Anda di halaman 1dari 9

Makalah

Pelaksanaan Puskesmas dalam Pembangunan dan Pencegahan


Penyakit Menular
Priscillia Hillary
102013023 C3
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna no. 6, Jakarta 11510
Telephone : (021) 5694-2061 (hunting)
Fax : (021) 563-1731
email: priscillia.hillary@gmail.com

Pendahuluan
Sebagaimana telah diketahui bersama, kompleksitas pelayanan kesehatan (health
care) yang terdapat di masyarakat, secara umum dibedakan atas tiga macam, yakni Pelayanan
kesehatan tingkat pertama (Primary Health Care) ialah pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar. Pelayanan dilakukan bersama masyarakat dan
ditulang-punggungi oleh tenaga medis, yakni dokter umum atau paramedis dengan sifat
pelayanan berobat jalam (ambulatory services). Pelayanan kesehatan tingkat kedua
(Secondary Health Care), ialah pelayanan kesehatan yang lebih mengutakamakan pelayanan
spesialis dan bahkan kadang-kadang pelayanan sub-spesialis tetapi masih terbatas. Pelayanan
jenis ini dilakukan oleh dokter spesialis dan atau dokter subspesialis terbatas serta sifatnya
dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat (impatient service). Pelayanan
kesehatan tingkat ketiga (Tertiary Health Care), ialah pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan pelayanan spesialis serta sunspesialis luas. Pelayanan jenis ini dilakukan oleh
dokter spesialis dan subspesialis luas serta sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau
pelayanan rawat.1
Dari ketiga macam pelayanan kesehatan ini, telah sama disepakati bahwa pelayanan
kesehatan tingkat pertama adalah yang terpenting sifatnya, terutama bagi negara-negara yang
sedang berkembang (developing countries). Untuk negara Indonesia, pelayanan kesehatan
tingkat pertama ini ditulang-punggungi oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang
oleh pemerintah telah didirikan hampir di setiap pelosok tanah air. 1

Pembahasan
Winslow (1920) mengemukakan bahwa kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu dan
seni dari pencegahan penyakit, memperpanjang usia kehidupan, meningkatkan kesehatan dan
efisiensi memalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk sanitasi lingkungan, pengawasan
dan pengendalian penyakit infeksi menular, penyuluhan pada perorangan mengenai kesehatan
perorangan, organisasi pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosa dini dan pengobatan
pencegahan penyakit, yang terakhir pengembangan upaya sosial yang menjamin setiap
individu dalam masyarakat suatu standar hidup yang memadai untuk pemeliharaan
kesehatannya.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) Puskesmas adalah sarana pelayanan
kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1990) Puskesmas adalah suatu kesatuan
organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat,
membina peran serta masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Sedangkan menurut Surat Keputusan RI nomor 128/2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas. Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki tiga fungsi yaitu pusat penggerakan pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Fungsi Puskesmas beserta proses dalam melaksanakan fungsi tersebut yaitu sebagai
pusat pembangunan kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya, membina peran serta
masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat,
memeberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan pelayanan kesehatan langsung
kepada

masyarakat,

bekerjasama

dengan

sektor-sektor

yang

bersangkutan

dalam

melaksanakan program Puskesmas, memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang


bagaimana mengenali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien,

memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun
rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.3
3. Efendy F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009
Pelayanan kesehatan menyeluruh sebagaimana dalam undang-undang nomor 23 tahun
1992 bab V mengenai upaya kesehatan pasal 10 untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh dan
berkesinambungan.2 Pelayanan

kesehatan

terpadu

dilaksanakan

puskesmas

karena

keterbatasan sumber daya yang dimiliki, untuk efisiensi dan efektivitas dan agar terdapat satu
koordinasi dans atu pemimpin.
2. buku undang-undang
Pada pelayanan kesehatan strata pertama yang menjadi tanggung jawab Puskesmas
meliputi pelayanan kesehatan perorangan (private goods) yaitu pelayanan kuratif, rehabilitatif
dan merupakan rawat jalan. Serta pelayanan kesehatan masyarakat (public goods) yaitu
pelayanan promotif dan preventif seperti promosi kesehatan, pemberantasan penyakit
menular, perbaikan lingkungan, perbaikan gizi dan lainnya.
Tujuan Puskesmas
Tujuan didirikannnya Puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
Visi Puskesmas
Visi Puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia
sehat 2010. Indikator kecamatan sehat mencakup empat indikator yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan derajat kesehatan penduduk.
Stuktur organisasi Puskesmas

Penyusunan struktur organisasi Puskesmas dilakukan oleh dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota dan ditetapkan dengan Peraturan daerah. sebagai acuan dapat digunakan
pola struktur organisasi adalah Kepala Puskesmas sebagai tingkat tertinggi dalam stuktur
organisasi Puskesmas, dibawah itu ada Unit Tata Usaha, kemudian Unit Pelaksana Teknis
Fungsional dimana terdapat upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang terakhir Jaringan Pelayanan Puskesmas dimana terdapat PKM dan Pembantu.
Unsur Pemimpin (Kepala Puskesmas) mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam
jabatan struktural dan jabatan fungsional.3
Unsur pembantu pemimpin (kepala Urusan Tata Usaha) mempunyai tugas pokok dan
fungsi dibidang kepegawaian, keuangan, perlengkapan, serta surat menyurat, pencatatan dan
pelaporan.3
Unsur Pelaksana yaitu unit yang terdiri atas tenaga atau pegawai dalam jabatan
fungsional, jumlah unit tergantung kepada kegiatan tenaga dan fasilitas tiap daerah. Unsur
pelaksana terdiri dari unit I yang mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan
kegiatan kesehjahteraan ibu dan anak, keluarga berencana, dan perbaikan gizi. Unit II
mempunyai tugas dan fungsi pokok untuk melaksanakan kegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit khususnya imunisasi, kesehatan lingkungan, dan laboratorium. Unit
III mempunyai tugas dan fungsi pokok untuk melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan
mulut, serta kesehatan tenaga kerja dan lanjut usia (lansia). Unit IV mempunyai tugas dan
fungsi pokok untuk melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat, kesehatan
sekolah dan olahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata, dan kesehatan khusus lainnya unit V
mempunyai tugas dan fungsi pokok untuk melaksanakan kegiatan dibidang pembinaan dan
pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan kesehatan masyarakat. Unit VI
mempunyai tugas dan fungsi pokok untuk melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan
rawat inap (puskesmas perawatan). Unit VII mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan pengelolaan farmasi.3
Kegiatan Pokok Puskesmas
Kegiatan pokok puskesmas dikembangkan dari Basic Helath Care Services (WHO)
yang dikenal sebagai Basic Seven, yang terdiri dari Mother and Child Helath Care, Medical
Care, Environmental Sanitation, Health Education (untuk kelompok-kelompok masyarakat),

Simple Laboratory, Communicable Disease Control, and Simple Statistic (pencatatan atau
pelaporan).
Pada Rakernas ke III / 1970, ditetapkan 6 (enam) Usaha Kesehatan Pokok, seiring
dengan perkembangan ilmu ilmu pengetahuan dan teknologi, serta keinginan program di
tingkat pusat, maka berkembang menjadi 18 Usaha Kesehatan Pokok. Suatu usaha kesehatan
dapat dijadikan Usaha Kesehatan Pokok jika merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
dengan melihat kemampuan puskesmas.
Sedangkan berdasarkan SK. Men Kes RI no.128/2004 tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas, Upaya Pelayanan Kesehatan Puskesmas dikelompokkan menjadi dua. Dimana
yang pertama yaitu Upaya Kesehatan Wajib yang terdiri atas Upaya Promosi Kesehatan,
Upaya Kesehatan Lingkungan, Upaya KIA termasuk KB, Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat,
Upaya P3M, dan Upaya pengobatan. Yang kedua yaitu Upaya Kesehatan Pengembangan,
ditetapkan berdasarkan masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat dan disesuaikan
dengan kemampuan Puskesmas, serta dapat dipilih dari upaya kesehatan pokok yang telah
ada. Upaya Laboratorium medis, laboratorium kesehatan masyarakat dan pencatatan atau
pelaporan, merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan.
Kegiatan pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun
fasilitasnya karena program kehiatan pokok di setiap Puskesmas dapat berbeda-beda. Namun
demikian, kegiatan pokok Puskesmas
Asas-asas penyelenggaraan puskesmas
Dalam mengelola semua kegiatan yang dimiliki oleh semua puskesmas, ada empat
prinsip atau empat asas penyelenggaraan Puskesmas yang harus diikuti, yakni:
Asas pertanggung jawaban wilayah
Adanya prinsip kerja atau asas yang seperti ini membedakan puskesmas dengan
rumah sakit, karena rumah sakit pada dasarnya hanya bertanggung jawab pada pasien yang
datang berkunjung. Tidak demikian halnya dengan puskesmas, karena puskesmas harus
bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya,
meskipun barangkali masalah tersebut lokasi terjadinya berkilo-kilo meter dari dari
puskesmas. Selanjutnya karena ada asas inilah, maka puskesmas dituntut untuk lebih

mengutamakan tindakan pencegahan penyakit, bukan tindakan pengobatan penyakit. Atau


harus secara aktif terjun ke masyarakat, bukan menantikan masyarakat datang ke puskesmas.
Tanggung jawab wilayah ini lebih dirasakan pada puskesmas kecamatan, karena untuk
puskesmas yang terakhir ini memikul tanggung jawab administratif wilayah, dalam arti harus
melaporkan segala hal yang ada kaitannya dengan kesehatan, kepada instansi yang lebih
tinggi, yakni dinas kesehatan kabupaten atau yang setingkat dengan ini.1
Azas pemberdayaan masyarakat
Prisnsip atau asas ini sesuai dengan prinsip ilmu kesehatan masyarakat. Disamping itu
telah sama diketahui bahwa kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas memang masih amat
terbatas, dan karena itu jika masyarakat tidak diikutsertakan, maka akan sulit mencapai tujuan
dari setiap kegiatan yang telah ditetapkan. Pengertian mengikutsertakan masyarakat dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas ialah dalam arti menggali berbagai potensi yang
ada di masyarakat sedemikian rupa sehingga masyarakat dengan kesadaran, kemauan dan
kemampuan sendiri dapat melaksanakan berbagai usaha kesehatan. 1
Azas keterpaduan
Keterpaduan yang di maksud bukan saja antar usaha-usaha kesehatan pokok yang
menjadi beban tugas atau kegiatan Puskesmas, tetapi juga dengan segala program
pembangunan yang berlangsung di wilayah kerjanya. Dengan adanya azas ini maka tidak
dibenarkan para petugas balai pengobatan yang ada di Puskesmas sama sekali tidak tahu
menahu dengan kegiatan di Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak, atau kegiatan di Klinik
Keluarga Berencana, atau kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah, dan lain sebagainya. Semua
beban tugas Puskesmas harus menjadi tanggung jawab semua personil yang bekerja di
Puskesmas. Jika ada pembagian tugas, itu hanya sekedar menjamin kelancaran setiap usaha
yang dilakukan oleh Puskesmas. Sekiranya cara kerja yang terpadu ini tidak berhasil
dilaksanakan, maka tidak ada artinya didirikan Puskesmas, karena hal ini sama saja dengan
situasi sebelum gagasan Puskesmas diperkenalkan, sesuatu yang ingin dihilangkan dan
dihindari tersebut. Selanjutnya prinsip terpadu ini diharapkan pula dapat dilaksanakan dengan
semua program pembangunan yang sedang dilaksanakan di wilayah kerjanya, misalnya
dengan program pertanian, program pendidikan, dan lain sebagainya. Karena dengan adanya
keterpaduan inilah dapat dijamin tercapainya tujuan dari program pembangunan tersebut
secara optimal, yakni dalam rangka lebih meningkatkan derajat kesejahteraan hidup
masyarakat.1

Ada dua macam azas keterpaduan yaitu keterpaduan lintas program dalam arti upaya
memadukan berbagai program kesehatan yang terkait dengan Puskesmas, dan keterpaduan
lintas sektor dalam arti kerjasama antar unit lain yang programnya terkait dengan Puskesmas
tetapi memiliki dinas yang berbeda, seperti Unit Kesehatan Sekolah yang menyelenggarakan
Puskesmas dari Dinas pemerintah dan Sekolah dari Dinas Pendidikan.
Azas Rujukan
Yang dimaksud dari rujukan disini ialah sebagaimana diatur oleh SK Menteri
kesehatan No. 032/Birhub/72 tahun 1972, yakni melaksanakan pelimpahan wewenang dan
tanggung jawab terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam
arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang berkemampuan cukup, atau
secara horizontal dalam arti sesama unit yang setingkat kemampuannya. Dengan pengertian
yang seperti ini, maka Puskesmas dapat merujuk kasus penyakit atau masalah kesehatan yang
tidak sanggup diatasinya kepada rumah-rumah sakit dengan berbagai kategori yang
dimilikinya, atau ke Puskesmas lain yang memang lebih mampu. Adapun kategori rumah
sakit di Indonesia dibedakan atas lima macam, yakni:
- Rumah Sakit Kelas A, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medis
spesialis luar serta subspesialisnya. Rumah Sakit Kelas A di Indonesia saat ini
hanya ada dua buah yaitu Rumah Sakit Dokter Cipto Mangun Kusumo di Jakarta
-

dan Rumah Sakit Dokter Soetomo di Surabaya.


Rumah Sakit Kelas B, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medis
spesialis dalam semua bidang spesialisnya. Rumah Sakit jenis ini terdapat pada
tingkat Provinsi atau Rumah Sakit Pendidikan.hanya saja belum semua Rumah

Sakit yang ada di ibukota Provinsi telah termasuk Rumah Sakit Kelas B.
Rumah Sakit Kelas C, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan medis
umum dan medis spesialis dalam empat bidang spesialisasi, yaitu penyakit dalam,
kebidanan dan kandungan, bedah serta kesehatan anak. Direncanakan rumah sakit

jneis ini terdapat pada ibukota kabupaten.


Rumah Sakit Kelas D, adalah rumah sakit yang memberikan peayanan medis
umum dan kesehatan gigi. Rumah sakit jenis ini banyak ditemukan di kabupaten,

yang pada masa depan akan ditingkatkan menjadi Rumah Sakit Kelas C.
Rumah Sakit Kelas Khusus, adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
medis untuk satu macam penyakit tertentuseperti penyakit kusta, penyakit paruparu penyakit mata, dan lain sebagainya.

Kecuali itu Puskesmas juga menerima rujukan dari berbagai fasilitas kesehatan
lainnya yang kedudukannya lebih rendah, misalnya dari poliklinik, dari klinik KIA, dari
klinik KB, dari praktek bidan, dan lain sebagainya
Ada dua macam jenis rujukan di Puskesmas yakni jenis yang pertama Rujukan
Kesehatan Perseorangan (rujukan medis) yang terdiri atas rujukan kasus pasien yaitu
pengiriman pasien dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit kesehatan yang lebih
lengkap untuk memperoleh pelayanan pengobatan, diagnostik dan tindakan medik yang lebih
sempurna. Dan kebalikannya, pengembalian pasien ke unit semula yang mengirimkan, untuk
tindak lanjut atau pengawasan seperlunya. Adapun kegiatan rujukan yang dapat dilakukan
oleh setiap fasilitas kesehatan tersebut adalah:
- Rujukan bahan pemeriksaan (transfer of specimen) yaitu pengiriman bahan-bahan
laboratorium ke laboratorium unit kesehatan yang lebih lengkap untuk
pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan oleh unit yang bersangkutan. Atau
sebagai kontrol pemeriksaan terhadap hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
-

sebelumnya.
Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) yaitu pengiriman dokterdokter ahli dari berbagai cabang spesialisasi dari unit kesehatan yang lebih tinggi
untuk melaksanakan konsultasi, observasi, terapi dan bimbingan serta diskusi,
ceramah, dan lain sebagainya ke unit yang lebih rendah. Atau pengiriman tenaga
dari unit yang lebih rendah ke yang lebih tinggi untuk mengikuti latihan
keterampilan dan tambahan pengetahuan dalam salah satu bidang pelayanan
kesehatan. Jenis kedua Rujukan kesehatan masyarakat yang terdiri atas rujukan
sarana dan logistik seperti toilet berjalan dan lainnya, rujukan tenaga seperti ahli
epidemologi yang dikerahkan ketika ada wabah yang terjadi di suatu wilayah, dan
rujukan operasional.1

Wilayah Kerja Puskesmas


Secara nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Sasaran
jumlah penduduk yang dilayani adalah sebesar 30.000 jiwa. Apabila jumlah penduduk
melebihi 30.000 jiwa maka dapat dibentuk Puskesmas Pembantu dan untuk menjagkau
masyarakat di wilayah yang sulit transportasinya dibentuk Puskesmas Keliling. Apabila pada
satu kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas, maka salah satu dijadikan Puskesmas.

Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan sederhana dan berfungsi untuk
menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas
dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Pada akhir pelita V di wilayah kerja
Puskesmam pembantu diperkirakan meliputi dua hingga tiga desa, dengan sasaran penduduk
antara 2.500 jiwa (diluar Jawa-Bali) hingga 10.000 jiwa (diperkotaan Jawa-Bali). Puskesmas
pembantu merupakan bagian integral dari Puskesmas, atau setiap Puskesmas memiliki
beberapa Puskesmas Pembantu di dalam wilayah kerjanya. Namun ada kalanya Puskesmas
tidak memiliki Puskesmas Pembantu, khususnya di daerah perkotaan.3
Puskesmas Keliling adalah unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan
kendaraan bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga
dari Puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan
kesehatan. Kegiatan puskesmas keliling adalah melakukan penyelidikan tentang kejadian luar
biasa (KLB), dapat dipergunakan sebagai alat transportasi pasien rujukan bagi kasus darurat,
melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat audiovisual, dan memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat di derah terpencil atau daerah yang tidak atau sulit
dijangkau oleh pelayanan Puskesmas atau Puskesmas pembantu dengan frekuensi empat kali
dalam seminggu, atau disesuakan dengan kondisi geografis setiap Puskesmas.3
Puskesmas pembina adalah Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas
untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat
inap sementara.3
Daftar pustaka
1. Azwar A. Puskesmas dan Usaha Kesehatan Pokok. Jakarta: CV. Akadoma. 2003:14-9.
2. Buku Undang-undang
3. Efendy F, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.

Anda mungkin juga menyukai