Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN SYOK HIPOVOLEMIK


DI RUANG IGD RSUP DR. SARDJITO

Tugas Mandiri
Stase Gawat Darurat

Disusun Oleh :
Tubagus Laka
17/4143895/KU/20076

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN,
KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
SYOK HIPOVOLEMIK

1. Pengertian
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ dan
oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguan kehilangan akut dari darah (syok
hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai keadaan.
Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah,
dan trauma maupun perdarahan karena obsetri.
Hypovolemic shock atau syok hipovolemik dapat didefinisikan sebagai
berkurangnya volume sirkulasi darah dibandingkan dengan kapasitas pembuluh darah
total. Hypovolemic shock merupakan syok yang disebabkan oleh kehilangan cairan
intravascular yang umumnya berupa darah atau plasma. Kehilangan darah oleh luka
yang terbuka merupakan salah satu penyebab yang umum, namun kehilangan darah
yang tidak terlihat dapat ditemukan di abdominal, jaringan retroperitoneal, atau
jaringan di sekitar retakan tulang. Sedangkan kehilangan plasma protein dapat
diasosiasikan dengan penyakit seperti pankreasitis, peritonitis, luka bakar dan
anafilaksis.
2. Etiologi

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume

plasma di intravaskuler. Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik),

trauma yang menyebabkan perpindahan cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non

fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti luka bakar dan diare berat.

Kasus-kasus syok hipovolemik yang paling sering ditemukan disebabkan oleh

perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik.

Perdarahan hebat dapat disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ-organ

tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan luka ataupun luka langsung pada

pembuluh arteri utama.

3. Patofisiologi

Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian pembuluh darah dan

menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan
curah jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan

beberapa kejadian pada beberapa organ.

a) Mikrosirkulasi

Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk

meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung

dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus

gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan

otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan

energi. Sehingga keduanya sangat bergantung akan ketersediaan oksigen dan nutrisi

tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi

kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rata-rata (mean arterial

pressure/MAP) jatuh hingga 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun drastis dan

fungsi sel di semua organ akan terganggu.

b) Neuroendokrin

Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan

kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons autonom tubuh yang

mengatur perfusi serta substrak lain.

c) Kardiovaskular

Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi)

ventrikel dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume

sekuncup. Curah jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan, adalah hasil kali

volume sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia menyebabkan penurunan

pengisian ventrikel, yang pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu

peningkatan frekuensi jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan

mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung.


d) Gastrointestinal

Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi

peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang mati

di dalam usus. Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta peningkatan

metabolisme dan bukan memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung.

e) Ginjal

Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi

terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak

terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan

pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media kontras

angiografi. Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan

garam dan air. Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen

meningkat untuk mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan

aldosteron dan vasopresin bertanggung jawab terhadap menurunnya produksi urin.

4. Manifestasi Klinis
Klasifikasi perdarahan berdasarkan persentase volume darah yang hilang :

a) Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%), Tidak ada komplikasi, hanya terjadi

takikardi minimal. Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan

frekuensi pernapasan. Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk

kehilangan darah sekitar 10%.

b) Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%), Gejala klinisnya, takikardi

(frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba

dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan anxietas ringan. Penurunan tekanan nadi

adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang menyebabkan peningkatan

resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah

diastolik.

c) Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%), Pasien biasanya mengalami

takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oligouria, dan perubahan

status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi. Pada pasien tanpa

cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah

yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik. Sebagian

besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian

darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.

d) Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%), Gejala-gejalanya berupa takikardi,

penurunan tekanan darah sistolik, tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik

tidak terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental

(kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat. Jumlah perdarahan ini akan

mengancam kehidupan secara cepat.


DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

DIAGNOSA NOC NIC


Ketidak efektifan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Nafas
bersihan jalan napas keperawatan selama 3x24
jam, diharapakan nyeri akut Aktivitas yang dilakukan :
Definisi :
berkurang dengan kriteria:  Lakukan fisioterapi dada,
Ketidakmampuan jika perlu
membersihkan sekret Bersihan Jalan Napas
 Lakukan penghisapan
atau obstruksi jalan Meningkat
1. Pasien memperlihatkan lendir
napas untuk
kepatenan jalan napas  Kaji dan pantau
mempertahankan jalan
napas tetap paten 2.Ekspansi dada simetris pernapasan, reflek batuk
3. Bunyi napas bersih saat dan sekresi
auskultasi
4. Tidak terdapat distress
pernapasan
Ganggun Ventilasi Ventilasi spontan DUKUNGAN VENTILASI
Spontan Setelah dilakukan asuhan Definisi: Pengumpulan dan
keperawatan selama analisis data pasien untuk
Definisi : penurunan 3x24 jam, diharapakan mencegah atau meminimalkan
cadanngan energi yang nyeri akut berkurang komplikasi neurologis.
mengakibatkan individu
dengan kriteria:
tidak bisa bernafas Aktivitas yang dilakukan :
secara adekuat 1. Penggunaan otot bantu  Pertahankan kepatenan
nafas
jalan nafas
2. Volume Tidal
3. PCO2  Berikan posisi semi
fowler atau fowler
 Fasilitasi mengubah
posisi senyaman
mungkin
 Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan

PEMANTAUAN RESPIRASI
 Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya
napas
 Monitor pola napas
 Monitor adanya produksi
sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai AGD

Risiko Syok Keparahan Syok: Pencegahan syok


definisi : Beresiko Hipovolemik: serebral
mengalami Setelah dilakukan asuhan  Observasi:
ketidakcukupan keperawatan selama 3x24  1)  Monitor
aliran darah ke  adanya respon kompensasi
jam, diharapakan nyeri akut awal syok (misalnya,
 jaringan tubuh, yang
berkurang dengan kriteria: tekanan darah normal, nadi
dapat mengakibatkan
Kriteria Hasil: melemah, hopotensti
disfungsi seluler ortoastatik ringan,perlamb
yang mengancam 1)  Tidak terjadi
 penurunan tekanan nadi atan pengisian kapiler,
 jiwa.   pucat/dingin
 perifer
  pada kulit, takipnea, mual
2)  Waktu muntah,
 pengisian kapiler kurang   peningkatan rasa haus, dan
dari 3 detik  kelemahan) 2)  Monitor
 adanya tanda awal reaksi
3)  
 Nadi tidak lemah alergi (misalnya rhinitis,
4)   Klien tidak mengi, dispnea, gatal- gatal
mengalami akral dingin, dan kemerahan, angiodema
lembab/basah   pada kulit, gangguan
5)   Klien tidak saluran
tampak pucat   pencernaan dll)
 3)  Monitor
6)  Klien tidak
 kemungkinan
mengalami   penyebab kehilangan cairan
 penurunan kesadaran (misalnya selang dada, luka,
kesadaran drainase nasogastrik,

Anda mungkin juga menyukai