Anda di halaman 1dari 49

Laporan Kunjungan Fasyankes Puskesmas Dinoyo

Dosen Pengampu : Nafilatul Fitri, SST., M.K.K.K

NAMA KELOMPOK:
1. Muhammad Ilhaam (P17451211004)
2. Jovi Rama Putra (P17451211008)
3. Faisal Rizky Satya P. (P17451211009)
4. Inggit Wulan Hidayatt (P17451211012)
5. Nadila Septi Aliffia H. (P17451211013)
6. Errizqiemma Gading P. (P17451211014)
7. Vina Choirotul I. (P17451211015)
8. Silviana Dwi A. (P17451211019)
9. Dito Noer Qais (P17451211020)
10. Salsabila Nur Shafa (P17451211022)
11. Wasiatul Maghfiro (P17451211024)
12. Putri Aulia Salsabila (P17451211025)
13. Dwi Fatikha Sari (P17451211027)
14. Anita Nova Andriani (P17451211028)
15. Aditya Chandra Nugraha (P17451213031)
16. Chrisna Aprilleo Satria T. (P17451213036)
17. Dinda Syaf’iatul M. (P17451213038)

Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Jurusan Promosi Kesehatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
2023
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Fieldtrip yang diadakan pada tanggal 13 Juni
2023 di salah satu fasyankes, yaitu Puskesmas Dinoyo, Malang - Jawa Timur ini dapat
terselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun bersama rekan-rekan kami. Seluruh isi laporan
ini disusun berdasarkan observasi kegiatan di tempat fasilitas pelayanan kesehatan secara
langsung, sosial media, internet, maupun sumber referensi berupa jurnal. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan laporan kunjungan fasyankes ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang dapat membangun motivasi kami agar dapat
menjadi lebih baik dan lebih maju untuk masa yang akan datang. Karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang dapat
membangun motivasi kami agar dapat menjadi lebih baik dan lebih maju untuk masa yang akan
datang. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, Oleh karena itu, kami mengharap
kritik dan saran yang dapat membangun motivasi kami agar dapat menjadi lebih baik dan lebih
maju untuk masa yang akan datang. Harapan kami semoga laporan yang kami buat ini dapat
bermanfaat bagi kami dan para pembaca pada umumnya.
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi, tuntutan pengelolaan program keselamatan kerja di fasilitas
pelayanan kesehatan semakin meningkat. Di bidang kesehatan dan keselamatan kerja,
kami berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman untuk
mengurangi kemungkinan kecelakaan/sakit akibat kerja akibat kelalaian, yang
menyebabkan demotivasi dan kurangnya produktivitas kerja.
Sebagai salah satu Puskesmas Pemerintah, Puskesmas merupakan tempat kerja
yang unik dan kompleks yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Semakin luas pelayanan dan fungsi kesehatan di Puskesmas, semakin kompleks pula
peralatan dan bahan yang diperlukan. Kompleksitas ini menimbulkan potensi risiko
yang sangat tinggi bagi Puskesmas, tidak hanya bagi pasien dan tenaga medis, tetapi
juga bagi pengunjung Puskesmas. Bahaya yang mungkin terjadi di puskesmas: Selain
penyakit akibat kerja (PAK), ada kemungkinan bahaya lain yang mempengaruhi situasi
dan kondisi puskesmas, yaitu kecelakaan akibat kerja (KAK), kecelakaan terkait
instalasi listrik dan sumber cedera lainnya. Seperti radiasi, bahan kimia berbahaya, gas
anestesi, aspek psikososial dan ergonomi.
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, upaya kesehatan kerja
harus dilaksanakan di semua tempat kerja, terutama di tempat kerja yang berisiko
terhadap kesehatan, berisiko terkena penyakit, atau di tempat kerja yang jumlah
pekerjanya minimal 10 orang. Oleh karena itu, puskesmas harus melaksanakan program
kesehatan dan keselamatan kerja.
Agar pelaksanaan pelayanan kesehatan kerja di Puskesmas dapat lebih efektif dan
efisien maka diperlukan pedoman manajemen kesehatan dan keselamatan kerja bagi
pasien, pengunjung, pegawai dan lingkungan Puskesmas. Selain tuntutan akan
pelayanan dan perawatan yang berkualitas, puskesmas juga harus menjadi patient and
safety provider sehingga dapat melindungi pasien, pengunjung, staf dan masyarakat
sekitar puskesmas dari berbagai potensi bahaya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hasil identifikasi Bahaya Penilaian serta Risiko di Puskesmas
Dinoyo?
2. Bagaimana pelaksanaan Monitoring B3 dan Limbah B3 di Puskesmas Dinoyo?
3. Apa saja hasil temuan positif dan negatif setelah melakukan inspeksi di
puskesmas Dinoyo?
1.3 Tujuan
 Tujuan Umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk pekerja,
aman dan sehat untuk pasien, pengunjung, masyarakat dan lingkungan sekitar
Puskesmas. Sehingga proses pelayanan di Puskesmas berjalan baik dan lancar.
 Tujuan Khusus
1. Mengetahui bentuk identifikasi bahaya serta penilaian risiko yang berada di
puskesmas dinoyo
2. Mengetahui pelaksanaan terkait monitoring B3 serta Limbah B3
3. Mengetahui terkait hasil identifikasi berupa temuan positif dan negative
BAB II
Landasan Teori
2.1 Puskesmas
a. Definisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas juga dapat disebut sebagai klinik pratama
dimana merupakan sebuah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perseorangan dengan menyediakan pelayanan medik dasar baik
umum maupun khusus (Permenkes RI No.46, 2015). Adanya Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang: memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan
bermutu, hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal,
baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Permenkes RI No.75, 2014).

b. Tugas dan Fungsi Puskesmas


Berdasarkan pasal 4 Permenkes RI Nomor 75 Tahun 2014 menyatakan bahwa
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI No.75, 2014). Agar dapat melaksanakan
tugas yang telah dijelaskan pada pasal 4, maka dalam pasal 5 Permenkes RI Nomor 75
Tahun 2014 menjelaskan bahwa Puskesmas menyelenggarakan fungsi:
penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan penyelenggaraan
UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya (Permenkes RI No.75, 2014).

2.2 IBPR
IBPR adalah singkatan dari Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko dan
Pengendalian, yang merupakan proses untuk mengidentifikasi sema bahaya / aspek dan
menilai tingkat risiko / dampak dari bahaya / aspek yang ada di tempat kerja, serta
menetapkan kontrol pengendalian. IBPR dilaksanakan sebelum memulai penerapan
dan operasi kegiatan, dan terdiri dari beberapa kegiatan konstruksi yang disusun
menurut konsep item pelaksanaan dengan potensi bahaya yang bisa terjadi. IBPR juga
dikenal dengan istilah lain seperti HIRADC, HIRARC, atau JSA.

Potensi bahaya dan pengendalian resiko K3 dilakukan dengan identifikasi


potensi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko. Penilaian risiko K3
merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengelola risiko yang dihadapi fasilitas
pelayanan Kesehatan terutama puskesmas. Pada lokasi penelitian ini, pekerja
berpotensi terpapar berbagai faktor bahaya, meliputi fisik, kimia, biologi dan ergonomi.

2.3 B3 dan limbah B3


Dalam pelaksanaan K3 di Puskesmas Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun diantaranya adalah
Monitoring B3 yaitu catatan pengamatan secara berkala dan konsisten terhadap
pemakaian bahan kimia (B3) di wilayah puskesmas. Sedangkan Limbah B3 Puskesmas
yang berasal dari sumber spesifik dan tidak spesifik. Berikut adalah beberapa jenis
limbah B3 Puskesmas :
 Limbah infeksius
 Limbah patologis
 Produk farmasi kadaluarsa
 Bahan kimia kadaluarsa
 Peralatan laboratorium terkontaminasi B3

2.4 Temuan
Dalam melakukan pengamatan terdapat temuan positif dan temuan negatif. Temuan
positif adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah dan diuji selama
melaksanakan tugas atas kegiatan tertentu yang disajikan secara analitis menurut unsur-
unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut ISO 9000, Temuan positip dan temuan negatif dapat mengindikasikan,
baik kesesuaian ataupun ketidaksesuaian dengan kriteria atau peluang perbaikan.
Pengertian ketidaksesuaian sendiri adalah penyimpangan melalui bukti obyektif atas
kriteria audit yang ditetapkan harus menginvestigasi untuk menentukan secara tepat kriteria
audit yang dilanggar dan menetapkan rekomendasi tindakan perbaikan. Terdapat 3 ciri
temuan audit yang dikategorikan baik, yaitu : Temuan audit harus didukung oleh bukti yang
memadai Temuan audit harus penting (material) Temuan audit harus mengandung unsur
temuan (kondisi, kriteria, dan sebab akibat) Temuan audit harus didukung oleh bukti yang
memadai
BAB III
Pembahasan
3.1 Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
 Poli Kia
 Pada proses kerja yang terdapat di poli KIA yaitu kegiatan menginput data.
Bahaya yang teridentifikasi merupakan bahaya fisik berupa paparan radiasi
komputer, yang dapat dapat menyebabkan kelelahan mata dan gangguan mata
lainnya. Didapatkan hasil perkalian tingkatan risiko yaitu 4 dengan deskripsi
Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun risiko pengendalian yang dapat
dilakukan yaitu mengatur jarak pandang mata 50-100 cm dari komputer, serta
mengatur kecerahan monitor, sesuaikan dengan pencerahan yang ada di ruang
kerja.
 Proses kerja kedua yang terdapat pada poli KIA yaitu kegiatan suntik KB dan
Imunisasi. Bahaya yang teridentifikasi merupakan bahaya fisik yang berupa
tertusuk jarum suntik, yang mengakibatkan terluka dan tertular penyakit jika jarum
suntik bekas pasien yang memiliki penyakit menular. Didapatkan hasil perkalian risiko
yaitu 4 dengan deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun pengendalian
yang dapat dilakukan sebagai berikut; membuang jarum bekas langsung ke
dalam kontainer yang sudah disediakan dan membuang kontainer jarum jika
sudah terisi 2/3 , menggunakan baki saat memberikan benda tajam, petugas
kesehatan wajib sudah vaksin penyakit menular misal ; hepatitis B
 Poli Umum
 Proses kerja pertama yang terdapat di poli umum adalah kegiatan konsultasi.
Kegiatan ini dilakukan di tempat sempit dengan pasien yang banyak sehingga
menimbulkan bahaya psikososial yang menyebabkan stress kerja
mengakibatkan konsentrasi pekerja terganggu. Dari kegiatan ini didapatkan
hasil perkalian risiko yaitu 4 dengan deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah.
Adapun pengendalian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengatur sistem
antrean pasien serta memperluas ruangan kerja.
 Proses kerja yang kedua yang erdapat di poli umum adalah kegiatan menginput
data. Bahaya yang teridentifikasi merupakan bahaya fisik berupa paparan
radiasi komputer, yang dapat dapat menyebabkan kelelahan mata dan gangguan
mata lainnya. Didapatkan hasil perkalian tingkatan risiko yaitu 4 dengan
deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun risiko pengendalian yang
dapat dilakukan yaitu mengatur jarak pandang mata 50-100 cm dari komputer,
serta mengatur kecerahan monitor, sesuaikan dengan pencerahan yang ada di
ruang kerja.
 Proses kerja ketiga yang terdapat pada poli umum adalah kegiatan menyuntik
pasien. Bahaya yang teridentifikasi merupakan bahaya fisik yang berupa
tertusuk jarum suntik, yang mengakibatkan terluka dan tertular penyakit jika jarum
suntik bekas pasien yang memiliki penyakit menular. Dari kegiatan ini idapatkan hasil
perkalian risiko yaitu 4 dengan deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun
pengendalian yang dapat dilakukan sebagai berikut; membuang jarum bekas
langsung ke dalam kontainer yang sudah disediakan dan membuang kontainer
jarum jika sudah terisi 2/3 , menggunakan baki saat memberikan benda tajam,
petugas kesehatan wajib sudah vaksin penyakit menular misal ; hepatitis B
 Poli Gigi
Proses kerja yang terdapat pada poli gigi adalah kegiatan tindakan cabut, tambal, dan
scaling gigi. Bahaya yang teridentifikasi adalah bahaya fisik berupa getaran yang terus
menerus dari peralatan yang digunakan yang mengakibatkan kebas serta gangguang
sistem peredaran darah. Dari kegiatan ini idapatkan hasil perkalian risiko yaitu 4 dengan
deskripsi Low Risk atau Risiko Rendah. Adapun pengendalian yang dapat dilakukan
sebagai berikut; Mendesain ulang alat-alat yang bergetar untuk meminimalisasi
paparan pada tangan dan lengan, menggunakan dampling (peredam getaran), tidak
menggunakan alat lebih dari 2 jam selama proses gigi.
 Radiologi
pada proses kerja menulis laporan terdapat bahaya ergonomi yaitu postur kerja yang
janggal yang dapat menyebabkan gangguan otot, tulang, dan rangka. saran rekomendasi
yaitu menyesuaikan letak meja dan kursi kerja sesuai dengan ukuran tubuh pekerja.
 Area Parkir
pada proses kerja pemindahan motor oleh petugas parkir wanita terdapat bahaya
ergonomi yaitu beban kerja yang tidak sesuai dengan postur pekerja yang menyebabkan
musculoskeletal disorder. saran rekomendasinya yaitu mengganti petugas parkir yang
mampu memindahkan motor sesuai dengan kemampuannya dan mengganti sistem
parkir manual menjadi sistem parkir.
 Pendaftaran
Pada proses kerja pendataan pasien dan kasir terdapat bahaya fisik yaitu terpajangan
sinar matahari dan kabel berserakan yang menyebabkan kelelahan mata dan tersengat
listrik. saran rekomendasinya yaitu :
 jaga jarak komputer dengan mata minimal 50 cm
 atur posisi monitor, sehingga atas monitor sejajar dengan mata
 atur pencahayaan pencahayaan sehingga tidak ada pantulan cahaya yang
menyilaukan
 setiap 2-3 jam, beristirahat sekitar 5 menit untuk mencegah kelelahan mata dan
badan dari radiasi
 menyusun kabel secara rapi agar tidak terjadi konsleting
 Ruang Ispa
Berikut adalah analisis bahaya dan konsekuensinya serta rekomendasi pengendalian
pada ruang ispa
menangani pasien, terdapat bahaya biologi yaitu tertular penyakit pasien melalui
droplet yang dapat menyebabkan tertularnya penyakit dari pasien. saran
rekomendasinya yaitu memastikan ruangan dalam kondisi baik, menerapkan PHBS,
dan melakukan medical check-up
 Ruang Rekam Medis
Pada saat pencatatan data pasien terdapat dua bahaya yaitu bahaya ergonomi dan
bahaya fisik.
 bahaya ergonomi yaitu pada saat mencari dan mengumpulkan berkas di loker
yang tinggi, menarik alat yang digunakan untuk mengirim berkas, dan posisi
kerja janggal yang dapat menyebabkan musculoskeletal disorder. Saran
rekomendasinya yaitu menggunakan kursi yang dapat di adjust, selalu
memastikan beban yang ditarik tidak berlebihan, dan menggunakan alat bantu
untuk mengambil barang yang tidak terjangkau.
 Sedangkan pada bahaya fisik yaitu radiasi komputer yang dapat menyebabkan
kelelahan mata. Saran rekomendasinya yaitu kalibrasi pengaturan cahaya
monitor dan jaga jarak pandangan, menggunakan anti radiasi, dan pengalihan
mata dari monitor
 Ruang Promkes
Pada ruang promkes tidak terdapat proses kerja hanya dijadikan ruang untuk istirahat
pekerja namun terdapat bahaya psikososial yaitu meja antar pekerja yang tidak ada
sekat karena terbatasnya ruangan yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
menambah stress kerja. Saran rekomendasinya yaitu memberikan sekat antar meja
pekerja tetap memiliki privasi dan selalu menjaga kebersihan dan kenyamanan
bersama.
 Ruang TU
Pada ruang TU terdapat proses kerja yaitu pengolahan data. Dimana proses kerja ini dilakukan
oleh beberapa pekerja dalam 1 ruangan. Ruangan TU cukup luas namun dipenuhi oleh berkas-
berkas administrasi yang banyak. Bahaya yang teridentifikasi ialah bahaya fisik berupa
tumpukan barang berlebih di meja dan lemari sehingga mempunyai potensi pekerja sulit
bergerak bebas. Selain itu, pintu laci berkas sulit terbuka dengan maksimal karena terhalang
benda lain. Beberapa bahaya tersebut berpotensi mengakibatkan pekerja terbentur
menimbulkan luka memar, gores, lecet; pekerja tertimpa barang yang ditata kurang rapi; dan
terjepit laci berkas pada saat mengambil barang di dalamnya. Pengendalian yang dapat
dilakukan ialah penerapan 5R. Ringkas dengan memilah barang yang sering digunakan atau
jarang digunakan. Dan rapi dengan pengaturan visual supaya peralatan teratur dan dapat
berfungsi dengan baik
 Gudang Stok Barang
pada saat mencari barang yang dibutuhkan terdapat bahaya ergonomi yaitu menggapai
barang di loker yang tinggi tanpa bantuan alat dan postur tubuh janggal yang dapat
menyebakan muskuloskeletal disorder. saran rekomendasinya yaitu :
 Pengadaan pesawat sederhana
 pengecekan secara berkala alat yang digunakan untuk membantu petugas
gudang meminimalisir terjadinya hal yang tidak diinginkan
 selalu memastikan mengangkat/mengambil barang sesuai kemampuan pekerja
dan tidak melebihi beban
 Apotek
Berikut adalah analisis bahaya dan konsekuensinya beserta rekomendasi pengendalian
pada Apotek
 Pada saat meracik obat terdapat bahaya kimia yaitu terpapar bahan kimia yang
dapat mengakibatkan penyakit kulit dan gangguan pernafasan. saran
rekomendasinya yaitu menggunakan APD berupa masker dan sarung tangan
 pada saat memanggil pasien terdapat bahaya ergonomi yaitu posisi posisi
duduk/tempat duduk yang kurang ergonomis yang mengakibatkan
musculoskeletal disorder. saram rekomendasinya yaitu melakukan peregangan
saat bekerja, dan menggunakan kursi yang ergonomis.
 Laboratorium
pada saat mengambil sample terdapat bahaya biologi yaitu terkene tumpahan sample
yang dapat mengakibatkan terpapar virus dan iritasi pada kulit. saran rekomendasinya
yaitu menggunakan APD sesuai SOP yang telah ditentukan, membuang limbah sample
ke tempat yang telah disediakan dan mengolahnya dengan baik dan benar
 Toilet
pada saat membersihkan toilet terdapat bahaya biologi dan bahaya kimia. pada bahaya
biologi yaitu terpapar virus, bakterti, dan jamur sedangkan pada bahaya kimia yaitu
terpapar bahan kimia dari detergen pembersih toilet. Hal tersebut dapat mengakibatkan
terjangkit penyakit kulit, gatal-gatal, dan alergi. saran rekomendasinya yaitu
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana dalam proses pembersihan toilet sehingga
bisa meminimalisir petugas untuk tidak kontak langsung dengan toilet
 Ruang Laundry
Berikut adalah analisis bahaya dan konsekuensinya beserta rekomendasi pengendalian
pada proses kerja mencuci pakaian

Bahaya Fisik :
terpapar debu, suhu panas diarea kerja karena terbatasnya area menjemur yang dapat
mengakibatkan batuk, bersin, dermatitis kontak alergen, dan menimbulkan kondisi
folikulitis infeksi jamur. saran rekomendasinya yaitu ruangan dilengkapi ventilasi agar
mendapat pergantian udara
 Bahaya Kimia :
terhirupnya zat kimia pada detergen yang dapat mengakibatkan efek pusing, mual serta
iritasi pada kulit. saran rekomendasinya yaitu memberi dengan takaran yang cukup dan
memakai maker saat bekerja
 Bahaya Ergonomi :
pekerjaan statis dalam waktu yang lama yang dapat mengakibatkan gangguan otot dan
tulang serta nyeri pada pinggang. saran rekomendasinya yaitu melakukan peregangan
otot dan menjalankan shift kerja dengan benar
 Ruang Pasca Lahiran
berikut adalah analisis bahaya dan konsekuensinya beserta dengan rekomendasi
pengendalian pada beberapa proses kerja di ruang pasca lahiran seperti memeriksa,
tensi, menulis, melakukan tindakan, dan merawat pasien pasca lahiran
 Bahaya Fisik :
benda tajam dari alat suntik dan partus set yang dapat mengakibatkan tertusuk jarum
dan tersayat, saran rekomendasi pengendaliannya yaitu dengan menyediakan tempat
khusus limbah infeksius
tingkat pencahayaan ruangan kurang yang dapat mengakibatkan kelelahan mata. Saran
rekomendasinya yaitu pencahayaan diatur sesuai dengan standar yang telah ditentukan
 Bahaya Ergonomi :
postur tubuh yang janggal saat bekerja, membuat laporan secara manual dalam waktu
yang cukup lama,keterbatasan ruang kerja, dan penempatan peralatan kerja yang
kurang ergonomis yang dapat mengakibatkan kelelahanserta gangguan otot tulang dan
rangka. Saran rekomendasinya yaitu melakukan peregangan otot dan mendesain kursi
pekerja secara ergonomis

3.2 Monitoring B3 dan Limbah B3

 Manajemen Bahan-Bahan Berbahaya

Terdapat beberapa aspek dalam pemantauan bahan-bahan berbahaya

A. Ketersediaan dokumen

Adanya SPO Penggunaan B3 tetapi, dari hasil pengamatan tidak terdapat


MSDS masing-masing B3 dan data-data B3 yang up to date

B. Penyimpanan B3

B3 diletakkan di atas lantai menggunakan pallet dengan dikelompokkan


berdasarkan jenisnya pada lemari/ruangan tertutup. Tidak terdapat ruangan
yang tahan api untuk menyimpan B3 mudah terbakar, karena tidak adanya
bahan tersebut. Pada wadah B3 tidak ditemukan tanggal kadaluarsa. Pemberian
simbol dan label pada ruang penyimpanan dan lemari penyimpanan, Wadah
penyimpanan B3 dilengkapi simbol dan label, Simbol/label direkatkan dengan
baik, tidak robek atau rusak. Tidak ditemukan Simbol/label sesuai dengan
karakteristik B3, MSDS tersedia lengkap sesuai dengan jenis B3 di tempat
penyimpanan, dan catatan bahan kimia yang wadahnya sudah dibuka.

C. Petugas

Petugas menggunakan APD lengkap,APD yang digunakan dalam kondisi


bagus/tidak rusak,dan APD yang tidak digunakan dapat disimpan ditempat
khusus penyimpanan.

D. Pengetahuan

Beberapa Pengetahuan Petugas yaitu Petugas mengetahui penerapan SOP


dan instruksi kerja,Petugas mengetahui bagaimana menangani tumpahan
B3,Petugas mengetahui bagaimana memberikan pertolongan pertama apabila
terjadi kecelakaan kerja,Petugas mengetahui arah evakuasi jika kasus kebakaran
dan bencana,Petugas mengetahui bagaimana cara membuang B3,dan Petugas
bekerja berdasarkan SOP Instruksi kerja

E. Peralatan safety

Tidak tersedia fasilitas eye shower untuk pertolongan pertama bagi petugas
yang menangani limbah B3. Tersedia APD, spill kit dan petunju/arah evakuasi.
APAR tersedia tetapi terdapat catatan, APAR dalam kondisi tidak layak pakai
karena dalam kurun waktu yang lama tidak dilakukan pengecekan dan juga
kondisi tabung yang berkarat pada safety pin dan handle tuas.

 Manajemen limbah B3

A. A. Tempat
Tempat Pembuangan
Pembuangan Limbah
Limbah B3 B3
Tempat limbah B3 berupa dirigent/plastik/bin dan terdapat simbol/label limbah
B3

B. Metode Pembuangan Limbah B3

Dibuang ke pipa pembuangan menuju IPAL dan juga diserahkan kepada


petugas Instalasi Sanitasi dan Pertamanan

3.3 Temuan Positif dan Temuan Negatif


Dari hasil observasi terdapat temuan-temuan baik positif maupun negatif.
Berikut hasil temuannya:
3.3.1 Temuan positif
A. Di ruang bersalin terdapat 2 wastafel yang memiliki poster tata cara cuci tangan
dan disediakan sabun dengan catatan hanya tersedia 1 sabun cuci tangan.
B. Pada ruang loker terdapat APD yang lengkap dan tertata rapi.
C. Tempat sampah di UGD telah dilakukan pelabelan untuk membedakan jenis
sampah yang akan dibuang.
D. Form checklist kebersihan ruangan yang terbarui secara rutin pada ruang kaber
E. Isi sampah yang sesuai dengan tanda label pada tempat sampah di poli KIA
F. Pada lokasi IPAL berada, terdapat terdapat penanda titik koordinat IPAL dan
denah penampang IPAL
G. Wadah-wadah B3 dan limbah B3 memiliki label yang jelas dan penempatannya
menggunakan alas berupa palet dan ruangannya yang tertutup
H. pembagian tugas regu jika terjadi kebakaran/bencana lengkap dengan papannya
dan helm yang sesuai dengan warna masing-masing tugas terletak di koridor
3.3.2 Temuan Negatif
A. Tempat sampah infeksius yang berisi baterai dan tisu (tidak sesuai) pada ruang
ISPA. Saran pengendalian yang dapat diberikan yaitu sosialisasi jenis-jenis sampah
dan kode warna/simbol tempat sampah dan membuang sampah sesuai jenisnya
B. Kulkas yang berisi bahan pangan dan obat-obatan dicampur menjadi satu dan
juga bunga es yang menumpuk,menandakan kulkas jarang dibersihkan. Berlokasi di
ruang bersalin. Saran pengendalian yang dapat diberikan yaitu penggunaan kulkas
yang berbeda antara bahan pangan dengan obat-obatan/bahan farmasi dan diberi
label pada kulkas untuk penanda kulkas tersebut berisi apa.
C. Area penyimpanan barang yang tidak tertata,tidak ada tempat penyimpanan
yang sesuai zat sejenis. Berlokasi di ruang IGD. Saran Pengendalian dengan cara
pemberian rak dengan pelabelan masing-masing tempat dan disusun secara rapi.
D. Terminal listrik/stop kontak rusak,dimana area terminal listrik yang rusak tidak
ada tanda safety sign terkait kerusakan alat tersebut yang berada di ruang Bersalin.
Saran pengendalian yang dapat diberikan adalah pemberian tanda jika terminal
listrik/stop kontak rusak dan penyegelan terminal.
E. Barang tidak terpakai dan tidak tertata yang berada di ruang Laundry. Saran
pengendalian di ruang Laundry dengan cara penataan ulang,dan penyortiran barang
yang sudah tidak terpakai dapat dibuang atau dijual.
F. Terdapat barang yang rusak/tidak terpakai di area Lorong,Saran Pengendalian
yaitu pemusnahan barang yang sudah tidak dapat digunakan kembali.
G. Tidak adanya perlabelan atau tanda barang yang berada di ruang Laundry. Saran
pengendalian dengan cara memberikan label pada wadah yang sesuai dengan isi nya.
H. APAR yang tidak dicek dengan jangka waktu lama. Yang berlokasi di koridor
atau di semua titik APAR. Saran pengendalian yang dapat diberikan dengan
melakukan pengecekan APAR secara rutin.
I. Safety pin,handle,dan tuas APAR yang berkarat. Berlokasi di koridor atau di
semua titik APAR. Dengan diberikan saran pengendalian berupa penggantian APAR
yang layak digunakan.
J. Tanda lokasi APAR terlalu kecil dan tidak mudah terlihat. Berlokasi di koridor
atau di semua titik APAR. Saran pengendalian dengan memperbesar tanda lokasi
APAR.
K. Tidak adanya pembaruan piket dalam pengecekan Dkebakaran dan
kebencanaan. yang Berlokasi di koridor, dan diberikan saran pengendalian
pembaruan pembagian tugas piket secara periodik
BAB IV
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis kunjungan pada Puskesmas Dinoyo mengenai penerapan K3,
maka dapat ditarik kesimpulan. Yaitu:
1. Puskesmas adalah salah satu area kerja yang sangat kompleks, oleh karena itu
potensi bahaya yang muncul juga bervariasi mulai dari bahaya fisik sampai bahaya
psikososial. Dari 16 titik area kerja yang telah di observasi tidak ada potensi bahaya
dengan level yang tinggi. Dari hasil observasi juga didapati bahaya fisik adalah
bahaya yang muncul diberbagai area kerja, meliputi:
a. Poli KIA
b. Poli Umum
c. Pendaftaran
d. Ruang Rekam medis
e. Ruang TU
f. Ruang Laundry
g. Ruang Pasca Lahiran.
2. Untuk pelaksanaan monitoring B3 dan limbah B3 pada puskesmas secara
keseluruhan bisa dikatakan masuk dalam kategori baik karena ketersediaan dokumen
dan juga pengetahuan petugas kesehatan yang sudah sesuai dengan standar regulasi
yang berlaku, serta tata cara pelaksanaan monitoring mulai dari manajemen sampai
pada peralatan safety yang sudah disiapkan dengan teliti. Tetapi dari hasil observasi
masih ada beberapa hal yang dinilai dapat memicu munculnya potensi bahaya, yaitu:
a. Tidak terdapat ruangan yang tahan api untuk menyimpan B3 mudah terbakar,
karena tidak adanya bahan tersebut akan menyebabkan B3 mudah terbakar.
b. Tidak terdapat tanggal kadaluwarsa
c. Tidak tersedia fasilitas eye shower untuk pertolongan pertama bagi petugas
yang menangani limbah B3.
d. Tidak ditemukan MSDS
e. Apar rusak
2. Terdapat beberapa temuan negatif yaitu APAR yang tidak dicek secara berkala,
penyimpanan yang tidak sesuai dengan jenisnya, area terminal listrik yang rusak,
terdapat barang tidak terpakai dan pelabelan barang di area laundry serta adanya barang
rusak di area lorong. Sedangkan untuk temuan positif yaitu terdapat wastafel serta
poster mencuci tangan, APD yang sesuai, penanda titik koordinat IPAL dan denah
penampang IPAL, pelabelan wadah sampah maupun wadah B3, pembagian regu saat
terjadi kebakaran dan form checklist kebersihan selalu diperbarui.
4.2 Saran
Secara garis besar penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di Puskesmas
Dinoyo sudah berjalan cukup baik, akan tetapi masih dijumpai hal-hal yang belum
sesuai dengan penerapan K3 ditempat kerja berdasarkan regulasi yang berlaku, oleh
karena itu untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan pekerja yang selamat.
Saran rekomendasi yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1. monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan yang telah berjalan selama ini sudah
sesuai atau belum dengan regulasi yang mengacu pada keselamatan dan kesehatan
pekerja, lingkungan hingga masyarakat sekitar.
2. Bagi manajemen PKM, diharapkan dapat menfasilitasi perbaikan sarana berupa
pengecekan pada setiap APAR dan stop kontak yang rusak, pelabelan tanggal
kadaluwarsa padaa bahan B3, dan juga menyediakan ruangan tahan api untuk
limbah B3, serta penyediaan eye shower untuk petugas kesehatan.
3. Membuat form MSDS disetiap unit kerja.
4. Memfasilitasi pekerja untuk mendapatkan pelatihan dan pencegahan mengenai
potensi bahaya.
Lampiran

Lembar Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko


No Proses Bahaya yang Deskripsi Pekerja Konsekuensi Penilaian Level Rekomendasi Penanggung
Kerja yang Risiko Tindakan
Teridentifikasi Bahaya terpajan P C Risiko Pengendalian Jawab
Tambahan
L  atur jarak pandang mata 50-
1. Poli KIA fisik paparan petugas dapat menyebabkan 2 2 100 cm
radiasi kesehatan kelelahan mata dan  atur kecerahan monitor,
input data komputer poli kia gangguan mata sesuaikan dengan
lainnya pencerahan yang ada di
ruang kerja

 membuang jarum bekas


suntik KB fisik tertusuk petugas terluka dan tertular 4 1 L langsung ke dalam
dan jarum suntik kesehatan penyakit jika jarum kontainer yang sudah
imunisasi poli KIA suntik bekas pasien disediakan dan membuang
yang memiliki kontainer jarum jika sudah
penyakit menular terisi 2/3
 menggunakan baki saat
memberikan benda tajam
 petugas kesehatan wajib
sudah vaksin penyakit
menular misal ; hepatitis B

 mengatur sistem antrean


2. Poli Umum psikososial stress kerja petugas dapat mengganggu 4 1 L pasien
konsultasi kesehatan konsentrasi  memperluas ruangan
(tempat sempit poli umum kerja
dengan pasien
yang banyak)
 atur jarak pandang mata 50-
input data fisik paparan petugas dapat menyebabkan 2 2 L 100 cm
radiasi kesehatan kelelahan mata dan  atur kecerahan monitor,
komputer poli Umum gangguan mata sesuaikan dengan
lainnya pencerahan yang ada di
ruang kerja

 membuang jarum bekas


menyuntik fisik tertusuk petugas terluka dan tertular 4 1 L langsung ke dalam
jarum suntik kesehatan penyakit jika jarum kontainer yang sudah
poli Umum suntik bekas pasien disediakan dan membuang
yang memiliki kontainer jarum jika sudah
penyakit menular terisi 2/3
 menggunakan baki saat
memberikan benda tajam
 petugas kesehatan wajib
sudah vaksin penyakit
menular misal ; hepatitis B

 Mendesain ulang alat-alat


Poli Gigi Fisik Getaran Petugas Kebas, gangguan 2 2 L yang bergetar untuk
3. terus kesehatan sistem peredaran meminimalisasi paparan
Tindakan menerus poli gigi darah. pada tangan dan lengan.
cabut,  Menggunakan dampling
tambal, dan (peredam getaran).
scaling gigi  Tidak menggunakan alat
lebih dari 2 jam selama
proses gigi.
No Proses Kerja Bahaya yang Deskripsi Pekerja yang Konsekuensi Penilaian Level Rekomendasi Penanggung
terpajan Risiko Tindakan
Teridentifikasi Bahaya P C Risiko Pengendalian Jawab
Tambahan
 Menyesuaikan letak
4. Radiologi Ergonomi Postur kerja Petugas kesehatan Gangguan otot, 3 2 M meja dan kursi kerja
yang janggal. radiologi tulang, dan sesuai dengan ukuran
Menulis rangka tubuh pekerja
laporan

 Mengganti petugas
5. Area Parkir Ergonomi Beban kerja Petugas parkir Musculoskeletal 3 1 M parkir yang mampu
yang tidak wanita Disorders memindahkan motor
Pemindahan sesuai dengan sesuai dengan
motor oleh postur pekerja kemampuannya.
petugas parkir  Mengganti sistem
wanita parkir manual
menjadi sistem
parkir
 Jaga jarak
6. Pendaftaran Fisik Terpajan sinar Petugas Menyebabkan 2 2 L komputer dengan
radiasi administrasi kelelahan mata mata, minimal 50
Pendataan cm
Pasien Kabel Tersengat aliran  Atur posisi monitor,
berserakan listrik sehingga atas
Kasir
monitor sejajar
dengan mata.
 Atur pencahayaan
sehingga tidak ada
pantulan cahaya
yang menyilaukan.
 Setiap 2-3 jam,
beristirahat sekitar 5
menit untuk
mencegah kelelahan
mata dan juga badan
dari radiasi
 Menyusun kabel
secara rapi agar tidak
terjadi konsleting

Pencatatan Ergonomi Penulisan surat Petugas Gangguan Otot 3 2 M Mendesain ulang tata letak
dokumen kesehatan administrasi Tulang Rangka kerja dan mengganti kursi
dikarenakan Akibat Kerja kayu dengan kursi yang lebih
tingginya ergonomis
jumlah
pengunjung
 Memastikan ruangan
7. Ruang ISPA Biologi Tertular Petugas yang Dapat tertular 3 2 M dalam kondisi baik.
penyakit berada di ruang penyakit dari  Menerapkan PHBS
menangani pasien melalui ISPA pasien  Melakukan medical
pasien droplet Check Up secara
berkala.
 Menggunakan APD

 Bekerja sesuai SOP


memeriksa Fisik Tertusuk Pekerja yang Dapat 2 2 L  Menunjukkan lisensi
pasien Jarum suntik bertugas mengakibatkan izin kerja
dan benda luka dan  Menggunakan APD
tajam lainnya terinfeksi
penyakit
No Proses Kerja Bahaya yang Deskripsi Pekerja Konsekuensi Penilaian Level Rekomendasi Penanggung
yang Risiko Tindakan
Teridentifikasi Bahaya terpajan P C Risiko Pengendalian Jawab
Tambahan
 Menggunakan kursi
9. Ruang Rekam Ergonomi Mencari dan Petugas Musculoskeletal 4 1 L yang dapat di adjust.
medis mengumpulkan rekam disorder  Selalu memastikan
berkas di loker medis beban yang ditarik tidak
Pencatatan data yang tinggi (Gangguan otot berlebihan
pasien tulang rangka)  Menggunakan alat bantu
untuk mengambil
barang yang tidak
Menarik alat terjangkau
yang
digunakan
untuk
mengirim
berkas

Posisi kerja
yang janggal

 Kalibrasi pengaturan
Fisik Radiasi Petugas Kelelahan Mata 4 1 L cahaya monitor dan jaga
komputer Rekam jarak pandangan
Medis  menggunakan anti
radiasi
 Pengalihan mata dari
monitor
 Memberikan sekat antar
11. Ruang Promkes Psikososial Meja antar Petugas Ketidaknyamanan 2 1 L meja pekerja agar
pekerja yang promkes pekerja tetap memiliki
Tidak ada tidak ada sekat Menambah stress privasi masing-masing
pelayanan hanya karena kerja  Selalu menjaga
untuk istirahat terbatasnya kebersihan dan
pekerja ruang kenyamanan bersama

 Kalibrasi pengaturan
11. Ruang TU Fisik Radiasi Petugas TU 4 1 L cahaya monitor dan jaga
Komputer jarak pandangan
Kegiatan surat  menggunakan anti
menyurat radiasi
 Pengalihan mata dari
Mengetik monitor

Menulis

 Pengadaan pesawat
12. Gudang stok Ergonomi Menggapai Petugas Musculoskeletal 4 1 L sederhana
barang barang di loker Disorder  Pengecekan secara
yang tinggi berkala alat yang
Mencari barang tanpa bantuan digunakan untuk
yang dibutuhkan alat membantu petugas
gudang untuk
Postur tubuh meminimalisir
yang janggal terjadinya hal yang tidak
diinginkan
 Selalu memastikan
mengangkat/mengambil
barang sesuai
kemampuan pekerja dan
tidak melebihi beban.
13. Apotek apoteker

 Meracik kimia terpapar bahan terkena penyakit 1 3 L menggunakan APD berupa


obat kimia kulit’ gangguan masker dan sarung tangan
pernafasan.

Ergonomi Musculoskeletal 1 2 L
posisi Disorde melakukan pregangan saat
 Memanggil duduk/tempat bekerja, menggunakan kursi
pasien duduk yang yang ergonomis
kurang
ergonomis
No Proses Kerja Bahaya yang Deskripsi Pekerja Konsekuensi Penilaian Level Rekomendasi Penanggung
yang Risiko Tindakan
Teridentifikasi Bahaya terpajan P C Risiko Pengendalian Jawab
Tambahan

14. Laboratorium
3
 mengambil Biologi terkena tumpahan petugas iritasi padakulit 2 M menggunakan APD sesuai
sample sample, terpapar laboratorium Sop yang telah di tentukan,
virus membuang limbah sample
ke tempat yang telah di
tentukan dan mengolah
dengan baik dan benar.

15. Toilet Biologi dan Terpapar virus, Petugas Terjangkit 3 2 M Meningkatkan kualitas
fisik bakteri, dan jamur kebersihan penyakit kulit, sarana dan prasarana dalam
Membersihkan serta terpapar bahan gatal-gatal, alergi proses pembersihan toilet
toilet kimia dari detergen dan juga bisa sehingga bisa
pembersih toilet sakit perut. meminimalisir petugas
untuk tidak berkontak
langsung dengan toilet.

 Ruangan
16. Ruang Lundry Fisik Terpapar debu, Petugas Dapat 2 2 L dilengkapi
suhu panas diarea laundry mengakibatkan ventilasi agar
 mencuci kerja karena batuk, bersin, mendapat
pakaian terbatasnya area dermatitis kontak pergantian udara.
menjemur alergen,
menimbulkan
kondisi folikulitis
infeksi jamur
 Memberi dengan
. Kimia Terhirupnya zat Petugas Dapat 2 1 L takaran yang cukup
kimia pada Laundry memberikan efek  Memakai Masker
detergen pusing, mual, saat melakukan
serta iritasi pada Proses kerja
kulit

 Melakukan
Ergonomi Pekerjaan statis Petugas Dapat 4 1 L peregangan otot.
dalam waktu yang Laundry menyebabkan  menjalankan shift
lama gangguan otot kerja secara benar.
dan tulang, serta
nyeri pada
pinggang

 Benda tajam  Menyediakan


17. Ruang Pasca Fisik dari alat suntik Petugas Dapat 3 1 M tempat khusus
Lahiran dan partus set Ruang mengakibatkan limbah infeksius
 Tingkat Bersalin dan tertusuk jarum,  pencahayaan diatur
 Memeriksa pencahayaan perawat tersayat. sesuai dengan
 Tensi ruangan kurang standar yang telah
 Menulis Kelelahan mata ditentukan.
 Tindakan
 Merawat
pasien pasca
lahiran

 postur tubuh  Melakukan


Ergonomi yang janggal Kelelahan, Petugas Ruang 4 1 L peregangan otot
saat bekerja gangguan Bersalin dan  Mendesain kursi
 membuat otot, tulang perawat pekerja secara
laporan secara dan rangka ergonomis
manual dalam
waktu yang
cukup lama.
 keterbatasan
ruang kerja
 penempatan
peralatan
kerja yang
kurang
ergonomis
FORM MONITORING B3 DAN LIMBAH B3

Kategori Komponen Pengamatan Hasil Keterangan


Pengamatan

Ada Tidak

MANAJEMEN BAHAN-BAHAN Ketersediaan Dokumen


BERBAHAYA

1 SPO Penggunaan B3 ✔

2 MSDS masing-masing B3 ✔

3 Data-data B3 yang up to date ✔

Penyimpanan B3

Penyimpanan B3 di atas lantai menggunakan ✔


pallet
1
2 Penyimpanan B3 di lemari tertutup ✔ ruangan tertutup

Penyimpanan B3 dikelompokkan berdasarkan jenis ✔

4 Bahan kimia mudah terbakar disimpan di ruang tahan api (fire proof ✔ Tidak ada
cabinets) label/simbol


5 Pemberian simbol dan label pada ruang penyimpanan dan lemari
penyimpanan

Wadah penyimpanan B3 dilengkapi simbol dan label ✔


Tanggal kadaluarsa tertulis pada wadah

B3
7
Simbol/label direkatkan dengan baik, tidak robek atau rusak ✔


Simbol/label sesuai dengan karakteristik
9
B3

Mencatat bahan kimia yang wadahnya sudah dibuka

10


11 MSDS tersedia lengkap sesuai dengan jenis B3 di tempat penyimpanan

Petugas

1 ✔
Petugas menggunakan APD lengkap

APD yang digunakan dalam kondisi bagus/tidak rusak ✔


2

APD yang tidak digunakan disimpan di tempat khusus penyimpanan ✔

Pengetahuan

Petugas mengetahui penerapan SPO dan instruksi kerja ✔ pengarahan per


minggu
1

Petugas mengetahui bagaimana cara memperoleh MSDS ✔

3 Petugas mengetahui bagaimana menangani tumpahan B3 ✔


4 Petugas mengetahui bagaimana memberikan pertolongan pertama apabila terjadi
kecelakaan kerja

5 Petugas mengetahui arah evakuasi jika kasus kebakaran dan bencana ✔


Petugas mengetahui bagaimana cara membuang B3 ✔

Petugas bekerja berdasarkan SOP dan ✔

7 Instruksi kerja

Peralatan Safety

1 Tersedia APD untuk petugas ✔

2 Tersedia fasilitas eye shower ✔

3 Tersedia Alat Pemadam Api Ringan ✔ Kadaluwarsa

4 Tersedia Spill kit ✔


5 Terdapat petunjuk / arah evakuasi
MANAGEMEN LIMBAH B3 Tempat Pembuangan Limbah B3

1 Tempat limbah B3 berupa dirigent/plastik/bin

Terdapat simbol/label limbah B3 pada ✔


dirigent/plastik/bin

Metode Pembuangan Limbah B3

1 Dibuang ke pipa pembuangan menuju IPAL

Diserahkan kepada petugas Instalasi Sanitasi dan ✔


2 Pertamanan
TABEL TEMUAN NEGATIF

No. Temuan Lokasi Saran Dokumentasi

1. Tempat sampah label infeksius, ruang ISPA -sosialisasi jenis-jenis


berisi baterai sama tisu (ga sampah dan kode
sesuai) warna/simbol tempat
sampah
-membuang sampah
sesuai jenisnya
2. -kulkas berisi bahan pangan ruang - penggunaan kulkas yang
dan obat-obatan dicampur bersalin berbeda antara bahan
menjadi satu. pangan dengan obat-
-bunga es yang obatan/bahan farmasi
menumpuk,menandakan kulkas
jarang dibersihkan
3. penataan campur aduk IGD -pemberian rak dengan
pelabelan masing-masing
tempat
4. tidak terdapat safety sign ruang -pemberian tanda jika
terkait terminal yang rusak bersalin terminal rusak
-penyegelan terminal

5. penataan dan penempatan ruang -penataan ulang


barang-barang tidak terpakai laundry -penyortiran barang yang
sudah tidak terpakai dapat
dibuang atau dijual.
6. barang-barang yang tidak -langsung dibuang
terpakai/rusak -ditempatkan di bagian
belakang, sehingga tidak
mengganggu estetika
7. tidak adanya pelabelan ataupun ruang pemberian label pada
tanda wadah tersebut berisi laundry wadah sesuai dengan
apa. isinya
8. tidak adanya pengecekan koridor dan -dilakukan pengecekan
APAR dalam jangka waktu semua rutin
yang lama lokasi
APAR

9. safety pin berkarat,handle dan koridor dan -penggantian APAR


tuas berkarat semua
lokasi
APAR
10. tanda lokasi APAR terlalu koridor dan memperbesar tanda lokasi
kecil dan tidak mudah terlihat semua APAR
lokasi
APAR

11. tidak ada pembaruan piket koridor -pembaruan pembagian


kebakaran dan kebencanaan tugas piket secara
periodik
TABEL TEMUAN POSITIF
No. Temuan Lokasi Saran Dokumentasi

1. terdapat poster tata ruang pemberian


cara cuci tangan yang bersalin sabun di kedua
benar wastafel, hanya
salah satu saja
yang disediakan
2. terdapat sabun pemberian
sabun di kedua
wastafel, hanya
salah satu saja
yang disediakan
3. APD lengkap dan ruang loker
tertata rapi
4. pelabelan pada tempat UGD
sampah

5. terdapat checklist ruang kaber


kebersihan ruangan
yang ter update
6. sampah sesuai dengan Poli KIA
label tempat sampah.
Label non infeksius
7. terdapat penanda titik sisi
koordinat IPAL dan belakang
denah penampang puskesmas
IPAL
8. -terdapat pelabelan ruang B3
pada tong limbah B3
-pemberian alas berupa
palet

9. papan pembagian koridor


jobdesk ketika terjadi
kebakaran/bencana
Daftar Pustaka
Fitri, N., & Riswari, R. M. (2022). Identifikasi Faktor Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus di
Puskesmas Kota Malang). Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 5(6), 721-726.

http://perpustakaan.poltekkes-malang.ac.id/assets/file/kti/1504000005/14._BAB_II_.pdf
https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/196/peraturan-pemerintah-nomor-18-tahun-1999/document diakses 12 Juli 2023

https://id.scribd.com/document/358957757/Pedoman-K3-Puskesmas-Docx diakses 12 Juli 2023

Anda mungkin juga menyukai