NAMA KELOMPOK:
1. Muhammad Ilhaam (P17451211004)
2. Jovi Rama Putra (P17451211008)
3. Faisal Rizky Satya P. (P17451211009)
4. Inggit Wulan Hidayatt (P17451211012)
5. Nadila Septi Aliffia H. (P17451211013)
6. Errizqiemma Gading P. (P17451211014)
7. Vina Choirotul I. (P17451211015)
8. Silviana Dwi A. (P17451211019)
9. Dito Noer Qais (P17451211020)
10. Salsabila Nur Shafa (P17451211022)
11. Wasiatul Maghfiro (P17451211024)
12. Putri Aulia Salsabila (P17451211025)
13. Dwi Fatikha Sari (P17451211027)
14. Anita Nova Andriani (P17451211028)
15. Aditya Chandra Nugraha (P17451213031)
16. Chrisna Aprilleo Satria T. (P17451213036)
17. Dinda Syaf’iatul M. (P17451213038)
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Fieldtrip yang diadakan pada tanggal 13 Juni
2023 di salah satu fasyankes, yaitu Puskesmas Dinoyo, Malang - Jawa Timur ini dapat
terselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun bersama rekan-rekan kami. Seluruh isi laporan
ini disusun berdasarkan observasi kegiatan di tempat fasilitas pelayanan kesehatan secara
langsung, sosial media, internet, maupun sumber referensi berupa jurnal. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan kunjungan fasyankes ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang dapat membangun motivasi kami agar dapat
menjadi lebih baik dan lebih maju untuk masa yang akan datang. Karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang dapat
membangun motivasi kami agar dapat menjadi lebih baik dan lebih maju untuk masa yang akan
datang. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, Oleh karena itu, kami mengharap
kritik dan saran yang dapat membangun motivasi kami agar dapat menjadi lebih baik dan lebih
maju untuk masa yang akan datang. Harapan kami semoga laporan yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi kami dan para pembaca pada umumnya.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi, tuntutan pengelolaan program keselamatan kerja di fasilitas
pelayanan kesehatan semakin meningkat. Di bidang kesehatan dan keselamatan kerja,
kami berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman untuk
mengurangi kemungkinan kecelakaan/sakit akibat kerja akibat kelalaian, yang
menyebabkan demotivasi dan kurangnya produktivitas kerja.
Sebagai salah satu Puskesmas Pemerintah, Puskesmas merupakan tempat kerja
yang unik dan kompleks yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Semakin luas pelayanan dan fungsi kesehatan di Puskesmas, semakin kompleks pula
peralatan dan bahan yang diperlukan. Kompleksitas ini menimbulkan potensi risiko
yang sangat tinggi bagi Puskesmas, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, tetapi
juga bagi pengunjung Puskesmas. Bahaya yang mungkin terjadi di puskesmas: Selain
penyakit akibat kerja (PAK), ada kemungkinan bahaya lain yang mempengaruhi situasi
dan kondisi puskesmas, yaitu kecelakaan akibat kerja (KAK), kecelakaan terkait
instalasi listrik dan sumber cedera lainnya. Seperti radiasi, bahan kimia berbahaya, gas
anestesi, aspek psikososial dan ergonomi.
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, upaya kesehatan kerja
harus dilaksanakan di semua tempat kerja, terutama di tempat kerja yang berisiko
terhadap kesehatan, berisiko terkena penyakit, atau di tempat kerja yang jumlah
pekerjanya minimal 10 orang. Oleh karena itu, puskesmas harus melaksanakan program
kesehatan dan keselamatan kerja.
Agar pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja di Puskesmas dapat lebih efektif dan
efisien maka diperlukan pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan kerja bagi
pasien, pengunjung, pegawai dan lingkungan Puskesmas. Selain tuntutan akan
pelayanan dan perawatan yang berkualitas, puskesmas juga harus menjadi patient and
safety provider sehingga dapat melindungi pasien, pengunjung, staf dan masyarakat
sekitar puskesmas dari berbagai potensi bahaya.
2.2 IBPR
IBPR adalah singkatan dari Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan
Pengendalian, yang merupakan proses untuk mengidentifikasi sema bahaya / aspek dan
menilai tingkat risiko / dampak dari bahaya / aspek yang ada di tempat kerja, serta
menetapkan kontrol pengendalian. IBPR dilaksanakan sebelum memulai penerapan
dan operasi kegiatan, dan terdiri dari beberapa kegiatan konstruksi yang disusun
menurut konsep item pelaksanaan dengan potensi bahaya yang bisa terjadi. IBPR juga
dikenal dengan istilah lain seperti HIRADC, HIRARC, atau JSA.
2.4 Temuan
Dalam melakukan pengamatan terdapat temuan positif dan temuan negatif. Temuan
positif adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan diuji selama
melaksanakan tugas atas kegiatan tertentu yang disajikan secara analitis menurut unsur-
unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut ISO 9000, Temuan positip dan temuan negatif dapat mengindikasikan,
baik kesesuaian ataupun ketidaksesuaian dengan kriteria atau peluang perbaikan.
Pengertian ketidaksesuaian sendiri adalah penyimpangan melalui bukti obyektif atas
kriteria audit yang ditetapkan harus menginvestigasi untuk menentukan secara tepat kriteria
audit yang dilanggar dan menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan. Terdapat 3 ciri
temuan audit yang dikategorikan baik, yaitu : Temuan audit harus didukung oleh bukti yang
memadai Temuan audit harus penting (material) Temuan audit harus mengandung unsur
temuan (kondisi, kriteria, dan sebab akibat) Temuan audit harus didukung oleh bukti yang
memadai
BAB III
Pembahasan
3.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
Poli Kia
Pada proses kerja yang terdapat di poli KIA yaitu kegiatan menginput data.
Bahaya yang teridentifikasi merupakan bahaya fisik berupa paparan radiasi
komputer, yang dapat dapat menyebabkan kelelahan mata dan gangguan mata
lainnya. Didapatkan hasil perkalian tingkatan risiko yaitu 4 dengan deskripsi
Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun risiko pengendalian yang dapat
dilakukan yaitu mengatur jarak pandang mata 50-100 cm dari komputer, serta
mengatur kecerahan monitor, sesuaikan dengan pencerahan yang ada di ruang
kerja.
Proses kerja kedua yang terdapat pada poli KIA yaitu kegiatan suntik KB dan
Imunisasi. Bahaya yang teridentifikasi merupakan bahaya fisik yang berupa
tertusuk jarum suntik, yang mengakibatkan terluka dan tertular penyakit jika jarum
suntik bekas pasien yang memiliki penyakit menular. Didapatkan hasil perkalian risiko
yaitu 4 dengan deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun pengendalian
yang dapat dilakukan sebagai berikut; membuang jarum bekas langsung ke
dalam kontainer yang sudah disediakan dan membuang kontainer jarum jika
sudah terisi 2/3 , menggunakan baki saat memberikan benda tajam, petugas
kesehatan wajib sudah vaksin penyakit menular misal ; hepatitis B
Poli Umum
Proses kerja pertama yang terdapat di poli umum adalah kegiatan konsultasi.
Kegiatan ini dilakukan di tempat sempit dengan pasien yang banyak sehingga
menimbulkan bahaya psikososial yang menyebabkan stress kerja
mengakibatkan konsentrasi pekerja terganggu. Dari kegiatan ini didapatkan
hasil perkalian risiko yaitu 4 dengan deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah.
Adapun pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur sistem
antrean pasien serta memperluas ruangan kerja.
Proses kerja yang kedua yang erdapat di poli umum adalah kegiatan menginput
data. Bahaya yang teridentifikasi merupakan bahaya fisik berupa paparan
radiasi komputer, yang dapat dapat menyebabkan kelelahan mata dan gangguan
mata lainnya. Didapatkan hasil perkalian tingkatan risiko yaitu 4 dengan
deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun risiko pengendalian yang
dapat dilakukan yaitu mengatur jarak pandang mata 50-100 cm dari komputer,
serta mengatur kecerahan monitor, sesuaikan dengan pencerahan yang ada di
ruang kerja.
Proses kerja ketiga yang terdapat pada poli umum adalah kegiatan menyuntik
pasien. Bahaya yang teridentifikasi merupakan bahaya fisik yang berupa
tertusuk jarum suntik, yang mengakibatkan terluka dan tertular penyakit jika jarum
suntik bekas pasien yang memiliki penyakit menular. Dari kegiatan ini idapatkan hasil
perkalian risiko yaitu 4 dengan deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun
pengendalian yang dapat dilakukan sebagai berikut; membuang jarum bekas
langsung ke dalam kontainer yang sudah disediakan dan membuang kontainer
jarum jika sudah terisi 2/3 , menggunakan baki saat memberikan benda tajam,
petugas kesehatan wajib sudah vaksin penyakit menular misal ; hepatitis B
Poli Gigi
Proses kerja yang terdapat pada poli gigi adalah kegiatan tindakan cabut, tambal, dan
scaling gigi. Bahaya yang teridentifikasi adalah bahaya fisik berupa getaran yang terus
menerus dari peralatan yang digunakan yang mengakibatkan kebas serta gangguang
sistem peredaran darah. Dari kegiatan ini idapatkan hasil perkalian risiko yaitu 4 dengan
deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun pengendalian yang dapat dilakukan
sebagai berikut; Mendesain ulang alat-alat yang bergetar untuk meminimalisasi
paparan pada tangan dan lengan, menggunakan dampling (peredam getaran), tidak
menggunakan alat lebih dari 2 jam selama proses gigi.
Radiologi
pada proses kerja menulis laporan terdapat bahaya ergonomi yaitu postur kerja yang
janggal yang dapat menyebabkan gangguan otot, tulang, dan rangka. saran rekomendasi
yaitu menyesuaikan letak meja dan kursi kerja sesuai dengan ukuran tubuh pekerja.
Area Parkir
pada proses kerja pemindahan motor oleh petugas parkir wanita terdapat bahaya
ergonomi yaitu beban kerja yang tidak sesuai dengan postur pekerja yang menyebabkan
musculoskeletal disorder. saran rekomendasinya yaitu mengganti petugas parkir yang
mampu memindahkan motor sesuai dengan kemampuannya dan mengganti sistem
parkir manual menjadi sistem parkir.
Pendaftaran
Pada proses kerja pendataan pasien dan kasir terdapat bahaya fisik yaitu terpajangan
sinar matahari dan kabel berserakan yang menyebabkan kelelahan mata dan tersengat
listrik. saran rekomendasinya yaitu :
jaga jarak komputer dengan mata minimal 50 cm
atur posisi monitor, sehingga atas monitor sejajar dengan mata
atur pencahayaan pencahayaan sehingga tidak ada pantulan cahaya yang
menyilaukan
setiap 2-3 jam, beristirahat sekitar 5 menit untuk mencegah kelelahan mata dan
badan dari radiasi
menyusun kabel secara rapi agar tidak terjadi konsleting
Ruang Ispa
Berikut adalah analisis bahaya dan konsekuensinya serta rekomendasi pengendalian
pada ruang ispa
menangani pasien, terdapat bahaya biologi yaitu tertular penyakit pasien melalui
droplet yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit dari pasien. saran
rekomendasinya yaitu memastikan ruangan dalam kondisi baik, menerapkan PHBS,
dan melakukan medical check-up
Ruang Rekam Medis
Pada saat pencatatan data pasien terdapat dua bahaya yaitu bahaya ergonomi dan
bahaya fisik.
bahaya ergonomi yaitu pada saat mencari dan mengumpulkan berkas di loker
yang tinggi, menarik alat yang digunakan untuk mengirim berkas, dan posisi
kerja janggal yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder. Saran
rekomendasinya yaitu menggunakan kursi yang dapat di adjust, selalu
memastikan beban yang ditarik tidak berlebihan, dan menggunakan alat bantu
untuk mengambil barang yang tidak terjangkau.
Sedangkan pada bahaya fisik yaitu radiasi komputer yang dapat menyebabkan
kelelahan mata. Saran rekomendasinya yaitu kalibrasi pengaturan cahaya
monitor dan jaga jarak pandangan, menggunakan anti radiasi, dan pengalihan
mata dari monitor
Ruang Promkes
Pada ruang promkes tidak terdapat proses kerja hanya dijadikan ruang untuk istirahat
pekerja namun terdapat bahaya psikososial yaitu meja antar pekerja yang tidak ada
sekat karena terbatasnya ruangan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
menambah stress kerja. Saran rekomendasinya yaitu memberikan sekat antar meja
pekerja tetap memiliki privasi dan selalu menjaga kebersihan dan kenyamanan
bersama.
Ruang TU
Pada ruang TU terdapat proses kerja yaitu pengolahan data. Dimana proses kerja ini dilakukan
oleh beberapa pekerja dalam 1 ruangan. Ruangan TU cukup luas namun dipenuhi oleh berkas-
berkas administrasi yang banyak. Bahaya yang teridentifikasi ialah bahaya fisik berupa
tumpukan barang berlebih di meja dan lemari sehingga mempunyai potensi pekerja sulit
bergerak bebas. Selain itu, pintu laci berkas sulit terbuka dengan maksimal karena terhalang
benda lain. Beberapa bahaya tersebut berpotensi mengakibatkan pekerja terbentur
menimbulkan luka memar, gores, lecet; pekerja tertimpa barang yang ditata kurang rapi; dan
terjepit laci berkas pada saat mengambil barang di dalamnya. Pengendalian yang dapat
dilakukan ialah penerapan 5R. Ringkas dengan memilah barang yang sering digunakan atau
jarang digunakan. Dan rapi dengan pengaturan visual supaya peralatan teratur dan dapat
berfungsi dengan baik
Gudang Stok Barang
pada saat mencari barang yang dibutuhkan terdapat bahaya ergonomi yaitu menggapai
barang di loker yang tinggi tanpa bantuan alat dan postur tubuh janggal yang dapat
menyebakan muskuloskeletal disorder. saran rekomendasinya yaitu :
Pengadaan pesawat sederhana
pengecekan secara berkala alat yang digunakan untuk membantu petugas
gudang meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan
selalu memastikan mengangkat/mengambil barang sesuai kemampuan pekerja
dan tidak melebihi beban
Apotek
Berikut adalah analisis bahaya dan konsekuensinya beserta rekomendasi pengendalian
pada Apotek
Pada saat meracik obat terdapat bahaya kimia yaitu terpapar bahan kimia yang
dapat mengakibatkan penyakit kulit dan gangguan pernafasan. saran
rekomendasinya yaitu menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan
pada saat memanggil pasien terdapat bahaya ergonomi yaitu posisi posisi
duduk/tempat duduk yang kurang ergonomis yang mengakibatkan
musculoskeletal disorder. saram rekomendasinya yaitu melakukan peregangan
saat bekerja, dan menggunakan kursi yang ergonomis.
Laboratorium
pada saat mengambil sample terdapat bahaya biologi yaitu terkene tumpahan sample
yang dapat mengakibatkan terpapar virus dan iritasi pada kulit. saran rekomendasinya
yaitu menggunakan APD sesuai SOP yang telah ditentukan, membuang limbah sample
ke tempat yang telah disediakan dan mengolahnya dengan baik dan benar
Toilet
pada saat membersihkan toilet terdapat bahaya biologi dan bahaya kimia. pada bahaya
biologi yaitu terpapar virus, bakterti, dan jamur sedangkan pada bahaya kimia yaitu
terpapar bahan kimia dari detergen pembersih toilet. Hal tersebut dapat mengakibatkan
terjangkit penyakit kulit, gatal-gatal, dan alergi. saran rekomendasinya yaitu
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana dalam proses pembersihan toilet sehingga
bisa meminimalisir petugas untuk tidak kontak langsung dengan toilet
Ruang Laundry
Berikut adalah analisis bahaya dan konsekuensinya beserta rekomendasi pengendalian
pada proses kerja mencuci pakaian
Bahaya Fisik :
terpapar debu, suhu panas diarea kerja karena terbatasnya area menjemur yang dapat
mengakibatkan batuk, bersin, dermatitis kontak alergen, dan menimbulkan kondisi
folikulitis infeksi jamur. saran rekomendasinya yaitu ruangan dilengkapi ventilasi agar
mendapat pergantian udara
Bahaya Kimia :
terhirupnya zat kimia pada detergen yang dapat mengakibatkan efek pusing, mual serta
iritasi pada kulit. saran rekomendasinya yaitu memberi dengan takaran yang cukup dan
memakai maker saat bekerja
Bahaya Ergonomi :
pekerjaan statis dalam waktu yang lama yang dapat mengakibatkan gangguan otot dan
tulang serta nyeri pada pinggang. saran rekomendasinya yaitu melakukan peregangan
otot dan menjalankan shift kerja dengan benar
Ruang Pasca Lahiran
berikut adalah analisis bahaya dan konsekuensinya beserta dengan rekomendasi
pengendalian pada beberapa proses kerja di ruang pasca lahiran seperti memeriksa,
tensi, menulis, melakukan tindakan, dan merawat pasien pasca lahiran
Bahaya Fisik :
benda tajam dari alat suntik dan partus set yang dapat mengakibatkan tertusuk jarum
dan tersayat, saran rekomendasi pengendaliannya yaitu dengan menyediakan tempat
khusus limbah infeksius
tingkat pencahayaan ruangan kurang yang dapat mengakibatkan kelelahan mata. Saran
rekomendasinya yaitu pencahayaan diatur sesuai dengan standar yang telah ditentukan
Bahaya Ergonomi :
postur tubuh yang janggal saat bekerja, membuat laporan secara manual dalam waktu
yang cukup lama,keterbatasan ruang kerja, dan penempatan peralatan kerja yang
kurang ergonomis yang dapat mengakibatkan kelelahanserta gangguan otot tulang dan
rangka. Saran rekomendasinya yaitu melakukan peregangan otot dan mendesain kursi
pekerja secara ergonomis
A. Ketersediaan dokumen
B. Penyimpanan B3
C. Petugas
D. Pengetahuan
E. Peralatan safety
Tidak tersedia fasilitas eye shower untuk pertolongan pertama bagi petugas
yang menangani limbah B3. Tersedia APD, spill kit dan petunju/arah evakuasi.
APAR tersedia tetapi terdapat catatan, APAR dalam kondisi tidak layak pakai
karena dalam kurun waktu yang lama tidak dilakukan pengecekan dan juga
kondisi tabung yang berkarat pada safety pin dan handle tuas.
Manajemen limbah B3
A. A. Tempat
Tempat Pembuangan
Pembuangan Limbah
Limbah B3 B3
Tempat limbah B3 berupa dirigent/plastik/bin dan terdapat simbol/label limbah
B3
Mengganti petugas
5. Area Parkir Ergonomi Beban kerja Petugas parkir Musculoskeletal 3 1 M parkir yang mampu
yang tidak wanita Disorders memindahkan motor
Pemindahan sesuai dengan sesuai dengan
motor oleh postur pekerja kemampuannya.
petugas parkir Mengganti sistem
wanita parkir manual
menjadi sistem
parkir
Jaga jarak
6. Pendaftaran Fisik Terpajan sinar Petugas Menyebabkan 2 2 L komputer dengan
radiasi administrasi kelelahan mata mata, minimal 50
Pendataan cm
Pasien Kabel Tersengat aliran Atur posisi monitor,
berserakan listrik sehingga atas
Kasir
monitor sejajar
dengan mata.
Atur pencahayaan
sehingga tidak ada
pantulan cahaya
yang menyilaukan.
Setiap 2-3 jam,
beristirahat sekitar 5
menit untuk
mencegah kelelahan
mata dan juga badan
dari radiasi
Menyusun kabel
secara rapi agar tidak
terjadi konsleting
Pencatatan Ergonomi Penulisan surat Petugas Gangguan Otot 3 2 M Mendesain ulang tata letak
dokumen kesehatan administrasi Tulang Rangka kerja dan mengganti kursi
dikarenakan Akibat Kerja kayu dengan kursi yang lebih
tingginya ergonomis
jumlah
pengunjung
Memastikan ruangan
7. Ruang ISPA Biologi Tertular Petugas yang Dapat tertular 3 2 M dalam kondisi baik.
penyakit berada di ruang penyakit dari Menerapkan PHBS
menangani pasien melalui ISPA pasien Melakukan medical
pasien droplet Check Up secara
berkala.
Menggunakan APD
Posisi kerja
yang janggal
Kalibrasi pengaturan
Fisik Radiasi Petugas Kelelahan Mata 4 1 L cahaya monitor dan jaga
komputer Rekam jarak pandangan
Medis menggunakan anti
radiasi
Pengalihan mata dari
monitor
Memberikan sekat antar
11. Ruang Promkes Psikososial Meja antar Petugas Ketidaknyamanan 2 1 L meja pekerja agar
pekerja yang promkes pekerja tetap memiliki
Tidak ada tidak ada sekat Menambah stress privasi masing-masing
pelayanan hanya karena kerja Selalu menjaga
untuk istirahat terbatasnya kebersihan dan
pekerja ruang kenyamanan bersama
Kalibrasi pengaturan
11. Ruang TU Fisik Radiasi Petugas TU 4 1 L cahaya monitor dan jaga
Komputer jarak pandangan
Kegiatan surat menggunakan anti
menyurat radiasi
Pengalihan mata dari
Mengetik monitor
Menulis
Pengadaan pesawat
12. Gudang stok Ergonomi Menggapai Petugas Musculoskeletal 4 1 L sederhana
barang barang di loker Disorder Pengecekan secara
yang tinggi berkala alat yang
Mencari barang tanpa bantuan digunakan untuk
yang dibutuhkan alat membantu petugas
gudang untuk
Postur tubuh meminimalisir
yang janggal terjadinya hal yang tidak
diinginkan
Selalu memastikan
mengangkat/mengambil
barang sesuai
kemampuan pekerja dan
tidak melebihi beban.
13. Apotek apoteker
Ergonomi Musculoskeletal 1 2 L
posisi Disorde melakukan pregangan saat
Memanggil duduk/tempat bekerja, menggunakan kursi
pasien duduk yang yang ergonomis
kurang
ergonomis
No Proses Kerja Bahaya yang Deskripsi Pekerja Konsekuensi Penilaian Level Rekomendasi Penanggung
yang Risiko Tindakan
Teridentifikasi Bahaya terpajan P C Risiko Pengendalian Jawab
Tambahan
14. Laboratorium
3
mengambil Biologi terkena tumpahan petugas iritasi padakulit 2 M menggunakan APD sesuai
sample sample, terpapar laboratorium Sop yang telah di tentukan,
virus membuang limbah sample
ke tempat yang telah di
tentukan dan mengolah
dengan baik dan benar.
15. Toilet Biologi dan Terpapar virus, Petugas Terjangkit 3 2 M Meningkatkan kualitas
fisik bakteri, dan jamur kebersihan penyakit kulit, sarana dan prasarana dalam
Membersihkan serta terpapar bahan gatal-gatal, alergi proses pembersihan toilet
toilet kimia dari detergen dan juga bisa sehingga bisa
pembersih toilet sakit perut. meminimalisir petugas
untuk tidak berkontak
langsung dengan toilet.
Ruangan
16. Ruang Lundry Fisik Terpapar debu, Petugas Dapat 2 2 L dilengkapi
suhu panas diarea laundry mengakibatkan ventilasi agar
mencuci kerja karena batuk, bersin, mendapat
pakaian terbatasnya area dermatitis kontak pergantian udara.
menjemur alergen,
menimbulkan
kondisi folikulitis
infeksi jamur
Memberi dengan
. Kimia Terhirupnya zat Petugas Dapat 2 1 L takaran yang cukup
kimia pada Laundry memberikan efek Memakai Masker
detergen pusing, mual, saat melakukan
serta iritasi pada Proses kerja
kulit
Melakukan
Ergonomi Pekerjaan statis Petugas Dapat 4 1 L peregangan otot.
dalam waktu yang Laundry menyebabkan menjalankan shift
lama gangguan otot kerja secara benar.
dan tulang, serta
nyeri pada
pinggang
Ada Tidak
1 SPO Penggunaan B3 ✔
2 MSDS masing-masing B3 ✔
Penyimpanan B3
4 Bahan kimia mudah terbakar disimpan di ruang tahan api (fire proof ✔ Tidak ada
cabinets) label/simbol
✔
5 Pemberian simbol dan label pada ruang penyimpanan dan lemari
penyimpanan
✔
Tanggal kadaluarsa tertulis pada wadah
B3
7
Simbol/label direkatkan dengan baik, tidak robek atau rusak ✔
✔
Simbol/label sesuai dengan karakteristik
9
B3
10
✔
11 MSDS tersedia lengkap sesuai dengan jenis B3 di tempat penyimpanan
Petugas
1 ✔
Petugas menggunakan APD lengkap
Pengetahuan
✔
4 Petugas mengetahui bagaimana memberikan pertolongan pertama apabila terjadi
kecelakaan kerja
7 Instruksi kerja
Peralatan Safety
✔
5 Terdapat petunjuk / arah evakuasi
MANAGEMEN LIMBAH B3 Tempat Pembuangan Limbah B3
http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1504000005/14._BAB_II_.pdf
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/196/peraturan-pemerintah-nomor-18-tahun-1999/document diakses 12 Juli 2023