Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KEPERAWATAN KOMUNITAS

OLEH :
ADEK SUCI RAMADHANI
1711316012

Dosen Pembimbing:
Ns. Mahathir, S.Kep, Sp.Kom

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
INTERVENSI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BENTUK

PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

KEBIJAKAN

Dalam SKN 2009 disebutkan bahwa subsistem Upaya Kesehatan (UK)


terdiri dari tiga tingkatan – Primer (UK dasar), Sekunder (UK rujukan
spesialistik), dan Tersier (UK rujukan sub-spesialistik). Masing-masing UK ini
mencakup UK yang langsung dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
(pelayanan kesehatan peorangan dan masyarakat) dan UK penunjang yang
mendukung upaya kesehatan langsung (sumber daya manusia, dana, sarana dan
prasarana, advokasi, promosi kesehatan, penelitian dan pengembangan). Yang
menarik dari pandangan KemKes tentang subsistem Upaya Kesehatan dalam
SKN ini ialah bahwa:

(1) Pelayanan kesehatan masyarakat dianggap sebagai UK langsung

(2) Peringkatan UKM menjadi UKM primer, sekunder dan tersier

(3) UK penunjang tidak dianggap sebagai bagian dari UKM.

INTERVENSI

PRIMER

Di dalam SKN 2009, hal 36, dikatakan bahwa pembiayaan UKM


Primer ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat, tetapi pemerintah
“wajib membiayai pelayanan kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk
menangani masalah kesehatan masyarakat yang menjadi prioritas
pembangunan. Pemerintah wajib melaksanakan pelayanan kesehatan
masyarakat primer yang berhubungan dengan prioritas pembangunan
melalui kegiatan perbaikan lingkungan, peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit dan kematian serta paliatif. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
masyarakat primer didukung upaya kesehatan penunjang seperti: surveilans,
pencatatan dan pelaporan.” Dari keterangan ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa UKM Primer mencakup pencegahan primordial (penatalaksanaan
lingkungan dan agent penyakit) dan pencegahan primer, sekunder dan
tersier pada host (UKP primer). Juga dikatakan bahwa penyelenggaraan
UKM Primer menjadi tanggung jawab DinKes Kab/Kota. UKM dapat
memberi pengaruh langsung kepada derajat kesehatan masyarakat jika
kepala Puskesmas dan kepala DinKes Kota/Kabupaten membuat keputusan-
keputusan yang memfasilitasi pencegahan primordial dan UKP (pemerintah
dan swasta) di wilayah kerjanya. Dengan sistem surveilans – respons (S-R)
yang baik untuk masing-masing penyakit prioritas mereka dapat
mengarahkan sumberdaya, BimTek, kolaborasi lintas sektor dan kebijakan
ke tempat, waktu dan kelompok penduduk yang lebih membutuhkan. Jadi,
UKM pada hakekatnya adalah upaya kesehatan penunjang yang
memfasilitasi penatalaksanaan orang (UKP), agent dan lingkungan
penyakit-penyakit prioritas.

SEKUNDER

Di halaman 38 dari SKN 2009 disebutkan bahwa UKM sekunder “…


menerima rujukan kesehatan masyarakat berupa sarana, teknologi dan
didukung oleh pelayanan kesehatan masyarakat tersier. Penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masyarakat rujukan menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dan atau Provinsi sebagai fungsi teknisnya,
yakni melaksanakan upaya kesehatan masyarakat yang tidak sanggup atau
tidak memadai dilakukan di tingkat puskesmas. … Dalam penanggulangan
penyakit menular, yang tidak terbatas pada suatu batas administrasi
pemerintahan (lintas kabupaten/kota), maka tingkat yang lebih tinggi (lintas
provinsi) yang harus menanganinya.” Ini berarti bahwa DinKes Kab/Kota
bertanggungjawab memberikan BimTek kepada staf PusKesMas, Rumah
Sakit, Praktek Swasta, Apotik, serta sarana kesehatan lain, dan DinKes
Provinsi bertanggungjawab memberikan BimTek kepada DinKes Kab/Kota.
BimTek yang diperlukan ialah BimTek penatalaksanaan host, agent dan
lingkungan, yaitu dalam hal deteksi kasus secara valid dan intervensi kasus
secara daya-guna (efficacious). Di dalam struktur organisasi DinKes yang
seharusnya berperan dalam BimTek ialah kelompok JabFung, yaitu para
ahli deteksi kasus dan intervensi kasus. Rujukan sarana dimungkinkan jika
Kepala DinKes mempunyai wewenang untuk merealokasi sarana antar
program dan antar unit administratif dan jika ia dibantu oleh staf struktural
yang mengelola logistik secara efektif dan efisien.

TERSIER

SKN 2009, hal. 41, menyatakan bahwa pelaksanaan UKM Tersier“…


menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan Provinsi dan Departemen
Kesehatan yang didukung dengan kerja sama lintas sektor. … Dinas
Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan dalam fungsi teknisnya,
melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dalam bentuk upaya rujukan
dari upaya kesehatan sekunder. … Rujukan upaya kesehatan masyarakat
diberikan dalam bentuk rujukan sarana, rujukan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta rujukan operasional.” Sama seperti pada UKM Sekunder,
upaya rujukan teknis dilaksanakan oleh staf fungsional yang memperhatikan
logika dan upaya rujukan sarana dilaksanakan oleh staf struktural yang
memperhatikan logistika. Selain itu KemKes bertanggungjawab
melaksanakan UKM lintas batas negara dan provinsi dan merumuskan
kebijakan-kebijakan nasional.

TINGKAT PENCEGAHAN INTERVENSI KEPERAWATAN MELIPUTI:

1. Prevensi Primer
Ditujukan bagi orang-orang yang termasuk kelompok risiko tinggi, yakni
mereka yang belum menderita tetapi berpotensi untuk menderita. Perawat
komunitas harus mengenalkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
timbulnya dan upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor
tersebut. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang
pentingnya latihan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga
badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.

Contoh Kegiatan di bidang prevensi primer anatara lain:


1. Stimulasi dan bimbingan dini/awal dalam kesehatan keluarga dan asuhan
anak/balita.
2. Imunisasi
3. .Penyuluhan tentang gizi balita
4. Penyuluhan tentang pencegahan terhadap kecelakaan
5. Asuhan prenatal
6. Pelayanan Keluarga Berencana
7. Perlindungan gigi (dental prophylaxis)
8. Penyuluhan untuk pencegahan keracunan

2. Prevensi Sekunder
Bertujuan untuk mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan
tindakan deteksi dini dan memberikan intervensi keperawatan sejak awal
penyakit. Dalam mengelol, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat
mungkin dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun. Penyuluhan
mengenai dan pengelolaannya secara mandiri memegang peran penting untuk
meningkatkan kepatuhan pasien. Sistem rujukan yang baik akan sangat
mendukung pelayanan kesehatan primer yang merupakan ujung tombak
pengelolaan.

Contoh Kegiatan di bidang prevensi sekunder antara lain:


1. Mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang anak/balita.
2. Memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
termasuk gigi dan mata terhadap balita.

3. Prevensi Tersier
Apabila sudah muncul penyulit menahun , maka perawat komunitas harus
berusaha mencegah terjadinya kecacatan/komplikasi lebih lanjut dan
merehabilitasi pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap.
Pendidikan kesehatan bertujuan untuk melindungi upaya rekonstitusi, yaitu:
mendorong untuk patuh mengikuti program PKP , pendidikan kesehatan kepada
dan keluarga untuk mencegah hipoglikemi terulang dan melihara stabilitas klien
(Allender & Spradley, 2005).

Contoh Kegiatan dibidang prevensi tersier antara lain :


1. Perawat mengajar kepada keluarga untuk melakukan perawatan anak dengan
kolostomi di rumah.
2. Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan kelumpuhan anggota
gerak untuk latihan secara teratur di rumah.
3. Pada praktek keperawatan komunitas, prinsip-prinsip kesehatan komunitas
haruslah menjadi pertimbangan yaitu:
a. Pemanfaatan, Intervensi yang dilakukan harus memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi komunitas artinya ada keseimbangan antara
manfaat dengan kerugian.
b. Autonomi, Komunitas diberi kebebasan untuk melakukan atau memilih
alternatif yang terbaik yang disediakan untuk komunitas.

BENTUK INTERVENSI KEPERAWATAN YANG DAPAT DILAKUKAN


OLEH PERAWAT KOMUNITAS TERDIRI DARI :

1. Observasi
Observasi diperlukan dalam pelaksanaan keperawatan . Observasi dilakukan sejak
pengkajian awal dilakukan dan merupakan proses yang terus menerus selama
melakukan kunjungan (Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999). Lingkungan yang
perlu diobservasi yaitu keadaan, kondisi rumah, interaksi antar keluarga, tetangga
dan komunitas. Observasi diperlukan untuk menyusun dan mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi pada .

2. Terapi modalitas
Terapi modalitas adalah suatu sarana penyembuhan yang diterapkan pada dengan
tanpa disadari dapat menimbulkan respons tubuh berupa energi sehingga
mendapatkan efek penyembuhan (Starkey, 2004). Terapi modalitas yang diterapkan
pada, yaitu: manajemen nyeri, perawatan gangren, perawatan luka baru, perawatan
luka kronis, latihan peregangan, range of motion, dan terapi hiperbarik.

3. Terapi komplementer (complementary and alternative medicine/CAM)


Terapi komplementer adalah penyembuhan alternatif untuk melengkapi atau
memperkuat pengobatan konvensional maupun biomedis (Cushman & Hoffman,
2004; Xu, 2004) agar bisa mempercepat proses penyembuhan. Pengobatan
konvensional (kedokteran) lebih mengutamakan penanganan gejala penyakit,
sedangkan pengobatan alami (komplementer) menangani penyebab penyakit serta
memacu tubuh sendiri untuk menyembuhkan penyakit yang diderita (Sustrani, Alam
& Hadibroto, 2005).

Ranah terapi komplementer dan bentuk-bentuk terapi komplementer (Cushman &


Hoffman, 2004):
1. Pengobatan alternative: Terapi herbal, akupunktur, pengobatan herbal Cina
Intervensi tubuh dan pikiran : Meditasi, hipnosis, terapi perilaku, relaksasi
Benson, relaksasi progresif, guided imagery, pengobatan mental dan spiritual.
2. Terapi bersumber bahan organik : Terapi diet , terapi jus, pengobatan
orthomolekuler (terapi megavitamin), bee pollen, terapi lintah, terapi larva.
3. Terapi pijat, terapi gerakan somatis, dan fungsi kerja tubuh : Pijat refleksi,
akupresur, perawatan kaki, latihan kaki, senam.
4. Terapi energi : Qigong, reiki, terapi sentuh, latihan seni pernafasan tenaga
dalam.
5. Tai Chi Bioelektromagnetik : Terapi magnet bentuk intervensi terapi modalitas
dan komplementer memerlukan kajian dan pengembangan yang disesuaikan
dengan peran dan fungsi perawat, terutama pada agregat .

PROGRAM KESEHATAN PEMERINTAH :

Pemerintah dalam menjamin kesehatan masyarakat adalah dengan memberikan


pelayanan kesehatn yang merata, dan bisa dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.
Pelayanan kesehatan tersebut dilakukan oleh puskesmas yang memiliki usaha-usaha
kesehatan pokok yaitu:

1. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,


2. Kesehatan ibu dan anak,
3. Hygiene sanitasi lingkungan,
4. Usaha kesehatan sekolah,
5. Usaha kesehatan gigi,
6. Usaha kesehatan mata,
7. Usaha kesehatan jiwa ,
8. Pendidikan kesehatan masyarakat,
9. Usaha kesehatan gizi,
10. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan,
11. Perawatan kesehatan masyarakat,
12. Keluarga berencana,
13. Rehabilitasi,
14. Usaha-usaha farmasi,
15. Laboratorium,
16. Statistik kesehatan,
17. Administrasi usaha kesehatan masyarakat.

Dalam pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut, terdaapat indikator yang digunakan


untuk menentukan apakah kebijakan yang telah dijalankan berhasil atau tidak. Berikut
ini adalah indikator suatu ciri masyarakat sehat yang berhubungan dengan status
kesehatan masyarakat :
a. Indikator komprehensif :
1. Angka kematian kasar menurun
2. Rasio angka mortalitas proposional rendah
3. Umur harapan hidup meningkat
b. Indikator spesifik :
1. Angka kematian ibu dan anak menurun.
2. Angka kematian karena penyakit menular menurun.
3. Angka kelahiran menurun.
4. Indikator pelayanan kesehatan :
1) Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang,
2) Distribusi tenaga kesehatan merata,\.
3) Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit, fasilitas
kesehatan lain dan sebagainya.
d. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan doantaranya rumah sakit,
puskesmas, rumas bersalin dan sebagainya.

c. Indikator lingkungan fisik :


1. Presentase penduduk yang menggunakan air bersih meningkat,
2. Presentase penduduk yang menggunakan WC meningkat

Anda mungkin juga menyukai