Anda di halaman 1dari 16

Nama Dosen : Hidayat SKM, M.

Kes
Mata Kuliah : ADKL

TEORI SIMPUL DI RUMAH SAKIT

DI SUSUN OLEH
NAMA : RISKA WATI
NIM : PO714221171035
KELAS : III A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DIPLOMA IV
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ADKL
ini disusun dan diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Judul makalah ini adalah
TEORI SIMPUL DI RUMAH SAKIT. Tersusunnya makalah ini, tentu atas bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Hidayat SKM, M.Kes selaku dosen
mata kuliah ADKL yang telah membantu dan membimbing penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran dari berbagai pihak agar makalah ini lebih baik dan bermanfaat.

Makassar,27 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu hak dasar manusia. Di dalam amanat
Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara bertanggung
jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan serta fasilitas pelayanan
umum yang layak. 
Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi
bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu
kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan
instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainya), radiasi, bahan-bahan kimia
yang berbahaya, gas-gas anestesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua
potensi bahaya tersebut diatas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para
karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan
RS (Depkes, 2006).
Rumah Sakit Umum maupun Rumah Sakit Spesialistik menjadi sumber
pencemar.. Sumber pencemar dari kegiatan ini antara lain sisa operasi dan
buangan limbah terinfeksi yang dapat menularkan penyakit melalui kuman
parasit atau vektor. Kegiatan lainnya seperti laboratorium klinik, mikrobiologi
kesehatan, industri farmasi, industri makanan kesehatan dan alat-alat
kesehatan.Semua itu jika tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan
dampak, terlebih jika limbah langsung di buang ke lingkungan tanpa proses
pengolahan yang baik dan benar.
Oleh karena itu penulis ingin membahas tentang Teori simpul yang akan
terjadi jika langsung dibuang kelingkungan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan
Kesehatan ?
2. Bagaimana Paradigma Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit ?
3. Bagaimana Upaya Pengolahan Limbah Di Rumah Sakit ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengidentifikasi Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap
Lingkungan dan Kesehatan.
2. Untuk Mengetahui Paradigma Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit.
3. Untuk Mengetahui Upaya Pengolahan Limbah Di Rumah Sakit..
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang ADKL
ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan) merupakan suatu
pendekatan dalam kajian kesehatan masyarakat pada sumber dampak, media
Lingkungan, populasi terpajan dan dampak kesehatan yang meliputi kegiatan
identifikasi, pemantauan, dan penilaian secara cermat terhadap parameter
lingkungan, karakteristik masyarakat, kondisi sanitasi lingkungan, status gizi, dan
sumber daya kesehatan yang berhubungan potensi besarnya risiko kesehatan
(Kepmenkes No.872/MENKES/SK/VIII/1997)
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan ADKL) : Menggunakan suatu
rencana pembangunan sebagai titik awal dan melihat dampak kesehatan yang
berhubungan
Dampak tersebut dapat bersifat langsung atau tidak langsung. ADKL merupakan
bagian tak terpisahkan dari proses perencanaan untuk suatu pembangunan.
Analisis Resiko Kesehatan Lingkungan (ARKL): Dimulai dengan masalah
lingkungan yang telah dikenal dan melibatkan penetapan resiko pada kesehatan
manusia yang berkaitan dengan masalah lingkungan tersebut
Analisis resiko kesehatan biasanya berhubungan dengan masalah lingkungan saat
ini atau di masa lalu.
ADKL pada dasarnya merupakan model pendekatan guna mengkaji dan
atau menelaah secara mendalam untuk mengenal, memahami dan memprediksi
kondisi karakteristik lingkungan yang berpotensi terhadap timbulnya resiko
kesehatan, dengan mengembangkan tatalaksana terhadap sumber perubahan
media lingkungan, masyarakat terpajan dan dampak kesehatan yang terjadi.
Dengan demikian penerapan ADKL dapat dilakukan guna menelaah rencana
usaha atau kegiatan dalam tahapan pelaksanaan maupun pengelolaan kegiatan
serta melakukan penilaian guna menyusun atau mengembangkan upaya
pemantauan maupun pengelolaan untuk mencegah, mengurangi, atau mengelola
dampak kesehatan masyarakat akibat suatu usaha atau kegiatan pembangunan.
Proses ADKL dapat dikembangkan dalam dua hal pokok yaitu :
1. Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam rencana usaha atau
kegiatan pembangunan baik yang wajib atau tidak wajib menyusun
studi AMDAL.
2. Kajian aspek kesehatan masyarakat dan atau kesehatan lingkungan
dalam rangka pengelolaan kualitas lingkungan hidup yang terkait erat
dengan masalah kesehatan masyarakat.
Telaah ADKL sebagai pendekatan kajian aspek kesehatan masyarakat
meliputi :
1. Parameter lingkungan yang diperkirakan terkena dampak rencana
pembangunan dan berpengaruh terhadap kesehatan.
2. Proses dan potensi terjadinya pemajanan.
3. Potensi besarnya dampak \ risiko terjadinya penyakit (angka
kesakitan dan angka kematian).
4. Karakteristik penduduk yang berisiko.
5. Sumber daya kesehatan..
6. Kondisi lingkungan yang dapat memperburuk proses penyebaran
penyakit.
Telaah tersebut dilakukan dengan penilaian / analisis pada :
1. Sumber dampak atau sumber emisi ( simpul 1).
2. Media lingkungan sebelum kontak dengan manusia ( simpul 2 )
3. Penduduk terpajan. ( simpul 3 )
4. Potensi Dampak Kesehatan ( simpul 4 )

B. Tinjauan Tentang Rumah Sakit


1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Izin Mendirikan Rumah Sakit adalah izin usaha yang diterbitkan oleh
Lembaga OSS untuk dan atas nama menteri, gubernur, atau bupati/wali
kota setelah pemilik Rumah Sakit melakukan pendaftaran sampai
sebelum pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan memenuhi persyaratan
dan/atau komitmen. Izin Operasional Rumah Sakit adalah izin komersial
atau operasional yang diterbitkan oleh Lembaga OSS untuk dan atas
nama menteri, gubernur, atau bupati/wali kota setelah pemilik Rumah
Sakit mendapatkan Izin Mendirikan. Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik atau Online Single Submission (OSS) adalah perizinan
berusaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS untuk dan atas nama
menteri, gubernur, atau bupati/wali kota kepada pemilik dan pengelola
Rumah Sakit melalui sistem elektronik yang terintegrasi. Lembaga OSS
adalah lembaga pemerintah non kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.Rumah
Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau
swasta. Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dari Instansi
yang bertugas di bidang kesehatan, Instansi tertentu dengan pengelolaan
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Bagaimana Pelayanan Di Rumah Sakit.
Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu bentuk upaya yang
diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan
rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan
kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. (Suparto, 1994).
Rumah sakit sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan
kesehatan harus memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas.
Manajemen rumah sakit harus berupaya memuaskan pasiennya, dalam
hal ini masyarakat dengan berbagai tingkat kebutuhannya.
Sebuah rumah sakit didirikan dan dijalankan dengan tujuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam bentuk perawatan,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis atau non medis, dan tindakan
diagnosis lainnya yang dibutuhkan oleh masing-masing pasien dalam
batas-batas kemampuan teknologi dan sarana yang disediakan di rumah
sakit (Wijono, 1999).
Di samping itu rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang cepat, akurat, dan sesuai dengan kemajuan teknologi
kedokteran sehingga dapat berfungsi sebagai rujukan rumah sakit sesuai
dengan tingkat rumah sakitnya.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah kegiatan pelayanan
berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan
administrasi, pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medik
dan penunjang medik.
Sedangkan untuk dapat disebut sebagai bentuk pelayanan
kesehatan, baik dari jenis pelayanan kesehatan kedokteran maupun dari
jenis pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki berbagai syarat
pokok.
Syarat pokok yang dimaksud adalah:
a. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat yang pertama pelayanan kesehatan yang baik
adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di
masyarakat serta bersifat berkesinambungan.
b. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik
adalah dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar.
Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan
dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat.
c. Mudah dicapai
Syarat pokok yang ketiga pelayanan kesehatan yang
baik adalah mudah dicapai oleh masyarakat (dari sudut
lokasi).
d. Mudah dijangkau
Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang
baik adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian
keterjangkauan yang dimaksud disini termasuk dari sudut
biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini
harus dapat diupayakan pelayanan kesehatan tersebut sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah
bermutu. Pengertian yang dimaksud disini adalah yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan
para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah ditetapkan.
Dalam upaya pelayanan di rumah sakit, maka pasien yang
memperoleh jasa pelayanan memiliki harapan tertentu. Bila jasa rumah
sakit yang diterimanya dapat memenuhi bahkan melebihi dari apa yang
diharapkan dalam waktu ke waktu tumbuh pemikiran dalam diri pasien
bahwa inilah suatu jasa pelayanan rumah sakit yang efektif dan memiliki
mutu.
3. Limbah Di Rumah Sakit
Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit dari pencemaran
limbah yang dihasilkannya dapat dilakukan guna meningkatkan mutu
rumah sakit itu sendiri, salah satu upayanya adalah rumah sakit harus
memiliki fasilitas pengelolaan limbah, sesuai dengan ketentuan
Kepmenkes RI Nomor 1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yang diantaranya berisi peraturan
mengenai fasilitas pengelolaan limbah padat dan cair rumah sakit:
a. Fasilitas Pengelolaan Limbah Padat
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah
dimulai dari sumber dan harus mengelola dan mengawasi
penggunaan bahan kimia yang berbahaya, beracun dan setiap
peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang.
b. Fasilitas Pengolahan Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam container yang
sesuai dengan karakteristik bahan kimia dan radiologi, volume,
dan prosedur penanganan dan penyimpanannya. Rumah sakit
harus memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah sendiri.
Limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat dikategorikan
menjadi beberapa kategori utama, yaitu limbah umum, limbah patologis,
limbah radioaktif, limbah kimiawi, limbah infeksius, benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksik, dan kontainer dalam tekanan. Diantara jenis –
jenis tersebut, limbah infeksius atau limbah biomedis, yang berjumlah
rata – rata 1 -15% dari seluruh volume limbah kegiatan pelayanan
kesehatan, adalah jenis limbah yang membutuhkan perhatian lebih
khusus.
Secara umum jenis pengolahan limbah rumah sakit yang dipakai
hingga saat ini oleh berbagi rumah sakit di Indonesia adalah :
a. Limbah Umum; sejenis limbah domestik, bahan pengemas,
makanan binatang non – infeksius, limbah dari cuci serta materi
lain yang tidak membahayakan pada kesehatan manusia dan
lingkungan. Jenis limbah ini tidak memerlukan penanganan
khusus dan dapat disatukan dengan limbah domestik.
b. Limbah patologis; terdiri dari jaringan – jaringan tubuh, organ,
bagian tubuh, plasenta, bangkai binatang, darah dan cairan tubuh.
Pengolahan limbah ini dilakukan dengan cara sterilisasi,
insinerasi, lalu dilanjutkan dengan.
c. Limbah radioaktif; dapat berbentuk padat, cair maupun gas yang
terkontaminasi dengan radionuklisida, dan dihasilkan dari
analisis in-vitro terhadap jaringan tubuh dan cairan, atau
analisis in-vivo terhadap organ tubuh dalam pelacakan atau
lokalisasi tumor, maupun dihasilkan dari produk terapeu
Walaupun mengandung bahan radioaktif, namun umumnya kadar
yang tergantung termasuk dalam level rendah, yaitu di bawah
1 megabecquerel (MBq) sehingga tidak mengandung biaya
signifikan apabila dapat dikelola dengan baik. Umumnya
penanganan limbah dilakukan di area rumah sakit itu sendiri, dan
umumnya disimpan untuk menunggu waktu paruhnya telah habis
untuk kemudian disingkirkan sebagai limbah radioaktif biasa.
d. Limbah kimia; dapat berupa padatan, cairan, maupun gas yang
mengandung unsur kimiawi seperti :
1) Solven semacam toluene, xylene, aceton, dan alkohol
lainnya yang dapat diresdistilasi.
2) Solven organic lainnya yang tidak toksis atau tidak
mengeluarkan produk toksik apabila dibakar dan dapat
digunakan sebagai bahan bakar.
3) Asam-asam khromik dapat digunakan untuk membersihkan
peralatan gelas di laboratorium, atau didaur ulang untuk
mendapatkan khromnya.
4) Baterai-baterai bekas dikumpulkan sesuai jenisnya (merkuri,
cadmium, nikel, timbal) untuk didaur ulang.
Insinerator merupakan sarana yang paling sering
digunakan untuk menangani limbah kimia, baik secara on site
maupun off site; dimana insenerator tersebut harus dilengkapi
dengan saranan pencegah pencemaran udara, sedangkan
residunya yang mungkin mengandung logam-logam berbahaya
harus dibuang ke landfill yang sesuai.
e. Limbah infeksius; mengandung mikroorganisme pathogen yang
dilihat dari konsentrasi dan kuantitasnya bila terpapar dengan
manusia dapat menimbulkan penyakit. Pengolahan limbah ini
memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau langsung ditangani
insenerator.
f. Benda-benda tajam; limbah ini harus dikemas dalam kemasan
yang dapat melindungi petugas dari bahaya tertusuk sebelum
dibakar dalam insinerator.
g. Limbah farmasi; obat-obat atau produk farmasi yang sudah
dipakai atau sudah lewat masa kadaluawarsanya harus ditangani
secara khusus misalnya diinsinerasi atau di landfilling atau
dikembalikan ke pemasok.
h. Kontainer-kontainer di bawah tekanan; tabung – tabung yang
berisi gas atau aerosol yang mudah meledak harus ditangani
dengan cara landfilling atau didaur ulang karena apabila
diinsinerasi atau mendapat pengrusakan (tertusuk dan
sebagainya) dapat mudah meledak.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan Dan Kesehatan


Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola
sampah harus menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/ helm,
masker, pelindung mata, pakaian panjang, apron untuk industry, sepatu boot,
serta sarung tangan khusus.
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan
dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
a.  Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organic, yang menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang
sedap dipandang.
b. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang
terlarut (korosif dan karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang
dapat menurunkan kualitas bangunan disekitar rumah sakit.
c. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh
virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu
dan fosfor.
d. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh
berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta
logam berat seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal dari bagian
kedokteran gigi.
e. Gangguan genetic dan reproduksi.
f. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi
tempat yang baik bagi vector penyakit seperti lalat dan tikus.
g. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya
jarum suntik atau benda tajam lainnya.
h. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector
penyakit hidup dan berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas
atau genangan air.
i. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.
j. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu
pernafasan, menimbulkan pencemaran udara yang akan
menyebabkan kuman penyakit mengkontaminasi peralatan medis dan
makanan rumah sakit.
k.  Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter
asapnya akan mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan
kualitas udara.

B. Paradigma Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit


Teori Simpul yang diperkenalkan oleh Prof. Umar Fahmi ini terdiri atas 4
simpul, yaitu: Simpul A, B, C, dan D. Pada tiap simpul itu saling berhubungan
yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang dan kesehatan lingkungan.
1. Simpul A: sumber pencemar (industri, RT, Rumah Sakit dll). Pada
simpul A ini terdapat polutan-polutan keluar dari sumber berupa; gas,
uap, debu, kabut, efluen/limbah, radiasi, bising, suhu, kuman patogen,
dll. Makanya dalam simpul A ini harus diperhatikan terkait baku mutu
buangan (BMB) terkait emisi dan limbah cair.
2. Simpul B: lingkungan. Pada simpul B ini terdapat polutan-polutan ada di
lingkungan/tempat kerja, baik yang berupa: udara, vektor, air, tanah,
maupun makanan. Pada simpul B inilah ada terjadi dampak primer,
makanya harus dipantau beberapa parameter lingkungan yang masuk
dalam parameter batas mutu lingkungan (BML) baik untuk udara
maupun air.
3. Simpul C: reseptor. Pada simpul C ini terdapat polutan-polutan masuk
dan ada dalam tubuh reseptor yang berupa: darah, tinja, getah bening,
rambut, dll. Pada simpul C ini ada dampak sekunder yang muncul.
Makanya antara simpul B menuju simpul C itu harus ada alat pelindung
diri (APD) yang digunakan.
4. Simpul D: gejala, sakit, dan gangguan kesehatan. Pada kondisi simpul D
ini timbul dampak kesehatan pada reseptor, baik yang bersifat akut, sub
akut, sub kronis, maupun yang kronis. Pada simpul D ini ada dampak
tersier. 

Contoh Paradigma Kesehatan Lingkungan Di Rumah Sakit


Simpul A
Dimana sumber pencemarannya berasal dari rumah sakit, misalnya limbah cari
maupun padat langsung dibuang ke sungai tanpa adanya proses pengolahan.
Simpul B
Pada saat limbah ini dibuang ke sungai maka akan mengalir terus menuju lautan,
yang menjadi medianya adalah Air.
Simpul C
Limbah dari rumah sakit yang belum terolah kemudian dibuang ke sungai akan
mengganggu biota yang ada di sungai atau limbah ini akan terus mengalir ke laut
dan akan mengganggu atau membunuh biota laut, misalnya ikan. Jika limbah
tersebut dimakan oleh ikan atau ikan ini terkontaminasi oleh limbah yang
berbahaya bagi kesehatan kemudian ikan ini di tanggap oleh manusia kemudian
di konsumsi oleh manusia bisa mengganggu kesehatan manusia.
Simpul D
Ketika manusia mengkonsumsi makanan yang tidak sehat maka akan
mengganggu kesehatan. Bisa menyebabkan diare, keracunan, dll. Selain itu bisa
juga limbah yang dibuang ke sungai dan mengalir kelaut merusak ekosistem
sungai maupun laut, merusak estetika.
Oleh karena itu pentingnya melakukan pengolahan sebelum dibuang ke
lingkungan.

C. Upaya Pengolahan Limbah Di Rumah Sakit.


Pengelolaan limbah RS dilakukan dengan berbagai cara. Yang
diutamakan adalah sterilisasi, yakni berupa pengurangan (reduce) dalam volume,
penggunaan kembali (reuse) dengan sterilisasi lebih dulu, daur ulang (recycle),
dan pengolahan (treatment) (Slamet Riyadi, 2000).
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam
merumuskan kebijakan kodifikasi dengan warna yang menyangkut hal-hal
berikut :
1. Pemisahan Limbah
a. Limbah harus dipisahkan dari sumbernya.
b. Semua limbah beresiko tinggi hendaknya diberi label jelas.
c. Perlu digunakan kantung plastik dengan warna-warna yang
berbeda yang menunjukkan ke mana kantong plastik harus
diangkut untuk insinerasi atau dibuang (Kresno Putranto. H,
1995).
2. Penyimpanan Limbah
Di beberapa Negara kantung plastik cukup mahal sehingga
sebagai gantinya dapat digunakan kantung kertas yang tahan
bocor (dibuat secara lokal sehingga dapat diperloleh dengan
mudah) kantung kertas ini dapat ditempeli dengan strip berwarna,
kemudian ditempatkan ditong dengan kode warna dibangsal dan unit-unit
lain.
3. Penanganan Limbah
a. Kantung-kantung dengan warna harus dibuang jika telah terisi
2/3 bagian. Kemudian diikat bagian atasnya dan diberi label yang
jelas.
b. Kantung harus diangkut dengan memegang lehernya, sehingga 
jika dibawa mengayun menjauhi badan, dan diletakkan ditempat-
tempat  tertentu untuk dikumpulkan.
c. Petugas pengumpul limbah harus memastikan kantung-kantung
dengan  warna yang sama telah dijadikan satu dan dikirimkan ke
tempat yang sesuai.
d. Kantung harus disimpan pada kotak-kotak yang kedap terhadap
kutu dan hewan perusak sebelum diangkut ke tempat
pembuangan.
4. Pengangkutan limbah
Kantung limbah dipisahkan dan sekaligus dipisahkan menurut
kode warnanya. Limbah bagian bukan klinik misalnya dibawa
kekompaktor, limbah bagian Klinik dibawa ke insenerator. Pengangkutan
dengan kendaraan khusus (mungkin ada kerja sama dengan dinas
pekerja umum) kendaraan yang digunakan untuk mengangkut limbah
tersebut sebaiknya dikosongkan dan dibersihkan setiap hari, jika
perlu (misalnya bila ada  kebocoran kantung limbah)dibersihkan dengan
menggunakan larutan klorin.
5. Pembuangan limbah
Setelah dimanfaatkan dengan konpaktor, limbah bukan klinik
dapat dibuang ditempat penimbunan sampah (Land-fill site), limbah
klinik harus dibakar (insenerasi), jika tidak mungkin harus ditimbun
dengan kapur dan ditanam limbah dapur sebaiknya dibuang pada hari
yang sama sehingga tidak sampai membusuk. (Bambang Heruhadi,
2000).

Rumah sakit yang besar mungkin mampu membeli insenerator sendiri,


insinerator berukuran kecil atau menengah dapat membakar pada suhu 1300-1500
ºC atau lebih tinggi dan mungkin dapat mendaur ulang sampai 60% panas yang
dihasilkan untuk kebutuhan energi rumah sakit. Suatu rumah sakit dapat pula
memperoleh penghasilan tambahan dengan melayani insinerasi limbah rumah
sakit yang berasal dari rumah sakit yang lain. Insinerator modern yang baik tentu
saja memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuannya menampung
limbah klinik maupun limbah bukan klinik, termasuk benda tajam dan produk
farmasi yang tidak terpakai lagi.
Jika fasilitas insinerasi tidak tersedia, limbah klinik dapat ditimbun
dengan kapur dan ditanam. Langkah-langkah pengapuran (Liming) tersebut
meliputi sebagai berikut :
a. Menggali lubang, dengan kedalaman sekitar 2,5 meter.
b. Tebarkan limbah klinik didasar lubang sampai setinggi  75 cm.
c. Tambahkan lapisan kapur.
d. Lapisan limbah yang ditimbun lapisan kapur masih bisa ditanamkan
sampai ketinggian 0,5 meter di bawah permukaan tanah.
e. Akhirnya lubang tersebut harus ditutup dengan tanah.
(Setyo Sarwanto, 2003).

Perlu diingat, bahan yang tidak dapat dicerna secara biologi


(nonbiodegradable), misalnya kantung plastik tidak perlu ikut ditimbun. Oleh
karenanya limbah yang ditimbun dengan kapur ini dibungkus kertas. Limbah-
limbah tajam harus ditanam.
Limbah bukan klinik tidak usah ditimbun dengan kapur dan mungkin
ditangani oleh DPU atau kontraktor swasta dan dibuang ditempat tersendiri atau
tempat pembuangan sampah umum. Limbah klinik, jarum, semprit tidak boleh
dibuang pada tempat pembuangan sampah umum.
Semua petugas yang menangani limbah klinik perlu dilatih secara
memadai dan mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan jika
mengalami inokulasi atau kontaminasi badan. Semua petugas harus
menggunakan pakaian pelindung yang memadai, imunisasi terhadap hepatitis B
sangat dianjurkan dan catatan mengenai imunisasi tersebut sebaiknya tersimpan
di bagian kesehatan kerja (Moersidik. S.S, 1995).

 
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam upaya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, maka perlu diketahui
perjalanan penyakit atau patogenesis penyakit tersebut, sehingga kita dapat
melakukan intervensi secara cepat dan tepat.
Paradigma kesehatan lingkungan di rumah sakit diuraikan menjadi 4 (empat)
simpul, yakni:
Simpul A
Dimana sumber pencemarannya berasal dari rumah sakit, misalnya limbah cari
maupun padat langsung dibuang ke sungai tanpa adanya proses pengolahan.
Simpul B
Pada saat limbah ini dibuang ke sungai maka akan mengalir terus menuju lautan,
yang menjadi medianya adalah Air.
Simpul C
Limbah dari rumah sakit yang belum terolah kemudian dibuang ke sungai akan
mengganggu biota yang ada di sungai atau limbah ini akan terus mengalir ke laut
dan akan mengganggu atau membunuh biota laut, misalnya ikan. Jika limbah
tersebut dimakan oleh ikan atau ikan ini terkontaminasi oleh limbah yang
berbahaya bagi kesehatan kemudian ikan ini di tanggap oleh manusia kemudian
di konsumsi oleh manusia bisa mengganggu kesehatan manusia.
Simpul D
Ketika manusia mengkonsumsi makanan yang tidak sehat maka akan
mengganggu kesehatan. Bisa menyebabkan diare, keracunan, dll. Selain itu bisa
juga limbah yang dibuang ke sungai dan mengalir kelaut merusak ekosistem
sungai maupun laut, merusak estetika.

Oleh karena itu pentingnya melakukan pengolahan sebelum dibuang ke


lingkungan.

B. Saran
Perlunya memperhatikan pengolahan limbah yang di rumah sakit agar tidak
terjadi dampak bagi kesehatan maupun lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Kesmas. 2019. http://www.indonesian-publichealth.com/analisis-dampak-kesehatan-
lingkungan-adkl/ (17 Mei 2019)
Lestarii Dwi Indah, dkk. 2015.
https://www.google.co.id/amp/s/tekniklingkunganunlam2015.wordpress.com/
2015/06/12/kesehatan-lingkungan-amdal-dan-analisis-dampak-kesehatan-lingkungan-
oleh-dwi-indah-lestari-rizki-noor-bayhaqy-m-akmal-hakim-kartika-arrum-w-fath-
muhammad-m-irfan-almadanih1e111201-h1e1110/amp/ (18 Mei 2020)
Buleleng Pemkab. 2017.https://bulelengkab.go.id/detail/artikel/pengelolaan-limbah-
medis-rumah-sakit-88 (19 Mei 2020)
Dinata Arda. 2017.https://www.ardadinata.com/2017/11/teori-simpul-pencemaran-dalam-
kesehatan.html?m=1#.XsPzwEf7ODZ (19 Mei 2020)

Anda mungkin juga menyukai