja /perusahaan selalu dalam
keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien.”

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


4 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
Kesehatan Kerja
Kesehatan (Health) berarti derajat/ tingkat keadaan fisik dan psikologi individu (the degree of
physiological and psychological well being of the individual). Kesehatan Kerja, yaitu : suatu
ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja yang diwujudkan melalui pemeriksaan
kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi.

Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan pekerjaan yang


diselenggarakan oleh ILO di Linz Australia, dihasilkan beberapa definisi sebagai berikut :
a) Penyakit Akibat Kerja: penyakit akibat kerja ini mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari satu penyebab
(pekerjaan sebagai pencetus sakit atau penyakit). Pencegahan dapat dimulai dengan
pengendalian secermat mungkin pengganggu kesehatan atau pengganggu kerja.
b) Gangguan ini terdiri dari: 1) Beban kerja (berat, sedang, ringan, atau fisik, psikis, dan
sosial). 2) Beban tambahan oleh faktor-faktor lingkungan kerja seperti faktor fisik, kimia,
biologi, dan psikologi. 3) Kapasitas kerja, atau kualitas karyawan sendiri yang meliputi:
kemahiran, ketrampilan, usia, daya tahan tubuh, jenis kelamin, gizi,ukuran tubuh, dan
motivasi kerja.
c) Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan –Work related disease adalah penyakit
yang mempunyai beberapa agen penyebab, dimana faktor pada pekerjaan memegang
peranan bersama dengan faktor resiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang
mempunyai etiologi yang kompleks.
d) Penyakit yang mengenai populasi pekerja adalah penyakit yang terjadi pada populasi
pekerja tanpa adanya agen penyebab di tempat kerja, namun dapat diperberat oleh
kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Terdapat beberapa alasan yang mengungkapan pentingnya Sistem Manajemen K3 diterapkan
dalam suatu perusahaan/laboratorium. Berikut adalah argumentasi betapa pentingnya Sistem
Manajemen K3.
1) Alasan Manusiawi.
Membiarkan terjadinya kecelakaan kerja, tanpa berusaha melakukan sesuatu untuk
memperbaiki keadaan, merupakan suatu tindakan yang tidak manusiawi. Hal ini di
karenakan kecelakaan yang terjadi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi
‘20 Perancangan Sistem Kerja dan
5 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
korbannya (misalnya kematian, cacat/luka berat, luka ringan), melainkan juga
penderitaan bagi keluarganya. Oleh karena itu pengusaha atau sekolah mempunyai
kewajiban untuk melindungi pekerja atau siswanya dengan cara menyediakan
lapangan kerja yang aman.
2) Alasan Ekonomi.
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan kerugian ekonomi, seperti
kerusakan mesin, peralatan, bahan dan bangunan, biaya pengobatan, dan biaya
santunan kecelakaan. Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah
pencegahan kecelakaan, maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja,
kontraktor juga dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan.
3) Alasan UU dan Peraturan.
UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu organisasi bidang
keselamatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih banyak kecelakaan yang
terjadi, makin meningkatnya pembangunan dengan menggunakan teknologi modern,
pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat merupakan sumber
terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang konstruksi.
4) Nama Baik Institusi.
Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang baik dapat mempengaruhi
kemampuannya dalam bersaing dengan perusahaan lain. Reputasi atau citra
perusahaan juga merupakan sumber daya penting terutama bagi industry jasa,
termasuk jasa konstruksi, karena berhubungan dengan kepercayaan dari pemberi
tugas/pemilik proyek. Prestasi keselamatan kerja perusahaan mendukung reputasi
perusahaan itu, sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi keselamatan kerja yang baik
akan memberikan keuntungan kepada perusahaan secara tidak langsung.

Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain :
”Menurut Gary J. Dessler (1993), untuk sedapat mungkin memberikan jaminan kondisi kerja
yang aman dan sehat kepada setiap pekerja dan untuk melindungi sumber daya manusia.”
”Menurut Suma’mur (1992), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan kinerja.
b. Menjamin keselamatan orang lain yang berada di tempat kerja.

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


6 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.” ”Menurut
pendapat Suma’mur (1992), menyebutkan bahwa dalam aneka pendekatan keselamatan
dan kesehatan kerja antara lain akan diuraikan pentingnya perencanaan yang tepat,
pakaian kerja yang tepat, penggunaan alatalat perlindungan diri, pengaturan warna,
tanda-tanda petunjuk, label-label, pengaturan pertukaran udara dan suhu serta usaha-
usaha terhadap kebisingan.” ”Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.
463/MEN/1993, tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan
masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan
tercapai ; suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan
tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.”

Penyebab Kecelakaan
Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja dipandang sebagai bagian
tak terhindarkan dari produksi. Perusahaan berargumen bahwa kecelakaan yang terjadi
karena kesalahan tenaga kerja sendiri untuk menghindari kewajiban membayar kompensasi
kepada tenaga kerja. Pada Tahun 1931, H.W. Heinrich mengeluarkan suatu konsep yang
dikenal dengan Teori Domino. Konsep Domino memberikan perhatian terhadap kecelakaan
yang terjadi. Berdasar Teori Domino, kecelakaan dapat terjadi karena adanya kekurangan
dalam lingkungan kerja dan atau kesalahan tenaga kerja. Dalam perkembangannya, konsep
ini mengenal kondisi tidak aman (unsafe condition) dan tindakan tidak aman (unsafe
act).

Gambar Teori Domino

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


7 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
Mekanisme terjadinya kecelakaan kerja dinamakan dengan “Domino Sequence” yaitu
berupa :
1. Ancesetry and Social Environment.
Yakni pada orang yang keras kepala atau mempunyai sifat tidak baik lainnya yang
diperoleh karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan,
mengakibatkan seseorang bekerja kurang hati-hati, dan banyak berbuat kesalahan,
2. Fault of Person.
Merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungan tersebut diatas, yang
menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan,
3. Unsafe Act and or Mechanical or Physical Hazards
Tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya
rangkaian berikutnya,
4. Accident
Merupakan peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan umummya disertai oleh
berbagai kerugian
5. Injury.
Kecelakaan mengakibatkan cedera atau luka ringan atau berat, kecacatan, dan bahkan
kematian.

Kelima faktor ini tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika satu kartu jatuh,
maka kartu ini akan menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama.
Ilustrasi ini mirip dengan efek domino yang telah kita kenal sebelumnya, jika satu bangunan
roboh, kejadian ini akan memicu peristiwa beruntun yang menyebabkan robohnya bangunan
lain.

Perkembangan K3
Pada awal perkembangannya, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mengalami beberapa
perubahan konsep. Konsep K3 pertama kali dimulai di Amerika Tahun 1911 dimana K3 sama
sekali tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerjanya. Kegagalan terjadi
pada saat terdapat pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan bagi pekerja dan perusahaan.
Kecelakaan tersebut dianggap sebagi nasib yang harus diterima oleh perusahaan dan tenaga
kerja. Bahkan, tidak jarang, tenaga kerja yang menjadi korban tidak mendapat perhatian baik
moril maupun materiil dari perusahaan.

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


8 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
Pada awal pengelolaan K3, konsep yang dikembangkan masih bersifat kuratif terhadap
kecelakaan kerja yang terjadi. Bersifat kuratif berarti K3 dilaksanakan setelah terjadi
kecelakaan kerja. Pengelolaan K3 yang seharusnya adalah bersifat pencegahan (preventif)
terhadap adanya kecelakaan. Pengelolaan K3 secara preventif bermakna bahwa kecelakaan
yang terjadi merupakan kegagalan dalam pengelolaan K3 yang berakibat pada kerugian yang
tidak sedikit bagi perusahaan dan tenaga kerja. Pengelolaan K3 dalam pendekatan modern
mulai lebih maju dengan diperhatikannya dan diikutkannya K3 sebagai bagian dari
manajemen perusahaan. Hal ini mulai disadari dari data bahwa kecelakaan yang terjadi juga
mengakibatkan kerugian yang cukup besar.

Saat ini ada berbagai standar hukum nasional dan internasional tentang keselamatan dan
kesehatan kerja yang harus dipenuhi di tempat kerja. Standar-standar tersebut mencerminkan
kesepakatan luas antara pengusaha/pengurus, pekerja dan pemerintah bahwa biaya sosial dan
ekonomi dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus diturunkan.
Berikut beberapa standar yang dapat dipakai perusahaan, antara lain:
a. HASAS 18000/18001 Occupational Health and Safety Management Systems,
b. Voluntary Protective Program OSHA,
c. BS 8800,
d. Five Star System,
e. International Safety Rating System (ISRS),
f. Safety Map,
g. DR 96311
h. Aposho Standar 1000
i. AS/ANZ 4801/4804, dan
j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 (SMK3 yang berbentuk Peraturan
Perundang-Undangan)
k. OHSAS 18001

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Peran manajemen perusahaan sangat diperlukan terutama pada tahap pengendalian resiko,
karena pengendalian resiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan/sekolah dan hanya pihak manajemen yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Dari perjalanan perkembangan K3 semakin menyadarkan akan pentingnya K3
‘20 Perancangan Sistem Kerja dan
9 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
dalam bentuk manajemen yang sistematis dan mendasarkan agar dapat terintegrasi dengan
manajemen perusahaan yang lain.
Integrasi ini diawali dengan kebijakan dari perusahaan untuk menerapkan suatu Sistem
Manajemen K3 untuk mengelola K3. Sistem Manajemen K3 mempunyai pola Pengendalian
Kerugian secara Terintegrasi (Total Loss Control) yaitu sebuah kebijakan untuk
mengindarkan kerugian bagi perusahaan, property, personel di perusahaan dan lingkungan
melalui penerapan Sistem Manajemen K3 yang mengintegrasikan sumber daya manusia,
material, peralatan, proses, bahan, fasilitas dan lingkungan dengan pola penerapan prinsip
manajemen yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pemeriksaan (check), peningkatan
(action).
Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem kesehatan dan
keselamatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen , tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegerasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang nyaman dan efisien.

Selain itu penerapan Sistem Manajemen K3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri
kita antara lain :
Manfaat langsung:
 Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja
 Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja
 Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa
aman dalam bekerja.
Di samping itu juga, Sistem Manajemen K3 juga memiliki banyak manfaat tidak langsung
yakni:
 Meningkatkan image market terhadap perusahaan
 Menciptakan hubungan yang harmonis bagi karyawan dan perusahaan
 Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat
semakin lama

Alat Pelindung Diri


Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh karenanya, semua
perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan peralatan/perlengkapan
perlindungan diri atau Personal Protective Equipment. Kontrol manajemen konstruksi dapat
mengurangi ataupun mengeliminasi kondisi rawan kecelakaan. Walaupun teknik manajemen
‘20 Perancangan Sistem Kerja dan
10 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
dapat menjamin keselamatan, tetapi akan lebih aman jika digunakan Alat Perlindungan Diri
(APD).

Jika kecelakaan tetap terjadi setelah kontrol manajemen konstruksi diterapkan, yang harus
diperhatikan adalah mengkaji kelengkapan keamanan dan keselamatan. Peralatan keamanan
menyediakan keamanan dalam bekerja, jika peralatan ini tidak berfungsi dengan baik, maka
resiko terjadi kecelakaan pada pekerja besar. Beberapa bentuk dari peralatan perlindungan
diri telah memiliki standar di proyek konstruksi dan tersedia di pabrik ataupun industri
konstruksi. Helm pelindung dan sepatu merupakan peralatan perlindungan diri yang secara
umum digunakan para pekerja untuk melindungi diri dari benda keras. Di beberapa industri,
kacamata pelindung dibutuhkan. Kelengkapan peralatan perlindungan diri membantu pekerja
melindungi dari kecelakaan dan luka-luka.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pekerja enggan menggunakan peralatan perlindungan


diri antara lain :
a. Sulit, tidak nyaman, atau mengganggu untuk digunakan.
b. Pengertian yang rendah akan pentingnya peralatan keamanan.
c. Ketidakdisiplinan dalam penggunaan.
Alat pelindung diri guna keperluan kerja harus diidentifikasi, kondisi dimana alat pelindung
diri harus dikenakan, harus ditentukan, dan direncanakan secara sesuai, serta dirancang
meliputi training dan pengawasan untuk tetap terjamin.

REFERENSI

Adam. (2013). Analisis Keselamatan Kerja di Laboratorium. Retrieved from


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Mohammad%20Adam%20Jerusalem,%20
M.T./Modul%20Keselamatan%20dan%20Kesehatan%20Kerja.PDF

UAJY. (2008). Keselamatan Kerja. Retrieved from http://e-


journal.uajy.ac.id/3052/3/2TS11587.pdf

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


11 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
ILO. (2007). Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Retrieved from
http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-
jakarta/documents/publication/wcms_237650.pdf

Iridiastadi, H. dan Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Penerbit Rosda.

Sutalaksana, Iftikar. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Penerbit Institut Teknologi
Bandung

Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja, J. H. (2006). Teknik Tata Cara Kerja,
Jurusan Teknik Industri ITB, Bandung.

Yanto dan Ngaliman, B. (2017). ERGONOMI- Dasar-dasar Studi Waktu & Gerakan untuk
Analisis & Perbaikan Sistem Kerja. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Yassierli. Pratama, G. B., Pujiarti, D.A., Yamin, P. A. R. (2020). Ergonomi Industri. Penerbit
PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


12 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.

Anda mungkin juga menyukai